yani kany atra lingani

sthavarani carani ca

tesu sankramate devas

tasyam ratrau yato harah

siva ratris tatah prokata

tena sa hari vallabhah


Dalam bentuk apapun bentuk Siva Lingam yang bisa ditemukan di bumi ini, pada hari keempatbelas di malam bulan mati pada bulan palguna ( January- Februari ), saat itu, deva Siva ( Hara), pemimimpin para deva, akan hadir ( masuk) di dalam lingam tersebut. Karena itu, hari siva ratri ini merupakan hari yang sangat dicintai oleh tuhan Sri Hari (hari bhakti vilas, adhyaya 14 – sloka ke 200, kutipan dari skanda purana, bagian Nagara Khanda)

Kehidupan beragama adalah kehidupan yang dimaksudkan untuk mengatur tindakan,  perkataan dan pemikiran (kayika vacika manacika ca). di dalam kehidupan beragama khususnya bagi para pengikut Veda, pertapaan merupakan suatu yang sangat penting untuk melatih seseorang untuk mengendalikan ketiga hal tersebut diatas untuk membantu seseorang hidup disiplin sehinga mampu mengatur dirinya sendiri. Tanpa seseorang menjalani kedisiplinan di dalam hidup, maka meskipun seseorang berada di dalam badan sebagai manusia, seseorang tidak akan mampu mengangkat karakternya kedalam katagori sebagai manusia. Dengan demikian, meskipun berbadan manusia, namun jika tidak memiliki karakter manusia, maka sastra menyebutkan orang seperti itu sebagai “dvi-pada-pasu” atau binatang berkaki dua.

Mengembangkan karakter manusia bagi umat manusia merupakan hal yang sangat penting di dalam masyarakat. Dengan demikian, kesusatran veda sangat menekankan dan berkali kali mengingatkan umatnya untuk mengambil tindakan untuk mengembangkan karakter yang baik. Untuk mendidik umat secara umum dan pada saat yang sama umat akan menikmati aktivitas yang bertujuan untuk mengembangkan karakter yang baik di dalam diri mereka,  kesusastraan veda menguraikan berbagai festival dan menganjurkan umat untuk mengikuti festival tersebut. Salah satu contoh dari festival tersebut adalah Siva ratri. Ada berbagai festival yang diuraikan di dalam kesusastran Veda yang di anjurkan untuk dirayakan seperti kemenangan dharma( dikenal Galungan di Bali atau dasara-vijaya dasami di India), nyepi, Janmastami, depavali dll. Semua festival ini dimaksudkan untuk membantu seseorang untuk mengembangkan kedisiplinan dan juga mengembangkan sikap kerja sama dengan sesama manusia di masyarakat.

Kenapa dengan merayakan festival, seseorang akan bisa mengembangkan karakter seseorang? Untuk mengerti uraian ini, pertama tama seseorang harus mengerti makna dan tujuan dari festival. Seperti misalnya hari Siva Ratri. Ada berbagai versi di dalam purana tentang hari Siva Ratri yang pada dasarnya memberi hikmah yang sama. apakah sebenarnya hari sivaratri tersebut? Di dalam satu versi, seperti yang di jelaskan seperti di dalam sloka pertama di atas bahwa deva Siva, pada hari keempat belas  tepatnya di malam bulan mati, beliau memasuki setiap bentuk Linga yang ada di alam semesta ( khususnya di bumi) karena tepat di hari ini, beliau di kutuk oleh seorang resi supaya alat kelamin beliau jatuh ke bumi. Linga sebenarnya melambangkan alat kelamin dewa siva yang jatuh ke bumi untuk memberikan kesempatan kepada para pemujanya untuk berhubungan lebih dekat dengan beliau. Di dalam uraian lain juga di uraikan bahwa hari siva ratri ini adalah hari munculnya deva Siva dari amarah deva Brahma. Ketika beliau muncul dari amarah deva Brahma,  tangisan beliau menggentarkan seluruh alam semesta karena itu beliau juga di kenal dengan nama Rudra (orang yang menangis). Yang tidak kalah penting, yang di kenal oleh banyak masyarakat Hindu, hari ini merupakan hari dimana  deva Siva melakukan meditasi untuk kesejahtraan alam semesta. Karena hari Siva ratri merupakan hari yang sangat spesial bagi deva Siva, siapapun yang melakukan tapa brata di hari ini akan di anugrahi berkat sesuai dengan keinginan mereka oleh deva Siva. Pada saat yang sama, sambil mengadakan tapa brata, hendaknya festival juga di laksanakan dengan meriah, seperti permainan drama yang berhubungan dengan kegiatan kegiatan tuhan yang diuraikan di dalam purana dan kesusastraan lainnya, mendengarkan wejangan-wejangan suci dari kitab suci atau orang suci, tarian tarian dll.

Di hari Siva ratri ini, seseorang juga dianjurkan untuk mengikuti brata berpuasa sepenuh hari, tidak tidur semalaman dan tidak berbicara hal hal yang diluar percakapan rohani ( atau istliahnya hindari ngerumpi). Dengan berpuasa sehari dan tidak tidur di malam hari ini, maka secara otomatis seseorang akan mendapatkan banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan kegiatan spiritual dibandingkan dengan hari hari biasa. Hal yang sangat penting yang perlu digaris bawahi disini adalah monobrata. Monobrata hendaknya dimengerti bahwa seseorang mestinya tidak berbicara hal hal duniawi paling tidak pada hari ini, bukan tidak berbicara sama sekali. Sudah tentu, akan lebih baik untuk tidak berbicara sama sekali dari pada membicarakan hal hal yang non-sense di hari suci. Namun hal yang lebih mulia lagi adalah hindari pembicaraan duniawi dan mengacu pada pembicaraan rohani seperti mendiskusikan kitab suci dan kegiatan rohani Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan yang diuraikan di dalam sastra. Sudah tentunya tidak setiap orang diharapkan untuk mengikuti pertapaan yang sama, namun seseuai dengan keadaan fisik seseorang. Kalau berpuasa akan menyebabkan seseorang jatuh sakit dan lemah sehinga akhirnya tidak mampu melakukan kegiatan spiritual seperti bersembahyang dan ikut di dalam mendengarkan wacana suci, untuk orang seperti itu dianjurkan untuk tidak melakukan puasa karena kegiatan sembahyang dan mengikuti upacara lebih penting dari berpuasa. Di sini letak keluesan sastra terhadap umat pengikut sastra Veda.

Dengan mengikuti festival festival seperti ini, secara otomatis, kegiatan sseorang akan diatur oleh pihak yang lebih tinggi khusunya oleh ketentuan sastra. Dengan demikian seseorang bisa melatih kedisiplinan di dalam dirinya masih masing. Selain itu, festival festival seperti ini juga dimaksudkan untuk seseorang mengenang kesalahan yang mereka telah lakukan dan akan berusaha untuk menghindari kesalahan atau kegiatan berdosa di masa yang akan datang. Festival juga dimaksudkan untuk seseorang belajar untuk bekerja sama dengan masyarakat secara umum untuk menjaga keserasian di dalam masyarakat.

Perayaan suatu festival tidak dimaksudkan untuk memuaskan indria indria individu tapi untuk memuaskan kepribadian tuhan yang maha esa. Sangat disayangkan sekali, banyak orang menyalahgunakan dan mengatas namakan hari suci untuk menikmati kepuasan indria yang tidak dianjurkan di dalam sastra. Karena seseorang mesti bergadang semalam suntuk, seseorang mengunakan kesempatan ini untuk berjudi, mabuk-mabukan, bermain keluar malam malam dengan pasangan dll. Hari suci dimaksudkan untuk menjalankan dharma bukan untuk menghancurkan pilar dharma. Di dalam kitab veda diuraikan bahwa ada empat pilar utama Dharma dan empat pilar utama Adharma.

tapah saucam daya satyam

iti pada krte krtah

dyutam panah striya sunah

yatra adharma catur vidhah

”Pertapaan, kebersihan( kesucian), cinta kasih, dan kejujuran merupakan sifat umum di jaman satya yuga (dimana dharma masih berdiri kokoh). Berjudi, mabuk mabukan, berjinah dan pembunuhan ( termasuk pembunuhan binatang yang tidak diperlukan yang meskipun dengan atas nama yajna) merupakan empat pilar adharma.

Berdasarkan ajaran ini, karena perayaan suci merupakan perayaan yang menyimbulkan kejayaan Dharma, kalau seseorang melaksanakan kegiatan adharma, maka itu sama dengan menghina dan mencemari hari tersebut.  Dengan demikian, seseorang mesti mengerti dan berusaha untuk menghindari perjudian, perjinahan (hubungan kelamin di luar nikah atau hubungan sex di dalam berbagai bentuk di luar nikah merupakan suatu perjinahan), mabuk mabukan dan pembunuhan ( termasuk pembunuhan terhadap binatang yang tidak diperlukan). Dengan menghindari keempat kegiatan berdosa tersebut, maka seseorang akan mampu membawa diri seseorang ke dalam kedudukan kebaikan sehinga seseorang akan lebih mudah untuk mengontrol diri. Tanpa seseorang mampu mengontrol diri,merupakan hal yang mustahil untuk menjadi orang yang disiplin.

Namas tu rudräya parvaté-pataye

” sembah sujud Lord Rudra, suami dari ibu parvaté”

Om tat sat

Sumber;  Bhagirata Dasa

Translate »