Saat ini, khususnya di Indonesia, umat Hindu dengan fasihnya mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Tri Murti, yang merupakan tiga perwujudan Tuhan sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pelebur dalam bentuk Brahma, Visnu dan Siva. Bahkan banyak anggapan mengatakan bahwa dewa-dewa yang berjumlah 33 juta adalah sama dengan Tuhan. Mereka beranggapan bahwa semua dewa ini adalah sama dan sejajar, Tuhan yang sama dan dengan menyembah salah satunya akan mengantarkan atman pada pencapain Moksa, penyatuan Atman dengan Brahman.

Analogi umum yang dinyatakan oleh mereka yang meyakini filsafat ini adalah analogi nama. Dimana orang yang sama dikatakan sebagai orang tua oleh anaknya, dikatakan sebagai anak oleh orang tuanya, dikatakan sebagai guru oleh murid-muridnya dan dikatakan sebagai petani jika dia bekerja bertani. Sekilas sepertinya sangat meyakinkan. Tetapi apa analogi ini sesuai dan tepat untuk kondisi sebenarnya yang didasarkan atas sastra Veda?

Jika kita membaca Veda Sruti, maka disana dapat kita temukan banyak mantram-mantram pujian terhadap para dewa, bahkan ada mantram yang seolah-olah menyebutkan bahwa Tuhan hanyalah satu, yang disebut Indra, Agni, Brahma, Visnu, Rudra. Banyak orang beranggapan bahwa dengan mempelajari dan mengerti Catur Veda/Veda Sruti berarti dia sudah menguasai Veda dengan lengkap. Dan sering kali juga beranggapan bahwa Veda Smrti (Purana, Upanisad, dll) hanyalah di peruntukkan bagi kaum yang kurang mengerti sastra Veda Sruti. Padahal apakah benar seperti itu? Bukankah Veda Smrti merupakan penjabaran detail dari Veda Sruti dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan? Tanpa panduan Veda Smrti, seseorang tidak akan mampu menyanyikan mantram Veda (Chandha/Siksha), Mengartikan mantram-mantram Veda dengan bantuan Nirukti dan Vyakarana Sastra. Sehingga dapat dipastikan orang yang mempelajari Catur Veda tanpa berbekal pengetahuan Veda Smrti pasti akan bingung sendiri.

Konsep Tri Murti yang saat ini dikenal umum mungkin berasal dari konsep Tri Guna Avatara sebagaimana tercantum dalam Bhagavata Purana 1.2.23 menyebutkan, “Sattvam rajah tamah eti  ….  sthity-adaya hari virinci samjnah, Sri Hari yang spiritual tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat alam material  sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan).  Untuk keperluan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam material, Beliau mengambil perwujudan ketiga sifat alam tersebut sebagai Brahma, Visnu dan Siva”. Brahma adalah pengendali sifat alam rajas (kenafsuan). Visnu adalah pengendali sifat alam sattvam (kebaikan). Dan Siva adalah pengendali sifat alam tamas (kegelapan).

Tetapi Brahma dan Siva hanya bisa berbuat sesuai fungsinya masing-masing atas perkenan Visnu. Fakta ini diakui oleh Brahma sesuai dengan Bhagavata Purana 2.6.32; “Srjami tan niyukto’ ham haro hareti tad vasah visvam purusa rupena paripati tri sakti drk”, atas kehendak-Nya, saya mencipta dan Hara (Siva) melebur. Sedangkan Beliau (Visnu) sendiri adalah pengendali mahaperkasa atas segala tenaga mencipta, memelihara dan melebur alam material”.

Mengapa Brahma menyatakan demikian? Sebab Brahma tergolong jiva-tattva, makhluk hidup (jiva) yang diberikan kekuatan (sakti) khusus oleh Sri Visnu untuk melaksanakan tugas mencipta. Sedangkan Hara (yang juga disebut  Siva atau Rudra) adalah perbanyakan khusus Sri Visnu untuk melaksanakan tugas peleburan,dan tergolong siva-tattva.

Dengan demikian, proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan  alam material pada hakekatnya dilakukan oleh Sri Visnu sendiri yang juga disebut  Sri Hari atau Narayana. Fakta ini dinyatakan oleh Beliau sendiri dalam Bhagavad Gita yang merupakan kesimpulan seluruh pustaka suci Veda. “Mayadhyaksena prakrtih, alam matrial ini bekerja dibawah pengendalian-Ku (Bg.9.10). Aham krtsnasya jagatah prabhavah pralayas tatha, ketahuilah dengan pasti bahwa Saya lah yang menjadi sebab terciptanya alam material ini dan juga menjadi sebab peleburannya (Bg.7.6)”.

Brahma adalah makhluk hidup pertama di alam semesta material. Dia lahir dari bunga padma yang tumbuh dari pusar Garbhodakasayi Visnu. Oleh karena semua makhluk hidup di alam material berasal dari dirinya, maka Brahma disebut Moyang  (prajapati) pertama atau Leluhur awal segala makhluk.

Oleh karena lahir sendiri tanpa ayah atau ibu, maka Brahma disebut Svayambhu atau Atmabhu. Oleh karena memiliki empat kepala, maka Brahma disebut sang Catur Mukha.

Selanjutnya, oleh karena melaksanakan tugasnya mencipta  seluruh alam material, planet-planet dan beraneka macam badan jasmani bagi para makhluk hidup dengan memakai unsur-unsur materi yang telah disediakan oleh Sri Visnu, maka Brahma disebut sang Arsitek alam semesta material.

Menurut Brahma Samhita 5.27, Brahma mampu melaksanakan tugasnya mencipta setelah Melaksanakan pertapaan keras selama 1.000 tahun pada dewa dan menerima pengetahuan Veda dari Sri Visnu melalui suara seruling Beliau yang masuk ke telinganya.

Brahma Samhita 5.49 menyatakan bahwa dalam kedudukannya sebagai pencipta alam material, Brahma mengibaratkan dirinya seperti permata surya-kanta yang bercahaya kemilau karena diterpa oleh sinar matahari. Hal ini  berarti bahwa Brahma mampu menciptakan alam mayterial beserta segala fasilitas kehidupannya atas karunia Sri Visnu yang juga di Sri Narayana.

Oleh karena mencipta alam material dengan memanfaatkan unsur-unsur materi yang telah disediakan oleh Tuhan Sri Visnu, maka penciptaan oleh Brahma disebut visarga atau vaikrta. Sedangkan penciptaan unsur-unsur materi oleh Sri Visnu disebut sarga atau prakrta.

Karena itu, Brahma dikatakan sebagai secondary creator (pencipta ke-dua), sedangkan Sri Visnu disebut primary creator (pencipta awal).

Menurut Brahma Samhita 5.53, Brahma menyatakan dirinya tergolong jiva-tattva, makhluk hidup (jiva) yang selamanya berada dibawah pengendalian Sri Narayana. “Brahmadi kita pagava dhayas ca jivah”, mulai dari diri saya (Brahma) yang berkedudukan paling tinggi menurun sampai si serangga kecil dan hina, semuanya adalah para jiva.

Sebagai makhluk hidup (jiva), Brahma tidak hidup kekal. Dia hanya hidup selama 100 tahun menurut ukuran waktu di tempat tinggalnya Satya loka. Setelah mencapai usia 100 tahun, Brahma akan wafat. Dan kematiannya berarti total pralaya (kiamat) seluruh alam semesta material.

Oleh karena Brahma melaksanakan tugasnya mencipta sebagai pelayanan bhakti kepada Sri Hari (Narayana) dan  oleh  karena dia senantiasa khusuk dalam kegiatan spiritual demikian, setelah wafat Brahma dipastikan kembali pulang ke dunia rohani Vaikuntha-loka / Moksha.

Sementara tugasnya mencipta selesai, Brahma berkedudukan sebagai Residential Manager alam semesta material.

Secara umum Brahma dianggap sebagai Dewa tertinggi di alam semesta material, sebab semua Rishi, Dewa dan segala jenis makhluk lain berasal (tercipta) dari dirinya. Begitu pula, segala pengetahuan yang ada di alam material berasal darinya. Sebab Brahma adalah perwujudan pengetahuan Veda (Vedas personified). Dan nama Brahma itu sendiri berarti  pengetahuan Veda.

Apabila Indra dan para Dewa pengendali urusan material dunia fana tidak  mampu mengatasi gangguan para Asura yang merusak tatanan kehidupan di seluruh alam semesta material, mereka akan melapor kepada Brahma, mohon bantuan. Dan Brahma akan memohon kepada Tuhan, Sri Narayana agar ber-avatara ke dunia fana untuk membasmi para Asura itu.

Karma-mayam berarti dapat dicapai dengan melakukan amat banyak karma bajik. Dikatakan bahwa  post  atau jabatan Brahma adalah karma-mayam, dapat dicapai dengan melakukan sangat banyak kegiatan (karma) bajik.  Dalam Bhagavata Purana 4.24.29 disebutkan; “Sva-dharma nistah sata janmabhih puman virincatam eti”, jika seseorang melakukan  tugas kewajibannya (dalam varna-asrama)  secara amat sempurna selama 100 kali penjelmaan, maka dia berkualifikasi menduduki jabatan Brahma.

Selanjutnya dikatakan, “Tatra brahma tu vijneha purvokta vidhaya hareh”, jika tidak ada makhluk hidup (jiva) yang memenuhi syarat untuk menjabat sebagai Brahma, maka Sri Hari sendiri bertindak sebagai Brahma”.

Tetapi jabatan Brahma tetap dipegang oleh satu makhluk hidup (jiva) sejak saat penciptaan sampai saat peleburan (pralaya) alam material.  Atau, jabatan Brahma tidak bisa dialihkan kepada makhluk hidup (jiva) lain.

Visnu berarti “all pervading”, berada dimana-mana. Dikatakan demikian, sebab  Visnu berada di lubuk hati setiap makhluk hidup dan juga di didalam setiap inti atom. Beliau juga secara pribadi  tinggal  di alam material di suatu tempat  bernama Sveta-dvipa.

Visnu adalah salah satu nama Tuhan dalam hubungannya dengan fungsi memelihara alam material dan melindungi  segala makhluk penghuninya. Nama lain  Beliau adalah  HariNarayana, Hrsikesa, Kesava, Madhava, Vasudeva, Janardana, Govinda,  Krishna dan sebagainya. (lihat Visnusahasranama / 1000 nama suci Tuhan)

Visnu-avatara berarti Visnu yang turun ke alam material untuk melaksanakan misi tertentu dalam hubungannya dengan pemeliharaan alam material. Karena itu ada banyak jenis  Visnu-avatara,  antara lain Purusa-avatara, Guna-avatara,  Yuga-avatara,  Purna-avatara, Lila-avatara,  Manvantara-avatara, dan sebagainya.

Menurut Bhagavad Gita 4.8 tujuan Visnu-avatara adalah:

  1. Paritranaya sadhunam (melindungi orang-orang saleh)
  2. Vinasaya ca duskrtam (menghancurkan orang-orang jahat)
  3. Dharmasamsthapanarthaya (menegakkan prinsip-prinsip dharma di alam material).

Dari sekian banyak Visnu-avatara, Yuga-avatara Sri  Rama dan  Purna-avatara. Sri Krishna adalah yang paling dikenal di masyarakat manusia. Sebab lila (kegiatan rohani) kedua Avatara ini terjadi di Bumi.

Lila Sri Rama tercantum dalam kitab Ramayana, sedangkan lila Sri Krishna tercantum dalam kitab Mahabharata. Kedua kitab  Itihasa ini secara khusus disusun oleh Rishi Valmiki dan Rishi Vyasa untuk memudahkan  penduduk Kali-Yuga mengingat Tuhan dan  dengan demikian mensucikan hati agar bisa segera pulang  kembali ke dunia rohani Vaikuntha-loka / Moksha.

Dalam kitab Ramayana tercantum prinsip-prinsip kepemimpinan yang disebut asta-vrata dan contoh kepemimpinan praktis nan luhur yang diperlihatkan langsung oleh kehidupan Sri Rama. Semua ini dimaksudkan sebagai tauladan yang harus dicontoh oleh setiap pemimpin di masyarakat manusia.

Dalam kitab Mahabharata tercantum kesimpulan seluruh puskata Veda yaitu Bhagavad Gita. Kitab Bhagavad Gita ini dimaksudkan agar orang-orang Kali Yuga mudah mempelajari, mengerti dan mem-praktekkan Veda dalam kehidupan sehari-hari.

Lila Visnu-avatara juga tercantum dalam berbagai kitab Purana yang tergolong Itihasa.

Dewa Siva lahir dari kening Brahma ketika beliau sedang marah kepada ke empat putranya yaitu para Rishi Catur Kumara. Begitu lahir dalam wujud bayi berwarna merah kebiruan, ia menangis dengan suara amat keras sehingga Brahma memberinya nama Rudra.

Kelahirannya dari kemarahan Brahma menunjukkan bahwa Siva adalah personifikasi sifat alam tamas (kegelapan). Sebab, marah berarti gelap, dan gelap berarti kehancuran.

Siva memiliki sebelas nama yaitu; Manyu, Manu, Mahan, Rudra, Mahinasa, Rtadhvaja, Ugrareta, Bhava, Vamadeva, Dhrta vrata dan Kala. Semua perbanyakan Siva ini dikenal sebagai Ekadasa Rudra, sebelas Rudra.

Ke sebelas perwujudan Siva ini masing-masing memiliki istri (sakti) dan dikenal sebagai para Rudrani. Mereka adalah: Dhi, Dhrti, Rasala, Uma,  Niyut, Sarpi, Ila, Ambika, Iravati, Svadha dan  Diksa.

Siva bertempat tinggal di Kailasa, yang terletak di perbatasan dunia rohani dan juga di salah satu puncak pegunungan Himalaya di bumi ini. Dibagian lain pustaka Veda dikatakan beliau juga punya tempat tinggal di Vitala-loka dan di Ilavrta-varsa.

Sedangkan tempat tinggal ke sebelas perbanyakannya adalah sebagai berikut.

NO. TEMPAT TINGGAL BUKTI KEHADIRAN SIVA YANG MENGHANCURKAN
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

HATI

INDRIYA

NAFAS

LANGIT


UDARA

API

AIR

BUMI

MATAHARI

BULAN

KEKUATAN

TAPA

BILA SESEORANG MARAH, HATI (JANTUNG) NYA BERDETAKKERAS, MATANYA MERAH, INDRIYA-INDRIYA JADI TEGANGDAN NAFASNYA JADI BERAT DAN CEPAT.


LANGIT DITUTUPI AWAN TEBAL DAN GUNTUR MENGGLEGAR

MENJELANG TERJADI HUJAN BADAI YANG MENGAMUK.

ANGIN TOPAN YANG MERUSAK SEGALA SESUATU DI BHUMI.

KEBAKARAN YANG MENGHANGUSKAN.

BANJIR DAN GELOMBANG PASANG (TSUNAMI).

GEMPA YANG MERUSAK.

SINAR MATAHARI YANG MENYENGAT.

SUHU AMAT DINGIN.

KUTUKAN YANG TIMBUL DARI KEMARAHAN SANG BRAHMANA

Sesuai perintah sang Ayah (Brahma), Siva ikut aktip menurunkan anak cucu untuk mengisi dunia dengan penduduk beranekaragam.  Tapi semua keturunannya berperangai galak, bengis dan menakutkan.

Bhagavata Purana mengatakan bahwa ketika mereka berkumpul hendak menghancurkan dunia, Brahma berkata kepada Siva, “Tidak ada gunanya engkau menurunkan makhluk-makhluk kejam dan pemarah seperti mereka. Lihatlah, mereka membuat kerusakan disana-sini dengan pancaran panas yang keluar dari matanya. Bahkan beberapa dari mereka telah menyerang diriku

Brahma lanjut berkata, “Karena itu, O anakku, berilah mereka contoh prilaku yang baik. Tekunkan dirimu dalam pertapaan. Sebab, hanya dengan pertapaan kehidupan dan kesejahteraan segala makhluk dapat dipelihara”

Diperintah demikian, Siva lalu pergi ke hutan dan melaksanakan pertapaan. Beliau ber-meditasi kepada salah satu dari empat perbanyakan utama (Catur-Vyuha) Sri Narayana yaitu  Sankarsana yang di alam fana berwujud sebagai Naga Ananta, tempat tidur Grbhodakasayi Visnu. Dikatakan oleh Veda bahwa  Sankarsana adalah sumber keberadaan Siva.

Siva berdoa kepada Sankarsana sbb, “Om namo bhagavate  maha  purusaya sarva guna sankhany anantasya vyaktaya nama iti  …”, O Tuhanku, saya sujud kepada-Mu dalam perwujudan-Mu sebagai Sankarsana.  Anda  adalah sumber segala kekuatan rohani. Meskipun anda memiliki sifat-sifat tak terbatas, Anda tetap tidak dikenal oleh mereka yang bukan penyembah-Mu” (Bhagavata purana 5.17.17).

Lebih lanjut Siva berkata, “ … ete vayam yasya vase mahatmanah sthitah sakuntah iva sutra yantitrah”, Brahma dan diriku adalah bagaikan burung-burung terikat tak berdaya … Hanya dengan karunia-Mu lah  kami  mampu mencipta dan melebur alam material ini” (Bhagavata Purana.5.17.23).

Dikatakan bahwa ular-ular cobra yang menghias diri Siva adalah perwujudan Naga Ananta. Dan gambar atau lukisan Siva sedang bermeditasi adalah ungkapan pernyataan Veda.

Translate »