Neraka, sebuah kata yang membuat orang takut akan Tuhan, yang membuat orang takut melanggar aturan kitab suci dan yang membuat orang gelisah untuk melakukan kegiatan-kegiatan penebusan dosa. “Bisnis” neraka dalam sejarah kehidupan manusia ternyata cukup menjanjikan. Pihak gereja pada waktu lampau sanggup meraup milyaran dolar hanya dengan menjual surat penebusan dosa. Para tikus-tikus koruptor seolah-olah bebas dari dosa setelah melakukan pencucian uang dengan cara menyetorkan uang itu ke pundi-pundi sosial religius.

Sedangkan Sorga selalu menjadi media “iklan” yang paling menarik yang akan membuat manusia rajin sembahyang, rajin berderma dan berbuat baik, bahkan rajin melakukan tindakan-tindakan biadab atas dasar dogma-dogma agama.

Apakah sorga dan neraka itu nyata atau hanya ada dalam pikiran kita?

Pertanyaan yang sangat sering muncul, bahkan anehnya pertanyaan ini lebih sering mengantui mereka yang merupakan pengikut Veda, umat Hindu. Ironisnya, Neraka yang berasa dari kata sansekerta “Naraka” dan Sorga dari kata Svarga malah lebih diyakini keberadaannya oleh umat-umat agama Abrahamik. Bahkan kata sorga dan neraka ini malahan dijadikan bumerang terhadap umat Hindu agar dapat “diselamatkan” oleh mereka.

Apa, dimana dan bagaimana sebenarnya sorga dan neraka itu? Mari kita coba baca dan cermati kutipan-kutipan sloka-sloka berikut, dan akan saya mulai dari kutipan sloka-sloka tentang neraka.

Bhagavata Purana 5.26.7

“Beberapa sumber terpencaya mengatakan bahwa ada total 21 planet Neraka, dan beberapa mengatakan 28. Nama-nama planet Neraka itu adalah: Tamisra, Andhatamisra, Raurava, Maharaurava, Kumbhipaka, Kalasutra, Asipatravana, Sukaramukha, Andhakupa, Krmibhojana, Sandamsa, Taptasurmi, Vajrakanttaka-salmali, Vaitrani, Puyoda, Pranarodha, Visasana, Lalabhaksa, Sarameyadana, Avici, Ayahpana, Ksarakardama, Raksogana-bhojana, Sulaprota, Dandasuka, Avatanirodhana, Paryavartana da Sucimukha. Semua planet-planet Neraka ini dimaksudkan sebagai tempat hukuman bagi makhluk hidup.”

Bhagavata Purana 5.26.8

“Seseorang yang mengambil alih istri sah, anak-anak atau uang orang lain diseret pada saat kematian, oleh Yamadhuta yang menakutkan, yang mengikatnya dengan tali waktu dan melemparkannya dengan paksa ke dalam planet-planet Neraka yang bernama Tamisra. Di planet yang gelap ini, orang-orang berdosa di hukum oleh para Yamadhuta, yang memukuli dan memarahinya. Dia menderita kelaparan, dan ia tidak diberikan air untuk diminum. Demikianlah para asisten Yamaraj yang penuh murka, membuatnya menderita, dan kadang-kadang ia jatuh pingsan menerima berbagai siksaan mereka.”

Bhagavata Purana 5.26.11

“Di dalam kehidupan ini, orang-orang melakukan kekerasan terhadap para makhluk hidup. Oleh karena itu, setelah kematian, ketika ia diseret ke Neraka oleh Yamaraj, para makhluk hidup itu yang dulu ia sakiti muncul sebagai binatang yang bernama ruru untuk memberikan rasa yang amat sakit padanya. Orang terpelajar menyebut Neraka ini Raurava. Hewan ini tak dapat kita lihat di Bumi, ruru ini memiliki sifat lebih iri daripada ular.”

Bhagavata Purana 5.26.12-13

“Hukuman di Neraka yang bernama Maharaurava adalah wajib bagi orang yang memelihara badannya dengan menyakiti makhluk hidup lainnya. Di Neraka ini, ada hewan Ruru yang dikenal dengan nama Krayavada menyiksa dan memakan dagingnya. Untuk pemeliharaan badan mereka dan untuk kepuasan lidah mereka, Orang-orang jahat memasak hidup-hidup hewan-hewan dan burung–burung lemah. Orang-orang seperti itu dikutuk bahkan oleh pemakan manusia sekalipun. Pada kehidupan mereka kemudian, mereka diseret oleh para Yamadhuta ke Neraka yang bernama kumbhipaka, dimana mereka dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih.”

Bhagavata Purana 5.26.14

“Seorang pembunuh Brahmana  dimasukkan ke Neraka yang bernama Kalasutra, yang memiliki garis tengah 80.000 mil dan seluruhnya terbuat dari tembaga. Dipanasi dari bawah oleh api dan dari atas oleh Matahari yang membara, permukaan tembaga planet ini sangat panas sekali. Demikianlah para pembunuh Brahmana menderita terbakar baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam ia terbakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia terbakar oleh panas matahari dan api yang berada di bawah permukaan tembaga. Oleh karena itu, kadang-kadang mereka terbaring, kadang duduk, kadang-kadang berdiri, dan kadang-kadang berlari kesana kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahun sebanyak rambut yang ada di tubuh seekor hewan ”

Bhagavata Purana 5.26.16

“Di dalam kehidupan yang akan datang, seorang raja atau wakil pemerintah yang berdosa, yang menghukum orang yang tidak berdosa, atau yang memberikan hukuman pada badan seorang brahmana, diseret oleh Yamadhuta ke Neraka yang bernama Sukharamuka, dimana asisten Yamaraj yang paling perkasa menghancurkannya, percis seperti orang meremas tebu untuk mendapatkan airnya. Para makhluk hidup yang berdosa menangis dengan menyedihkan dan akhirnya pingsan, sama seperti seorang manusia yang tidak berdosa menjalani hukuman. Ini adalah akibat dari menghukum orang yang tidak bersalah.”

Bhagavata Purana 5.26.19

“Seseorang, yang bukan karena terancam jiwanya, merampok seorang Brahmana atau bahkan orang lain (yang bukan Brahmana sekalipun) dan mengambil permata (atau benda-benda berharga)-nya dan emas, ditempatkan ke dalam Neraka bernama Sandamsa. Di sana kulitnya dilapisi dan dipisahkan oleh bola-bola dan jepitan besi merah panas, maka keseluruhan badannya terpotong menjadi berkeping-keping.”

Bhagavata Purana 5.26.20

“Seorang laki-laki atau wanita yang terlibat dalam hubungan seksual dengan pasangan tidak sah, dihukum setelah kematiannya oleh para asisten Yamaraja di Neraka yang bernama Taptasurmi. Disanalah laki-laki dan wanita yang melakukan kesalahaan itu, dipukul dengan cambuk. Sang laki-laki dipaksa untuk memeluk besi merah panas yang berbentuk wanita. Dan yang wanita dipaksa untuk memeluk besi yang sama namun berbentuk laki-laki. Itulah hukuman bagi seks yang tidak sah.”

Sloka-sloka tentang neraka di atas hanyalah sebagian kecil dari gambaran neraka yang terdapat dalam kesusastraan Veda. Namun demikian sloka-sloka tersebut sudah memberikan gambaran yang sangat jelas tentang bagaimana menderitanya hukuman-hukuman yang harus di jalani di alam neraka.

Lalu bagaimana kenikmatan di sorga?

Dalam Bhagavata Purana 5.17.12 dikatakan bahwa di Surga atas termasuk di Bumi sebelum munculnya zaman kali ribuan tahun yang lalu para penduduk hidup selama sepuluh ribu tahun dan semuanya mirip dewa. Mereka mempunyai kekuatan badan sepuluh ribu gajah dan badan sekuat halilintar. Masa muda dalam kehidupan mereka sangat menyenangkan, baik pria dan wanita menikmati persatuan seks dengan sangat menyenangkan dengan jangka waktu yang lama. Setelah sekian lama mengalami kenikmatan sensual dan ketika sekitar setahun masa kehidupan masih tersisa sang istri mendapatkan seorang anak. Demikianlah standar kesenangan para penuduk Surga ini sama persis dengan manusia yang hidup pada Treta Yuga.

Lebih lanjut dikatakan bahwa di Sorga terdapat banyak taman penuh bunga dan buah sesuai dengan musim, dan ada pertapaan-pertapaan yang dihias dengan baik. Antara gunung-gunung besar yang membatasi wilayah-wilayah di sana, ada danau-danau sangat besar berisi air jernih penuh dengan bunga-bunga padma yang baru tumbuh. Burung air seperti angsa, bebek, ayam air, dan angsa merasa sangat senang karena keharuman bunga-bunga padma, dan suara-suara kumbang yang mempesona, memenuhi udara. Para penduduk tempat ini merupakan pemimpin-pemimpin penting di antara para dewa. Selalu disertai oleh para pelayan mereka yang terhormat, mereka menikmati hidup di taman-taman disisi-sisi danau. Dalam keadaan yang menyenangkan, istri-istri para dewa tersenyum dengan riang kepada suami-suami mereka dan melihat mereka dengan tatapan nafsu. Seluruh dewa dan istri-istrinya disediakan bubuk cendana dan kalungan bunga secara teratur oleh pelayan-pelayan mereka. Dengan cara demikian, para penduduk varshakedelapan menikmati, tertarik dengan kegiatan lawan jenis.

Bhagavata Purana 8.2.7-8;

“Tiga bahan dasar utama yang ada di puncak Gunung Trikuta terbuat dari besi, perak dan emas, yang memperindah segala arah dan angkasa. Gunung ini juga memiliki puncak yang lain, yang penuh dengan permata dan berbagai mineral dan dihiasi dengan pohon-pohon, tanaman menjalar dan semak-semak yang indah. Suara-suara air terjun di atas gunung menciptakan vibrasi yang menyenangkan. Begitulah adanya gunung itu, semakin meningkatkan keindahan disegala penjuru. Tanah lapang di kaki gunung selalu di bersihkan  oleh gelombang ombak susu membentuk jamrud di sekiling gunung, di delapan penjuru mata angin. Para penduduk planet-planet atas seperti para Siddha, Carana, Ghandarva, Vidyadhara, para Naga, Kinnara dan Apsara biasanya pergi ke gunung untuk bermain-main (sport). Demikianlah semua gua di gunung itu penuh dengan penduduk-penduduk Surgawi ini.”

“Lembah-lembah di bawah Gunung Trikuta terhias indah dengan beraneka ragam hewan hutan, dan di dalam pohon-pohon yang terawat di taman-taman oleh para dewa, ada beraneka jenis burung bersiul dengan suara-suara merdu. Gunung Trikuta memiliki banyak danau dan sungai, dengan pantai-pantai yang ditutupi dengan permata/mutiara-mutiara kecil menyerupai butiran-butiran pasir. Airnya sejernih kristal, dan ketika bidadari para dewa mandi di dalamnya, badan-badan mereka memberikan keharuman kepada air dan angin sepoi yang bertiup, yang memperkaya atmosfer di sana.”

Bhagavata Purana 7.4.8-11;

“Hiranyakasipu, yang memiliki segala kemewahan mulai tinggal di Surga, dengan taman Nandananya yang terkenal, yang dinikmati oleh para dewa. Pada kenyataannya, dia tinggal di istana Dewa Indra, Raja Surga. Istana itu dibangun secara langsung oleh arsitek para dewa, Visvakarma dan dibuat sedemikian indah, seolah-olah Dewi Keberuntangan alam semesta ini berstana di sana. Jalan-jalan setapak di kediaman Raja Indra terbuat dari coral, lantainya terhias dengan Jamrud yang tak ternilai, tembok-temboknya terbuat dari kristal, dan pilar-pilar terbuat dari batu yang bernama Vaidurya. Canopi-canopi terhias dengan indah, tempat-tempat duduk terhias dengan batu ruby, dan tempat tidur terbuat dari sutra, seputih busa, yang terhias mutiara. Gadis-gadis istana itu, yang diberkati dengan gigi-gigi yang indah, dan wajah-wajah yang paling cantik, berjalan ke sana dan ke mari di istana itu, gelang kaki mereka bergemerincing dengan merdu, dan mereka melihat  bayangan mereka sendiri di permata-permata.”

Kita sudah melihat gambaran tentang kondisi planet-planet neraka dan surga menurut Bhagavata Purana. Namun, sebagain dari kita mungkin masih bertanya, dimanakah surga dan neraka itu berada? Apakah itu berada di bumi ataukah di tempat lain?

Saya akan mencoba menjelaskan susunan alam (loka) dalam satu alam semesta ini sebagaimana yang sudah digambarkan dalam poster alam semesta yang bisa di download dalam website ini.

Sebelum kita mencoba menentukan letak susunan alam-alam yang lain, mari kita samakan persepsi tentang orientasi arah (antara atas dan bawah) terlebih dahulu. Kenapa hal ini penting? Karena pada dasarnya yang disebut atas dan bawah adalah suatu kesepakatan. Di bumi kita mengatakan atas untuk mengatakan arah yang berlawanan dengan arah gravitasi bumi, dan mengatakan bawah untuk yang searah dengan gravitasi bumi. Tentunya orientasi arah yang kita gunakan untuk menentukan posisi dalam satu alam semesta ini bukanlah gravitasi bumi lagi, tetapi orientasi yang lain.

Dalam Bhagavata Purana 5.20.43-46 dikatakan “Matahari kita berada di pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka.  Matahari ini membagi segala arah alam semesta. Karena kehadiran mataharilah kita dapat mengerti apa itu angkasa, apa itu planet-planet yang lebih tinggi, dan apa itu dunia ini”. Dengan berpatokan pada sloka ini kita akan menyepakati bahwa yang disebut atas dalam alam semesta kita adalah orientasi arah tata surya kita dengan pusat matahari menuju alam dewa brahma (Brahmaloka/satyaloka), dan yang disebut bawah adalah orientasi arah dari tata surya kita menuju kediaman Sri Sankarsana/Anantadeva.

Dalam Bhagavata Purana 5.23.9 dijelaskan jarak antara susunan alam-alam ini, yaitu sebagai berikut;

Dhruvaloka (bintang kutub), berjarak 3,800,000 yojana diatas matahari. Di atas Dhruvaloka yang berjarak 10,000,000 yojana adalah Maharloka, diatas Maharloka dengan jarak 20,000,000 yojana adalah Janaloka, diatas Janaloka dengan jarak 80,000,000 yojana adalah Tapoloka, dan di atas Tapoloka dengan jarak 120,000,000 yojana adalah Satyaloka. Alam Vaikuntha / Moksha / alam rohani terletak 26,200,000 yojana diatas Satyaloka.

susunan alam

susunan alam

Visnu Purana sendiri menjelaskan bahwa jari-jari alam semesta kita (dari matahari kita sampai pada sisi terluar dari satu alam semsta kita) adalah 260,000,000 yojanas.

Bhagavata Purana 9.24 58 dan 3.32.10 mejelaskan tentang planet Satyaloka yang merupakan susunan alam yang tertinggi dan dikatakan disana terdapat suatu bentuk menyerupai bunga padma raksasa yang sangat indah dan merupakan tempat singga sana Dewa Brahma yang selalu sibuk dalam meditasinya.

Di bawah satyaloka terdapat muniloka (tapaloka, janaloka dan mahaloka), yang merupakan tempat tinggal resi-resi agung yang selalu khusuk dalam meditasi. Sebagaimana dikatakan dalam Bhagavata Purana 11.24.11; “dengan yoga mistik, pengendalian diri yang luar biasa, mereka mencapai mahaloka, janaloka dan tapaloka, tetapi dengan yoga yang di tujukan kepada-Ku seseorang mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal.

Di bawah Mahaloka terdapat Svargaloka atau alam sorga yang dipimpin oleh raja sorga, Dewa Indra. Di sorga hidup sekitar 330 juta dewa dengan tugas, kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dan dalam Aitareya Brahmana 1.1.1 disebutkan “Diantara para dewa, Agni adalah yang paling rendah dan Visnu adalah yang paling tinggi dan dewa-dewa yang lainnya adalah diantara ini”. Lebih lanjut tentang kenikmatan di sroga dan serba serbinya dijelaskan antara lain dalam Bhagavata Purana 2.42-43, 10.84.12, 5.19.28.


Dalam Bhagavata Purana 5.24.1-6 menjelaskan bahwa di bawah ”planet-planet atas” dibawah Svargaloka, terdapat susunan planet Bhuvarloka yang terletak masih di atas Bumi, planet-planet ini, yaitu mulai dari planet Rahu yang berjarak 80.000 mil di bawah matahari. Planet ini bergerak bagaikan salah satu bintang namun ia merupakan sebuah planet gelap dan tak terlihat; yang mana, keberadaannya dapat dilihat kadang-kadang ketika ada sebuah gerhana. Di bawah rahu  80.000 mil lagi ada planet-planet yang bernama Siddhloka (dimana hidup para Siddha, atau makhluk-makhluk yang secara alamiah memiliki kesempurnaan mistis, seperti bisa terbang dari satu planet ke planet lain tanpa memakai mesin, Caranaloka (dimana hidup para Carana atau para makhluk mirip minstrel ’penyanyi atau penyair pengelana), Gandharvaloka (dimana hidup para Gandharva atau makhluk ’malaikat’ bersayap), dan Vidyadharaloka (dimana hidup para Vidyadhara, makhluk-makhluk halus yang menguntungkan, yang amat cantik dan bijaksana). Di bawah planet-planet ini merupakan tempat kenikmatan untuk para Yaksha (makhluk-makhluk halus misterius yang sering mengunjungi sawah-sawah dan hutan-hutan), para Rakshasha (makhluk raksasa yang mengembara tiap malam, dan juga membentuk kapal dan dapat mengambil wujud seperti anjing, burung hering, burung hantu, orang kerdil, dan lain-lain). Para Pishaca (makhluk-makhluk iblis yang makan daging, dapat merasuki orang-orang dan berkumpul di kuburan atau tempat crematorium dengan hantu lainnya), dan makhluk lainnya seperti hantu dan yang lainnya. Di bawah planet-planet yang gelap dan tak terlihat ini, sekitar ratusan mil adalah planet Bumi.

Berikutnya dalam Bhagavata Purana 5.24.87-9 menjelaskan bahwa di bawah tata surya kita masih terdapat tujuh planet lainnya, yang bernama Atala, Vitala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala dan Patala. Di tujuh sistem planet ini, yang juga terkenal dengan nama ”Surga Bawah” (bila-svarga), ada rumah-rumah, taman-taman dan tempat kenikmatan indrawi yang sangat indah, dan bahkan lebih mewah dibanding planet-planet diatas karena para raksasa memiliki standar kenimatan sensual yang sangat tinggi. Sebagian besar para penduduk planet-planet ini menikmati hidup tanpa gangguan. Demikianlah mereka dapat dimengerti sangat terikat kepada kebahagian ilusif. 240.000 mil di bawah Planet Patala tinggal salah satu inkarnasi Tuhan Yang Maha Kuasa, Sri Ananta atau Sri SankarsanaSri Sankarana merupakan lautan sifat-sifat rohani yang tidak terbatas.

Menurut Bhagavata Purana 5.26.5 dikatakan tepat di atas Sri Sankarsana dan dibawah sistem planet-planet bila-svarga, patala inilah terdapat susunan planet-planet neraka. Jadi letak planet-planet neraka adalah di susunan planet-planet terbawah dalam satu alam semesta.

Bhagavata Purana 5.26.37

“Di wilayah kekuasaan Yamaraja, ada ratusan dan ribuan planet-planet Neraka. Orang-orang tidak saleh seperti yang telah saya sebutkan-dan yang tidak saya sebutkan—semuanya harus masuk ke berbagai planet-planet ini sesuai dengan tingkat ketidaksalehan mereka. Mereka yang saleh, bagaimana pun juga, memasuki sistem planet yang lain, planet-planet para dewa. Namun, baik yang saleh maupun yang tidak saleh, kedua-duanya juga akan dibawa ke Bumi setelah segala pahala kegiatan saleh atau tidak saleh mereka habis.”

Jadi dari penjelasan yang cukup panjang mengenai susunan alam dalam satu alam semesta diatas kita sudah mengetahui dimana letak planet surga dan dimana letak neraka. Yang pasti, ternyata surga dan neraka tidaklah terletak di bumi atau hanya berupa kayalan kita saja, tetapi terletak di susunan planet-planet yang lain nan jauh disana. Sorga sebagai planet kenikmatan sementara juga bukanlah planet material yang tertinggi di alam semsta ini, tetapi masih ada planet-planet yang lebih tinggi, lebih indah dan lebih halus dari surga, yaitu Brahmaloka/Satyaloka. Sedangkan neraka sebagai “penjara” roh yang berbuat jahat terletak pada susunan planet-planet terbawah di alam semesta ini.

Meski standar kenikmatan dalam planet-planet atas begitu tinggi, jauh dibandingkan dengan di bumi, namun tujuan hidup kita bukanlah planet kenikmatan tersebut, tetapi mencapai alam rohani, Moksha yang Sat Cit Ananda sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gita 8.16;

“Dari planet yang paling tinggi sampai planet yang paling rendah, semuanya adalah tempat-tempat kesengsaraan dimana berlangsung kelahiran dan kematian yang berulang. Namun, dia yang telah mencapai Tempat Tinggal-Ku, wahai putera Kunti, tidak akan pernah lahir lagi.”

Lebih lanjut dalam beberapa sloka-sloka dalam Bhagavata purana juga membenarkan tentang hal ini. Jangan menjadikan sorga sebagai tujuan akhir kehidupan kita di bumi ini, tetapi gunakan kesempatan hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya untuk mencapai alam Moksha, karena di bumi inilah disaat menjadi manusia kesempatan itu terbuka lebar.

Bhagavata Purana 5.19.21;

“Karena bentuk kehidupan manusia merupakan posisi yang mulia untuk keinsyafan spiritual, semua para dewa di Surga berbicara seperti ini: Betapa hebatnya makhluk manusia ini karena lahir di Bharata varsha (Planet Bumi). Mereka pasti telah melaksanakan kegiatan-kegiatan saleh berupa pertapaan di masa lalu, atau pribadi Tuhan Yang Maha Esa sendiri sudah puas dengan mereka. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka sibuk di dalam pengabdian suci dalam begitu banyak cara? Kita, para dewa hanya dapat bericta-cita untuk mendapat kelahiran sebagai manusia di Bharata Varsha untuk melaksanakan pengabdian suci, namun umat manusia ini sudah melaksanakan di sana”

Bhagavata Purana 5.19.22;

“Setelah melaksanakan tugas yang amat sulit dalam kurban suci ritualistik Veda, melaksanakan pertapaan, melaksanakan sumpah dan berderma, kami telah mendapatkan kedudukan ini sebagai penduduk planet-planet Surga. Namun apakah nilai dari pencapaian ini? Di sini kami sangat sibuk dalam kepuasan indra material, dan oleh karena itu kami sangat sulit untuk mengingat Kaki-Padma Narayana. Tentu saja, karena pemuasan indra yang berlebihan, kami hampir selalu melupakan Kaki-Padma-Nya.”

Bhagavata Purana 5.19.23;

“Sebuah hidup singkat di tanah Bharata Varsha adalah lebih baik dibandingkan sebuah hidup diBrahmaloka selama jutaan dan miliaran tahun karena jika seseorang diangkat ke Brahmaloka, dia juga mengulangi kelahiran dan kematian. Meskipun hidup di Bharata Varsha, sebuah planet yang lebih rendah, sangat singkat, namun orang yang hidup di sana dapat meningkatkan dirinya ke dalam Kesadaran Krishna (kesadaran akan Tuhan dan jati diri kita) penuh dan mencapai kesempurnaan tertinggi, bahkan dalam hidup yang singkat ini, dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Kaki Padma Tuhan. Demikianlah seseorang dapat mencapai Vaikunthaloka (Planet-planet Rohani), dimana tidak ada kecemasan dan tidak pula ada kelahiran kembali dalam badan material.”

Bhagavata Purana 5.19.25;

“Bharata Varsa menawarkan lingkungan dan tempat yang tepat untuk melaksanakan pengabdian suci (Bhakti Yoga), yang dapat membebaskan orang dari segala akibat jnana (pengetahuan spekulasi) dankarma. Jika seseorang mendapatkan sebuah badan manusia di Bharata Varsha, dengan organ sensori yang jelas yang mana dapat melaksanakan Sankirtan Yajna ’mengucapkan atau menyanyikan keagungan nama suci Tuhan’, tetapi walaupun ada kesempatan ini, ia tidak menjalankan pengabdian suci, maka dia memang seperti hewan dan burung hutan yang bebas, yang kurang perawatan dan oleh karena itu,  sekali lagi tertangkap oleh pemburu.”

Veda juga mengajarkan bahwasanya hidup sebagai manusia tidaklah bertujuan untuk menghindari kehidupan neraka, seorang penyembah Tuhan yang agung tidak akan pernah mempermasalahkan dimana dia akan dilahirkan, tidak menolak bagaimanapun kondisi kelahirannya asalkan dia bisa tetap ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana disebutkan dalam Bhagavata Purana 3.15.49;

“Oh Tuhan, kami berdoa semoga Engkau membiarkan kami lahir di dalam segala kondisi kehidupan Neraka, kalau hati kami dan pikiran kami selalu sibuk di dalam pelayanan suci kepada Kaki Padma-Mu, kata-kata kami menjadi lebih indah (hanya dengan membicarakan segala kegiatan-Mu)  seperti halnya daun Tulasi dipercantik ketika dipersembahkan kepada Kaki Padma-Mu, dan sepanjang telinga kami selalu mendengar tentang sifat-sifat rohani-Mu.”

Akhir dari artikel ini, kembali lagi saya ingatkan, “jangan pergi ke Sorga”, jangan termakan iklan murahan sorga sebagaimana yang selama ini kita dengar. Berbanggalah sebagai Hindu karena kita mengetahui sorga yang sesungguhnya, Tuhan melalui Veda telah memberikan kita gambaran yang sangat lengkap tentang alam semesta ini, gambaran yang jauh lebih komplit dibandingkan “iklan tetangga kita” selama ini. Dan “jangan takut pergi ke neraka”, tentunya ketidaktakutan ini bukan karena berani dihukum di neraka, tapi karena kita bebas dari dosa, ke neraka bukan untuk dihukum, tapi mungkin sebagai petugas yang menghukum atau sebagai sadhu (orang suci) yang memberikan pelajaran rohani terhadap roh-roh yang sedang dihukum di neraka sehingga mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih tinggi dan bahkan insaf akan Tuhan.

Sumber: 1. http://www.veda.harekrsna.cz

2. http://www.bvinstitute.org/

Translate »