Sadarkah anda bahwa Tuhan yang anda puja adalah raja-diraja-nya penipu? Beliaulah penipu yang ulung, yang tidak pernah gagal. Beliaulah Sang Maha Penipu.

 Betulkah Tuhan adalah Maha Penipu? Tentunya orang yang membaca judul dan kalimat diatas akan memiliki dua jenis pandangan berbeda terhadap saya. Pandangan pertama mungkin bernada negatif yang menganggap saya menghina dan menjelek-jelekkan Tuhan. Tapi orang ke dua mungkin akan berpandangan jauh berbeda dengan pandangan pertama, yaitu pandangan yang positif. Orang kedua ini mungkin akan mengatakan bahwa saya sedang mengagung-agungkan Tuhan.

 Jika anggapan pertama yang muncul dalam benak anda untuk pertama kalinya yang mengatakan bahwa saya menghina Tuhan, maka saya katakan pengetahuan anda masih perlu di upgrade. Anda masih perlu banyak belajar dan membaca tentang ketuhanan dan keinsafan diri. Tentunya dengan berkata seperti ini saya tidak menganggap bahwa diri saya sudah hebat. Tidak, saya sama sekali tidak hebat dan pintar, hanya saja dalam hal ini saya ada setaraf di atas anda.

 Tapi jika dengan membaca judul di atas pikiran anda sudah langsung mengarahkan anda ke hal yang positif bahwa saya sedang mengagungkan Tuhan, maka saya yakin anda adalah orang yang sangat berdedikasi, orang yang sudah dewasa secara spiritual.

 Tuhan sendiri menyatakan “Beliau adalah perjudian kamu penipu” dalam Bhagavad Gita 10.36;

dyutam chalayatam asmi  tejas tejasvinam aham

jayo ‘smi vyavasayo ‘smi  sattvam-sattvavatam aham

 Artinya;

Aku adalah perjudian kaum penipu, Aku adalah kemuliaan segala sesuatu yang mulia, Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat.

 Penggalan sloka Bhagavad Gita diatas adalah salah satu bagian dari sloka-sloka bab 10 mengenai kehebatan Tuhan Yang Maha Mutlak. Dalam bab ini Sri Krishna menyatakan bahwa beliau adalah sumber dari segala sumber, yang paling berkuasa dari para penguasa, yang paling indah dari segala yang indah dan juga termasuk yang paling buruk diantara yang buruk sebagaimana yang beliau sabdakan dalam Bhagavad Gita 10.36 ini.

Di dunia ini terdapat berbagai jenis teknik tipu menipu, modus penipuan selalu berkembang seiring dengan perkembangan jaman, sehingga tidak heran jika aparat penegak hukum kita selalu ketinggalan satu langkah dari si tukang tipu itu sendiri.

Nah bagaimana halnya dengan Tuhan? Tuhan dapat menipu dengan cara yang lebih hebat dari pada penipu manapun. Kalau Tuhan mau menipu seseorang, maka tidak seorangpun yang mampu melebihi Tuhan dalam penipuannya, oleh karena itu Tuhan tidak pernah dapat ditipu oleh siapapun juga.

Bhagavad Gita 10.4-5 mengatakan;

Buddir jnanam asammohah  ksama satyam damah samah

Sukham dukham bhavo ‘bhavo  bhayam cabhayam eva ca

Ahimsa samata tustis  tapo danam yaso ‘yasah

Bhavanti bhava bhutanam  matta eva prthag-vidhah

Artinya;

Kecerdasan, pengetahuan, kebebasan dari keragu-raguan dan khayalan, pengampunan, kejujuran, pengendalian indria-indria, pengendalian pikiran, kebahagiaan dan dukacita, kelahiran, kematian, rasa takut, kebebasan dari rasa takut, tidak melakukan kekerasan, keseimbangan sikap, kepuasan, kesederhanaan, kedermawanan, kemasyuran dan penghinaan, berbagai sifat tersebut yang dimiliki oleh para mahluk hidup semua diciptakan oleh Aku sendiri”

Bhagavad Gita 10.8;

aham sarvasya prabhavo  mattah sarvam pravartate

iti matva bhajante mam  budha bhava-samanvitah

Artinya;

Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan sepenuh hatinya”

Tuhan adalah sumber dari segala sumber dan sebab dari segala sebab, oleh karena itu Tuhan adalah Maha segalanya. Tuhan Maha Besar dan juga Maha Kecil, Tuhan Maha Menawan dan juga Maha Buruk Rupa, tiada satu kehebatanpun yang dapat kita lampaui dari Beliau. Sehingga dengan menyebut Tuhan Maha Kecil, Maha Buruk, Maha Kotor, Maha Jahat dan juga Maha Penipu adalah hal yang benar dan wajar, tetapi yang tidak wajar itu adalah mindset kita sebagai manusia. Otak kita selalu mengarahkan bahwa Tuhan hanya berkaitan dengan yang baik-baik saja, Otak kita mengarahkan bahwa warna putih identik dengan suci dan karena Tuhan itu suci maka kita sembahyang dengan pakaian putih. Pikiran kita mengatakan bahwa toilet itu kotor, sehingga kita beranggapan bahwa Tuhan tidak ada di Toilet. Apa benar Tuhan tidak ada di toilet? Bukankah Tuhan Maha Segalanya? Bukankah Tuhan Mada Ada? Kalau demikian apa masalahnya kalau Tuhan ada di toilet? Bukankah kalau Tuhan tidak ada di toilet maka kuman-kuman dan jasat renik lainnya tidak akan dapat hidup karena segala sumber hidup berasal dari-Nya? Anda boleh jijik dengan toilet yang kotor, tapi jasat renik yang menggantungkan hidupnya di sana mungkin menganggap toilet itu “sorga” dan memandang piring anda yang bersih sebagai “neraka” bagi mereka.

Oleh karena itu, jawabannya kembali lagi ke awal “Jangan samakan mindset anda dengan mindset Tuhan”

Translate »