Yang menarik dalam Hindu adalah kenyataan dimana tidak semua orang Hindu tahu apa dan bagaimana itu kitab suci Veda. Meskipun mereka mengetahui dasar-dasar filsafat, upacara dan susila yang diajarkan oleh Veda, namun sangat jarang yang pernah menyentuh dan membaca kitab suci Veda secara langsung. Kenyataan yang benar-benar bertolak belakang dengan penganut agama-agama besar lainnya. Mereka pada umumnya sudah dibimbing sejak kecil untuk mengenal dan membaca kitab suci mereka sehingga tidaklah mengherankan jika mereka sangat fasih mengutip ayat-ayat kitab suci mereka.

Jangankan untuk mengutip ayat-ayat/sloka-sloka Veda, pengetahuan apa yang disebut sebagai Veda saja masih sangat kurang dalam masyarakat Hindu di Indonesia khususnya. Jika anda bertanya, mungkin akan ada orang Hindu yang menyebutkan bahwa yang disebut Veda hanyalah Catur Veda. Sementara itu di pihak lain akan ada yang mengatakan bahwa yang disebut Veda mencakup Veda Sruti dan Veda Smrti. Yang memiliki pandangan kedua inipun mungkin akan memiliki beda persepsi lagi dalam pengelompokan bagian-bagiannya. Lalu jika kita mengacu pada penjelasan dari sloka-sloka Veda itu sendri, sebenarnya apa sih yang disebut sebagai Veda?

Berjalan dalam aturan Dharma memang tidak harus mengetahui apa itu Veda. Sangat banyak tetua-tetua kita yang buta hurup dan tidak pernah mengetahui apa itu Veda tetapi memiliki kualitas bhakti dan moral yang jauh lebih baik dari kita yang sedang belajar mengenal Veda. Namun dengan demikian apakah itu artinya kita tidak perlu mengetahui ajaran Veda dengan baik?

Bagaikan mengoperasikan perangkat elektronik baru. Pada saat pembelian disamping mendapatkan perangkat elektronik yang dimaksud, pabrikan juga sudah menyertakan buku panduannya. Ada orang yang dengan mudahnya bisa mengerti dan mengoperasikan perangkat tersebut tanpa harus menyentuh buku panduannya karena sebelumnya dia memang sudah pernah berhadapan dengan perangkat yang serupa. Di lain pihak ada orang yang baru pernah bersentuhan dengan perangkat tersebut. Di antara mereka akan ada yang mencoba belajar mengoperasikannya dengan mengikuti buku petunjuk yang disertakan pabrikan. Ada juga yang mencoba bertanya pada orang-orang yang lebih tahu cara pengoperasian peralatan tersebut. Namun ada juga kelompok orang yang tidak mau tahu. Mereka sama sekali tidak berusaha membaca buku panduannya dan tidak juga mau bertanya kepada orang yang tahu pengoperasiannya. Mereka memilih untuk trial and error. Tentunya dari tiga jenis orang yang belajar mengoperasikan peralatan yang sama, orang yang mencoba belajar berdasarkan buku petunjuk dan/atau bertanya kepada orang yang lebih tahu akan lebih cepat dan mudah menguasai perangkat tersebut. Bahkan risiko kerusakan perangkat akibat trial and error jauh lebih kecil dengan mengikuti buku petunjuk yang disediakan.

Demikian juga halnya dengan keberadaan Veda sebagai buku panduan alam material dan alam rohani ini. Sebagaimana disampaikan dalam Brhad-Aranyaka Upanisad 2.4.10; “Rg. Yajur, Sama dan Atharva Veda dan Itihasa semuanya keluar dari nafas kebenaran mutlak, Tuhan Yang Maha Esa”. Hal serupa juga disampaikan dalam Bhagavad Gita 3.15; “Brahmaksara-samudbhavam, pengetahuan Veda langsung diwejangkan oleh Tuhan Yang Maha Esa”. Karena itu, Veda bersifat mutlak (absolut), benar dengan sendirinya (selfauthoritative), apauruseya (bukan buatan manusia) dan berhakekat mengatasi hal-hal duniawi (transendental). Veda disabdakan oleh Tuhan YME Sri Krishna kepada Brahma sebelum alam mateterial tercipta (Yo brahmanam vidadhati purvam yo vai vedam ca gapayati sma krsnah – Atharva-veda. Tene brahma hrdaya adi kavayeBhagavata Purana 1.1.1). Kemudian Brahma mengajarkan Veda tersebut kepada putra-putranya yakni para Rishi. Selanjutnya melalui proses menurun (deduktip) yang disebut parampara dalam garis perguruan (sampradaya) resmi, para Rishi itu mengajarkan Veda kepada murid-muridnya (perhatikan Bhagavad Gita 4.2). Demikianlah melalui proses deduktip (parampara) pengetahuan Veda akhirnya menyebar di masyarakat manusia.

Dengan demikian sekarang kita dihadapkan pada pilihan, apakah kita mencoba memahami alam material, alam rohani dan hubungan keduanya dengan berpegang pada kitab suci Veda dan/atau bertanya pada orang-orang yang sudah mengerti Veda, ataukah mencoba memahaminya dengan trial and error (coba-coba) dan menolak otoritas kitab suci Veda dan guru-guru kerohanian? Sri Krishna sendiri dalam Bhagavad Gita bab 17 juga dengan sangat tegas menyatakan bahwa orang yang berusaha mengerti spiritual dan melakukan korban suci tanpa mengindahkan aturan-aturan yang ada dalam kitab suci pada dasarnya adalah orang yang berada dalam sifat kebodohan. Lalu apakah anda akan memilih tetap menjauh dari kitab suci dan berusaha mengembangkan kepercayaan berdasarkan angan-angan pikiran anda? Jika anda orang yang cerdas, yang ingin menempuh jalan yang lebih mudah dan tidak mau mengambil risiko maka anda akan memilih mengikuti kitab suci dan bertanya pada orang-orang yang sudah mengerti bukan?

Akibat tindakan orang-orang yang tidak mau tahu pernyataan Veda yang mengatakan bahwa dirinya (Veda) tidak hanya dapat dimengerti secara pratyakña (pengamatan dan penglihatan langsung) dan anumäna (menyimpulkan berdasar tanda dan bukti-bukti empiris), tetapi juga harus dimengerti dengan proses sabda-pramana (mendengarkan langsung dari orang-orang yang mengerti Veda dan dari Veda itu sendiri), pada akhirnya mereka terjerat dalam kebingungan dan angan-angan pikiran mereka sendiri. Mereka berpikiran bahwa Veda hanyalah Catur Veda. Veda adalah kitab dongeng dan kiasan yang mengajarkan untuk berbuat baik. Sehingga tidak jarang mereka mengatakan bahwa apa yang disampaikan dalam Itihasa dan Purana pada dasarnya ada pada diri mereka masing-masing. Mereka juga sering kali mengatakan bahwa Sorga dan Neraka hanya ada di dunia ini dan di alam pikiran masing-masing. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa kejadian-kejadian yang dikisahkan dalam Itihasa dan Purana sama sekali tidak ada dan tidak pernah terjadi. Sebuah kesimpulan yang sangat wajar bagi mereka yang hanya mencoba mengetahui kebenaran lewat pengamatan dan penyimpulan dari panca indria mereka yang sangat terbatas.

Sekarang coba anda perhatikan gambar-gambar di atas, apa yang terbayang dalam benak anda?Apakah anda melihat gambar wajah seseorang? Nah coba perhatikan lebih detail lagi, apa yang anda lihat? Ternyata itu adalah kumpulan beberapa objek seperti pohon, anjing, orang dan beberapa latar belakang. Jika dengan hal yang sangat remeh seperti ini saja kita tertipu dan mendapatkan kesimpulan yang salah, lalu bagaimana kita yakin bisa mendapatkan kesimpulan yang 100% benar untuk hal-hal yang berbau spiritual tanpa kita mau memahami kitab suci dan/atau belajar dari orang-orang suci yang sudah insyaf akan dirinya secara sabda-pramana? Masihkan anda bersikeras bahwa anda tidak perlu mempelajari Veda dan hanya mengandalkan kata hati anda dalam mengerti Tuhan?

Translate »