Terdapat berbagai definisi Tantra yang berasal dari sudut pandang yang berbeda. Sayangnya diantara berbagai definisi itu tidak selalu konsisten satu sama lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003: 1141 disebutkan Tantrisme adalah ajaran dalam agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Sedangkan dalam Wikipedia online, Tantra (Sanskrit: तन्त्र) diartikan sebagai “weave” berarti ombak yang menegaskan adanya kesinambungan (continuity). Di sisi lain ada juga yang mengatakan Tantra sebagai tenunan atau keadaan bengkok, kemudian diartikan sebagai sesuatu yang terus menerus dan rangkaian yang tak terputus-putusnya di dalam kebiasaan agama sebagai peraturan atau upacara yang tertib.

Subramuniyaswami, Satguru Sivaya. 1997. Dancing With Siva. USA, Himalayan Academy mengatakan bahwa “Tantra adalah bagian dari Saktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu Semesta. Dalam proses pemujaannya, para pemuja Sakta tersebut menggunakan mantra, yantra, dan tantra, yoga, dan puja serta melibatkan  kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan kundalini.” Disebut Saktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah Sakti. Sakti dilukiskan sebagai Dewi, sumber kekuatan atau tenaga. Sakti adalah simbol dari bala atau kekuatan (Sakti is the symbol of bala or strength) Dalam sisi lain Sakti juga disamakan dengan energi atau kala (This sakti or energi is also regarded as “Kala” or time). (Das Gupta, 1955 : 100).

Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada Shakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau kegiatan rohani  dari Shakti dan Siwa. Tantra juga mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada Shakti (Ibu Semesta, misalnya Dewi Durga, Dewi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya), sebagai aspek Tuhan Yang Tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari kebodohan, dan mencapai pembebasan. Sehingga dengan demikian Tantrisme lebih sering didefinisikan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk shakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati, maupun antara Buddha dan Dewi Tara.

Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu (koheren), Tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang memiliki ciri utama penggunaan ritual, ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi (mundane), untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang rohani (supra-mundane), serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur mikrokosmos dengan unsur makrokosmos. Praktisi tantra memanfaatkan prana (energi semesta) yang mengalir di seluruh alam semesta (termasuk dalam badan manusia) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra. Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk membimbing kemajuan siswa tantra.

Sayangnya dalam perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbol-simbol material termasuk simbok-simbol erotis, tantra sering kali diidentikkan dengan ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk-mabukan, makan daging dan hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan tantra.

Beberapa orang Indolog beranggapan bahwa ada hubungan antara Konsep-Dewi (Mother-Goddes) yang bukti-buktinya terdapat dalam suatu zeal di Lembah Sindhu (sekarang ada di Pakistan) sekitar 5000 tahun lalu, dengan Konsep Mahanirwana Tantra. Konsep ini berpangkal pada percakapan Dewi Parwati dengan Dewa Siva yang menguraikan turunnya Dewi Durga ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku. Dalam beberapa sumber Dewi Durga juga disebut “Candi”. Dan sinilah pada mulanya muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan suci sebagai tempat memuja dewa dan arwah yang telah suci. Peran Dewi Durga dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut Kalimosada (Kali-maha-usada,) yang artinya Dewi Durga adalah obat yang paling mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi Beliau turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Seiring pendistorsian ajaran Hindu di Indonesia, Kalimosada malahan dimanfaatkan oleh para wali untuk menyebarkan ajaran Islam dengan mengatakan Kalimosada sebagai “Kalimat Syahadat”.

Menurut Maurice Winernitz, meskipun teks-teks kitab Tantra tidak menunjukkan permusuhan secara nyata terhadap ayat-ayat atau ajaran Veda, namun menegaskan bahwa ajaran-ajaran Veda dianggap terlalu sulit untuk dipraktekkan oleh beberapa kalangan. Karena alasan itulah, cara yang lebih mudah dan lebih praktis diberikan dalam kitab-kitab tersebut. Andre Padoux juga mencatat, Tantrisme di India secara keseluruhan dapat dilihat dari karakteristiknya yang menolak ajaran-ajaran pokok Veda. Konsekuensinya, para brahmana ortodoks menolak klaim bahwa ajaran-ajaran Tantra bersumber dari ajaran Veda, karena karakteristiknya yang sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Veda.

Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kono itu telah hilang dan sebagian lagi tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Setidaknya terdapat 64 jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, yaitu antara lain : Maha Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra, Tantra sara, dsb.

Dalam perkembangannya, praktek tantra ini juga selalu mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis peninggalan prasasti, candi dan arca-arca bercorak tantrik.

Sumber: Dari Presntasi Powerpoin yang disampaikan oleh bapak Suryanto, M.Pd

Translate »