Sloka 1

Saudäsa uväca

trailakya bhagavan kinsvit
pavitram kathyate’ nagha
yat kirtayan sadä martyaù
präpnuyät punyam uttamam

Saudasa berkata, “O Tuanku! O Rsi yang suci, apakah yang suci itu dimana di tiga dunia yang hanya dengan menyebut namanya manusia bisa mengumpulkan kesalehan yang besar?”

Vaistha uvaca

Sloka 2

gävaù surabhi gandhinyas
tathä guggulu gandhayaù
gävaù pratiñöhä bhütänäà
gävaù svastyanam mahat

Rsi agung Vasistha berkata, “O Raja, banyak variasi aroma muncul dari sapi. Banyak sapi yang mengeluarkan bau harum seperti resin guggula. Sapi mensupport berbagai jenis kehidupan, dan merupakan samudra harapan.”

Sloka 2

gävo bhütäm ca bhävyaà ca
gävah pustih sanätané
gävo laksmäs tathä mülaà
goñu dattam na naçyati

“Sapi adalah masa lalu dan masa depan. Dia memelihara kesehatan semua entitas hidup, dan dia adalah akar dari kemakmuran. Kesalehan dapat diperoleh dengan memberi makan pada sapi dan tidak pernah menghancurkannya.

Sloka 3

annaà hy paramam gävo
devänäà paramaà haviù
svähakära vañaö kärau
goñu nityaà pratiñöhitau

“Sapi adalah penyebab akumulasi biji-bijian. Dia memberikan bahan pengobatan terbaik bagi para dewa. Korban suci para dewa dan korban suci Indra keduanya dilakukan karena sapi.”

Sloka 4

gävo yajïasya hy phalaà
goñu yajnah pratiñöhitah
gävo bhaviçyaà bhütaà ca
goñu -yajïäù pratiñöhitaù

“Ini adalah sapi yang dihasilkan dari korban suci. Pelaksanaan korban suci tergantung padanya. Dia adalah masa lalu dan masa depan. Semua korban suci didasarkan padanya.”

Sloka 5

säyaà prätaçca satataà
homa käle mahädyute
gävo dadati vai homyam
åñibhyaù puruñarsabha

“O Raja yang sangat berkuasa, setiap pagi dan sore hari ketika orang bijak melakukan kurban api, adalah sapi yang mensuplai mereka bahan-bahan penting, dalam bentuk ghee, dan lain-lain”

Sloka 6

yäni käni ca durgäni
duñkåtäni kåtäni ca
taranti caiva papmänaà
dhenuà ye dadati prabho

“Raja terkasih, mereka yang memberi susu sapi sebagai amal akan dibebaskan dari semua jenis bahaya, dan juga akan bebas dari segala reaksi dosa.”

Sloka 7

ekäm ca dañugurdadyät
daça dadyätcca goçati
çatam sahasra purdadyät
sarve tulya phalä hy te

“Orang yang memiliki sepuluh sapi harus menyumbangkan satu sapi, orang yang memiliki seratus ekor sapi harus menyumbangkan sepuluh sapi, dan yang memiliki seribu ekor sapi harus menyumbangkan seratus ekor sapi. Semua orang ini berhak mendapatkan jumlah kesalehan yang sama. “

Sloka 8

anähitägniù satagur
yajvä ca sahasra guù
samåddho yaçca kinaço
närdhyamarhanti te traya

“Seseorang yang tidak melakukan pengorbanan Agnihotra, bahkan setelah menjaga seratus sapi, seseorang yang tidak melakukan kurban api, meskipun memiliki seribu sapi, dan orang yang kikir, tidak pantas mendapat menghormatan apapun.”

Sloka 9

kapiläà ye prayacchanti
sa vatsäà kämsya dohanäm
subratäà vastra samvitäm
ubhau lokau jayanti te

“Seseorang yang menyumbangkan sapi coklat yang memiliki ciri-ciri menguntungkan ditubuhnya bersama dengan anak sapinya, dan juga menyumbangkan tempat susu sapi dari metal, akan menguasai dunia dan masa depan”.

Sloka 10

yuvänäm indriyopetäà
çatena çata yuöhapaà
gavendram brähmanendräya
bhuri çåìgam alaìkåtäà

vrsabhaà ye prayacchanti
çrotriyäya paraìtapa
aiçvaryaà te’ dhigacchanti
jäya mänäù punaù punaù

“O penghancur musuh, orang-orang yang menyumbangkan seratus sapi yang sehat, kuat, dihiasi dengan manis, yang memiliki tanduk kuat kepada Brahmana yang berkualifikasi, yang ahli dalam pengetahuan Veda, tentu mencapai kekayaan luar biasa dalam kehidupan ini dan dalam kehidupannya di masa depan. “

Sloka 11

nä kértayitvä gäha supyät
täsäà saàsmrtyä cotpatet
säyäà prätar namasye ca
gästataù pustimäpnuyät

“Jangan tidur di malam hari tanpa memuji sapi. Jangan bangun di pagi hari tanpa mengingat sapi. Berikan perhaian kepada sapi setiap hari di pagi hari. Dengan demikian, seorang manusia mencapai kekuatan dan memenuhi makanannya. “

Sloka 12

gaväà mütra purisasya
nodvijeta kathaïcana
na cäsäà mäàsa maçnéyäd
gaväà pustià tathäpnuyät

“Jangan membenci kencing dan kotoran sapi. Jangan pernah memakan daging sapi. Dengan memikuti petunjuk ini, kehidupan manusia dapat menjadi sukses secara material.”

Sloka 13

gäçca sankértaye nityaà
näva manyeta tästathä
anistaà svapramälaksya
gäà naraù samprakértayet

“Sebutkan nama sapi setiap hari dan jangan pernah hina dia. Jika seseorang mengalami mimpi buruk, orang itu sebaiknya secepatnya mengingat sapi.”

Sloka 14

gomayena sadä snäyät
karése cäpi saàviçot
çlesma mütra purisäni
pratighätaà ca varjayet

“ Sebelum mandi, oleskan kotoran sapi. Duduklah pada tempat yang dioleskan kotoran sapi. Jangan meludah, kencing dan berak pada kotoran sapi. Selalu menghindari memukul sapi.”

Sloka 15

ghåtena juhuyädagni
ghåtena svasti väcayet
ghåtaà dadyät ghåtaà präçod
gaväà pustià sadäçnute

“Gunakan ghee dalam agni hotra. Gunakan ghee dalam semua aktivitas menguntungkan. Sumbangkan ghee dan gunakan juga untuk keperluan pribadi. Dengan melakukan ini, manusia akan selalu mendukung dan memahami nilai yang terkandung dari sapi.”

Sloka 16

gomatyä vidyayä dhenuà
télänäà abhimantrya yaù
sarva ratra mayià daddyätra
sa çocet kåtäkåte

“Seseorang yang menyumbangkan sapi pada seorang Brahmana berkualifikasi, bersama dengan biji wijen, setelah melakukan ritual yang penting, tidak harus menderita akibat aktivitas saleh dan berdosa mereka. “

Sloka 17

gävo maàupatisthantu
hema çrìgyäh payo mucah
surahu saurabhe yaçca
saritah sägaraà yathä

“Seperti sungai yang mengalir menuju samudra, semoga sapi Surabhi dan Saurabheyi yang memeberikan susu dan tanduknya ditutupi dengan emas datang kepadaku.”

Sloka 18

gävai paçyäàyahaà nityaà
gävah paçyantu mäà sadä
gävo’ smäkaà vayaà täsäà
yato gävastato vayaà

“Semoga aku selalu melihat sapi dan semoga sapi selalu melihatku. Sapi kepunyaanku dan aku adalah milik sapi. Aku ingin tinggal di mana sapi hidup.”

Sloka 19

evaà rätrau divä cäpi
samesu visamesu ca
mahäbhayeçu can narah
kértayan mucchyate bhayät

“Seseorang yang, baik siang hari atau di malam hari, baik dalam kebahagiaan atau pada saat takut, mengingat atau mengagungkan sapi, tentu akan dibebaskan dari segala kondisi takut. “

Sloka 20

gaväà dåñövä namaskåtya
kuryäcciva pradakñinaà
pradakiñné kåtä tena
saptadvipä vasundharä

mätarah sarva bhütänäà
gävah sarva sukha pradäh
våddhià äkaàçatä nityaà
gävah käryäh pradakñinäh

“Orang sebaiknya melihat, memberi hormat, dan melakukan parikram pada sapi. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan telah melakukan parikram keliling bumi, dengan tujuh pulau. Sapi adalah ibu dari semua. Dia memberikan kebahagiaan kepada semua orang. Orang-orang yang menginginkan kemakmuran harus melakukan parikram pada sapi setiap hari”

Translate »