[anti-both]

Ilmuwan Sang Pencuri

SRILA PRABHUPADA: [Sambil memegang sekuntum bunga mawar]: Mampukah ilmuwan menciptakan sekuntum bunga seperti ini di laboratorium?

DR. SINGH: Itu tidak mungkin.

SRILA PRABHUPADA: Tidak, tidaklah mungkin. Lihatlah betapa mengagumkannya kerja energi Sri Krishna! Tak seorang ilmuwan pun mampu menciptakan sekuntum bunga seperti ini di laboratorium. Mereka tidak dapat menciptakan bahkan beberapa butir pasir sekalipun, kendati demikian mereka menyatakan diri memiliki kecerdasan paling maju di alam semesta ini. Itu bodoh.

DR. SINGH: Mereka mengambil zat dari Sri Krishna, memanipulasinya, dan kemudian menyatakan bahwa mereka telah menciptakan sesuatu yang luar biasa.

SRILA PRABHUPADA: Paling tidak jika mereka mau mengakui bahwa mereka telah mengambil zat dari dari Krishna, maka itu bagus. Kita mengerti bahwa segalanya berasal dari Krishna.

DR. SINGH: Tapi, mereka tidak akan mengakui bahwa mereka sedang mengambil sesuatu dari Krishna. Sebaliknya mereka mengatakan bahwa merekalah pencipta.

SRILA PRABHUPADA: Bagaimana mereka menciptakan sesuatu? Mereka mengambil pasir dan mencampurnya dengan beberapa zat kimia lalu membuatnya menjadi kaca. Mereka tidak menciptakan pasir ataupun zat-zat kimia tersebut; mereka mengambil pasir dan zat-zat kimia itu dari tanah. Bagaimana mereka menciptakan sesuatu?

DR. SINGH: Mereka berkata, “Kami telah mengambil bahan-bahan dari alam.”

SRILA PRABHUPADA: “Dari alam” berarti dari satu personal. Mereka telah mengambil dari alam, namun demikian mereka adalah pencuri karena segala yang ada di alam ini adalah milik Krishna. Savasyam idam sarvam: “Segalanya adalah ciptaan Tuhan.” [ISopanisad 1] Di dalam Bhagavad Gita Sri Krishna menyatakan bahwa jika seseorang tidak melakukan yajña [korban suci], maka dia pencuri. Yajña berarti pengakuan bahwa benda-benda telah diambil dari Krishna. Kita seharusnya berpikir, “Krishna, Engkau telah memberi kami banyak hal untuk keperluan hidup kami.” Pengakuan inilah yang Krishna inginkan; itu saja. Kalau tidak, apa yang dapat Krishna harapkan dari Anda? Apalah artinya Anda di hadapan Krishna? Kita harus mengakui kebaikan Krishna. Oleh karena itu, sebelum makan kita mempersembahkan makanan kepada Krishna, dan berdoa, “Krishna, Engkau telah memberi kami makanan yang enak ini, jadi pertama-tama Engkau yang menikmatinya.” Lalu kita memakannya. Krishna tidaklah lapar, meskipun demikian Krishna dapat makan seluruh dunia dan kemudian menciptakan lagi persis seperti sebelumnya. PrŠasya prŠam adaya prŠam evava I yate [Isopanisad Ayat Pendahuluan]. Krishna Maha-sempurna sehingga jika Anda mengambil semua energi Krishna dari Krishna, semua energi semula tetap ada pada Krishna. Itu adalah kekekalan energi yang sempurna.

Asal Usul Alam

DR. SINGH: Ada satu jurnal ilmiah yang disebut Nature. Jurnal itu memuat artikel-artikel mengenai produk-produk alam seperti tanaman, bunga dan mineral, namun jurnal tersebut tidak menyebutkan Tuhan.

SRILA PRABHUPADA: Kita mungkin benar mengamati bahwa tanaman dihasilkan oleh alam. Akan tetapi pertanyaan selanjutnya yang harus diajukan adalah, “Siapakah yang telah menghasilkan alam?” Menanyakan hal ini adalah kecerdasan sejati.

DR. SINGH: Mereka pada umumnya tidak berpikir tentang hal ini.

SRILA PRABHUPADA: Jika demikian, mereka itu bodoh. Dari manakah alam ini berasal? Begitu kita membicarakan tentang alam, maka pertanyaan selanjutnya yang semestinya adalah, “Milik siapakah alam tersebut?” Bukankah demikian? Sebagai contoh, saya membicarakan tentang sifat saya, dan Anda membicarakan sifat Anda. Oleh karena itu, seketika kita membicarakan alam, maka pertanyaan selanjutnya seharusnya, “Milik siapakah alam itu?” Alam berarti energi. Dan saat kita membicarakan energi, maka kita harus mencari tahu sumber energi itu. Sebagai contoh, jika Anda membicarakan energi listrik, maka Anda harus menerima keberadaan sumbernya, pembangkit listrik. Bagaimana Anda bisa menolak hal tersebut? Listrik tidak berasal dari kita secara otomatis. Demikian halnya dengan alam tidak sedang bekerja secara otomatis; ia berada di bawah kendali Krishna.

MAHASISWA: Di dalam kitab-kitab Veda dinyatakan bahwa energi material bekerja di bawah arahan Krishna.

SRILA PRABHUPADA: Ya. Begitu Anda berbicara tentang energi, maka haruslah ada sumber energi.

Fatamorgana Dunia Material

KARANDHARA: Para geolog mempelajari lapisan-lapisan bumi untuk melacak asal usul bumi.

SRILA PRABHUPADA: Akan tetapi kerak bumi ini sedang diciptakan dan dihancurkan pada setiap saat. Saat sekarang lapisan-lapisan itu begini, dan setengah jam kemudian lapisan-lapisan itu akan berbeda. Lapisan-lapisan itu adalah jagat, selalu berubah. Krishna menyatakan di dalam Bhagavad Gita [8.4], adhibhūtaḿ kṣaro bhāvaḥ: “Alam fisik dikenal selalu berubah.” Oleh karena itu, orang tidak akan mampu menemukan sumber dari segala energi hanya dengan mengamati energi itu sendiri. Sekarang lapisan-lapisan bumi mungkin hitam, kemudian mungkin menjadi putih, dan kemudian hitam lagi. Jadi para geolog itu mempelajari warna hitam, lalu warna putih, hitam lagi, dan seterusnya. Inilah yang disebut punah puna  carvita-carva-Šanam, “mengunyah sesuatu yang telah dikunyah.” Sekarang suasana terasa dingin, pada tengah hari akan menjadi hangat, dan pada malam hari akan menjadi dingin lagi. Demikian halnya seluruh manifestasi kosmik material ini menjadi sasaran bagi berbagai macam perubahan. Badan-badan kita pun sedang berubah. Segalanya sedang berubah. Namun, apa keabadian di balik perubahan ini? Itulah pokok bahasan pengetahuan yang sejati. Para ilmuwan tidak menemukan keabadian tersebut, dan oleh karenanya, mereka kecewa. Mereka berpikir bahwa latar belakang segalanya adalah kehampaan, kosong. Mereka berpikir bahwa keabadian itu kosong. Dan apabila mereka ditanya dari mana kekosongan ini berasal, mereka berkata, “Ia tidak berasal dari apa pun.” Jadi kita harus bertanya kepada mereka, “Bagaimana keanekaragaman itu terjadi?” Kesimpulan Veda adalah bahwa keanekaragaman itu abadi, walaupun keanekaragaman yang selalu berubah yang dipelajari oleh para ilmuwan di dunia material ini bersifat sementara. Keanekaragaman ini adalah keanekaragaman bayangan. Keanekaragaman sejati ada secara abadi di Dunia Spiritual.

DR. SINGH: Jadi alam semesta material ini adalah seperti sebuah fatamorgana?

SRILA PRABHUPADA: Ya. Andaikata saya merasa melihat air di padang pasir ketika tidak ada air di sana. Ini sebuah ilusi. Air itu benar adanya, tetapi bukan dalam fatamorgana. Demikian pula halnya dengan keanekaragaman material yang kita lihat—keanekaragaman kenikmatan—adalah seperti fatamorgana itu. Kita, entitas-entitas hidup, dimaksudkan untuk menikmati, berbahagia, namun kita sedang mencari kenikmatan di tempat yang salah—dalam sebuah ilusi. Kita seperti binatang padang pasir yang mengejar-ngejar air dalam sebuah fatamorgana dan akhirnya mati kehausan. Mereka tidak dapat menghilangkan dahaganya dengan bayangan air seperti itu. Sama halnya dengan kita yang sedang berusaha menciptakan banyak barang atau alat untuk memuaskan rasa haus kita terhadap kebahagiaan, tetapi kita sedang dibingungkan pada tiap kesempatan karena kehidupan material merupakan sebuah ilusi. Oleh karena itu, kecerdasan sejati artinya bertanya, “Dimanakah realita itu? Dimanakah hakikat kekal di balik ilusi tersebut?” Jika kita dapat mengetahui hal itu, maka kita dapat merasakan kenikmatan sejati.

Bersambung…………..

Dikutip dari buku “Life Come From Life”

Translate »