Sebagaimana dikisahkan dalam epos Mahabharata, menjelang dimulainya perang besar keluarga Bharata, Sri Krishna bersama kakak-Nya Sri Baladeva dan adik-Nya Subadra devi berangkat dari Dvaraka menuju Kuruksetra untuk menghadiri perang besar tersebut. Ditengah perjalanan mereka berjumpa dengan para penduduk Vrindavan yang sangat merindukan-Nya karena sudah terlalu lama berpisah. Kecintaan mereka yang sangat kepada Krishna membuat Ibu Yasoda, Nanda Maharaj, para kerabat sepermainan-Nya waktu kecil, para gopi dan segenap penduduk Vrindavan menyambut kereta mereka dengan penuh suka cita. Mereka semua berebutan ikut menarik dan mendorong kereta tersebut sambil mengagung-agungkan nama-nama Sri Krishna.

Berawal dari peristiwa heroik yang penuh dengan tangis cinta kasih kebahagiaan rohani itu, akhirnya secara turun-temurun selalu diadakan kegiatan serupa untuk mengenang kejadian yang telah berlangsung sekitar 5000 tahun yang lalu tersebut. Pada awalnya kegiatan yang dikenal dengan disebut festival Jaganatha Ratra Yatra ini hanya dilaksanakan di daerah yang sekarang dikenal sebagai Puri, di negara bagian Orissa, India yaitu di sekitar kuil Jaganatha (Sri Krishna) terbesar di kota itu. Festival ini adalah salah satu festival Hindu terbesar yang dihadiri oleh jutaan orang dari berbagai belahan dunia.

Dalam Bhagavad Gita 4.9 Sri Krishna bersabda: “jamna karma ca me divyam evam yo vetti tattvatah tyaktva deham punar jamna naiti mam eti so ‘rjuna’, Orang yang mengenal sifat rohani, kelahiran dan kegiatan-Ku, tidak akan dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna”. Hal yang berkaitan juga ditegaskan dalam Svetasvatara Upanisad 3.8 yang menyebutkan; “tam eva viditvati mrtyum eti nanyah pantha vidyate ‘yanaya, Seseorang dapat mencapai tingkat pembebasan sempurna dari kelahiran dan kematian hanya dengan mengenal Tuhan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada cara lain lagi untuk mencapai kesempurnaan ini”. Jadi pembebasan dari ikatan kelahiran dan kematian ini hanya dapat dilepas dengan mengenal sifat rohani dan kegiatan Tuhan Yang Maha Esa.  Purusa-bodhini Upanisad menegaskan bahwa Tuhan Sri Krishna memiliki perwujudan rohani yang tidak terbatas yang bersifat kekal dan selalu sibuk dalam hubungan cinta bhakti yang murni kepada penyembahnya (eko devo nitya-līlānurakto bhakta-vyāpī hdy antar-ātmā). Kenyataan ini juga diakui oleh dewa Brahma sebagaimana dituliskan dalam pustaka suci Brahma Samhita 5.33; “advaitam acyutam anādim ananta-rūpam ādyaḿ purāa-puruaḿ nava-yauvanaḿ ca vedeu durlabham adurlabham ātma-bhaktau govindam ādi-puruaḿ tam ahaḿ bhajāmi”. Sri Jaganatha adalah salah satu aspek perwujudan Beliau yang abstak sebagai penguasa jagat raya ini. Wujud Jaganatha yang abstrak juga melukiskan bahwa Tuhan adalah Ia yang berada dibalik segala konsep pemikiran dan persepsi duniawi. Karena itu festival Ratra Yatra adalah salah satu proses dalam usaha mengenang dan mengerti lila kegiatan rohani Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna di alam material ini sehingga diharapkan lambat laun kita akan terserap dalam cinta kasih rohani yang murni kepada Tuhan dan lepas dari cengkraman maya di dunia material ini.

Konsep perayaan festival Jagannatha Ratra Yatra atau yang juga dikenal dengan sebutan Gundicha Jatra, Ghosa Jatra, Navadina Jatra, dan juga Dasavatara Jatra diagung-agungkan dalam berbagai kitab suci Veda. Dalam Skanda Purana salah satunya disebutkan; “Gundicha mandapam namam jatrahamajanam pura Ashwamedha sahasrasya mahabedi tadadvabat, mereka yang beruntung melihat Tuhan Srimandira di kuil Gundicha dalam prosesi kereta (Ratra Yatra) mendapatkan karunia yang sama dengan pengorbanan  seribu ekor kuda”.

Secara turun temurun festival Ratra Yatra ini dilakukan dengan menggunakan tiga buah kereta, yaitu masing-masing kereta Jaghannatha yang disebut Nandighosa, kereta Baladeva yang disebut Taladhwaja, dan kereta Subadra yang disebut Dwarpadalana. Ketiga kereta dihiasi dengan berbagai ornamen yang menggambarkan spiritualitas dan dengan berbagai warna-warna cerah. Sebagaimana penggambaran kisah kereta Sri Krishna yang dikerumuni, di dorong dan ditarik oleh para penduduk Vrindavan, kereta-kereta dalam festival ini juga ditarik, dikerumuni dan didorong oleh para peziarah dengan penuh suka cita dan diiringi dengan berbagai lagu bhajan yang mengagungkan nama-nama suci Sri Krishna.

Seiring dengan bangkitnya penganut Vedanta di seluruh dunia, terutama sekali pada tahun 1960-an setelah salah satu Acharya dari Parampara Gaudya Vaisnava, Srila prabhupada berhasil membangkitkan kesadaran Krishna (kesadaran akan Tuhan) melalui organisasi ISKCON di dunia Barat, mengakibatkan festival Ratra Yatra yang awalnya hanya dilangsungkan di Puri, Orissa akhirnya dilangsungkan di berbagai kota besar di dunia. Kota-kota Dublin, Belfast, Birmingham, London, Budapest, Melbourne, Montreal, Paris, New York, Singapura, Toronto, dan Venice adalah sebagian kecil dari ratusan kota besar di dunia yang secara rutin dan meriah selalu mengadakan festival Ratra Yatra setiap tahunnya.

 Di Indonesia Ratra Yatra pernah dilaksanakan sebanyak 1o kali di beberapa wilayah di Bali, Jakarta, Lombok, dan juga Jawa Timur. Pada tahun ini, Ratra Yatra akan kembali diadakan di Bali bertepatan di Taman Pahlawan Pancakatirtha Kabupaten Tabanan, pada hari Jumat-Sabtu, 12-13 Juli 2013. Ratra yatra ini akan tidak hanya akan dihadiri oleh para bhakta Vasinava yang tinggal di Bali atau Indonesia, tetapi juga dihadiri oleh banyak bhakta luar negeri. Beberapa guru-guru kerohanian ISKCON dari manca negara juga akan ikut memimpin prosesi ini. Panitia juga mengundang seluruh masyarakat untuk ikut dalam acara Ratha Yatra ini, Berbagai stand-stand buku-buku, pernak-pernik dan segala hal yang berhubungan dengan kerohanian juga akan dipamerkan dan dijual disana.

Jadi jangan lewatkan kesempatan yang langka ini…

Hari Om….

Translate »