Krishna—getaran suara ini bersifat transendental (melampaui hal-hal material). Krishna berarti kebahagiaan tertinggi. Setiap manusia mencari kebahagiaan. Akan tetapi, kita tidak mengetahui cara yang sempurna untuk mencari kebahagiaan. Dalam usaha kita untuk mencari kebahagiaan melalui konsep hidup yang materialistik, kita dibuat frustrasi pada setiap langkah karena kita tidak memiliki informasi mengenai tingkatan yang harus dicapai untuk bisa mendapatkan kebahagiaan sejati. Untuk dapat menikmati kebahagiaan sejati, pertama-tama orang harus mengerti bahwa dirinya bukanlah badan ini, melainkan kesadaran. Sebenarnya tidak persis kesadaran, sebab kesadaran itu sebenarnya merupakan tanda-tanda dari identitas kita yang sejati: kita adalah roh (jiwa) yang murni, yang kini terkungkung di dalam badan material. Ilmu pengetahuan modern tidak memberikan penekanan terhadap hal ini; oleh sebab itu para ilmuwan kadangkala tersesat dalam pemahaman tentang roh. Akan tetapi, keberadaan sang roh adalah sebuah fakta. Fakta ini bisa dimengerti oleh semua orang melalui hadirnya kesadaran. Seorang anak kecil pun dapat mengerti bahwa kesadaran itu adalah tanda-tanda adanya sang roh.

Keseluruhan proses yang sedang berusaha kita pelajari dari Bhagavad-gītā (Nyanyian Tuhan) adalah bagaimana membawa diri kita menuju tingkat kesadaran. Jika kita bertindak dari tataran kesadaran, maka kita tidak akan lagi terdorong ke tataran konsep badaniah ini. Kemudian, jika kita mampu tetap berada pada tataran tersebut, jika kita bisa terus bertindak dalam kesadaran yang murni, maka pada saat badan ini berakhir kita akan terbebas dari pencemaran material. Kehidupan spiritual kita akan terbangkitkan. Hasil akhirnya adalah bahwa pada kehidupan kita yang berikutnya, setelah kita meninggalkan badan ini, kita akan memeroleh kehidupan spiritual yang sempurna dan abadi. Sang roh bersifat kekal, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.
Kesadaran tidak hancur bahkan setelah badan ini hancur. Sebaliknya, kesadaran dipindahkan ke jenis badan yang lain, lalu kembali membuat kita sadar akan konsep hidup material. Hal itu juga diuraikan di dalam Bhagavad-gītā. Pada saat kematian, jika kesadaran kita suci, kita bisa yakin bahwa kehidupan kita yang berikutnya tidak akan bersifat material—kehidupan kita yang berikutnya akan menjadi spiritual. Jika kesadaran kita tidak suci pada saat kematian tiba, maka setelah meninggalkan badan ini kita akan dipaksa untuk menerima badan material lagi. Seperti itulah proses yang berjalan. Itulah Hukum Alam
Sekarang ini kita memiliki badan yang terbatas. Badan yang kita lihat ini adalah badan kasar. Badan ini persis seperti pakaian dan jaket: di balik jaket ada pakaian, dan di balik pakaian ada badan. Demikian pula, sang roh yang murni tertutupi oleh pakaian dan jaket. Yang merupakan pakaian sang roh adalah pikiran, kecerdasan dan ego palsu. Ego palsu maksudnya konsep yang salah yang membuat kita menganggap diri kita adalah materi (zat), sebuah produk dunia material ini. Konsep yang salah ini membuat diri kita terkungkung. Sebagai contoh, oleh karena saya lahir di India, saya menganggap diri saya adalah orang India. Oleh karena Anda lahir di Amerika, Anda menganggap diri Anda orang Amerika. Akan tetapi, sebagai roh yang murni kita bukanlah orang India ataupun orang Amerika. Kita adalah roh yang suci. Hal-hal lainnya ini hanyalah sebutan-sebutan. Orang Amerika, orang India, orang Indonesia, orang Jerman, atau orang Inggris; kucing atau anjing, lebah atau kelelawar, suami atau istri: semua ini hanyalah julukan-julukan. Dalam kesadaran spiritual, kita terbebas dari semua julukan-julukan tersebut. Keadaan terbebas tersebut tercapai apabila kita senantiasa terhubung dengan Roh Tertinggi, Krishna.
Untuk membaca buku ini lebih lanjut, silahkan download di link berikut:
Download
Translate »