Ego atau ke-aku-an palsu yang oleh Veda disebut ahankara, adalah salah satu dari tiga unsur materi halus yang membentuk badan halus (subtle body) sang makhluk hidup (jiva). Karena ditutupi ego, maka orang selalu berpikir, ”Badan jasmaniku yang di panggil si Anu ini adalah diriku sendiri”. Ini disebut ahankara, ke-aku-an palsu. Pada masa Kali-Yuga sekarang ketika tirai maya nan halus yaitu sifat alam   rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan) begitu tebal menyelimuti kesadaran penduduk Bumi, mereka yang disebut kaum intelektual bukan berlomba untuk maju dalam jalan spiritual keinsyafan diri, tetapi berlomba  untuk maju dalam kehidupan material dunia fana. Begitulah, mereka berlomba untuk memperoleh pujian dan sanjungan karena berhasil mencapai pangkat/ kedudukan tinggi di masyarakat, memiliki harta melimpah, atau karena berhasil menunjukkan prestasi material tertentu.  Ego (yang beraksi) dalam sifat alam rajas dan tamas, menyebabkan  4 (empat)  cacat yang ada pada diri sang manusia (yaitu: cendrung mengkhayal, cendrung menipu, cendrung berbuat salah dan indriya  jasmani  tidak sempurna) menjadi pondasi dalam perlombaan memperoleh sanjungan dan pujian material seperti itu. Dengan disanjung dan dipuji demikian, orang yang berkesadaran materialistik menganggap diri sebagai manusia paling hebat dan paling maju. Ego individualistik, “Aku adalah manusia paling hebat dan paling maju” lalu berkembang menjadi Ego kolektip, “Kami adalah masyarakat paling hebat dan paling maju”. Dan selanjutnya berkembang menjadi Ego nasionalistik, “Kami adalah bangsa paling hebat dan paling maju”.  Mereka yang dibuai oleh Ego demikian hanya berpikir begini, “Bagaimana caranya mengalahkan sainganku agar  aku  bisa menjadi yang terhebat dan termaju”, seraya tidak perduli apakah cara yang ditempuh itu cara jujur, benar, bertanggung-jawab atau ca ra tipu-daya. Dan mereka pun tidak perduli pada nasib diri nya  setelah ajal nanti.

Masa setelah Perang Dunia II berakhir dikenal sebagai masa “Perang Dingin”antara Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Mereka berebut pengaruh diseluruh pelosok dunia dan bersaing sengit dibidang teknologi.  Ketika Uni Sovyet berhasil meluncurkan manusia pertama yaitu Yuri Gagarin dengan menggunakan pesawat Vostok 1 ke orbit Bhumi di tahun 1961, Amerika Serikat merasa dikalahkan. Sehingga pada tahun 1961 itu juga Presiden Kennedy mengumumkan program Apollo dengan tujuan mendaratkan manusia di Bulan. Program ruang angkasa ini, setelah disetujui Congress, berdana sekitar $20 Milyar  dan dimaksudkan untuk  menunjukkan kepada dunia  bahwa  bangsa Amerika Serikat  lebih hebat dari bangsa  Uni  Sovyet. Setelah Program Apollo berlangsung 9 (sembilan) tahun, diberitakan bahwa pada tanggal 20 Juli 1969, pesawat Apollo telah mendarat di Bulan. Dan Neil Armstrong bersama Edwin Buzz Aldrin diumumkan sebagai dua manusia Bhumi pertama yang menjelajah permukaan Bulan.  Masyarakat dunia tertegun oleh kehebatan negara Amerika Serikat dibidang teknologi. Sekitar 600 juta manusia menjadi saksi peristiwa bersejarah “Manusia mendarat di Bulan” melalui layar TV atau pun siaran radio.  Pendaratan manusia di Bulan selanjut nya dilakukan dengan pesawat Apollo 12, 14, 15, 16 dan terakhir dengan Apollo 17 pada tahun 1972. Tetapi sudah sejak Apollo 11 diberitakan mendarat di Bulan pada tanggal 20 Juli 1969,banyak orang Amerika Serikat sendiri tidak yakin bahwa manusia telah berhasil mendarat  di Bulan. Ketika foto-foto pendaratan Apollo 11 di sebarkan me lalui media cetak, masyarakat Amerika menjadi semakin ragu  atas kebenaran peristiwa “Manusia mendarat di Bulan”.

Benarkah Apolo 11 telah mendarat di Bulan? Bagaimana pandangan Veda tentang hal ini? Baca selengkapnya di artikel yang dapat didownload di link berikut.

Download

Translate »