SI KOBAR: Bagaimana tentang moralitas di masyarakat Wa?

PAN LAGAS: Moralitas atau kesusilaan amat penting. Moralitas merupakan pondasi yang amat kokoh untuk membangun kesuksesan. Jika moral anda bagus, apalagi jika ditambah dengan kesucian, maka apapun yang anda cita-citakan akan berhasil dengan baik. Upanisad menyatakan bahwa moralitas dan kesucian itu merupakan dua sayap ajaib yang mampu menerbangkan anda ke tempat tertinggi. Kedua kekuatan ini (moralitas + kesucian) patut direnungkan kemudia dipraktekkan jika anda ingin sukses di bidang apa pun yang anda tekuni.

SI KOBAR: Apa saja rincian moralitas itu?

PAN LAGAS: Bhagavad Gita mengajarkan rinciannya sebagai berikut: rendah hati, sopan santun, ramah tamah, jujur, dermawan, belas kasihan, menjunjung tinggi kebenaran dan kebajikan. Untuk membangun kepribadian seperti ini maka kita perlu berguru kepada Tuhan yang disebut Sang Hyang Pramesti Guru (Maha Gurunya Semua Guru). Umat hindu di Bali memuja beliau di Sanggah Rong Tiga (Kemulan).  Karena beliau meresap di seantero jagat raya ini, maka di manapun kita berada akan berhadapan dengan Guru ini, kalau jeli mengamatinya kita akan mengerti bahwa apapun yang kita hadapi, maka beliau ada di dalam obyek itu untuk memberi pelajaran. Sang Hyang Pramesti Guru memakai alam mini, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia untuk membimbing dan mendidik manusia termasuk anda. Salah satu contohnya beliau mempergunakan air untuk mengajarkan anda agar rendah hati. Air itu selalu mencari tempat yang lebih rendah, lebih rendah dan yang paling rendah (laut). Jika anda ingin mendapatkan apa saja dari Tuhan melalui alam dan masyarakat, maka sebaiknya anda berperilaku rendah hati di masyarakat. Dalam contoh ini air itu adalah perlambang karunia Tuhan yang ada di masyarakat. Tuhan itu memang tidak berwujud dan sangat rahasia tetapi beliau bisa mempergunakan wujud apa saja. Salah satu contoh kehadiran Tuhan di dunia adalah berwujud masyarakat. Kita mendapat segala sesuatu seumur hidup adalah dari masyarakat. Kapan anda sudah trampil berperilaku rendah hati, maka segalanya bisa anda dapatkan dari masyarakat. Sebaliknya jika anda ego, hal itu ibarat tanah muncul/timbul. Tanah yang tinggi tidak akan kebagian air. Walaupun ada air hujan jatuh mengguyur tanah timbul itu, air hujan akan cepat berlalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Artinya walaupun ada banyak materi di masyarakat, maka materi itu akan mengalir ke orang-orang yang rendah hati. Kalau begitu ketentuannya, apa sih beratnya berperilaku rendah hati? Rendah hati bukan rendah diri. Wa sudah sering membuktikan kebenaran ketentuan ini. Semakin Wa merendah, semakin berlimpah mendapat karunia dari Tuhan melalui tangan masyarakat.

Para Rohaniawan mengatakan bahwa, orang yang rendah ahti ditinggikan oleh Tuhan. Orang yang tinggi hati diinjak oleh Tuhan. Orang yang ego/tinggi hati diumpamakan seperti bola menggelembung penuh berisi angin, maka nasib bola seperti itu akan ditendang oleh banyak orang. Dalam contoh ini coba anda merenungkan nasib bola di lapangan sepak bola. Sebanyak 22 orang berebutan menendangnya kesana kemari. Sebaliknya orang yang rendah hati diumpamakan seperti bola kempes tidak berisi angin, tidak ada orang yang menendangnya (aman-aman saja). Orang yang rendah hati secara fisik keberadaannya berbaur di masyarakat. Tetapi secara mental reputasinya harum, disayangi dan dihormati oleh masyarakat. Kondisi seperti itulah yang disebut ditinggikan oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang tinggi hati, reputasinya jatuh dan dibenci oleh masyarakat. Kondisi seperti ini disebut diinjak oleh Tuhan.

SI KOBAR: Bagaimana tentang sopan santun dan ramah tamah?

PAN LAGAS: Manawa Dharmasastra menyatakan bahwa walaupun seandainya anda menjadi raja yang berkuasa penuh, harus belajar memperdalam perilaku sopan santun dan ramah tamah agar anda menjadi aman menduduki singgasana kerajaan. Hal ini dapat kita simak dari lakon pewayangan bahwa raja-raja yang sopan santun ramah tamah seperti Rama, Janaka, Panca Pendawa, selamanya aman. Sebaliknya raja-raja yang angkuh dan melanggar kesopanan seperti Duryadana dan Rawana, mengalami kehancuran karena tidak dilindungi oleh Tuhan. Betapa pentingnya kesopanan ini dapat kita pelajari dari 4 punakawan yaitu Merdah, Toalen, Sangut dan Delem yang kempes tanpa ego, aman tidak ada yang menendang.

Orang yang egonya menggelembung, diumpamakan seperti bola padat penuh angin. Berebutan orang menendangnya. Orang yang egonya kempes, diumpamakan bola kempes, tidak ada orang tertarik menendangnya, artinya aman-aman saja. Jika anda ingin aman, kempeskanlah ego anda. Sepanjang ego anda kempes, selama itu pula anda aman. Sebaliknya ego anda muncul, pada saat itu juga mulai tidak aman karena banyak masalah akan menendang diri anda.

Ahamkara/ego dan mamakara/perasaan memiliki, diumpamakan dua taring ular yang amat berbisa menggigit hati manusia yang menyebabkan manusia jatuh martabatnya. Agar anda terhindar dari gigitan ular itu, salah satunya jalan adalah rajin berjapa. Ular itu tidak bisa dihalau dengan caru apapun.

Selalu berpegang teguh pada tata krama kesopanan. Ke-4 punakawan itu mengajarkan sopan santun dan ramah tamah kepada umat manusia. Coba anda renungkan, dalam permainan wayang, pernahkah punakawan itu diperankan mati oleh sang dalang? Paling banter hanya digebuki seperti delem yang tempramennya sembrono dan sombong. Sebaliknya semua raja-raja yang paling sakti pun seperti Rawana, Kamsa, Hyranyakasipu, Duryadana, pada akhirnya diperankan mati oleh sang dalang. Begitulah pentingnya sopan santuh ramah tamah untuk dilaksanakan agar apa yang anda cita-citakan berhasil dengan baik dan terus hidup seperti punakawan tersebut di atas. Dalang itu adalah perlambang Tuhan, wayang adalah perlambang manusia.

SI KOBAR: Ya…..mengapa ke-4 punakawan itu tidak pernah dilakonkan mati oleh Sang Dalang?

PAN LAGAS: Menurut Aji Dharma Pawayangan menyatakan bahwa 4 dewata turun ke dunia menyamar menjadi punakawan untuk membimbing dan mendidik manusia agar manusia berperilaku susila. Iswara menyamar menjadi Merdah, Wisnu menjadi Toalen, Mahadewa menjadi Sangut dan Brahma menjadi Delem. Inilah rahasianya makanya ke-4 punakawan itu tidak pernah terus, artinya tidak berulang kali lahir-mati lahir-mati. Maka ikutilah jejak catur dewa itu yaitu rela menjadi pelayan yang setia kepada siapa saja. Sayangi semuanya dan layani semuanya (love all serve all). Inilah jalan moksa melalui karma/pengabdian di masyarakat. Orang bijak mengatakan bahwa masyarakat itu adalah perwujudan Tuhan di dunia. Orang yang tulus mengabdi kepada masyarakat, berarti berbakti kepada Tuhan. Dia pasti disayangi oleh masyarakat dan oleh Tuhan. Masyarakat akan memberi dia pahala “jagadhita” dan Tuhan memberi “moksa”. Raja/pemimpin yang mengerti dengan filsafat ini pasti rela mengabdi/melayani rakyatnya agar semua rakyatnya hidup makmur, aman, tentram, dan damai. Raja yang seperti ini akan kuat menduduki tahta kerajaannya seperti Rama dan Dharmawangsa. Sebaliknya Raja yang egois, pasti cepat jatuh terguling. Kita bisa lihat nasib Presiden di berbagai Negara yang diktator otoriter, semuanya jatuh didemo oleh rakyatnya. Dari sinilah timbul semboyan bahwa lebih baik tidak punya raja, ketimbang punya raja yang diktator menindas rakyat. Bagi anda yang tipis kemungkinannya menjadi Presiden secara sah, maka cukup menjadi Presiden di mana anda berada sekarang. Caranya adalah dengan berdisiplin menegakkan moralitas, kesucian dan suka mengabdi dimasyarakat. Minimal menjadilah Presiden yang baik dirumah tangga. Sayangi dan layanilah semua anggota keluarga anda.

SI KOBAR: Luar biasa Wa, bagaimana tentang kejujuran?

PAN LAGAS: Kejujuran ini amat tinggi nilainya dan dihormati oleh semua orang. Barang siapa yang jujur, pasti akan dihormati dan diberikan kedudukan penting/strategis oleh rakyat atau oleh Raja (penguasa). Seandainya anda sebagai karyawan yang jujur, maka anda akan diberi posisi penting oleh pimpinan. Jika anda sebagai pedagang yang jujur maka anda akan kuat bersaing, karena para konsumen pasti mengutamakan berbelanja pada anda.

SI KOBAR: Apa ada dagang yang jujur? Pada umumnya mereka curang.

PAN LAGAS: Ada, tetapi sedikit jumlahnya. Orang yang mendalami ilmu dagang pasti jujur terhadap para langganannya. Kata jujur dalam hal ini adalah jujur terhadap timbangan, mutu barang dan jujur terhadap prosentase laba yang boleh ditarik. Prosentase laba yang boleh ditarik dari konsumen sangat berpariasi tergantung dari jenis usaha dan jenis barang yang dijual. Itu semua ada aturannya yang berlaku di pasar. Tetapi aturan itu tidak tertulis. Para pengecer sembako pada umumnya menarik laba antara 1 – 10% dari harga pokok barang. Pengecer pakaian bisa lebih dari 10%. Untuk barang kebutuhan pokok (sembako) ada barang yang boleh ditarik untungnya hanya 1% dari harga pokok seperti susu, ada yang boleh 2% seperti beras, gula pasir dan minyak goreng. Ada yang 5%, dan seterusnya tergantung dari jenis barang. Barang yang semestinya untung 1% jika dijual dengan menarik untung 5%, maka dagang itu curang namanya. Timbangan yang semestinya 1 kg, jika dalam bungkusan isinya 0,9 kg. juga curang namanya. Beras kualitas nomor 2 jika dijual dengan harga beras kwalitas 1, juga curang namanya. Cara berjualan seperti itu lama kelamaan akan ditinggalkan oleh para pembeli. Pedagang yang menguasai ilmu dagang dan spiritual tidak mau curang seperti itu, dia pasti jujur. Bahkan dia selalu berusaha menyenangkan para langganannya dengan harga yang murah, mutu yang terbaik, timbangannya tepat dan pelayanan yang ramah tamah. Caranya adalah dengan lincah dia mencari sumber-sumber barang yang termurah dan jika mendapat bonus dari agen maka bonus itu dibagi-bagikan kepada para langganannya. Istilahnya berbagi keuntungan dengan konsumen. Misalnya menjual beras menurut aturan pasar boleh menarik untung 2%, maka dia menarik untung hanya 1%. Yang 1% untuk konsumen sebagai potongan harga. Jika mendapat bonus 3% dari agen, maka harga jual barangnya diturunkan 3%. Dengan demikian kesan/citra tokonya dimata konsumen adalah toko paling murah. Oleh karena itu dagang yang jujur seperti ini akan diserbu oleh para konsumen. Wa sudah lama mempraktekkan cara berdagang seperti ini, sehingga banyak orang berlangganan seumur hidup pada Toko Puncak Karang. Bahkan ada yang berlangganan turun menurun mulai dari kakeknya, kemudian anak-anaknya dan cucu-cucunya. Begitulah perjuangan pentingnya nilai kejujuran ditinjau dari segi perdagangan.

Ditinjau dari segi kedudukan dan kepangkatan, maka kejujuran ini sangat dihargai oleh rakyat dan oleh penguasa. Pernah diceritakan pada suatu kerajaan, sang raja menyimpan 3 dinar emas di kotak uangnya di dalam kamar khusus. Pada suatu malam yang sepi ada seorang pencuri masuk ke dalam istana. Sang raja melihat gelagat orang itu dari loteng, lalu beliau turun pura-pura sebagai pencuri. Raja bertanya kepada si pencuri: “apa tujuan anda malam hari masuk ke istana ini?” “untuk mencuri” jawab si pencuri. Raja berkata lagi: “La aku juga mau mencuri, ayo kita bekerjasama. Siapa nama lengkapmu dan di mana alamat lengkapmu?” si pencuri mengatakan nama lengkapnya dan juga alamatnya. Raja berkata lagi: “ Nah silahkan kamu masuk ke kamar itu, aku yang menjagamua diluar”. Si pencuri pun segera masuk kamar. Beberapa menit kemudian si pencuri keluar menemui raja lalu raja bertanya: “apa yang kamu dapatkan?” “dua keping dinar emas. Dikotak penyimpanan dinar itu ada hanya 3 keping dinar emas tetapi aku ambil Cuma dua keeping, ini untuk kamu satu dan untuk aku satu”, jawab pencuri. Raja menerima pembagian 1 keping, setelah itu pencuri pulang. Kemudian raja memeriksa kotak tempat dinar itu, ternyata betul masih ada satu dinar. Besok paginya raja mengatakan kepada perdana mentrinya, bahwa tadi malam ada pencuri masuk istana dan menyuruh perdana mentri itu memeriksa kotak penyimpanan dinar. Perdana mentrinya lalu ke dalam kamar memeriksa kotak itu. Dilihatnya masih ada 1 dinar, lalu dinar itu diambil dimasukkan ke dalam saku untuk dimilikinya. Setelah itu setelah melapor kepada raja sebagai berikut: “Ampun paduka, kotak itu kosong, rupanya semua dinar diambil oleh pencuri”. Raja menjawab: “baiklah, sekarang tolong panggil orang yang bernama ini, dia tinggal di desa dengan alamat ini”, “ Baik Tuanku” jawab sang mentri lalu segera dia ke rumah si pencuri. Diajaklah pencuri menghadap raja. Sampai di istana si pencuri gemetar ketakutan karena merasa bersalah. Raja berkata kepada si pencuri: “kamu ini adalah orang jujur, dan perdana mentriku curang. Mulai saat ini aku angkat kamu menjadi perdana mentri untuk menggantikan perdana mentriku yang curang.

Contoh lainnya adalah seorang penbantu rumah tangga yang jujur bekerja pada orang kaya. Sang majikan punya sebuah arloji yang amat disayanginya karena merupakan kenangan bersejarah yang amat unik. Pada suatu saat arloji itu secara tidak sengaja dibuang bersama sampah di bak sampah. Besoknya pada waktu dia mau memakai arloji, tidak diketemukan arlojinya. Paling dia kesana kemari mencarinya tidak juga ketemu. Dia amat kecewa dan sedih kehilangan arloji yang bersejarah. Berselang beberapa hari berikutnya, pada waktu sang pembantu mau membersihkan bak sampah, pembantu menemukan ada arloji pada tumpukkan sampah. Segera dia menyerahkan arloji itu kepada majikannya. Wah….bukan main senangnya sang majikan, lalu pembantunya diberi hadiah uang sebanyak 3 X lipat harga arloji itu. Sang majikan sebenarnya bisa membeli arloji baru yang mereknya sama. Tetapi arloji yang baru tidak mengandung kenangan sejarah yang berharga. Itulah yang menyebabkan sang majikan dengan senang hati memberi hadiah 3 X lipat harga arlojinya. Begitulah kejujuran itu sangat dihargai oleh semua orang.

Bersambung……..

Dikutip dengan perubahan dari karya tulis Jro Mangku Wayan Swena.

Translate »