[youtube http://www.youtube.com/watch?v=gtthxMVaHWQ nolink]

Kalau kita mengikuti perkembangan dunia barat, maka tidak jarang kita mendengar ungkapan “Sangat sulit mencari titik temu antara agama dan teknologi yang selalu bertentangan”. Benarkah semua itu? Orang barat biasanya akan cenderung membenarkan hal tersebut, mereka memang jarang bahkan tidak menemukan inti-inti teknologi dalam agama mereka yang pada umumnya Nasrani. Apa di Injil memang tidak menyinggung teknologi? Menurut penerbit buku “Hindu agama terbesar di dunia” menyatakan kalau beliau sangat tidak puas dengan ajaran agamanya, sehingga memaksanya mempelajari kitab suci lain sampai akhirnya beliau jatuh cinta pada Veda dan menjadi pengikutnya. Apa Injil itu salah? Untuk menjawab pertanyaan ini kembali harus kita sadari bahwa Tuhan akan mewahyukan kitab sesuai dengan waktu dan tempatnya. Bagaimana dengan Veda? Apakah mengalami nasib yang sama? Ternyata tidak. Veda begitu lengkap dan kita baru menyadarinya setelah peneliti-peneliti dari barat mengungkapkannya. Mereka beralih ke Veda karena pengetahuannya, tapi kita sebagai generasi pewarisnya malah menyia-nyiakan dan memilih untuk diselamatkan dengan kamus-kamus kecil yang tidak sebanding dengan Veda. Semua hanya karena ketidaktahuan kita sendiri.

Dalam Atharva Veda bab VII.107.1 menyebutkan “ Ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah” artinya matahari memiliki tujuh jenis sinar, mereka adalah sumber hujan. Masih ingat dengan warna pelangi? Tentang cahaya polikromatis yang terbiaskan menjadi tujuh jenis? Cahaya memang terdiri atas dua jenis, cahaya polikromatis seperti cahaya matahari dan cahaya monokromatis, contohnya sinar laser. Dengan menggunakan pembias, atas dasar perbedaan sudut deviasi setiap jenis sinar monokromatis, maka sinar matahari sebagai sinar polikromatis dapat dipecah menjadi tujuh bagian, yang sering disebut dengan warna pelangi. Sangat tepat bukan?

Yayur Veda bab XVIII.40 mengatakan “Susumnah suryarasmiscandrama susumnah” artinya sinar matahari yang disebut susumna menerangi bulan. Bukankah hal ini juga dibuktikan dengan teknologi modern saat ini? Apa pantas golongan agama radikanl yang menyerang Hindu dewasa ini mengatakan Veda menuntun pengikutnya sebagai penyembah matahari dan bulan? Bukankah itu hanya sebagai objek konsentrasi kita atas keagungan Tuhan yang tidak terbatas?

Ternyata dasar-dasar ilmu kimia juga terdapat dalam veda. Hal ini terbukti dengan sloka dalam Atharva Veda bab III.13.5 yang menyebutkan “Agnisomau bibhratiapa it tah” artinya air terdiri atas Oksigen dan Hidrogen. Sungguh tepat sekali, semua air tersusun atas dua unsur ini, H2O untuk air biasa. D2O untuk air berat, yaitu air yang digunakan dalam reaktor nuklir PHWR sebagai moderatornya. D adalah Deutrium, Hidrogen dengan kelebihan satu neutron. Masih bisakah kita mengatakan kebudayaan Veda sebagai kebudayaan kuno yang kolot? Ya Veda memang kuno, tetapi inilah dokumen kuno yang paling modern yang pernah ada.

Dalam Sama Veda juga disebutkan “ Tam it samanam vaninas ca virudhoantarvatis ca suvate ca vivaha” Tumbuh-tumbuhan menghasilkan udara vital yang disebut samana (Oksigen) secara teratur. Lebih lanjut dalam Reg Veda VIII.72.16 disebutkan “Adhuksat pipyusim isam urjam, suryasya sapta rasmibhih” artinya tumbuh-tumbuhan menyerap tenaga yang merupakan makanan bergisi dari matahari. Coba kita tengok mengenai teori photosintesis saat ini. Apa yang anda ketahui?

Inilah sebagian kecil sloka-sloka Veda yang secara implinsit menyebutkan dasar-dasar teori modern. Begitu banyak sloka-sloka sejenis yang masih tercecer di setiap bagian Veda dan menunggu tangan-tangan kita untuk menjamahnya demi kesejahteraan umat manusia. Bukan hanya golongan kelompok tertentu saja.

Adakah teori ilmiah yang terselubung dalam Veda?
Tentunya sebagai umat Hindu kita sudah tidak asing lagi dengan kitab Itihasa, kitab Smrti yang sangat terkenal yaitu kisah Ramayana dan Mahabarata. Sebelumnya mari kita samakan persepsi mengenai kebenaran kisah Itihasa. Epos Ramayana dan Mahabharata ternyata bukan sekedar cerita fiksi belaka, tetapi memang benar-benar kisah nyata. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya jembatan yang menghubungkan India dengan Srilangka sebagai saksi bisu kisah jembatan yang dibangun pasukan kera dalam Ramayana. Ditemukannya puing-puing kerajaan yang tenggelam di tengah laut dan sangat tepat dengan kisah tenggelamnya kerajaan Krisna dalam Mahabarata. Serta didukung dengan banyak lagi bukti-bukti menguatkan lainnya, baik berupa benda sejarah, tulisan-tulisan dari kitab-kitab lainnya yang saling berhubungan erat, sampai pada penampakan dari luar angkasa melalui pengindraan satelit. Mari kita tengok kisah Rsi Wiyasa yang mengembalikan keperawanan ibunya seperti sedia kala, kisah kelahiran satus korawa yang tidak lain melalui teknologi bayi tabung dan kelahiran pandawa melalui bioteknologi kloning yang dikarenakan Maharaja Pandu tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai suami. Ternyata teknologi saat ini seperti bedah plastik, teknologi genetika sampai pada masalah kloning yang baru berkembang di dunia modern pada abad 20 ini telah terinspirasikan pada jaman Veda yang begitu tua. Dalam Mahabarata juga disinggung tentang kemungkinan laki-laki dapat mendapatkan keturunan tanpa melalui bantuan wanita. Hal ini dikisahkan ketika Maha Rsi Wiyasa menginginkan seorang putra pada saat perang bharata yuda berlangsung. Beliau mengeluarkan kama petak yang pada akhirnya berkembang menjadi anak laki-laki (Bhagawan Suka). Saat ini, seorang wanita yang menginginkan keturunan tanpa kehadiran seorang pria sudah benar-benar dapat diwujudkan. Kapankah bioteknologi seperti kisah kelahiran Bhagawan Suka ini akan benar-benar terwujud di jaman kali ini?
Masih ingat tentang teknologi jalan layang yang dikemukakan oleh Tjokorde Raka Sukawati? Ternyata semua ini telah terinspirasi dari Veda yaitu dari Prabu Sosrobahu dalam kisah Ramayana. Dan penemuan inipun diberi nama sesuai dengan sumber inspirasinya.

Energi Nuklir dalam perspektif Veda

Inilah ceceran-ceceran teknologi Veda yang ternyata sangat modern. Bahkan ada yang belum sampai dibayangkan oleh manusia jaman sekarang telah lebih dahulu terlukiskan oleh Veda. Sungguh luar biasa bukan? Secarik tulisan di atas hanyalah setetes pengetahuan tentang teknologi dalam Veda, masih banyak hal-hal menakjubkan lainnya dari luasnya samudra pengetahuan Veda. Nah sampailah kita pada maksud dibuatnya makalah ini, yaitu bagaimana hubungan Nuklir sebagai bidang studi yang saya geluti saat ini dengan Veda sebagai kitab suci Hindu. Energi nuklir muncul atas dasar teori kesetaran antara materi dengan energi yang dikumandangkan oleh Einstein dengan rumusannya yang sangat terkenal, E = m C2. Suatu penemuan yang sangat mencengakan bahkan mengantarkannya sebagai predikat orang terjenius di dunia. Tetapi mungkin berbeda ceritranya dengan seorang ahli Veda yang mendengar penemuan Einstein, kenapa? Di dalam Rgveda bab II.72.4 disebutkan “Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi). Ternyata teori yang mencengakan ini telah tersurat jauh sebelum moyang dari Einstein lahir. Jadi siapa yang lebih hebat, Einstein apa Veda? Inilah dokumen Tuhan Yang Maha Esa dengan tanpa cacatnya. Adapun kejanggalan yang kita temukan hanya karena keterbatasan pemikiran kita sendiri yang terselimuti oleh maya dan kebodohan.
Dengan adanya teori kesetaraan energi dan materi, mulai awal abad ke-19 perkembangan teknologi begitu pesatnya. Banyak rahasia alam yang mulai dapat terungkap, tapi sayangnya ternyata kita sebagai kaum intelektual muda Hindu buta akan kitab suci sendiri. Kita hanya menunggu orang lain untuk mengungkapnya. Betapa tidak, ternyata kenyataan bahwa sumber energi utama di bumi ini adalah matahari tercantum dalam Rgveda bab II.13.6 yang menyebutkan “Yo bhojanam ca dayase ca vhardanam. Artinya : matahari menyediakan makanan yang bergisi pada alam semesta. Seperti kita ketahui dalam matahari (bintang) terjadi reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi antara inti-inti Hidrogen menjadi Helium dengan melepas energi yang sangat besar. Jika kita bandingkan antara massa awal sebelum terjadinya reaksi dengan setelah reaksi ternyata terjadi penyusutan massa, massa yang hilang inilah yang terkonversi menjadi energi yang selanjutnya memancar ke seluruh penjuru dan sampai pada planet Bumi sebagai sumber energi yang paling utama.

Ada sebuah sloka dalam Atharva Veda bab XIII.3.10 menyebutkan “Yasmin surya arpitah sapta sakam” artinya : Tuhan Yang Maha Agung menciptakan tujuh buah matahari/tata surya yang kuat secara serempak. Mungkin yang dimaksud sloka ini jumlah tata surya yang mirip dengan tata surya kita dengan pusat matahari ada tujuh buah dalam satu galaksi Bima sakti ini. Dan sangat mungkin di tempat itu juga terdapat kehidupan seperti di bumi meskipun dengan corak yang berbeda. Kita buktikan saja.

Kembali beralih kepada reaksi nuklir yang terjadi pada bintang atau matahari. Dalam Rgveda bab I.164.43 menyebutkan “Sakamayam dhunam arad apasyam, visuva para enavarena” artinya : matahari pada semua sisinya dikelilingi oleh gas yang kuat. Seperti kita bahas di atas, reaksi fusi dalam matahari berbahan bakar Hidrogen dan menghasilkan produk sisa berupa Helium. Berdasarkan analisa radiasinya dan pengamatan pada saat berlangsungnya gerhana matahari, sebagian besar unsur matahari memang tersusun oleh gas, tapi karena gaya gravitasinya menyebabkan kepadatan pada bagian inti matahari jauh lebih besar dari bagian luarnya. Daerah terluar mendapat gravitasi yang paling lemah dan disini terjadi semburan lidah api dan gas-gas yang memiliki kecepatan luar biasa yang disebut korona seperti apa yang diungkapkan sloka diatas. Kalau kita ingin menyelidiki kelanjutan dari hasil reaksi nuklir dalam matahari yang selanjutnya dapat menghidupi segenap mahkluk hidup juga dapat dijelaskan secara tepat dalam banyak sloka-sloka Veda.

Mari kita tengok era nuklir dalam sejarah Veda. Ada penemuan unik yang menyebutkan pada daerah bekas perang kuru sekarang ternyata terdapat sumber radiasi yang cukup tinggi yang terpusat hanya pada daerah ini. Jika kita tarik hubungan antara senjata-senjata yang dikatakan memiliki daya ledak tinggi milik Arjuna serta senjata hebat milik ksatria-ksartia lainnya yang meledak dalam Bharata yuda, apa tidak mungkin kalau senjata yang digunakan mengandung unsur radioaktif?

Dalam peperangan antara Arjuna dengan Asvatama juga dikisahkan penggunaan senjata sakti Brahmasirah yang dapat menyemburkan api sebesar gunung. Senjata apa yang bisa mengeluarkan energi seperti itu? Andaikan minyak bumi, perlu berapa barel minyak? Sedangkan dengan bahan bakar nuklir hanya perlu sekitar 1 gram saja. Satu lagi kisah yang
sangat menarik yang diceritrakan dalam mausala parwa, yaitu meledaknya senjata mausala yang menyebabkan musnahnya bangsa Wresni dan sekaligus menenggelamkan kerajaan Krisna ke dasar laut. Dengan teknologi kita sekarang ini, senjata apa yang bisa menghancurkan sedasyat itu? Bom Hidrogen? Bom dari Uranium atau yang lain? Hanya rekasi nuklir baik itu fisi (pembelahan, contoh pada Uranium) maupun fusi (penyatuan, contoh bom Hidrogen) yang memiliki daya hancur seperti itu.

Bagaimana kita bisa menolak semua kebenaran ini? Semua isi Veda yang kita ketahui benar hanyalah sebagian kecil kebenaran yang telah dibuktikan dengan cara manusia, sedangkan disana masih tersimpan banyak kebenaran yang belum bisa diketahui dengan metode manusia. Semua hanya karena ketidaktahuan dan kebodohan kita yang buta akan kebenaran suci Veda.

Sumber:

Aripta Wibawa, I Made, Pengetahuan dan Pengendalian Prana, Paramita, Surabaya
Berger, Peter L, 2003. Sisi lain Tuhan, Qirtas, Yogyakarta
Catur Veda
Drucker, A, Bhagavan Sri Satya Sai Baba Discourses on Bhagavad Gita, Sri Sathya SAI Books, Andhra Pradesh
Ellsberg, Robert, 1991. Gandhi on Christianity, LkiS, Yogyakarta
Suja, I Wayan, Titik temu IPTEK dan Agama Hindu, Manik geni, Denpasar
Subba Rao, Gandhikota V, Saitri Manthra Yanthra Thanthra, Paramita, Surabaya.
Prabhupada, 1989. Bhagavad Gita As It Is, The Bhaktivedanta Book Trust International, Sweden

Translate »