Semua kitab suci agama-agama besar dunia menguraikan tentang konsep penciptaan alam semesta. Pada umumnya konsep penciptaan semesta hampir mirip pada agama-agama abrahamik. Hal ini mungkin disebabkan karena ketiga agama-agama Abrahamik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam juga bersumber dari ajaran yang sama, yaitu ajaran Nabi Abraham/Ibrahim. Namun konsep penciptaan dalam agama-agama Timur, terutama agama Hindu dan Buddha ternyata sangat berbeda dengan konsep agama-agama Abrahamik. Konsep penciptaan dari ajaran yang manakah yang lebih relevan dengan teori-teori penciptaan dan ilmu kosmologi modern? Mari kita simak satu persatu.

B. Konsep penciptaanmenurut Alkitab

Yahudi kuno serta kaum Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di Bible/Alkitab.

Yang pertama,
Allah menciptakan Langit dan Bumi, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Allah menamai cakrawala itu langit, itulah hari ke dua.
Segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji di bumi, itulah hari ke tiga.
Matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari ke empat, semua burung dan hewan laut pada hari ke lima, Binatang ternak, melata, liar dan laki-laki dan wanita pertama pada hari ke enam[Kejadian 1, 1-31].
Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan Kata “Jadilah terang.” dengan hipotesis Big Bang. Sejak saat itu Big Bang, meledak besar sebagai ‘teori’ asal mula semesta.
Yang kedua,
Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita[Kejadian 2, 4-22].

Frase kata ‘jadilah..’ terdapat dalam setiap kehendak yang Allah lakukan.
Paus Pius XII sangat bersemangat untuk menghubungkan frase ‘jadilah terang’ di ayat pertama dengan Big Bang, rupanya beliau sangat memahami terdapat kemuskilan logika bahwa
Bagaimana mungkin, Terang dinamakan siang dan gelap dinamakan malam terjadi di hari pertama, sementara Matahari dan bulan baru ada di hari ke 4
Bagaimana mungkin, tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji dapat tumbuh semetara Matahari dan Bulan baru diciptakan keesokan harinya, dimana satu hari Allah setara 1000 tahun di bumi.

Beberapa pendapat kalangan nasrani menghubungkan terang dan gelap sebagai kebaikan dan kejahatan, namun pendapat itu juga tidak relevan mengingat obyek kejahatan belum tercipta.
Diatas telah disebutkan bahwa Frase “Jadilah terang” dilakukan sebelum penciptaan. Semua penggunaan Frase “Jadilah terang” ternyata dilakukan setelah ada Air yang menutupi samudera raya! Tidak ada bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Air yang menutupi samudera raya juga diciptakan oleh Allah.
Di hari pertama, Tidak diceritakan bagaimana air tercipta karena tidak didahului dengan kata “Jadilah terang”. Air dan Allah sudah ada. Bentuk bumi saat itu hanyalah air yang menutupi seluruh BUMI. Dari atas air tercurah dan dibawah juga ada air, di mana-mana hanyalah Air.
Alkitab pada kitab Kejadian 1 hanya bercerita mengenai Bumi disaat Banjir besar, Ia tidak berbicara mengenai pembentukan Tata Surya apalagi Pembentukan Semesta, Petunjuk mengenai hal itu, dilihat di hari ke dua dan ketiga, ketika Banjir itu reda, Langit mulai terang, Air hanya dibawah Langit, beberapa mulai surut, daratan terlihat dan sisanya berupa Lautan.
Jadi jelas bahwa Alkitab hanya menceritakan surutnya banjir besar daripada kisah mengenai penciptaan semesta dengan ledakan yang luarbiasa! Sama sekali tidak ada relevansinya dengan hipotesis Big Bang.

C. Konsep penciptaan menurut Alqur’an
Al Qur’an ternyata lebih maju dengan menutup lubang logika awal terciptanya Langit dan bumi dengan menggunakan Frase kata ‘jadilah..’ yang sama!
Frase kata yang sama yaitu ‘jadilah..’ atau ‘kun fayakoonu’ merupakan frase ke-MahaKuasaan, itu tercantum pada 8 ayat [Al Baqarah 2:117, Ali Imran 3: 47, Ali Imran 3: 59, Al Anaam 6: 73, An Nahl 16: 40, Maryam 19: 35 Yasin 36: 82, dan Al Ghafir 40: 68] yaitu saat penciptaan langit dan Bumi, Penciptaan Adam & Isa, serta penciptaan lainnya yang dikehendaki Allah:
[2:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.
[3: 59] Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
[36: 82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.
Apakah frase kata ‘jadilah..’ atau ‘kun fayakoonu’ merupakan Big Bang?
Qur’an ayat 51: 47 menyatakan bahwa “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”.
Beberapa orang menterjemahkan kata ‘kami benar-benar berkuasa’ menjadi ‘’kami meluaskannya’. Tafsiran ‘kami meluaskan’ dikemukakan oleh Harun Yahya yang muncul hanya baru-baru ini saja ketika hipotesis BigBang dan alam semesta yang terus mengembang sedang populer-pupulernya. Namun berdasarkan 3 ayat di atas tentang ‘jadilah!’ maka samasekali tidak menunjukan kecocokan apapun dengan hipotesis Big Bang maupun Alam semesta yang terus mengembang.
Detail penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur’an terdapat di surat [7:54, 10:3, 11:7, 21:30, 25:59, 32:4, 57:4, 41:9-12 dan 79:27-33].
Surat Al Anbiyaa’ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula:
Al Anbiyaa’ 21:30, Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Tafsir Ibn Kathir atas ayat 21:30:
…Tidakkah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan udara diantara bumi dan langit yang terendah…

Saidbin Jubayrmengatakan :
‘langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain, Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan pemisahan ini disebut Allah di Al Qur’an’

Al hasan dan Qatadah mengatakan;
’Mereka Dulunya bersatu padu, kemudian dipisahkan dengan udara ini’

Surat Fushshilat 41: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:
Pertama, (41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumidiciptakan total dalam empat masa
Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.”
Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya
Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir Ibn Kathir untuk surat 41:9-11juga menyatakan bahwa:

Penciptaan Bumi dan Penciptaan langit dibicarakan secara terpisah Allah berkata bahwa Ia menciptakan Bumi terlebih dahulu, karena itu adalah Fondasi, dan Fondasi harus dibangun terlebih dahulu baru kemudian atap.

Berkenaan dengan penciptaan Bintang-bintang di ayat Fushshilat 41:12 maka terdapat 3 (ayat) lain di Al Qur’an yang memberikan konfirmasi pasti bahwa bintang- bintang diciptakan untuk menghiasi langit dan sebagai alat untuk melempar setan-setan ketika mereka mencuri dengar berita dari Allah/langit [Ash Shaaffaat 37: 6, Al Mulk 67: 5, Al Hijr 15:16-18 dan juga ‘Al Buruj sebagai bintang besar pada ayat Al Furqaan 25:61]
Surat Al Mulk 67:5,Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

Tafsir Ibn Kathir surat 67:1-5
Ayat ini merujuk pada bintang-bintang yang telah di letakan di langit, beberapa bergerak dan beberapa diam.

Qatadah berkata;
‘Bintang-bintang diciptakan hanya untuk tiga kegunaan, yaitu: Hiasan di langit, Alat pelempar setan dan petunjuk Navigasi, Jadi siapapun yang mencari interpretasi lain tentang bintang selain ini maka itu jelas merupakan opini pribadi, Ia telah melebihi porsinya dan membebani dirinya dengan hal-hal yang ia sendiri tidak punya pengetahuan tentang ini. [Ibn Jarir dan Ibn Hatim merekam riwayat ini].
Kegunaan ‘Al Buruj’ (Bintang besar) juga sama sebagai Benteng penjaga untuk melempar setan yang mencuri dengar [riwayat dari Atiyah Al-`Awfi, lihat: Tafsir Ibn Kathir surat 15:16-19]
Surat An Naazi’ aat 79:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah!
Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)

tafsir Ibn Kathir untuk surat 79:27-33:

It already has been mentioned previously in Surat Ha Mim As-Sajdah thatthe earth was created before the heaven was created, but it was only spread out after the creation of the heaven.

Di Tafsir Ibn Kathir untuk surat 79:27-33, terdapat satu riwayat menarik mengenai kebingungan seseorang akan hubungan surat [41:9-12] dan surat [79:27-33] yaitu mana yang diciptakan terlebih dahulu: Bumi atau Langit.
Sa’id Bin Jubayr berkata, ‘Seseorang berkata pada Ibn ‘Abbas: Saya menemukan di Qur’an yang membingungkan ku:…Allah berkata (79:27-33):
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia menciptakannya, meninggikannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Jadi Dia menyatakan bahwa Penciptaan Lagit dahulu baru kemudian penciptaan Bumi, Namun kemudian Allah berkata(41:9-12):
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya dalam empat masa. bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Di sini Allah menyatakan Penciptaan Bumi dahulu baru kemudian Penciptaan Langit.Kemudian Ibn ‘Abbas menjawab:
Allah menciptakan Bumi dalam dua hari (masa),
kemudian menciptakan Langit, kemudian (Istawa ila) meninggikan langit dan membentuknya dalam dua hari lagi.
Kemudian membentangkan Bumi, ini berarti bahwa Dia membawa, sejak saat itu, air dan makanan. Dan kemudian Dia menciptakan Gunung-gunung, Pasir, benda-benta tak bernyawa, batu-batu dan bukit-bukit dan semuanya dalam waktu dua hari lagi.

Inilah yang Allah katakan (Ia) menghamparkan (Bumi) (79:30) Dan Allah berkata, ‘Ia ciptakan bumi dalam dua hari’, jadi Dia menciptakan Bumi dan segala isinya dalam empat hari dan Dia menciptakan Langit dalam dua Hari. Di rekaman Al Bukhari.
Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada Minggu dan Senin.
Dia meletakan Gunung-gunung yang kokoh di atasnya, menumbuhkan yang bermanfaat, menakar untuk perlengkapan yang dibutuhkan manusia, artinya pada Selasa dan Rabu, jadi dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari
Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat

Pada rekaman Hadis Muslim, Book 039, Number 6707, Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi menggenggam tanganku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan:
Tanah pada hari Sabtu dan
Gunung pada hari Minggu dan
Pepohonan pada hari Senin dan
Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada Selasa dan
cahaya pada hari Rabu dan
Dan menyebarkan Binatang pada hari Kamis dan
Adam setelah ashar pada hari Jum’at, ciptaan terakhir pada hari Jum’at antara Sore dan Malam

Tiga laporan mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, sudah menegaskan bahwa: Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit.
Masih mengenai Surat 41:11
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu..”

Dalam Asbabun Nuzul surat Al Iklas 112:1-4,
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Riwayat Abu Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada Nabi SAW. dan berkata: “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Rasulullah SAW tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu surat ini (S.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah.
Dari hadis di atas, kita ketahui bahwa tidak ada penolakan mengenai asal muasal Langit, Adam, Iblis dan Bumi.
Terdapat fakta menarik yang disebutkan di surat 41, yaitu setelah penciptaan Bumi, Langit masih beberbentuk kabut kemudian hadis mengisyaratkan pernyataan yang sama dari kaum yahudi bahwa langit diciptakan dari kabut sehingga penciptaan semesta dari agama-agama Abrahamik lebih mendekati hipotesis kabut daripada hipotesis Big Bang.
Surat 41, 51, 21 dan 79 termasuk golongan Almakiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan turunnya surat adalah tertera demikian. Ayat 112, ada yang mengganggap sebagai Al Makiyyah, sementara As suyuti menganggap sebagai Al Madaniyya
Penegasan terakhir mengenai penciptaan Bumi dan Langit adalah melalui surat Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79. Di surat Al Baqarah 2:29, Muhammad dan Jibril bersabda bahwa:
Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkab bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah!’ [3:59]
Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

Ada pendapat yang mengatakan bahwa 7 langit adalah 7 lapisan Atmosfir. Di jaman awal Islam, Mujahid, Qatadah and Ad-Dahhak dalam tafsir Ibn Kathir untuk surat 32:4-6 yang di kutip lagi oleh Ibn kathir untuk tafsir surat 13:2-4 , dinyatakan bahwa jarak Bumi dan lapisan langit serta antar lapisan langit adalah 500 tahun [jadi sekitar 3500 tahun]. Jelas sudah bahwa 7 langit adalah bukan atmosfir, sesuai dengan bunyi surat di qur’an maka langit yang dimaksudkan adalah ‘surga’:
Surat Al Najm 53:14-15, (yaitu) di Sidratil Muntaha.Di dekatnya ada syurga tempat tinggal..

Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur) menjelaskan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan `arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. `Arsy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu:
1.sungai yang berisi cahaya yang berkilauan;
2.sungai yang bermuatan salju putih berkilauan;
3.sungai yang penuh dengan air; dan
4.sungai yang berisi api yang menyala kemerahan.
Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah. Hadis yang menyebutkan 7 langit adalah Surga:
Sahih Bukhari pada Vol.1, Buku9, No. 608, yang dinarasikan Anas Bin Malik, yaitu saat perjalanan Isra’ Mira’j naik hingga kelangit ke 7 dikatakan oleh Nabi Muhammad bahwa Ia dibawa keliling langit dan kemudian Ia lihat ditepi Sungai, Ia lihat Istana yang dibangun dari Mutiara dan Jamrud..
Sahih Bukhari Vol.1 Buku 8 no.345, diriwayatkan Abu Dhar, Muhammad berkata, saat ia mencapai Langit pertama. Ia berjumpa Adam bersama jiwa-jiwa anak cucunya pada sisi kanan dan kiri Adam, dimana yang dikanannya merupakan penghuni Surga dan dikirinya adalah penghuni neraka..
Sahih Bukhari Vol.4 Buku 54 no. 426, diriwayatkan Malik Bin Sasaa, Muhammad berkata ketika Ia mencapai langit ke 7, Ia bertemu Abraham disana dan melihat Bait-Al-Ma’mur (Rumah Allah) yang didalamnya 70.000 malaikat yang berbeda yang melakukan sholat setiap harinya. Ia lihat pula Sidrat-ul-Muntaha, Buah Nabk, daun seperti telinga gajah, dan empat sungai….sungai Nil dan Euphrate…[Abas Malik meriwayatkan…dan 4 Sungai mengalir, dua terlihat dan dua tidak..yang terlihat adalah Nil dan Euphrates (Hadis Bukhari Vol. 5 Buku 58 No.227); Abu Huraira meriwayatkan Nabi berkata: Saihan, Jaihan, Euphrates dan Nil adalah nama-nama sungai di Firdaus(Sahih Muslim 040 no 6807)]
Kesimpulan penciptaan menurut Agama-agama Abrahamik
Penciptaan versi Al Qur’an hanya menjelaskan dalam lingkup penciptaan bumi dan langit yang kedudukannya sederajad, bukan penciptaan tata surya dan alam semesta.
Fungsi bintang-bintang dan bintang besar bukanlah seperti Matahari, namun sebagai Penghias langit, Pelempar setan dan Petunjuk navigasi.
Bumi diciptakan duluan baru kemudian langit dan segala isinya!. Penciptaan manusia dilakukan setelah penciptaan Langit dan segala isinya selesai.
Jadi penciptaan versi Al Qur’an tidak ada relevansinya dengan Big Bang yang selama ini di dengung-dengungkan oleh Harun Yahya.

D. Penciptaan Alam Semesta Menurut Hindu
Dalam Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk diluar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.

Rg. veda tidak menjelaskan sejarah manusia, tapi menjelaskan evolusi semesta. Ayat-ayat/sloka mantram tersebut memberikan penjelasan yang padat, efektif dan sederhana atas apa yang dinyatakan Rg.Veda.

Filsafat Hindudalam Rgveda,menyatakan bahwa Penciptaan merupakan manifestasi dari Yang Maha Kuasa.

“Semua adalah Purusa, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi. Ia adalah tuan dari kekekalan, yang tumbuh dari makanan. Ia dinyatakan mempunyai ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Ia membungkus Bhumi dari segala penjuru, dan ada di luar berbentuk sepuluh jari. Semua hanyalah Purusa, “- Rgveda 10.90.1-2,
Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman.
Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir jaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir jaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa.
Dalam Rgveda, kata “Purusa” bisa berarti manusia/laki-laki (man). Secara etimologis, Purusa berarti orang yang menghuni kota (Pura). “Pura” sendiri berarti tempat yang dihuni oleh penjaga/ penghuni.
Purusa disebut juga Rahim Emas, Purusa disebut juga Brahmanda, Purusa disebut juga Martanda.
Purusa disebut juga Prajapati [Satapatha Brahmana 7.4.1.15, Jaiminya Brahmana 2.47].,
Purusa disebut juga Brhaspati, sang penguasa Ekspansi, menciptakan alam semesta seperti seorang seniman [Rigveda 10.72.2].
Purusa disebut juga Lopramudra, Purusa disebut juga Agastya, Hasil Agastya dan istrinya Lopamudra adalah Purusa,
Purusa disebut juga Indra, Purandara (Pembelah kota), Purusa disebut juga Virata Penutup batas. Apapun yang membesar lebih dari Purusa adalah Purusa.
Purusa disebut juga Aditi, Purusa disebut juga daksa yang saling melahirkan, Daksa dan Aditi yang saling melahirkan, yang melahirkan adalah Purusa yang dilahirkan adalah Purusa.
RigVeda menjelaskan bahwa sebelum penciptaan Alam semestadalam bentuk tak berwujud yang disebut rahim emas, rahim dari semesta atau Hiranyagharba
“Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi.” -Rgveda 10.121.1
Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin/nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “cita” yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran/Dharma), Rajah (sifat kenafsuan/dinamis) dan Tamah (Adharma/kebodohan/apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok;
Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria ( pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan)
Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria(mulut), Pani (tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin)
Setelah itu timbulah lima jenis benih benda alam (Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra(suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra(penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha Tanmatra (penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja (sinar), Apah (zat cair) dan Pratiwi (zat padat.)
Keadaan Sebelum Penciptaan
Keadaan sebelum penciptaan disebut dalam Nasadiya sukta yang mengisahkan asal mula alam semesta di Rgveda 10.129:
1.Tiada yang termanifestasikan atau tak termanifestasikan. Sehingga tiada debu dan tiada langit di luarnya. Apa yang melingkupinya, di mana naungannya? Apa suara yang dalam dan tak-terjelaskan itu?
2.Tiada kematian. Tiada perbedaan antara siang dan malam. Hanya Ia atas kehendakNya sendiri tanpa udara. Tiada apapun selain itu.
3.Sebelumnya hanya ada kegelapan, semuanya ditutupi kegelapan. Semuanya hanya cairan yang tak terpisahkan (Salila). Apapun itu, ditutupi dengan kekosongan. Yang satu lahir dari panas.
4.Sebelum itu (sebelum penciptaan) keinginan (untuk mencipta) bangkit dari diriNya, lalu dari pikiranNya bibit pertama lahir. Manusia yang bijak dalam berpikir menemukan yang termanifestasikan terikat dengan yang tak-termanifestasikan.
5.Cahayanya menyebar menyamping, ke atas dan bawah. Ia menjadi pencipta. Ia menjadi besar atas kehendaknya sendiri ke bawah dan atas.
6.Siapa yang tahu, siapa yang akan memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan ini lahir, karena dewa-dewa lahir setelah penciptaan ini. Sehingga, siapa yang tahu dari siapa semesta ini dilahirkan.
Sebelum penciptaan yang ada hanya kosong. Belum ada ruang maupun waktu. Tak ada materi.
“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” -Taittiriya Brahmana 2.2.9.1
“Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada didalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73
“Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73
“Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13

Ketika alam semesta berekspansi, Ia juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata ‘Vr’ yang artinya untuk menutupi yang juga berarti ‘sangat besar.

“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” -Taittiriya Samhita 2.4.12.2
“Vrtra berada jauh diatas di Antariksa.” -Rgveda 2.30.3

Tri loka melukiskan alam semesta, jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada dibatas alam semesta, ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.

Dalam Rgveda 1.32dilukiskan bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, di matra 12 dijelaskan menjelaskan bahwa kekalahan Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh sungai (sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi berulang-ulang kali dalam Rgveda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam manuskrip yang berbeda-beda diseluruh dunia.

Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu.

Dalam Rgveda 4.17.13 Indra disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani (petir). Satapatha Brahmana mengatakan:

“Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” -Satapatha Brahmana 11.6.3.9

Teori penciptaan Veda lebih jauh dijelaskan dalam Bhagavata Purana/ Srimad Bhagavatam;
Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka”
Sementara itu pada Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengarakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhadakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.

Lebih lanjut dalam Rgveda bab II.72.4 disebutkan
“Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi)

Mengakomodir pemaparan ayat-ayat Veda tentang penciptaan alam semesta, Veda mengajukan teori baru yang berbeda dengan teori penciptaan yang umum dikenal sekarang.
Secara garis besar Veda mengatakan bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi maha besar dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang memenuhi semesta raya.
Lebih Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk kedalam pori-pori Tuhan.
Sementara itu pada akhir abad ke-20 para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang memiliki medan gravitasi sangat besar dan bahkan menarik cahaya masuk kedalamnya, benda inilah yang disebut sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya materi termasuk cahaya kedalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan nama baru sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu konsep Black Hole – White Hole.
Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah menjadi energi (daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi (daksa) berubah menjadi materi (aditi). Dari satu White Hole akan terbentuk gelembung besaryang pada akhirnya membentuk satu alam semesta yang antara satu alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing dibatasi oleh tegangan permukaan/lapisan yang sangat kuat [lihat Srimad Bhagavatam (3.11.41)]. Dalam satu alam semesta sendiri juga terbentuk gelembung-gelembung (phena) yang memberi jarak yang tidak merata antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya [lihat Satapatha Brahmana 6.1.3.2]Sementara itu di jagad raya terdapat jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu gelembung alam semesta.

D. Teori penciptaan modern
Teori penciptaan modern yang saat ini diakui secara luas adalah teori Big Bang. Salah satu asumsi penting yang mendasari kosmologi Big Bang adalah alam semesta dimana-mana sama (uniform). Artinya seluruh bagian alam semesta mempunyai massa jenis dan struktur yang sama. Dengan pertimbangan tersebut, pemilihan unit untuk dispersi massa-energi menjadi sangat penting. Kita tahu bahwa planet-planet dan bintang-bintang tidaklah terdistribusi merata. Para ilmuwan memilih skala yang lebih besar, pada awalnya dipercayai galaksi tersebar secara merata diseluruh angkasa luar.

Ketika Hubble melakukan survey pada 44,000 galaksi, Sayangnya ia tidak menemukan distribusi merata, bahkan ia menemukan pengelompokan (clustering). Penelitiannya dilanjutkan oleh Fritz Zwicky pada tahun 1938 yang menemukan juga bahwa galaksi mengelompok dan tidak terdistribusi merata. Hal ini yang mendasari bahwa kelompok galaksi (cluster of galaxies) adalah unit yang cocok dan kelompok galaksi ini tersebar secara merata di angkasa.

Galaksi kita, Bima Sakti, adalah bagian dari kelompok duapuluh lima galaksi. Astronomer Perancis Gerard de Vaucouleurs melakukan penelitian dalam skala yang lebih besar lagi pada tahun 1950, dan menemukan bahwa kelompok galaksi juga tidak terdistribusi merata. Ia mengelompokkan galaksi dalam supercluster yang mempunyai rentang 200 juta-tahun-cahaya. Para ilmuwan kemudian percaya bahwa supercluster galaksi ini adalah unit yang lebih tepat karena semesta tampak terdistribusi merata. Tapi ada lagi penemuan baru yang mendapatkan bahwa supercluster terletak pada gelembung raksasa. Didalam gelembung adalah rongga besar tanpa ada galaksi hampir tak ada massa dan energi.

Uniknya Veda mempunyai referensi tentang struktur raksasa ini pada Satapatha Brahmana:

“Ketika Apah dipanaskan, gelembung (Phena) tercipta” -Satapatha Brahmana 6.1.3.2

Definisi Apah sudah dijelaskan diatas bahwa itu bukan semata-mata air. Ada cukup referensi untuk membuktikan bahwa orang suci Veda menganggap Apah melingkupi seluruh alam semesta. Dengan tanpa mengetahui arti sains dari Apah, semua agama dan mitologi membicarakan alam semesta yang ditutupi oleh air pada awal penciptaan.

Mantram yang dikutip diatas, dengan jelas membuktikan bahwa orang suci Veda berpendapat bahwa tegangan permukaan bekerja sehingga Apah menjadi berbentuk gelembung. Ditemukannya gelembung raksasa dalam skala besar pada struktur alam semesta membuktikan adanya tegangan permukaan dalam evolusi semesta.
Karena ilmu pengetahuan modern gagal memasukkan tegangan permukaan dalam teori Big Bang, tak heran setelah tujuh puluh tahun riset yang terus menerus belum juga mampu memprediksi evolusi alam semesta.
Sebabnya jelas. Seluruh framework Big Bang adalah salah, dan kini saatnya Teori Veda, White Hole – Black Hole menjadi alternatif teori penciptaan modern

Translate »