Dalam Bhagavad Gita 16.6, Sri  Krishna berkata, ”Dvau bhuta sargau loke’smin daiva asura, di dunia fana ini ada dua golongan makhluk hidup. Satu golongan disebut  Deva (Sura), dan golongan kedua disebut Asura”.

Mereka yanga tergolong Deva (Sura) bertabiat bajik dan cendrung pada hal-hal spiritual. Sedangkan mereka yang tergolong Asura bertabiat tidak bajik dan cendrung pada hal-hal material.

Dikatakan dalam Bhagavad Gita 16.5, ”Daivi sampad vimoksaya, mereka yang berwatak kedewataan (surik) tertuntun ke jalur moksa, kelepasan dari kehidupan material  dunia  fana yang menyengsarakan. Nibandhayasuri mata, mereka yang bertabiat asurik, tetap terjerat dalam lingkaran samsara kehidupan material dunia fana”.

Sehubungan dengan adanya dua golongan makhluk tersebut ditas, Bhagavata Purana 7.15.47 memberikan dua jalan kehidupan (marga) bagi makhluk manusia.Dikatakan,“Pravrttimca nivrttim ca dvi vidham karma vaidikam, ada dua jalan kehidupan yaitu pravrtti dan nivrtti yang sang manusia bisa tempuh di dunia fana”.

Jalan kehidupan pravrtti berkenaan dengan usaha memperbaiki dan meningkatkan standar kehidupan material. Sehingga dalam Bhagavata Purana 7.15.47 juga dikatakan,”Avartate pra varttena, jalan kehidupan pravrtti menyebabkan sang manusia (sebagai jiva rohani abadi) terus mengembara di alam material dengan berganti-ganti badan jasmani dalam beraneka macam kehidupan fana”.

Jalan kehidupan nivrtti berkenaan dengan ikhtiar melepaskan diri dari kehidupan material dunia fana yang nyengsarakan. Sehingga dikatakan,”Nivrttenasnute’ mrtam, jalan kehidupan nivrtti menuntun manusia (sebagai jiva rohani abadi) menuju kebahagiaan abadi dengan kembali pulang ke dunia rohani Vaikunthaloka (Bhagavata Purana 7.15.47).

Secara umum, pravrtti dikenal sebagai jalan kehidupan material. Sedangkan nivrtti dikenal sebagai  jalan kehidupan spiritual.

Selanjutnya dikatakan bahwa mereka yang  dominan diliputi sifat alam rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan), pasti menempuh jalan kehidupan pravrtti. Sedangkan mereka yang dominan diliputi sifat alam sattvam (kebaikan) pasti menempuh jalan kehidupan nivrtti.

Memuaskan indriya-indriya jasmani secara terkendali berdasarkan prinsip-prinsip Tri Varga atau Tri Purusartha yaitu dharma, artha dan kama. Maksudnya, harta kekayaan itu hendaklah dicari sesuai petunjuk kitab suci Veda (dharma) untuk memuaskan indriya-indriya jasmani (kama) agar hidup senang di dunia fana (perhatikan Bhagavad Gita 18.34).

Dengan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Tri Varga, Veda berharap agar mereka yang berwatak asurik dan melekat sekali pada kekayaan material (srih), pangkat/jabatan/kedudukan material (aisvaryah) dan anak cucu (prajapsavah), tidak banyak terkena reaksi dosa dari beraneka-macam kegiatan pamerih yang dilakukannya.

Dengan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Tri Varga secara benar, mereka yang berwatak asurik, bisa merealisir cita-citanya menikmati kehidupan yang lebih baik, lebih enak dan lebih nyaman dengan lahir di alam sorgawi dalam penjelmaan berikutnya.

Dengan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Tri Varga secara benar, Veda berharap agar mereka yang bertabiat  asurik secara berangsur-angsur bisa menempuh jalan kehidupan nirvrtti dan tidak terus terjerat dalam lingkaran samsara di dunia fana. Beberapa jalan itu antara lain;

  1. Pengendalian indriya-indriya jasmani dan menyibukkannya dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan.
  2. Mengendalikan indriya-indriya dengan melakukan tapa (hidup sederhana) dan vrata (pantangan hidup seperti tidak makan ikan, daging dan telor, tidak berjudi, tidak berzinah dan tidak mabuk-mabukan) dan melaksanakan berbagai yajna (korban suci) berdasarkan prinsip ahimsa.

Sri Krishna berkata,”Alam semesta material ini adalah duhkhalayam asasvatam, tempat penuh duka dan sementara (Bhagavad gita 8.15) dan anityam asukham lokan, tempat sementara dan menyengsarakan (Bhagavad Gita 9.33)”.

Alam sorgawi atau Svargaloka adalah salah satu dari 14 (empat belas)  susunan planet yang ada di alam semesta material. Meski Svargaloka adalah tempat yang sangat membahagiakan, namun bersifat tidak kekal dan suatu saat sang Jiva harus meninggalkan Svargaloka. Mencapai alam sorgawi sebagai tujuan hidup adalah cita-cita orang avipascitah, yang tidak cerdas yang veda-vada-ratah, tidak memahami maksud Veda secara benar (Bhagavad Gita 2.42).

Dikatakan, “Te tam bhuktva svargalokan visalam ksine punye martyalokan visanti, setelah phala kegiatan bajiknya habis dinikmati dengan bersenang-senang secara mewah di Svargaloka, sang makhluk hidup (jiva) akan lahir lagi di Mrtyuloka (Bhumi). Dan, evam trayi dharmam anuprapanna gata gatam kama kama labhante, dengan demikian perbuatan bajik dengan menuruti prinsip-prinsip dharma (Tri Varga) hanyalah memberikan  kesenangan yang sebentar saja” (Bhagavad Gita 9.21).

Hanya dalam grhastha asrama sang manusia diperkenankan memuaskan indriya secara terkendali. Dalam kehidupan brahmacari, vanaprastha dan sannyasi asrama, manusia harus mengendalikan indriya-indriya jasmaninya secara ketat.

Veda menyatakan,”Aupasthya jaihva bahu manyamanah, hanya untuk mememuaskan dua indriya jasmani ini yaitu kemaluan dan lidah, sang manusia harus bekerja amat keras” (Bhagavata Purana 7.6.13). Oleh karena  sungguh  sulit mengendalikan dua indriya jasmani ini, maka sang manusia terjerumus ke dalam bermacam-macam perbuatan kotor/berdosa.

Untuk memuaskan indriya kemaluan, Veda memberikan konsesi menikmamati hubungan badan (sex) berdasarkan perkawinan sah (Bhagavad Gita 7.11,dharma viruddha bhutesu kamo’ smin). Sedangkan untuk memuaskan  indriya  lidah dengan hidangan daging dan makanan yang tergolong rajasik dan tamasik yang menimbulkan himsa-karma, Veda menetapkan aturan membunuh binatang secara amat ketat.

Sambil mengucapkan mantra yang berisi kata  mamsa, seseorang terlebih dahulu haruslah  memandikan si binatang, kemudian menyemblihnya di tempat dan pada waktu tertentu. Kata “mamsa” berarti saya (mam) dan dia (sa). Maksudnya, saya bunuh dia sekarang dan nanti dia akan membunuh saya (Manu Smerti 5.55).

Setelah membunuh sang binatang, si pembunuh harus beramal  kepada orang-orang brahmana atau fakir miskin. Dikatakan,”Bila seseorang membunuh angsa, merak, babi, balaka, monyet, elang atau burung bhasa, maka dia harus mendermakan seekor sapi kepada seorang brahmana. Bila seseorang membunuh kuda, dia harus mendermakan banyak pakaian. Jika membunuh gajah, dia harus mendermakan lima ekor banteng. Bila membunuh kambing, dermakan seekor sapi penarik pedati. Jika membunuh  keledai, dermakan seekor anak sapi umur lima tahun” (Manu Smerti 11.136-137). Inilah contoh-contoh prayascitta, penyucian diri agar bebas dari reaksi dosa membunuh binatang.

Pada jaman materialistik modern sekarang, prinsip-prinsip Tri Varga hanya tinggal semboyan belaka. Manusia tidak lagi perduli pada aturan/ketentuan/petunjuk kitab suci (dharma) dalam mencari uang (artha) untuk memuaskan indriya (kama) agar hidup senang di dunia fana. “Na tasya manyate nivaranam janah, orang-orang tidak lagi perduli pada larangan dan Pantangan” (Bhagavata Purana 1.5.15).

Oleh karena maya-tattva telah menyelimuti seluruh aspek kehidupan, maka mayoritas manusia tidak perduli pada jalan kehidupan pravrtti yang diberikan Veda, apa lagi jalan kehidupan nivrtti. Tanpa sadar mereka semua dibuai oleh prinsip hidup asurik,”Kamopabhoga paramah, me-muaskan indriya  jasmani sesuai keinginan adalah adalah tujuan hidup utama agar bahagia” (Bhagavad Gita 16.11).

Pemuasan indriya jasmani yang tidak terkendali adalah wujud keserakahan yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan kotor/berdosa. “Nunam pramattah kurute vikarma yad indriya-pritaya aprnoti, orang yang amat melekat pada ikhtiar memuaskan indriya jasmani, pasti melakukan vikarma, perbuatan kotor/dosa” (Bhagavata Purana 5.5.4).

Mereka yang hidup dalam kesibukan memuaskan indriya jasmani, tidak perduli bahwa dirinya akan patanti narake’ sucau, jatuh ke neraka karena kegiatan-kegiatannya yang tidak suci alias berdosa (Bhagavad Gita 16.16). Mereka menganggap aturan-aturan Veda tidak praktis dalam jaman modern sekarang seraya berpikir bahwa semua penjelasan Veda adalah dongeng belaka.

Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Bhagiratha Dasa (bhagiratha_dasa@yahoo.com)

Translate »