Saat ini, umat Hindu di Indonesia sering kali beranggapan bahwa kedudukan Siva adalah yang paling tinggi, Siva adalah Tuhan Yang Maha Esa. Anggapan ini adalah wajar, karena faham yang berkembang di Indonesiadi dominasi oleh Sivasidanta. Namun, apa benar Siva adalah Tuhan?

Veda menyatakan bahwa Siva adalah Tamo Guna Avatara, inkarnasi Tuhan pengendali sifat alam tamas (kegelapan) dan berfungsi sebagai pelebur alam material (Bhagavata Purana 1.2.23). Siva lahir dari Brahma dan Brahma lahir dari Garbhodakasayi Visnu, Purusa Avatara ke-2 Sri Krishna.

Satu dari perbanyakan pribadi (visnu tattva) Sri Krishna yang tak terhitung jumlahnya adalah Sadasiva yang tinggal di salah satu planet-planet Vikuntha di angkasa rohani (Chaitanya Caritamrta Adi-lila 6 ). Ketika Maha Visnu memandang sekejap kearah tenaga material (maya)-Nya, pandangan Maha Visnu sekejap ini adalah Sadasiva yang menjadi sumber keberadaan Siva.  Sedangkan tenaga material (maya)-Nya termanifestasi sebagai Durgadevi,saktinya Siva.

Para jiva (makhluk hidup) dimasukkan kedalam tenaga material (maya) melalui pandangan sekejap Maha Visnu. Dengan kata lain, Siva (sebagai unsur lelaki) menghamili saktinya Durgadevi (sebagai unsur wanita) dengan para jiva dalam jumlah tak terhitung.

Disetiap alam material Siva mewujudkan diri sebagai tenaga (energi) penghancur pada diri Sankarsana yaitu Naga Ananta, tempat tidur Garbhodakasayi Visnu.

Kemudian Siva mengambil wujud pribadi dengan lahir dari kemarahan sang Pencipta dunia fana Brahma. Sementara itu, saktinya Durgadevi menjadi personifikasi alam material.

Di dunia fana, Siva bertindak sebagai purusa (unsur lelaki-pengendali). Sedangkan Durgadevi sebagai pradhana (unsur wanita yang  dikendalikan).

Dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai pelebur alam material, Siva memperbanyak diri menjadi 11 (sebelas) Rudra dan disebut Eka dasa rudra.

Telah dikatakan bahwa Siva berasal dari pandangan sekejap Maha Visnu yang merupakan perbanyakan pribadi (svamsa) Sri  Krishna  dalam proses penciptaan alam material. Dibagian lain pustaka Veda dikatakan bahwa Siva berasal dari halo, cahaya kepala Maha Visnu. Dengan demikian, Visnu adalah sumber asli keberadaan Siva.

Kedudukan Visnu dan Siva dijelaskan oleh Brahma sebagai berikut.  “Ksiram yatha dadhi vikra visesa-yogat sanjayate na hi tatah prthag asti hetoh yah sambhutam api tatha samupaiti karyad govindam adi purusam tam aham bhajami, seperti halnya susu berobah menjadi susu asam karena terkena (bercampur dengan) unsur asam; namun susu asam tidak berbeda dan juga berbeda pada saat yang sama dari sumbernya yaitu susu. Demikianlah saya sembah Govinda , Tuhan nan asli asal keberadaan Sambhu (Siva) yang berfungsi sebagai pelebur alam material” (Brahma Samhita 5.45).

Dengan kata lain, Visnu yang membiarkan dirinya terselimuti sifat-sifat alam material khususnya sifat tamas (kegelapan), adalah Sambhu (Siva). Fakta ini ditunjuk kan oleh kehidupan eksentrik Siva sendiri. Beliau  tinggal  di tempat-tempat pembakaran mayat (krematorium), mengolesi seluruh tubuhnya dengan abu mayat, menghias dirinya dengan untaian kalung tengkorak dan menari-nari dalam suka cita bersama berbagai jenis hantu dan makhluk halus.

Siva adalah pemimpin segala jenis bhuta, hantu dan makhluk halus. Karena itu, nama lain beliau adalah Bhutanatha atau Bhutapati. Oleh karena sangat akhli menari, beliau disebut Natharaja, rajanya para penari.

Meskipun Siva tinggal di tempat-tempat kotor dan bergaul dengan para makhluk halus (bhuta) berperangai jahat, berkehidupan kotor dan menjijikkan dan berkebiasaan buruk, namun beliau tetap dalam keadaan suci. Karena itu, nama beliau adalah Siva, ia yang maha suci.

Sri Krishna (Visnu atau Narayana) mengambil wujud Siva dengan maksud secara bertahap mensucikan para jiva yang berkehidupan rendah sebagai bhuta menuju keinsyafan yang lebih tinggi hingga pada akhirnya bisa kembali membina hubungan bhakti (cinta-kasih) yang telah putus dengan-Nya.

Siva juga berkegiatan mensejahterakan kehidupan segala makhluk dengan menopang diatas kepalanya aliran deras dan dahsyat sungai Ganga yang jatuh dari  alam  sorgawi supaya Bhumi tidak hancur. Karena itu, nama lain Siva adalah Gangadhara, sang Penopang sungai Ganga. Air Ganga berasal dari kaki padma Visnu dalam inkarnasi-Nya sebagai Vamanadeva.

Veda menyatakan, “Vaisnavanam yatha sambhuh, diantara semua penyembah (bhakta) Visnu, Sambhu (Siva) adalah yang paling utama” (Bhagavata Purana 12.136). Kenapa dikatakan begitu? Sebab Siva senantiasa berbuat untuk memuaskan Sri Visnu (Krishna) dan selalu bermeditasi kepada Beliau dalam inkarnasi-Nya sebagai Sankarsana yaitu Naga Ananta, tempat  tidur  Garbhodakasayi Visnu.

Kepada Sankarsana, Siva berdoa sbb. “Om namo bhagavate maha purusaya sarva guna sakhany anantasya vyaktaya nama iti …. O Tuhanku, hamba bersujud kepada-Mu dalam perwujudan-Mu sebagai Sankarsana. Anda adalah sumber segala kekuatan rohani. Meskipun Anda memiliki sifat-sifat tak terbatas, Anda tetap tak dikenal oleh mereka yang bukan penyembahMu” (Bhagavata purana 5.17.17).

Dalam doa-doa pujian yang diajarkan kepada para Praceta (Bhagavata Purana 4.24.33 – 69), Siva menyatakan bahwa Visnu atau Hari adalah pujaannya. Siva antara lain berdoa, “Tuhan maha pengasih, orang-orang bijaksana sadar bahwa jika mereka tidak memuja diri-Mu, maka seluruh hidupnya sia-sia. Mereka tahu bahwa Anda adalah Parambrahman dan Paramatma. “Meskipun seluruh jagat  takut kepada diriku Rudra yang memusnahkan segala sesuatu pada hari pralaya (kiamat), namun orang bijaksana menjadikan Anda tujuan yang tidak pantas ditakuti”.

Setelah dibingungkan oleh Mohini, inkarnasi Sri Narayana (Visnu) sebagai wanita super cantik, Siva berkata kepada istrinya Parvati, “Wahai Devi, engkau telah lihat tenaga mengkhayalkan Sri Hari yang menjadi Penguasa setiap orang. Meskipun diriku adalah salah satu perbanyakan-Nya, namun aku sendiri dikhayalkan oleh tenaga-Nya. Lalu apa yang harus dikatakan tentang mereka yang selalu bergantung pada tenaga material (maya)-Nya?” (Bhagavata Purana 8.12.42).

Siva lanjut berkata, “ Ketika aku dimasa lalu selesai melaksanakan pertapaan yoga mistik selama 1000 tahun, engkau bertanya kepadaku, ‘kepada siapa aku ber-meditasi?’. Sekarang, inilah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,  Hari yang sang waktu tidak mampu tembus dan personifikasi Veda tidak mampu pahami” (Bhagavata Purana 8.12.43).

Potensi/kekuatan/tenaga (sakti) ke-Tuhan-an 100% hanya ada pada diri Sri Krishna. Para avatara-Nya (yang tergolong visnu-tattva) memiliki potensi ke-Tuhan-an sampai 95%. Brahma memiliki maksimal sampai 64%, sedangkan Siva memilikinya sampai 80%. Demikian disimpulkan oleh para Vaisnava-Acarya berdasarkan pustaka suci Veda.

Dengan demikian Siva berpotensi lebih kecil dari Visnu. Fakta ini ditunjukkan oleh kejadian-kejadian yang diceritrakan dalam Veda-Smrti (Purana dan Itihasa) dan diringkas pada daftar berikut.

Para pemuja Siva menganggap beliau Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala sesuatu berdasarkan argumen bahwa dalam Ramayana disebutkan Rama memuja Siva. Tetapi sebenarnya Rama (sebagai Visnu-avatara) memuja Siva karena alasan etika semata.

Rama memuja Siva agar beliau tidak marah karena Rama bertempur melawan penyembah Siva yang dianggap paling mulia yaitu Rahvana. Dengan kata lain, Rama memuja Siva untuk mohon ijin membunuh Rahvana.

Setelah Rahvana terbunuh, Parvati bertanya kepada Siva mengapa beliau tidak mau melindungi Rahvana. Siva menjawab bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan melindungi si Raja Raksasa.

Siva sendiri senantiasa mengucapkan nama Rama ketika berjapa dengan untaian manik-manik rudraksanya. Dalam Padma-Purana Uttara-Kanda 72.335 tentang Visnu-sahasra nama stotra, Siva berkata sebagai berikut.

Rama rameti rameti rame rame manorame  sahasra namabhis tulyam rama nama varanane

(Saya senang mengucapkan nama suci Rama, Rama dan berbahagia dengan suara nama suci ini. Mengucapkan satu nama   Rama sama dengan mengucapkan seribu nama Visnu).

Sebagai vaisnava paling agung, Siva memiliki garis perguruan sendiri yang disebut Rudra-sampradaya. Garis perguruan vaisnava dari Rudra ini mengajarkan bahwa Visnu, Krishna atau Narayana adalah Tuhan Yang Maha Esa, asal mula segala sesuatu.

Para pengikut Rudra-sampradaya adalah murid-murid Acarya Visnusvami. Kini Rudra-sampradaya dikenal sebagai Vallabha-sampradaya (perhatikan Bhagavata Purana 4.24.18). Veda (Padma-purana) menyatakan bahwa garis perguruan vaisnava lainnya adalah: Brahma sampradaya, Sri sampradaya dan Kumara sampradaya.

Disamping dikenal sebagai vaisnava paling tinggi, Siva juga dikenal sebagai salah satu dari 12 mahajana, rohaniawan mulia yang memahami isi dan kesimpulan Veda. Ke 12 mahajana dimaksud adalah: Brahma, Narada, Sambhu (Siva), Catur Kumara, Kapila, Manu, Prahlada, Jaka, Bhisma, Vali Maharaja, Sukadeva Gosvami dan Yama (Bhagavata Purana 6.3.20).

Para mahajana ini menyimpulkan bahwa bhakti yoga yang dimulai dari pengucapan nama-nama suci Sri Krishna dan Rama adalah prinsip dharma (agama) tertinggi di masyarakat manusia (Bhagavata Purana 6.3.22).

Dalam Padma Purana 62.31, Sri Narayana (Krishna) memberitahu Siva, “Svagamaih kalpitas tvam ca janan mad vimukhan kuru mam ca gopaya yena syat srtir esottarottara, tolong berikan tafsiran anda sendiri atas kitab suci Veda hingga kebanyakan manusia tidak mengenal diri-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Juga tutupi diri-Ku dengan cara begitu  rupa  hingga manusia menjadi lebih tertarik pada ikhtiar memajukan peradaban material dan melahirkan anak-cucu yang hampa pengetahuan spiritual”.

Dalam Siva Purana disebutkan pula perintah Tuhan yang sama sebagai berikut, “Dvaparadau yuge bhutva kalaya  manusadisu svagamaih kalpitas tvam ca janan mad vimukhan kuru, mulai awal Dvapara Yuga sesatkan orang-orang pada umumnya dengan menyajikan tafsiran anda sendiri atas kitab suci Veda, sehingga mereka tidak mengenal diri-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa”.

Sesuai perintah Sri Krishna tersebut, Siva memberitahu istrinya Parvati, “Mayavadam asac-chastram pracchanam bauddham ucyate mayaive kalpitan devi kalau brahmana rupena, wahai Devi  istriku, pada jaman Kali dalam wujud seorang brahmana, aku akan mengajarkan filsafat palsu mayavada yang tidak lain adalah Budhisme terselubung” (Padma-purana Uttara-Khanda 25.7). Brahmana  dimaksud adalah Acarya Sankara.

Filsafat Mayavada juga di-sebut Advaita-vada atau Vivarta-vada. filsafat ini menyatakan bahwa makhluk hidup (atma) identik (sama) dengan Tuhan (Paramatma). Dan Tuhan itu sendiri adalah Brahman tanpa wujud, sifat dan ciri apapun. filsafat mayavada ini telah menjangkiti mayopritas penganut ajaran Veda.

Dalam hubungannya dengan perintah Tuhan tersebut diatas, maka ajaran Saiva-agama pun berkembang pesat. Para penyembah Siva menganggap beliau Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala sesuatu dengan menyembah linga (simbul kelamin Siva) dan yoni (simbul kelamin saktinya yaitu Durga).

Praktek ajaran Saiva-agama amat bervariasi. Ada  kelompok (sekte)  yang melakukan persembahyangan dengan acara “persetubuan”, kegiatan  yang mewujudkan bersatunya linga dan yoni yang dipuja.

Ajaran Saiva-agama tertua adalah Pasupata. Tetapi pada abad ke  13  berkembang ajaran Saiva-siddhanta di India Selatan yang memiliki sekitar 14 kumpulan kitab agama. Inti ajarannya adalah pemujaan kepada Siva sebagai Tuhan, asal mula segala sesuatu.

Sampai saat ini pengaruh ajaran Saiva-siddhanta masih  nampak  jelas  di Indonesia khususnya di Bali. Kitab-kitab Bhuvanakosa, Vrhaspati  tattva, Usana deva, Tattva jnana, dansebagainya adalah kitab-kitab ajaran Saiva Siddhanta.

Sementara filsafat mayavada menjangkiti masyarakat kaum intelektual, ajaran Saiva-agama dan juga Sakta-agama menjadi pedoman hidup rakyat pada umumnya. Maka praktis kebanyakan orang yang mengaku penganut ajaran Veda, tidak mengerti dan juga tidak mau percaya bahwa  Krishna yang juga disebut Visnu atau Narayana, sebagaimana disimpulkan  oleh Veda, adalah Tuhan Yang Maha Esa, asal-mula segala sesuatu.

Dalam Padma-Purana dan Siva-Purana (sebagaimana di-kutip  dalam  Laghu Bhagavatamrta 2.4 dan Chaitanya Caritamrta Madhya-Lila 11.31) disebutkan bahwa Parvati bertanya kepada suaminya Siva, “Dari segala macam persembahyangan, persembahyangan kepada siapakah yang paling sempurna? Dan siapakah kepribadian tertinggi yang paling pantas dipuja?”

Siva menjawab, “Aradhananam  sarvesam visnor  aradhanam  param, dari segala macam persembahyangan, persembahyangan kepada Visnu adalah yang paling tinggi tingkatannya. Tasmat parataram devi tadiyanam samarcanam, tetapi O Devi, ada lagi persembahyangan yang lebih utama dari ini yaitu memuja para penyembah (bhakta) Visnu”.

Jawaban Siva ini sama dengan pernyataan Sri Krishna kepada Arjuna dalam Adi-Purana, “Ye me  bhakta janah partha na me bhaktas ca te janah, wahai Partha, orang yang berkata dirinya adalah  bhakta-Ku, sesungguhnya bukan bhakta-Ku. Mad bhaktanam ca ye bhakta te me bhaktata mamatah, tetapi orang yang berkata bahwa dirinya adalah bhakta dari bhakta-Ku, dialah bhakta-Ku yang sebenarnya”.

Jadi jika seseorang memuja Siva sebagai bhakta Sri Krishna atau Visnu, itulah yang benar dan menyenangkan baik Siva maupun Visnu. Tetapi jika seseorang memuja Siva dengan menganggap beliau adalah Tuhan sendiri, itu adalah penghinaan kepada Siva atau Visnu. Ini sama saja dengan perbuatan mengolok-olok seperti menyebut sang Lurah adalah Perdana Menteri dan sang Perdana Menteri adalah Lurah.

Siva sendiri menjelaskan kedudukan dirinya sbb. “Sattvam visuddham vasudeva sabditam … sattve ca tasmin bhagavan  hy adhoksaje me namasa vidhiyate, saya senantiasa sujud kepada Vasudeva (Krishna) yang berada pada tingkat spiritual murni. Pada tingkat spiritual murni inilah terungkap keberadaan Beliau yang sebenarnya” (Bhagavata Purana 4.3.23).

Siva lanjut berkata, “Naham virinco hi kumara naradam na brahmo-putra munayah suresah …. na tat svarupam prthag isa maninah ……, baik saya maupun Brahma, Asvini-kumara, Narada dan para Rishi lain putra Brahma dan juga para Deva, tidak mampu memahami kegiatan dan pribadi rohani Tuhan Yang Maha Esa.  Meskipun kami adalah bagian-bagian dari Beliau, namun kami menganggap diri sebagai para pengendali yang bebas dan terpisah dari-Nya. Karena itu, kami tidak mampu mengerti diri-Nya”. (Bhagavata Purana 6.17.32).

Jiva-tattva atau makhluk hidup (jiva)  adalah perbanyakan berbeda dan terpisah (vibhinamsa) Sri Krishna. Jiva-tattva merupakan tenaga marginal (tatastha-sakti) Beliau sebab ia bisa berada di tingkat material atau pun spiritual. Dan ia di-ikat kuat oleh hukum-hukum alam material.

Visnu-tattva adalah perbanyakan pribadi (svamsa) Sri Krishna yang tinggal di berbagai planet Vaikuntha di angkasa rohani dan  yang  turun ke dunia fana sebagai Visnu-avatara untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan alam material. Para Visnu-tattva selamanya berada pada tingkat spiritual. Mereka tidak terkena atau tunduk pada hukum-hukum alam material atau spiritual.

Siva-tattva adalah perbanyakan Sri Krishna yang membiarkan dirinya diliputi sifat-sifat alam material khususnya tamo-guna (sifat kegelapan). Yang tergolong siva-tattva adalah Siva sendiri  beserta ke  11  perbanyakannya yang disebut Eka dasa rudra. Para siva-tattva tidak pernah terkotori oleh sifat-sifat alam material meskipun berada di alam material.

Karena itu, Veda menyatakan, “Yas tu narayanam devam brahma rudradi daivitaih samat venaiva vikseta sa pasandi bhaved dhruvam, tetapi orang yang menganggap Sri Narayana (Visnu atau Krishna) sama atau setingkat dengan  para Deva seperti Brahma dan Siva, maka dia disebut pasandi, manusia atheistik (Padma Purana).

Alam material disebut Devi-dhama, tempat tinggal Durgadevi. Di alam material, tempat tinggal Siva adalah di Kailasa, Ilavrta-varsa dan Vitala-loka. Di ketiga tempat ini Siva tinggal di bawah pohon, sebab beliau tidak punya rumah apalagi istana.

Tempat tinggal Siva di luar (diatas) Devi-dhama  adalah Mahesa-dhama. Diatas Mahesa-dhama adalah Hari dhama, tempat tinggal Hari ( dan  para Visnu-tattva lainnya). Dan diatas Hari- dhama adalah Goloka-dhama, tempat tinggal Sri Krishna pribadi (perhatikan Brahma Samhita 5.43).

Selain para penganut Saiva agama, pada jaman Kali yang disebut modern dewasa ini, Siva dipuja oleh:

  • Orang-orang saleh yang hidup sederhana sesuai ritual tradisional dengan sedikit pengetahuan tentang beliau.
  • Para politikus, bisnismen dan berbagai jenis manusia berwatak materialistik yang tujuan hidupnya memperoleh kedudukan/jabatan, kekuasaan dan kekayaan material.

Mereka yang tidak sadar dirinya telah dijangkiti filsafat mayavada.

Pada umumnya para pemuja Siva tidak perduli pada kegiatan spiritual beliau yakni khusuk bermeditasi kepada Sri Visnu dan hidup amat sederhana. Mereka memuja nya untuk mencapai tujuan-tujuan material semata-mata karena Siva amat mudah dipuaskan, sehingga nama lain beliau adalah Asutosa.

Bahkan para pemujanya yang berwatak materialistik tidak segan meniru kegiatan Siva dengan merokok, menghisap ganja, minum miras,melakukan kegiatan cinta-birahi bebas dan berbagai perbuatan eksentrik.

Mereka tidak perduli peringatan Veda, “Jangan meniru perbuatan para kepribadian agung dan mulia, tetapi turuti perintah-perintahnya” (Perhatikan Bhagavata Purana  10.33.30 -31).

Sumber: Anonim (file dari Bhagiratha Dasa)

Translate »