Suatu benda dikenal melalui wujud, sifat/ciri, kegiatan dan nama. Tetapi dari keempat cara pengenalan ini, nama adalah yang paling utama. Sebab dalam nama ini sudah tercakup wujud, sifat dan kegiatan suatu obyek/benda. Artinya, dengan menyebut nama nya saja, seseorang sudah bisa mengetahui wujud, sifat/ciri dan kegiatan suatu obyek. Begitulah, dengan menyebut nama “singa”, setiap orang sudah tahu wujud, sifat dan kegiatan binatang yang dinamakan singa itu.

Tetapi di dunia material ini, setiap nama tidak sama dengan obyek atau bendanya, sebab setiap nama dan juga obyeknya masing-masing ber-hakekat relatip. Karena itu, dengan menyebut nama seseorang, orang yang menyebut nama itu tidak bisa langsung berhubungan dan bertemu dengan orang yang namanya disebut atau diucapkan.

Namun nama suci Sri Hari atau Krishna tidak demikian halnya. Dengan menyebut “Krishna” secara tulus, seseorang secara rohani berhubungan langsung dengan Sri Krishna. Mengapa hanya dengan meng-ucapkan  nama suci-Nya secara tulus seseorang bisa berhubungan langsung dengan Beliau? Sebab nama suci Sri Krishna atau Hari tidak ber-beda dari diri  Beliau  pribadi. Mengapa bisa begitu? Sebab Sri Krishna berhakekat mutlah atau absolut, sehingga Beliau pribadi sama dengan nama-nama suci-Nya.

Veda menyatakan,”Nama cintamani krsnas caitanya rasa vigrahah purnah suddho nitya mukto’ bhinnatvam nama naminoh secara rohani nama suci Krishna sungguh membahagiakan. Ia menganugrahkan berkah rohani, sebab nama suci ini adalah Krishna sendiri, sumber segala kebahagiaan. Nama Krishna sungguh lengkap-sempurna dan merupakan perwujudan segala kenikmatan rohani. Dalam keadaan apapun, nama suci Krishna senantiasa rohani dan Ia adalah se-perkasa Krishna sendiri. Oleh karena nama Krishna tidak tercemar sifat-sifat material, maka Ia  tidak tersentuh oleh maya. Nama Krishna senantiasa rohani dan merdeka, tidak bisa dibatasi oleh hukum dunia material, sebab nama Krishna dan Krishna sendiri adalah sama” (Padma Purana sebagaimana dikutip dalam CC Madhya-Lila 17.133).

Nama-nama suci Sri Krishna tersusun berupa mantra Kalisantarana-Upanisad berikut.

Hare Krishna Hare Krishna

Krishna Krishna Hare Hare

Hare Rama Hare Rama

Rama Rama Hare Hare

Dijelaskan dalam Kalisantarana Upanisad itu sendiri bahwa pengucapan maha-mantra ini adalah satu-satunya cara untuk menyeberangi samudra derita kehidupan material dunia fana mada masa Kali-Yuga sekarang. Dikatakan,”Iti sodasakam nam nam kali kalmasa nasanam natah parataropayah sarva vedesu drsyate, enam belas nama suci Tuhan ini yang terdiri dari tiga puluh dua suku kata, adalah satu-satunya cara untuk mengatasi segala pengaruh buruk jaman Kali. Dalam semua pustaka Veda disimpulkan bahwa untuk menyeberangi samudra kegelapan dunia fana, tidak ada cara lain selain dari pada mengucapkan dan mengumandangkan enam belas nama suci Tuhan ini”.

Pernyataan Kalisantarana Upanisad tersebut dikuatkan pula oleh Brhan Naradiya Purana 38.126 dengan pernyataannya berikut, “Harer nama harer nama harer nama eva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata, pada jaman Kali,  tidak ada cara lain, tidak ada cara lain dan tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan rohani selain dari pada mengucapkan dan mengumandangkan nama suci, nama suci dan nama suci Sri Hari”

Sri Caitany Mahaprabhu (Inkarnasi Sri Krishna sendiri sebagai bhakta-Nya) memberikan petunjuk bagaimana harusnya seorang bhakta mengucapkan nama-nama suci Sri Krishna secara benar dan bermanfaat. Beliau berkata sebagai berikut.

Trnad api sunicena taror api sahisnuna amanina manadena kirtaniyah sada harih, seseorang hendaklah mengucapkan/mengumandangkan nama suci Sri Hari dalam suasana rendah hati dengan menganggap diri lebih rendah dari rumput dijalanan. Seseorang hendaklah lebih penyabar dari pada sebatang pohon, bebas dari harga diri palsu, senantiasa hormat kepada orang lain tanpa mengharapkan penghormatan darinya. Dalam suasana pikiran seperti itu, seseorang baru dapat mengucapkan nama suci Tuhan secara benar”

Dengan mengucapkan nama suci Sri Krishna secara benar (yaitu tanpa kesalahan), maka Ia  (nama suci itu)  akan memberikan manfaat amat besar kepada sang bhakta yaitu bangkitnya kembali cinta-kasih (bhakti) kepada Tuhan yang telah begitu lama tertidur di lubuk hatinya.

Mencintai Sri Krishna berarti senantiasa ingat  kepada-Nya. Dan bila sang bhakta hanya ingat Beliau saja pada saat ajal, maka dia tidak akan lahir lagi di dunia fana ini, tetapi kembali  tinggal bersama-Nya di dunia rohani (Bhagavad Gita 4.9).

Karena itu dikatakan bahwa nama suci Sri Krishna adalah permata (cintamani) rohani yang apabila dimanfaatkan secara benar, akan  memberikan apa saja yang sang bhakta inginkan.

Ada 3 (tiga) tahapan/tingkatan dalam mengucapkan nama suci Sri Krishna yaitu:

  1. Nama-aparadha, meng-ucapkan nama suci  Tuhan  dengan  kesalahan.
  2. Nama-abhasa, mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak murni dan  sempurna.
  3. Suddha-nama, mengucapkan nama suci Tuhan secara murni dan sempurna.

Nama-aparadha terjadi karena hati penuh dengan anartha, kotoran. Ada 4 (empat) macam kotoran hati yaitu:

  1. Asat trsna, kemelekatan pada kekayaan, pangkat dan jabatan serta kesenangan material dunia  fana yang bersifat sementara.
  2. Hrdaya-daurbalyam, kelemahan/kepicikan hati.
  3. Aparadha, kesalahan yaitu kesalahan kepada para bhakta lain (vaisnava-aparadha) dan kesalahan dalam melayani Arca-vigraha Tuhan (seva-aparadha).
  4. Brahma-tattva, pilsafat yang tidak mengakui adanya Tuhan berpribadi atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila seseorang yang hatinya secara tebal diliputi oleh keempat anartha ini, maka mengucapkan nama suci Sri Krishna menjadi tidak bermanfaat, percuma atau sia-sia belaka.

Nama-abhasa dapat dijelaskan sebagai berikut. Abhasa berarti samar atau remang. Bila nama suci Tuhan diibaratkan matahari, maka ia (matahari itu) nampak remang karena ditutupi awan anartha. Maksudnya, pengucapan nama suci Tuhan belum murni, sehingga tidak sepenuhnya mensucikan diri seseorang karena hatinya masih ditutupi sedikit anartha. Atau dengan kata lain, pengaruh nama suci itu terhadap dirinya sedikit terhalang oleh awan anartha yang menyelimuti hatinya. Tetapi bila seseorang dengan tekun dan teratur terus mengucapkan nama suci Tuhan, maka anartha itu akan lenyap dan akhirnya dia mampu mengucapkan nama suci Tuhan secara murni dan sempurna.

Ada empat macam nama-abhasa (pengucapan nama suci Tuhan secara tidak murni) yaitu:

  1. Sanketa, mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak sengaja. Contoh, mereka yang tergolong Mleccha dan Yavana sering mengucapkan kata “haram” yang dalam bahasa Veda (sanskerta) berarti, “O Sri Rama”. Ajamila memanggil-manggil putranya,“Narayana, Narayana” meskipun yang dipanggil putranya yang bernama Narayana, tetapi Ajamila secara tidak sengaja memanggil nama Sri Narayana.
  2. Parihasa, mengucapkan nama suci Tuhan secara bergurau seperti yang dilakukan oleh Jarasandha, “Krishna ini adalah seorang pengecut, maka Ia bukan lawanku yang pantas dalam duel gulat”.
  3. Stobha, mengucapkan nama suci Tuhan secara menghina seperti yang dilakukan oleg Sisupala,”Krishna bukanlah Tuhan penguasa alam semesta, tetapi Ia hanyalah seorang mantan gembala sapi”
  4. Hela, mengucapkan nama suci Tuhan tanpa perhatian atau rasa hormat seperti yang dilakukan oleh para penganut ajaran non Vedik ketika mereka mengucapkan nama Sri Krishna, Rama, Hari, Govinda, dan sebagainya.

Keempat jenis anartha yaitu asat-trsna, hrdaya-daurbalyam, aparadha dan brahma-tattva, dapat dilenyapkan dengan jnana, pengetahuan spiritual tentang bhakti (bhakti-tattva) yaitu:

  1. Sambandha-jnana, pengetahuan tentang hubungan sang makhluk hidup (jiva) dengan Tuhan (Bhagavan) atau pengetahuan teoritis tentang bhakti.
  2. Abhideya-jnana, pengetahuan tentang caranya membina kembali hubungan spiritual itu yakni proses bhakti yang harus dilakukan di dunia fana.
  3. Prayojana-jnana, pengetahuan tentang hakekat  hubungan spiritual itu yakni hakekat bhakti dalam kehidupn spiritual di dunia rohani.

Nama-abhasa yang disebut  sanketa, parihasa, stobha dan hela akibat dari anartha disebut pula Chaya-nama-abhasa. Chaya-nama-abhasa berarti cahaya (pengaruh) matahari nama suci masih ada merasuk ke hati. Sedangkan nama-abhasa yang disebabkan oleh brahma-tattva (pilsafat impersonal) disebut Pratibimba-nama-abhasa. Pratibimba-nama-abhasa berarti cahaya (pengaruh) matahari nama suci sama sekali tidak marasuk ke hati, karena hati ditutupi oleh awan brahma-tattva yang amat tebal dan gelap.

Brahma-tattva yang lebih dikenal sebagai pilsafat mayavada adalah lawan (musuh) pilsafat bhakti. Pilsafat impersonal mayavada menganggap nama,wujud, sifat/ciri dan lila (kegiatan) Sri Krishna adalah maya, palsu, semuanya material dan sementara.

Karena itu, selama seseorang dijangkiti pilsafat  mayavada, maka selama itu pula dia akan tetap ber-ada pada tahap/tingkat nama-aparadha, mengucapkan nama suci Sri Krishna dengan penuh kesalahan. Dia mengucapkan nama suci Beliau secara tidak bermanfaat, percuma dan sia-sia.

Sri Krishna memenuhi keinginan orang-orang mayavadi dengan memberinya sayujya-mukti, bersatu ke dalam cahaya diri pribadi-Nya yang disebut Brahmajyoti atau Brahman.

Manfaat mengucapkan nama suci Tuhan, yaitu;

  1. Ia (nama suci Tuhan) membersihkan cermin hati sang bhakta.
  2. Ia melindungi sang bhakta dari tenggelam dalam pengaruh kehidupan material dunia fana.
  3. Ia memberikan sang bhakta karunia tertinggi yaitu cinta-kasih  (bhakti) kepada Tuhan.
  4. Ia menganugrahkan pengetahuan spiritual.
  5. Ia memperluas samudra kebahagiaan rohani.
  6. Ia menyembuhkan sakit materi kehidupan sang bhakta, dan
  7. Ia menjadi pondasi utama jalan kerohanian bhakti.

Nama-nama Sri Krishna yang amat banyak itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

  1. Nama primer yaitu nama yang menunjukkan hubungan  intim  bhakti  (cinta-kasih) Beliau dengan para bhaktaNya, seperti Govinda, Gopala, Gopala, Giridhara, Yasodanandana, dan sebagainya.
  2. Nama sekunder yaitu nama yang menunjukkan lila (kegiatan rohani) Beliau dalam melaksanakan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam semesta material, seperti Maha Vishnu, Garbhodakasayi Vishnu, Yajnesvara, Murari, Vasudeva, Janardhana, dan sebagainya.

Nama suci Sri Krishna adalah Yuga-dharma pada jaman Kali sekarang. Ia adalah inkarnasi Sri Krishna dalam wujud suara dan tidak berbeda dari diri Beliau sendiri. Dikatakan, “Kali kale nama rupa krsna avatara,  pada jaman Kali Sri Krishna turun ke dunia fana dalam wujud  nama  suci-Nya” (CC Adi-Lila 7.22).

Dalam masa Yuga-Yuga sebelumnya (Satya-Yuga, Treta-Yuga dan Dvapara-Yuga), Sri Krishna secara pribadi membunuh para Asura yang  mengganggu ketertiban dunia. Tetapi pada jaman Kali yang disebut modern sekarang ketika hampir semua penduduk dunia sudah bertabiat Asurik, dengan nama suci-Nya, Sri Krishna menghancurkan sifat-sifat Asurik yang telah mengotori hati mayoritas penduduk dunia.

Kesalahan terhadap nama suci Tuhan (nama-aparadha) yang timbul karena;

  1. Asat-trsna,
  2. Hrdaya-daurbalyam,
  3. Seva-aparadha dan vaisnava-aparadha, dan
  4. Brahma-tattva,

dalam praktek dijabarkan menjadi 10 (sepuluh) kesalahan (aparadha) yaitu:

  1. Menghina para vaisnava, penyembah Sri Krishna.
  2. Menganggap para Deva tidak bergantung kepada Sri Krishna yang juga disebut Sri Vishnu atau Narayana.
  3. Tidak menuruti perintah guru kerohanian.
  4. Tidak menghormati kekuasaan kitab suci Veda.
  5. Menafsirkan nama suci Tuhan.
  6. Melakukan kegiatan berdosa sambil mengucapkan nama suci Tuhan.
  7. Mengajarkan nama suci Tuhan kepada orang yang tidak mempercayai-Nya.
  8. Menganggap pengucapan nama suci Tuhan sebagai kegiatan saleh.
  9. Mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak khusuk, dan
  10. Tetap terikat pada dunia material meskipun telah banyak menerima pengetahuan rohani tentang nama suci Tuhan.

Bilamana seseorang mengucapkan nama suci Sri Krishna tanpa kesepuluh kesalahan tersebut diatas, maka dia mengucapkan-Nya secara murni. Dengan demikian sifat-sifat Asurik yang menyelimuti hatinya dengan cepat dihancurkan dan pada saat yang bersamaan bhakti (cinta-kasih) kepada Sri Krishna berangsur-angsur bangkit didalam hatinya.

Translate »