Fosil-fosil binatang purba yang sangat besar sudah nyata-nyata ditemukan. Berdasarkan pada teori kesetimbangan kandungan radiokarbon di dalam mahluk hidup yang selalu konstan, para ilmuan bisa memperkirakan umur dari fosil-fosil tersebut dengan cara menghitung pengurangan jumlah isotop karbon-14. Berdasarkan perhitungan tersebut umur dari mahluk-mahluk gigantisme tersebut tidaklah lebih tua dari waktu penciptaan alam semesta menurut Veda. Mengacu pada penjelasan dari Veda itu sendiri yang dikatakan apuruseya, tidak diciptakan oleh manusia, tetapi sudah ada sejak awal penciptaan alam semesta yaitu sekitar 155,52 triliun tahun silam, lalu apakah ada kisah mengenai dinosaurus, brontosaurus dan mahluk-mahluk gigantisme seperti itu ada dalam Veda?

Veda menyatakan bahwa mahluk hidup yang berjumlah 8.400.000 jenis tercipta secara serentak. Apakah itu artinya dinosaurus juga hidup berdampingan dengan manusia? Tentu pandangan Veda menyatakan iya. Hanya saja yang menjadi permasalahan dalam pembahasan kita ini adalah prihal nama dan rekonstruksi wujud asli dari binatang gigantisme tersebut. Ilmuan jaman sekarang menyebutkan nama binatang-binatang besar tersebut sebagai dinosaurus, tiranosaurus, brontosaurus, tetapi sudah barang tentu Veda tidak mengenal nama-nama seperti ini, sehingga jangan harap bisa menemukan kata “dinosaurus” dalam Veda. Pada kenyataannya para ilmuan hanya menemukan tulang-tulang binatang tersebut yang telah membatu. Mereka tidak pernah menemukan wujud binatang tersebut secara utuh sehingga mereka tidak mengetahui karater kulit, bentuk lekukan badan dan komposisi otot-nya secara pasti. Sehingga wujud binatang gigantisme yang disebut dinosaurus yang ada dalam otak kita saat ini terkecuali yang memiliki eksoskleton (tulang luar yang membentuk postur tubuh) mungkin sangat jauh berbeda dari wujud sebenarnya. Hal ini sama halnya dengan kita berusaha merekonstruksi penampilan fisik leluhur kita hanya dengan bermodal tulang-tulang mereka. Kita bisa menentukan berapa kira-kira tingginya, apakah perawakannya bongsor atau kerdil, tetapi kita akan sangat kesulitan merekonstruksi bentuk wajahnya, berapa banyak kandungan lemaknya apakah dia berkulit halus atau kasar, apakah dia gemuk atau kurus.

Veda sendiri pada dasarnya sangat banyak membahas mengenai keberadaan binatang-binatang besar seperti ini. Bhagavata Purana yang dapat dikatakan hanya merupakan rangkuman Veda menyebutkan keberadaan binatang besar seperti ini setidaknya dalam Bhagavata Purana sloka 5.23.3, 10.1.5-7, 8.10.10-12, 8.7.18 dan sloka 10.64.2-5. Dalam sloka 5.23.3 disebutkan kata śyena – ādayah atau dapat diartikan secara harfiah sebagai burung seperti elang yang sangat besar. Sedangkan sloka 10.1.5-7 lebih jelas lagi menyebutkan berbagai jenis binatang raksasa yang juga digunakan sebagai alat transportasi pada jaman dahulu, yaitu seperti gṛdhraiḥ (burung nasar raksasa), kańkair (elang raksasa), bakair (hewan seperti itik raksasa), śyena (elang besar), bhāsais (mahluk seperti ikan raksasa), ākhubhiḥ (tikus raksasa), kṛkalāsaiḥ (hewan seperti kadal raksasa), śaśair (kelinci raksasa) dan lain sebagainya.

Kenyataan bahwa binatang-binatang raksasa ini pernah hidup berdampingan dengan manusia dapat kita lihat dari penemuan tengkorak manusia modern berumur 360 juta tahun pada bulan juli 2005 di daerah padang pasir Tafilalet dekat Erfound, Maroko.

Fosil-fosil dinosaurus yang ditemukan saat ini diperkirakan berumur sekitar 160 juta tahun. Jadi jauh lebh muda dari umur fosil manusia ini. Dengan demikian kemungkinan besar manusia dan binatang gigantisme yang disebut dinosaurus memang pernah hidup berdampingan.

Disamping itu sangat banyak ditemukan artefak-artefak yang melukiskan keberadaan binatang raksasa berwujud seperti rekaan dinausaurus saat ini. Salah satunya dalah di sebuah temple Khmer yang dbangun oleh raja ayavarman VII pada tahun 1181 di Kamboja. Di dinding temple itu sangat jelas terlihat relief binatang yang sekaang dikenal dengan sebutan stegosaurus.

Pada artefak-artefak peninggalan dinasti Shang (1766-1122 SM) juga banyak ditemukan bentuk-bentuk yang disebut sebagai naga dan lebih menyerupai rekaan bentuk fosil-fosil dinosaurus yang ada saat ini.

Veda memang tidak secara khusus menjelaskan keberadaan binatang-binatang besar ini sebagaimana Veda menjelaskan keberadaan manusia, jiva, Tuhan dan juga keberadaan alam semesta. Kenapa demikian? Satu hal yang harus dimengerti, adalah bahwasanya Veda dimasudkan sebagai buku panduan (manual book) bagi sang jiva (dalam hal ini manusia) dalam mengarungi kehidupan material sehingga insaf akan sang diri dan sadar akan keberadaan sang pencipta (vedais ca sarvair aham eva vedyo, Bg.15.15). Sehingga Veda hanya menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritual yang akan menggugah pembacanya kembali kepada tataran kerohanian. Dapat dikatakan bahwa binatang-binatang tersebut tidak ubahnya seperti figura diantara aktor-aktor utama dan tidak memegang andil penting dalam penyampaian maksud utama dari ajaran Veda. Sehingga sangatlah wajar jika binatang tersebut tidak dibahas secara detail.

Sumber:

  1. Ancient dinosaur depictions
  2. Stegosaurus relief in Cambodian temple Ta Prohm
  3. Homo Genus Skull Found In 360 Million Year Old Quarry

Translate »