Istilah Sri Krishna Janmastami juga dikenal dengan sebutan Krishnashtami, Saatam Aatham, Gokulashtami, Ashtami Rohini, Srikrishna Jayanti, Sree Jayanthi, Dahi Handi atau sangat umum hanya disebut sebagai Janmashtami saja. Semua istilah ini mengacu kepada peringatan hari kemunculan Sri Krishna ke alam material menjelang peraihan Dvapara Yuga menuju Kali Yuga.

Kemunculan Sri Krishna tidak lepas dari keangkaramurkaan Kamsa yang telah bertindak sewena-wena dan sangat menyimpang dari dharma. Kamsa menggulingkan kekuasaan ayahnya sendiri, Maharaja Ugrasena dan bahkan menjebloskan ayah kandungnya itu ke penjara. Dan hanya karena takut akan ramalan yang mengatakan bahwa ajalnya akan berakhir di tangan anak kedelapan dari adik kandungnya Devaki, Kamsa akhirnya juga menjebloskan Devaki bersama suaminya Vasudeva ke dalam penjara. Setiap bayi yang lahir dari pasangan Devaki dan Vasudeva dia rebut secara paksa dan langsung dibunuhnya. Namun menjelang kelahiran anak Devaki yang kedelapan pada hari kedelapan tithi Ashtami, atau Krishna Paksha dari bulan Shraavana pada Rohini Nakshatra sekitar 5000 tahun yang lalu anak Devaki muncul secara ajaib di depan tempat tidurnya. Beliau muncul bukan sebagai seorang bayi, tetapi dalam bentuk aslinya yang bertangan empat, yang masing-masing memegang cakra, gada, sangka dan bunga padma. Badan beliau dihiasi oleh jubah kuning emas dan dengan perhiasan yang berkemilauan. Beliaulah Sri Narayana, Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Devaki terkejut melihat kemunculan Sri Narayana dan menyaksikan kandungannya kempis. Setelah dialog yang panjang lebar akhirnya Devaki memohon kepada Sri Narayana agar bersedia menampilkan dirinya sebagaimana layaknya seorang bayi. Setelah menjelma sebagai seorang bayi, secara gaib bayi ini akhirnya dipertukarkan dengan bayi perempuan Yasoda dan Nanda Maharaj yang sejatinya juga merupakan penjelmaan Dewi Yoga-Nidra atau Dewi Maya. Pada saat Kamsa akan membanting bayi perempuan tersebut, secepat kilat bayi tersebut kembali ke wujud aslinya sebagai Dewi Maya dan kembali mengingatkan Kamsa bahwa Inkarnasi Tuhan telah muncul dan akan segera membunuhnya. Karena Sri Krishna yang sebenarnya muncul sebagai  putra Devaki, dirawat dan tumbuh besar dalam keluarga Ibu Yasoda dan Nanda Maharaj, menyebabkan Sri Krishna lebih dikenal sebagai putra Yasoda.

Krishna bukanlah manusia biasa sebagaimana halnya diri kita, Beliau adalah Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang muncul sebagai Bhagavan. Kenyataan ini ditegaskan dalam Bhagavad Gita 4.6; “ajo ‘pi sann avyayātmā bhūtānām īśvaro ‘pi san prakṛtiḿ svām adhiṣṭhāya sambhavāmy ātma-māyayā, Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah merosot, dan walaupun Aku penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli”. Kenyataan ini dapat kita lihat sebagaimana disampaikan dalam kisah di atas, Krishna tidak lahir dari alat reproduksi Devaki, namun Beliau langsung muncul dalam wujudnya yang asli dan kekal sebagai Sri Narayana. Hanya karena Beliau ingin memuaskan permintaan penyembah-Nya, akhirnya Beliau menjelmakan dirinya sebagai seorang bayi. Pernyataan bahwa Krishna tidak pernah dilahirkan, tetapi beliau selalu muncul ke dunia material dalam bentuk rohani Beliau yang kekal dan tidak pernah hancur juga dibenarkan oleh Bhagavad Gita 4.5 dimana Beliau sendiri mengatakan kepada Arjuna bahwa mereka berdua sudah muncul ke dunia material ini berulang kali, namun karena Sri Krishna selalu muncul dalam bentuk rohaninya yang asli dan Arjuna terlahir dengan menggantikan badan material menyebabkan Arjuna selalu lupa apa yang pernah dialaminya pada penjelmaan sebelumnya, tetapi Sri Krishna sendiri ingat akan semua penjelmaan-penjelmaan-Nya. Dalam sejarah yang disampaikan dalam Mahabharata ataupun dalam Bhagavata Purana, disebutkan juga bahwa Sri Krishna tidak pernah mengalami usia tua, badan Beliau selalu tampak muda seperti pemuda berumur 25-an. Badan beliau juga memiliki ciri-ciri yang tidak bisa disamai oleh satu jenis mahlukpun. Beliau memiliki warna kulit hitam keputihan seperti awan pekat yang akan turun sebagai hujan. Bentuk badan beliau sangat sempurna dan tanpa cacat. Indriya Beliau bersifat mutlak dan bisa dipertukarkan, tidak seperti indriya manusia yang khusus hanya untuk satu fungsi saja. Namun dengan perwujudan Beliau yang seperti manusia (mānuṣaḿ rūpam), bukanlah berarti Beliau meniru wujud manusia, tetapi manusialah yang diciptakan meniru wujud Tuhan.

Sebagaimana pembenaran Bhagavad Gita 4.5, Sri Krishna juga tidak pernah mengalami kematian. Tepat pada saat Beliau mengakhiri lila (sandiwara rohani)-Nya saat dimulainya Kali Yuga, setelah bangsa Vrsni yang mulai melakukan perang saudara dan saling bunuh, Sri Krishna akhirnya pergi ke sebuah hutan dan duduk dalam sikap Yoga Dharana. Pada saat itulah datang seorang pemburu bernama Jara melepaskan panah tepat mengenai kaki padma Sri Krishna yang dikiranya sebagai kijang buruan. Menyadari dirinya salah sasaran, Jara langsung bersujud kepada junjungannya Sri Krishna dan memohon ampun. Badan Jara bergetar ketakutan saat melihat Sri Krishna berubah menjadi bertangan empat. Sambil memeluk kaki padma Sri Krishna, Jara dihibur dengan penjelasan bahwa perannya dalam mengakhiri lila Sri Krishna adalah kelanjutan dari janji Sri Krishna dahulu saat menjelma sebagai Rama dan Jara sebagai Raja kera Bali di masa lampau. Pada saat itu karena Rama telah membunuh Raja Bali secara diam-diam saat Raja Bali sedang perang tanding dengan saudaranya Sugriwa, akhirnya Rama berjanji bahwa pada lila berikutnya Raja Bali akan mendapat kesempatan memanah dan mengakhiri lila Sri Rama berikutnya. Dengan melesat secepat kilat diiringi oleh Jara yang memeluk kaki padma-Nya, Sri Krishna kembali ke dunia rohani diiringi dengan berbagai doa pujian dari para dewa dan gandharva. Jadi tidak benar bahwa Sri Krishna mati terbunuh karena kehabisan darah akibat kaki-Nya yang terluka oleh panah sang pemburu. Sikap saling bunuh bangsa Vrsni-pun bukan semata-mata hal material, namun itu dilakukan untuk mengakhiri lila mereka. Mereka adalah roh-roh suci yang tidak terkalahkan oleh mahluk hidup biasa, sehingga satu-satunya jalan untuk mengakhiri lila mereka hanyalah dengan perang saudara.

Berkenaan dengan avatara-avatara yang lain, dalam Brahma Samhita dinyatakan bahwa jumlah bentuk dan penjelmaan Krishna tidak terhitung jumlahnya (advaitam acyutam anadim ananta-rupam) Walaupun ada banyak bentuk rohani Krishna, semuanya satu dan semuanya adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang sama. Demikian juga dalam Puruṣa-bodhinī Upaniṣad disebutkan; “eko devo nitya-līlānurakto bhakta-vyāpī hṛdy antar-ātmā, Kepribadian Tuhan Yang Maha Tunggal dalam banyak bentuk rohani sibuk dalam hubungan-hubungan dengan para penyembah-Nya yang murni untuk selamanya”. Inilah sifat mutlak Tuhan, beliau maha satu, tetapi juga sekaligus maha banyak. Beliau muncul dalam perwujudan-Nya yang kekal sebagai Matsya, Kurma, Varaha, Vamana, Parasurama, Rama, Krishna, Buddha, Kalki, Mohini dan sebagainya, namun beliau juga tetap satu. Hal ini tidak ubahnya seperti berhadapan dengan ribuan cermin, ribuan bayangan kita muncul dalam cermin tersebut, begitu juga Tuhan Yang Maha Satu muncul dalam wujud yang tidak terhingga. Hanya saja Beliau adalah Maha Mutlak, jika bayangan kita yang muncul di cermin tersebut adalah bayangan semu dan tanpa kesadaran, tetapi Tuhan Yang Maha Esa memunculkan kesadaran yang sama pada ekspansi Beliau tersebut secara absolut

Dalam Bhagavad Gita 4.9 disebutkan; “janma karma ca me divyam evaḿ yo vetti tattvataḥ tyaktvā dehaḿ punar janma naiti mām eti so ‘rjuna,  orang yang mengenal sifat rohani kelahiran dan kegiatan-Ku tidak dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna”. Pernyataan Sri Krishna ini ditegaskan kembali dalam Śvetāśvatara Upaniṣad 3.8 dengan mengatakan; “tam eva viditvāti mṛtyum eti nānyaḥ panthā vidyate ‘yanāya, seseorang dapat mencapai tingkat pembebasan sempurna dari kelahiran dan kematian hanya dengan mengenal Tuhan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada cara lain lagi untuk mencapai kesempurnaan ini”. Sloka-sloka kitab suci inilah yang mendasari kenapa umat Hindu sebaiknya merayakan kemunculan-kemunculan avatara Tuhan ke dunia material. Terlebih lagi Sri Krishna yang merupakan kemunculan Tuhan dalam wujudnya yang asli sebagai Sri Bhagavan dan merupakan sumber dari semua Avatara (Avatir) sebagaimana dibenarkan dalam Bhagavata Purana 1.3.28, maka sudah sepatutnyalah dijadikan sebagai event yang sangat dinanti-nanti demi kemajuan spiritual. Jika anda meyakini kebenaran kitab suci – kitab suci yang memuat sloka-sloka sebagaimana yang telah dikutipkan di atas, maka sudah selayaknya anda ikut serta dalam perayaan Janmastami ini.

Menurut perhitungan, pada tahun 2010 ini perayaan Sri Krishna Janmastami akan jatuh pada tanggal 2 September. Umat Hindu, khususnya Vaisnava di seluruh dunia akan merayaan Janmastami dengan diawali berpuasa penuh dari jam 00.00 hari sebelumnya, yaitu mulai tanggal 1 September jam 12.00 tengah malam sampai dengan selesai perayaan setelah tengah malam hari berikutnya, yaitu pada tanggal 3 dini hari. Perayaan biasanya dipusatkan secara meriah di setiap mandir atau kuil Sri Krishna dengan diiringi berbagai ritual pokok seperti Arati, Kirtan, Abhiseka Arca dan Homa/Agni Hotra. Disamping itu juga biasa diadakan event-event yang dapat mengingatkan kita kepada Sri Krishna seperti contohnya pelajaran yang membahas kemunculan Sri Krishna, pertunjukan sandiwara, tari-tarian, pentas berbagai macam seni, pameran karya seni, pembagian prasadam dan lain sebagainya.

Semoga dengan berlangsungnya Sri Krishna Janmastami pada tahun ini, kita semua yang telah mengetahui lila Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna dan manfaatnya dalam merayakan kemunculan-Nya akan dapat memanfaatkan event ini sebaik-baiknya demi kemajuan spiritual kita masing-masing.

Om tat sat

Translate »