Sisya: Anda menjelaskan bahwa maya yang juga disebut maha maya, tenaga material Sri Krishna yang mewujudkan alam material (mohini prakrti) adalah bayangan dari yoga maya, tenaga spiritualNya yang mewujudkan alam rohani (daivi prakrti). Apakah ini berarti alam material adalah bayangan dari alam spiritual?

Guru: Ya, Veda mengibaratkan alam material sebagai pohon terbalik yang akarnya berada di atas dan puncaknya berada di bawah (perhatikan Bg. 15.1-4). Pohon terbalik ini tiada lain adalah bayangan pohon yang terlihat di kolam berair jernih. Di sini kata bayangan dipakai untuk menunjukkan kondisi alam material yang 180 derajat berbeda dari alam spiritual. Perbedaan dimaksud adalah sebagai berikut; alam material berhakekat sementara, tetapi alam spiritual berhakekat kekal; alam material menyengsarakan, tetapi alam spiritual membahagiakan; di alam material penduduk berjuang keras agar bisa bertahan hidup dalam penderitaan, tetapi di alam spiritual penduduk hidup bahagia melakukan pelayanan bhakti kepada Tuhan; penduduk alam material harus mengalami kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian, tetapi penduduk alam spiritual senantiasa muda belia, segar, sehat dan tampan; di alam fana penduduk diliputi nafsu sehingga mereka selalu bersaing sengit dan bertengkar memperebutkan kekayaan dan kedudukan material untuk kepuasannya sendiri. Tetapi di alam rohani penduduk diliputi cinta kasih bhakti kepada Tuhan dan bekerja untuk kepuasanNya semata. Mereka hidup damai dan sejahtera. Jadi alam material dikatakan bayangan alam spiritual karena kondisinya yang amat berbeda seperti uraian tadi. Ini bukan berarti alam material adalah mitya, tidak nyata, khayal dan palsu seperti yang dimengerti oleh orang-orang Mayavadi.

Sisya: Saya ingin mendapat penjelasan tentang unsur-unsur maya, yaitu tri guna yang mengkhayalkan. Dapatkah anda memberikan contohnya?

Guru: Dikatakan, “Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimudhatam kartanam iti manyate, dicengkram kuat oleh (maya dengan jeratan) tri guna, sang manusia menjadi terkhayalkan dan menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukan, pada hal segala kegiatan itu terlaksana oleh badan jasmani(prakrti)nya” (Bg. 3.27). Contoh, seseorang dengan semangat dan riang hati pergi ke gedung bioskop untuk menonton film tentang cinta. Dia berpikir dirinya bebas berbuat seperti itu sesuai kehendaknya.  Tidak disadari olehnya bahwa jerat maya nan halus dari sifat alam rajas yang mengikat badan jasmaninya, memaksa dirinya pergi ke gedung film untuk melihat adegan-adegan sensual. Dikatakan juga, “Prakrter guna sammudhah sajjnante guna karmasu, dikhayalkan oleh (maya dengan tirai halus) tri guna, sang manusia yang tidak insyaf akan diri sibuk bekerja secara pamerih dan menjadi terikat pada hasil kerjanya itu” (Bg. 3.29). Contohnya seorang pengusaha yang tahu bahwa dirinya telah tergolong kaya raya, telah cukup tua, dan tahu pula bahwa dirinya tidak akan membawa harta secuil pun pada saat kematian yang telah semakin dekat. Tetapi mengapa dia terus sibuk bekerja mengumpulkan harta kekayaan? Karena dia terkhyalkan oleh tirai maya yang disebut tri guna. Sifat alam rajas telah membuat dirinya tidak pernah puas atas harta yang telah dimiliki sehingga dia menjadi manusia serakah. Sifat alam tamas telah membuat dirinya lupa pada tujuan hidup sebagai manusia dan tidak peduli pada kematian. Sifat alam sattvam senantiasa membuai dirinya dengan kesenangan material, kebanggaan duniawi, sanjungan dan pujian dari orang-orang materialistik bodoh yang buta dan tuli secara rohani.

Sisya: Apa akibatnya jika sampai saat ajal seseorang tetap diikat kuat oleh tali-temali maya nan halus tri-guna?

Guru: Dia sebagai jiva rohani yang abadi akan lahir kembali di alam material dengan mendapatkan badan jasmani baru tertentu sesuai dengan jenis karma yang dilakukan pada penjelmaan sebelumnya. Dikatakan; “karanam guna sango’sya sad-asad yoni janmasu, oleh karena diikat kuat oleh (maya dengan tali-temali) tri-guna, sang mahluk hidup mengalami suka-duka dalam berbagai jenis kehidupan” (Bg. 13.22).

Sisya: Sebelumnya Guru sempat mengatakan bahwa maya disebut bahiranga-sakti, tenaga luar Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna sebab ia berakekat menjauhkan sang manusia dari Beliau. Apakah ini berarti maya menyebabkan manusia melupakan Tuhan?

Guru: Bukan lupa, tetapi tidak tahu siapa Tuhan. Sebab Sri Krishna berkata: “Tribir guna mayair bhavair ebhih sarvam idam jagat mohitam nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikatakan oleh (maya dengan tirai) tri guna, seluruh dunia tidak mengenal siapa diriKu yang berada di luar ketiga sifat-sifat alam (tri guna) itu dan kekal abadi” (Bg. 7.13). Digelapkan oleh maya, sang manusia tidak tahu hakekat dirinya sebagai jiva rohani abadi. Lalu bagaimana mungkin dia tahu Tuhan?

Sisya: Kembali pada soal alam material yang diwujudkan oleh maya. Anda telah menjelaskan bahwa mahat tattva yang juga disebut brahman adalah benih keseluruhan alam material. Lalu bagaimana proses alam material ini terwujud keluar dari mahat-tattva?

Guru: Mahat-tattva menjadi aktif karena dimasuki oleh perbanyakan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna yaitu Maha Visnu yang juga disebut Karanadakasayi Visnu. Maha Visnu dikatakan sebagai roh mahat-tattva. Dikatakan lebih lanjut bahwa ketika Maha Visnu menghembuskan nafas, banyak sekali alam material terpancar keluar dari mahat-tattva. Oleh karena nama lain mahat-tattva adalah brahman, maka setia alam material yang terwujud darinya disebut brahmanda, telor brahman. Disebut demikian karena setiap alam material berbentuk bulat seperti telor. Setiap satu brahmanda ini disebut sebagai satu alam semesta material. Sehingga sesungguhnya ada begitu banyak brahmanda atau alam semesta material diluar alam semesta kita ini.

Sisya: Jika memang ada begitu banyak alam semesta material, lalu bagaimana dengan alam semesta tempat kita ini Guru?

Guru: Di alam semesta material kita ini terdapat ekspansi dari Maha Visnu yang di sebut Garbhodakasayi Visnu. Disebut demikian karena Beliau berbaring di samudra Garbha, di atas tubuh naga Anantasesa yang melingkar sebagai tempat tidurNya. Dikatakan bahwa Garbhodakasayi Visnu adalah jiva alam semesta material yang kita huni ini.

Sisya: Lalu bagaimana prosesnya sampai terjadi seperti saat ini Guru?

Guru: Dikatakan dari pusar Garbhodakasayi Visnu tumbuh bunga padma keemasan. Dari bunga padma ini lahir Brahma, mahluk hidup pertama di alam semesta material. Ketika Brahma melihat ke segala arah, kepalanya menjadi berjumlah empat, karena itu dia disebut Catur Mukha. Oleh karena terlahir tampa ayah dan ibu, maka Brahma disebut Svayambhu atau Atmabhu, ia yang lahir sendiri. Setelah melakukan pertapaan selama 1.000 tahun para dewa, atas perintah Sri Narayana atau Sri Visnu atau Krishna, Brahma memperoleh pengetahuan Veda yang didengar dan masuk ke hatinya melalui suara seruling Beliau. Karena diliputi oleh pengetahuan Veda, maka dia disebut sebagai Brahma, perosnifikasi Veda. Dengan pengetahuan Veda, Brahma memiliki kemampuan menciptakan planet, bintang, bulan matahari beserta ciptaan material lainnya. Brahma membagi bunga padma tempat kelahirannya menjadi 14 susunan planet yang dari bawah ke atas susunannya adalah sebagai berikut; a) Patala-loka, b) Rasatala-loka, c) Mahatala-loka, d) Talatala-loka, e) Sutala-loka, f) Vitala-loka, g) Atala-loka, h) Bhu-loka, i) Bhuvar-loka, j) Svarga-loka, k) Mahar-loka, l) Jana-loka, m) Tapo-loka, dan n) Satya-loka atau disebut juga Brahma-loka. Masing-masing loka atau alam ini tersusun oleh banyak planet-planet tersendiri.

Sisya: Mohon jelaskan pada saya mengenai kondisi Bumi ini menurut Veda Guru!

Guru: Ada dua aspek yang dikemukakan oleh Veda tentang Bumi atau Bhu-loka ini. Pertama, Bhu-loka sebagai Bhu-gola, yaitu planet bulat yang berdiameter 1000 Yojana atau sekitar 12.872 Km. Pandangan Bhu-gola ini adalah pandangan faktual yang melihat dari kaca mata 3 dimensi. Lalu Veda juga mengenal istilah Bhu-mandala. Pendekatan Bhu-mandala ini memandang Bumi sebagai suatu dunia datar yang luas seperti cakram dengan diameter 500 juta Yojana atau sekitar 6.436 Juta km. Pandangan Bumi ini datar tentu saja memiliki maksud tersendiri, yaitu untuk memudahkan perhitungan praktis dalam sistem jyotisastra. Veda lebih lanjut menjelaskan bahwa Bhu-gola dan Bhu-mandala memiliki hubungan. Bumi sebagai Bhu-gola dipandang sebagai bagian tengah Bhu-mandala dan oleh Veda disebut Jambu-dvipa. Di tengah-tengah Jambu-dvipa dikatakan berdiri tegak gunung Semeru yang seolah-olah seperti pasaknya. Sedangkan Bhu-mandala itu sendiri terdiri dari 7 dvipa, yaitu: a) Jambu-dvipa, b) Plaksa-dvipa, c) Salmali-dvipa, d) Kusa-dvipa, e) Kraunca-dvipa, f) Saka-dvipa dan g) Puskara-dvipa. Setiap dvipa dikelilingi oleh samudra yang berbeda-beda yaitu a) saumudra air asin mengelilingi Jambu-dvipa, b) samudra air tebu mengelilingi Plaksa-dvipa, c) Samudra air miras mengelilingi Salmali-dvipa, d) samudra minyak samin mengelilingi Kusa-dvipa, e) Samudra air susu mengelilingi Kraunca-dvipa, f) samudra yogurt mengelilingi Saka-dvipa dan g) samudra air gula mengelilingi Puskara-dvipa. Dan setiap dvipa dikatakan mengelilingi dvipa sebelumnya.

Bersambung….

Artikel terkait:

  1. Dialog Tentang Prakrti – Part 1
  2. Dialog Tentang Prakrti – Part 2
Translate »