Pan Lagas: Veda mengatakan bahwa di dunia ini terdapat dua jenis ilmu pengetahuan yang harus dipelajari, yaitu ilmu pengetahuan duniawi, atau aparavidya dan ilmu pengetahuan rohani atau paravidya. Ilmu pengetahuan duniawi sangat penting karena menyangkut kelanjutan kehidupan di dunia. Tanpa pengetahuan ini kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan paravidya juga mutlak harus dipelajari karena menyangkut masa depan sang jiva. Tanpa pengetahuan rohani, maka kehidupan anda akan terombang-ambing tanpa arah dan tujuan akhir yang jelas.

Ilmu pengetahuan dapat diperoleh di mana saja, baik di bangku sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya saja dalam sistem kehidupan modern ini, untuk dapat dihargai secara materi, maka anda sebaiknya mengejar ilmu pengetahuan duniawi setinggi-tingginya di bangku sekolah. Anda tidak bisa mengabaikan jenjang pendidikan karena untuk mencari sesuap nasi saat ini sudah dibatasi dengan syarat pendidikan. Untuk menjadi pelayan toko ada yang mensyaratkan minimal lulusan SMA. Untuk menjadi karyawan hotel minimal D3, untuk masuk Perwira atau PNS minimal S1. Beberapa lowongan pekerjaan bahkan mensyaratkan harus S2 atau S3. Semakin tinggi pendidikan anda, maka peluang anda untuk mencapai kesejahteraan materi akan lebih terjamin. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi pengusaha dan menjadi kaya tidak musti harus sekolah, namun tidak ada salahnya anda rajin-rajin menuntut ilmu di bangku sekolah untuk meningkatkan peluang anda secara materi. Hanya saja karena ilmu itu tidak hanya ada di sekolah, maka anda juga harus aktif menyerap ilmu dari masyarakat. Tanpa bisa bersinergi dengan masyarakat, maka anda akan dicemoh, dilecehkan dan ilmu yang anda dapatkan di sekolah seolah-olah akan menjadi tidak berguna.

Berkebalikan dengan ilmu pengetahuan material, ilmu pengetahuan spiritual sejati harus diserap dari luar institusi pendidikan resmi. Memang benar bahwa sistem sekolah kita mengajarkan ilmu agama dari sejak TK bahkan sampai program doktoral. Tetapi program-program itu belum tentu akan meningkatkan tingkat spiritualitas anda. Banyak sarjana agama bertitel mentereng tetapi sejatinya tidak mampu mengerti spiritualitas. Sering kali tindak-tanduk mereka tidak mencerminkan seorang spiritualis. Titel sarjana dan master agama buat mereka hanya bekal melamar kerja. Syukur-syukur keterima menjadi PNS di kementerian agama, kalau pun tidak, ya buat ngelamar ke hotel. Padahal apa yang mereka kerjakan di hotel mungkin harus bertolak belakang dengan etika spiritual yang seharusnya. Namun tentu saja tidak semua sarjana agama seperti itu, masih banyak diantara mereka yang melanjutkan ke program sarjana agama bukan karena tidak diterima di jurusan lain, tetapi karena mereka sangat berminat pada spiritual. Ajaran Veda mengenal istilah parampara, atau garis perguruan seperti yang disebutkan dalam Bhagavad Gita 4.2. Ilmu pengetahuan spiritual hanya dapat diterima dari seorang guru yang sudah mencapai tingkatan spiritual. Seorang guru spiritual harus memiliki watak kedamaian hati (samah), terkendali diri (damah), kesederhanaan (tapah), kesucian (saucam), toleransi (ksantir), kejujuran (arjavam), berpengetahuan rohani (jnanam), bijaksana. (vijnanam), agamis (astikyam), berpuas hati (santosah), pengampun (ksanthih), bhakti kepada Tuhan (bhakti), dan kasih sayang (daya) (Bhagavad Gita 18.42 dan Bhagavata Purana 11.17.13). Guru spiritual seperti ini sangat jarang dapat ditemui di sistem pendidikan formal. Guru-guru spiritual kebanyakan memiliki sistem pendidikan mereka sendiri, seperti misalnya sistem pendidikan gurukula. Namun banyak juga guru-guru spiritual yang secara penampilan tampak seperti orang biasa, atau bahkan terkesan kumal dan lusuh, namun sebenarnya memiliki spiritualitas yang tinggi.

Untuk menjadi manusia yang sempurna, maka belajar ilmu pengetahuan di bangku sekolah dan dibarengi dengan belajar spiritual dari seorang guru spiritual merupakan pilihan yang paling ideal. Dengan menguasai kedua jenis pengetahuan ini, maka kesempatan untuk mencapai jagadhita (kebahagiaan material yang meliputi dharma, artha dan kama) dan moksa (kebahagiaan rohani) akan terbuka lebih lebar.

Si Kobar: Apa hubungan dharma dengan artha, kama dan juga moksa Wa?

Pan Lagas: Dharma, artha, kama dan moksa sering kali disebut dengan istilah Catur Purusaarta. Keempat bagian ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Yang pertama adalah dharma atau kewajiban. Untuk memperoleh artha, kama dan juga moksa, maka seseorang harus melakukan dharma. Seseorang harus melakukan kewajibannya. Harta tidak dapat diperoleh tanpa kerja, pelayanan dan pelaksanaan kewajiban. Karma juga demikian. Apa lagi moksa yang merupakan tujuan dharma tertinggi. Yang menjadi permasalahan adalah, seseorang hanya akan dapat melaksanakan dharmanya jika dia dibekali dengan ilmu pengetahuan. Berdasarkan ilmu pengetahuan itu maka seseorang harus melaksanakan dharmanya secara profesional. Ilmu pengetahuan material akan membantu seseorang lebih mudah melaksanakan dharmanya, sedangkan ilmu pengetahuan spiritual akan membatasi dia pada rambu-rambu yang telah ditentukan. Bhakti kepada Tuhan, tidak mau berbuat dosa dan menjaga moralitas dalam masyarakat adalah 3 contoh rambu-rambu tersebut. Dalam hal ini memuja Tuhan memiliki arti sangat luas. Pertama-tama pujalah Tuhan di tempat suci secara teratur setiap hari. Setelah anda melakukan pemujaan di tempat suci, maka lanjutkan dengan memuja Tuhan di luar tempat suci.

Si Kobar: Bagaimana cara memuja Tuhan di luar tempat suci?

Pan Lagas: Filsafat Veda mengatakan bahwa Tuhan memang Maha Satu, tetapi Tuhan juga Maha Kuasa. Karena kekuasanyaa, maka Tuhan dapat muncul dalam jumlah yang tidak terbatas. Jadi dalam hal ini Tuhan harusnya bisa menjadi Maha banyak. Artinya Tuhan bisa muncul jauh lebih banyak dari seluruh atom yang ada di dunia material ini dan menempati ruang dan waktu yang dimana-mana. Karena Tuhan ada dimana-mana, maka dimana pun Anda berada dan sedang melakukan apa pun, ingatlah kepada Tuhan. Hal ini disebut kebaktian melalui “namasmaranam”. “Smarana” atau “smeret” artinya mengingat, “nama” = nama Tuhan. Tuhan disebut dengan banyak nama oleh manusia. Ya paling tidak Veda mengenal Visnusahasranama, atau 1000 nama Tuhan. Jadi silahkan memilih salah satu nama-nama Tuhan tersebut untuk selalu diingat. NamaNYA yang dimanapun anda ingat atau sebut, maka Tuhan akan melindungi diri anda. Kekuatan nama Tuhan, sama dengan kekuatan Tuhan. Barang siapa yang selalu mengingat/menyebut nama Tuhan, maka Tuhan akan selalu mengingat dia dan memberi apa saja yang dia perlukan. Seperti anda selalu mengingat kekasih, maka kekasih anda pun akan rela mengorbankan apa saja demi kebaikan anda. Apalagi Tuhan yang merupakan ayah seluruh mahluk hidup yang amat sayang kepada anda dan amat pemurah, maka pasti beliau akan memberikan anda apa saja yang anda perlukan secara wajar. Dunia ini beserta isinya diciptakan oleh Tuhan bertujuan untuk memenuhi segala keperluan mahluk hidup, terutama untuk orang-orang yang bakti kepada Tuhan.

Misalnya anda perlu perlindungan pada waktu akan berangkat bekerja. Ingatlah Tuhan dengan menyebut kata “Om” atau “Om Nama Bhagavate Vasudevaya” atau “Om Tat Sat” atau “Om namo Narayana ya” atau bhakan menyanyikan “Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare” atau dengan mantra apa saja membuat anda nyaman dan bahagia. Dengan demikian anda akan mendapat perlindungan sepenuhnya agar selamat sampai di tempat bekerja.

Karena situasi lalu lintas sekarang amat padat, disamping selalu waspada disepanjang perjalanan , baik sekali mantra itu diulang-ulang di dalam hati sambil mengemudikan kendaraan. Beberapa teman bercerita tentang keampuhan cara ini mendapat perlindungan dari Tuhan di dalam perjalanan. Komang Otik pernah berangkat dengan sepeda motor malam hari dari Manggis Kabupaten Karangasem menuju Denpasar. Di sepanjang perjalanan dia terus berjapa. Sampai di ruas jalan dekat Padangbay dia bertabrakan (adu jangkrik) dengan sebuah mobil. karena terjadi benturan yang keras maka dia terlempar ke parit di pinggir jalan. Sopir mobil segera turun melihat dibagian bawah mobilnya untuk mengetahui kondisi orang yang dilawan bertabrakan. Komang Otik selamat dan segera mendekati si sopir untuk menyatakan bahwa dia tidak apa-apa. Si sopir pun terkejut dan amat lega lalu saling memaafkan. Teman yang lainnya satu keluarga berangkat dengan mobil dari Denpasar menuju Klungkung. Di sepanjang perjalanan keluarga itu melakukan “namasmaranam”. Setelah mendekati jembatan di Barat Belahbatu, tiba-tiba ban depan kanan mobilnya pecah sehingga mobilnya oleng dan jatuh ke sawah berguling-guling beberapa kali. Bersyukur semua penumpang selamat, hanya ada yang lecet-lecet sedikit. Ada juga teman yang menyeberang numpang feri dari Ketapang Banyuwangi menuju Gilimanuk. Ditengah pelayaran secara tiba-tiba lambung kapal bocor sehingga air laut masuk ke dalam kapal. Teman ini mengulang-ulang mantra Gayatri sambil gotong royong menimba air di dalam kapal untuk dibuang ke laut. Berselang beberapa puluh menit ada seonggok gumpalan sampah menutup lubang lambung kapal itu sehingga bisa mendarat dengan selamat di Gilimanuk. Masih banyak cerita keajaiban “Nama Tuhan” yang dialami oleh teman-teman yang mengamalkannya dengan penuh keyakinan.

Kitab suci wanti-wanti menyatakan bahwa di jaman Kali sekarang ini tempat berlindung yang paling aman adalah “Nama Tuhan”. Begitulah pentingnya melakukan “namasmaranam” untuk direnungkan.

Setelah sampai di tempat bekerja tentu berjumpa dengan teman-teman, hormatilah teman-temanmu dengan ucapan selamat pagi atau tegur sapa yang hangat karena kita harus menyadari bahwa Tuhan juga ada dalam setiap mahluk hidup dalam aspeknya sebagai paramatman. Pada waktu akan memulai bekerja ingatlah Tuhan dalam bentuk tugas. Ajaran kita mengatakan “Duty is God” (tugas itu adalah Tuhan). Lakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Melakukan pekerjaan dengan baik dan bertanggung jawab adalah merupakan kebaktian. Betapapun hasilnya dipersembahkan kepada Tuhan.

SI KOBAR: Wa, rumit rasanya bagi saya untuk melakukan puja seperti itu.

PAN LAGAS: Sebelum anda mencoba memang sepertinya rumit, tetapi setelah dicoba dan dibiasakan, maka akan otomatis jadinya. Anda akan senang melakukannya dengan hasilnya nyata sangat menguntungkan dan menggembirakan seperti yang sudah Wa ceritakan tadi.

Jika anda berdisiplin melakukannya itu berarti anda bekerja bersama Tuhan, maka seberat apapun tugas itu akan dapat anda selesaikan dengan baik tepat waktu. Kalau anda terus bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, maka pimpinan, pengusaha, agen, Bank, teman dan langganan semuanya akan senang bekerja sama dengan anda. Kalau banyak orang yang suka bekerja sama dengan anda, itu artinya rejeki mengalir dengan lancar. Kita semua memerlukan rejeki untuk membiayai berbagai keperluan ini dan itu. Jika dengan kebaktian seperti ini mengantarkan anda semakin mendekat menuju sukses, apa sih susahnya mengucapkan sepatah kata (mantra) untuk menarik berkah Tuhan?

Ingatlah bahwa tidak ada kebahagiaan didapat tanpa pengorbanan. Dalam hal ini pengorbanan anda hanya berupa mengingat Tuhan dengan sepatah kata saja yang diulang-ulang (berjapa). Bhagavad Gita 10.25 dan Manawa Dharmasastra II.86-87 mengatakan bahwa “japa yadnya” adalah yang paling utama dibandingkan dengan 16 jenis yadnya yang lainnya. Orang yang tidak pernah membaca filsafat akan menganggap “yadnya” itu identik dengan “banten” sehingga mereka berkutat hanya pada “banten” saja. Setiap ada masalah diselesaikan dengan memakai “banten”. Seolah-olah “banten” itu bisa mengatasi semua masalah yang dihadapinya. Sebaliknya orang yang mengerti filsafat akan lebih mengutakan beryadnya dengan “berjapa” (japa yadnya) sedangkan “bantennya” mengikuti ala kadarnya menurut kemampuan yang ada pada saat itu.

Manawa Dharmasastra menyatakan bahwa orang yang taat melakukan “japa yadnya” atau mengulang-ulang menyebut nama Tuhan akan mencapai tujuan tertinggi. Tujuan tertinggi di dunia adalah “jagadhita/bhukti”, di alam spiritual adalah “mukti/kebahagiaan abadi”. Itulah makanya pada waktu anda memuja Tuhan yang ada di Matahari anda memohon dengan ucapan “Bhukti mukti warapradam” artinya semoga Tuhan memberikan jaminan sepenuhnya kepada rasa bhakti anda yang tulus. Renungkanlah hal ini dengan hati tenang. Timbang-timbang untung ruginya. Inilah rahasia keistimewaan jaman Kali yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Kebanyakan orang terlalu terpaku pada jumlah “banten” yang wah meriah dan mengabaikan rahasia ini. “banten” memang penting, tetapi jangan sampai mengabaikan yang lebih penting dan yang terpenting yaitu “namasmaranam”.

Orang bijak mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis. Jika anda ingin mendapat oksigen (O2) maka anda harus bernafas. Kencing saja bayar Rp. 1.000,- kalau ingin mendapat makanan harus bayar. Begitu pula kalau anda ingin sukses, maka harus dibayar dengan tiga disiplin yaitu; memuja Tuhan, Hindari dosa dan jaga moralitas dalam kehidupan masyarakat.

SI KOBAR: Sulit rasanya agar tidak berbuat dosa.

PAN LAGAS: Memang sulit, tetapi jika bersungguh-sungguh berusaha secara berkelanjutan, akan bisa. Ala bisa karena biasa. Seperti anda mencari harta karun di dalam hutan, anda berjalan melalui semak belukar yang penuh duri, memang sulit melangkah. Tetapi kalau bersungguh-sungguh dan selalu waspada maka anda akan mendapat harta karun. Begitu pula usaha menghindari dosa. Diawali dengan berusaha menghindari dosa yang besar dan yang menengah. Nanti lama kelamaan akan takut berbuat dosa yang kecil. Dosa itu ibarat duri. Sekecil apapun duri itu pasti akan menusuk dan menyakitkan. Begitulah pentingnya menghindari dosa. Secara umum mulailah dengan menghindari dosa besar seperti berjudi, mabuk, selingkuh dan melakukan kekerasan. Sebab keempat jenis perbuatan ini akan merobohkan keempat tiang “dharma”. Satu saja tiang dharma roboh akan menyebabkan anda tidak mendapat perlindungan dari “dharma” (dari hukum dan dari Tuhan). Apabila anda tidak dilindungi oleh “dharma” maka sama halnya anda tidak dilindungi oleh hukum dan oleh Tuhan. Silih berganti masalah akan datang mengancam diri anda dan tidak ada orang lain mampu menolong anda. Para dewa pun tidak mampu menyelamatkan diri anda.

Salah satu contohnya bahwa berjudi itu adalah merobohkan tiang “sathya” (kebenaran). Maha Guru Ching Hai mengatakan bahwa berjudi demi mendapat uang di tempat perjudian mengakibatkan kehilangan pahala sebanyak 50.000-100.000 poin per jam. Seumpama setiap hari anada berjudi selama 5 jam/hari, itu berarti anda kehilangan pahala 250.000-500.000 poin setiap hari. Pernyataan Maha Guru Ching Hai ini erat kaitannya dengan kejadian di lapangan. Orang-orang yang terus berjudi ternyata perekonomiannya terus merosot dan pada akhirnya mereka jatuh miskin. Mengapa begitu? Karena mereka kehilangan perlindungan dari “dharma” dan kehilangan pahala. Dari dua jenis kehilangan itu disusul denan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Kehilangan harta benda dan kehilangan rasa aman. Proses kehilangan itu berjalan pelan-pelan (tahunan) sehingga sepertinya tidak akan menyebabkan jatuh miskin. Itulah yang menyebabkan orang suka berjudi dengan dalih untuk hiburan. Selama asyik bermain judi memang terhibur untuk sementara seperti sedang menikmati narkoba, tetapi setelah itu akan kecewa, menyesal, rugi, miskin, dan menderita. Kondisi seperti ini identik dengan anjing kudisan. Di manapun anda hadir akan dihalau karena menjijikkan. Renungkan dengan hati tenang hal ini.

Sebaliknya jika anda terus berusaha menghindari keempat dosa besar itu maka lama kelamaan anda akan semakin terangkat menjadi lebih baik, lebih makmur, tentram dan damai. Untuk menghindari dosa-dosa yang lainnya akan lebih mudah. Para resi menganjurkan agar waspada selalu dan jangan lalai supaya anda tidak kehilangan pahala. Sebab kalau anda kehilangan pahala akan berbuntut kesusahan dan jatuh miskin. Setiap ada bisikan di dalam pikiran untuk berbuat dosa sekecil apa pun, usahakan ditolak. Sekecil apapun benih duri itu harus segera dibuang. Sebab jika terlambat anda membuangnya, pasti akan menusuk dan menyakiti diri anda. Agar anda memiliki kekuatan untuk menolaknya maka cepatlah mengingat Tuhan dan lakukan “japa” (mengulang-ulang mantra). Kemudian renungkan akibatnya. Dalam buku intisari Veda hal. 197 Atharva Veda menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa akan pendek umurnya. Tanyalah diri anda sendiri dengan pertanyaan: “apa mau panjang umur dan sukses atau mau gagal dan pendek umur?”. Kalau anda mau panjang umur dan sukses, maka harus takut berbuat dosa. Walaupun anda kusuk mohon panjang umur disertai menghaturkan sesajen yang meriah, tetapi jika di lain pihak anda berbuat dosa, maka doa anda akan sia-sia. Kalau doa anda tidak mendapat tanggapan dari Tuhan. Jangan lancang menyalahkan pihak lain, sebaliknya kalau anda takut berbuat dosa, walaupun anda tidak secara khusus mohon umur panjang, maka Tuhan akan menganugrahkan umur panjang dan sukses. Jika anda takut ditusuk oleh duri sekecil apapun, semestinya anda juga takut terhadap dosa sekecil apapun. Begitulah pentingnya takut berbuat dosa untuk direnungkan dan ditimbang-timbang.

 

Bersambung…………

Digubah dari Jero Mangku Wayan Swena dengan sedikit penyesuaian.

Translate »