Cemohan yang paling banyak kita dengan sebagai penganut Hindu diluar tuduhan filosofis adalah bahwasanya umat Hindu sangat jarang memiliki kitab sucinya sendiri, Veda. Sangat berbeda dengan saudara-saudara kita yang Muslim dan Kristen yang dapat selalu menenteng kitab suci kemanapun mereka pergi. Selalu dapat membuka kitab suci dalam setiap diskusi, ceramah dan ibadah mereka. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh umat Hindu, bahkan mungkin tidak akan pernah.
Kenapa tidak bisa demikian? Karena Veda tidak sesempit kitab suci mereka. Jika kitab suci mereka hanya terdiri dari ribuan ayat, sehingga dapat dituliskan dalam sebuah buku, maka tidak demikian dengan Veda yang terdiri dari jutaan sloka. Untuk membayangkan betapa luasnya Veda, mungkin anda dapat melihat lampiran pembagian Veda pada bagian akhir artikel ini dan juga dapat mendownload poster Veda disini.
Melihat Veda yang sangat luas seperti itu? Apa yang harus dilakukan sebagai umat Hindu? Apakah hanya dapat bangga dengan kitab sucinya yang sangat-sangat komplit tanpa pernah membacanya, bahkan tanpa pernah melihat secuil bagiannyapun?
Untuk mempelajari seluruh kitab suci Veda tentunya bukanlah perkara mudah. Umur manusia pada jaman kali ini sangat terbatas, rata-rata hanya di bawah 80 tahun. Dan itupun belum dipotong oleh tuntutan kesibukan material yang notabena harus dilakukan lebih dari 16 jam per hari. Lalu, berapa jam dalam hidup kita yang dapat kita manfaatkan secara efektif dalam mempelajari Veda? Yakinkah anda dapat membaca dan mengerti seluruh Veda dengan waktu yang singkat, ingatan yang terbatas dan berbagai macam ketidaksempurnaan itu?
Menurut Veda, kehidupan sebagai manusia tidak sempurna karena: Indriya-indriya jasmani terbatas dan tidak sempurna dan cendrung mengkhayal, menipu dan berbuat salah. Untuk mengerti Veda yang spiritual dan transendental secara lengkap, tidak dapat dilakukan secara pratyaksa (pengamatan dan penglihatan langsung) dan anumana (menyimpulkan berdasar tanda dan bukti-bukti empiris).
Veda menetapkan bahwa ia hanya bisa dipelajari dan dimengerti secara sabda-pramana, mendengar dari sumber yang benar dan sah yaitu dari para Acarya (guru kerohanian) secara param para ( proses menurun/deduktip) dalam garis perguruan (sampradaya) sah dan jelas sebagaimana ditegaskan dalam Bhagavad Gita 4.2; “evaà paramparä-präptam imaà räjarñayo viduù sa käleneha mahatä yogo nañöaù parantapa” dan Bhagavad Gita 4.32; “evaà bahu-vidhä yajïä vitatä brahmaëo mukhe karma-jän viddhi tän sarvän evaà jïätvä vimokñyase”. Karena itu, Veda disebut sruti, pengetahuan yang diperoleh dari mendengar; dan smrti, pengetahuan yang diingat dari cara mendengar.
Tetapi proses sabda-pramana ini disalah mengerti oleh para sarjana duniawi berwatak materialistik yang berpegang teguh pada proses empiris-induktip. Mereka berkata bahwa proses sabda ini mengharuskan orang percaya secara membuta, patuh dan tunduk pada dogma, berpegang pada keyakinan tanpa dasar atau khayalan.
Menurut mereka, proses sabda tidak bisa dipercaya karena tidak ilmiah yaitu tidak didukung bukti-bukti empiris yang dapat dilihat.
Sesungguhnya proses sabda ini adalah sederhana yaitu mendengar dari sumber (orang) yang mengetahui seperti sering dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan dogma, kepercayaan atau keyakinan buta dan bukan pula khayalan. Contoh, bila seseorang ingin mengetahui dengan mudah dan pasti siapa ayahnya, maka dia harus bertanya kepada si ibu. Bandingkan jika si anak harus mengetahuinya dengan cara tes DNA, berapa biaya dan waktu yang harus dikeluarkan?
Kita juga tidak dapat menganggap bahwa Veda yang digolongkan sebagai Veda Sruti lebih tinggi kedudukannya dari Veda-Veda yang digolongkan kedalam Veda Smrti. Keseluruh Veda merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dengan pernyataan bahwa Veda Smrti merupakan penjelasan dan ingatan dari Veda Sruti, bukan berarti Veda Smrti tidak disabdakan. Bhagavad Gita yang digolongkan sebagai Veda Smrti disabdakan langsung oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna dan ditulis langsung oleh Tuhan sebagai Shaktyawesa Awatara, yaitu Maha Rsi Vyasadeva. Sri Swami Sivananda menjelaskan bahwa sampai saat ini Maha Rsi Vyasa masih ada di dunia ini.
brhad-aranyaka upanisad 2.4.10 mengatakan; “rg, yajur, sama dan atharva veda dan itihasa semuanya keluar (berasal) dari nafas kebenaran mutlak, Tuhan Yang Maha Esa. Dan lebih lanjut Bhagavad Gita 3.15 menegaskan; “brahmaksara-samudbhavam”, pengetahuan veda langsung di wejangkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Disinilah uniknya Veda. Veda yang diwahyukan paling awal, bersifat anadi ananta, kekal abadi, diwahyukan pada banyak Rsi dan bahkan ditulis oleh penjelmaan Tuhan sendiri serta selalu dijaga dan diwahyukan kembali dari jaman ke jaman oleh Avatara Tuhan. Tidak ada satu kitab sucipun selain Veda yang memiliki keunikan seperti ini.
PEMBAGIAN KITAB SUCI VEDA
- Rig Veda
- Sama Veda
- Yajur Veda
- Atharva Veda
- Bhagavad Gita
- Shiksha
- Shamana Shiksha
- Vyali Shiksha
- Svaravyanjana Shiksha
- Shaishiriya Shiksha
- Vyasa Shiksha
- Charayaniya Shiksha
- Atreya Shiksha
- Vasishtha Shiksha
- Paniniya Shiksha
- Lakshmikanta Shiksha
- Parashari Shiksha
- Padyatmika Keshavi Shiksha
- Shaishiriya Shiksha
- Katyayani Shiksha
- Varnaratnapradipika Shiksha
- Madhyandina Shikisha
- Mandavya Shiksha
- Vasishthi Shiksha
- Yagyavalkya Shiksha
- Mallasharma Shiksha
- Amoghanandini Shiksha
- Avasananirnaya Shiksha
- Siddhanta Shiksha
- Apishali Shiksha
- Sarvasammata Shiksha
- Aranya Shiksha
- Shambhu Shiksha
- Kalanirnaya Shiksha
- Bharadvaja Shiksha
- Kauhaliya Shiksha
- Pari Shiksha
- Shodashashloki Shiksha
- Manduki Shiksha
- Naradiya Shiksha
- Gautami Shiksha
- Lomashi Shiksha
- Kaundinya Shiksha
- Atharvavediya Dantyoshthavidhi
- Padachandrika
- Kalpa
- Grihya sUtra
- Apastamba Grihya Sutra
- Vaikhanasa Grihya Sutram
- Bharadvaja Grihya Sutra
- Ashvalayana Grihya Sutra
- Drahyayana
- Kaushitaka Grihya Sutra
- Kauthuma Grihya Sutra
- Manava Grihya Sutra
- Paraskara Grihya Sutra
- Varaha Grihya Sutra
- Hiranyakeshi Grihya Sutra
- Kathaka Grihya Sutra (Laugakshi)
- Gobhila Grihya Sutra
- Jaimini Grihya Sutram
- Shankhayana Grihya Sutra
- Kaushika Sutram
- Bodhayana Grihya Sutram
- Agniveshya Grihya Sutram
- Grihya Sutram
- Shrauta Sutra
- Apastamba Shrauta Sutra
- Shankhayana Shrauta Sutra
- Vaitana Shrauta Sutra
- Mashaka Shrauta Sutra
- Vadhula Shrauta Sutra
- Manava Shrauta Sutra
- Bharadvaja Shrauta Sutra
- Drahyayana Shrauta Sutra
- Latyayana Shrauta Sutra
- Varaha Shrauta Sutra
- Katyayana Shrauta Sutra
- Kathaka Shrauta Sutra
- Ashvalayana Shrauta Sutra
- Jaiminiya Shrauta Sutra
- Nidana Shrauta Sutra
- Baudhayana Shrauta Sutra
- Vaikahanasa Shrauta Sutra
- Hiranyakeshi Shrauta Sutra
- Shulba Sutra
- Apastamba Shulba Sutra
- Baudhayana Shulba Sutra
- Katyayana Shulba Sutra
- Manava Shulba Sutra
- Hiranyakeshi Shulba Sutra
- Kathaka Shulba Sutra
- Varaha Shulba Sutra
- Vadhula Shulba Sutra
- Dharma Sutra
- Apastamba Dharma Sutra
- Baudhayana Dharma Sutra
- Gautama Dharma Sutra
- Vaikanasa Dharma Sutra
- Vishnu Dharma Sutra
- Vasishtha Dharma Sutra
- Hiranyakeshi Dharma Sutra
- Grihya sUtra
- Vyakaran
- Ashtadhyayi dari Maharshi Panini
- Jyotish
- Brihat Parashara Hora Shastra
- Muhurtachintamani
- Surya Siddhanta
- Shatpanchahika
- Chhanda
- Pingala Chhandahsutra
- Nirukti
- Enam Darshanam (Nyaya, Vaisheshika, Sankhya, Yoga, Karma mimansa, Vedanta)
- Nyaya darshanam
- Vaisheshika darshanam
- Samkhya darshanam
- Yoga darshanam
- Bhagavd gita
- Shiva Sutra
- Shiva samhita
- Vijnana bhairava
- Karma Mimansa darshanam
- Vedanta darshanam
- Gandharva Veda
- Sangita Ratnakara dari Sharangdeva
- Dhanur Veda
- Vasishtha Dhanurveda
- Shiva dhanurveda dari Maharshi Sharngadhara
- Niti prakashika dari Maharshi Vaishampayana
- Sthapatya Veda
- Mayamatam
- Manasara
- Vishvakarma Vastu Shastra
- Manushyalaya Chandrika
- Asumadheda Vastu Shastra
- Mula Agamas
- Kamikagama
- Karanagama
- Ajitagama
- Diptagama
- Sukshmagama
- Svayambhuvagama
- Rauravagama
- Makutagama
- Chandrajnanagama
- Parameshvaragama
- Kiranagama
- Amshumadbheda Vastu Shastra
- Viragama
- Dan masih banyak lagi
- Kashyap Samhita
- Sutrasthanam
- Vimanasthanam
- Sharirasthanam
- Indriyasthanam
- Chikitassthanam
- Siddhisthanam
- Kalpasthanam
- Khilasthanam
- Bhela Samhita
- Kalpasthanam
- Chikitsasthanam
- Indriyasthanam
- Sharirasthanam
- Vimanasthanam
- Nidanasthanam
- Sutrasthanam
- Siddhisthanam
- Harita Samhita
- Prathamasthanam
- Dvitiyasthanam
- Chikitsasthanam
- Sutrasthanam
- Kalpasthanam
- Sharirasthanam
- Charak Samhita
- Vimanasthanam
- Sharirasthanam
- Chikitsasthanam
- Indriyasthanam
- Nidanasthanam
- Siddhisthanam
- Sutrasthanam
- Chikitsasthanam
- Kalpasthanam
- Sushruta Samhita
- Nidanasthanam
- Sutrasthanam
- Sharirasthanam
- Chikitsasthanam
- Kalpasthanam
- Uttarasthanam
- Vagbhatta Samhita
- Sutrasthanam
- Nidanasthanam
- Sharirasthanam
- Chikitsasthanam
- Kalpasthanam
- Uttarasthanam
- Bhava Prakash Samhita
- Madhya Khandam
- Uttara Khandam
- Purva Khandam
- Bhava Prakash Nigantu
- Sharngadhara Samhita
- Prathama Khanda
- Madhyama Khanda
- Uttara Khanda
- Parishishtam Khanda
- Madhava Nidan Samhita
- Upanishad
- Isha Upanishad, (Śiv, Mukhya)
- Kena (SV, Mukhya)
- Katha (KYV, Mukhya)
- Praśna, (AV, Mukhya)
- Muṇḍaka (AV, Mukhya)
- Māṇḍūkya (AV, Mukhya)
- Taittirīya (KYV, Mukhya)
- Aitareya, (ṚV Mukhya)
- Chāndogya (SV, Mukhya)
- Bṛhadāraṇyaka (ŚYV, Mukhya)
- Brahma (KYV, Sannyasa)
- Kaivalya (KYV, Shaiva)
- Jābāla (ŚYV, Sannyasa)
- Śvetāśvatara (KYV, Sannyasa)
- Haṃsa (ŚYV, Yoga)
- Āruṇeya (SV, Sannyasa)
- Garbha (KYV, Sannyasa)
- Nārāyaṇa (KYV, Vaishnava)
- Paramahaṃsa (ŚYV, Sannyasa)
- Amṛtabindu (KYV, Yoga)
- Amṛtanāda (KYV, Yoga)
- Śira (AV, Shaiva)
- Atharvaśikha (AV, Shaiva)
- Maitrāyaṇi (SV, Sannyasa)
- Kauśītāki (ṚV, Samanya)
- Bṛhajjābāla (AV, Shaiva)
- Nṛsiṃhatāpanī (AV, Vaishnava)
- Kālāgnirudra (KYV, Shaiva)
- Maitreyi (SV, Sannyasa)
- Subāla (ŚYV, Samanya)
- Kṣurika (KYV, Yoga)
- Mantrika (ŚYV, Samanya)
- Sarvasāra (KYV, Samanya)
- Nirālamba (ŚYV, Samanya)
- Śukarahasya (KYV, Samanya)
- Vajrasūchi (SV, Samanya)
- Tejobindu (KYV, Sannyasa)
- Nādabindu (ṚV, Yoga)
- Dhyānabindu (KYV, Yoga)
- Brahmavidyā (KYV, Yoga)
- Yogatattva (KYV, Yoga)
- Ātmabodha (ṚV, Samanya)
- Parivrāt (Nāradaparivrājaka) (AV, Sannyasa)
- Triśikhi (ŚYV, Yoga)
- Sītā (AV, Shakta)
- Yogachūḍāmaṇi (SV, Yoga)
- Nirvāṇa (ṚV, Sannyasa)
- Maṇḍalabrāhmaṇa (ŚYV, Yoga)
- Dakṣiṇāmūrti (KYV, Shaiva)
- Śarabha (AV, Shaiva)
- Skanda (Tripāḍvibhūṭi) (KYV, Samanya)
- Mahānārāyaṇa (AV, Vaishnava)
- Advayatāraka (ŚYV, Sannyasa)
- Rāmarahasya (AV, Vaishnava)
- Rāmatāpaṇi (AV, Vaishnava)
- Vāsudeva (SV, Vaishnava)
- Mudgala (ṚV, Samanya)
- Śāṇḍilya (AV, Yoga)
- Paiṅgala (ŚYV, Samanya)
- Bhikṣu (ŚYV, Sannyasa)
- Mahad (SV, Samanya)
- Śārīraka (KYV, Samanya)
- Yogaśikhā (KYV Yoga)
- Turīyātīta (ŚYV, Sannyasa)
- Sannyāsa (SV, Sannyasa)
- Paramahaṃsaparivrājaka (AV, Sannyasa)
- Akṣamālika (Mālika) (ṚV, Shaiva)
- Avyakta (SV, Vaishnava)
- Ekākṣara (KYV, Samanya)
- Annapūrṇa (AV, Shakta)
- Sūrya (AV, Samanya)
- Akṣi (KYV, Samanya)
- Adhyātmā (ŚYV, Samanya)
- Kuṇḍika (SV, Sannyasa)
- Sāvitrī (SV, Samanya)
- Ātmā (AV, Samanya)
- Pāśupata (AV, Yoga)
- Parabrahma (AV, Sannyasa)
- Avadhūta (KYV, Sannyasa)
- Devī (AV, Shakta)
- Tripurātapani (AV, Shakta)
- Tripura (ṚV, Shakta)
- Kaṭharudra (KYV, Sannyasa)
- Bhāvana (AV, Shakta)
- Rudrahṛdaya (KYV, Shaiva)
- Yogakuṇḍalini (KYV, Yoga)
- Bhasma (AV, Shaiva)
- Rudrākṣa (SV, Shaiva)
- Gaṇapati (AV, Shaiva)
- Darśana (SV, Yoga)
- Tārasāra (ŚYV, Vaishnava)
- Mahāvākya (AV, Yoga)
- Pañcabrahma (KYV, Shaiva)
- Prāṇāgnihotra (KYV, Samanya)
- Gopālatāpani (AV, Vaishnava)
- Kṛṣṇa (AV, Vaishnava)
- Yājñavalkya (ŚYV, Sannyasa)
- Varāha (KYV, Sannyasa)
- Śāṭyāyani (ŚYV, Sannyasa)
- Hayagrīva (AV, Vaishnava)
- Dattātreya (AV, Vaishnava)
- Gāruḍa (AV, Vaishnava)
- Kali-Saṇṭāraṇa (Kali) (KYV, Vaishnava)
- Jābāla (SV, Shaiva)
- Saubhāgya (ṚV, Shakta)
- Sarasvatīrahasya (KYV, Shakta)
- Bahvṛca (ṚV, Shakta)
- Muktika (ŚYV, Samanya)
- Aranyak
- Aitareya Aranyaka
- Kaushitaki Aranyaka
- Taittiriya Aranyaka
- Katha Aranyaka
- Maitrayaniya Aranyaka
- Talavakara Aranyaka
- Shankhayana Aranyaka
- Aranyaka Samhita
- Charaka Aranyaka
- Brihad-Aranyaka
- Kathaka Aranyaka
- Brahmana
-
- Rigveda
- Shakala shakha: Aitareya Brahmana (AB)
- Bashkala shakha: Kaushitaki Brahmana (KS)
- Tandya Brahmana
- Rigveda
-
- Samaveda
- Kauthuma: PB, SadvB
- Jayminiya: Jayminiya Brahmana (JB)
- Tandyamaha or Pancavimsa Brahmana
- Sadvimsa Brahmana
- Samavidhana Brahmana
- Arseya Brahmana
- Devatadhyaya or Daivata Brahmana
- Mantra or Chandogya Brahmana
- Samhitopanisad Brahmana
- Vamsa Brahmana
- Jayminiya Arseya Brahmana
- Jayminiya Upanisad Brahmana
- Samaveda
-
- Yajurveda
-
-
- Kathaka Brahmana
- Krishna: kitab Brahmana-nya terintegrasi kedalam samhitas:
- Maitrayani (MS)
- Carakakatha (CS)
- Kapisthalakatha (KS)
- Taittiriya (TS). Pendidikan Taittiriya memiliki Taittiriya Brahmana (TB) tambahan
-
-
-
- Shukla
- Vajasaneyi Madhyandina: Shatapatha Brahmana, Madhyadina recension (ShB)
- Kanva: Shatapatha Brahmana, Kanva recension (ShBK)
- Shukla
-
-
- Atharvaveda
-
-
- Paippalada: Gopatha Brahmana
- Smriti
- Smriti
- Angirasa Smriti
- Vyasa Smriti
- Apastamba Smriti
- Daksha Smriti
- Vishnu Smriti
- Yagyavalkya Smriti
- Likhita Smriti
- Shankha Smriti
- Brihaspati Smriti
- Atri Smriti
- Katyayana Smriti
- Parashara Smriti
- Manu Smriti
- Aushanasa_Smriti
- Harita Smriti
- Gautama Smriti
- Yama Smriti
- Samvartta Smriti
- Upasmriti
- Kashyapa Smriti
- PulastyaSmriti
- Vishvamitra Smriti
- Devala Smriti
- Markandeya Smriti
- Ashvalayana Smriti
- Narayana Smriti
- Bharadvaja Smriti
- Vyaghrapada Smriti
- Dalbhya Smriti
- Prajapati Smriti
- Shatatapa Smriti
- Baudhayana Smriti
- Lohita Smriti
- Rishyashringa Smriti
- Smriti
- MahaPurana
- Agni (15,400 sloka)
- Bhagavata (18,000 sloka). Merupakan purana terpopuler karena di tulis langsung oleh Maha Rsi Vyasa, sang pengkodifikasi Veda.
- Bhavishya (14,500 sloka)
- Brahma (24,000 sloka)
- Brahmanda (12,000 sloka; termasuk Lalita Sahasranamam, kitab panduan dalam pemujaan)
- Brahmavaivarta (18,000 sloka)
- Garuda (19,000 sloka)
- Harivamsa (16,000 sloka; sering kali digolongkan kedalam itihāsa)
- Kurma (17,000 sloka)
- Linga (11,000 sloka)
- Markandeya (9,000 sloka; terdiri dari Devi Mahatmyam, teks yang sangat penting untuk Shakta)
- Matsya (14,000 sloka)
- Narada (25,000 sloka)
- Padma (55,000 sloka)
- Shiva (24,000 sloka)
- Skanda (81,100 sloka), merupakan yang terpanjang dari semuanya, terdiri dari cerita perumpamaan, legenda dan sejarah.
- Vamana (10,000 sloka)
- Varaha (10,000 sloka)
- Vayu (24,000 sloka)
- Vishnu (23,000 sloka)
-
- UpaPurana
- Bhargava,
- Brihan-Narada
- Devi Bhagavata Purana
- Durvasa
- Ganesa,
- Hamsa.
- Kalika/kalki Purana
- Kapila Purana
- Manu
- Marichi
- Mudgala,
- Nandi Purana
- Narasimhia Purana
- Nilamata Purana
- Parashara Purana
- Samba Purana
- Sanat-kumara,
- Saura Purana
- Shivadharma
- Siva-rahasya,
- Surya,
- Usanas
- Vamana,
- Varuna,
- Mahesvara Vashishtha Lainga
- Vishnudharma
- Devata Stotra
- Stotra untuk Panca Mahadevata
- Vishnu: Achyutashtakam
- Shiva : Lingashtakam
- Ganapati: Sankashtanashana Ganapati Stotram
- Surya: Surya Mandala Ashtakam
- Devi: Lakshmi Ashtakam
- Sahasranama Stotra untuk Panca Mahadevata
- Vishnu Sahasranama
- Shiva Sahasranama
- Ganapati Sahasranama
- Surya Sahasranama
- Lakshmi Sahasranama
- Stotras tambahan
- Vishnu Ashtottara Shatnamavali
- Rama Sahasranama
- Guru Gita
- Durga Saptashati
- Ganga Sahasranama
- Ganga Ashtak Stotram
- Gayatri Sahasranama
- Gayatri Ashtakam
- Lalita Sahasranama
- Sarasvati Sahasranama
- Sarasvati Ashtakam
- Durga Sahasranama
- Durgashtakam
- Hanumat Stavan
- Achyutashtakam
- Lingashtakam
- Maha Lakshmi Ashtakam
- Vishnu Sahasranama
- Sankashtanashana Ganapati Stotram
- Shiva Sahasranama
- Mahaganapati Sahasranama Stotram
- Surya Sahasranama
- Shri Mahalakshmi Sahasranama Stotram
- Vishnu Ashtottara Shatanamavali Stotram
- Surya Mandala Ashtakam
- Stotra untuk Panca Mahadevata
- Itihas
- Ramayana (Valmiki)
- Mahabharata
- Rk Veda Pratishakhya
- Shukl-Yajur-Veda Pratishakhya
- Atharva Veda Pratishakhya
- Sama Veda Pratishakhya (Pushpa Sutram)
- Krishna-Yajur-Veda Pratishakhya (Taittiriya)
- Atharva Veda Pratishakhya (Chaturadhyayi)
Pak Ngarayana, saya ingin mengutip tulisan Anda di atas:
—
Disinilah uniknya Veda. Veda yang diwahyukan paling awal, bersifat anadi ananta, kekal abadi, diwahyukan pada banyak Rsi dan bahkan ditulis oleh penjelmaan Tuhan sendiri serta selalu dijaga dan diwahyukan kembali dari jaman ke jaman oleh Avatara Tuhan. Tidak ada satu kitab sucipun selain Veda yang memiliki keunikan seperti ini.
—
Apakah Anda memiliki cara menjelaskan yang masuk akal paragraf itu?
1. Bagaimana Anda meng-klaim bahwa veda yang diwahyukan paling awal?
2. Bagaimana sifat kekal abadi itu dibuktikan?
3. Bagaimana memahami ‘ditulis oleh penjelmaan Tuhan sendiri’?
4. Bagaimana mengerti selalu dijaga dan diwahyukan kembali?
Semua kitab suci unik, karena jika tidak unik berarti menjiplak. Tentang bagaimana Anda meng-klaim bahwa uniknya karena faktor yang Anda katakan, masih dapat diperdebatkan, bukan?
Saya ingin tahu (bukan berdebat), karena klaim Anda bisa jadi sangat berbeda dalam penjelasannya dengan Islam, walau secara prinsip keempat hal tadi hampir sama.
Terimakasih.
Syarif Niskala
Untuk mengerti Veda, sebagaimana yang sudah saya jelaskan, tidaklah dapat melalui pratyaksa (pengamatan dan penglihatan langsung) dan anumana (menyimpulkan berdasar tanda dan bukti-bukti empiris) karena kemampuan manusia yang terbatas. Jadi untuk mengetahui semua itu hanya dengan satu cara, memahami dari orang-orang suci/guru-guru kerohanian Veda dan dari sloka-sloka/ayat-ayat Veda itu sendiri.
Namun, dengan demikian bukan berarti semua pernyataan Veda tidak bisa dijelaskan. Bisa dijelaskan, tapi terbatas pada pemahaman manusia yang terbatas.
Veda diwahyukan paling awal, hal ini sangat sesuai dengan bukti ilmiah dan penelusuran situs-situs purbakala dan dengan penelusuran dengan radiokarbon diperoleh angka tahun yang hampir sama dengan kronologi waktu yang dipaparkan oleh Veda. Jika satu potong time line Veda sudah terbukti benar (jembatan yang menghubungkan alenka (srilanka) dan India yang dibuat oleh rama (Ramayana) yang berumur 18,1 Juta tahun. pengkodifikasiannya dan kisah mahabharata adalah 3000-an tahun SM ) maka timeline yang dikisahkan Veda juga kemungkinan besar benar, yaitu diwahyukan 155.521.971.959.562 SM (setelah dunia di ciptakan, dan pernyataan Veda ini juga didukung oleh perhitungan sains tentang kapan dunia tercipta). Melihat angka ini, sudah pasti oang Kristen dan Islam heran… karena di Kristen mereka percaya bahwa dunia diciptakan 6000 tahun yang lalu.
Sifat kekal dan abadi tidak bisa dibuktikan secara empiris karena kemampuan manusia yang terbatas, tetapi hanya dapat dipahami melalui Veda itu sendiri.
Tuhan menjelma sebagai Avatara dan mengajarkan ajaran Veda dengan budaya manusia, contohnya Krishna yang menyabdakan Bhagavad Gita menggunakan bahasa sansekerta yang digunakan saat itu, jadi komunikasi bukan menjadi hambatan kan? Bukankah Tuhan maha mengetahui? Jadi apa susahnya berkomunikasi dengan manusia?
Bagaimana dapat dimengerti selalu dijaga dan diwahyukan kembali? Tentunya dengan adanya Avatara-avatara ini. Secara empiris, di India setelah masa Buddha gautama, hampir seluruh India menganut Buddha, tetapi kenapa bisa kembali menjadi Hindu? Karena turunnya Avatara Siva sebagai Sankaryacharya. Mogul, penjajah Islam pernah menguasai India dan memporak-porandakan banyak tempat suci dan kitab suci, kenapa yang berhasil dikonversi menjadi Islam hanya sedikit? Karena adanya Chaitanya Maha Prabhu yang juga merupakan Avatara dan mengembalikan Hindu di India. Chan Kazi yang merupakan ujung tombak penjajah Islam waktu itu akhirnya masuk hindu dan menjadi murid Caitanya.
Semua kitab suci tidak unik bro….
Kristen dan islam tetap menggunakan kitab suci orang Yahudi, yaitu taurat/torah sebagai bagian dari kitabnya… Bukan begitu?
Bagaimana cara menjaga eksistensi veda di masyarakat ?
om swastiastu
memahami veda sungguh sangat sulit dan banyak sekali interpretasi yang berbeda. dikatakan sendiri bahwa menyelami veda hanya klop jika kita mengenal purana dan itihasa. bila ingin mendengar uraiannya langsung dari seorang guru, tentulah agak sulit bagi kebanyakan orang. dimana kita bisa mendownload veda, minimal rg veda, yang terjemahannya benar?
om santih santih santih
Pertanyaan sulit bli/mas deny…
saya tidak pernah berani menjamin suatu sumber itu benar atau salah, karena seperti kita ketahui naskah Veda sudah banyak disimpangkan oleh para indologis dan juga oleh penjajah Islam waktu itu.
Saya hanya bisa mengatakan, carilah sumber Veda yang ditulis dan diterjemahkan oleh orang suci / guru kerohanian dengan garis perguruan yang jelas.
Saya sendiri yakin dengan terjemahan Veda yang ditulis oleh Srila Prabhupada, pendiri ISCKON dari garis pergurunan Gaudya Vaisnava karena sudah banyak diteliti dan dijadikan acuan utama dalam mempelajari Veda di beberapa universitas terkemuka seperti di Oxford dan di Harvad.
Berikut petikan beberapa comment tentang hasil terjemahan Srila Prabhupada untuk karya terjemahan beliau Bhagavad Gita As It Is;
——————————————————————————————————————
“When I read the Bhagavad-Gita and reflect about how God created this universe everything else seems so superfluous.” ~ Albert Einstein
“The Bhagavad-Gita has a profound influence on the spirit of mankind by its devotion to God which is manifested by actions.” ~ Dr. Albert Schweizer
“The Bhagavad-Gita is the most systematic statement of spiritual evolution of endowing value to mankind. It is one of the most clear and comprehensive summaries of perennial philosophy ever revealed; hence its enduring value is subject not only to India but to all of humanity.” ~ Aldous Huxley
“The Bhagavad-Gita is a true scripture of the human race a living creation rather than a book, with a new message for every age and a new meaning for every civilization.” ~ Rishi Aurobindo
“The idea that man is like unto an inverted tree seems to have been current in by gone ages. The link with Vedic conceptions is provided by Plato in his Timaeus in which it states…” behold we are not an earthly but a heavenly plant.” ~ Carl Jung
“In the morning I bathe my intellect in the stupendous and cosmogonal philosophy of the Bhagavad-Gita, in comparison with which our modern world and its literature seems puny and trivial.” ~ Henry David Thoreau
“The marvel of the Bhagavad-Gita is its truly beautiful revelation of lifes wisdom which enables philosophy to blossom into religion.” ~ Herman Hesse
“The Bhagavad-Gita calls on humanity to dedicate body, mind and soul to pure duty and not to become mental voluptuaries at the mercy of random desires and undisciplined impulses.”
“When doubts haunt me, when disappointments stare me in the face, and I see not one ray of hope on the horizon, I turn to Bhagavad-Gita and find a verse to comfort me; and I immediately begin to smile in the midst of overwhelming sorrow. Those who meditate on the Gita will derive fresh joy and new meanings from it every day.”
~ Mahatma Gandhi
“The Bhagavad-Gita deals essentially with the spiritual foundation of human existence. It is a call of action to meet the obligations and duties of life; yet keeping in view the spiritual nature and grander purpose of the universe.” ~ Pandit Jawaharlal Nehru
“I owed a magnificent day to the Bhagavad-Gita. It was the first of books; it was as if an empire spoke to us, nothing small or unworthy, but large, serene, consistent, the voice of an old intelligence which in another age and climate had pondered and thus disposed of the same questions which exercise us.”
“The Bhagavad-Gita is an empire of thought and in its philosophical teachings Krishna has all the attributes of the full-fledged montheistic deity and at the same time the attributes of the Upanisadic absolute.” ~ Ralph Waldo Emerson
“In order to approach a creation as sublime as the Bhagavad-Gita with full understanding it is necessary to attune our soul to it.” ~ Rudolph Steiner
“The secret of karma yoga which is to perform actions without any fruitive desires is taught by Lord Krishna in the Bhagavad-Gita.” ~ Vivekananda
—————————————————————————————————————-
hare krishna hare rama
mas ngarayana saya bertanya jika memang weda benar sejati dan terlengkap bahkan tertua apakah dalam weda ada informasi yang jelas dan akurat tentang spesies hewan purba seperti dinosaurus sebab saya menyelidiki di al quran dan bible sangat sedikit bahkan tidak ada informasi yang jelas dan lengkap tentang hal ini,jika benar anda katakan demikian tuanya weda tentu hal ini disinggung kalao boleh tunjukkan di sloka mana? sebab sains telah membuktikan adanya spesies pra manusia tersebut jika benar ada maka weda relevan dengan sains modern.
Sejauh ini saya hanya membaca secara lengkap Bhagavad Gita dan juga sebagian bagian Bhagavata Purana. Mengenai sumber-sumber yang lain yang sering saya kutip hanya dari apa yang saya dengarkan dan diinfokan oleh guru dan senior-senior saja. Saya belum sanggup membaca literatur Veda yang sangat banyak seperti itu.
Yang pasti, dalam kitab Padma Purana sebagai berikut :
jala-jā nava-lakñāni sthāvara lakña-vimsati
krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani
pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani
“Terdapat 900.000 jenis kehidupan dalam air (aquatic species); 2.000.000 jenis kehidupan alam bentuk tumbuhan dan pepohonan; 1.100.000 jenis kehidupan serangga; 1.000.000 jenis kehidupan bentuk burung; 3.000.000 jenis kehidupan binatang buas, dan 400.000 jenis kehidupan dalam badan manusia”.
Bagiamana dengan kehidupan dinosaurus? Maaf mas, saya belum sempat membacanya. Tapi jika suatu saat saya membaca ayat tentang itu, pasti saya publish.. 🙂
Hare Krsna,
Dinosaurus itu kan sebuah sebutan. Binatang2 purba tsb disebut dinosaurus karena mereka hidup pada jaman Purba. Kata dinosaurus tidak merujuk pada jenis spesies tertentu, tapi pada makhluk hidup yang hidup pada jaman tertentu ,yang dalam hal ini adalah jaman purba.. Bisa binatang, tumbuhan, atau mahluk hidup apapun kan..hehe
🙂
mas usul dung artikel ttg aliran2 dalam hindu itu apa aja dan walaupun berbeda tetapi tetap damai..?slaen vaishnawa.
Benar, di dalam Hindu terdapat banyak aliran dan terutama sekali ada 2 masab yang selalu berdebat sejak 500 tahun lalu, yaitu masab Sivaisme dan Vaisnava, tetapi sama sekali tidak pernah terjadi benturan fisik, tetapi di agama lain kalau ada perbedaan seperti ini masalah benturan fisik dan bunuh membunuh adalah hal biasa.
So keep peace bro… dan artikelnya mudah-mudahan bisa aku tulis ya… coz 15 ini mau mudik ke Bali dan mau full off dulu. Mau liburan he..he..he…-)
Hare Krsna,
Wahh Prabhu mau pulang, saya juga mw mudik Klungkung, tp 15 hbs kuliah mw k Narayana Smrti dulu.. hehe
@ Dyah…
Hare Krishna
Wah selamat liburan aja dan salam buat semua teman-teman di Narayana Smrti ya…
Salam buat Prbhu Surya, Prabhu Subananda, Sarva, Govinda, Dharma, Mataji Sukalini, Mataji Kunti, kaunteya (surya-junior) dan semuanya ya..
OSA,
mas mw nanya ayat tentang beragam kebudayaan dan perubahan kebudayaan dalam kitab suci agama hindu
Om Swastiastu mbak lilis…
Terus terang saya bingung juga dengan pertanyaan mbak. Jadi begini, mari kita pandang diri kita sebagai Jiva. Dimana Jiva kita, jiva manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh mahluk hidup yang lainnya adalah serupa. Yang membedakan kita hanyalah badan material ini. Tuhan menyediakan kita 8.400.000 jenis kehidupan material.
Terus bagaimana dengan budaya? Interaksi antara mahluk hidup ini (terutama manusia) menelurkan kebudayaan yang berbeda-beda sesuai dengan tempat, waktu dan kondisinya (desa, kala dan patra).
Contoh yang nyata yang dapat kita lihat mungkin sbb;
Orang yang tinggal di daerah dingin akan memiliki corak busana dan rumah yang sesuai dengan kondisi di sana. Mereka mungkin akan memakai pakaian tebal dari wol dan dengan rumah yang ventilasinya sedikit. Namun mereka yang tinggal di daerah panas dan bergurun pasir, mungkin harus menggunakan pakaian tipis tapi menyelimuti seluruh badannya agar tidak gerah dan debu/pasir tidak masuk. Bahkan jika cuaca di gurun sangat ekstrim, mungkin mereka harus menggunakan penutup muka (burkha) agar debu pasir tidak masuk ke mata/muka mereka. Nah bagaimana dengan tata cara busana dan corak rumah di wilayah tropis dengan hujan yang lebat? Beda lagi bukan?
Demikianlah corak budaya akan berbeda-beda sesuai dengan tempat, kondisi dan waktunya dan Hindu tidak mempermasalahkan ini. Sebagaimana yang sudah sering diungkapkan dalam banyak artikel, Hindu mengajarkan dengan universal, tidak saklek, harus dengan pakaian seperti ini dan tata cara yang seperti itu.
Salah satu contoh yang mungkin dapat kita kaji adalah Bhagavad Gita 9.26 yang mengatakan kurang lebih spt ini; “Patram pushpam phalam toyam, persembahkanlah sebuah daun, sekuntum bunga, sebiji buah dan seteguk air kepada-Ku dengan cinta kasih, maka persembahanmu akan aku terima”
Sekarang dengan dasar sloka ini, orang Hindu dapat memuja Tuhan sebagaimana yang kita lihat di India dengan mempersembahkan secara langsung dan sangat sederhana buah-buahan, bunga, daun dan air. Tapi dapat juga seperti Hindu di Bali dengan cara merangkai buah, daun, dan bunga itu seindah dan seseni mungkin. Perbedaan ini tidak akan memberikan suatu kelebihan atau kekurangan di mata Tuhan asalkan semuanya di persembahkan dengan cinta kasih yang murni. Namun yang membedakan adalah nilai rasa dari manusia itu sendiri, yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Pertanyaannya, bolehkan Hindu Bali mempersembahkan Patram pushpam phalam toyam tadi sebagaimana halnya di India atau di belahan bumi lainnya? Boleh… kenapa tidak, semuanya kembali ke nilai rasa individu itu masing-masing.
Mungkin jawaban saya agak melenceng ya mbak? karena ayat yang menyatakan secara langsung terus terang saya belum pernah membacanya, mungkin ada teman2 yang lain yang tahu atau pernah baca?
OSA,
mas ngarayana,pertanyaan saya tolong segera dijawab ya mas.
Salam
8.400.000 macam kehidupan material? ada bukti otentiknya dengan angka tersebut. karena macam kehidupan di alam semesta ini seharusnya lebih dari angka tersebut mas.
ma’af kalo rada kritis, saya cuma ingin dan tertarik dengan tulisan2 mas ngarayana
@ piscuzo
Menurut majalah tempo online Sampai saat ini diperkirakan baru ada sekitar 1,8 juta spesies yang berhasil diberi nama, didokumentasikan dan diklasifikasikan, sejak Linneaus merintisnya pada abad ke-18. Kalangan ilmuwan memperkirakan sekitar 2 juta – 100 juta spesies makhluk hidup di muka bumi, masih belum diberi nama dan diklasifikasikan.
Jadi kalau mengacu kepada Veda, jumlah spesies yang ditemukan belum melampaui apa yang disampaikan dalam Veda. Lagian Weda menyampaikan bahwa ada 8.400.000 jenis kehidupan, Jenis disini tidak mengacu spesies, tapi penggolongan yang berbeda. Kenapa saya mengatakan dengan metode penggolongan/klasifikasi yang berbeda dengan dasar yang digunakan oleh ilmuan saat ini adalah karena pada kenyataannya Veda menggolongkan jenis kehidupan manusia kedalam 400.000 jenis, termasuk berbagai ras, elien bahkan mahluk-mahluk halus seperti picasa, rakshasa, Jin dan sejenisnya di alam semesta ini.
Jadi jika anda memaksakan pemahaman anda akan klasifikasi yang digunakan dalam ilmu pengetahuan saat ini dengan dasar klasifikasi dalam Veda, maka tidak akan pernah ketemu bro..
You’re the best! Take care.
Damai…
Veda ini dalam pemahaman saya adalah dari ilmu yg diturun oleh Tuhan yg Esa kepada puak2 yahudi yg berhijrah kebenua hindu lalu menyebarkan dakwahnya kepada sekalian manusia di hindu….menurut kefahaman saya aja ya…Tuhan satu saja.
@ 7mubin
Itu mah teori basi dari Max Muller, Teori penyerangan bangsa arya atas dravida.. kua..ka..ka..ka..
@ngarayana…….
Sangat berbeda dengan saudara-saudara kita yang Muslim dan Kristen yang dapat selalu menenteng kitab suci kemanapun mereka pergi. Selalu dapat membuka kitab suci dalam setiap diskusi, ceramah dan ibadah mereka. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh umat Hindu, bahkan mungkin tidak akan pernah.
Kenapa tidak bisa demikian? Karena Veda tidak sesempit kitab suci mereka. Jika kitab suci mereka hanya terdiri dari ribuan ayat, sehingga dapat dituliskan dalam sebuah buku, maka tidak demikian dengan Veda yang terdiri dari jutaan sloka.
komen;
sempit/tidak sempit jika dilihat dari jumlah kitab.
sempit/tidak sempit jika dilihat dari isi.
jika anda ada waktu untuk pelajari injil/maupun quran maka akan anda temukan keluasan veda dirangkum menjadi sempit namun tidak meninggalkan dasar utama,pengetahuan.
@ngarayana…
Kristen dan islam tetap menggunakan kitab suci orang Yahudi, yaitu taurat/torah sebagai bagian dari kitabnya… Bukan begitu?
bukan menggunakan bro…tetapi taurat dilengkapi dan disempurnakan oleh injil lalu keduanya disempurnakan oleh al quran.
jika anda ada waktu untuk pelajari taurat/injil/quran,anda akan temui banyak kesamaan dan ada pula perbedaan (perbedaan mendasar adalah konsep ketuhanan yang kemudian menurunkan perbedaan pada masalah prinsip lainnya).
begitu banyak sloka veda hingga “…bolehkan Hindu Bali mempersembahkan Patram pushpam phalam toyam tadi sebagaimana halnya di India atau di belahan bumi lainnya? Boleh… kenapa tidak, semuanya kembali ke nilai rasa individu itu masing-masing.
Mungkin jawaban saya agak melenceng ya mbak? karena ayat yang menyatakan secara langsung terus terang saya belum pernah membacanya, mungkin ada teman2 yang lain yang tahu atau pernah baca?….”
saya menangkap akan benar2 sulit membaca veda keseluruhan karena manusia sekarang lebih memilih jika ada yang mudah kenapa dibikin sulit,belum faktor waktu yang sangat terbatas.
saran saya : nggak apa-apa tidak bisa membaca veda seluruhnya untuk sekarang.tandai saja di bagian2 mana yang belum dibaca,karena di kehidupan mendatang anda dapat meneruskan bacaan
dan tinggal membuka tanda untuk bagian2 yang belum terbaca.
mohon maaf jika kurang berkenan.
piss piss piss……..trims bro
Jangan pernah menyalah kan ajaran agama ,kitab suci… Yang salah adalah manusianya yang selalu merasa agamanya, kitabnya yang paling benar.
Katanya Tuhan itu satu.?. Semua agama mengajarkan kebaikan, budi perkerti. Tapi manusianyalah.. Demi kepentingan pribadi, kepentingan kaumnya, melanggar ajaran agama dan kitab suci, serta menindas kesucian agama dan kitab suci yang diyakini yang sama berasal dari wahyu Tuhan Yang Maha Esa., Tuhan Yang Satu,.
Dalam sebuah diskusi, teman saya yang Muslim mengatakan kalau Qur’an adalah penyempurna dari kitab agama-agama yang ada di dunia. Tentunya termasuk Veda. Saya tentu tidak bisa menerima pernyataan itu, sebab jika saya menerimanya artinya saya sebaiknya memilih agama yang kitabnya sempurna itu kan?
Saya kemudian mendebatnya, “Bagaimana mungkin kitab yang hanya semata wayang itu bisa memuat hal yang sempurna?” Saya tidak mau melanjutkan diskusi, tetapi hanya menyodorkan copian tulisan asal-asalan yang saya buat 8 tahun yang lalu (dimuat di majalah Raditya).
Hindu Ibarat Kapal Induk
Page Paradev (Kolaka)
Tiba-tiba saja I Komang Sapleng Wirawan yang sehari-hari dipanggil Mang Apleng didaulat menjadi “hakim” untuk sebuah perdebatan konyol antar dua temannya yang camil (calon militan). Topik debatnya tidak main-main, kebenaran agama! Setelah berpesan agar perdebatan nantinya jangan sampai saling melecehkan, Mang Apleng kemudian mempersilakan mereka untuk memaparkan apa yang mereka ketahui tentang kebenaran agamanya masing-masing. Wah, tampak kedua temannya sangat berapi-api. Tak kalah semangatnya dengan debat-debat di TV.
Tiga puluh menit sudah berlalu, tak ada tanda-tanda salah satu dari mereka terpojok atau menyerah. Hal ini membuat mereka semakin bernafsu. Pesan Mang Apleng pun sudah tidak dihiraukan lagi. Tak dapat dicegah, mereka saling menunjukkan eksklusivisme atau lebih tepat egoisme masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa jika agama itu diibaratkan sebuah kendaraan untuk mencapai suatu tujuan, maka agamanya adalah kendaraan tercanggih, yaitu pesawat terbang. Pesawat terbang ini bisa membawa manusia ke belahan dunia mana pun dengan cepat. Temannya yang satu kemudian mendebat, “Ah, bagaimana mungkin pesawat terbang bisa membawa saya ke berbagai pelosok? Badannya yang relatif besar tidak memungkinkan untuk itu. Pesawat hanya bisa sampai di bandara. Inilah kelemahannya! Coba bandingkan, agama saya ibaratnya mobil tercanggih, walaupun kecepatannya tidak seperti pesawat terbang, tetapi ia bisa ke pelosok-pelosok. Inilah keunggulannya.”
Mendengar argumentasi itu, teman yang satunya agak gelagapan. Dia kemudian berkata, “Akan tetapi, tetap saja mobil tidak bisa membawa kita naik turun jurang dan menyeberangi lautan. Ini juga kelemahan!”
“Berhenti!” Mang Apleng berteriak menghentikan perdebatan itu. Karena dongkol, dia kemudian bertanya pada dua temannya yang berdebat itu, “Apa boleh saya melepaskan jabatan saya sebagai hakim debat? Saya kepingin ikut berandai-andai.” Kedua temannya kemudian mengiyakan. Mang Apleng berkata, “Jika kalian mengandaikan agama yang kalian anut itu seperti pesawat terbang dan mobil tercanggih, maka agama saya seperti kapal induk”. Kedua temannya spontan terbahak-bahak mengejek.
Untuk selanjutnya, kedua temannya itu menjadi lawan debat Mang Apleng. Mereka sependapat bahwa kapal induk walaupun badannya sangat besar, tetapi ia hanya bisa berlayar di laut lepas saja, tidak bisa ke mana-mana. Besar tetapi tidak gesit, katanya. Mang Apleng kemudian mengatakan bahwa kapal induk itu tidak kosong. Di dalamnya ada berbagai jenis kendaraan. Ada puluhan jenis pesawat terbang, ratusan mobil, ribuan sepeda motor, dan peralatan lainnya. Kalau mau pergi jauh, bisa naik pesawat terbang yang ada di dalam kapal induk itu.
Seorang temannya kemudian berkata, “Sama saja seperti tadi, pesawat terbang tidak bisa ke pelosok-pelosok!” Ya, pesawatnya memang tidak bisa ke pelosok-pelosok, tetapi pesawat terbang yang di kapal induk itu pun tidak kosong! Dalam pesawat itu ada sebuah mobil amphibi yang canggih, sebuah sepeda motor dan sebuah peralatan naik turun jurang, kata Mang Apleng.
Argumen “Belalang Tamak” versi I Komang Apleng membuat keduanya takluk. Seorang temannya berkata, “Jika demikian, Anda sama saja dengan mengatakan agama Anda adalah yang terlengkap.” Mang Apleng menjawab, “Ya! Hindu adalah yang terlengkap! Hindu agama terbesar di dunia!” Dia kemudian mengutip pernyataan Maharsi Wararuci, “Ajaran luhur apa saja yang terdapat di luar Hindu, sudah pasti ada dalam Hindu, tetapi ajaran luhur yang ada dalam Hindu belum tentu ada di luar Hindu!”
Aha…ini dia Mang! Kemarin Komang mengatakan semua agama adalah sama-sama jalan menuju Tuhan Yang Esa. Komang mengakui bahwa Tuhan yang Komang muliakan adalah Beliau yang juga dimuliakan oleh pemeluk agama lain. Komang juga mengutip satu ayat dalam kitab suci bahwa semua pemeluk agama diperlakukan sama di mata Tuhan. Bagaimana Komang bisa mengingkari semua itu?
Mang Apleng menjawab, “Tidak! Saya tidak mengingkarinya. Semua agama sama-sama jalan menuju-Nya, saya yakin akan hal itu. Artinya jika kalian berjalan di jalan yang kalian pilih dengan mematuhi rambu-rambu lalu lintasnya, maka saya yakin kalian akan selamat sampai di tujuan. Begitu juga kalau saya berjalan di jalan saya dengan mematuhi rambu-rambu yang ada di jalan saya, maka saya juga akan selamat sampai di tujuan. Saya juga tetap yakin bahwa semua jalan itu menuju satu tujuan, yaitu Tuhan. Akan tetapi, kualifikasi masing-masing jalan itu tentu tidak sama. Seperti jika kita mau ke kota Kendari, ada jalan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, aspalnya mulus, dan lebar seperti jalan provinsi itu. Ada yang fasilitasnya minim, aspalnya berlubang, dan sempit seperti jalan di Kolaka Selatan, bahkan ada jalan hampir mirip jalan setapak dan berkelok seperti di Kolaka Timur. Walaupun begitu, yakinlah jalan-jalan itu sampai juga ke Kendari. Hindu seperti jalan yang pertama saya sebutkan itu.”
________________________________________©Raditya2002