Jika anda perhatikan dalam setiap artikel yang saya tulis dalam website ini, hampir sebagian besar selalu mencantumkan sloka-sloka dari Bhagavad Gita. Apa keistimewaan Bhagavad Gita sehingga sangat sering dikutip dibandingkan Catur Veda? Bukankah Bhagavad Gita hanya bagian kecil dari Bhisma Parwa dalam Kitab Mahabharata?
Dalam Bhagavad Gita 15.15, Sri Krishna bersabda;
sarvasya cähaà hådi sanniviñöo mattaù småtir jïänam apohanaà ca
vedaiç ca sarvair aham eva vedyo vedänta-kåd veda-vid eva cäham
Artinya:
“Aku bersemayam di dalam hati setiap mahluk hidup. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui Veda”
Dari sloka ini, terdapat beberapa hal yang dapat kita simpulkan, yaitu bahwasanya Tuhan bersemayam dalam setiap mahluk hidup sebagai paramatman yang mendampingi atman dan beliaulah yang dapat menyebabkan pelupaan, ingatan dan juga pengetahuan. Kesimpulan kedua yang sangat penting yang harus kita hayati adalah bahwasanya Veda yang terdiri dari berbagai macam cabang ilmu yang sangat kompleks pada akhirnya hanya mengarah pada satu hal, yaitu mengerti akan Tuhan itu sendiri. Orang yang mempelajari Veda, hafal akan semua sloka-sloka Veda, tetapi tidak dapat insaf akan Tuhan, Tidak mengerti bahwa yang menyabdakan Bhagavad Gita itu sendiri adalah Tuhan, yaitu Sri Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa (dalam visnusahasranama/1000 nama suci Tuhan, Krishna berarti “Yang Maha Menarik”), maka sesungguhnya orang yang bersangkutan tidak dapat dikatakan sudah mengerti ajaran Veda. Hal ini juga ditekankan dalam Vedanta Sutra 1.1.4 “yo ‘sau sarvair vedair géyate”, semua mahluk hidup yang mempelajari Veda, padaha akhirnya harus mengerti akan Krishna.
Veda harus dipelajari dari Acarya (guru kerohanian) melalui parampara atau proses deduktip (descending process) dalam garis perguruan (sampradaya) yang sah (Bhagavad Gita 13.8, Acaryopasanam. Bhagavad Gita 4.34, tad vidhi pranipatena … jnaninastattva darsinah. Bhagavad Gita 4.2, evam parampara praptam imam rajasayo viduh). Orang yang mempelajari Veda hanya dengan mengandalkan membaca kitab suci atau buku-buku pelajaran, tidak menjamin dapat mengerti esensi Veda dengan benar. Apalagi Veda pernah diporak-porandakan oleh penjajah Islam dan juga para kaum indologis (penyebar ajaran Kristen) pada masa penjajahan Inggris. Hal-hal dalam Veda yang disimpangkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini antara lain;
- Membuat kamus sansekerta dan menterjemahkan sloka-sloka Veda kedalam bahasa asing dengan menggunakan istilah yang tidak tepat. Seperti contoh terjemahan bahasa sansekerta “Arca Vigraha” menjadi “Idol” dalam bahasa Inggris. Sehingga hal ini menimbulkan persepsi bahwa Arca Vigraha adalah berhala. Celakanya, kamus yang menyesatkan seperti inilah yang banyak beredar di kalangan masyarakat ilmiah modern. Albert Weber dan Boehtlingk adalah tokoh indologis yang melakukan terjemahan keliru yang disengaja seperti ini.
- Melakukan pengutipan dan pemenggalan sloka-sloka Veda yang tidak tepat sehingga menghasilkan distorsi makna.
- Merubah sloka-sloka Veda sehingga sesui dengan kehendak dan tujuannya. Hal ini banyak dilakukan oleh indologis Jerman, Max Muller pada saat dia berusaha menterjemahkan Veda ke dalam bahasa Inggris dan dalam usahanya melakukan kristenisasi di India.
- Menambahkan sloka-sloka yang tidak seharusnya ada di dalam kitab Veda. Poin terakhir ini banyak terjadi pada kitab Bhavisya Purana yang berisi ramalan-ramalan kejadian yang akan terjadi setelah kitab Bhavisa Purana ini disusun. Sangat banyak sloka-sloka yang seharusnya tidak ada ditambahkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab kedalam kitab suci ini demi untuk melancarkan tujuannya. Sehingga jangan heran jika anda membaca Bhavisya Purana yang tidak otentik akan menemukan kejanggalan-kejanggalan dimana sloka yang satu dan yang lainnya atau bagian yang satu dengan yang lainnya sering kali bertentangan. Jika anda tidak mendapatkan sumber Bhavisya Purana ini dari guru-guru kerohanian yang dapat dipercaya, maka jangan sekali-kali mengutip sloka-sloka dalam Bhavisya Purana.
Karena itulah, para pengikut Veda seharusnya belajar Veda dari garis-garis perguruan (parampara) yang dapat dipercaya, sehingga terhindar dari pemalsuan Veda dan tindakan spekulatif orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Bhagavad Gita harus dimengerti secara muhkhya-vrtti, yaitu pemahaman secara langsung tanpa spekulasi penafsiran. Karena itu, jika pada saat anda membaca Bhagavad Gita dan mengerti bahwa yang bersabda dalam Bhagavad Gita adalah Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa sendiri, bukan dengan spekualtif menyebutkan Krishna hanyalah medium yang dirasuki Tuhan untuk menyabdakan Bhagavad Gita, maka pemahaman anda akan Bhagavad Gita pastilah juga benar. Karena itulah Rsi Vyasa menulis “Bhagavan Uvaca” dan dalam Bhagavata Purana 1.3.28, disebutkan “Krsnas tu bhagavan svayam”, Krishna adalah Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Bhagavad-Gita adalah ringkasan seluruh kitab Upanisad sehingga disebut dengan nama Gita-Upanisad atau Gitopanisad. Kenyataan ini dapat kita lihat dari sloka Bhagavad Gita 2.17-25 yang menguraikan tentang sang roh atau jiva yang merupakan ringkasan kitab-kitab Upanisad.
Bhagavad Gita juga memberikan penjelasan dan kesimpulan tujuan tertinggi yang disampaikan oleh ajaran-ajaran Veda yang lain, yaitu Moksha. Hal ini dapat kita lihat dalam Bhagavad Gita 18.62 yang menyebutkan;
tam eva çaraëaà gaccha sarva-bhävena bhärata
tat-prasädät paräà çäntià sthänaà präpsyasi çäçvatam
Artinya:
“Wahai Putra Keluarga Bharata, serahkanlah dirimu kepada Beliau sepenuhnya, Atas karunia Beliau engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal yang kekal yang palin utama.
Pernyataan sloka ini juga diperkuat oleh sloka Rig Veda 1.22.20 “tad viñëoù paramaà padam”. Kata “paramaà padam” disini mengacu pada arti angkasa rohani yang disebut Vaikunta, sebagai tempat tinggal rohani (Salokya Moksha).
Bhagavad Gita juga memberikan ringkasan penjelasan mengenai seluruh aspek-aspek Tuhan. Aspek Tuhan sebagai Brahman dijelaskan dalam sloka 9.4, “maya tatam idam sarvam jagat avyakta-murtina”. Dalam pada sloka 14.27, “Brahmano hi pratisthaham”. Aspek Tuhan sebagai Paramatma dijelaskan pada sloka 15.15,”sarvasya ca ham hrdi sannivisthah” dan pada sloka 18.61, “Isvarah sarva bhutanam hrd dese’rjuna tisthati”. Sedangkan aspek Tuhan sebagai Bhagavan dijelaskan dalam sloka 9.4, “maya tatam idam sarvam … na caham tesu avasthitah”, sloka 9.5, “na camat sthani bhutani … mamatma bhuta bhavanah”, sloka 7.7, “ma tah parataram nanyat kincid asti dhananjaya”, dan pada sloka 10.8, “aham sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartate ….”.
Sanjaya, pada sesi terakhir Bhagavad Gita, yaitu pada sloka 18.74-78 juga menjelaskan bahwa percakapan agung yang tertuang dalam Bhagavad Gita adalah pelajaran yang sangat rahasia, ajaib dan mahkota dari semua kesusastraan Veda.
saïjaya uväca
ity ahaà väsudevasya pärthasya ca mahätmanaù
saàvädam imam açrauñam adbhutaà roma-harñaëam
vyäsa-prasädäc chrutavän etad guhyam ahaà param
yogaà yogeçvarät kåñëät säkñät kathayataù svayam
räjan saàsmåtya saàsmåtya saàvädam imam adbhutam
keçavärjunayoù puëyaà håñyämi ca muhur muhuù
tac ca saàsmåtya saàsmåtya rüpam aty-adbhutaà hareù
vismayo me mahän räjan håñyämi ca punaù punaù
yatra yogeçvaraù kåñëo yatra pärtho dhanur-dharaù
tatra çrér vijayo bhütir dhruvä nétir matir mama
Bhagavad Gita hanya dapat dimengerti dengan proses bhakti kepada Tuhan sebagai mana disebutkan dalam Bhagavad Gita 4.3 dan 13.19, ”bhakto’si me sakha ceti rahasyam hy etad uttamam”, “mad bhakto etad vinaya mad bhava yo papadyate”. Seseorang tidak akan mampu mengerti Bhagavad Gita secara benar jika dia masih menyimpan egoisme. Sombong akan gelar profesor, gelar kesarjanaan atau sombong karena terlahir di keluarga brahmana. Bhagavad Gita hanya dapat dimengerti dengan rasa tunduk hati dan cinta kasih. Hal ini juga dikuatkan oleh sloka Bhagavad Gita 8.22, 11.54 dan 18.55 yang menyatakan bahwa untuk mengerti Tuhan, Sri Krishna hanya dengan proses tunduk hati dan proses bhakti (Sloka 8.22, “purusahsa parah partha bhaktya labhyas tu ananyaya” sloka 11.54, ”bhaktya tu ananyaya sakya aham eva vidho’rjuna”, Sloka 18.55, “bhaktya mam abhijanati”.
Seseorang dan bahkan seorang ahli Yoga kebatinan hanya dapat mencapai Tuhan setelah memusatkan diri pada Beliau dengan memusatkan nafas hidupnya diantara kedua alis dalam bhakti kepada Tuhan seraya mengingat-Nya (Bhagavad Gita 8.10, “prayana kale manasa’calena bhaktya yukto … sa tam para purusam upaiti divyam”).
Bhagavad-Gita tidak boleh diajarkan kepada orang yang tidak melakukan pertapaan/pantangan-pantangan tertentu, kepada orang yang bukan bhakta atau tidak tekun dalam pelayanan bhakti, atau pun kepada orang yang iri-dengki kepada Sri Krishna, hal ini tertuang dalam Bhagavad Gita 18.67, “idam te na tapaskaya na bhaktaya kadacana na ca susrusave vacyam na ca mam yo’bhyasuyati”.
Jadi, supaya anda bisa mengerti dan mempraktekkan ajaran spiritual Veda dan Bhagavad Gita khususnya, secara benar dan bermanfaat, pelajarilah sesuai dengan petunjuk yang tercantum padanya yaitu, Pelajari Bhagavad Gita dan sastra Veda dari Guru kerohanian (Acarya) melalui proses parampara dalam garis perguruan (sampradaya) yang sah sebagaimana tertuang dalam Bhagavad Gita 13.8, 4.2 dan 4.34.
Bagaimana kita dapat mengetahui suatu garis perguruan itu benar? Caranya mudah;
- Garis perguruan Veda yang benar dapat dirunut berdasarkan silsilah parampara-nya /barisan guru-gurunya dan pada puncaknya adalah Tuhan sendiri. Bhagavata Purana 6.3.19 mengatakan:”dharmam tu saksad-bhagavat-pranitam” , Jalan Dharma diajarkan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa.
- Guru-guru kerohanian yang dapat dipercaya tidak pernah berkompromi dengan ajaran-ajaran yang termuat dalam Veda. Artinya, jika ada sesuatu perintah atau larangan yang diharuskan oleh Veda, maka perintah atau larang itu harus dilakukan sebagai step-step mempelajari / menguasai ajaran-ajaran Veda
- Seorang guru Veda yang agung tindakannya selalu sesuai dengan ketentuan Bhagavad-gétä 18.42, yaitu “çamo damas tapaù çaucaà kñäntir ärjavam eva ca jïänaà vijïänam ästikyaà brahma-karma svabhäva-ja”. Artinya, sang guru harus memiliki sifat-sifat; kedamaian, pengendalian diri, pertapaan, kesucian, toleransi, kejujuran, menguasai pengetahuan, kebijaksanaan dan taat pada prinsip keagamaan.
- Ajarannya selalu dapat di verifikasi dan mampu telusur dengan sloka-sloka Veda dan tidak saling bertentanggan.
- Tidak mengajarkan ajaran yang spekulatif, atau dengan kata lain menafsirkan sloka-sloka Veda sekehendak hatinya (ditunggangi kepentingan pribadi, politis dan kepentingan-kepentingan tertentun)
sdr ngarayana
klo tidak salah dalam bhagawad gita dialog antara arjuna kebanyakn menggunakan kata ganti aku (krshna)
Dalam Bhagavad Gita 15.15, Sri Krishna bersabda;
sarvasya cähaà hådi sanniviñöo mattaù småtir jïänam apohanaà ca
vedaiç ca sarvair aham eva vedyo vedänta-kåd veda-vid eva cäham
Artinya:
“Aku bersemayam di dalam hati setiap mahluk hidup. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui Veda”
nah kata aku yang merjuk ke sri krisnha adalh kata ganti untuk Braman(tuhan), maka dari itu teman-teman waisnawa mengabsolutkan bahwan tuhan adalah Sri Krisnha..
bukankah AKU yang dimaksud bukan peribadi sri krisnha (wujud krisnha di kuruksetra) tapi sebagai sebutan pribadi agung nirgunam brahman….krena saat itu dia mewakili mengidentikan diri sebagai Mahatma…Tuhan itu bukan krisnha, tapi krisnha itu tuhan (sarwam kalu idam brahman)
“mohon pencerahannya”
suksma
Bro bhaskara, mungkin bisa baca comment saya buat bli putra di “Filsafat Mayavadi” nomor comment #741
sepertinya alasannya mirip-mirip. mohon dicermati disana dan kita diskusikan lebih lanjut ya bro…
Ngarayana@tiang mau tanya bli,siapakah sejatinya AUMKARA itu,soalnya betapa agungnya suara AUM itu,penyatu berbagai sekte hindu,bukankah di setiap awal doa,apapun alirannya suara AUM ini selalu di kumandangkan,,bahkan mantram budha sendiri mnybt kta AUM (AUM MANE PADME HUM)??bahkan,artis sekaligus penulis novel supernova dewi lestari simangunsong yg mencntumkan aksara aum di novelnya(yg pernah di demo KMHD) nengakui kehebatan huruf ‘AUMKARA’ berikut tiang kutipkan sdkit pngakuan dewi lestari, dewi lestari mengtakan ‘saya sbnernya tidak melihat Hindunya waktu itu,saya cuma pernah membaca salah satu penelitian sains,dari situ kata ‘AUM’ resonansinya berkaitan erat dgn salah satu kelenjar otak kita,menurut para saintis berfungsi sebagai konektor antara kita dengan tuhan,jadi AUM/OM bisa mengktivasi kelenjar tersebut,dari sini saya melihat adanya universalisme symbol,bahwa huruf ‘AUMKARA’ tidak bisa diklaim oleh agama apapun,karena ia(omkara) merupakan fenomena universal’
menurut bli ngarayana bagaimana??
@Love_Peace
Iya, OM Kara adalah Maha Vakya yang paling utama, hal ini di akui dalam Bhagavad Gita 7.8, Bhagavad Gita 9.17 dan banyak lagi ayat-ayat yang lainnya.. mungkin kita memerlukan artikel kusus lagi tentang OM kara ini… Mau nyumbang tulisan bro? 🙂
makna leksikal n granatikal.
@bro ngarayana,
sy tdk tahu aplg paham dg sanskrit. dalam sloka yg bro kutip di atas, khususnya dari sloka ini :
Vedanta Sutra 1.1.4
“yo ’sau sarvair vedair géyate”,
trus bro artikan sbb.
“semua mahluk hidup yang mempelajari Veda, pada akhirnya harus mengerti akan Krishna”.
frase terjemahan “pada akhirnya harus mengerti akan Krishna”, klu kita kembalikan ke frase sanskritnya, yang mana yg memiliki arti spt itu ?
@bro bahskara.
sy spendapat dgn anda. “sarva idam kalu Brahman”, segalanya adl Brahman.
trims
@bEpAsIh
arti kata géyate adalah “The Supreme Personality of Godhead ” atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, atau Bhagavan dan Bhagavan itu sendiri menurut Bhagavad Gita adalah Krishna.
jadi singkatnya seperti itu.. premisnya agak panjang, ga langsung menyebut Krishna.. 🙂
ngarayana@waduh bli,,tyang baru belajar juga,,tyang saja banyak belajar dari artikel-artikel yang bli buat..
setuju banget bli,,copas secepatnya tentang maha wakya AUMKARA ini..
Om shantih shantih shantih Om
Ngarayana
Pada Artikel diatas ada sloka seperti dibawah ini
“””
am eva çaraëaà gaccha sarva-bhävena bhärata
tat-prasädät paräà çäntià sthänaà präpsyasi çäçvatam
Artinya:
“Wahai Putra Keluarga Bharata, serahkanlah dirimu kepada Beliau sepenuhnya, Atas karunia Beliau engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal yang kekal yang palin utama.
“””””
Saya bertanya dulu apakah Beliau disini adalah “Tuhan”
Kalo memang iya,kenapa bukan “AKU” atau “Krisna” dimana kalo dibilang “Aku” atau “Krisna” kan sama artinya “Tuhan”
Jadi kemungkinannya seperti berikut ini:
“Wahai Putra Keluarga Bharata, serahkanlah dirimu kepada-KU sepenuhnya, Atas karunia-Ku engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal yang kekal yang palin utama.
Mohon pencerahannya
OSSSO
@Dek5uar
OSA Bli
trjemahan yg akurat memang sperti yg anda bilang,mngkn bli ngara slah ktik,nmanya juga manusia bro,ksalahan apapun itu pzti ada.
Bhagavad gita yg tyang punya,ga ad smasekali krisna menytkan diri dgn beliau,tpi AKU,ga ad kta ganti orang ketiga,dll d BG,tyang saranin,beli bhagavad gita menurut aslinya,karya srila prabhupada
@ Dek5U4R dan Krisna_devote
Om Swastiastu
Kutipan sloka saya diatas memang bersumber dari Bhagavad Gita menurut aslinya terbitan BBT. Kenapa disana kata ganti orang ketiga? Mari kita cermati pelan-pelan dari sloka-sloka sebelumnya.
Bhagavad gita 18.60
svabhäva-jena kaunteya
nibaddhaù svena karmaëä
kartuà necchasi yan mohät
kariñyasy avaço ‘pi tat
svabhäva-jena—dilahirkan dari sifatmu sendiri; kaunteya—wahai putra Kunti; nibaddhaù—terikat; svena—oleh milik anda sendiri; karmaëä—kegiatan; kartum—melakukan; na—tidak; icchasi—engkau suka; yat—itu yang; mohät—oleh khayalan; kariñyasi—engkau akan berbuat; avaçaù—tidak dengan sukarela; api—walaupun ; tat—itu.
Artinya;
Akibat khayalan, engkau sekarang menolak bertindak menurut perintah-ku. Tetapi didorong oleh pekerjaan yang dilahirkan dari sifatmu sendiri, engkau akan bertindak juga, wahai putera kunti
Bhagavad Gita 18.61
éçvaraù sarva-bhütänäà
håd-deçe ‘rjuna tiñöhati
bhrämayan sarva-bhütäni
yanträrüòhäni mäyayä
éçvaraù—Tuhan Yang Maha Esa; sarva-bhütänäm—terhadap semua mahluk hidup; håt-deçe—di sekitar jantung; arjuna—wahai Arjuna; tiñöhati—tinggal; bhrämayan—menyebabkan berjalan; sarva-bhütäni—semua mahluk hidup; yantra—pada sebuah mesin; ärüòhani—dengan ditempatkan; mäyayä—dibawah pesona tenaga material.
Artinya;
Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang, wahai Arjuna, dan Beliau mengarahkan pengembaraan semua makhluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material
Bhagavad Gita 18.62
tam eva çaraëaà gaccha
sarva-bhävena bhärata
tat-prasädät paräà çäntià
sthänaà präpsyasi çäçvatam
tam—kepada Beliau; eva—pasti; çaraëam gaccha—serahkan diri; sarva-bhävena—dalam segala hal; bhärata—wahai putra Bharata; tat-prasädät—atas karunia Beliau; paräm—rohani; çäntim—kedamaian; sthänam—tempat tinggal; präpsyasi—engkau akan memperoleh; çäçvatam—kekal.
Artinya;
Wahai putera keluarga Bharata, serahkanlah dirimu kepada Beliau sepenuhnya. Atas karunia Beliau engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal kekal yang paling utama.
Jadi secara kata per kata, terjemahan sloka-sloka di atas sudah valid. Untuk menyebut kata dia/beliau dalam bahasa sansekerta adalah dengan kata “tam”, sedangkan untuk menyebut kata Aku digunakan kata “Aham”. Coba saja tengok sloka-sloka yang lainnya. Lalu kenapa menggunakan kata ganti orang ketiga? Lalu apakah sloka ini bertentangan dengan sloka yang lain yang menegaskan bahwa yang bersabda dalam Bhagavad Gita adalah Krishna yang merupakan Tuhan itu sendiri? Tentunya hal ini adalah karena sloka sebelumnya dimana disebutkan kata “isvarah” atau Tuhan Yang Maha Esa yang seolah-olah sebagai pihak ketiga.
Hal ini sama halnya ketika kita berbicara dengan seseorang sebagaimana contoh berikut;
A; Dek… kamu tahu tidak kalau saat ini ada orang yang sangat menyayangi kamu? Dia selalu membayangkan kamu dan merindukan dirimu..
B; Siapa itu bli?
A; Bli yakin kadek sudah tahu karena kadek sering menghubunginya..
B; Saya kan hanya sering telp bli saja…
A; Dia adalah bli dek….
Jadi kata orang ketiga dapat digukan untuk maksud tertentu sesuai dengan kontek kalimatnya…
@Ngarayana & dek5uar
ampure nggih,memang d sloka yg bli sbtkan artinya beliau…mklm,kmren ga bca d BG,asl crocos sja,lgian blm smpt bc BG ksluruhn,bru stngahnya sja,td wkt lyt coment’a bli ngara,eh trnyata mmang bner,tyang yg salah…peace bro.
Krisna memenag sebagai perwujudan tuhan yang nyata dan paling sempurna diantara kesepuluh reinkarnasi /avatara,karena beliau menurunkan sabda suci pada saat peperangan Bharata Yuda. Saat ini juga diclaim lahir avatara yang kesepuluh yaitu sai baba yang dikatakan turun dalam tig kehidupan sebagai shirdi,satya sai dan prema sai..
saya mau bertanya apa ada ayat dalam bhgawad gita yang menyebutkan hub. tersebut diatas? maklum saya belum begitu memahami isi Gita.
Seandainya saya mau belajar weda apakah harus keindia? karena leluhur kita yang dahulu juga memahami isi weda tanpa harus ke india untuk berguru…??
kalo boleh tau dimana anda menemukan guru veda?dan bisakah saya belajar padanya?
tks arya gesing buleleng
@ arya
Kalau pendapat saya dari sumber-sumber yang saya dapatkan, Sai Baba bukanlah Avatara Tuhan, beliau seorang guru, beliah seorang Siddha Yoga. Lebih lejas tentang ini saya posting di artikel “Avatara Tuhan?”
Belajar Veda tidak harus ke India, yang penting kita menemukan garis perguruan (Parampara/Sampradaya) yang tidak terputus. Mungkin saja parampara ini masih ada di Nusantara atau malah di Bali… saya sendiri menemukan guru saya yang dari Kanada… he..he.. Dalam Srimad-Bhagavatam 6.3.21, terdapat empat sampradaya yang paling utama, yaitu Brahma Sampradaya, Sri (Laksmi) Sampradaya, Ludra (Siva) sampradaya dan Catur Kumara (Sanaka) sampradaya. Dalam Padma Purana disebutkan, “sampradaya-vihina ye mantras te nisphala matah, Seseorang harus berlindung dan menerima pengetahuan rohani melalui salah satu empat sampradaya tersebut, jika tidak mantra atau inisiasinya tidak akan berguna. lebih lanjut tentang ini juga sudah saya tuliskan di artikel “Sampradaya”
Jadi silahkan mencari salah satu dari garis perguruan itu bli… saya tidak bisa memaksakan anda untuk ikut garis perguruan yang saya ikuti, tapi kalau bli berminat, silahkan datang saja ke ashram-ashram terdekat di bali.
Salam,-