Saat ini, umat Hindu di Indonesia sering kali beranggapan bahwa kedudukan Siva adalah yang paling tinggi, Siva adalah Tuhan Yang Maha Esa. Anggapan ini adalah wajar, karena faham yang berkembang di Indonesiadi dominasi oleh Sivasidanta. Namun, apa benar Siva adalah Tuhan?
Veda menyatakan bahwa Siva adalah Tamo Guna Avatara, inkarnasi Tuhan pengendali sifat alam tamas (kegelapan) dan berfungsi sebagai pelebur alam material (Bhagavata Purana 1.2.23). Siva lahir dari Brahma dan Brahma lahir dari Garbhodakasayi Visnu, Purusa Avatara ke-2 Sri Krishna.
Satu dari perbanyakan pribadi (visnu tattva) Sri Krishna yang tak terhitung jumlahnya adalah Sadasiva yang tinggal di salah satu planet-planet Vikuntha di angkasa rohani (Chaitanya Caritamrta Adi-lila 6 ). Ketika Maha Visnu memandang sekejap kearah tenaga material (maya)-Nya, pandangan Maha Visnu sekejap ini adalah Sadasiva yang menjadi sumber keberadaan Siva. Sedangkan tenaga material (maya)-Nya termanifestasi sebagai Durgadevi,saktinya Siva.
Para jiva (makhluk hidup) dimasukkan kedalam tenaga material (maya) melalui pandangan sekejap Maha Visnu. Dengan kata lain, Siva (sebagai unsur lelaki) menghamili saktinya Durgadevi (sebagai unsur wanita) dengan para jiva dalam jumlah tak terhitung.
Disetiap alam material Siva mewujudkan diri sebagai tenaga (energi) penghancur pada diri Sankarsana yaitu Naga Ananta, tempat tidur Garbhodakasayi Visnu.
Kemudian Siva mengambil wujud pribadi dengan lahir dari kemarahan sang Pencipta dunia fana Brahma. Sementara itu, saktinya Durgadevi menjadi personifikasi alam material.
Di dunia fana, Siva bertindak sebagai purusa (unsur lelaki-pengendali). Sedangkan Durgadevi sebagai pradhana (unsur wanita yang dikendalikan).
Dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai pelebur alam material, Siva memperbanyak diri menjadi 11 (sebelas) Rudra dan disebut Eka dasa rudra.
Telah dikatakan bahwa Siva berasal dari pandangan sekejap Maha Visnu yang merupakan perbanyakan pribadi (svamsa) Sri Krishna dalam proses penciptaan alam material. Dibagian lain pustaka Veda dikatakan bahwa Siva berasal dari halo, cahaya kepala Maha Visnu. Dengan demikian, Visnu adalah sumber asli keberadaan Siva.
Kedudukan Visnu dan Siva dijelaskan oleh Brahma sebagai berikut. “Ksiram yatha dadhi vikra visesa-yogat sanjayate na hi tatah prthag asti hetoh yah sambhutam api tatha samupaiti karyad govindam adi purusam tam aham bhajami, seperti halnya susu berobah menjadi susu asam karena terkena (bercampur dengan) unsur asam; namun susu asam tidak berbeda dan juga berbeda pada saat yang sama dari sumbernya yaitu susu. Demikianlah saya sembah Govinda , Tuhan nan asli asal keberadaan Sambhu (Siva) yang berfungsi sebagai pelebur alam material” (Brahma Samhita 5.45).
Dengan kata lain, Visnu yang membiarkan dirinya terselimuti sifat-sifat alam material khususnya sifat tamas (kegelapan), adalah Sambhu (Siva). Fakta ini ditunjuk kan oleh kehidupan eksentrik Siva sendiri. Beliau tinggal di tempat-tempat pembakaran mayat (krematorium), mengolesi seluruh tubuhnya dengan abu mayat, menghias dirinya dengan untaian kalung tengkorak dan menari-nari dalam suka cita bersama berbagai jenis hantu dan makhluk halus.
Siva adalah pemimpin segala jenis bhuta, hantu dan makhluk halus. Karena itu, nama lain beliau adalah Bhutanatha atau Bhutapati. Oleh karena sangat akhli menari, beliau disebut Natharaja, rajanya para penari.
Meskipun Siva tinggal di tempat-tempat kotor dan bergaul dengan para makhluk halus (bhuta) berperangai jahat, berkehidupan kotor dan menjijikkan dan berkebiasaan buruk, namun beliau tetap dalam keadaan suci. Karena itu, nama beliau adalah Siva, ia yang maha suci.
Sri Krishna (Visnu atau Narayana) mengambil wujud Siva dengan maksud secara bertahap mensucikan para jiva yang berkehidupan rendah sebagai bhuta menuju keinsyafan yang lebih tinggi hingga pada akhirnya bisa kembali membina hubungan bhakti (cinta-kasih) yang telah putus dengan-Nya.
Siva juga berkegiatan mensejahterakan kehidupan segala makhluk dengan menopang diatas kepalanya aliran deras dan dahsyat sungai Ganga yang jatuh dari alam sorgawi supaya Bhumi tidak hancur. Karena itu, nama lain Siva adalah Gangadhara, sang Penopang sungai Ganga. Air Ganga berasal dari kaki padma Visnu dalam inkarnasi-Nya sebagai Vamanadeva.
Veda menyatakan, “Vaisnavanam yatha sambhuh, diantara semua penyembah (bhakta) Visnu, Sambhu (Siva) adalah yang paling utama” (Bhagavata Purana 12.136). Kenapa dikatakan begitu? Sebab Siva senantiasa berbuat untuk memuaskan Sri Visnu (Krishna) dan selalu bermeditasi kepada Beliau dalam inkarnasi-Nya sebagai Sankarsana yaitu Naga Ananta, tempat tidur Garbhodakasayi Visnu.
Kepada Sankarsana, Siva berdoa sbb. “Om namo bhagavate maha purusaya sarva guna sakhany anantasya vyaktaya nama iti …. O Tuhanku, hamba bersujud kepada-Mu dalam perwujudan-Mu sebagai Sankarsana. Anda adalah sumber segala kekuatan rohani. Meskipun Anda memiliki sifat-sifat tak terbatas, Anda tetap tak dikenal oleh mereka yang bukan penyembahMu” (Bhagavata purana 5.17.17).
Dalam doa-doa pujian yang diajarkan kepada para Praceta (Bhagavata Purana 4.24.33 – 69), Siva menyatakan bahwa Visnu atau Hari adalah pujaannya. Siva antara lain berdoa, “Tuhan maha pengasih, orang-orang bijaksana sadar bahwa jika mereka tidak memuja diri-Mu, maka seluruh hidupnya sia-sia. Mereka tahu bahwa Anda adalah Parambrahman dan Paramatma. “Meskipun seluruh jagat takut kepada diriku Rudra yang memusnahkan segala sesuatu pada hari pralaya (kiamat), namun orang bijaksana menjadikan Anda tujuan yang tidak pantas ditakuti”.
Setelah dibingungkan oleh Mohini, inkarnasi Sri Narayana (Visnu) sebagai wanita super cantik, Siva berkata kepada istrinya Parvati, “Wahai Devi, engkau telah lihat tenaga mengkhayalkan Sri Hari yang menjadi Penguasa setiap orang. Meskipun diriku adalah salah satu perbanyakan-Nya, namun aku sendiri dikhayalkan oleh tenaga-Nya. Lalu apa yang harus dikatakan tentang mereka yang selalu bergantung pada tenaga material (maya)-Nya?” (Bhagavata Purana 8.12.42).
Siva lanjut berkata, “ Ketika aku dimasa lalu selesai melaksanakan pertapaan yoga mistik selama 1000 tahun, engkau bertanya kepadaku, ‘kepada siapa aku ber-meditasi?’. Sekarang, inilah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Hari yang sang waktu tidak mampu tembus dan personifikasi Veda tidak mampu pahami” (Bhagavata Purana 8.12.43).
Potensi/kekuatan/tenaga (sakti) ke-Tuhan-an 100% hanya ada pada diri Sri Krishna. Para avatara-Nya (yang tergolong visnu-tattva) memiliki potensi ke-Tuhan-an sampai 95%. Brahma memiliki maksimal sampai 64%, sedangkan Siva memilikinya sampai 80%. Demikian disimpulkan oleh para Vaisnava-Acarya berdasarkan pustaka suci Veda.
Dengan demikian Siva berpotensi lebih kecil dari Visnu. Fakta ini ditunjukkan oleh kejadian-kejadian yang diceritrakan dalam Veda-Smrti (Purana dan Itihasa) dan diringkas pada daftar berikut.
Para pemuja Siva menganggap beliau Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala sesuatu berdasarkan argumen bahwa dalam Ramayana disebutkan Rama memuja Siva. Tetapi sebenarnya Rama (sebagai Visnu-avatara) memuja Siva karena alasan etika semata.
Rama memuja Siva agar beliau tidak marah karena Rama bertempur melawan penyembah Siva yang dianggap paling mulia yaitu Rahvana. Dengan kata lain, Rama memuja Siva untuk mohon ijin membunuh Rahvana.
Setelah Rahvana terbunuh, Parvati bertanya kepada Siva mengapa beliau tidak mau melindungi Rahvana. Siva menjawab bahwa dirinya tidak memiliki kekuatan melindungi si Raja Raksasa.
Siva sendiri senantiasa mengucapkan nama Rama ketika berjapa dengan untaian manik-manik rudraksanya. Dalam Padma-Purana Uttara-Kanda 72.335 tentang Visnu-sahasra nama stotra, Siva berkata sebagai berikut.
“Rama rameti rameti rame rame manorame sahasra namabhis tulyam rama nama varanane”
(Saya senang mengucapkan nama suci Rama, Rama dan berbahagia dengan suara nama suci ini. Mengucapkan satu nama Rama sama dengan mengucapkan seribu nama Visnu).
Sebagai vaisnava paling agung, Siva memiliki garis perguruan sendiri yang disebut Rudra-sampradaya. Garis perguruan vaisnava dari Rudra ini mengajarkan bahwa Visnu, Krishna atau Narayana adalah Tuhan Yang Maha Esa, asal mula segala sesuatu.
Para pengikut Rudra-sampradaya adalah murid-murid Acarya Visnusvami. Kini Rudra-sampradaya dikenal sebagai Vallabha-sampradaya (perhatikan Bhagavata Purana 4.24.18). Veda (Padma-purana) menyatakan bahwa garis perguruan vaisnava lainnya adalah: Brahma sampradaya, Sri sampradaya dan Kumara sampradaya.
Disamping dikenal sebagai vaisnava paling tinggi, Siva juga dikenal sebagai salah satu dari 12 mahajana, rohaniawan mulia yang memahami isi dan kesimpulan Veda. Ke 12 mahajana dimaksud adalah: Brahma, Narada, Sambhu (Siva), Catur Kumara, Kapila, Manu, Prahlada, Jaka, Bhisma, Vali Maharaja, Sukadeva Gosvami dan Yama (Bhagavata Purana 6.3.20).
Para mahajana ini menyimpulkan bahwa bhakti yoga yang dimulai dari pengucapan nama-nama suci Sri Krishna dan Rama adalah prinsip dharma (agama) tertinggi di masyarakat manusia (Bhagavata Purana 6.3.22).
Dalam Padma Purana 62.31, Sri Narayana (Krishna) memberitahu Siva, “Svagamaih kalpitas tvam ca janan mad vimukhan kuru mam ca gopaya yena syat srtir esottarottara, tolong berikan tafsiran anda sendiri atas kitab suci Veda hingga kebanyakan manusia tidak mengenal diri-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Juga tutupi diri-Ku dengan cara begitu rupa hingga manusia menjadi lebih tertarik pada ikhtiar memajukan peradaban material dan melahirkan anak-cucu yang hampa pengetahuan spiritual”.
Dalam Siva Purana disebutkan pula perintah Tuhan yang sama sebagai berikut, “Dvaparadau yuge bhutva kalaya manusadisu svagamaih kalpitas tvam ca janan mad vimukhan kuru, mulai awal Dvapara Yuga sesatkan orang-orang pada umumnya dengan menyajikan tafsiran anda sendiri atas kitab suci Veda, sehingga mereka tidak mengenal diri-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa”.
Sesuai perintah Sri Krishna tersebut, Siva memberitahu istrinya Parvati, “Mayavadam asac-chastram pracchanam bauddham ucyate mayaive kalpitan devi kalau brahmana rupena, wahai Devi istriku, pada jaman Kali dalam wujud seorang brahmana, aku akan mengajarkan filsafat palsu mayavada yang tidak lain adalah Budhisme terselubung” (Padma-purana Uttara-Khanda 25.7). Brahmana dimaksud adalah Acarya Sankara.
Filsafat Mayavada juga di-sebut Advaita-vada atau Vivarta-vada. filsafat ini menyatakan bahwa makhluk hidup (atma) identik (sama) dengan Tuhan (Paramatma). Dan Tuhan itu sendiri adalah Brahman tanpa wujud, sifat dan ciri apapun. filsafat mayavada ini telah menjangkiti mayopritas penganut ajaran Veda.
Dalam hubungannya dengan perintah Tuhan tersebut diatas, maka ajaran Saiva-agama pun berkembang pesat. Para penyembah Siva menganggap beliau Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala sesuatu dengan menyembah linga (simbul kelamin Siva) dan yoni (simbul kelamin saktinya yaitu Durga).
Praktek ajaran Saiva-agama amat bervariasi. Ada kelompok (sekte) yang melakukan persembahyangan dengan acara “persetubuan”, kegiatan yang mewujudkan bersatunya linga dan yoni yang dipuja.
Ajaran Saiva-agama tertua adalah Pasupata. Tetapi pada abad ke 13 berkembang ajaran Saiva-siddhanta di India Selatan yang memiliki sekitar 14 kumpulan kitab agama. Inti ajarannya adalah pemujaan kepada Siva sebagai Tuhan, asal mula segala sesuatu.
Sampai saat ini pengaruh ajaran Saiva-siddhanta masih nampak jelas di Indonesia khususnya di Bali. Kitab-kitab Bhuvanakosa, Vrhaspati tattva, Usana deva, Tattva jnana, dansebagainya adalah kitab-kitab ajaran Saiva Siddhanta.
Sementara filsafat mayavada menjangkiti masyarakat kaum intelektual, ajaran Saiva-agama dan juga Sakta-agama menjadi pedoman hidup rakyat pada umumnya. Maka praktis kebanyakan orang yang mengaku penganut ajaran Veda, tidak mengerti dan juga tidak mau percaya bahwa Krishna yang juga disebut Visnu atau Narayana, sebagaimana disimpulkan oleh Veda, adalah Tuhan Yang Maha Esa, asal-mula segala sesuatu.
Dalam Padma-Purana dan Siva-Purana (sebagaimana di-kutip dalam Laghu Bhagavatamrta 2.4 dan Chaitanya Caritamrta Madhya-Lila 11.31) disebutkan bahwa Parvati bertanya kepada suaminya Siva, “Dari segala macam persembahyangan, persembahyangan kepada siapakah yang paling sempurna? Dan siapakah kepribadian tertinggi yang paling pantas dipuja?”
Siva menjawab, “Aradhananam sarvesam visnor aradhanam param, dari segala macam persembahyangan, persembahyangan kepada Visnu adalah yang paling tinggi tingkatannya. Tasmat parataram devi tadiyanam samarcanam, tetapi O Devi, ada lagi persembahyangan yang lebih utama dari ini yaitu memuja para penyembah (bhakta) Visnu”.
Jawaban Siva ini sama dengan pernyataan Sri Krishna kepada Arjuna dalam Adi-Purana, “Ye me bhakta janah partha na me bhaktas ca te janah, wahai Partha, orang yang berkata dirinya adalah bhakta-Ku, sesungguhnya bukan bhakta-Ku. Mad bhaktanam ca ye bhakta te me bhaktata mamatah, tetapi orang yang berkata bahwa dirinya adalah bhakta dari bhakta-Ku, dialah bhakta-Ku yang sebenarnya”.
Jadi jika seseorang memuja Siva sebagai bhakta Sri Krishna atau Visnu, itulah yang benar dan menyenangkan baik Siva maupun Visnu. Tetapi jika seseorang memuja Siva dengan menganggap beliau adalah Tuhan sendiri, itu adalah penghinaan kepada Siva atau Visnu. Ini sama saja dengan perbuatan mengolok-olok seperti menyebut sang Lurah adalah Perdana Menteri dan sang Perdana Menteri adalah Lurah.
Siva sendiri menjelaskan kedudukan dirinya sbb. “Sattvam visuddham vasudeva sabditam … sattve ca tasmin bhagavan hy adhoksaje me namasa vidhiyate, saya senantiasa sujud kepada Vasudeva (Krishna) yang berada pada tingkat spiritual murni. Pada tingkat spiritual murni inilah terungkap keberadaan Beliau yang sebenarnya” (Bhagavata Purana 4.3.23).
Siva lanjut berkata, “Naham virinco hi kumara naradam na brahmo-putra munayah suresah …. na tat svarupam prthag isa maninah ……, baik saya maupun Brahma, Asvini-kumara, Narada dan para Rishi lain putra Brahma dan juga para Deva, tidak mampu memahami kegiatan dan pribadi rohani Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun kami adalah bagian-bagian dari Beliau, namun kami menganggap diri sebagai para pengendali yang bebas dan terpisah dari-Nya. Karena itu, kami tidak mampu mengerti diri-Nya”. (Bhagavata Purana 6.17.32).
Jiva-tattva atau makhluk hidup (jiva) adalah perbanyakan berbeda dan terpisah (vibhinamsa) Sri Krishna. Jiva-tattva merupakan tenaga marginal (tatastha-sakti) Beliau sebab ia bisa berada di tingkat material atau pun spiritual. Dan ia di-ikat kuat oleh hukum-hukum alam material.
Visnu-tattva adalah perbanyakan pribadi (svamsa) Sri Krishna yang tinggal di berbagai planet Vaikuntha di angkasa rohani dan yang turun ke dunia fana sebagai Visnu-avatara untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan alam material. Para Visnu-tattva selamanya berada pada tingkat spiritual. Mereka tidak terkena atau tunduk pada hukum-hukum alam material atau spiritual.
Siva-tattva adalah perbanyakan Sri Krishna yang membiarkan dirinya diliputi sifat-sifat alam material khususnya tamo-guna (sifat kegelapan). Yang tergolong siva-tattva adalah Siva sendiri beserta ke 11 perbanyakannya yang disebut Eka dasa rudra. Para siva-tattva tidak pernah terkotori oleh sifat-sifat alam material meskipun berada di alam material.
Karena itu, Veda menyatakan, “Yas tu narayanam devam brahma rudradi daivitaih samat venaiva vikseta sa pasandi bhaved dhruvam, tetapi orang yang menganggap Sri Narayana (Visnu atau Krishna) sama atau setingkat dengan para Deva seperti Brahma dan Siva, maka dia disebut pasandi, manusia atheistik (Padma Purana).
Alam material disebut Devi-dhama, tempat tinggal Durgadevi. Di alam material, tempat tinggal Siva adalah di Kailasa, Ilavrta-varsa dan Vitala-loka. Di ketiga tempat ini Siva tinggal di bawah pohon, sebab beliau tidak punya rumah apalagi istana.
Tempat tinggal Siva di luar (diatas) Devi-dhama adalah Mahesa-dhama. Diatas Mahesa-dhama adalah Hari dhama, tempat tinggal Hari ( dan para Visnu-tattva lainnya). Dan diatas Hari- dhama adalah Goloka-dhama, tempat tinggal Sri Krishna pribadi (perhatikan Brahma Samhita 5.43).
Selain para penganut Saiva agama, pada jaman Kali yang disebut modern dewasa ini, Siva dipuja oleh:
- Orang-orang saleh yang hidup sederhana sesuai ritual tradisional dengan sedikit pengetahuan tentang beliau.
- Para politikus, bisnismen dan berbagai jenis manusia berwatak materialistik yang tujuan hidupnya memperoleh kedudukan/jabatan, kekuasaan dan kekayaan material.
Mereka yang tidak sadar dirinya telah dijangkiti filsafat mayavada.
Pada umumnya para pemuja Siva tidak perduli pada kegiatan spiritual beliau yakni khusuk bermeditasi kepada Sri Visnu dan hidup amat sederhana. Mereka memuja nya untuk mencapai tujuan-tujuan material semata-mata karena Siva amat mudah dipuaskan, sehingga nama lain beliau adalah Asutosa.
Bahkan para pemujanya yang berwatak materialistik tidak segan meniru kegiatan Siva dengan merokok, menghisap ganja, minum miras,melakukan kegiatan cinta-birahi bebas dan berbagai perbuatan eksentrik.
Mereka tidak perduli peringatan Veda, “Jangan meniru perbuatan para kepribadian agung dan mulia, tetapi turuti perintah-perintahnya” (Perhatikan Bhagavata Purana 10.33.30 -31).
Sumber: Anonim (file dari Bhagiratha Dasa)
so interesting…
Percakapan yg anda ambil ini hanya dr bhagavata purana saja.
D dalam bhagavata purana itu adalah Rudra perbanyakan dr sada siwa sendiri.
Siwa dan Narayana itu satu pribadi yg sama.
Saya pikir kita tidak usah mempermasalahkan kedudukan dan siapakah siva.. karena Brahma Visnu Siva adalah satu. tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah.
saya sebagai orang yang belajar agama hanya sebatas disekolah saja tetap berkeyakinan bahwa Tri Murti adalah Mutlak. Penciptaan, Pemeliaharaan dan Pelebur hanya itu saja.
Om Swastiastu Bli ari.
Saya mengerti hal itu, karena saya yakin kurikulum dan pelajaran agama yang kita terima di Bali waktu SD sampai SMA sama. Hanya saja setelah membaca beberapa sloka seperti yang saya sampaikan dalam artikel ini, seharusnya kita sedikit mengubah paradigma kita tentang trimurti.
Itu pendapat saya, kalau bli punya pandangan lain dan ada dasar sloka-sloka yang membenarkan, mari kita diskusikan lebih lanjut. Sepertinya ini topik yang sangat bagus buat perkembangan Hindu selanjutnya.
wah bullshit siva is the great, terbukti wktu sang setan sapi mengamuk, dewa visnu pun tak sanggup menghadapinya, ini tertulis di puranas dan hanya dewi durga yang mampu dan dia adalah saktinya siva , dan secara empiris dibuktikan hanyalah yang lebih kuat yang mampu mengendalikan yang kuat. dan visnu tidak bisa berbuat apa2. dan visnu masih jauh berada di bawah siva, dan yang perlu diingat chakram visnu yang merupakan senjata terhebatnya berasal dari hasil pemujaan dewa siva, dan hanyalah Yang Maha Kuat yang mampu memberikan dan itu adalah siva. dan ini juga membuktikan bahwa dewa siva adalah yang terhebat.
Bagiku, baik Shiva maupun Vishnu adalah manifestasi dari Tuhan Yang Satu. Ia mengambil banyak wujud sesuai dgn kecenderungan mental masing2 agar setiap orang bisa memuja yg ia inginkan dan mencapai kebaikan. Jadi kita tidak perlu memperdebatkan mana dewa tertinggi dan terendah. Jika kamu menganggap Dewa “A” lebih tinggi, sembahlah Dia dgn sepenuh hati.
Salam
Hare Krsna,!
Trims astikelnya Prabhu! Saya penyembah baru, menarik sekali,, Saya sudah lama mencari artikel yang menjelaskan tentang kedudukan dan siapa sebenarnya Dewa Siwa..
ternyata beliau adalah seorang penyembah murni ya.. jadi tidak perlu ragu kalau mau menyanyikan lagu pujian untuk Beliau sebagai Penyembah Krsna.
Nah, ada hal yg mau sy tanya nih.. Tentang Sri Satya Sai Baba, sebenarnya bagaimana dan apa yang beliau ajarkan? apakah bertentangan dengan filsafat vaisnava? dan mengapa para pengikut alirannya malah bersembahyang kepada beliau ya? sapai menaruh foto beliau di pelangkiran ,dll..
Trims banget..
Maaf kalau ada salah2 kata..
Jay Gaurangga!! 🙂
Hati hati menelaahnya . Semua teks di atas dr bagawadgita yg artinya nyanyian. Jika tdk mengerti dg lirik nyanyiannya , kita tetap tdk akan mengerti. Bagawad gita baru ada setelah mahabarata . Purana dan itihasa memiliki arti sama yaitu ceritra . Tdk lah semua penulis ceritra itu benar . Contoh ceritra film nenek lampir , adakah nenek lampir itu di indonesia? .saya baca itihasa dan purana . Ada yg bilang begini dan ada yg bilang begitu , itu tergantung dr si penulis BG itu. Ada yg bilang di dlm purana ; siwa lahir dr brahma dan dr brahma melahirkan wisnu tp. Tdk melahirkan krisna. Ada juga banyak orang salah menafsirkannya . Dan menurut saya lebih percaya dg weda dr pd percaya dg Bg , apalagi percaya dg gaudeya waisnawa , bakti wedanta suami prabu pada , tdklah ya.. .pd jaman ramayana dan mahabarata , hare krisna blm lah ada. HK baru muncul pd abad ke 18 yg di buat oleh srimad bagawatam namun tdklah populer di india , kemudian prabupada ingin mengembangkan aliran hk ini di india tp. Di tolak dan dia pergi ke amerika pd thn 1965 utk mendirikan hk.jadi isi teks BG di atas tdk ada hubungannya dg aliran HK. Tdk ada istilah awatara di dlm weda tp yg ada adalah punarbawa , numitis. Istilah awatara di buat oleh brahmana india yg beraliran waisnawa dan menunjuk krisna sbg awatara dewa wisnu sbg dewa tertinggi tp. Penganut krisnaisme , penganut krisna bilang bahwa krisna tuhan tertinggi dan krisna bukan awatara dewa wisnu. Dr sinilah kekacauan terjadi , brahmana dan hindu beraliran buda lari dr india dan pergi ke cina dan di negara cina hindu dan brahmana beraliran buda mendirikan agama baru yaitu agama buda. Isi weda ; sarwa kaluidam brahma , tajalaniti santa upasita ( semuanya adalah brahman , dari beliaulah alam semesta ini tercipta) , ekam evam adityam brahman ( hanya ada satu tuhan yaitu brahman , TYME ), atman brahman aikyam , om twam siwah twam mahadewa , isware , paramesware , brahme wisnu…( tdk ada mantram yg merujuk pd krisna dan rama krn ramayana dan mahabarata hanya bersifat wejangan kpd umat manusia dan mengambil rama dan krisna sbg tokoh utama , tokoh tuhan/dewa hanya pd ceritra , bukan tuhan/dewa yg sesungguhnya yg di puja oleh ummat hindu dunia , nusantara dan bali krn rama dan krisna bikan tuhan/ dewa. Ada banyak lagi mantra weda yg merujuk pd brahman , bukan merujuk pd krisna. Krisna itu toko oleh oleh khas bali.
bukan bhagavad gita, tapi bhagavata purana. itu kitab yg berbeda…
Hare Krishna Mataji
Sebenarnya sedernaha saja.
Setiap Avatara yang akan muncul di dunia ini pasti dijelaskan dalam kitab suci Veda. Tidak ada satu kepribadian mulya yang merupakan penjelmaan Tuhan-pun yang tidak dijelaskan dalam Veda.
Disamping itu, penjelmaan Tuhan harus mampu memunculkan Sudarsan Chakra dari dalam dirinya. Tidak ada satu mahluk yang meskipun sudah mencapai Yoga Siddhi-pun yang sanggup mendapatkan siddhi ini.
Avatara Tuhan harus mampu menunjukkan wujud semesta-nya dengan jutaan kepala, tangan dan badan yang tidak terhingga hebatnya sebagaimana yang pernah ditunjukkan Krishna kepada Arjuna di Kurusetra.
Jika ketiga hal ini tidak dipenuhi oleh oleh mereka yang mengaku sebagai Tuhan, maka itu adalah Tuhan-Tuhan palsu.
Mengenai Bhagavan Satya Sai Baba, Prabhupada sendiri pernah menemui beliau. Menurut Prabhupada, Baba adalah seorang Yogi yang sudah mencapai Siddha sehingga memiliki berbagai macam kesaktian Yoga. Bhagavan Sai Baba sendiri pernah menyampaikan kepada Prabhupada bahwa beliau tidak pernah mengklaim diri sebagai Tuhan, murid-muridnyalah yang terheran-heran melihat kesaktian materialnya yang mengasumsikan bahwa dia adalah Tuhan.
Tunduk hormat kepada Sai Baba adalah kewajiban kita, karena beliau adalah seorang Sadhu, seorang guru dan seorang Yogi yang mulia. Tetapi kalau sampai kita menuhankan beliau, saya kira itu terlalu berlebihan, apa lagi tanpa dasar yang jelas.
Begitu kira-kira mataji, mungkin ada teman-teman yang memiliki pendapat lain silahkan..
Hari Bolo
Jaya Srila Prabhupada
Hare Krsna,
Oo.. seperti itu ya, sebelumnya saya sempat ragu terhadap beliau, juga para pengikut/penyembahnya (entah istilah apa yang cocok dipakai),,
Trims banyak Prabhu..
Jay Prabhupada 🙂
wah ada yang pake nama sama nih,
hal ini udah banyak didiskusikan di:
http://www.hindudharmaforums.com/showthread.php?t=4043
http://www.hindudharmaforums.com/showthread.php?t=4342
nah klo pendapat saya sih seperti sdr. Ari aja, klo yang lain blo nyampe deh kayaknya maklum elmu masih cetek,….
anda mengambil dari veda smerti
saya yakin anda paham pengertian dari smerti dan sruti
Maaf kalo namanya sama.. ga sengaja..
yang punya nama Wisnu aja banyak apalagi ari… hehehe
@Ari:
That’s right brother,
eh saya udah pake nick laen nih,….
silahkan pake nama tsb,..hehehehehhhh
Om Swastyastu Prabhuji,rhajeng knal,izin menyimak,artikel’nya bguz2,,ttap berkereasi untuk pencerahan umat sedharma.. Dlam siva purana yang tyang bca,bukankah hyang siva hdir dengan sendirinya??,yg tiyang baca hyang siva mlerai maha visnu dan brahma,dan menytakan bahwa sesngguhnya beliau bertiga adalah berasal dari yang satu,dari suara aum itu sendiri?! Terus siapa yg di mksud parama siva??
Harihara??..memang,q ykin seyakin yakinnya..paramaatma to ga lain adalah Hyang Hari Sndiri…sedari kcil,tyang sudah kagum akan kepribadian Lord Krsna,dan sampai kinipun,astungkara,tyang bangga akan bhagawad gita dan menjadi pegangan hidup tyang,sungguh luar byasa ajaran Lord Krsna,mmbwt hdp q smangat,n kdang tyang brpkr,seandainya surga neraka mmang bner adanya,tyang lebih memilih di neraka,karena dengan penderitaan yg diberikan,akan mengingatkan tyang slalu akan kbesaran Hyang Widhi,,tyang bngga sbgai pnganut Sanatana Dharma,,Majulah Hinduisme,yg berlandaskan Veda yg bagaikan samudra luas yg ga akan p’nah hbz tux di tela’ah…Hare Krsna..Om Namo Bhagawate Wasudewaya.Om Namah Siwaya Om Shantih3x Om
Mengenai siva lingga,tyang aga ga spndpt,mnrut tyang,siva lngga itu unvrsal,tdak brarti siva lngga to diartikan sesempit(maav)alat klamin..stidaknya seperti matahari yang dikelilingi oleh planet2,mtahari sbg purusa,planet2 sbg predana,,seperti gunung dengan danaunya,dan msh bnyak lgi,mnrt ttyang,siva lngga itu universal,tpi trus terang,ttyang ga brani mmbatasi Tuhan,mngkin prabhuji bisa membntu ttyng dlm memahami arti siva lngga?!tiang nak belog,ink nwang ape…
namaste,
perdebatan atau diskusi tentang “ini” gak akan banyak manfaatnya, ketemu Lord Krisna aja belum pernah, atau Lord Siva, paling cuman tahu posternya. Nanti kalau sudah ketemu bisa langsung ditanyakan kepada Beliau-Beliau. Intinya cuman cari pengikut aja. Membicarakan MahaGuru Agung JagatRaya, seperti meraba-raba ditempat gelap tanpa cahaya, karena ternyata jiwa belum bercahaya, hanya karena membaca buku dan memutar rosari sudah merasa bercahaya, padahal jiwa ini tetap gelap gulita.
Namaste
Karena itulah Veda diwahyukan sebagai “manual book of the spiritual and material world”. Jika kita memang masih gelap dan tidak pernah mampu berhubungan langsung dengan beliau sebagaimana mereka, para Maha Rsi Agung penerima kitab Veda, maka kita bisa berdebat dan berargumen hanya dengan dasar sloka-sloka Veda kan? 🙂
Om Swastyastu
Tyang sebagai seorang hindu bali dimana hindu di bali itu menurut tyang pada umumnya ikut paham Sivasidanta mau sedikit berpendapat:
Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa dan buku sang hyang aji sangkya dijelaskan bahwa ketika keadaan kosong (dunia belum tercipta) hanya ada dua unsur halus yang merupakan kenyataan tertinggi yaitu Cetana (unsur kesadaran) dan Acetana (unsur ketidaksadaran). Cetana terbagi tiga : Parama Siwa (kesadaran tertinggi), Sada Siwa (kesadaran menengah), dan Siwa (kesadaran rendah).
Tinggi rendahnya kesadaran itu tergantung dari besar/kecilnya pengaruh Maya. Parama Siwa sama sekali tidak terkena pengaruh Maya, maka dinamakan “Nirguna Brahman”. Sada Siwa adalah Cetana yang sudah tersentuh Maya kemudian bereaksi dengan mengeluarkan sakti, guna, dan swabhawa (hukum kemahakuasaan) sehingga berwujud sebagai AUM atau OM dimana Isana (I) sebagai kepala, Tatpurusa (TA) sebagai muka, Aghora (A) sebagai hati, Bamadewa (BA) sebagai alat-alat rahasia, dan Sadyojata (SA) sebagai badan.
Dengan wujud seperti itu Beliau aktif menciptakan segala yang ada yaitu galaxi termasuk Dunia dan segala isinya. Oleh karena itu Beliau disebut “Saguna Brahman”.
Sementara itu pengaruh Maya makin besar sehingga Cetana menjadi Siwa. Siwa yang terpecah-pecah menjadi Atman, maka terciptalah : manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan di mana mereka tidak lagi menyadari asalnya dan bersifat awidya.
Tyang ga tau yang dibahas dimaksud sama penulis disini Parama Siwa (kesadaran tertinggi), Sada Siwa (kesadaran menengah), dan Siwa (kesadaran rendah). Kalau yang dimaksud adalah Siwa tyang setuju bahwa siwa itu bukan Tuhan karena siwa itu lahir karena sadasiwa telah kena pengaruh Maya.
Om Swastiastu bli putra…
pertanyaan yang paling mendasar dari penjabaran lontar Wrhaspati Tattwa dan Sangkya adalah dimana disebutkan bahwa “Maya” mempengaruhi kesadaran dan membuat lupa. Sayangnya disini seolah-olah yang dipengaruhi oleh Maya itu sendiri adalah Tuhan, sehingga Tuhan seolah-olah menjadi Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Masalahnya apakah benar Tuhan terpengaruh oleh Maya yang diciptakannya sendiri?
Sepertinya topik ini cukup menarik buat kita bahas karena ini pemahaman yang sangat mendasar dalam agama Hindu. Mohon bimbingannya bli putra.
wah……
menarik sekali pendapat bli Putra, saya harap diskusi ini berlanjut dan agar saya dan mungkin rekan-rekan yang lain juga mendapat penjelasan yang baik akan hal ini.
Tolong lanjutkan ya bli Putra….
tuh kan…
prabu ngarayana selalu memberi inspirasi…he.he.
lanjut prabu….
maaf ikut nimbrung,
apakah Allah termasuk lebih rendah dari Krisna? karena sepanjang yang saya plajarai Allah tidak pernah mengluarkan sudarsan cakra, apakah artinya Allah adalah perbanyakan pribadi dari Sri Krisna?
Jika kita berpaling pada Visnusahasranama yang menunjukkan 1000 nama suci Tuhan menurut Hindu. Baik itu adalah sifat-sifat beliau atau dari kegiatan beliau dapat kita ketahui bahwa tidak semua perwujudan tersebut “pernah” memperlihatkan diri atau dijelaskan dalam kitab suci mengeluarkan Sudarsan Chakra.
Dalam sebuah posting saya yang mengatakan bahwa hanya Tuhan yang mampu mengeluarkan sudarsan chakra dan mengambil wujud visvarupa (wujud alamsemesta)ditujukan untuk menguji mereka yang mengaku Avatara/penjelmaan Tuhan sebagaimana yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Jadi jika memang benar Allah yang dimaksud adalah Dia yang Maha Menarik, Maha Mulia, dan Maha Segalanya, sudah barang tentu dia Adalah Tuhan yang Esa, tapi dengan sebutan yang berbeda sesuai dengan tempat, waktu dan kebudayaan setempat.
Om Swastyastu
Tyang kutipkan teori penciptaan menurut buku Aji Sankya:
Cetana ring Acetana punika kawentenan kalih ungguhannya mapapas cetana rumaga hning bresih, pradnyan menget tan kahanan lupa, eling kenceng tan pategat tan patanggu, punika mungguh ring luhur. Acetana punika mungguh ring sor, rumaga lupa tan kahanan menget. Dyastu pateh antuk suksman kaluwihan Ida, kalih sami luputing sukha dukha kawentenang antuk cetana punika sane ngranjing nyusup mamedah nguwub tatwane ring sor sane kabawos acetana, tatwane ring sor tan sida ngaranjing tatwane ring luhur punika dwaning kabawos utamayan tatwane ring luhur.
Rikala matemu Cetana lawan acetana punika ngametwang sahaning kawentenane sami, jagat makadin ipun. nanging yan pasah sang kalih punika jagate sami tan wenten. Cetana miwah acetana sapinika sane kabawos Siwatatwa lawan Mayatatwa, cetana kabawos siwa acetana punika maya.
Antukan Cetana punika kinucap wenten kenceng, sedeng miwah endukan punika dwaning kapalih tiga kaparabin Paramasiwa, Sadasiwa, miwah Siwa.
1. Paramasiwa – Tatwa
Menget sane kapratama pinih luhuh pinih utama punika sane sujati hning bresih antuke tan kawarananantuk punapa punapi, langgeng Ida antuke tan wenten kaobahan tan wenten lekad, twa, mati, tan wenten sane rihin, mangkin miwah kapungkur, degdeg antuke tan molah, boya ngalencok, boya membah kalih tan wenten mamargi. Boya sabda boya sparsa, boya rupa, boya rasa kalih boya ganda, ugi tan wenten indik. Ida boya ngranjing ring palinder utpeti stiti pralina, antuke boya akidik kalihboya katah, cutet ipun Ida tan wenten maraga indik sane maduwe lalawanan, jag manggeh hning bresih nyalang suci nirmala, kicalansuka duka.
2. Sada Siwa – Tatwa
Menget sane kaping ro, mungguh soring Paramasiwa, ugi pateh suksma suci nirmala, punika urip sahananing maurip, guruning guru, sang tansah kapuji kasumbung kaastawa, kaincep kastiti. Dyastu saksat pateh kanirbanan kalih suci nirmalan idane sing sang kinucap mengete sane kapratama, nanging ugi wenten samatra nyihnayang pabinayan ida, antukan Ida ngawit keni byahpara(leteh), sakewanten kabyahparan mungguh ring ida marupa kasaktyan sidha sakahyun, sida sakarya artos ipun : punapi luwir kakahyunang miwah kakaryanin sida saksana, kasidan ring dadampar tunjung dados, dadampar malakar utawi mapinda tunjung. Tunjung punika boya tunjung punapi nanging kasaktyan Ida sane makudang kudang pawos, akudang-kudang tala, kadi manulad lawening tunjung, jantos pantes kalih nyandang kawastanin tunjung sahantukan Ida sane mungguh irika, dwaning ngararis kawastanin padmasana. Padmasana punika taler kawastanin cadu sakti(Jnyana Sakti, Wibhusakti, Prabhusakti miwah Kriyasakti).
Ring jroning Padmasana punika Ida malingga, irika Ida malingga rikala sarira, maraga mantra: Sanghyang Isana pinaka sirsa, Sanghyang Tatpurusa pinaka lambe, Sanghyang Agora pinaka hredaya, Sanghyang Bamadewa telenging Jnana, maka raga Sanghyang Sadyotjata.
Ida Sanghyang Paramasiwa sampun kasinahan maraga langgeng, irika nenten wenten wisaya kalih byahpara nanging pinika Ida Sanghyang Sadasiwa ngawit maduwe wisaya sane marupa kasaktyan sane ngawinang byahpara, dados kasaktyan punika wisayaning Sanghyang Sadasiwa. Ida Sanghyang Sadasiwa waluya sadanan Ida Sanghyang Paramasiwa (Ida Sanghyang Widhi) manitah sahananing tumitah, mawinan Ida ugi maparab Sanghyang Titah, Sanghyang Wisesa, Sanghyang Mahaguru, Sanghyang Wasawasitwa.
3. Siwatma – Tatwa
Mengete kaping tiga, soring Sadasiwa inggih punika sane kabawos Sanghyang Siwatma ugi maparab Sanghyang Mayasira, Sanghyang Dharma, Sanghyang Jagatkarana, Sanghyang Iswara miwah Sanghyang Rudra. Ida punika sane ngawit kabawos kakenenin antuk kedusan tatwane saking sor sane kawastanin Acetana sane mateges lupa. Apan mengete sampun kacampuhin antuk lupa mawinan manados byapara kadi bingung : daging ipun, Ida Sanghyang Siwatma, sampun kahananan bingung, kabingungan Idane punika sane manados byapara, makayunan ngawijilan sarwa tatwa. Sarwa tatwa irika kategesan saking Purusa – tatwa nedunang rawuh ke Panca Mahabuta – tatwa.
Nanging malih kasekenang, munggwing Ida Sanghyang Siwa sane tatiga punika kawyaktyannyane maraga tunggal sami suci nirmala, hning bresih sami rumaga uriping bhuwana. Sakewanten sane ngawinang kadi mabina-binayan wantah lekahan kamengetan Ida sane marupa byapara mabina-binayan
4. Purusa miwah Pradana Tatwa
Sasampune puput matemu Siwa ring Maya punika mijil Purusa miwah Pradana.
Purusa Tatwa
Siwa lawan Maya punika kaumpamayang aji ring byang, putran Idane puniki Sanghyang Purusa-Tatwa, banget ngambil kamengetan aji, sakewanten ryantukan bibite sampun kaworan lupa, sakirang kirangipun taler pakirang kamengetan Idane, yan bandingan sang aji (Ida Sanghyang Siwa) jantos mangetang utawi mawuwuh kabyaparan Idane,. Rupa pawuwuh kabyaran Sanghyang Purusa – Tatwa madewek wisaya weruh, dados Ida maduwe wisaya weruh utawi seneng wereh.
Kasinahan ipun Ida Sanghyang Purusa seneng uning ring sahanan sane wenten sekadi jagat rawuh sadaging ipun, kadi panyingakane sane maduwe wisaya seneng nyingakin sahanan marupa kadi kahyune seneng makahyunin, kadi suryane
Predana-Tatwa
Predana tatwa sane banget ngambilin lupaning maya sane maka ibu, mawinan ugi Predana tatwa punika manggeh maraga lupa. Punapa punapi sane madewek lupa sinah tan kahanan weruh : punika dwaning Predana Tatwa punika boya sane uning wantah sane kauningin antuk Purusatatwa.
Dyastu Purusa punika ngebek amenuhing bhuwana nanging asapunika ugi Predana ngibek ring jagate.Sang Purusa Ngawerdyang urip sang Predana taler tan katunan manglimbakang angga maka wadah. Sang Purusa ngalimbakang uning, sang Predana ugi tan pegat ngawerdyang sane kauningin. Cutet ipun Predana punika dyastu mapaindikan matungkas nanging pamuput ipun matemu, apan saling dudut tan gampang pacing nginasang, antukan jagate puniki sami rawuh sadaging ipun mawangun saking Purusa – Predana.
Purusa pinaka urip Predana maka sarira, dados Predana punika kawyaktyan ipun awaking sang Purusa, yan Purusa pasha ring Predana mulih maring Siwatatwa, Siwatatwa belas ring maya, mulih maring Sadasiwa tatwa, Sadasiwa tatwa belas ring byapara sane marupa asta aeswarya utawi sane kawastanin Padmasana, mulih maring tan pawak sane parama suci nirmala inggih punika sane kaparabin Sanghyang Paramasiwa, sang kabawos jati langgeng, jati sukla kalih kasengguh Parama Moksa.
5. Cita
Ring patemun Purusa lawan Predana punika, artosipun, sampun rumaket patemun uninge sane kauningin, dumugi mijil cita. Cita punika banget ngambil kamengetan Purusa sang pinaka kawitan sakewanten antuk tan kidik ugi bibite campuhing lupa punika dwaning sinah kasoran kamengetan citane yan bandingan ring Purusa, punika jatos malih mawuwuh byapara. Kabyaparan cita punika kawastanin Triguna, daging ipun Triguna punika kaanggen wisaya antuk cita, kruna “wisaya ring guna” dados silur-silurang. Triguna banget mamwat lupaning Predana sang pinaka ibu, mawinan I triguna banget bingung kalih ngawe bingung sang cita, awinan kadat sang cita misadya mantuk ring Purusatatwa, pateh kadi kamewehan sang Purusa yan mantuk ring Siwatatwa, santukan keni pinakiting Predana. Sane mawasta Triguna, punika wisaya tatiga, Satwa, Rajah, Tamah. Dyastu banget I Triguna kahanan lupa, nanging sakirang-kirang ipun taler polih kamengetan saking ajine sang Purusa, kewanten sang Satwa punika sane sadya polih menget sane pinih katah, I Rajah banget bingungan, I Tamah pinih lacur dados anak pinih bingung jroning sane tatiga punika.
6. Budhi
Ring sampune kadalon sang cita ngulurin seneng, senenge sane marupa Satwa, Rajah, Tamah, luwir patemuning Dewa-Dewi sane kaibekan lulut uneng kancit mijil Budhi pinaka putra.
7. Ahengkara
8. Panca Tanmatra
9. Panca Mahabuta
10. Manusa
Ring ajeng sampun kasinahang Hyang Pratiwi punika pakumpulan sarwa tatwa artos ipun Sanghyang Cetana rawuhin Purusa tatwa nglantur ring indriya, manah miwah Panca Tanmatra, puniki sane wenten ring Pratiwi. Raris sane mangkin sarining jagat punika sad rasa minakadin ipun, punika matemahan manusa: kengin ipun rupa sampun sinah I manusa dados pamuput papulaning sarwa tatwa.
Yan ngelingan indike punika, kadi trang iwang yan bawosang pegat Ida Sanghyang Paramasiwa ring manusa. Cutet ipun manusa punika kantun atep ring Ida Sanghyang Paramasiwa saksat dados tunggal. Salyan-lyan ipun bantas kadi taluh ring ayam, dados paling lyan sukat pateh paling doh sukat tampek. Yan upamayang Ida Sanghyang Paramasiwa maraga gni, I manusa maraga teja, pabelase sukat mapunduh bantas pukuh ring tungtung.
Undag-undagan Aji Sangkya:
CETANA
PARAMASIWA
SADASIWA
SIWATMA
MAYA
PURUSA PREDANA
CITA
SATWAM RAJAH TAMAH
BUDHI
CATUR AESWARYA ASTATUSTI BALIKAN CATUR AESWARYA PANCA WRETAYA
ASTASIDHI
AHENGKARA
WEKRETA TEJASA BHUTADI
PANCA BUDHINDRIYA PANCA KARMENDRYA PANCA TANMATRA
PANCA MAHABUTA
AKASA BAYU TEJA APAH PRETIWI
SABDA SPARSA RUPA RASA GANDA
SARINING PANCAMABUTHA
MANIS PAHIT PAKEH MASEM SEPET LALAH
KAMA RATIH
WADAH INDRIYA MANUSA DASA BAYU
KARNA LAMBE PRANA NAGA
CARMA KULIT UDANA KURMARA
AKSI TANGAN SAMANA KREKARA
LIDAH SILIT APANA DEWADATA
IRUNG COKOR BYANA DANANJAYA
ACETANA
jadi menurut bpk ini hanya persoalan nama? saya jadi kurang paham, kalau siva dan krisna seperti yang ada di artikel apa jangan-jangan hanya persoalan nama? Apakah artinya bapak setuju Allah sama dengan Krisna? Membaca artikel di atas rasanya bapk ingin menjelaskan siapa yang paling berhak disebut Tuhan. Bahkan lengkap dengan bagan seperti silsilah. Apakah dalam hindu yang disebut Tuhan masih diperdebatkan? Apakah dalam Hindu ada sebagian mengakuai Tuhan adalah Krisna dan ada sebagian yang mengakui Tuhan adalah Siva? Dalam sebagian artikel di atas bpk juga menyebutkan bahwa ada utusan Krisna, acarya yang menyebarkan ajaran sesat bahwa Tuhan tidak berwujud, apakh bapak mengakui Tuhan berwujud? Apakah seperti Krisna dalam poster?
Trimaksih banyak Bli Putra, Kutipan yang menarik dan sangat menambah wawasan.
Sebelum kita lanjutkan membahas isi dari lontar itu, mungkin ada baiknya kita membahas kedudukan lontar dan undang-undang aji sankya itu dalam kitab suci kita, Veda.
Kenapa harus demikian? Jika saya ibaratkan Veda adalah susu murni, maka mungkin turunan dari Veda itu adalah ghee, yougurt/susu asam, mentega dan seterusnya. Tentunya turunan susu ini sudah mengalami modifikasi secara fisika/kimiawi dimana strukturnya mungkin sudah mengalami perubahan. Seperti contohnya yougourt sudah mengalami permentasi oleh bakteri Laktobasilus bulgaricus sehingga kandungan kimianya dan khasiatnya pun berbeda dari susu yang asli.
Saya tidak mengatakan lontar ini salah, tapi jujur saya secara pribadi meragukan kebenarannya karena bukanlah tidak mungkin jika lontar ini adalah turunan dari filsafat mayavadi yang dikembangkan oleh Sankaryacharya dimana lontar ini diacu dari penjabaran-penjabaran (bhasyam) Adi Sankaryacharya dari beberapa Upanisad dan Brahma sutra. Beberapa contoh penjabaran/bhasyam dari Sankaracharya adalah Shareera Bhashya yang bersumber dari Brahma sutra, Shankara Bhashyam yang bersumber dari 12 upanisad, Gita Bhashyam dari Bhagavad Gita.
Contoh konkrit yang bisa kita lihat tentang distorsi ini adalah pada kitab Mahabharata dan Ramayana yang diturunkan kedalam kekawin. Secara alur cerita kekawin hampir sama dengan kedua kitab itihasa tersebut, tetapi sudah mengalami modifikasi. Nah yang saya takutkan dari lontar ini, apakah lontar ini masih murni ataukan modifikasi dari Veda yang otentik?
Mungkin kita sepakati pemecahan masalah ini dulu bli, baru setelah itu kita coba renungkan bersama isi dari lontar ini.
Buat pak Lanang, sebagaimana saya jelaskan dalam artikel “Tuhan, nama-Mu siapa?” saya tidak menjustis bahwa suatu nama adalah yang paling benar dan yang lain salah. Saya mencontohkan Matahari yang di Bali dikenal dengan Surya, di Jawa barat dengan nama Bhaskara di Inggris dengan nama Sun dan seterusnya… Karena saya orang Bali, bisakah saya mengatakan bahwa nama yang laing benar adalah Surya? Tidak kan?
Nah sekarang permasalahannya disini adalah kedudukan Siva dan Visnu (Krishna), apakah mereka sejajar? Ataukah berbeda? Hindu di Bali pada umumnya menyebutkan bahwa Tuhan = Dewa-dewa, tetapi dari pemahaman garis perguruan Vaisnava, Tuhan tidak sama dengan Dewa, Dewa adalah mahluk hidup yang dapat meninggal sebagaimana halnya manusia, tetapi Tuhan adalah kekal.
coba perhatikan sloka-sloka berikut;
Rg.Veda X. 129.6 “Setelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa itu“
Manawa Dharmasastra 1. 22 “Tuhan yang menciptakan tingkatan Dewa-Dewa yang memiliki sifat hidup dan sifat gerak“
Bagavad gita 9,23 “Orang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti“
Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Dengan sloka-sloka di atas, dapatkah kita mengatakan dewa = Tuhan?
Hindu sebagaimana yang saya pahami dan saya jabarkan dalam beberapa artikel disini memiliki 3 aspek Tuhan, Paramatman (yang ada dalam setiap insan dan atom), Brahman (yang tidak berwujud) dan Bhagavan (Beliau yang berwujud pribadi).
Jika Allah dipahami dalam aspek nirguna/tidak berwujud, maka Allah adalah aspek Brahman, tapi Krishna dipahami sebagai aspek kepribadian (Bhagavan) karena itulah disebutkan “Krsna tu Bhagavan Svayam, Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa”. Jadi jika anda mengatakan Allah tidak berwujud maka Allah tidak sama dengan Krishna, tapi jika anda mengatakan Allah berwujud dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan Krishna maka saya katakan Allah = Krishna = Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Apa yang saya tuliskan dalam poster sesuai dengan sloka-sloka yang ada di poster tersebut, jadi jika ingin membantah poster itu, silahkan berargumen berdasarkan sloka-sloka Veda yang ada pula.
Om Swastyastu
Bli Made, menurut bli made dimana letak ketidaksetujuan bli made tentang isi dari lontar tersebut, karena menurut tyang pribadi lontar tersebut sudah menerangkan dengan jelas asal-usul terciptanya dunia ini beserta segala isinya (khususnya manusia). Tapi tyang setuju dengan pendapat bli made bahwa lontar ini memang merupakan penjabaran dari pemahaman penulisnya atas apa yang telah dipelajarinya yang tentunya pasti bersumber dari Weda.
Lontar aji sankya itu sendiri menjelaskan bahwa alam semesta ini berasal dari unsur cetana dan acetana, kedua unsur ini merupakan unsur yang terpisah-pisah. Kedua unsur ini sama-sama merupakan unsur yang suci.
Pada saat cetana ini masih terpisah dan belum dipengaruhi oleh acetana kita menyebutnya sebagai Paramasiwa atau Sanghyang Widhi.
Pada awalnya, saat cetana mulai tersentuh oleh acetana, cetana bereaksi dengan mengeluarkan sakti, guna, dan swabhawa (hukum kemahakuasaan). Saat ini kita menyebut unsure tersebut sebagai Sadasiwa.
Kemudian pengaruh acetana semakin besar dan mulai dapat mempengaruhi cetana, pada saat inilah mulai timbul keinginan untuk melakukan penciptaan. Saat ini kita menyebut unsur tersebut sebagai Siwa.
Sementara itu pengaruh Maya makin besar Siwa yang terpecah-pecah menjadi Atman, maka terciptalah : manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan di mana mereka tidak lagi menyadari asalnya dan bersifat awidya.
Lontar ini menurut saya pribadi hanya menjelaskan kenapa ada/asal-usul alam semesta dan tidak menjelaskan bagaimana alam semesta ini tercipta dan saya mengambil kesimpulan bahwa kita manusia ini sebenarnya adalah unsur Tuhan/cetana yang telah tepecah pecah karena terkena pengaruh acetana/maya.
Maka sekarang tugas kita adalah memisahkan unsur ketuhanan dalam diri kita dengan unsur maya yang mempengaruhinya.
Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara kita untuk memisahkan kedua unsur yang ada dalam diri kita itu, supaya kita dapat kembali ke asal kita yang sebenarnya.
Itu pendapat tyang mungkin bli made dapat memberikan petunjuk.
Tyang kutipkan dari bukunya Bhagawan Sri Sathya Sai Baba “ Intisari Bhagavadghita”
Pertama, engkau harus mengetahui Siapakah engkau sebenarnya. Apakah engkau badan raga? Jika engkau adalah badan raga lalu mengapa engkau berkata, “Ini badanku?” Jika engkau menyebutnya “badanku”, tentu engkau berbeda dari raga itu. Jika engkau berkata, “hatiku”, maka itu berarti engkau berbeda dengan hatimu. Hatimu adalah suatu objek yang kau miliki, engkau pemiliknya. Dalam kehidupan duniawi kita menyatakan, “Ini kakakku, ini adikku, ini pikiranku, badanku, akal budiku”. Unsur yang tidak berubah dalam semua pernyataan itu adalah kata “ku”. Aku yang sejati yang menimbulkan kata ku ini sesungguhnya adalah kesadaran terdalam yang berada pada setiap manusia dan dalam segala sesuatu. itulah yang dinamakan caitanya yaitu kesadaran Tuhan.
Kesadaran ada di mana-mana memenuhi segala sesuatu. Ia ada dalam dirimu, di sekitarmu, di bawahmu, di atasmu, dan di sampingmu. Sesungguhnya kesadaran itu adalah engkau. Chaitanya terdapat di mana-mana, pada segala benda di dunia. Tetapi untuk menyadari atau menghayati hal ini, pikiranmu harus di arahkan ke dalam batin. Engkau harus bersikap mawas diri dan mencari kesunyataanmu dengan menyadari bahwa engkau bukan ini, engkau bukan itu. “Neti, Neti, Neti.” Bukan ini, bukan ini, bukan ini”. Engkau bukan pikiran, engkau bukan raga, engkau bukan akal budi. Lalu siapakah engkau?” Jawabnya, “Aku adalah Aku…Aham Aham.” Inilah jalan yang benar untuk mencapai kesadaran diri. Jalan ini hanya dapat berkembang dari jalan cinta kasih, jalan pengabdian. Tidak ada jalan lain untuk mencari Tuhan.
Ke mana pun engkau memandang, yang tidak bersifat telah mengambil sifat. Tuhan ada di mana-mana, tetapi tanpa bantuan nama dan wujud engkau tidak dapat memahami yang tidak bersifat dan tidak berwujud. Narayana ada di mana-mana, tetapi sebelum engkau mampu mencapai kesadaran itu, engkau harus mengembangkan cinta dan bhaktimu pada Tuhan yang mengenakan wujud. Karena itu, mula-mula engkau menempuh jalan bhakti dan memuja Tuhan dengan nama dan wujud. Kemudian secara berangsur-angsur engkau meningkat ke tahap yang lebih tinggi. Engkau mengalihkan pikiran dan perasaanmu dari dunia lahiriah dan memuja yang tidak berwujud hingga akhirnya engkau menyadari kesunyataanmu sendiri. Itulah yang disebut kesadaran diri yang sejati.
Tanpa bunga engkau tidak dapat memperoleh buah. Proses masaknya bunga hingga menjadi buah muda dan kemudian menjadi buah yang ranum merupakan proses kesadaran diri. Pada tahap berbunga, jalan yang ditempuh adalah karma, jalan aktivitas. Bila tumbuh menjadi buah muda disebut jalan bhakti, jalan pengabdian. Bila buah itu menjadi ranum dan penuh dengan madu kebijaksanaan, maka jalan itu menjadi jnana, jalan pengetahuan diri yang sejati. Pada waktu itu, melalui cinta dan bhakti, bunga karma telah mengubah dirinya menjadi buah kebijaksanaan yang manis. Dengan melakukan kerja yang baik dan pemujaan engkau maju menuju ketidakterikatan dan kebijaksanaan. Oleh sebab itu, di samping pemujaan engkau juga harus melakukan sejumlah pekerjaan yang baik. Tetapi engkau harus berusaha untuk melakukan setiap kegiatan demi cinta kepada Tuhan, dan mempersembahkan segala perbuatanmu kepada-Nya.
Selama engkau berada di dunia ini, engkau harus mempelajari pengetahuan duniawi dan mempraktekkan apa yang telah kau kaji. Berkarya sangat penting bagi manusia karena melalui kerja dan kegiatan engkau belajar menyelaraskan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pada orang yang berjiwa besar seperti Mahatma selalu terdapat satunya kata, pikiran, dan perbuatan. Mula-mula engkau menginginkan hasil kegiatanmu. Pada taraf pertama, ketika masih mempunyai keinginan yang besar, engkau tidak akan sanggup melaksanakan nishkama karma, yaitu melaksanakan segala kegiatan tanpa keinginan untuk menikmati hasil kerjamu. Namun lambat laun engkau akan bersikap tidak mementingkan diri sendiri dan sama sekali tidak mendambakan hasil karyamu itu. Dengan demikian lama kelamaan pekerjaanmu akan berubah menjadi pemujaan. Kemudian engkau akan melakukan segala sesuatu demi cinta kepada Tuhan.
Kebenaran itu satu, tetapi kaum arif bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Ke-Tuhan-an itu satu, selalu Esa, tetapi banyak nama yang selama ini telah digunakan untuk menyebutkan kenyataan yang mutlak itu. Dari satu Ia menjadi banyak. Anak yang baru lahir disebut bayi. Kemudian ia tumbuh menjadi orang tua. Kelak kemudian hari dalam hidupnya ia menjadi kakek atau nenek. Tetapi semua ini adalah makhluk yang satu dan sama. Demikian pula kenyataan mutlak tadi selalu satu dan sama. Untuk memahami evolusi dari yang Esa menjadi beraneka namun tetap berpengertian satu, engkau harus selalu merenungkan kesatuan yang ada di balik keanekaragaman ini. Hanya bila engkau menyadari kesatuan ini, Yang Esa yang mendasari semua nama dan wujud yang berubah-ubah itu, engkau akan mencapai sesuatu yang benar-benar berarti.
Om Swastyastu
@ Bli Putra: Tyang juga baca semua ulasan tentang penciptaan alam semesta versi Lontar Aji Sankhya dalam sebuah buku “Siwa Tattwa” terbitan Parisadha Hindu Bali. Menurut tyang, yang harus kita usahakan untuk mengerti dulu sebelum masuk ke isi tulisan adalah akar dari Lontar tersebut seperti apa yang sudah dijelaskan oleh Bli Ngara. Sebagai orang awam (Siwa Sidanta Bali) tentu tyang tidak hanya mentok di buku tersebut. Karena bagaimanapun, rasanya akan lebih bijaksanan kalau kita, tidak secara langsung “mempercayai” atau “tidak mempercayai” sesuatu tanpa dasar yang jelas dan valid. Tyang sendiri lebih cenderung mempercayai Weda dari sumber-sumber yang dipercayai.
Proses penciptaan alam semesta sudah dibahas di web site ini di beberapa tulisan, misal di :
https://narayanasmrti.com/2009/02/white-hole-black-hole-teori-penciptaan-dalam-veda/
https://narayanasmrti.com/2009/02/konsep-penciptaan-alam-semesta-menurut-veda/
https://narayanasmrti.com/2009/03/shankaracharya-penjelmaan-dewa-siwa-penerus-misi-buddha-gautama/
https://narayanasmrti.com/2009/04/konsep-penciptaan-alam-semesta-hindu-islam-kristen-dan-secara-ilmiah/
https://narayanasmrti.com/2009/05/kosmologi-modern-dalam-veda/
https://narayanasmrti.com/2009/07/black-hole-dan-white-hole-dipandang-dari-teori-relativitas-umum/
dan lain-lain….
Dan disetiap tulisan yang di uraikan sudah disertai dasar-dasar pengkutipan dari Kitab Suci yang mana. Pertanyaan untuk kita pikirkan adalah, sebagai umat Hindu, otoritas yang lebih kita yakini adalah yang mana? Apakah kita bisa langsung mempercayai semua isi Lontar (yang ditulis oleh manusia) atau kita akan berpedoman dari Weda (Sruti dan Smerti).
Tentang kutipkan dari bukunya Bhagawan Sri Sathya Sai Baba “ Intisari Bhagavadghita”, tyang sedikit agak bingung, dimana keterkaitannya dengan Teory Penciptaan Alam Semesta.
Suksma,
Om Cantih-Cantih-Cantih, Om
Om swastyastu
Bli subudi , Pertanyaannya bagus dan kritis.
Tujuan saya mengutip buku Sri Sathya Sai Baba itu adalah untuk lebih menguatkan pandangan/pendapat saya bahwa kita ,manusia, itu sesungguhnya adalah caitanya (cetana) yaitu kesadaran Tuhan.
Disamping itu, alasan saya mengutip buku intisari bagavadghita tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan bli ngara yang menanyakan apakah Tuhan itu bisa dipengaruhi oleh maya? Bukankah Bagavadghita itu sendiri berisi ajaran dari Shri Krisna kepada arjuna untuk membebaskan dirinya dari maya dan keterikatan. Sedangkan di bagavadghita Shri Krisna sendiri menyatakan menyatakan bahwa diantara keluarga pandawa beliau adalah Arjuna, terus kalau beliau adalah Arjuna mengapa masih terikat akan keduniawian?
Kita, orang Hindu, menyebut Tuhan dengan banyak nama tapi sesungguhnya Tuhan itu adalah satu yaitu Caitannya atau kesadaran abadi.
Memang benar kita tidak boleh mentok sama satu buku untuk belajar sesuatu, kita harus mencarinya dari berbagai sumber. Seperti kata salah satu artikel di web ini”janganlah engkau percaya meskipun 1000 weda yang mengatakan kalau api itu dingin”.
Aji sangkya itu hanya berisi asal mula manusia sebagai mahluk dan kenapa sampai ada manusia, dan kita disarankan untuk kembali ke asal kita yang sejati (cetana)tapi bagaimana kita dapat bersatu kembali dengan Tuhan tidak dijelaskan disana. Saya pribadi menggunakan Bhagavadgita untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
Om Swastiastu bli putra…
Saya ingin sedikit menyinggung prihal keterikatan Tuhan terhadap maya sebagaimana yang bli contohkan seperti Krishna dalam Bhagavad Gita.
Memang benar bahwasanya Krishna memberikan contoh kemahakuasaannya dengan menyebut perumpamaan-perumpamaan… tapi apakah kekuasaan Tuhan hanya sebatas perumpamaan itu?
Bhagavad Gita Bab 10 tersebut menguaraikan kemahakuasaan Tuhan lewat kiasan… beliau mengatakan Aku adalah perjudian kaum penipu, diantara gunung, aku adalah himalaya, diantara ikan, aku adalah hiu, di antara raja hutan, aku adalah singa, di antara keluarga bharata aku adalah arjuna… dan seterusnya… Apakah itu berarti bahwa kehebatan Tuhan hanya sebatas Ikan Hiu, gunung himalaya dan Arjuna? Tidak kan?
Dalam Bhagavad Gita 9.11 disebutkan;
“avajananti mam mudha manusim tanum asritam
param bahvam ajananto mama bhuta-mahevaram”
Orang bodoh mengejek diri-Ku bila Aku menurun dalam bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.
Apa benar ucapan Krishna dalam Bhagavad gita 9.11 tersebut? Dalam Bhagavata Purana 10.3.46 dijelaskan bahwa Krishna pada awalnya muncul di hadapan Devaki dalam wujud berlengan empat, tapi karena permintaan devaki, akhirnya Krishna mengambil wujud seorang bayi mungil.. Jadi tidak benar bahwa Krishna muncul sama seperti manusia biasa lainnya.
Jadi dengan kata lain, Tuhan tidak terpengaruh oleh Maya jikalaupun Beliau muncul di alam material ini, sehingga tidak salah kalau dalam Bhagavata Purana disebutkan “Krishna tu Bhagavan Svayam, Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
wah, saya tidak tahu kalu Tuhan menurut Hindu Bali disamakan dewa-dewa, jadi apakah menurut bapak, Hindu Bali adalah Hindu yang salah? Atau mungkin Hindu Aliran sesat?
“Hindu sebagaimana yang saya pahami dan saya jabarkan dalam beberapa artikel disini memiliki 3 aspek Tuhan, Paramatman (yang ada dalam setiap insan dan atom), Brahman (yang tidak berwujud) dan Bhagavan (Beliau yang berwujud pribadi).”
“Jadi jika anda mengatakan Allah tidak berwujud maka Allah tidak sama dengan Krishna, tapi jika anda mengatakan Allah berwujud dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan Krishna maka saya katakan Allah = Krishna = Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.”
Penjelasan ini membingungkan saya, apakah artinya bapak hanya mengakui Tuhan yang berwujud tapi juga menyebut Tuhan punya 3 Aspek. apakah kedua aspek Paramatman, Brahman tidak dapat bapak akui sebagai Tuhan? atau kedua aspek tersebut lebih rendah dari Baghavan, sebab kalau disebut aspek pengertiannya sejajar.
Bapak belum menjawab apakah dalam Hindu, yang berhak disebut Tuhan itu masih diperdebatkan? mungkin dalam hal ini antara Siva dan Visnu(krisna). Setahu saya di bali Tuhan disebut Hyang Widi. Apakah Hyang Widi itu Dewa seperti penjelasan bapak diatas? Atau sama dengan Krisna?
Mengenai bakta, bagaimana bapak menyebut diri bapak, bakta Krisna? atau Bakta Siva yang merupakan Bakta Krisna? terkait tulisan ini: “tetapi orang yang berkata bahwa dirinya adalah bhakta dari bhakta-Ku, dialah bhakta-Ku yang sebenarnya”
Mengenai acarya penyebar ajaran sesat diatas,
“Mengapa Sri Krishna menyuruh Siva berbuat demikian? Sebab Beliau ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga terhadap masyarakat manusia di Bhumi.”
Kalau memang Krisna ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga, semestinya bapak tidak perlu repot-repot lagi, biarkan saja. Toh itu kehendak Krisna. Atau mungkin sekarang sudah lewat Kali Yuga? Jangan-jangan tindakan bapak justru menentang kehendak Krisna.
Buat bli Lanang……..
Tuhan sendiri tidak pernah menjustis seseorang itu sesat dan harus dimusnahkan sebagaimana yang banyak kita temukan dalam pernyataan-pernyataan agama-agama Abrahamik. Dalam Bhagavad Gita 9.25 disebutkan; ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Jadi orang mau atheis, mau menyembah dewa atau apapun, Tuhan tidak akan rugi… yang rugi itu ya kita-kita sendiri…
Saya rasa begini, Hindu di Bali tidak salah, hanya saja karena perjalanan waktu yang panjang, Hindu di bali mengalami distorsi karena sikap feodalisme dan pada akhirnya Hindu di Bali lebih dijejali dengan upacara dan upacara tanpa ada kontrol filsafat yang menjelaskan upacara tersebut.
Maksud saya mengatakan Allah tidak dapat disamakan dengan Krishna adalah dalam hal “Aspek Ketuhanan”. sebagaimana sudah saya jelaskan bahwasanya terdapat 3 aspek Tuhan. Paramatman, Brahman dan Bhagavan. Jika Allah memang tidak berwujud maka sudah barang tentu aspek dari Allah adalah Brahman, sedangkan Krishna sendiri beraspek Bhagavan.
Tuhan maha mutlak, tapi ketiga aspek ini berbeda. Jika boleh di analogikan sebagai cahaya matahari. Maka Brahman itu adalah berkas cahayanya, Bhagavan adalah mataharinya dan paramatman adalah “foton”-nya… partikel cahaya itu sendiri. Ketiganya dalam suatu hal sama, tetapi juga mutlak berbeda.
Menurut beberapa sumber, Ida Sanghyang Widhi Wasa secara etimologi berasal dari gabungan beberapa bahasa. Dalam 4 penggal kata tersebut terdapat kata Widhi (vidhi) yang dalam 1000 nama suci Tuhan dalam Veda berarti Maha Tahu atau dalam bahasa arab (100 nama suci Allah menurut Qur’an) sama dengan Al Alim. Jadi penyebutan Tuhan di Bali tidak ada masalah…. penyebutannya 100% benar, hanya saja disaat nama Sang Hyang Widhi ini disamakan dengan nama dewa-dewa, maka itulah yang menjadi masalah.
Mengenai kata bhakta, memang benar… Veda menjelaskan “dasa anu dasa, pelayan dari pelayan”. Saya menggunakan nama samaran Bhakta Narayana bukan bermaksud menyebut diri sudah mencapai tingkat bhakta. Karena itu saya sering mengatakan bahwa saya bukan apa-apa dalam hal kerohanian, saya belum bisa menjadi seorang bhakta, bahkan saya belum layak disebut sebagai bhaktanya bhakta itu sendiri. Jadi kalau ada yang keberatan dengan nama samaran saya ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Paragraf yang terakhir ini adalah pertanyaan yang menarik…
Kenapa Tuhan menciptakan jaman yang berbeda-beda dan jaman kali dijadikan sebagai jaman kemerosotan? Sesungguhnya hal ini sejalan dengan pertanyaan “kenapa Tuhan menciptakan, masa kecil, dewasa, tua dan mati pada setiap mahluk?” Kenapa harus ada Ilmu Yoga yang diturunkan oleh Tuhan yang mampu mengatasi atau menghambat usia tua dan dapat mengatur kematian bagi mereka yang sudah mencapai siddha Yoga?
Mungkin sloka-sloka berikut dapat memberikan kita penjelasan;
Brhan-Naradiya Purana (38.126); “harer nama harer nama harer nama eva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata”, Pada jaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual selain dari pada mengucapkan/mengumandangkan/mengidung/menyanyikan nama suci, nama suci, nama suci Sri Hari.
Bhagavata Purana (12.3.51) ” kaler dosa-nidhe rajan asti hy eko mahan gunah kirtanad eva krsnasya muktah-sangah param vra-jet, Sang Raja mulia, meskipun Kali-Yuga penuh dengan kegiatan berdosa, tetapi jaman Kali ini membawa satu keberuntungan besar yakni hanya dengan mengumandangkan nama-nama suci Krishna, orang dapat bebas dari derita dunia fana dan kembali ke dunia rohani.
Vishnu Purana (6.2.17), Padma Purana (Uttara Kanda72.25) dan Brhan-Naradiya Purana38.97); ” dhyayan krte yajan yajnais tretaram dvapare’rcyam yad apnoti tad apnoti kalau sankirtya kesavam”; Phala kerohanian apapun yang dicapai melalui meditasi pada masa Satya-Yuga, melalui pelaksanaan yajna pada masa Treta-Yuga, dengan memuja Arca-vigrahaNya pada masa Dvapara-Yuga, phala serupa juga bisa dicapai pada masa Kali-Yuga hanya dengan mengumandangkan nama-nama suci Kesava.
Jadi dari sini sebenarnya secara material memang benar jaman kali berpengaruh buruk, umur manusia pendek, cenderung lupa, banyak penyakit dan bencana. Tapi dari segi rohani, sebenarnya jaman ini adalah jaman yang menjanjikan karena jalan yang dapat ditempuh mencapai Moksha relatif lebih gampang. Uraian tentang ini sudah saya posting dalam “Hari-Nama Sankirtana” silahkan ditanggapi dalam artikel tersebut.
Om Swastyastu
Bli Subudi dan bli Lanang Tyang kutipkan sloka dari Bhagavadgita:
Bhagavadgita VIII – 3
aksaram brahma paramam swabhawo ‘dhyatmam ucyate,
Bhuta-bhawodbhawa-karo wisargah karma-samjnitah
Brahman yang mutlak itu kekal abadi, yang tertinggi, dan esensialnya disebut sebagai sang diri. Karma adalah nama yang diberikan pada kekuatan kreatif yang memunculkan mahluk-mahluk.
Bhagavadgita VIII – 4
Adhibhutam ksaro bhawah purusas cadhidaiwatam,
Adhiyajno ‘ham ewatra dehe deha-bhrtam wara
Dasar dari segala hal yang diciptakan adalah alam fana ini; dasar dari unsur ilahi adalah roh kosmis (semesta), dan dasar dari segala upacara kurban disini adalah Diri-Ku sendiri, wahai keberadaan berwujud yang terbaik (Arjuna).
Di sloka ini dijelaskan tentang pengetahuan integral dari yang ilahi dalam segala aspeknya. Ada Brahman sebagai yang abadi, Iswara sebagai Tuhan yang berpribadi yang menjadi objek setiap pemujaan, lalu sang diri kosmis atau Hiranyagarbha sebagai penguasa kosmos. Didalam konsep sankya tiga aspek ini dikenal dengan Paramasiwa, Sadasiwa, dan Siwa.
Bhagavadgita X – 21
Adityanam aham wisnur jyotisam rawir amsuman,
Maricir marutam asmi naksatram aham sasi.
Dari para aditya, Aku adalah Wisnu; dari yang bersinar aku adalah Matahari yang cemerlang; dari para Marut Aku adalah Marici; dan dari bintang-bintang Aku adalah Bulan.
Bhagavadgita X – 23
Rudranam sankaras casmi witteso yaksa raksasam,
Wasunam pawakas casmi meruh sikharinam aham.
Diantara para Rudra Aku adalah Samkara (Siwa); diantara para Yaksa dan Raksasa Aku adalah Kubera; diantara para Wasu Aku adalah Agni dan diantara puncak gunung Aku adalah meru.
Tuhan berpribadi bertanggung jawab terhadap penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam semesta. Tuhan dengan gagasan kreatifnya adalah Brahma, Tuhan yang mencurahkan kasih sayang-Nya adalah Wisnu yang melindungi dunia ini secara abadi dan Tuham yang mengembalikan alam semesta ke asalnya adalah Siwa Ketiga fungsi ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Brahma, Wisnu, dan Siwa pada dasarnya adalah satu walaupun dipahami sebagai tiga jenis yang berbeda.
Demi kepuasan manusiawi, kita memberikan nama dan wujud kepada Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia sama sekali tidak berwujud. Namun, Ia mengambil suatu wujud sehingga kita dapat memuja-Nya dan mengagumi-Nya, berbhakti dan mencintai-Nya. Untuk kepuasan diri sendirilah kita memberi nama serta wujud kepada Tuhan dan menggunakan hal ini untuk memuja-Nya. Apa pun juga wujud Tuhan dan cara yang kita pilih dan kita ikuti untuk memujanya, semua yang memuja-Nya dengan hati yang penuh kasih akan bersatu kembali dengan-Nya.
Tanpa bunga kita tidak dapat memperoleh buah. Proses masaknya bunga hingga menjadi buah muda dan kemudian menjadi buah yang ranum merupakan proses kesadaran diri. Pada tahap berbunga, jalan yang ditempuh adalah karma, jalan aktivitas. Bila tumbuh menjadi buah muda disebut jalan bhakti, jalan pengabdian. Bila buah itu menjadi ranum dan penuh dengan madu kebijaksanaan, maka jalan itu menjadi jnana, jalan pengetahuan diri yang sejati. Pada waktu itu, melalui cinta dan bhakti, bunga karma telah mengubah dirinya menjadi buah kebijaksanaan yang manis. Dengan melakukan kerja yang baik dan pemujaan kita maju menuju ketidakterikatan dan kebijaksanaan. Oleh sebab itu, di samping pemujaan kita juga harus melakukan sejumlah pekerjaan yang baik. Tetapi kita harus berusaha untuk melakukan setiap kegiatan demi cinta kepada Tuhan, dan mempersembahkan segala perbuatanmu kepada-Nya.
Om Swastiastu bli putra..
Saya tertarik dengan pernyatan bli dalam 3 paragraf terakhir. Mengenai yang pertama dari 3 paragraf tadi sudah saya bahas dalam artikel “Brahma, Visnu, Siva” dimana disana saya mengatakan Brahma Visnu dan Siva pada dasarnya adalah Tri Purusa Avatara sebagai mana dijelaskan dalam Bhagavata Purana 1.2.23 yang menyebutkan, “Sattvam rajah tamah eti …. sthity-adaya hari virinci samjnah, Sri Hari yang spiritual tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan). Untuk keperluan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam material, Beliau mengambil perwujudan ketiga sifat alam tersebut sebagai Brahma, Visnu dan Siva”. Brahma adalah pengendali sifat alam rajas (kenafsuan). Visnu adalah pengendali sifat alam sattvam (kebaikan). Dan Siva adalah pengendali sifat alam tamas (kegelapan).
Tetapi Brahma dan Siva hanya bisa berbuat sesuai fungsinya masing-masing atas perkenan Visnu. Fakta ini diakui oleh Brahma sesuai dengan Bhagavata Purana 2.6.32; “Srjami tan niyukto’ ham haro hareti tad vasah visvam purusa rupena paripati tri sakti drk”, atas kehendak-Nya, saya mencipta dan Hara (Siva) melebur. Sedangkan Beliau (Visnu) sendiri adalah pengendali mahaperkasa atas segala tenaga mencipta, memelihara dan melebur alam material”.
Agar lebih fokus, mungkin mengenai tanggapan ini bisa didiskusikan dalam artikel “Brahma, Visnu, Siva”
Mengenai pernyataan bli putra dalam paragraf selanjutnya terus terang saya kurang sepaham. Bli mengatakan “Demi kepuasan manusiawi, kita memberikan nama dan wujud kepada Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia sama sekali tidak berwujud”. Apa benar Tuhan tidak memiliki wujud? Jika Tuhan tidak mampu memliki wujud, bukankah itu artinya Tuhan tidak maha kuasa? Atau jangan-jangan indria kitalah yang terbatas sehingga tidak mampu menangkap perwujudan Tuhan?
Tuhan (Brahman) didefinisikan sebagai,“Janmady asya yatah”, Ia dari mana segala sesuatu berasal. (Vedanta Sutra.1.1.1). Segala sesuatu mencakup wujud, sifat, ciri, kepribadian dan beraneka-macam fenomena lain. Itu berarti Tuhan pasti memiliki wujud, sifat dan ciri spiritual. Atau Tuhan pasti memiliki personalitas/kepribadian. Dan Veda menyebut Tuhan pribadi Sri Bhagavan.
Tuhan berpribadi/Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa adalah Ia yang maha kuat/perkasa, maha terkenal/termasyur, maha kaya, maha mengetahui/berpengetahuan, maha indah/tampan dan maha bebas/merdeka (Visnu Purana 6.5.47). Dan sebagai yang maha kuat/perkasa, Tuhan memiliki energi (sakti) yang tak terbatas.
Dikatakan dalam Visnu Purana 6.7.61 bahwa tenaga (sakti) Tuhan yang tak terbatas itu dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu:
1. Tenaga spiritual (para sakti)
2. Tenaga marginal (ksetrajna-sakti)
3. Tenaga material (avidya-sakti)
Isa Upanisad mantra pembukaan dan Brhad Aranyaka Upanisad 5.5.1, menyatakan;
”Purnasya purnam adaya purnam eva vasisyate”, oleh karena Tuhan adalah mutlak maha sempurna, meskipun segala sesuatu berasal dari diri-Nya, namun Beliau sendiri tetap lengkap sempurna”
Pernyataan Tuhan berwujud disini ditegaskand alam beberpa sloka Bhagavad gita 4.6; ”Sambhavamy atma mayaya”, Aku menjelma ke dunia fana ini dalam wujud rohani-Ku yang asli. Dalam Bhagavad Gita 4.9 juga disebutkan; “Janma karma ca me divyam”, kelahiran dan kegiatan-Ku semuanya bersifat rohani. “Evam yo vetti tattvatah tyaktva deham”, siapapun yang memahami/ingat akan fakta ini pada saat ajal, “punar janma naiti”, dia tidak akan lahir lagi di dunia fana tetapi “mam eti”, mencapai alam rohani tempat tinggal-Ku”.
Dalam Bhagavad Gita 7.24, Sri Krishna dengan tegas mengatakan; “avyaktaà vyaktim äpannaà manyante mäm abuddhayaù paraà bhävam ajänanto mamävyayam anuttamam, “Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal diri-Ku secara sempurna, menganggap bahwa dulu Aku, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krishna, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Maha Kuasa”
Lebih lanjut dalam Bhagavad Gita 9.11 disebutkan; “Avajananti mam mudha manusim tanum asritam param bhavam ajananto mama bhuta mahesvaram”, orang-orang bodoh menghina diri-Ku ketika Aku turun ke dunia fana dalam wujud manusia. Mereka tidak mengetahui hakekat-Ku yang rohani dan kemahakuasaan-Ku atas segala sesuatu”.
Nah yang juga menarik perhatian saya adalah comment bli pada paragraf yang terakhir. Bli mengatakan bahwa “tetapi kita harus berusaha untuk melakukan setiap kegiatan demi cinbta kepada Tuhan, dan mempersembahkan segala perbuatanmu kepada-Nya”. Tidakkah pernyataan bli ini mengarah pada bahwasanya setiap kegiatan harus didasarkan atas Bhakti atau Bhakti Yoga?
Bhagavata Purana 10.2.32 mengatakan,”Aruhya krcchrena param padam tatah patanty adho’ nadrta yusmad anghrayah”, meskipun para rohaniawan itu (yang tidak mengakui adanya wujud pribadi rohani Tuhan) telah melakukan pertapaan ketat dan keras sehingga mencapai mukti (dengan bersatu ke dalam Brahman impersonal), namun pada akhirnya mereka jatuh lagi ke dunia fana karena tidak mau memuja kaki padma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa”.
Jadi mengenai pemahaman bli putra di sini saya coba bantahkan dengan artikel “Filsafat Mayavada” Jika bli mau melanjutkan bantahan saya ini silahkan lanjutkan comment-nya di sana saja ya bli..
Maaf jika terdapat kekeliruan, mohon sekiranya dapat diluruskan.
wah menarik sekali pendapat bli Lanang, dan itu mungkin bisa menjadi kajian yang kritis, lanjutkan terus bli….
Saya harap dengan adanya situs ini maka pemahaman saya dan mungkin rekan-rekan yang lain bisa lebih baik, dimana disini saya melihat mulai ada diskusi yang menarik dan cukup serius yang mungkin bisa membantu berkembangnya pemahaman akan Hindu yang lebih baik.
Sangat sayang di Indonesia ngak ada forum Hindu untuk diskusi macam ini yach?????
sangat beda dengan agama lain…
sangat berterima kasih nih sama sdr. Ngarayana karena membuka ruang bagi diskusi ini.
ayo dilanjutkan….
Om Swastyastu,
@ Bli Putra, sinampura, ternyata tyang salah persepsi. Bayangan tyang Bli Putra sedang membahas soal “Kosmologi dan Penciptaan Alam Semesta menurut Veda”. Akan tetapi ternyata lebih mengarah ke diskusi tema “Siapa sebetulnya kita ini?”. Suksma atas kutipan-kutipan Sloka nya. Tyang juga sangat setuju kalau sebetulnya kita ini adalah Roh. Dari awal itu sewajarnyalah kita bisa menempatkan diri atas kenyataan mutlak tersebut. Pertanyaan bagi diri sendiri yang penting adalah apakah segala pikiran, ucapan dan tindakan sudah membuat nyaman Roh yang ada dalam diri kita.
Dipersilahkan untuk dilanjut.
Suksma
terimakasih bpk putra (bli?)
saya cuman pingin nimbrung aja sekedar tambah wawasan, saya membaca adanya faham persamaan dalam tulisan bpk dengan banyak artikel tentang hindu yang lain, cuma saya lagi tertarik dengan tulisan bapk ngara dan pernyataannya. jadi saya tunggu jawaban bpk ngara saja.
cuma sekedar komentar aja. Beberapa purana pernah saya baca (khususnya tentang Siva), intinya ada pada Sekte yang dianut, apakah itu Waisnawa atau Saiwa. Tri Murti Adalah satu adanya cuma Para Orang Suci menghayati Tuhan dengan cara yang berbeda. Ada yang pernah lihat gambar Wiswarupa (Krisna memampakan Wujud MuliaNya Saat terjadi Perang Maha Bharata) gak? itulah yang melambangkan Tuhan itu Satu dengan banyak Nama.
Mohon ma’af jika ada salah kata.
Yth. Bpk Ngara…
“Tuhan sendiri tidak pernah menjustis seseorang itu sesat dan harus dimusnahkan sebagaimana yang banyak kita temukan dalam pernyataan-pernyataan agama-agama Abrahamik.”
Saya kira pertanyaan saya seputar apa yang bapak tulis sendiri. Bukan masalah pernyataan agama Abrahamik. diatas jelas bahwa Krisna mengirim utusan untuk menyebarkan ajaran sesat. Bapak sendiri menulis bahwa ajaran si acarya juga sampai ke bali.
“Saya rasa begini, Hindu di Bali tidak salah, hanya saja karena perjalanan waktu yang panjang, Hindu di bali mengalami distorsi karena sikap feodalisme dan pada akhirnya Hindu di Bali lebih dijejali dengan upacara dan upacara tanpa ada kontrol filsafat yang menjelaskan upacara tersebut.”
Bapak Ngara yang benar yang mana, katanya Hindu di bali menganut paham acarya sesat, sekarang bpak bilang karena feodalisme. Apa bapak paham dan mengerti Upacara Agama di Bali? Jangan-jangan bapak sendiri tidak paham. Apa bapak juga sudah menguasai Hindu ala Bali?
Bapak bilang salah, tetapi tidak salah, di artikel bilang sesat tetapi kembali kepada kita masing-masing. Sebenaranya bapak maunya gimana ya? Kalau mau kembali ke atas, bpak beberapa kali mengajak (bahkan saya yg gak kenal veda) untuk mengadu seloka(ayat?), apa iya gak ada tujuannya.
“Tuhan maha mutlak, tapi ketiga aspek ini berbeda. Jika boleh di analogikan sebagai cahaya matahari. Maka Brahman itu adalah berkas cahayanya, Bhagavan adalah mataharinya dan paramatman adalah “foton”-nya… partikel cahaya itu sendiri. Ketiganya dalam suatu hal sama, tetapi juga mutlak berbeda.”
Ini sih bukan analogi kesetaraan namanya pak ngara, Matahari tetap benda yang ada kalaupun sinar dan fotonya tidak ada, tapi kalau benda mataharinya tidak ada sudah tentu tidak ada cahaya dan fotonnya.
Kalau memang harus begitu analoginya, artinya Bapak ngara menganggap Aspek Bagavan paling unggul?
“Mengenai kata bhakta, memang benar… Veda menjelaskan “dasa anu dasa, pelayan dari pelayan”. Saya menggunakan nama samaran Bhakta Narayana bukan bermaksud menyebut diri sudah mencapai tingkat bhakta. Karena itu saya sering mengatakan bahwa saya bukan apa-apa dalam hal kerohanian, saya belum bisa menjadi seorang bhakta, bahkan saya belum layak disebut sebagai bhaktanya bhakta itu sendiri. Jadi kalau ada yang keberatan dengan nama samaran saya ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya.”
Lagi-lagi bapak selalu menjawab kanankiri, apakah bapak dalam menulis tidak mikir-mikir dulu…. Kalau orang seperti bapak Ngara, nampak menguasai sloka Veda, nampak mengerti yang seharusnya tentang Krisna dan Siva, nampak percaya diri beragumaen dengan seloka, berani bilang adanya kekeliruan dalam Hindu Bali soal upacara, feodalisme, acarya sesat, siva dst. terus gak pantas, mungkin sebaiknya kita dan sekalian web ini bubar dulu pak, silahkan belajar lagi. nanti saya tanya-tanya lagi. Saya kecewa dengan jawaban bapak yang kanankiri.
Sama saja soal kali yuga, sudah jelas Krisna berkehendak mempercepat Kali yuga, sampai mengirim utusan segala, ini kan gak main-main. Yang benar yang mana mensukseskan kehendak beliau atau mau cari selamat sendiri?
wuih……
menarik sekali pendapat pak Lanang…..
lanjut…..
maaf jika hanya menyimak saja, pengetahuan yang beginian masih kalah jauh nih dgn pak Lanang ataupun sdr. Ngarayana….
om swastyastu
Bli lanang, menurut saya sebenarnya tidak ada perbedaan antara pendapat bli Lanang dengan pendapat ngara. Bli Lanang kita di bali itu pada umumnya percaya akan Tuhan Yang Tidak berwujud dan Tuhan Yang Berwujud, dan ngara juga percaya bahwa aspek Tuhan itu ada yang berwujud dan ada yang tidak berwujud. Kita di bali memuja kedua aspek itu, tetapi ngara lebih menekankan kepada Tuhan Yang Berpribadi dalam wujud Sri Krisna. Patut kita ingat dasar perguruan dari ngara adalah Vaisnawa dan seperti kita ketahui ajaran vaisnawa dasarnya adalah ajaran Bhagavad Gita dan seperti kita ketahui juga penekanan Gita adalah pada yang tertinggi sebagai Tuhan berpribadi. Perbedaan penekanan ini tidak menyebabkan pendapat yang satu lebih benar dari yang lainnya, Tuhan itu hanya satu, dengan memuja aspek yang manapun dari Tuhan kita akan sampai kepadanya.
Tunggak kayu dirurunge tongos saru, bisa nyelimet mata.
Kaden tonyo kaden memedi, bisa bingung setondene jati tawang.
Yth. Bapak Lanang
Jadi begini. Siklus waktu menurut Veda adalah sesuatu yang datang bagaikan siang dan malam. Penciptaan, dan peleburan adalah sesuatu yang pasti sebagaimana terbit dan terbenamnya matahari. Jadi jangan beranggapan bahwa Tuhan akan muncul untuk mempercepat terjadinya hari kiamat. Kalau mungkin dalam postingan saya sebelumnya memiliki makna ganda atau kesalahan persepsi, saya mohon maaf.
Kenapa Avatara muncul pada jaman kali yuga? sudah dijelaskan dalam bhagavad gita 4.7-8;
“Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, wahai putra keluarga Bharata”. “Untuk menyelamatkan orang-orang saleh, membinasahkan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman”
Demikian juga dengan avatara dewa Siva yang disebutkan “Mayavadam asac-chastram pracchanam bauddham ucyate mayaive kalpitan devi kalau brahmana rupena, wahai Devi istriku, pada jaman Kali dalam wujud seorang brahmana, aku akan mengajarkan filsafat palsu mayavada yang tidak lain adalah Budhisme terselubung” (Padma-purana Uttara-Khanda 25.7). Brahmana dimaksud adalah Acarya Sankara.
Nah, dalam satu kalimat di artikel saya di atas, saya memang menulis sbb;
“Filsafat Mayavada juga di-sebut Advaita-vada atau Vivarta-vada. filsafat ini menyatakan bahwa makhluk hidup (atma) identik (sama) dengan Tuhan (Paramatma). Dan Tuhan itu sendiri adalah Brahman tanpa wujud, sifat dan ciri apapun. filsafat mayavada ini telah menjangkiti mayopritas penganut ajaran Veda.
Mengapa Sri Krishna menyuruh Siva berbuat demikian? Sebab Beliau ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga terhadap masyarakat manusia di Bumi.”
Iya, mungkin pernyataan saya dalam paragraf yang kedua ini salah. saya minta maaf akan hal ini karena terjadi distorsi makna. Maksud saya adalah filsafat mayavada yang dibawa oleh Sankaracharya adalah kelanjutan dari misi sang Buddha yang menyebarkan faham seolah-oleh Atheis. Filsafat Buddha adalah “Nirvana”, maka filsafat yang paling dekat untuk mengembalikan penganut Hindu yang beralih menjadi Buddha adalah filsafat “Nirguna”.
Sejarah menunjukkan bahwa Hindu di India pernah hampir musnah tertelan oleh Buddhism. namun berkat Sankaracharya dengan filsafat Mayavadinya, kejayaan Hindu kembali seperti semula.
Mengenai pernyataan sikap saya terhadap Hindu Bali adalah karena dalam Bhagavad Gita Krishna mengatakan; ”
Bhagavad Gītā 7.21 menyatakan:
yo-yo yam-yam tanum bhaktah
sradhaya ‘rchitum ichchhati
tasya-tasya ‘chalam sraddham
tam cva vidadhamy aham
artinya :
Aku berada dalam setiap insan sebagai paramatman. Begitu seseorang ingin menyembah suatu dewa, Aku membuat keinginannya mantap, sehingga dia dapat mengabdikan dirinya kepada dewa tersebut.
lebih lanjut :
(Bhagavad Gītā, 9. 29)
samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah
ye bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham
artinya:
Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.
Bagi-Ku tidak ada yg paling Ku-benci dan tidak ada yg paling Aku
kasihi.
Tetapi yg berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya
pula.
Karena itulah saya tidak menyalahkan Hindu Bali yang memuja para dewa atau yang menyamakan posisi dewa-dewa dengan Tuhan.
Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Bukankah dengan dasar sloka-sloka ini menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah memaksa umatnya untuk memuja diri-Nya? Karena kita sudah diberikan aturan dan kita punya free will dimana kita tahu konsekuensi dari free will tersebut.
Jadi, umat manusia ingin menyembah Dewa, Leluhur atau apapun, silahkan…. Apa misi dari Tulisan saya ini? Kembali mengingatan bahwa meskipun manusia memiliki free will, namun tujuan tertinggi adalah memuja Tuhan dan mencapai planet rohani (Moksha).
Seseorang dianggap dekat dengan Tuhan hanya karena Bhaktinya, penerapan aturan-aturan agamanya, bukan karena pengetahuan agamanya. Hal ini disampaikan dalam Bhagavad Gītā, 9. 29.
Jadi, jika saya, anda atau siapapun yang mengusai Veda dengan luar biasa dan jenius, tapi tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan, tidak dapat dikatakan sebagai Bhakta. Saya menyadari saya masih banyak kekurangan dalam menerapkan ajaran Veda, karena itu saya katakan saya belum menjadi Bhakta.
Mungkin mereka, orang tua atau leluhur kita yang tidak mengetahui teori agama dengan baik malahan memiliki tingkat bhakti yang tinggi kepada Tuhan dan sesungguhnya mereka jauh lebih baik dari kita yang tahu teori Veda tapi tidak mampu menerapkannya.
Mengenai aspek Tuhan.. memang iya, saya meyakini bahwa aspek Tuhan yang tertinggi adalah yang berwujud pribadi.
coba perhatikan sloka berikut;
Bhagavad Gita 8.11; “yad akñaram veda-vido vadanti viçanti yad yatayo véta-rägäù yad icchanto brahmacaryam caranti tat te padam saìgraheëa pravakñye, Orang yang berpengetahuan tentang Veda, yang mengucapkan Omkara dan menjadi rsi-rsi yang mulia pada tingkatan hidup meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahma. Jika seseorang menginginkan kesempurnaan seperti itu, ia berpantang hubungan suami-istri. Sekarang aku akan menjelaskan kepadamu secara singkat proses yang memungkinkan seseorang mencapai pembebasan.
Bhagavad Gita 8.13; om ity ekäkñaram brahma vyäharan mäm anusmaran yaù prayäti tyajan deham sa yäti paramäm gatim, sesudah seseorang mantap dalam latihan yoga ini, dan mengucapkan suku kata suci Om, gabungan hurup paling utama, kalau dia berpikir tentang Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan badannya, pasti dia akan mencapai planet-planet rohani.
Om tad visnoh paramam padam, kaki padma Visnu adalah tingkat bhakti tertinggi (Rg Veda 1.22.20)
dan dalam Bhagavata Purana 1.3.28 disebutkan “Krishna tu bhagavan svayam, Krishna adalah bhagavan (kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) yang asli”.
Jadi singkatnya begitu pak, mohon maaf jika terjadi kekeliruan lagi, mohon di koreksi.
Om Swastyastu
1. Di tulisan ngara disebutkan :
Demikian juga dengan avatara dewa Siva yang disebutkan
“Mayavadam asac-chastram pracchanam bauddham ucyate mayaive kalpitan devi kalau brahmana rupena, wahai Devi istriku, pada jaman Kali dalam wujud seorang brahmana, aku akan mengajarkan filsafat palsu mayavada yang tidak lain adalah Budhisme terselubung” (Padma-purana Uttara-Khanda 25.7). Brahmana dimaksud adalah Acarya Sankara.
Disisi lain disebutkan :Mengapa Sri Krishna menyuruh Siva berbuat demikian? Sebab Beliau ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga terhadap masyarakat manusia di Bumi.”
Apakah disini Siva sama dengan Sri Khrisna?
Ngara juga menyebutkan : Mengapa Sri Krishna menyuruh Siva berbuat demikian? Sebab Beliau ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga terhadap masyarakat manusia di Bumi.
Dari dua pernyataan di atas disatu sisi Ngara mengakui kalau Krisna itu sama dengan Siwa tapi disisi lain Ngara tidak mengakui kalau Krisna itu sama dengan Siwa(Sri Krishna menyuruh Siva).
Terus bagian mana dari sloka itu yang artinya Sri Krishna menyuruh Siva? dan Mengapa Siva ingin mempercepat pengaruh buruk Kali Yuga terhadap masyarakat di bumi? Apakah benar Tuhan ikut campur, dan apa benar Tuhan juga Terkena hukum karma?
2. Dalam tulisan ngara juga disebutkan : Karena itulah saya tidak menyalahkan Hindu Bali yang memuja para dewa atau yang menyamakan posisi dewa-dewa dengan Tuhan.
Coba anda ingat lagi mantram Trisandya danartinya yang sering Ngara ucapkan waktu kecil, dari situ jelas ketahuan siapa yang dimaksud dewa2 menurut orang bali itu.
3. Tujuan tertinggi adalah memuja Tuhan dan mencapai planet rohani (Moksha).
Menurut ngara moksha itu apa?
4. Mengenai aspek Tuhan.. memang iya, saya meyakini bahwa aspek Tuhan yang tertinggi adalah yang berwujud pribadi.
Apakah aspek Tuhan yang berwujud Pribadi itu cuma Krisna atau ada wujud2 lain, karena setahu saya di samping krisna ada juga awatara-awatara lainnya.
Di samping itu kalau ada aspek Tuhan yang berwujud pribadi artinya juga ada aspek Tuhan yang tidak berwujud pribadi, berarti tidak ada salahnya kalau ada orang yang memuja kedua aspek Tuhan itu.
Yang pertama mengenai Siva dan Visnu memang ada kesamaan, beliau adalah Guna Avatara. Bhagavata Purana 1.2.23 disebutkan; “Sattvam rajah tamah eti …. sthity-adaya hari virinci samjnah, Tuhan, Sri Hari yang spiritual tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan). Untuk keperluan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan alam material, Beliau mengambil perwujudan ketiga sifat alam tersebut sebagai Brahma, Visnu dan Siva” (Bhag.1.2.23). Jadi menurut sloka ini memang benar bahwasanya ketiga aspek ini adalah berasal dari perwujudan Tuhan.
Tetapi Brahma dan Siva hanya bisa berbuat sesuai fungsinya masing-masing atas perkenan Visnu. Fakta ini di-akui oleh Brahma, “Srjami tan niyukto’ ham haro hareti tad vasah visvam purusa rupena paripati tri sakti drk, atas kehendakNya, saya mencipta dan Hara (Siva) melebur. Sedangkan Beliau (Visnu) sendiri adalah pengendali maha-perkasa atas segala tenaga mencipta, memelihara dan melebur alam material” (Bhagavata Purana 2.6.32).
Jadi terdapat perbedaan kedudukan antara Brahma, Visnu dan Siva.
Yang kedua, pernyataan saya yang menyatakan bahwa “Kali Yuga dipercepat” saya ralat. Ini kesalahan tulis/pemahaman saya, karena seperti kita ketahui dalam siklus penciptaan alam semesta menurut Veda adalah sesuatu yang pasti terjadi dan waktunya sudah tertentu bagai siang dan malam. Jadi perubahan jaman, kiamat dan penciptaan sudah terjadwal dengan jelas dan tidak dapat diganggu gugat kecuali atas kemahakuasaan beliau sendiri dalam kaitannya dengan konsep Avatara.
Jadi jika tidak keberatan saya akan menghapus tulisan saya yang menyatakan bahwa kali yuga di percepat karena saya tidak punya dasar argumen sloka-sloka Veda yang membenarkan akan hal itu.
Mengenai Tri sandya dan kaitannya dengan pemahaman Tuhan dan Dewa di Indonesia saya kira masih dapat diperdebatkan. Karena Tri sandya adalah comotan dari beberapa sloka Veda dan juga dari Catur Veda Sirah (Narayana Upanisad yang sudah dimodifikasi).
Bait pertama,
Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
adalah Gayatri Mantram, Mantram Ibu Veda yang digunakan oleh semua aliran Hindu dan saya kira tidak perlu kita perdebatkan lagi karena sudah terbukti keampuhannya. Hanya saja, menyambung pertanyaan Bli Subudi mengenai apa benar Gayatri Mantram dapat dilafalkan sebagaimana pelafalan Tri Sandya atau Maha Mantra Hare Krishna?
Saya rasa kita harus kembali ke atruan dasar pelafalan dan intonasi mantra-mantra Veda. Sebagaimana banyak penelitian yang dilakukan mengenai resonansi, vibrasi dan gelombang. Ternyata Mantra/doa yang diucapkan dengan frekuensi dan panjang gelombang tertentu memiliki suatu efek tertentu yang spesifik. Jadi pada dasarnya pengucapan mantra Veda juga ada aturannya sehingga tujuan dari Mantra itu terpenuhi.
Bagaimana dengan mantra Gayatri? Saya belum menemukan sumber sloka pembenarannya, tetapi dari penjelasan guru-guru dalam garis perguruan Vaisnava dikatakan bahwa pengucapan gayatri Mantra dilakukan hanya di dalam hati tidak disuarakan dan sambil memutar tali suci. Mantra Gayatri inipun tidak boleh di ucapkan sembarangan, karena itulah dalam tradisi Vaisnava gayatri Mantram hanya diucapkan oleh mereka yang sudah mampu menjalankan pantangan dan mencapai kualifikasi kebrahmanaan. Dijelaskan pula bahwa saking saktinya Gayatri Mantram ini akan dapat menyebabkan bencana jika pengucapannya salah atau diucapkan oleh orang yang tidak tepat.
Bait kedua, diambil dari Narayana Upanisad
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo’sti kascit
artinya;
Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan
ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat
digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
Dari bait ke-2 ini saya kira sudah sangat jelas bahwa yang disebut Tuhan adalah Narayana, atau dapat disebut Krishna, Govinda dan seterusnya….
Bait ketiga, diambil dari Siva Stava
Om tvam sivah tvam mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
artinya;
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara, Parameswara, Brahmà,
Wisnu, Rudra, dan Purusa.
Nah, karena sloka ini dicopot dari Siva tatva, maka tidaklah heran jika disini disebutkan seolah-olah Tuhan dan Dewa adalah sama, padalah tidak demikian jika kita kutip sloka-sloka berikut;
Rg.Veda X. 129.6 “Setelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa itu“
Manawa Dharmasastra 1. 22 “Tuhan yang menciptakan tingkatan Dewa-Dewa yang memiliki sifat hidup dan sifat gerak“
Bagavad gita 9,23 “Orang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti“
Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Jadi apakah Dewa sama dengan Tuhan?
Bait keempat, kelima dan terakhir , diambil dari Veda Parikrama
Om pàpo’ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarìkàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih
Om ksama svamàm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva
Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Om sàntih, sàntih, sàntih, Om
yang artinya;
Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa,
kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan
raga hamba.
Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan
kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah
hamba oh Hyang Widhi.
Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba,
ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.
Nah, menurut alanisa saya, pemahaman kita di Bali sudah benar jika menyebutkan bahwa Tuhan tidak sama dengan dewa sebagaimana Trisandya ini, kecuali bait yang ketiga yang diambil dari siva tatva Dalam panca sembah dan aturan sembahyang kita juga mengenal tata cara yang berbeda;
1. Mencakupkan tangan yang diletakkan di atas ubun-ubun untuk memuja Tuhan
2. Mencakupkan tangan di depan kening untuk menghormati para dewa dan leluhur
3. Mencakupkan tangan di depan dada dan mengucapkan om swastiastu sebagai tanda hormat terhadap sesama manusia (greeting)
4. Mencakupkan tangan di dada tapi dengan ujung jari menghadap ke bawah untuk penghormatan pada buta kala/magluk halus yang biasanya diterapkan pada saat upacara pecaruan.
Jadi pada dasarnya, maksudnya sudah benar, tapi masih banyak yang salah persepsi dan mengatakan bahwa Tuhan = Dewa sebagaimana yang dituliskan dalam rublik tanya jawab Media Hindu edisi 66.
Karena itulah Sri Krishan dalam Bhagavad Gita 9.23 menyebutkan; “Orang yang menjadi penyembah dewa-dewa lain dan menyembah dewa-dewa itu dengan kepercayaan sebenarnya hanya menyembah-Ku, tetapi mereka berbuat demikian dengan cara yang keliru, wahai putera Kunti. 🙂
Mengenai moksha sudah saya jawab dalam comment filsafat mayavada.
Arti moksha secara gelobal memang benar adalah pelepasan ikatan dan pencapaian sat cit ananda. Hanya saja kita juga harus faham bahwa Moksa dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu;
a. Salokya: Dapat Tinggal dialam rohani yang sama dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
b. Samipya: bisa tinggal di dekat Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
c. Sarupya: bisa mendapat bentuk yang sama dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
d. Sayujna: dapat bersatu dengan Brahma jyoti atau sinar dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
Jadi bersatunya Atman dengan Brahman dalam Brahmajyoti hanyalah salah satu dari jenis-jenis moksa yang ada. Dan pencapaian jenis moksa disini tentunya sesuai dengan “rasa” dari masing-masing penyembah Tuhan. Mungkin anda tertarik dengan penyatuan Atman dengan Brahman, tapi saya mungkin tertarik dengan menjadi pelayan abadi di Vaikuntaloka.
Mengenai yang terakhir disebutkan bahwa;
Bahagavad Gita 9.11; “Orang bodoh mengejek-Ku jika Aku menurun dalam bentuk seperti manusia. Mereka tidak mengenal sifat rohani-Ku sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa atas segala sesuatu.
Memang benar, aspek Tuhan yang berwujud pribadi ada sangat banyak… tidak terhitung jumlahnya. Ada Rama, Krishna, Buddha, Narayana dan sebagainya.. setiap orang bebas menyembah dalam aspek yang manapun sesuai dengan rasa yang dia miliki. Sebagaimana yang pernah saya sebutkan, Para gophi menyembah Krishna, Hanuman menyembah Rama, Bhakta Pralad menyembah Nrsimha Druva menyembah Narayana dan itu dibenarkan.
Apakah boleh menyembah aspek yang tidak berwujud? Boleh… hanya saja jalan itu lebih sulit dari pada menyembah Tuhan dalam aspek pribadi sebagaimana dijelaskand alam bhagavad gita 12.1-5
Suksema
Om Swastyastu
@Bli Putra, tyang sareng akidik nggih….
Tyang juga sebagai Siwa Sidanta, dengan sangat menyadari Hindu di Bali seperti yang kita jalani dari kecil. Akan tetapi, tyang pikir tidak akan ada salahnya kalau kita lebih membuka diri terhadap hal-hal yang medukung spiritualitas kita yang tentunya mendukung juga ke arah tujuan umat Hindu Moksha.
1. Siwa jelas berbeda dengan Krishna. Disini mungkin harus lebih menekankan dulu pengertian “Avatara”, bahwasannya, Avatara adalah Inkarnasi Tuhan secara langsung yang berbeda dengan posisi Para Dewa. Dewa-dewa bisa diibaratkan sebagai para mentri dalam kabinet pemerintahan dan Avatara merupakan penjelmaan langsung dari Tuhan (Krishna). Dikalangan para Dewa, Dewa Siwa dikenal memiliki hubungan paling dekat dengan Tuhan, sewajarnyalah Dewa Siwa selalu dibebankan tugas yang maha berat / maha penting sampai-sampai membahayakan nyawa Dewa Siwa sendiri.
2. Tyang juga sebetulnya mau minta penjelasan Bli Ngara tentang pengertian : Ibu Mantra dan Maha Mantra. Gayatri Mantram yang kita kenal di Bali apakah sudah betul dalam teknis pelaksanaannya sesuai dengan Kitab Suci kita. Maksud saya, apakah untuk Ibu Mantram (Gayatri) bisa kita lafalkan sama seperti pelafalan Maha Mantra?
3. Pengertian Moksha (Alam Rohani Tuhan). Kita harus menyadari betul dulu kalau Tuhan itu hanya 1. Dan Roh memiliki sifat kekal, tidak dapat dimusnahkan, dileburkan, dll. Kalimat “Bersatunya Atman dengan Brahman” mungkin harus kita perdalam dulu, bahwasannya, Atman bukanlah melebur menjadi 1 dengan Brahman, akan tetapi Atman akan selamanya sebagai percikan suci dari Tuhan.
4. Aspek Bhagawan sendiri adalah Kepribadian Tuhan Krishna yang tertinggi. Menurut saya sendiri, tidak salah dan seharusnyalah kita menyadari akan kedua aspek lainya (Brahman dan Paramaatman). Seperti sudah diuraikan dengan analogi matahari.
Sinampura yen wenten iwang, mohon diluruskan.
Om cantih-Cantih Cantih, Om.
yth.bpk ngara
baiklah kalau begitu pak, saya kira saya cukuplah ikut diskusi disini. Dengan pendapat bapak terakhir diatas, saya kira diskusi ini sudah selesai begitu dimulai. Saya sebenarnya tertarik kepada beberapa hal terkait artikel, salah satunya tentang Krisna yang mengirim utusan utuk menyebar ajaran sesat, karena semua artikel agama yang saya baca terkait utusan selalu meneggakkan kebenaran. kemudian dijawab lagi oleh bpk ngara tentang meneggakkan kembali hindu dari kepunahan akibat budisme.
Kemudian tanggapan yth Bpk Putra juga menjadi masukan berharga dalam menambah wawasan saya. Terima kasih bapak… Saya rasa (menurut pendapat saya) ini sekedar perdebatan antar dua sekte hindu yang berbeda, dan saya merasa ada semangat yang cukup kuat dari sekte Vaisnawa untuk menyebarkan ajarannya, mungkin di Bali, Indonesia, dan saya juga merasa akan ada pergesekan yang cukup kuat di kemudian hari antara keduanya. Saya mungkin salah, tapi sepertinya ada semangat “Jihad” yang cukup dari sekte vaisnawa untuk menegakkan ajaran vaisnawa, terutama setelah beragumen dengan Bpk Ngara. Mungkin di Bali penganutnya masih sedikit, tetapi mereka akan sangat gagah berani karena merasa berada di jalan yang benar berdasarkan Veda. Saya sudah biasa menemukan sikap seperti ini dalam hampir semua agama, setelah coba membaca banyak artikel hindu, saya merasa agama ini agak berbeda, tetapi artikel di atas dan setelah berdiskusi sedikit,pendapat saya tentang hindu jadi berubah, baiklah kalau begitu, apapun pendapat saya tidak terlalu penting. saya hanya mendoakan kepada pemilik semesta raya, supaya Hindu di Bali, Indonesia, yang sudah gak seberapa jumlahnya gak ribut sendiri. Terima kasih… I Love You Full
Yth. Bapak Lanang
Trimakasih atas comment dan masukan dari anda. Kalau memang masih ada kesalahan atau kekeliruan yang saya buat, mohon dikoreksi dan silahkan diperdebatkan kembali.
Beberbicara masalah perbedaan paham Vaisnava, Sivaisme, Saktisme dan Buddhisme yang berkembang di Bali memang sudah berlangsung sejak sangat lama dan akhirnya sekte-sekte ini digabungkan dan terbentuklah Hindu sebagaimana yang kita temukan sekarang di Bali. Jikapun terjadi pergesekan faham, saya yakin Hindu tidak akan terpecah belah dan terjadi pertumpahan darah, karena dari jaman dahulupun debat antara sekta di Hindu sudah biasa, tapi sama sekali belum pernah terjadi perang fisik sebagaimana yang terjadi antara suni dan syiah. Mungkin inilah salah satu sikap yang patut ditiru dari para penganut Veda.
Kalau ribut masalah budaya, saya rasa wajar, karena budaya terbentuk, muncul, berkembang, berubah atau musnah sesuai dengan perkembangan waktu. sebelum era kemerdekaan orang bali ke pura hanya menggunakan kamben (kain) setinggi lutut dan wanitanya bahkan hanya memakai kain dan dengan posisi payudara yang kadang kelihatan. Namun seiring dengan perubahan waktu, orang Bali menggunakan pakaian sebagaimana yang kita lihat saat ini. Ada yang menggunakan baju seperti baju punjabi/koko, seperti jas dan sebagainya yang intinya sangat berbeda dengan bali dulu. Bukan tidak mungkin jika upacara-upacara di Bali saat ini akan mengalami perubahan sesuai dengan tingkat dan jenis pemahaman orang Hindu di Bali. Pertanyaannya, apakah perubahan ini harus kita hindari atau kita songsong? Saya yakin ada yang pro dan juga kontra.
Om Swasyastu Pak Lanang
Pak Lanang, kita berdiskusi disini ini bukan untuk menyinggung atau saling menjatuhkan, dalam berdiskusi itu sudah biasa masing-masing pihak menyampaikan pendapatnya disertai dengan argumen2.Saya harap apapun yang kita diskusikan disini adalah dalam konteks peningkatan kualitas spiritual dan pengetahuan kita tentang Hindu.
Om Asato Ma Sad Gamaya
Tamaso Ma Jyotir Gamaya
Mrityor Ma Amritam Gamaya
Om Shanthi Shanthi Shanthi.
Om Swastyastu Ngara,
Pada banyak hal kita sudah sependapat namun ada sedikit perbedaan tentang makna bait ketiga Trisandya:
Om tvam sivah tvam mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
artinya;
Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara, Parameswara, Brahmà,Wisnu, Rudra, dan Purusa.
Hasil Analisa Ngara:
Nah, karena sloka ini dicopot dari Siva tatva, maka tidaklah heran jika disini disebutkan seolah-olah Tuhan dan Dewa adalah sama.
Menurut saya: Bait ketiga ini tidak berarti bahwa Tuhan sama dengan Dewa, bait ketiga ini adalah pemujaan Tuhan yang mempunyai banyak nama.
Om Swastiastu bli putra.
Mengenai Nama-Nama yang disebutkan dalam trisandya bait ke-3 pada postingan sebelumnya saya masih memaknai sebagai nama-nama Dewa, namun sekarang saya akan coba cocokkan dengan 1000 nama suci Tuhan dalam padma purana.
1. Shivah (sivah ?..)= Beliau yang selalu suci
2. mahàdevah = Yang berkuasa diantara penguasa
3. Kata Isvara dan Paramesvara ((Param + Isvara)= Tuhan yang maha agung)
4. Visnu = Beliau yang meliputi segalanya
5. rudrah= Ia yang dapat membuat semua orang menangis
6. purusah = Yang terbesar
Semua sebutan di atas memang ada dalam visnusahasranama bli, kecuali kata Isvara yang menurut saya mengacu pada pengertian Jiva/Atman/Mahluk hidup.Karena itulah pada awalnya saya ragu mengartikan bahwa bait ketiga ini mengacu pada Tuhan. Namun demikian dalam visnusahasranama ada kata “eeshvarah” yang berarti “Ia yang dapat melakukan apapun tanpa bantuan”. Bagaimana menurut anda?
Jika memang benar sloka ini mengacu pada Tuhan, berarti tidak ada yang salah dengan apa yang disembah oleh kita di Bali. Yang salah hanyalah pemahaman beberapa orang Bali yang mengatakan bahwa dewa = Tuhan.
Om Swastyastu
Saya setuju dengan pendapat ngara bahwa bait ketiga trisandya itu memang pemujaan atas Satu Tuhan yang mempunyai banyak nama. Menurut saya apa yang kita lakukan di Bali selama ini memang tidak salah (upacaranya tidak ada yang salah karena itu merupakan perwujudan bakti kita kepada Tuhan, yang salah itu pendapat/pemikiran sementara orang, yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama seperti kita2 ini, yang menganggap bahwa Dewa itu adalah Tuhan.
KIta di Bali termasuk Ngara dan Saya tidak pernah mendapatkan dasar agama yang cukup dan benar, kita selalu mendapatkan jawaban “nak mulo keto”.
Seperti halnya ngara, saya juga baru mulai mencoba mencari informasi tentang HIndu (lebih banyak) setelah kuliah di luar Bali. Seperti halnya Ngara dulu saya banyak sekali mendapat pertanyaan dari teman2 yang beragama lain tentang Hindu yang tidak bisa saya jelaskan.
Untuk itu kita yang muda2 ini menurut saya, setidaknya dan mulai sekarang, ikut memikirkan bagaimana kelanjutan bali dg agama hindunya.
Kita orang Hindu terlalu gampang pindah kepercayaan karena kita tidak punya dasar keagamaan yang kuat. Kita menganggap rumah orang lain itu lebih baik dari rumah kita hanya karena orang lain itu bilang dia punya tanaman mewah di rumahnya yang bisa memenuhi segala keinginan, padahal kita sendiri tidak pernah mencoba mencari dan menyelidiki ada apa saja di rumah kita, tidak pernah mencoba untuk membuka kamar2nya untuk mengetahui ada apa saja di dalamnya, apakah kita punya tanaman itu juga atau punya tanaman yang lebih mewah yang bisa memenuhi/mencapai apa sebenarnya tujuan kita hidup di dunia ini.
Suksma
Hem,…..
saya sependapat dengan bli Putra dimana pemahaman saya juga seperti itu yaitu pemahaman kita sebagai umat Hindu di Bali yang mungkin perlu diperbaiki, dan bukannya keliru tapi makna filosofi yang terkandung dalam pelaksanaan upacara.
Pada umumnya yang diketahui adalah cara membuat saja tapi tidak diketahui apa tujuan dari pembuatan sarana upakara tsb yang sebenarnya itu adalah simbolik ketika seseorang “tidak bisa” mengucapkan mantra yang baik dan itu bisa diwakilkan melalui “banten” karena banten itu adalah kata-kata (mantram) yang tidak “mampu” diucapkan, jadi disini menurut saya sebetulnya maknanya yang perlu dipahami sehingga pembuatan dalam sarana upakara tsb tidaklah keliru ataupun menyimpang dari sastra.
Untuk Pak Lanang saya tidak setuju jika web ini bubar karena dengan adanya web ini maka saya dan mungkin saudara-saudara Hindu yang lain banyak mendapat masukan yang lebih baik akan Hindu dan juga saya support terus kepada sdr. Ngarayana untuk membuat tulisan-tulisan lainnya yang kiranya dapat membantu pemahaman akan Hindu yang lebih baik.
Om Swastaistu bli Putra dan bli Ari_bcak
saya sangat setuju dengan pendapat bli dan ternyata jalan pikiran kita memang sejalan.
Hanya saja masih ada hal yang mengganjal dengan Tri Sandya bait ke-3, yaitu tentang kata “brahmà” dalam bait itu, apakah itu mengacu ke Dewa Brahma ataukah Brahman? Jika memang Brahman, maka sama sekali tidak ada masalah dengan maksud bait ke-3 ini.
USANA Health Sciences is one of America’s leading companies in the field of health and nutrition.
dear ngarayana
sedikit saja…. komentar anda tentang siwa kebnayakan diambil dri kitab bhagavata purana..tentu saja aspek wisnu sebagai peribadi tuhan yang tertinggi, sedang manifstasi tuhan lainnya ( brahma, dll) adalah lebih “rendah”…itu semua krna kitabnya bersifat waisnawa..
coba bandingkan dalam siwa purana (weda) dijelaskan pula bahwasanya sri wisnu adalah pemujaa siwa yang taat..suatu ketika beliau (wisnu) berjanji akan mempersembahkan seribu bunga teratai kehadapan dewa Siwa setiap hari, namun siwa ingin menguji kesetiaan wisnu sebagai penyembah siwa maka dewa siwa diam-diam mengambil satu bunga sehingga jumlahnya tidak seribu lagi. singkat cerita sri wisnu sadar akan persembahannya yang tidak lengkap itu kemudian mencongkel salah satu bola matanya sebagai pengganti, karena sangat bhaktinya kepada dewa siwa…melihat apa yang dilakukan wisnu, dewa siwa kemudian hadir dihadapan sri wisnu yang menyampaikan bahwa itu semua adalah ujian bagi ketulusan persembahan wisnu..dewa siwa mengembalikan mata wisnu menjadi normal kembali..dan menghadiahkan cakra sudarsana..atas ketulusanya itu..(ulasan bebas)
nah intinya masalah manifestasi tuhan yang mana yang tertnggi tergantung dari kitab (purana) mana…klo bhagawata purana tentu saja aspek wisnu (narayana, krishna, dll) yang tertinggi…
jdi jangan saling menyalahkan, terutama menyalahkan konsep ketuhanan hindu di Bali yang memang bercorak siwaistis ya tentu saja dewa siwa yang tertinggi…weda memberikan banyak jalan, bukan waisnawa(krishna) saja…klo memang tuhan menginginkan satu jalan ya….ko pemahaman atopun agama lain tidak beliau HAPUS saja..ktana tuhan maha kuasa…orang bijak mengatakan tuhan yang diperdebatkan artinya pemahamannya hanya sebatas mulut saja…apapun keyakinnya asalkan dilaksanakan dengan benar penuh cinta kasih terhadap segala bentuk kehidupan itulah yang benar (M.K. Gandhi)
Om Swastiastu
@Aring
Boleh dong ya saya minta sloka yang menyebutkan apa yang anda ceritakan sebagaimana permintaan dari saudara Subudi juga…. 🙂
Melihat dari penjelasan anda, seolah-olah anda ingin menyampaikan bahwa dalam Veda terdapat 2 ajaran yang saling terpisah dan saling bertolak belakang, yaitu Sivaisme dan Vaisnavaisme. Namun, apa benar Veda seperti itu? Terus terang saya belum pernah menemukan sloka yang saling bertentangan seperti itu kecuali dari ulasan-ulasan orang-orang yang mempelajari Veda, bukan dari sloka aslinya. Jadi untuk menambah pengetahuan kita bersama, mungkin sebaiknya anda postingkan sloka-sloka yang anda maksud di sini agar dapat kita diskusikan lebih lanjut.
Suksma..
Dear Bli Aring,
Menarik juga ceritanya. Bisakah di cantumkan pula Judul Buku dan karangan siapa dari kutipan tersebut diatas! Atau kalau sebuah kutipan dari sebuah website, bisakah di copy-paste kan url nya biar kami juga bisa mengetahui sumbernya.
Suksma
Om Swastiastu
Deva merupakan manefestasi/sinar suci Ida Sanghynag Widhi Waca, seperti Matahari dengan sinarnya demikian adanya Beliau yg merupakan satu kesatuan. Atas kehendak Hyang Widhi sendiri bermanefestasi sebagai Dewa baik Dewa Brahma, Wisnu maupun Dewa Siwa dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Jadi dalam hal ini kita juga wajib memuja manefestasi beliau disamping memuja kehadapan Ida Sanghyang Widhi Waca sendiri.
Suksema,
Om Santih,Santih,Santih, Om
@Sudi;
Om Swastiastu
Mengenai apa yang anda sampaikan kelihatannya menarik dan memang benar kita di ajarkan hal ini sejak kita SD, namun bagaimana kalau kita mengamati sloka-sloka sebagai yang sudah di bahas dalam link ini.
1. Rg.Veda X. 129.6 “Setelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa itu“
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dewa-dewa diciptakan setelah alam semesta material tercipta, berarti dewa adalah ciptaan Tuhan dan berbeda dengan Tuhan kan?
2. Manawa Dharmasastra 1. 22 “Tuhan yang menciptakan tingkatan Dewa-Dewa yang memiliki sifat hidup dan sifat gerak“
Dalam sloka ini dikatakan Dewa adalah ciptaan Tuhan dan memiliki karakter yang sama dengan mahluk hidup, yaitu sifat hidup dan juga bergerak.
3. Bagavad gita 9,23 “Orang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti“
4. Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Jadi, apa benar Tuhan sama dengan dewa? Kenapa sloka Bhagavad gita 9.25 mengatakan demikian?
Dalam Brahma Samhita dikatakan juga bahwa umur dewa Brahma adalah 100 tahun waktu di Brahmaloka, jadi disini ada indikasi bahwa Dewa Brahma juga akan mati sebagaimana mahluk lain.
Mohon disikapi berdasarkan sastra Veda, bukan dari logika-logika kita yang terbatas.
Suksema
Om Santi Santi Santi Om
Om Swastiastu Yan Ngarayana
Jadi, apa benar Tuhan sama dengan dewa? Kenapa sloka Bhagavad gita 9.25 mengatakan demikian?
Seperti yg Ngarayana sampaikan memang Ida Sanghyang Widhi Waca tidak sama dengan Dewa seperti termuat di sloka-sloka dalam Veda yang menyebutkan demikina, seperti kita ketahui Dewa-dewa menjalankan fungsinya yang mulia atas kehendak Ida Sanghyang Widhi Waca jadi kita sebagai manusia juga wajib memuja para Dewa itu sendiri disamping memang tujuan kita yang paling utama memuja,bakti dengan rasa tulus iklas kepada Ida Sanghyang Widhi Sendiri agar bisa Moksha
Mohon pendapat Ngarayana kalau ada salah mohon diluruskan
Suksema
Om Santi Santi Santi Om
“Dasa anu dasa” pelayan dari pelayan,
Dewa adlh pelayan Tuhan, jd, kita jg hrs melayani Dewa dgn menghormatinya. Tp hendaknya kita membedakan antara menghormati dg memuja.
Pujalah Tuhan n hormati semua mahluk yang lain dan terutama menjadi pelayan Dewa yg merupakan pelayan Tuhan.
wah capek juga baca segini banyaknya…..tapi keren perdebatan temen2 mengenai tuhan! lanjutkan saja diskusi ini, perbincangan tentang tuhan menunjukan kuta tertarik pada agama…. persoalan mencari pengikut, seperti yang di singgung tadi semoga berhasil agar makin banyak saudara2 kita yang menjadi lebih baik dan spiritualis….tuhan pasti memberkati langkah itu, tapi ingat, harus disampaikan dengan cara yang santun….. osss om
sebuah rahasia yg belum terungkap tentang wisnu!!!sedikit masukan dari sy walau bkn ummat hindu.tp sedikit meluruskan sj..dulu SANG HYANG TUNGGAL menciptakan 3 mahluk :1]ismaya/wisnu/rama/kresna/iamam mahdi..2]antaga/togog/rahwana/dasamuka/dajjal..3]manikmaya/batara guru..diahir zaman ketika antag/rahwana/dajjal muncul mk tdk akan ada yg bs mngalahkannya kecuali ismaya/wisnu/rama/imam mahdi..dan masa itu sudah tinggal beberapa tahun lagi karena antaga/rahwana/dajjal sudah muncu dan ismaya/wisnu/rama/kresna/iamam mahdi telah datang..karena itu umat hindu sadarlah…bukan wisnu yg harus disembah,tp pencipta wisnu yaitu SANG HYANG TUNGGAL/ALLAH…!!!
TUHAN/SANG HYANG TUNGGAL/ALLAH ibarat dalang yang menuliskan skenario dan melakonkannya..wahang hanyalah DARMA KUSUMAH melaksanakan sabdo SANG HYANG TUNGGAL..ada sedikit cerita;suatu saat SANG HYANG TUNGGAL memerintahkan WISNU untuk memindahkan gunung,maka tanpa ragu wisnu memindahkannya karena ia tahu yg mengangkatnya bkn dirinya tp dalang termasuk yg menggerakkan dirinya..mk ktk wisnu meminta upah/balasan kpd dalang/SANG HYANG TUNGGAL..sang dalang mengabulkannya dengan satu sarat DIA/DALANG/SANG HYANG TUNGGAL “boleh AKU beri kamu segunung emas dan 100 kerajaan,tp COBA KAMU ANGKAT SATU SAJA TELUNJUKMU dgn kemampuanmu sendiri dan AKU berlepas tangan..Maka,jgankan mengangkat telunjuk menggerakkan batin sj wisnu tk mampu tanpa digerakkan DALANG..Maka tersungkuirlah wisnu meminta ampun pd SANG DALANG/HYANG TUNGGAL…seraya berkata “TANPA BANTUANMU/HYANG TUNGGAL/ALLAH..AKU TAK KUASA”..inilah ajaran manunggal dengan TUHAN sehingga banyak yg menyangka wisnu adalah Tuhan/Hyang Tuanggal.Padahal ia hanyalah DARMA menjalani hidup!!dan islam menyebutnya PASRAH/TAWAKKAL”..mksh
@Syamsul qomar
wah anda sebenarnya dalangnya bro…
karna ALLAH adalah salah satu patung Dewa yg dipuja oleh orang2 Qurais, yg kemudian dijadikan “Tuhan”oleh Muhamad,sedangkan patung dewa-dewa yg lain yg jumlahnya banyak dihancurkan,jd ALLAH anda yg anda katakan HYang Tunggal itu benar, karna dari banyaknya patung dewa yg dipuja pd waktu itu oleh orang2 Qurais yg disisakan oleh muhamad adalah patung dewa yg bernama ALLAH,jadi kalau saya NYEMBAH allah yg sebenarnya adalah DEWA,berarti saya dak ada kemajuan dong bro..betul gak bro…Aku yo ora gelem, wong uduk Tuhan,he..he..he..he
YA WIS TERSERAH SAMPEAN…maksud ane bukan soal nama..yang penting SANG HYANG TUNGGAL..dan wisnu bukan SANG HYANG TUNGGAL,dia hanyalah mahluk yang SANG HYANG TUNGGAL PALING KASIHI DIDUNIA&AKHERAT JUGA PALING TERHORMAT DARI SEMUA MAHLUKNYA bahkan dibanding nb.Muhammad sekalipun ..orang nasrani&islam menyebutnya ISA/YESUS..itu az coy…g usah debat!!!lihat makna n hikmahnya coy..weleh..weleh..ora ngerti y cung????TUTUP BUKU COY!!!
@WAWAN
KEBENARAN AKAN TEGAK&KEBATHILAN AKAN HANCUR!!!
qt lihat beberapa tahun kedepan siapa yang akan dibinasakan dan diganti oleh-Nya dgn mahluk yg lebih murni dari kemusyrikan!!!
aq&sampean mnjadi sakti bhwa tlah ku sampaikan risalah dari HYANG TUNGGAL kepada selurh makhluk ciptaan-Nya…KU TUTUP LEMBARAN CERITA HARI INI UNTUK SELAMANYA..KERNA TUGASKU TELAH KU LAKSANAKAN!!!smg HYANG TUNGGAL Meridoi usahaku…Amin
@syamsul qomar
memang benar coy, KEBENARAN AKAN TEGAK&KEBATHILAN AKAN HANCUR!!!
“satyam eva jayate nanrtam” Hanya kebenaran yang menang bukan ketidakbenaran. Dan yang menghancurkannya adalah Kalki Awatar, cung…yg lho jg tunggu coy.. Kalo dah tutup buku,BOBOK COY YA ,wkwkwkwkw
syamsul qomar
lo aja arogan kya gini ngomongnya…pantesn …cocok lo jdi teroris yg ngebomb2…tw…
ngomongmu sok taw…n tidak berdasarkan fakta sejarah…
klo berani lo ngomong cantumin emailmu yg asli n alamat rmah n sgala macem ..
jgn jd pengecut
bencong2 lo…pantesn braninya cman ngebomb pas orang lg ga tau apa2.bencong y bencong…
Hmmmm terlihat ada upaya perubahan paradigma…. Entah itu mengarah kebenaran atau pembelokan agar mirip sprti agama2 abramik. Dimana ada 1 nama yg pasti ttg Tuhan… Yaitu wisnu (bagi aliran wisnu) atau siva (bagi aliran Siva). Jadi mari kita belajar, sebab veda begitu luas. Bila ada sloka yg keliatan bertentangan, mari kita telaah bersama…Tentu dlm menelaah jangan memakai ego… Sekali lg ajaran Hindu bukan ajaran Dorgmatik. Karena perlu kita ketahui bahwa telemparnya atman ke alam material adalah sifat atman yg sll aktif dan Tuhan memberi kebebasan pada atman u/ berexprsi. Jd Tuhan aaja memberi kebebasan pada atman u/ berexprsi, sekarang kok ada sekelompok umat, yang mencoba u/ mempersempit kebebasan itu. Lewat cara ya begitu deh… ada 1 tokoh yg dianggap gate tunggal.
Klo bicara fakta, avatar, nabi, wali hanya menegakan kebenaran dalam sebuah daerah saja. Dimana daerah itu hanyalah bagian kecil dari bumi. Misal: Sang krisna menegakkan kebenaran di keluarga brata (daratan india) saja. Apakah saat itu cuma ada daratan india saja to? Saya rasa tidak to? Apa di Daratan Afrika/amerika tidak ada kebatilan? Klo jawabannya di Daratan Afrika/amerika ada kebatilan, kenapa avatar tidak turun disana? Jawabannya, mungkin taraf kebatilannya masih rendah.
Dari fakta itu saja memungkinkan bahwa logis aja bila ada golongan yang tidak mengakui kehadiran beliau. Nah sekarang, ada orang yg seolah2 memaksa bahwa Tokoh tersebut adalah Tuhan, nabi, wali, kira2 bijaksanakah orang tersebut?
Oh ya, saya mau tanya (sekali lg saya masih bodoh ttg veda/Hindu), Sapta Rsi itu satu peguruan atau lain2 yg menerima wahyu yg sama? Trs apa aliran Sapta rsi tersebut? Aliran Brama, Visnu, atau Sivakah?
Lalu Rsi yg mengkompilasi BegawadGita itu apakah Beliau saksi perjalanan krisna atau Beliau bertapa sehingga mampu melihat kejadian tersebut, atau bagaimana? Lalu sblm adanya kompilasi BegawadGita, kira2 apa yg mereka sembah?
Mohon diterangkan ya….
Om Swastiastu
wah ternyata disini tempat ngumpul para Ahli yang luas wawasannya
salut, buat yg ngasi pencerahan diatas.
tapi liat topik dan pembahasannya. jadi pengin nanya
apa sih yang kalian ‘ributkan’ ?
Vishnu atau Shiva yang lebih tinggi ?
lalu semua ngutip Veda baik Sruti dan Smrti
yah jelaslah
klo sumbernya dari Bhagavad Gita & Srimad Bhagavatam Purana ( ato Purana2 yang bersifat Satwika ) tentu Brahman itu adalah Vishnu atau Khrisna, klo dikutip dari Purana2 Rajasik ( Shiva Purana, Skanda Purana dll ) ya tentu Brahman adalah Shiva
klo ada Visnusahasranama tentu ada Shivasahasranama.
klo mau nganggap Vishnu yang tertinggi.. ya silahkan, klo mo nganggap Shiva yang tertinggi silahkan saja.
Vaishnawa jagan ‘mencela’ Shivaist , begitu juga sebaliknya.
klo di Indonesia dan Bali dari dulu berpaham Shiva ya.. biarkan saja berkembang dan jalan seperti itu, ga usah bilang ini itu lalu mengutip sumber2 yang jadi pegangan Vaishnawa. serta mempertanyakan kedudukan Lontar segala
toh yang dipakai tuk pembenaran bahwa Vishnu/ Khirsna tertinggi juga bukan Sruti tapi Smrti
oke para bijak semua
tolong kutib Mantra dari Veda Sruti (Rg, Sama. Yajur dan Arthava) yang menunjukkan Vishnu lah yang tertinggi ato Shiva lah yang tertinggi
====================================================================
maaf jika kata2 saya ga berkenan dan dianggap lancang, juga maaf kepada ‘tuan rumah’ bila saya tidak sopan
Om Shantih Shantih Shantih Om
@sakra
wah coment anda menarik jg saudara sakra, biar tambah menarik lg baca2 artikel n coment2 di blog ini ya,karna anda termasuk orang yg belum punya “pendirian”,kalo anda tinggal dilingkungan yg homogen dak ada masalah,tp kalo tinggal ditempat yg heterogen,kemudian anda ditanya siapa sih Tuhan menurut Hindu?? Apa jawaban Anda???
Om Swastiastu
Salam kenal sudara sakra.
commen saudara:
wah ternyata disini tempat ngumpul para Ahli yang luas wawasannya
salut, buat yg ngasi pencerahan diatas.
tapi liat topik dan pembahasannya. jadi pengin nanya
apa sih yang kalian ‘ributkan’ ?
Saya rasa saudara SAKRA belum paham arti sebuah pedebatan mana yang positif dan mana yang negatif kami disini berdebat bukan meributkan Siva, Visnu dll sebutan untuk Tuhan, tapi disini kita belajar memahami agama Hindhu yang kita cintai. Dengan adanya suatu perdebatan kita akan berusaha,terpacu, dan rajin mencari jawaban2 yang terdapat dalam veda yang menyatakan tentang kebesaran Tuhan dan dengan sendirinya kita mulai memahami keagungan Tuhan melalui sloka2 yang terdapat dalam kitab suci kita.
Saya yakin kalau cuma membaca doang tentu kita akan cepat jenuh dan beerlalu begitu saja dan belum tentu kita paham apa yg termuat didalamnya tapi dengan perdebatan seperti ini kita bertukar pikiran dengan teman2 sehingga timbul kecintaan dengan cinta kita berusaha mencari dan membolak-balik kitab suci untuk mencari kebenaran guna meningkatkan pemahaman kita tentang amama Hindu sehingga meningkatkan bakti kita kepada Tuhan
Tentu saudara bisa menyimak hasil dari pedebatan teman2 yang bermuara positif.
Om Santih,santih,santih,Om
@ Wawan
terimakasih saudara Wawan.
saya memang tinggal dilingkungan homogen didunia nyata
dan di dunia ‘internet’ maya saya tinggal di lingkungan Heterogen
(maaf bukan bermaksud menyombongkan diri, saya kebetulan dipercaya sebagai Moderator room Hindu di sebuah Forum )
jadi pertanyaan “siapa Tuhan menurut Hindu” sudah terlalu sering saya terima. dan jawaban saya tetap sama
” Tuhan menurut Hindu adalah Brahman ”
pertanyaan susulannya adalah
T : ” apa Brahman sama dengan Brahma? ”
J : ” ya dan Tidak ”
T : ” kok bisa ? ”
J : ” yah bisa2 aja…. ” (versi becanda )
” begini, Tuhan immanent dan Trancendent, personal sekaligus im-
personal lalu … bla … bla … bla ”
T : ” diantara Tri Murti sapa yg tertinggi ?”
J : ” mereka adalah Brahman yang mengambil wujud dengan fungsi tertentu ”
” namun para Bijak & Bhakta ada yang mengindentikkan Brahman sebagai
Vishnu, ada yg mengindentikkan Brahman sebagai Shiva, ada juga yang
mengindentikkan sebagai Brahma ”
” klo Brahman diindetikkan dengan Vishnu, maka Vishnu lah yang
tertinggi dan paling diagungkan, begitu pula jika Brahman di
identikkan dengan Brahman maka Shiva lah yang tertinggi …….. ”
” Brahman itu NETI NETI, bukan ini bukan itu…
jadi siapa yang tahu Tuhan itu secara mutlak ? ”
T : ” saya belum / tidak bisa memahami ”
J : ” yah pelan2 aja tuk memahami jangan dipaksa, bukankah lebih baik
anda jalani aja keyakinan dan ajaran Agama anda…..
jangan karena anda tidak mengerti/ belum mengerti, anda ngasih
label pada umat Hindu sebagai ‘kaum Kafir’ atau pun ‘orang yg
tidak terselamatkan’
nah seperti diatas “jawaban” saya kepada teman2 yang ‘beda’, saudara Wawan, itu adalah jawaban saya sebagai seorang beragama Hindu.
Om Swastyastu bro Sakra,
Saya setuju dengan jawaban dari bro Sakra….. 🙂
Eh, apa bro ini dengan nick Sakradewa diberbagai forum diskusi???
Suksma,
@ Nay Sudamala
tentu saja saya bisa membedakan mana yang positif & mana yang negatif, meski saya termasuk orang bodoh.
saya punya pengalaman yg kurang mengenakkan, ketika di sebuah forum ada dua orang saudara terlibat ‘diskusi’, satu orang Shiva Siddhanta (Bali) satu lagi pengikut Sai Baba.
‘Diskusi’ dengan cepat berubah jadi ajang hujat menghujat dan olok2 an, para member Hindu yg lain mulai memihak, sementara umat lain jadi pemandu sorak, saya seperti yang dbilang oleh saudara Wawan ‘belum punya pendirian ‘ memilih keluar dari Forum tersebut, malu melihat saudara sendiri merendahkan diri dengan saling menghujat dan mengolok.
maaf saudara Nay, komen saya terdahulu (diatas) khusus untuk Topik ini saja, bukan untuk semua materi di Situs ini.
Salut dan setuju untuk bro Sakra.
@sakra
thanks atas jawabannya.Saya setuju Tuhan menurut Hindu disebut Brahman.Brahman memang salah satu aspek dr Tuhan Yang Mutlak.Terus apa hubungannya Brahman dg Ida Sang Hyang Widhi Wasa,bro sakra???
Suksme
@Wawan
kenapa dengan Ida Sang Hyang Widdhi Wasa ?
ga sreg atau kurang keren ?
ato karena itu baru di populerkan PHDI Tahun 1961 ~ 1965 ?
apa salah memberi nama/gelar/sebutan untuk Brahman/ Tuhan
,ada larangannya ya ?
ketika ada golongan menyebut “Beliau” Dengan nama Rama, Khrisna , Sri Hari Vishnu , Narayana ,apa golongan lain tidak boleh menyebut “Beliau” dengan nama/gelar lain ?
atau apakah Tuhan hanya boleh disebut/ di beri Gelar dengan nama ‘Sanskrit’ …. , sehingga bahasa lain ga boleh dipakai ??
========================================================================
maaf jika pertanyaan bro Wawan dijawab dengan pertanyaan …
Suksma
@ Sakra, salam kenal
Mengenai sebutan Tuhan , sah-sah saja di bilang A, dibilang B,atau Z tapi kalau kita mau jujur dan bisa memahami kitab suci, mungkin pertanyaan anda tidak mengarah kesana .
Suksma dahat.
@ dede Narayana , salam kenal juga
betul jika kita jujur dan pahami kitab suci scr komprehensif bukan sebagian, maka ga akan ada yang INI ‘lebih tinggi’ dari yang ITU. sapa yang ada lebih dulu INI atau ITU.
karena yang ‘Sejati’ bukan INI bukan ITU
@sakra
kenapa dengan Ida Sang Hyang Widdhi Wasa ?
ga sreg atau kurang keren ?
ato karena itu baru di populerkan PHDI Tahun 1961 ~ 1965 ?
>>>>bukan masalah sreg/kurang keren bro sakra??Kalo anda mengatakann Brahman adalah nama Tuhan,kenapa tdk Brahman yg dipakai sbg sebutan Tuhan Hindu di Indonesia,kok ISHWW???tentu ada sebabnya bro?
apa salah memberi nama/gelar/sebutan untuk Brahman/ Tuhan
,ada larangannya ya ?
>>>>tdk salah n tdk ada larangannya bro sakra,kalo itu mengacu pd kitab suci,tp kalo tdk mengacu pd kitab suci apa menurut bro benar???
ketika ada golongan menyebut “Beliau” Dengan nama Rama, Khrisna , Sri Hari Vishnu , Narayana ,apa golongan lain tidak boleh menyebut “Beliau” dengan nama/gelar lain ?
atau apakah Tuhan hanya boleh disebut/ di beri Gelar dengan nama ‘Sanskrit’ …. , sehingga bahasa lain ga boleh dipakai ??
>>>>boleh2 aja bro,kalo nama tersebut dimaksudkan untuk Rama, Khrisna , Sri Hari Vishnu, Narayana.
Tuhan tdk harus diberi gelar dg nama Sanskrit,tetapi karna kita sbg penganut Veda,dan Veda bahasanya Sanskrit,tentunya nama Tuhan yg pas bahasa Sanskrit,ya gak bro?
betul jika kita jujur dan pahami kitab suci scr komprehensif bukan sebagian, maka ga akan ada yang INI ‘lebih tinggi’ dari yang ITU. sapa yang ada lebih dulu INI atau ITU.
karena yang ‘Sejati’ bukan INI bukan ITU
>>>>terus yg sejati siapa bro????
suksme
>>>>bukan masalah sreg/kurang keren bro sakra??Kalo anda mengatakann Brahman adalah nama Tuhan,kenapa tdk Brahman yg dipakai sbg sebutan Tuhan Hindu di Indonesia,kok ISHWW???tentu ada sebabnya bro?
>>>>tdk salah n tdk ada larangannya bro sakra,kalo itu mengacu pd kitab suci,tp kalo tdk mengacu pd kitab suci apa menurut bro benar???
>>>>boleh2 aja bro,kalo nama tersebut dimaksudkan untuk Rama, Khrisna , Sri Hari Vishnu, Narayana.
Tuhan tdk harus diberi gelar dg nama Sanskrit,tetapi karna kita sbg penganut Veda,dan Veda bahasanya Sanskrit,tentunya nama Tuhan yg pas bahasa Sanskrit,ya gak bro?
====================================================================
oh gitu ya, sedikit ngelantur nih anda menerima ga Pancasila Dasar Negara Indonesia ?
hmmm…. coba lihat sila pertama Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa
kenapa ga protes aja tuh, “Yang Maha Esa ” itu kan ga ada di kitab suci Agama Hindu, karena Kitab Suci Hindu berbahasa sanskrit, jadi gelar Tuhan yang pas adalah dalam bahasa Sanskrit.
Tuhan kami protes karena diberi label tidak dalam sanskrit ……
( pura2 aja lupa, klo kita tinggal dan jadi warganegara Indonesia yang punya bahasa resmi Bahasa Indonesia )
=======================================================================
maaf bro Wawan klo ilustrasi diatas menurut anda ga nyambung dan keterlaluan.
tapi trus terang saja, kalimat anda “”tentunya nama Tuhan yg pas bahasa Sanskrit,ya gak bro?”” sudah mulai mengarah tuh sama kasus di Agama tetangga kita.
alangkah kakunya Hindu bila sampai ada ketentuan seperti itu ” yang pas adalah sanskrit” besok bakalan muncul statement apalagi ya ?
bukankah Hindu itu luwes dan universal sehingga Bahasa dan Budaya bukan jadi penghalang dalam menyerap nilai nilai Veda.
apa anda menduga gelar Ida Sang Hyang Widdhi Wasa, dicomot dari buku tafsir 1000 mimpi ? sehingga menurut anda ga pas
tolong artikan ” Ida Sang Hyang Widdhi Wasa ” lalu cari di Kitab mana arti nya itu yang tidak sesuai untuk dijadikan gelar kepada Tuhan.
btw :
kita dialog sekarang pake bahasa apa ya ? oh ya kata “Tuhan” itu ada ga dalam kitab Suci yg berbahasa Sanskrit ???
@ Wawan kirang langkung, sinampura
@ Saudara Sakra,
Kenapa nama diperdebatkan ? yang dipermasalahkan sebenarnya siapa yang disebut dengan Tuhan, yang termuat di kitab suci agama Hindu. masalah ISHWW, mungkin umat Hindu di Indonesia waktu itu belum tahu bahwa nama Tuhan itu telah dimuat disana. Begitu aja kok repot
suksma.
suksma Dede Narayana
yah kenapa mesti diperdebatkan
klo ada yg menganggap Khrisna, Narayana , Sri Hari Vishnu adalah Tuhan/ Brahman / Tat silahkan saja.
tapi klo ada yang menganggap Shiva adalah Tuhan/ Brahman / Tat biarkan saja.
jalani aja keyakinan anda dan biarkan mereka menjalani keyakinan mereka
gitu aja kok repot …. he he
========================================================================
to All
maaf jika kehadiran saya disini mengganggu dan kurang berkenan
saya mau pamit dulu, mo berkelana dulu ke tempat lain.. sambil jagain room.
oh ya tuk Ngarayana , Situs anda TOP
minta ijin tuk ngambil beberapa materi tuk jadi bahan renungan.
tuk Wawan …. Mmhuaaaaaah ( duh .. becanda mode on )
senang bertemu dengan anda.
good bye all
Om Shantih, Shantih, Shantih Om
@ Sakra
Salam bro…
wah kok pergi bro… mari ramein aja.. dan jangan takut gontok-gontokan disini.. mari saling belajar asal di alam nyata kita tetap saudara… peace….
Apa yang ada di situs ini boleh di copy dan disebarkan secara bebas… kecuali yang memiliki copyright dari pihak ke-3… 😀
To bro sakra,
Wah… baru aja saya bisa melihat cara pandang yang berbeda sekarang sudah mengucapkan good bye… kalo boleh tau, dimana saya bisa menemukan anda kembali?
Om Swastiastu
Kalau saya secara pribadi memiliki pandangan bahwa Tuhan adalah beliau Yang Maha Mutlak dan Tidak Terbatas. Jika kekuasaan Beliau tidak terbatas, maka Nama-Nama Suci Beliau-pun sudah pasti tidak terbatas… Dan dengan demikian saya yakin Tuhan tidak masalah jika disebutkan dengan Nama-Nama suci berbeda. Mengenai pandangan ini sudah saya coba tulis di artikel “Tuhan, Nama-Mu siapa?”
Namun, permasalahan akan muncul jika Nama-Nama Suci yang kita gunakan mengacu kepada nama-nama ciptaan-Nya, atau nama-nama Dewa. Karena menurut beberapa sloka menyatakan bahwa Tuhan dan Dewa itu berbeda. Coba kita kaji sloka berikut ini:
1. Rg.Veda X. 129.6 “Setelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa itu“ Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dewa-dewa diciptakan setelah alam semesta material tercipta, berarti dewa adalah ciptaan Tuhan dan berbeda dengan Tuhan kan?
2. Manawa Dharmasastra 1. 22 “Tuhan yang menciptakan tingkatan Dewa-Dewa yang memiliki sifat hidup dan sifat gerak“ Dalam sloka ini dikatakan Dewa adalah ciptaan Tuhan dan memiliki karakter yang sama dengan mahluk hidup, yaitu sifat hidup dan juga bergerak.
3. Bagavad gita 9,23 “Orang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti“
4. Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
Karena itu mungkin ada baiknya kita mencoba mendiskusikan mana nama-nama suci Tuhan dan mana nama-nama para dewa yang tertera dalam kitab suci Veda dan membedakannya…
Suksma,-
smoga mjd kbangkitan vaishnava
@komang, maksudnya???????
@komang, yang saya tahu ISKCON itu organisasi tingkat dunia, sedangkan di indonesia yang ada SAKKHI. suksma
hwehe.. iseng aja..
ok trims infonya bung dede narayana
Hahahahaha…….Mulai terbawa arus nih kelihatannya…. Ya agar mirip seperti agama tetangga nih… dimana kepingin ada sebuah kesamaan, ada yang merasa bangga klo kelompoknya terbanyak & tersebar di dunia. Ingat lho pendawa vs kurawa, Banyakan mana jumlahnya? Tapi mengapa yang jml dikit yang menang……. Kesemuanya dikarenakan oleh jml yang sedikit biasa lebih mudah dalam kosentrasi, tidak arogan, tidak ta’kabur dan lain2. Sehingga itu jd poin awal dari kemenangan.
Oh ya kemarin saya dengar dakwahnya KH Zainudin MZ “orang kristen seperti ikan teri, dan orang kristen seperti ikan hiu…”. Kelihatannya hebat ya…….. tapi menurutku, akankah ikan Hiu yang selalu memenangkan peperangan sama ikan teri? Mungkin slogan-slogan seperti itu adalah poin awal dari kehancuran… Jadi berhati2lah dengan slogan-selogan yg seperti itu.
Brahma ?? Wisnu ?? Siwa ??
Om Swastyastu
Dewasa ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak para umat hindu di Bali khususnya yang berkaitan tentang judul diatas. Pengikut ajaran Brahma menyebutkan bahwa tuhan tertinggi adalah Brahma, semua dewa lahir dari kaki dewa ini. Sedangkan pengikut ajaran Waisnawa dengan segala macam penelitian dan pengetahuan yang mereka peroleh, dilengkapi dengan data, dengan bangganya mengambil kesimpulan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu sesungguhnya adalah Visnu (Narayana), dan tentu saja dilengkapi dengan sumber sastra yang menyebutkan bahwa semua dewata terlahir dari kaki dewa ini. Begitu juga pengikut ajaran Siva-Shiddanta tentu tidak kalah saing dengan menyebutkan bahwa Tuhan tertinggi adalah Siva.
Persaingan ketiga pengikut aliran besar ini terus terjadi, dan tidak jarang bahkan menimbulkan efek negatif, saling menjelekkan satu sama lain, dan adanya rasa ke-‘aku’-an atas apa yang mereka percayai. Kalau kita perhatikan lebih jauh, kejadian ini pernah terjadi di tanah lahirnya agama Hindu:India, dimana beberapa kelompok mengklaim dewa utama mereka masing-masing dan tidak menerima dewa yang lainnya sebagai dewa utama, Perang antar sekte pun terjadi, saling menjelekkan, membanding-bandingkan dewa masing-masing, saling hina, dan saling menjatuhkan. Para kaum cendikiawan yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi saling ‘lempar’ pendapat dengan menampilkan berbagai macam spekulasi yang berkaitan tentang mempertahankan tentang apa yang mereka percaya, dan tidak jarang dari spekulasi itu muncul pernyataan-pernyataan yang membandingkan dan menjabarkan kekuatan dan kekurangan salah satu dewa, sehingga dapat menarik kesimpulan bahwa dewa utamanya lah yang kuat (‘seolah-olah’ menunjukkan kekuatan sendiri dengan menjabarkan kelemahan yang lainnya).
Mempelajari sumber-sumber sastra, purana-purana yang berkaitan tentang ketuhanan dan mengamalkannya merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh semua umat beragama, namun kembali lagi dilihat dari sisi yang mempelajari, dengan berbagai macam keterbatasan kita sebagai manusia (hal ini mutlak harus diakui !!) kadang dapat menimbulkan berbagai macam perspektif yang berbeda. Kitab Suci Veda, merupakan kitab suci yang kekal dan tidak termakan waktu, memiliki makna yang sangat dalam, dan tidak semua orang mampu memetik makna sesungguhnya yang terkandung didalamnya, meskipun setelah di baca berulang kali. Makna yang sangat dalam dan luas dan disertai variasi tingkat keterbatasan manusia untuk memahaminya, kadang dengan sedikit ‘memaksa’ mereka membatasi makna isi dari kitab suci tersebut. Hasilnya keluarlah pernyataan-pernyataan seperti yang disampaikan oleh kelompok cendikiawan dari berbagai aliran diatas (perang sloka).
Dalam tulisan ini tidak diselipkan petikan-petikan kalimat, sloka, ataupun mantra yang terdapat pada bab-bab yang ada pada kitab suci, purana-purana, maupun lontar-lontar, kita tidak membutuhkan semua itu untuk dapat menjawab pertanyaan yang ada pada judul diatas. Terlepas dari semua itu, jika kita kaji lebih jauh, munculkan pertanyaan-pertanyaan ini di benak, bagaimana sesungguhnya agama Hindu itu ?? Apakah tujuannya ?? Siapakah yang kita puja ??. Para rohaniawan, cendikiawan, bahkan orang awam pun bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, namun apakah jawaban itu merupakan jawaban yang sesungguhnya?. Selama jawaban yang muncul masih berkisar antara “yang ini kuat, yang itu lemah, yang ini nomor satu, yang itu nomor 1”, itu bukan jawaban yang sesungguhnya, apapun alasannya, apapun dasar sastra yang menguatkan pernyataan itu, semua itu SALAH.
Sepantasnya kita mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi untuk diri sendiri dan bukan malah sibuk menghabiskan waktu mempelajari sastra agama untuk menyatakan yang itu “filsafat palsu” yang ini “filsafat asli” dan hanya sekedar mendapatkan data untuk memperlihatkan bahwa yang kita percaya lebih bagus dari yang mereka percaya . Harus ada keyakinan dan kesadaran diri bahwa agama Hindu adalah agama yang Universal, agama yang besar. Untuk apa membicarakan dewa tertinggi?? Untuk apa memperdebatkan cara sembahyang?? Semua itu hanyalah bentuk sebuah kesepakatan yang dibuat manusia, tuhan tidak pernah memberikan aturan yang sangat baku untuk itu. Brahma? Wisnu? Siwa? Apa artinya nama-nama itu ? semua itu hanyalah bentuk dan hasil dari keterbatasan manusia, dan entah disadari ataupun tidak Beliau satu, lantas untuk apa meributkan sesuatu yang sifatnya tunggal tiada duanya ?.
Sesungguhnya manusia lah yang menciptakan zaman, bukan malah sebaliknya, banyaknya beredar pernyataan-pernyataan baik di media cetak, internet, ataupun televisi yang disampaikan oleh salah satu sekte aliran tertentu yang menyatakan pernyataan bahwa di zaman kali yuga ini manusia harus dituntut kembali ke ajaran yang benar, benar yang mana ??? kebenaran dengan menunjukkan kelemahan yang lain?? Sedangkan tuhan tidak pernah melarang umatnya memujanya dengan bentuk apapun asal berlandaskan dharma.
Salah satu hal penting yang harus kita lakukan sebagai umat hindu yang benar adalah mulai belajar mengenali Tuhan yang ada pada diri kita, tidak perlu kesana kemari hanya untuk “mengejar” tuhan, karena seluruh alam semesta adalah tuhan. Belajar untuk membangkitkan semua sifat tuhan yang ada pada diri kita, yang sering disebut dengan istilah “Kesadaran tingkat tinggi”.
Om Shanti, Shanti, Shanti
Penulis terlahir dari lingkungan ajaran Shiva-Shiddanta
Kidz
menghina / mencerca Lord Siva … become my Enemy
OM Namah Siwa Ya
Om Swastyastu..
saya pernah bertemu orang suci berwujud kakek2 lewat semedi/puasa yang saya lakukan, saya bertanya ke pada beliau tentang cerita dewa2 yang ada di alam ini, beliau hanya tersenyum dan memulai menceritakan, sebenarnya yang kita sebut brahma, wisnu, ciwa itu salah yang benar wisnu, brahma,siwa karena dahulu kala dewa wisnu dan dewa brahma berperang merebutkan kedudukan dan itu berlangsung lama, lalu datanglah dewa siwa untuk melerai pertempuran itu, dan dewa siwa bersabda hai dewa dewa wisnu kekuatanmu adalah air, air jatuhnya kemana? pastilah ke bawah, dan dewa brahma kesaktianmua adalah api, kalo api pastilah ke atas, dan dewa siwa adalah angin kalo tidak ada angin air,api pasti tidak jalan……
di dalam cerita yang di sampaikan oleh orang suci itu saya sempat berfikir kalau tidak ada angin tumbuhan, bunga, binatang, api tidak bisa hidup di dunia ini
hanya orang yang bodoh membicarakan bhakti(karma yoga)sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis(sankhya).orang yang benar benar bijaksana mengatakan bahwa orang yang menekuni salah satu diantara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua duanya.BG 5.4
orang yang mengetahui bahwa kedudukan yang dicapai dengan belajar secara analisis(snkhya)juga dapat dicapai dengan bakti,dan karena itu melihat sankhya dan bakti sejajar,melihat dengan sebenar benarnya.BG 5.5
marilah menghormati perbedaan,jika hanya satu jalan saja yang benar rasanya Bhagawad gita tidak perlu terdiri dari 18 bab dan tidak kurang dari 700san sloka,konteks Hindhu di bali rasanya sudah disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan sosial budaya masyarakat bali,apa yang di bangun sekian lama dan masih eksis sampai saat ini pastinya mengandung hal hal yang positif…jadi marilah menggunakan kebebsan kecil kita sebaik baiknya
dalam pemahaman yang paling murni EGO tataplah ego yang pada nantinya akan menghalangi kemajuan spiritual kita.
suksme.Om santih santih santih Om
Hanya orang yang bodoh membicarakan bhakti(karma yoga)sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis(sankhya).orang yang benar benar bijaksana mengatakan bahwa orang yang mnekuni salah satu diantara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua duanya.BG 5.4
orang yang mengetahui bahwa kedudukan yang dicapai dengan cara belajar analisis juga dapat dicapai dengan bakti,dan karena itu meliaht bahwa pelajaran analisis dan bhakti sejajar,melihat hal hal dengans sebenarnya.BG 5.4
marilah hormati perbedaan,jika hanya satu jalan saja yang mencapai keberhasilan rasanya Bhagawad Gita tidak perlu terdiri dari 18 bab dan 700an sloka.
dalam konteks Hindhu di bali,rasanya tu kan dah di formulasikan sesuai dengan tingkat spiritualitas dan juga sosial budaya,hingga bisa eksis sampai sekarang.
kalau boleh saya katakan EGO tetaplah ego yang kaan menghalangi kemajuan spiritual kita.
Om santih santih santih Om
Kita tidak perlu ribut-ribut ttng siapakah Tuhan yg sebenarnya, Vishnu atau Shiva?
Bagi penyembah Vishnu sembahlah Dia (Vishnu) sbg Tuhan dan bagi penyembah Shiva sembahlah Dia (Shiva) sbg Tuhan. Baik Vishnu maupun Shiva adalah manifestasi Tuhan yang Satu. Ia mengambil banyak bentuk yg berbeda agar setiap orang bisa memuja yg ia inginkan dan mencapai kebaikan.
Kalaupun ternyata Shiva atau Visnu bukan Tuhan yg sesungguhnya, toh Tuhan juga tau yg sebenarnya kita sembah adalah Diri-Nya, tetapi kita menyebutNya sbg Shiva atau Vishnu.
.
.
Salam Damai ___/|\___
Kita tidak perlu ribut-ribut ttng siapakah Tuhan yg sebenarnya, Vishnu atau Shiva?
Bagi penyembah Vishnu sembahlah Dia (Vishnu) sbg Tuhan dan bagi penyembah Shiva sembahlah Dia (Shiva) sbg Tuhan. Baik Vishnu maupun Shiva adalah manifestasi Tuhan yang Satu. Ia mengambil banyak bentuk yg berbeda agar setiap orang bisa memuja yg ia inginkan dan mencapai kebaikan.
Kalaupun ternyata Shiva atau Visnu bukan Tuhan yg sesungguhnya, toh Tuhan juga tau yg sebenarnya kita sembah adalah Diri-Nya, tetapi kita menyebutNya sbg Shiva atau Vishnu.
.
.
Salam Damai ___/|\___ 🙂
belajar pengetahuan apapun jangan dmakanlangsung , kita harus sabar lebih lembut cara memahaminya , makanya belajar itu tidak hanya dari satu sumber saja , setelah kita tau dari membaca banyak kitab kita hafal dan lain 2 , mbok ditambah lagi ,yang lain umpanya mencari seorang guru untuk dapat membuka makna dari sekian yng telah kita ketahui?
contoh dikit aja ya ? tentang swastika yang dihilangkan lekukanya sehingga menjadi tanda tambah, dari sini bukan lagi swastika namanya tanpi disebut “JANTRA” . APLIKASI JANTRA lebih jauh untuka mendudukan arah mata angin, nah disitu ada 4 arah dah satu ditengah , bagi hindu jawa bahasan ini sangat wajib untuk dipahami , karena apa dari bahasan ini kita akan peroleh banyak hal yang penting dari kedudukan dewa .
kita uda tahu , hyang iswara,hyang brahma(bromo dlm jawa),hyang parameswara,dan hyang wisnu,terakhir hyang siwa.
lebih urut hyang iswara ditimur….dan sampai hyang wisnu di utara dan penutup hyang siwa berada ditengah.
nah apa yang terkandung dalam pemahaman diatasn , bagi orang awam mungkin cuma sebatas pengetahuan letak dewa di penjuru mata angin, tapi bagi mereka yng sudah paham betul akan lai ceritanya ?
nah dari hal diatas kita lihat kedudukan hyang wisnu kenapa di utara ( lor dlm jawa),kenapa kok ga ditengah ) nah kalo sedarma sekalian udah mengerti hal diatas maka akan ketemu jawaban mengapa siwa budha / siwa sidhanta atau kejawen yg lampau mmeposisikan hyang siwa paling atas dari dewa yang lain dalm kontek kuasa
nah ini saya lempar pertanyaan siapa yang mengaku penganut siwa budha / siwa sidhanta udah nyampe kah pada pemahaman hal ini , jika belum mohon sabar kan diri anda agar bisa berfikir jernih untuk memahami perihal dewa ?
@utsukshi,
maaf bro, saya sendiri bingung disebut sebagai ‘penganut’ apa tapi sudi kiranya bro membagi pengetahuan disini dengan memberikan penjelasan tentang ini karena dari apa yang bro tulis sepertinya sangat memahami akan hal ini…… 🙂
Suksma,
siva,krisna, dan balarama…aku mencintai ketiganya
Kalau kita masih bertaruh yang mana lebih hebat//perkasa//sakti// kasar//lembut//suci//spritual//material; sepertinya kita harus lebih banyak merenung dulu sebelum menulis.Saya pemuja beliau yang tidak terpikirkan itu dan saya yakini beliau tidak picik harus disebut “John”.
Agar selesai perdebatannya, sebut saja Yang Tunggal itu dengan “John Dekir”,atau pilih kata yang tidak ada di semua kitab suci di dunia ini, sepakat…
Ha ha ha ha, ada yang master of veda, bahkan professornya mungkin. Ada yang fans berat shiva, mendukung terus. ada yang pro semua, cari aman. ha ha ha. heran, sungguh mengherankan. Apa anda semua sudah menjalankan dharma??? pernahkah anda seharipun tidak berbuat dosa??? Itu semua hal yang membuat Hindu semakin lemah. Anda faham betul teori, tapi anda belum tentu menerapkan sesuai konteks. Saya setuju dengan pendapat yang menyebut John … itu sah-sah saja. Tidak ada istilah mengolok-olok, Tuhan tidak picik seperti itu. Itu bau cuma nama Vishnu, Shiva, dll. Itu nama, permainan Bahasa, apa anda menyembah ilmu Bahasa????? Jangan dong berfikiran sempit seperti itu. Anda baca kitab isinya seperti itu, anda telan mentah-mentah, anda perdebatkan, seperti diberi pancing, anda makan pancing, arusnya cari ikan dulu, ikannya digoreng, trus dimakan. Ingat ya, jangan makan pancing. fahami dulu, esensinya apa, makna dibalik itu apa. Ini bukan kampanye, jangan anda politisir, jangan jadikan Tuhan itu bagaikan pemilu. Anda tahu siapa yang punya lincense untuk brand vishnu??? Siapa punya license untuk brand shiva??? yang buat nama itu siapa??? ada di Veda??? Vea ditulis siapa???? yang melihat siapa??? ada bukti rekaman videonya???? Klo anda sadar, itu semua ada pengaruh dari keadaan politik saat itu. Rama mematahkan busur shiva, sampai-sampai Shiva tidak mampu hadapi pasukan asura yang banyak, dll. itu cerita, orang Bali bilang satua alias sane tuare ada, yang gak pernah ada. Jangan sodorkan bukti kitab, itu bisa ditulis, dikarang, dan dibuat manusia, dan itu tidak penting, yang penting ajaran kebaikan di dalamnya. Shiva gaya hidupnya nyeleneh, nyentrik, ha ha ha, tahu darimana, siapa bilang itu gambar shiva???? fotografernya siapa???? trus, di veda disebutkan begit, anda percaya???? silahkan, anda pernah lihat??? nggaklah pastinya. Di Bali, kami memuja Shiva, untung masih Shiva, masih ada kaitannya dengan Veda, bagaimana jika kami sebut dengan nama I Wayan Tomblos, trus kami bisa berbuat baik, saling menjaga keseimbangan buana alit dan buana agung, menjalankan dharma, apa kami sesat???? Trus ada yang selalu memuja krisna, menyebarkan faham bagai Multi level marketing, ingin merubah tatanan aganma di Bali, menganggap ajarannya selalu benar, orang Bali Hindunya dianggap sesat, picik, berfikiran sempit, apakah itu aliran lurus??? Trus apa bedanya mereka dengan faham abrahamik???? Ada yang memuja Wisnu karena lebih tinggi, pahalanya berlipat, dan seterusnya, apa memuja hanya untuk pahala??? Bagi orang bodoh yang maaf mengaku agama Hindu tapi tak tahu Veda seperti saya, nama itu cuma search engine, mau Google, yahoo, altavista, dll, tujuannya cuma satu, to get the data. Andaikan dengan memuja satu buah botol, anda bisa fokus, bsa menyucikan diri, selalu berbuat baik, maka botol itu Tuhan, bukankah Tuhan maha segalanya, jangankan cuma jadi shiva, jadi wisnhu, jadi botol, jadi jagat rayapun Tuhan bisa, anda yang membahas Vishnu vs Shiva, sangat berfikiran sempit, inilah yang mengkotak-kotakkan ajaran Hindu, yang membuatnya perlahan hancur, pantas saja, Buddha yang dikatakan avatar Vishnu, lepas dari Hindu, sungguh, master of Veda theory but nothing in practice, persis kayak professor di universitas, theoritical mereka master, tapi saat ngajar siswa, siswa pada nggak ngerti. Ini zaman CTL man, Contextual teaching and learning.
saya sependapat dengan Dekir & Nonametruth
TUHAN qo dikotak-kotakkan! lgpl TUHAN aja adanya cuma di Indonesia, karena itu merupakan bahasa Indonesia. klo mau jualan emang ga ada yg laen…baju kek, mainan kek, tekek kek, dll. ini qo keyakinan orang dikoyak!!!
@Nonametruth & Chepz
Kui iki ngomong opo toh?
Perdebatan di Hindu itu hal yang biasa man. Dengan Berdiskusi dan berdebat masyarakat Veda menjadi semakin mengerti akan ajarannya. Apa anda tidak pernah membaca sejarah Veda dan bagaimana Veda diturunkan dari generasi ke generasi dengan sistem diskusi dan debat antara garis perguruan?
Tidak ada yang mempermasalahkan siapa itu nama Tuhan. Saya juga sangat yakin Tuhan maha tidak terbatas. Artinya, Tuhan juga memiliki nama yang tidak terbatas. Bisa saja mengatakan Tuhan dengan sebutan A, B atau C tetapi jangan sampai salah mengatakan suatu nama. Contoh, jika anda sedang menghadap ke purian dan bertemu dengan raja, permaisuri serta ajudannya. Lalu anda memanggil ajudannya dengan menyebut “Wahai Tuan Raja yang mulia” dan secara berkebalikan anda memanggil sang raja dengan sebujan “Hai pembantuku”. Walaupun anda menggunakan sikap anggah-ungguh dan tata krama yang benar, tetapi kalau salah memanggil apa yang terjadi? So….tempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan budaya yang berkembang setempat. Kalau di Bali memanggil Tuhan dengan sebutan Hyang Widhi, ya itu sah-sah saja. Kalau di suatu suku pedalaman memanggil Tuhan dengan sebutan Mr. Guguk dan sudah menjadi tradisi, juga sah-sah saja. Tapi jangan coba anda menyebut Tuhan umat Muslim dengan menyebut “Babi”. Itu artinya anda membunuh diri anda sendiri 😀
Hare Krishna menyalahkan budaya Bali? Para pengikut sampradaya saling bertentangan dan berkotak-kotak? Apa dasarnya? Jangan melihat oknum, tetapi pandanglah dengan generalisasi yang lebih fair.
Sekarang dalam beragama Hindu saya tanya ke anda.
1. Apa dasar anda bisa disebut beragama Hindu? Bukankah hanya karena anda mendasarkan keyakinan anda pada kitab suci Veda bukan?
2. Sekarang anda tidak mau memahami dan berdiskusi berdasarkan Veda dan menolak keberadaan Veda, apakah itu artinya anda bisa disebut sebagai Hindu? Kenapa tidak menyebut diri anda pengikut aliran kepercayaan dan penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak didasarkan pada kitab suci?
Nama memiliki arti. apalagi nama Tuhan. di dalam nama itu terdapat Tantra, esensi. Nama2 itu bukan bahasa(mantra). Kalau bahasa ada maknanya, tapi kalau nama belum tentu. kalaupun ada persepsinya luas sekali. Boleh saja anda memanggil Tuhan dengan nama John dalam japa anda, seperti kata Bhagavad Gita, ketika anda meninggal anda akan sampai pada JohnDekir-Loka. jadi dimanapun john Dekir kesanalah anda akan menuju. entah dia ke neraka/ ke surga.
Karena itulah Blog ini berusaha memisahkan pemujaan leluhur dengan Tuhan di Bali
Ha ha ha, itu artinya Ajudan bisa jadi raja, raja bisa berubah jadi ajudan dengan sekejap gitu??? Karena Tuhan itu segalanya, Tuhan sekejap bisa jadi ajudan, sekejap bisa jadi raja. Jika anda puja sebagai raja, dan anda mampu mengamalkan kebajikan, maka tuhan itu raja, jika anda menyembah tuhan sebagai ajudan,trus anda bisa mengamalkan kebajikan, berarti Tuhan itu ajudan. Berarti bagi anda Tuhan hanya sebatas raja??? jadi saat Tuhan berwujud ajudan anda tidak mengakuinya?? apapun wujud Tuhan jika kamu tulus, maka saya yakin, nggak ada salah atau keliru.artinya nggak ada istilah Salah menyebut nama Tuhan!!!! yang ada itu, salah memunafikkan nama Tuhan, nama anda debatkan, kapan melaksanakan ajaran agama??? debat itu bagus, tapi yang bermakna, yang bisa membawa kita menuju kebajikan, klo macam gini kan sama aja debat sampah yang membawa perpecahan??? Klo udah pecah, kapan kita menjalankan kebajikan??? Apa cukup dengan mengucap nama saja akan masuk surga???? nggak deh kayaknya man.
Trus buat yang bilang nama itu mengandung arti(mantra), kan banyak orang yang bernama krisna, wisnu dll, berarti saya harus memuja mereka juga??? Anda ini picik, anda terlalu membatas-batasi kuasa Tuhan. Memuja leluhur??? memuja Tuhan??? koq jadi kesana??? Itu jelas beda, di Bali aja penempatannya berbeda, salahkah memuja leluhur??? bagi saya tidak sama sekali!!! Orang Bali tidak pernah menyamakan posisi Tuhan dengan leluhur, mereka memuja leluhur karena rasa bhakti mereka, rasa berhutang mereka, apa itu salah??? berarti anda tidak pernah bhakti pada leluhur anda??? JIka anda menjawab, hanya bhakti pada Tuhan, leluhur kita kan ciptaan Tuhan, jika anda tidak bhakti pada ciptaan Tuhan, berarti anda tidak menganghargai ciptaan Tuhan dong???
O ya, anda bilang sya tidak mau memahami veda?? saya hanya contohkan jika anda menarik pembatasan nama seperti itu. maka veda menjadi sempit. Sekarang saya tanyakan anda, apakah anda sudah memahmi veda??? Jika ya, itu pemahaman anda, pemahaman saya lain, apa saya salah??? apa saya harus ikut pemahaman anda???
Jika nama diperdebatkan, saya mengambil kesimpulan, anda memahami veda sebagai:
“Tiada Tuhan selain Vishnu, jangan menyekutukan Tuhan dengan Shiva atau Brahma, karena itu semua lebih rendah dari Vishnu.”
Walau anda menolak, tapi jelas itu arti dari tulisan anda.
Tapi, maaf, saya punya pemahaman yang berbeda. Bagi saya itu hanya simbolisasi, karena keterbatasan manusia mengungkapkan Tuhan yang tak terfikirkan, jadi dalam veda, agar orang lebih mudah fokus, maka dibatasilah seperti itu, agar manusia tidak bingung. Tujuannya, kalau sudah dibatasi, mereka tidak perlu membingungkan itu lagi, sehingga mereka bisa mengamalkan kebajikan.
Tapi, jika mereka bisa fokus, dan mampu berbuat kebajikan dengan sebutan Tuhan itu Allah, maka Allah adalah Tuhan.
Banyak jalan menuju kebajikan dan kebenaran hakiki, jangan paksakan orang untuk harus naik mobil mewah ke besakih, tidak semua punya mobil, ada yang gak kuat, muntah kalo pake AC, dll.
Mereka tidak salah koq, ke Besakih dengan sepeda motor. Jalan kaki pun nggak salah, yang penting niatnya satu, untuk menghaturkan bhakti pada yang Kuasa. Toh, apapun nama alatnya, mereka tetap sampai, dengan syarat mereka menggunakan alat transportasi, jangan pakai kompor ke Besakih.
Ini artinya, jika anda memakai alat kebajikan, apapun namanya, pasti akan sampai pada tujuan. Tapi kalo alat anda adalah alat memasak, biar anda sebut mobil pun, tidak akan sampai. Sama halnya, walaupun anda sebutkan Tuhan dengan nama Vishnu tapi sejatinya anda tidak berbuat kebajikan, niscaya, anda tidak akan sampai pada tujuan. Jadi di sini yang penting kesucian niat. Jangan paksakan orang dengan alat anda, kita tercipta berbeda.
Jadi, saya akhiri dengan ucapan, Tuhan itu tidak bernama dan Tuhan itu memiliki semua nama, bukankah Tuhan itu tak terfikirkan?maha segalanya, maha besar, maha kecil, yana paling agung, tak terlukiskan dengan kata-kata??? Klo anda paksakan harus bernama Vishnu, berarti anda membatasi kemahakuasaan Tuhan.
Saya orang Bali jadi merasa iri, berarti Tuhan orang India ya??? Tuhan gak bisa jadi orang Bali ya??? Mengapa nggak bernama Wayan??? sedih hati saya, sebagai orang Bali harus meminjam Tuhan ke India???? kan kayak gitu jadinya???? berarti nama orang India yang suci ya, Wayan nggak bisa jadi suci ya, sedih jadi orang Bali. Itu juga artinya, nama India itu mengandung arti, betapa sombongnya agama Hindu jika anda tasbihkan seperti itu, merendahkan ras lain dan meninggikan ras tertentu. Namun akhirnya saya sadar, pantas Budha menjadi ajaran sendiri, karena pemikiran picik seperti ini yang membutakan mata hati orang yang mengaku faham dengan veda. Avatara Vishnu saja sudah tidak setuju dengan penafsiran yang salah, apalagi manusia bodoh kayak saya. Bukankah di Veda diyakini, bahwa Budha adalah Avatara Vishnu??? koq anda tidak mengikuti ajarannya???berarti kan tidak percaya Vishnu, ah jadi bingung dengan orang-orang pintar yang sok tahu Veda, padahal … ya sudahlah
Dear Nonametruth
Sepertinya setelah saya perhatikan apa yang anda sampaikan di sini dengan perdebatan yang sedang hangat di Media Hindu edisi oktober 2010 kok serupa ya? 😉
Tapi terus terang saya ketawa dengan Media Hindu sebagai sebuah media nasional yang harusnya bisa menjembatani berbagai golongan dan perguruan Hindu malahan tidak mengedepankan keterbukaan pers dan mengedepankan subjektivitas. Lucunya lagi, disaat redaksi media Hindu dengan gencarnya mewartakan isu negatif tentang Hare Krishna, tetapi di satu sisi dia menterjemahkan dan membanggakan buku-buku karya orang-orang Hare Krishna. Ambillah salah satu contoh buku “Hindu agama terbesar di dunia” hasil karya Stephen Knapp. Dia tidak tahu kalau Stephen Knapp adalah salah satu murid dalam garis perguruan Hare Krishna keturunan Yahudi yang nama diksanya adalah “Nandanandana Dasa”. Sering kali juga redaksi mengutip tulisan-tulisan pengikut Hare krishna yang lain di luar negeri tetapi secara picik merendahkan pengikut Hare Krishna yang lain. Tapi tidak apalah… dunia ini memang sarva dhuka dhuki… selalu ada yang dengkin dan iri hati.
Okay kita lanjutkan lagi… saya akan coba memberi jawaban meski mungkin tidak akan mampu memuaskan semua pertanyaan anda ya…
Tuhan maha kuasa dan maha tidak terbatas. Beliau bisa menjadi apa saja dan bisa dipuja sebagai apa saja. Dalam bab 2 Vedanta Sutra menyajikan mengenai sambandha jïäna, pengetahuan tentang hubungan makhluk hidup dengan Tuhan. Sambandha jïäna terdiri atas lima bagian, yaitu; Santa rasa (hubungan netral) dengan Tuhan, Dasya rasa (hubungan sebagai pelayan Tuhan), Sakhya rasa (hubungan sebagai sahabat Tuhan), Vatsalya rasa (hubungan sebagai orang tua Tuhan) dan Madhurya rasa (hubungan sebagai kekasih Tuhan). Jadi Tuhan tidak selalu harus dipuja sebagai bos. dalam kisah Ramayana, Sri Rama juga melakukan pemujaan kepada Dewa Siva untuk meminta ijin memusnahkan Rahwana yang merupakan penyembah Siva yang taat. Kejadian ini sama halnya dengan seorang ayah yang melayani anaknya main kuda-kudaan. Sang ayah memang berkuasa, tetapi karena kasih sayangnya kepada anaknya sang ayah bisa menjadi pelayan sang anak. Tuhan juga sama, tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menempatkan Tuhan. Bagaimana kita memandang Tuhan dan melakukan pemujaan kepadanya secara layak.
Apakah nama Tuhan penting? Sangat penting. Karena nama akan menunjukkan benda. Saya bisa mengenal anda jika saya tahu nama anda. Saya tahu yang disebut sapi karena ada kata “sapi/cow”. saya tahu pensil karena ada kata “pencil”. Mengenai hal ini sudah di ulas dalam artikel “Hari nama Cintamani“. Kalau anda punya waktu mohon comment di sana juga ya..
Tentunya kita tidak ribut diskusi hanya masalah ini dan melupakan masalah-masalah yang lain… sebelum kita berusaha menjalankan Bhakti kepada Tuhanpun kita sudah harus menjadi bajik. Dalam Patanjali Yoga Sutra kita diharuskan menjalankan Panca Yama Bratha dan Panca Nyama Bratha. Kita diajarkan ajaran Sadripu, Sad Atetayi, Sapta timira dan sebagainya. Jika kita lulus dengan prinsip-prinsip dasar itu barulah guru keroanian kita mendiksa kita dan mengajarkan fislafat yang lebih tinggi. Dan dengan filsafat itu kita mulai belajar diskusi dan mengenal Tuhan. Jika anda merasa diskusi ini membuat seseorang atau mungkin saya melupakan prinsip-prinsip dasar dalam hal kebajikan, ingatkan saya dan mohon tuntun saya dalam jalan kebajikan.
Tentunya nama Tuhan dan nama yang dipakai orang sangat berbeda. dan janganlah kita berpikir sempit seperti itu. Nama saya sendiri “Laksmi Narayana Dasa”. Tapi saya dan orang-orang yang mengenal saya tidak menganggap saya Sri Laksmi Narayana yang sama dengan Tuhan yang kita puja. Nama itu diberikan agar saya pribadi selalu ingat pada Tuhan dan orang-orang terdekat saya yang memanggil saya juga menjadi ingat denagn nama Tuhan. Jadi mohon berpikir lebih terbuka lagi. Awal diskusi kita di sini bukan masalah nama seperti ini, tetapi masalah “APAKAH DEWA SAMA DENGAN TUHAN? Saya telah menyampaikan begitu banyak sloka-sloka yang memperlihatkan dewa dan Tuhan itu berbeda sehingga tidaklah tepat mengatakan dewa Surya, Indra, Agni, Varuna dan bahkan Siva sebagai satu entitas yang sama. Nah sekarang jika anda menganggap dewa dan Tuhan itu sama, saya hanya meminta tolong sampaikan dan cantumkan sloka-sloka Veda tersebut di sini dan mari kita diskusikan dengan kepala dingin.
Mohon simak lebih banyak lagi tulisan-tulisan saya ya saudara Nonametruth. Sepertinya anda membacanya secara sepenggal-sepenggal. Mohon baca juga artikel “Bhakta, tidak sekedar label“. Mereka yang mengaku penyembah Tuhan harus memberi hormat kepada siapapun. Jangankan para dewa dan leluhur, kepada mahluk paling remehpun harus dihormati dan diperlakukan dengan baik. Jadi sepertinya ada miskonsepsi dan pengertian antara apa yang anda pahami.
Mungkin tidak akan pernah ada orang di jaman Kali Yuga ini yang akan mampu memahami Veda secara total karena saking luasnya kitab suci Veda. Tetapi bukan berarti dengan demikian kita menutup mata untuk mencoba membaca dan mengerti ajaran Veda dibawah bimbingan sang guru kerohanian. Parampara yang masih tersisa di grya-grya di bali melakukan penurunan ajaran Veda secara garis perguruan melewati guru-guru nabe mereka. Dalam tradisi yang lain dengan sistem guru kulanya dan dalam tradisi gaudya vaisnava dengan sistem ashram-nya. Sang guru akan mendidik kita menguasai satu bidang secara profesional. Jika dia berbakat dalam astrologi, mungkin dia diarahkan menguasai Jyotisastra. Jika dia berbakat dalam hal arsitektur, dia diarahkan menguasai Vastusastra. Jika dia berbakat dalam kebrahmanaan dia diarahkan menguasai kitab-kitab tentang upacara dan yajna. Demikianlah seterusnya.
Sekarang dengan kita sudah mengetahui sedikit, marilah kita lebih perdalam lagi dengan saling berdiskusi dan tentunya sebagai dasar diskusi kita gunakan dasar-dasar sloka agar kita tidak terjerumus dalam angan-angan filsafat. dalam presentasi ilmiah saja kita selalu mengedepankan acuan normatif, bibliografi dan bukti penelitian, apa lagi dalam membicarakan Tuhan yang maha tidak terbatas, kita juga harus mendasarkan pada Sastra agama, guru dan sadhu yang sudah mengerti Tuhan.
Iya.. itulah kesimpulan sloka-sloka yang sudah saya tuliskan ulang di sini. Tuhan dan dewa memang berbeda. Brahma, Visnu dan Siva bukanlah entitas yang sama. Yang satu Tuhan dan yang lainnya adalah dewa. Sekarang anda mengingkari pernyataan Veda tersebut. Apa dasar anda mengingkarinya jika anda sendiri mengatakan diri anda percaya pada kitab suci Veda?
Memang benar… karena itulah dalam ajaran Veda tidak ditetapkan satu landasar filosofi. Ada sangat banyak landasan yang bisa diikuti. Dalam Brahma Vaivarta Purana sudah ditegaskan bahwa Veda juga dibagi kedalam 3 sifat untuk golongan-golongan yang dikuasi oleh dominan dari tiga jenis sifat alam tri guna. Dan sayapun tidak pernah memaksakan salah satu dasar filsafat kepada siapapun. Artikel-artikel ini dan juga diskusi di sini adalah upaya menyamakan persepsi dan sarana pembelajaran agar kita bisa semakin mengerti ajaran kita.
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Moral dan kebajikan adalah dasar dalam menggapai ketuhanan. Jadi tanpa dasar ini spiritual yang paling rendahpun tidak akan bisa kita gapai.
🙂
Sepertinya anda belum membaca dan memahami artikel-artikel saya ya… coba deh baca artikel “Tuhan nama-Mu siapa?“. Saya menyampaikan hal yang sama dengan yang anda sampaikan… tapi sayang anda terlalu terburu-buru dan terlalu mudah menghakimi seseorang… 😉
Mohon simak lagi artikel “Buddha Avatara” ya.. dan berikutnya artikel “Sankaracarya” dan “Sri Chaitanya”
Sekali lagi saya mohon kesediaan anda membaca semua artikel saya secara berurutan dan semua itu sudah terjawab dan saya jawab berkali-kali.
“Jika anda disodori segelas air putih, jangan pernah mengatakan air itu asam, sain, pahit atau manis sebelum anda memcobanya. Tapi jika anda sudah mencobanya. Maka silahkan berkomentar.”
@ kidz
Untuk saudara kidz, saya coba jawab singkat saja ya… Maklum waktu saya terbatas. kalau anda ingin diskusi langsung dan panjang lebar, boleh hubungi saya di no. HP saya sebagaimana saya cantumkan di artikel mengenai resensi buku. Dengan senang hati saya akan berdiskusi dengan anda.
Untuk mengerti Veda secara otentik sebagaimana disampaikan oleh kitab suci Veda itu sendiri seperti sudah pernah saya tuliskan dalam artikel “Pustaka Suci Veda“. Veda menyebutkan bahwa, kehidupan sebagai manusia tidak sempurna karena indriya-indriya jasmani terbatas dan tidak sempurna, cendrung mengkhayal, menipu dan berbuat salah. Karena itu mempelajari dan mengerti Veda yang spiritual dan transendental tidak bisa dilakukan secara pratyakña (pengamatan dan penglihatan langsung) dan anumäna (menyimpulkan berdasar tanda dan bukti-bukti empiris).
Veda menetapkan bahwa ia hanya bisa dipelajari dan dimengerti secara sabda-pramäëa, mendengar dari sumber yang benar dan sah yaitu dari para guru kerohanian (äcärya) secara paramparä (proses menuru / deduktip) dalam garis perguruan (sampradäya) sah dan jelas (perhatikan Bg.4.34 dan 4.2). Karena itu, Veda disebut Çruti, pengetahuan yang diperoleh dari mendengar, dan Småti, pengetahuan yang diingat dari cara mendengar. Tetapi proses sabda-pramäëa ini sering kali disalah mengerti oleh para sarjana duniawi berwatak materialistik yang berpegang teguh pada proses empiris induktip. Mereka berkata bahwa proses sabda ini mengharuskan orang percaya secara membuta, patuh dan tunduk pada dogma, berpegang pada keyakinan tanpa dasar atau khayalan.
Menurut mereka, proses sabda tidak bisa dipercaya karena tidak ilmiah yaitu tidak didukung bukti-bukti empiris yang dapat dilihat. Sesungguhnya proses sabda ini adalah sederhana yaitu mendengar dari sumber yang mengetahui seperti sering dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan dogma, kepercayaan atau keyakinan buta dan bukan pula khayalan. Contoh, bila seseorang ingin mengetahui secara jelas, mudah dan pasti siapa ayahnya, maka dia harus bertanya kepada si ibu, dan jawaban ibu harus diterima sebagai kebenaran. Namun jika seseorang ingin mengerti Veda secara empiris, Veda juga telah menyediakan sistem filsafat Säìkhya (apara- vidyä, ilmu pengetahuan material) dan Veda siap untuk diuji dan dipertanyakan kebenarannya secara empiris deduktif. Hanya saja, jika sudah membicarakan para-vidyä, pengetahuan tentang Tuhan dan jéva yang non material, maka proses empiris deduktif ini tidak akan bisa digunakan lagi karena hal-hal rohani sangat berbeda dan tidak tersentuh oleh teori-teori materialistik yang hanya berlaku di dunia material. Jadi Veda bukanlah dogma yang harus diterima begitu saja.
Sebagaimana sudah berkali-kali saya katakan. Veda sangat-sangat luas dan Bhagavad Gita seolah-olah merupakan rangkuman dari Veda itu sendiri. Sehingga Bhagavad Gita disebut Veda Siddhanta. Fakta ini ditunjukkan oleh pernyataan Sri Krishna dalam Bhagavad-gétä 15.15;“Vedaiç ca sarvair aham eva vedyam, seluruh pustaka Veda dimaksudkan untuk mengenal diri-Ku”. Dan dalam hubungan ini Çaìkaräcärya menyatakan;“Sarvopaniñado gävo dogdhä gopäla-nandanaù pärtho vatsaù su-dhér bhoktä dugdhaà gétämrtaà mahat, jika seluruh pustaka suci Veda diibaratkan sapi, maka Sri Krishna adalah pemerah susunya, sedangkan Arjuna adalah ibarat anak sapi yang meminum susunya, yaitu Bhagavad-gétä (Gita Dhyäna sloka 4). Begitulah seluruh pustaka suci Veda diperah oleh Sri Krishna sehingga diperoleh kesimpulannya, yaitu Bhagavad-gétä. Seperti halnya Vedänta-sütra (dan bhasya-nya Bhägavata Puräëa) yang mengajarkan jalan kerohanian bhakti, Bhagavad-gétä adalah kitab penuntun praktis tentang bhakti kepada Sri Bhagavän, Kepribadian Tuhan YME Krishna. Veda yang begitu luas sangat sulit dipelajari oleh orang jaman sekarang. Karena itu dengan mengerti isi Bhagavad-gétä, pada dasarnya kita sudah memahami tujuan Veda yaitu agar kita kembali mencintai (bhakti kepada) Sri Krishna dengan menjadi bhakta-Nya.
Jadi jika anda sudah mempercayai Bhagavad Gita dan mendalaminya dan berbhakti kepada Sri Krishna. Itu sangat bagus dan mohon lanjutkan lagi ya…
Perbedaan warna yang tampak dari ajaran Veda disebabkan karena setiap orang dikuasi oleh unsur-unsur tri guna yang berbeda. (perhatikan juga Bhagavad Gita bab 17). Dan dalam hal ini saya menyampaikan pemahaman saya berdasarkan garis perguruan Gaudya Vaisnava dan dengan sumber-sumber pustaka Veda dimana cara pandang saya mengikuti penjabaran saya mengenai pusata Veda di link ini.
Boleh saja… dan silahkan mempertanyakan keaslian setiap kitab yang ada. Sekarang mari kita pikirkan bagaimana cara memvalidasinya. Yang mungkin bisa kita lakukan mungkn salah satunya mengumpulkan kitab-kitab yang sama dari berbagai macam garis perguruan yang ada dan kita crosscheck. Sejauh pengamatan saya saat ini, dapat dikatakan semua bhagavad gita yang beredar di dunia memiliki sloka-sloka sanskrit yang sama satu sama lainnya. Adapun pembedanya adalah dalam hal pemenggalan karena perbedaan cara pengucapan berdasarkan aturan anustup yang dipakainya. Dan yang paling parah dari edisi yang beredar adalah “TERJEMAHANNYA”. Sangat banyak oknum tidak berkualifikasi dan memiliki motif tertentu yang menterjemahkan bhagavad gita. Saya menggunakan Bhagavad Gita hasil terjemahan Srila Prabhupada karena saya melihat sampai saat ini terjemahan beliaulah yang paling valid dan diakui di seluruh dunia baik secara akademis maupun filsafat. Jika ada Bhagavad gita yang lain yang juga lebih baik dari yang saya miliki, silahkan pakai saja… saya yakin maksud yang akan disampaikan juga tidak akan jauh berbeda karena bahasa sansekerta adalah satu-satunya bahasa yang bisa dimengerti tanpa interpreter yang maknanya tidak terpengaruh oleh ejaan dan logat sehingga NASA pun menetapkan bahasa sansekerta sebagai satu-satunya bahasa di dunia yang bisa secara langsung dimasukkan ke dalam bahasa mesin.
Kuil itu benar menurut ajaran Veda. Rama memang melakukan pemujaan kepada Siva pada saat dia akan menyerang Alenka Pura dan membunuh Rahwana. Rahwana adalah penyembah Siva yang sangat taat dan Siva adalah bhakta Tuhan yang paling agung. Tuhan sangat menyayangi penyembahnya dan untuk menghormati Siva, Rama melakukan pemujaan kepada Siva dan memberi hormat kepadanya. Kok Tuhan bisa begitu? Sebagai sudah saya analogikan. Meski seorang raja sangat berkuasa dan selalu dilayani. Namun dalam kondisi tertentu terhadap pelayan atau anaknya yang sangat dia sayangi dia bersedia melakukan permainan. Dia bersedia seolah-oleh menjadi kuda dan dinaiki oleh anaknya demi kesenangan anaknya. Begitu juga Rama menyenangkan bhaktanya yang paling agung, Siva dengan cara menyembahnya sebelum membunuh Rahvana.
Di banyak kuil-kuil Vaisnava yang lain juga ada linggam dan arca Siva. Saya sendiri memuja Siva. Bedanya saya menempatkan Siva sebagai bhakta Tuhan yang paling agung dan saya memohon kepada Siva untuk diarahkan agar saya bisa menjadi penyembah Tuhan yang baik. Dan semua Vaisnava seharusnya juga hormat kepada Siva dan memujanya sebagai bhakta paling agung. Karena dengan jelas dikatakan dalam Adi Purana, “Ye me bhakta janah partha na me bhaktas ca te janah, wahai Partha, orang yang berkata dirinya adalah bhakta- Ku, sesungguhnya bukan bhakta-Ku. Mad bhaktanam ca ye bhakta te me bhaktata mamatah, tetapi orang yang berkata bahwa dirinya adalah bhakta dari bhakta-Ku, dia lah bhakta-Ku yang sebenarnya”. Dan dalam Padma Purana juga disebutkan; ““Aradhananam sarvesam visnor aradhanam param, dari segala macam persembahyangan, persembahyangan kepada Visnu adalah yang paling tinggi tingkatannya. Tasmat parataram devi tadiyanam samarcanam, tetapi O dewi, ada lagi persembahyangan yang lebih utama dari ini yaitu memuja para penyembah (bhakta) Visnu”.
Bhuvana kosa adalah turunan kesekian dari kitab suci Veda. bagaikan undang-undang yang dimuali dari UUD, lalu UU, PP dan kebijakan maka pada dasarnya UU, PP dan kebijakan tidak boleh melanggar UUD. Demikian juga jika Bhuvana Kosa adalah turunan dari kitab suci Veda maka dia tidak boleh bertentangan dengan ajaran Veda dan cara memvalidasinya tentunya dengan merunut kepada ajaran sumbernya.
Ajaran yang dikembangkan oleh seseorang sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gita bab 17 sangat tergantung pada tiga sifat alam yang menyelimutinya. Jika dia memiliki karakter satvik, dia akan mendalami ajaran satvam, jika nafsu dan kebodohannya lebih pekat maka dia akan mendalami ajaran dalam sifat rajas dan tamas. Jadi memang tidak bisa dipaksakan satu sama lainnya.
Bisa saja… tentunya sebagaimana yang saya sampaikan dalam “About Me”, saya menyampaikan artikel-artikel ini berdasarkan apa yang saya terima dari guru, senior dan sastra yang saya baca. kalau memang ada yang menyimpang dari ajaran mereka, mohon dikoreksi dan diluruskan. cara paling mudah mengoreksi ajaran yang saya sampaikan tentunya dengan memvalidasi dengan ajaran guru saya, maupun saudara-saudara seperguruan serta kutipan-kutipan sloka yang saya jadikan acuan.
Tiada gading yang tak retak, demikian juga saya. Sebagai manusia normal tentu saya memiliki sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu mohon teman-teman semua memberikan saran, masukan, kritik dan pendapat kepada saya agar saya bisa tumbuh menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sepertinya agar tidak kepanjangan, kita samakan persepsi kita dulu dalam memandang Veda deh ya… 😉
Salam,-
Khusus buat yang terhormat Ngarayana, mungkin hati saya masih buta, pikiran saya masih diliputi kebodohan, mungkina anda bisa membantu memberi pencerahan pada manusia hina yang tak faham veda (menurut beberapa orang yang menulis di sini). Saya punya satu pertanyaan, mungkin ada landasannya di Veda, bukankah avatara terakhir yang dipercaya sudah muncul adalah Budha??? (sementara, Kalki belum launching kayaknya), mengapa kita tidak ikut ajaran beliau??? Saya pernah dengar (maaf klo orang bodoh ini salah) katanya Krishna pernah bilang: aku akan turun ke dunia, jika suatu saat ajaran dharma telah disimpangkan. Menurut pandangan orang bodoh seperti saya, Aku disana bukan sebatas mewakili Krisna, tapi sesuatu yang maha kuasa yang mengambil wujud Krisna, dalam hal ini Vishnu.
Dengan demikian, saat turunnya Budha, berarti telah ada penyimpangan ajaran dharma, sehingga Vishnu turun menjadi Budha. Ini artinya, ajaran Krishna telah disalah tafsirka, telah disimpangkan. Itu artinya, Budha turun untuk meluruskan menjadi benar.
Pertanyaan saya intinya, kenapa harus Krisna yang kita puja bukan Budha??? padahal kan juga Vishnu???
Kedua, ajaran Krisna telah disimpangkan, siapa pelakunya??? ya pengikut krishna yang salah tafsir, harus diluruskan oleh Budha. Apakah anda yakin ajaran krisna sekarang adalah ajaran yang sesungguhnya, atau ajaran yang sudah disalahtafsirkan ke dalam bentuk egoisme, kepicikan, pemahaman yang sempit dan perasaan selalu merasa paling benar???
Trus yang ketiga, saya dengar katanya Khrisna gagal moksha, justru Yudisthira yang berhasil moksha??? berarti, Krsina sendiri gagal melewati ujian dunia maya???
maaf, saya tidak bermaksud menyinggung siapaun, tapi, orang bodoh ini cuma ingin membuka kabut kebodohan yang menutup hati.
Semoga, kebajikan selalu menang atas kejahatan, semoga kebajikan bukan hanya sebatas perdebatan nama, perdebatan seloka, perdebatan makna, tapi pelaksanaan dari makna seloka-seloka itu sendiri.
seperti yang saudara ngarayana sampaikan, ketika di saat kita semua mengalami kegelapan, tidak tau tentang konsep ketuhanan, atau apapun yang berkaitan dengan itu, kitab suci adalah jawabannya.
yang menjadi permasalahan sekarang adalah, kitab suci yang mana akan dapat memberikan pencerahan, sebab (sekali lagi seperti yg disampaikan sdr. ngarayana) banyak kitab2 suci telah dimodifikasi dan diragukan keasliannya. dan tidak jarang ahli2 bahasa sanskerta dalam menterjemahkan kitab suci memasukkan ide dari kependingan individunya untuk diketahui khalayak umum.
ngarayana menyatakan bahwa Veda yg paling otentik ? (veda yg mana ?) bhagavad gita adalah `kamus kecil` Veda ? (apakah benar ??). saya salah satu orang yang sangat mempercayai bhagavat gita dari sisi universalnya.
saya bertanya : bolehkah saya memiliki fikiran bahwa bhagavat gita (yg menurut ngarayana asli),bhagavata purana juga telah diisi maksud tersembunyi untuk kepentingan kelompok ?? mengingat di India sangat mencolok sekali perbedaan aliran tersebut (siwaisme vs vaisnawa).
saya pun berfikir yang sama dari sisi aliran siwaisme, apakah kitab2 suci yang berkaitan dengan aliran ini jg `free` dari unsur kepentingan golongan ??
kalau kecurigaan ini terus ada, masih berlaku kah pernyataan saya di awal paragrap di atas ???
di india selatan (rameshwaram) ada kuil besar yg menceritakan Rama memuja Siva untuk menebus dosanya ?? (anda menganggap ini kepentingan golongan?? sah2 saja)
di salah satu kota di india : Matura disebut sebagai kota nya Krishna, semua hal disitu adalah Lord Krishna, dan disalah satu koil disitu menempatkan Rama dan Krishna sebagai pemujaan utama, dan hanya satu patunh lingga di tempat terpencil dan jarang ada yg memperhatikan
(bisakah kita anggap ini kepentingan golongan ???)
bagaimana dengan perbandingan bhagavata purana dengan bhuvana kosa ??
siapa yg berhak menjudge ? yang mana mayavada ? yang mana yg bukan mayavada? (bolehkah kita jg berfikir konsep mayavada adalah kepentingan golongan juga??)
di india banyak kesusastraan beredar bernafas vaisnawa, apakah karena orang penganut ajaran itu yang paling dominan/mayoritas sehingga sastra2 banyak mengarahkan ke ajaran itu?? bagaimana dengan sastra2 yg bernafaskan siwaisme ?? kenapa sangat jarang di India? apakah karena mereka minoritas?? sehingga sastra2 nya `tidak` dapat berkembang ??
at the end, saya pun bertanya kepada ngarayana dan teman2 lain yg sependapat, bisakah saya pun berfikir bahwa semua artikel disini menunjukkan kebenaran dengan `disisipkan` kepentingan golongan ??
terima kasih
salam
Kidz
Ya, saudara Ngarayana, terimakasih atas penjelasannya. Mata hati saya sudah mulai terbuka. Hati saya semakin sadar, bahwa tiap orang punya pandangan berbeda, tiap orang punya keyakinan berbeda, saya memaknai yang diungkapkan veda dengan berbeda. Karena dirilis di India, maka versi Tuhan dalam Bahasa disana adalah Vishnu, saya setuju. Tapi jika dirilis di Bali, mungkin, Tuhan versi Veda adalah Ida Sang Hyang Widhi wasa. Biar nggak salah paham, saya menanggapi dengan kepala dingin koq, cuma mungkin anda yang berpandangan berbeda yang panas. Masak di artikel lain sampai nyuruh bubarin PHDI?? itu namanya panas.
Itu menurut saya hanya bahasa ungkapan yang paling bagus. Kata Vishnu adalah kata yang bermakna paling bagus untuk mengungkapkan Tuhan yang tak terbayangkan untuk di India, saya rasa itu hanya agar difahami saja, bahwa ada sesuatu yang maha kuasa di jagad raya ini.
Buktinya, sungainya memakai gangga, itukan di India. Kalau di launching di Bali, mungkin sungai Unda. Gunungnya gunung Himalaya, mungkin kalau di Bali di launcing, gunungnya gunung agung.
Saya tidak mau berfanatisme “NAMA”, tapi saya memandang ajaran Veda, sebagai sebuah ajaran yang harus saya amalkan, menurut saya, apapun yang saya pakai namanya, jika itu saya anggap nama yang paling pas, maka itu adalah nama Tuhan. Saya yakin Tuhan tidak akan tersinggung, karena Tuhan tidak sepicik manusia seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang.
Saya bukannya tidak mau diskusi, tapi saya gak mau “Nama” di debatkan. Tapi debatkanlah cara kita menjaga jalan kita agar selalu di atas jalan Dharma.
Satu pertanyaan saya (maaf orang bodoh ini banyak bertanya):
Berarti Tuhan sesuai Veda (berdasarkan pandangan anda) adalah sebatas Vishnu??? Ida Sanghyang Widhi bukan Tuhan juga ya???? Satu pertanyaan saya, yang belum terjawab, apa Tuhan itu orang India ya????
Ckckckckckcc….
memang benar apa yg di katakan tetua terdahulu, AJEWERA kalau kita memahami ajaran Weda hanya sepenggal2 tanpa proses dan tanpa seorang guru sejati, yg benar paham akan keseluruhannya. Mari kita belajar dgn berproses, jngn sepenggal2 udah bicara tentang kebenaran yg absolut. jika kita hanya berpaku pada 1 purana mungkin kita belum menemukan jawaban yg benar.
segala sesuatu yg ada ini merupakan suatu energi, tercipta dr energi, hancur dan hilang karna energi.
jgn kita berbicara ini benar itu benar, yg sebenarnya kita sendiri belum tahu kebenaran itu sendiri.
lebih baik kita belajar untuk memahaminya terlebih dulu.
dan yg lebih utama lagi dr pada ribut yg blum kita pahami, laksanakan konsep2 yg telah diwarisiskan leluhur kita terdahulu, baik itu konsep tri hita karana, catur purusa artha, Trikaya Parisudha, dls… apa gunanya kita bicara kebenaran, namun susila/sesana/sikapnya tidak mencerminkan manusa (manu=orang sa=sasana)dan tidak beretika. Dan inti dari Bhagawadgita pun adalah bekerja/berkarma yg baik.
Sebagai seorang manusa, saya sendiri minta maaf bila ada kata2 yg tak berkenan di hati…
SUKSEMA
@nonametruth
Maaf saya ikut diskusi…
Satu pertanyaan saya (maaf orang bodoh ini banyak bertanya):
Berarti Tuhan sesuai Veda (berdasarkan pandangan anda) adalah sebatas Vishnu? Ida Sanghyang Widhi bukan Tuhan juga ya? Satu pertanyaan saya, yang belum terjawab, apa Tuhan itu orang India ya?
Silakan sebut Tuhan dengan Sanghyang Widhi, Sanghyang Embang, Sanghyang Tegeh, sanghyang Cenik, dll. tapi kata itu merujuk ke siapa? Inilah yang penting. Nggak masalah mengenai sebutan, asal yang dimaksudkan itu adalah Tuhan Sri Krishna. Dan yang paling penting, penyebutan itu harus dilandari dengan cinta, hormat, dan bhakti.
Sekarang saya tanya: Ketika menyebut Ida Sanghyang Widhi, bayangan Anda seperti apa?
luar biasa teman-temanku ini, begitu kaya dan menarik pemahamannya masing-masing. Dekir baru agak jelas sekarang, ternyata debat luar biasa dan dilengkapi dengan referensi canggih ini hanya menjawab pertanyaan “apakah dewa sama dengan tuhan?”. Sebuah pertanyaan yang menurut saya jawabannya sudah jelas bagi kita orang hindu. Biasanya yang melontarkan tuduhan bahwa kita menyamakan dewa dengan tuhan adalah orang seberang sana. Kalaupun ada yang masih menyamakan dewa dengan tuhan, itu mungkin penganut ajaran John Dekir, he..he.
Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya ini (sepertinya semua sudah sepakat) menjadi ruwet karena ada dua pandangan berbeda tentang masalah nama yang tunggal itu.Pandangan yang satu menganut paham ” ekam…’lupa tuh’….wadanti” dan satunya lagi Nama Tuhan Haruuuusss…’John Dekir’ he..he.
Dekir penganut pandangan pertama itu, sehingga dekir sedikit bisa memahami kemuliaan ajaran semua agama di dunia ini. Dekir menggunakan akal-akalan dijagut (logika sederhana saja), berapa milliarkah yang memuliakan beliau sebagai Allah, sebagai Yesus Kristus, Sebagai Budha, sebagai…kekurangan referensi. Apakah mereka itu orang-orang tolol and tersesat dan akan masuk ke alam allah-loka, Yesus-loka, dan loka-loka yang lain yang tingkatannya lebih rendah dari John Dekir-loka.
Dekir yang sering tersesat ini berkeyakinan bahwa Dengan nama apa saja beliau dipuja, asalkan pikiran kita terpusat kepada yang tunggal(sumber dari segalanya-yang mengatur semuanya- dan tempat kembali semuanya), maka kita akan menuju ke loka yang sama. Allah-loka, Yesus-loka, John Dekir-loka adalah loka yang sama. Ahmad, made, dan Yohanes yang taat mungkin akan suprise pada saat pencapaian puncak spritualnya ” He..he.. hek.. welcome my friends, ternyata kite ke tempat yang same toch”
Dekir hanya menambahkan satu lingkaran keluasan konteks debat ini, tidak hanya pada siwa dan wisnu. Mudah-mudahan masih relevan membandingkan nama-nama yang tunggal di atas dalam konteks debat siwa-wisnu ini?
Dalam konteks pemusatan pikiran kepada beliau, sangat penting menyebutkan satu nama. Pemusatan sangat sulit terjadi kalau tidak tertuju pada satu fokus, tetapi menurut dekir sangat keliru kalau mengharuskan seseorang menyebutkan “Ayu”. Dekir tidak bisa memusatkan pikiran kepada yang tunggal dengan menyebutnya sebagai “Ayu”. Setiap menyebut nama”Ayu” dekir teringat kesedihan saat ditinggalkan begitu saja ketika Dia menemukan cowok tajir. Adik dekir, sebaliknya, setiap menyebut nama “Ayu” ingatannya tidak bisa lepas dengan goyangannya…..
Dekatkanlah diri dengan khusuk kepada Nya. Sebutlah satu nama yang hebat untuk beliau dalam setiap langkah dan nafas kehidupan…kemudian perhatikan apa yang terjadi
sudah ngantuk… semoga damai
@Dekir
Dekir yang sering tersesat ini berkeyakinan bahwa Dengan nama apa saja beliau dipuja, asalkan pikiran kita terpusat kepada yang tunggal(sumber dari segalanya-yang mengatur semuanya- dan tempat kembali semuanya), maka kita akan menuju ke loka yang sama. Allah-loka, Yesus-loka, John Dekir-loka adalah loka yang sama. Ahmad, made, dan Yohanes yang taat mungkin akan suprise pada saat pencapaian puncak spritualnya ” He..he.. hek.. welcome my friends, ternyata kite ke tempat yang same toch”
KOMENTAR: Ohhhh jadi semua sama toh… jadi kalau begitu nggak masalah pindah agama toh nanti menuju tempat yang sama. Inilah pandangan yang “ngawur” tentang agama. Indra loka, Brahma loka, dan Siva loka tidak sama Mas Dekir… Kalau mau di luaskan: Yesus Loka, Allah Loka, Yahweh loka itu juga tidak sama. Ada banyak planet2 surga di satu alam semesta. Surga-surga itu berbeda dengan Brahma loka dan Siva loka. Surga-surga dan Brahmaloka akan dilebur setelah keurun waktu yang ditentukan (lihat Bhg. Gita). Kalau Vaikunta2 loka/Krisna Loka itu jauhhhh Mas. Loka2 itu adalah loka2 yang kekal selamanya.
Coba deh download poster alam semesta di artikel Jangan Pergi ke Surga. Bisa di zoom kok biar jelas. Klik ini: https://narayanasmrti.com/2009/07/jangan-pergi-ke-surga
Semoga damai
@Ngarayana
terima kasih sudah menyempatkan diri untuk menanggapi respon saya diatas, menghubungi anda langsung adalah ide yg baik, sangat baik saya pun akan senang, tapi saya yg merasa takut menganggu kegiatan anda, jd lebih baik saya tanya disini saja, biar teman2 yg lain jg ikut `marahin` saya kalau saya salah, kan jadi lebih cepat ngerti klo banyak orang ngasi tau, eheheheh…eh maaf kalai komment2 saya yg panjang `mengotori` web anda, saya hanya ingin belajar, sekali saya mohon maaf.
“…Veda menetapkan bahwa ia hanya bisa dipelajari dan dimengerti secara sabda-pramäëa, mendengar dari sumber yang benar dan sah yaitu dari para guru kerohanian (äcärya) secara paramparä (proses menuru / deduktip) dalam garis perguruan (sampradäya) sah…”
disini sebenarnya letak perbedaan persepsi kita mengenai semua debat. kalau saya `dipaksa` berfikir kritis,apakah mungkin ya acarya secara parampara ini dibuat sendiri ? sama halnya dengan lilas(s), dan purana(s). sebenarnya saya tidak masalah dengan acarya2 manapun, cuman masalah ketika acarya ini mulai (dengan berbagai cara)`menundukkan` acarya lain. apakah anda sependapat kalau kebenaran akan datang pada diri seseorang ketika ia mau membuka diri menerima kebenaran itu??
saya pernah dengar cerita ada seorang murid yg disuruh berjalan diatas air meski sebenarnya ia tidak mampu, hanya dengan mendengarkan dan mentaati perintah guru, meski guru itu sendiri tidak bisa melakukannya sendiri, si murid mampu melakukannya dengan tetap hormat dan mengingat guru dipikirannya. yg dipikiran murid adalah, dengan mengingat guru dia mampu melakukan apapun, MESKI guru mengajarkan sesuatu yg menyimpang
(nb:berjalan diatas air adalah hal yg tidak mungkin dilakukan murid biasa, kecuali dia akan tenggelam dan mati)
menurut saya ini adalah esensi Veda berkaitan tentang acarya.
apapun yg dikatakan oleh seorang Guru itu adalah veda bagi si murid,meski murid buta akan Veda, untuk itulah tidak mudah untuk deklarasi jd guru. lalu apakah murid tersebut menghina Tuhan ???
sebenarnya banyak pernyataan anda yg ingin saya debatkan tp begini saja agar tidak terlalu panjang.
aliran Vaishnava dengan jelas membedakan masalah material dan rohani (saya rasa semua aliran pun sama), lalu pertanyaan saya, bagaimana caranya menjelaskan pemikiran yg rohani? bagaimana bahasa rohani ?? lalu apakah semua tulisan di veda itu bentuk penjelasan tuhan secara rohani ?
saya tertegun dengan konsep: “Deva ya, Bhuta ya” sederhana tp bagaimana cara menjelaskan secara rohani ya maksud kalimat itu? ingat secara rohani, sebab saya berfikir semua bahasa di alam material ini adalah bukan rohani.
Salam,-
@ Kidz
Giliran saya yang ikutan nyemplung di arena he he he. salam hormat…
Bagaimana yang material bisa menjadi rohani?
Contoh: bahasa ini material. Akan tetapi jika bahasa digunakan untuk mengagungkan Sri Krishna (Krishna Kata), maka bahasa akan menjadi Rohani. Pikiran adalah material, akan tetapi jika pikiran digunakan untuk memikirkan hanya “hal-hal” yang berkaitan dengan Sri Krishna, maka pikiran akan menjadi rohani. Badan ini material, akan tetapi jika digunakan sepenuhnya untuk melayani Guru dan Krishna, maka akan menjadi rohani (seperti badan-badan penyembah murniNya). Kerja adalah hal material, akan tetapi jika kerja 24 jam sehari diarahkan dan diserahkan hanya untuk Krishna, maka kerja itu menjadi rohani. Tabungan/deposito anda adalah material, tetapi jika nanti anda gunakan untuk membuat tempat ibadah, untuk mencetak kitab2 suci demi sebuah pelayanan, maka tabungan anda akan menjadi rohani. Kertas adalah material, tetapi jika ada sabda2 Tuhan di kertas tersebut maka itupun akan menjadi rohani. jadi singkatnya: segala sesuatu yang diperuntukkan dengan rasa bhakti ke Tuhan, akan menjadi rohani. dst….
Om Swastyastu,
Klo disini pendapatnya berbeda lagi;
http://agniveer.com/2728/more-on-vedic-god/
ada bagian yang menjelaskan tentang Sri Krishna 🙂
apakah yang dimuat itu bukan dari garis perguruan yang sah???
malah bingung 😀
suksma,
@ ari_bcak
Itu postingan dari seorang impersonalis, dia tidak mengakui kalau Tuhan itu berwujud. Dia menghina ISKCON dan gerakan Srila Prabhupada dengan mengatakan kalau ISKCON merugikan, anti Swadesi, tidak pernah berbuat nyata untuk kesejateraan manusia. Ya tentu saja dia akan berkata-kata kotor seperti itu karena dia merasa kalau filsafatnya perlahan-lahan diberangus oleh filsafatnya Sri Chaitanya Mahaprabhu (Tuhan sendiri yang berinkarnasi 500 tahun yang lalu). Dialah mayavadi.
Aktivitas sosial tertentu oleh orang-orang mayavadi diibaratkan menciptakan suatu kenyamanan dalam sebuah penjara. Bagaimana membuat orang betah dan merasa “dikurangi” penderitaannya di penjara. Berbeda sekali dengan Vaishnava. Para Vaishnava menolong para narapidana untuk keluar secepatnya dari penjara tersebut, dan tidak akan kembali lagi di penjara tersebut. Alam material ini adalah penjara bagi kita. Senyaman dan sesenang apapun di dunia materia, kita tetaplah dalam penjara yang mengerikan. Sakit, usia tua, dan kematian adalah ciri2nya. Hanya dengan Kesadaran Krishna kita akan keluar dari penjara mengerikan ini. Inilah gerakan sosial sesungguhnya.
Om Swastyastu,
@putratridharma;
mungkin perlu dipahami secara perlahan dulu bro apa yang dimaksud dalam artikel tsb 🙂
ini sebagai tambahan;
http://agniveer.com/2708/understanding-vedic-god/
http://agniveer.com/2715/vedic-worship/
dalam artikel tsb semuanya mengacu pada apa yang ditulis dalam Veda.
gampang sekali menyatakan ‘kelompok’ lain sebagai mayavadi bro??? 😀
link diatas itu dari ‘kelompok’ arya samad, dan didirikan oleh Swami Dayananda, jadi menurut bro Swami Dayananda adalah seorang mayavadi???
Kesadaran Krishna yang bagaimana itu bro???
apakah mencontoh perbuatan Beliau atau dengan pemujaan pada sosok (tubuh) Beliau???
Klo mengacu pada kelompok yang lain maka akan menyatakan ‘berbeda’, ini terlihat pada link yang saya muat diatas, terlihat juga dikatakan mengacu pada Veda malah pada samhita, jadi mana yang benar???
sebenarnya bro Nonametruth ataupun Kidz sudah sedikit tidaknya menyinggung hal ini, sedangkan dalam Upanishad sendiri disebutkan “neti neti” yang diartikan “bukan ini dan bukan itu”, jadi bagaimana bisa menyatakan hanya yang seharusnya ‘benar’???
malah tambah bingung 😀
suksma,
@ari_bcak
Mayavadi? Sepengetahuan saya (melalui buku2 dan penjelasan senior2 seperti ini: semua filsafat yang menolak personalitas Tuhan yang Maha Esa, semua filsafat yang “menjanjikan” penganutnya menyatu dengan Tuhan adalah filsafat mayavada. Penganutnya disebut para mayavadi. Kalau Dayananda menganut filsafat itu maka dia mayavadi.
Kesadaran Krishna? Tentu saja hanya orang-orang congkak dan tak tahu diri yang mengatakan bisa mencontoh atau meniru perbuatan Krishna. Vaishnava tidak meniru perbuatan beliau (misalnya mampu mengangkat bukit Govardhana, melakukan lila tarian rasa, mampu membunuh iblis2 kelas satu, mampu memperistri ribuan putri raja dll). Vaishnava hanya mengikuti apa yang diajarkan. Vaishnava melaksanakan “Bhakti”: Sravanam Keerthanam Vishnoho Smaranam Paadasevanam Archanam Vandanam Dasyam Sakyam Atma Nivedanam… Jadi jangan meniru apa yang dilakukan Krishna, tetapi laksanakan ajarannya.
Neti-Neti? Mereka yang berpikir untuk menganalisa Krishna terlebih dahulu untuk menyakinkan apakah Dia Tuhan atau tidak, mereka bukanlah penyembah kelas-satu. Mereka yang memiliki cinta yang spontan untuk Krishna, mereka adalah penyembah kelas-satu. Bagaimana kita bisa menganalisa Krishna? Dia tidak terbatas, jadi itu tidak mungkin. Indra-indra kita hanya memiliki daya memahami yang terbatas, bagaimana kita bisa mempelajari Krishna? Para Mayavadi sedang mencoba untuk mengetahui dimana Tuhan, siapa Tuhan. Filosofi mereka berdasar pada neti, neti—“Bukan ini, bukan ini.” Dan apakah itu, mereka tidak tahu. Mereka yang namanya saja para ilmuwan mencoba untuk mengungkapkan apa penyebab yang utama, tetapi proses mereka juga, “Bukan ini, bukan ini.” Bagi semua kemajuan mereka, yang mereka temukan hanyalah, “Bukan ini.” Apakah itu, mereka tidak pernah menemukannya.
Panthas tu koti-sata-vatsara-sampragamyo
Vayor athapi manaso muni-pungavanam
So ‘pyasti yat prapada-simny avicintya-tattve
Govindam adi-purusam tam aham bhajami
Aku memuja Govinda, Tuhan yang Asli, yang hanya ujung jari kaki Padma–Nyalah yang didekati oleh para yogi yang bercita-cita mengejar kerohanian dan membawa diri mereka ke pranayama dengan melatih pernapasan; atau oleh para jnani yang berusaha mengetahui Brahman yang tak-terbedakan melalui proses penyisihan keduniawian, melampaui lebih dari ribuan juta tahun.
Jadi bagaimana kita bisa mempelajari Krishna? itu tidak mungkin. Oleh karena itu keadaan pikiran Vrndavana ini adalah kesempurnaan bagi para penyembah. Adalah bukan urusan mereka untuk memahami Krishna. Mereka hanya ingin untuk mencintai Krishna, tanpa syarat. Mental mereka tidaklah, “Karena Krishna adalah Tuhan, maka aku mencintai–Nya.” Krishna tidak berperan di Vrndavana sebagai Tuhan. Dia berperan sebagai anak gembala sapi biasa. Tetapi saat itu Dia membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Personalitas Tuhan Yang Maha Esa.
dandavat…
@Putratridharma
Tuhan Krishna tidak boleh dianalisa sementara tuhan2 lain(mayavadi) boleh dianalisa?(mengelompokkan yang lain menjadi mayavadi adalah hasil analisa)
Semua ajaran, ketuhanan, kepercayaa, boleh dipertanyakan, dibuktikan, dan diteliti. Guru saya mengatakan begitu.
Kalau tidak kita sama saja dengan tidak memuja apa2.
memang dalam meneliti ataupun mencari bukti tidak harus dengan menemukan keajaiban2 yang ditulis dalam kitab2. Tidak juga harus menjawab pertanyaan rumit seperti”mana buktinya krishna ada?” atau “Apa kita bisa mempelajari krishna” cukup dengan menemukan alasan kuat “kenapa saya memuja Krishna”
Kalau tidak boleh ada pengkajian pada ajaran/aliran maka otomatis blog ini menjadi means nothing dong, omongan2 dan debat seperti ini semua selasai dengan kata “saya benar tetapi saya tidak bisa membuktikannya karena tuhan saya tidak bisa dianalisa”(anda tidak sedang bicara dengan witschen kan?) sama juga artinya menganut agama apapun (termasuk aliran hitam) adalah benar karena “sama2 tidak bisa dianalisa”.
Kecintaan/rasa cinta pun tidak muncul tanpa alasan.
Cinta buta(cinta spontan) itu ada, tetapi tidak lebih baik daripada cinta yang beralasan. Alasan juga bukan berarti cinta itu tidak tulus.
Kenapa saya tidak menjadi islam?
kenapa saya tidak menjadi kristen?
kenapa saya tidak menjadi Hare Krishna?
Bukan karena keturunan!
Jawabannya karena saya menganalisa, setelah dianalisa baru yakin sepenuhnya, setelah yakin sepenuhnya baru saya bisa menjalankan ajaran saya secara serius(tidak setengah2) dan saya pun kini mencintai jalan saya ini sepenuhnya, setulus2nya.
Coba anda ajukan pertanyaan serupa pada diri sendiri
(kenapa menjadi hare krishna)
@Sutha
1. Tuhan Krishna tidak boleh dianalisa sementara tuhan2 lain(mayavadi) boleh dianalisa?(mengelompokkan yang lain menjadi mayavadi adalah hasil analisa)
KOMENTAR: Tolong pahami komentar itu. Ada kalimat: Penyembah kelas satu. Ini sama dengan penyembah murni Tuhan.. Kenyataannya memang penyembah kelas satu ini mencintai Krishna tanpa syarat, penduduk Vrndavanlah yang seperti itu.
2. Semua ajaran, ketuhanan, kepercayaa, boleh dipertanyakan, dibuktikan, dan diteliti. Guru saya mengatakan begitu. Kalau tidak kita sama saja dengan tidak memuja apa2.
memang dalam meneliti ataupun mencari bukti tidak harus dengan menemukan keajaiban2 yang ditulis dalam kitab2. Tidak juga harus menjawab pertanyaan rumit seperti”mana buktinya krishna ada?” atau “Apa kita bisa mempelajari krishna” cukup dengan menemukan alasan kuat “kenapa saya memuja Krishna”. Kalau tidak boleh ada pengkajian pada ajaran/aliran maka otomatis blog ini menjadi means nothing dong, omongan2 dan debat seperti ini semua selasai dengan kata “saya benar tetapi saya tidak bisa membuktikannya karena tuhan saya tidak bisa dianalisa”(anda tidak sedang bicara dengan witschen kan?) sama juga artinya menganut agama apapun (termasuk aliran hitam) adalah benar karena “sama2 tidak bisa dianalisa”.
KOMENTAR: Menganalisis tanpa kualifikasi sama dengan berspekulasi. Kalau sudah jelas di Veda, kalau Krishna mengaku sebagai Tuhan, lengkap dengan potensi2 yang Beliau miliki, analisis seperti apa lagi yang bisa dilakukan dengan menggunakan otak lemah seperti kita? Memang kadang ada juga yang harus dianalisis. Tapi itu dengan menggunakan kecerdasan Rohani. Dan yang mampu melakukan itu hanya guru kerohanian. Kita hanya menerima kesimpulan dari guru kerohanian tersebut.
3. Kecintaan/rasa cinta pun tidak muncul tanpa alasan.
Cinta buta(cinta spontan) itu ada, tetapi tidak lebih baik daripada cinta yang beralasan. Alasan juga bukan berarti cinta itu tidak tulus. Kenapa saya tidak menjadi islam?
kenapa saya tidak menjadi kristen? kenapa saya tidak menjadi Hare Krishna? Bukan karena keturunan! Jawabannya karena saya menganalisa, setelah dianalisa baru yakin sepenuhnya, setelah yakin sepenuhnya baru saya bisa menjalankan ajaran saya secara serius(tidak setengah2) dan saya pun kini mencintai jalan saya ini sepenuhnya, setulus2nya. Coba anda ajukan pertanyaan serupa pada diri sendiri (kenapa menjadi hare krishna)
Komentar: jangan digeneralisasi. Nanda dan Yasoda serta para Gopi mencintai Tuhan tanpa alasan atau syarat. Inilah cinta murni. Kalau masih mengaku mencintai Krishna karena alasan Beliau Tuhan ini juga benar. Tapi bukan penyembah kelas 1. Mungkin kelas 2 atau kelas 3. Kalau saya jadi penyembah kelas 11 pun sungguh beruntung. He he he…. Penyembah murni itu langka, tapi ada kok.
Oh iya, kenapa saya menjadi belajar Hare Krishna? Jawabannya karena saya menganalisis kalau ajaran inilah yang paling masuk akal bagi saya. Terserah kalau saya menjadi penyembah kelas 11, itu sudah betruntung bagi saya he he he….
Salam hormat
@putratridharma
wah…wah…. nampaknya anda telah menjadi “nabi” di blog ini, karena comment anda ada dimana2 dan menyangkal semua kemungkinan yg berkaitan dengan `menyerang` aliran anda, dan isinya tidak jauh2 dari `Vaishnava yg paling yahud`.
@ari_bcak dan @sutha
nampaknya kita semua sudah bisa memahami jalan pikiran teman kita putratridharma, dimana kita bisa melihat conclusion dari debat saya sebelumnya dengan beliau, seperti berikut :
1. bhagavad gita adalah sumber segala2nya dan sastra yg paling utama untuk umat Hindu sedunia
2. kalau ada konsep/ ajaran Hindu yg lainnya yg isinya mensetarakan Krihna atau meletakkan Vishnu di bawahnya, berarti ajaran penipu.
3. adanya 3 konsep ketuhanan : salah satunya adalah adanya konsep Tuhan berwujud lebih tinggi dari pada Tuhan tidak berwujud.
4. Tuhan (matahari), dan dewa2 (Sinarnya), yg menjelaskan bahwa sinar dan matahari berbeda, kesimpulan saya : sinar datangnya dari matahari, namun sinar itu tidak pernah bisa kembali ke asalnya. (meski ini sangat kontroversi sekali menurut saya, meningat di Bhagavad Gita sendiri disebutkan, semua yg berawal dariKu akan berahkir padaKU jg)
5. Wujud material manusia dibuat mirip dengan wujud rohani Tuhan, (sehingga wujud manusia dengan wujud Tuhan beda2 tipis lah…)
6. Guru, Sadhu, Sastra, yg tidak memiliki kesadaran bahwa Krishna adalah Tuhan dianggapp penipu (susu beracun)
7. Krishna diatas segala2nya, siva, brahma, wisnu ??, adalah `bawahan` beliau.
8. Menyatakan ketidakmampuan pikiran material/ pikiran rohani untuk mengenali Tuhan yg sesungguhnya adalah bentuk penghinaan terhadap tuhan itu sendiri.
9. Dengan mengikuti ajaran Vaishnava, akan pasti mencapai planet Rohani
10. Agama Hindu adalah agama logika, dimana selamanya tidak mengenal istilah `nak mule keto`, dan semua hal dalam agama harus dapat dijelaskan dengan detail dan tersturktur (membuat strukturisasi ketuhanan), kalau ada konsep yg tidak dapat dijelaskan dengan pikiran/logika itu hanyalah bentuk rekayasa angan2 dan imajinasi material manusia.
atau Logika berfikir(material/rohani) adalah aspek utama dalam mengenali Tuhan
teman2 aliran Hare Krishna disini tidak ada yg menyangkal kesimpulan saya diatas, so………setidaknya kita tahulah arah pikiran teman2 kita itu.
tapi menurut saya (spekulasi) terlihat sangat sempit sekali ajaran ini. dan tentunya banyak terlihat ketidak-konsistenan.
saya pernah berdiskusi dengan penganut aliran Siva Sidhanta yg amat strict, tapi at the end, tidak ada conclution seperti diatas. sekarang saya memposisikan diri ada diantara Vaishnava dan Sivaism, sivaisam ajarannya lebih lengkap, karena ada ajaran satvik, rajasik, dan sekaligus tamasik didalamnya, ada ajaran kebenaran, dan diperkenalkan juga ajaran mayavadi untuk dihindari. ada juga ajaran yg sangat dapat dijelaskan dengan logika, dan ada sesuatu hal tidak dapat diungkapkan dengan apapun.
@all
saya bingung melihat debat ini, sebenarnya ajaran yg benar dan memiliki aspek tertinggi (baca:paling yaduh)adalah yg dapat dijelaskan secara sistematis dengan pikiran/logika atau yg tidak dapat dijelaskan karena maha luasnya?
Salam,-
Om Swastyastu,
@Putratridharma
masih “kalau” ya bro, belom bro buktikan sendiri,…..
mungkin ada baiknya bro memahami dahulu sebelumnya trus baru memberikan komentar 😀
lagi-lagi bro kurang menangkap maksud saya 😀
apa Sri Krishna tidak pantas dijadikan panutan???
apa Sri Krishna hanya berkata-kata saja???
apa menurut bro isi Upanishad ngaco semua???
apa yang menulis Upanishad adalah orang-orang yang bego???
Isi Veda (samhita) masih kalah dibandingkan ini ya bro???
katanya Veda itu adalah kebenaran abadi yang selalu diwariskan turun temurun, dibandingkan dengan “lila” Sri Krishna yang berusia ribuan tahun jadi masih kalah Veda (samhita) ya bro yang katanya ada sejak Rsi Manu pertama kali ada???
Jadi alasannya karena Sri Krishna adalah Tuhan, klo tidak Tuhan tidak dicintai ya bro???
sejak kapan disebutkan Sri Krishna itu Tuhan bro???
klo di Veda (samhita) apakah ada penyebutan Sri Krishna yang ada dalam Itihasa Mahabharata???
padahal katanya nih Veda itu yang pertama kali turun…. 🙂
jadi menurut bro bagaimana, apa “lila” Sri Krishna udah ada sejak Veda mulai turun melalu Rsi Manu???
mohon penjelasannya biar mudenk bro 🙂
@Kidz
yang mengerti biasanya diam dan yang kurang mengerti banyak mencari, nah mungkin kita2 ini yang kurang mengerti 😀
Suksma,
@Kidz
Wah saya dikeroyok…. Tapi baiklah ini menjadi hal yang menyenangkan karena jadi ramai. Bro saya sebenarnya agak nggak berselera menanggapi poin2 kesimpulan dari diskusi yang anda buat itu. Tapi karena anda memintanya lagi, saya mencoba menanggapinya.
1. bhagavad gita adalah sumber segala2nya dan sastra yg paling utama untuk umat Hindu sedunia. TANGGAPAN: Bhagavad Gita adalah saripati Veda. Selain Bhagavad Gita ada Srimad Bhagavatam yang seperti minuman kekekalan. Umur para Vaishnava jarang yang sampai seratus tahun (tidak tahu kalau umur orang yang mengaku penyembah siva). Sementara untuk mempelajari semua Veda tidak cukup dengan waktu 300 tahun. Jadi para vaisnava diajarkan untuk belajar dari kedua kitab itu melalui sadhu dan guru. Apa kitab2 lain tidak dipelajari? Tentu saja beberapa bagian veda yang lain yang memang diperlukan diajarkan oleh guru. Kalau anda membaca Gita Mahatmya: Ajaran Deva Siva kepada Parvati tentang keagungan Bhg. Gita, maka anda akan paham kalau satu sloka atau bahkan setengah sloka saja dari Bhg. Gita yang dibaca terus menerus akan membawa kesempurnaan. Bahkan hewan pun bisa sempurna karena mendengar pembacaan satu sloka Bhg. Gita. Begitu juga dengan Srimad Bhagavatam.
2. kalau ada konsep/ ajaran Hindu yg lainnya yg isinya mensetarakan Krishna atau meletakkan Vishnu di bawahnya, berarti ajaran penipu. TANGGAPAN: Tentu saja Tuhan Yang Maha Esa adalah Vishnu/Krishna. Semuanya bersumber dari Krishna. Apa udah baca buku merekonstruksi Hindu itu? Konsep ini dijelaskan di situ kok. Baca ya?
3. adanya 3 konsep ketuhanan : salah satunya adalah adanya konsep Tuhan berwujud lebih tinggi dari pada Tuhan tidak berwujud. TANGGAPAN: Iya memang benar seperti itu. Konsep seperti itu ada dalam Veda, bukan karangan para Vaishnava.
4. Tuhan (matahari), dan dewa2 (Sinarnya), yg menjelaskan bahwa sinar dan matahari berbeda, kesimpulan saya : sinar datangnya dari matahari, namun sinar itu tidak pernah bisa kembali ke asalnya. (meski ini sangat kontroversi sekali menurut saya, meningat di Bhagavad Gita sendiri disebutkan, semua yg berawal dariKu akan berahkir padaKU jg). TANGGAPAN: Begini: Jika Tuhan (Bhagavan) diibaratkan matahari, maka sinar matahari itu adalah Brahman (Impersonal). Jadi yang lengkap adalah aspek Bhagavan. Tidak ada sinar kalau tidak ada matahari. Tapi, ya itu tadi, para impersonalis memahami secara terbalik. Mmengenai kutipan Gita itu, anda memahami kata “kembali” sebagai “menyatu” dengan Tuhan. Inilah kekeliruan Anda sehingga saya memberi predikan anda sebagai calon Tuhan. Tidak keliru kan logika saya? Kalau menyatu berarti anda tidak berbeda dengan Tuhan. Maka anda juga Tuhan. Atau bagai mana menurut Anda?
5. Wujud material manusia dibuat mirip dengan wujud rohani Tuhan, (sehingga wujud manusia dengan wujud Tuhan beda2 tipis lah…). TANGGAPAN: Model “badan” material manusia ini memang diciptakan meniru “model” badan rohani Tuhan. walau esensi keduanya memang berbeda. Apanya yang aneh?
6. Guru, Sadhu, Sastra, yg tidak memiliki kesadaran bahwa Krishna adalah Tuhan dianggapp penipu (susu beracun). TANGGAPAN: Iya, guru yang tidak mengakui Vishnnu/Krishna sebagai Tuhan adalah guru Mayavadi. Sekarang saya tanya ke anda: Apa anda tidak mengakui Vishnu/Krishna sebagai Tuhan?
7. Krishna diatas segala2nya, siva, brahma, wisnu ?, adalah `bawahan` beliau. TANGGAPAN: Brahma, Vishnu, Siva, adalah guna avatara. Di antara ketiganya hanya Vishnu yang Tuhan. Banyak buku yang menjelaskan ini. Yang terbaru ada di buku Merekonstruksi Hindu.
8. Menyatakan ketidakmampuan pikiran material/ pikiran rohani untuk mengenali Tuhan yg sesungguhnya adalah bentuk penghinaan terhadap tuhan itu sendiri. TANGGAPAN: Saya tidak mengatakan begitu. Begini: kalau ada yang mengatakan Tuhan tidak berwujud, maka orang itu sudah menghina Tuhan. Kenapa bisa begitu? Ya, karena Tuhan itu berwujud. Ini soal pemahaman yang sangat sederhana, tapi kalau tidak tunduk hati, memang susah menerima kebenaran seperti ini.
9. Dengan mengikuti ajaran Vaishnava, akan pasti mencapai planet Rohani. TANGGAPAN: Iya! Dengan mengikuti ajaran Vaishnava, orang akan mencapai bhakti yang semakin murni, dan akhirnya pulang ke planet Rohani. Ajaran Vaishnava adalah ajaran untuk berbhakti kepada Tuhan. Memangnya anda merasa aneh kalau seperti itu? Eh jangan-jangan Anda malah berpikir (walau tidak mengatakannya) kalau ajaran Vaishnava ini tidak benar.
10. Agama Hindu adalah agama logika, dimana selamanya tidak mengenal istilah `nak mule keto`, dan semua hal dalam agama harus dapat dijelaskan dengan detail dan tersturktur (membuat strukturisasi ketuhanan), kalau ada konsep yg tidak dapat dijelaskan dengan pikiran/logika itu hanyalah bentuk rekayasa angan2 dan imajinasi material manusia. atau Logika berfikir(material/rohani) adalah aspek utama dalam mengenali Tuhan. TANGGAPAN: Anda tidak paham maksud saya. Saya sudah sering mengatakan. Akal/logika/otak kita seberapa hebat sih? Jawabannya: tidak seberapa hebat. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui yang hebat atau yang maha hebat? Harus ada yang memberitahu: Sastra, sadhu, dan Guru. Dari ketiganyapun kita hanya akan tahu sedikit tentang Beliau.
11. Saya pernah berdiskusi dengan penganut aliran Siva Sidhanta yg amat strict, tapi at the end, tidak ada conclution seperti diatas. sekarang saya memposisikan diri ada diantara Vaishnava dan Sivaism, sivaisam ajarannya lebih lengkap, karena ada ajaran satvik, rajasik, dan sekaligus tamasik didalamnya, ada ajaran kebenaran, dan diperkenalkan juga ajaran mayavadi untuk dihindari. ada juga ajaran yg sangat dapat dijelaskan dengan logika, dan ada sesuatu hal tidak dapat diungkapkan dengan apapun. TANGGAPAN: Ibarat perhiasan, berlian (Kesadaran Krishna) adalah yang terbaik di antara jenis-jenis perhiasan. Walaupun terbaik, jarang orang membeli perhiasan itu. Orang-orang banyak mengerubungi perhiasan-perhiasan lain yang berupa emas-emas sepuhan, mutiara-mutiara palsu, dan plastik-plastik. Harganya yang murah… salam hormat
Om Swasyastu putratridharma
Bli putratridharma saya tergelitik pengen ikut diskusi karena ada beberapa hal yang membingungkan saya:
1. Sepengetahuan saya gitamahatmyam itu bukan ajaran dari shiva kepada parvati tetapi jawaban wisnu atas pertanyaan dari Dhara (ibu bumi), slokanya 1 dimulai dengan dharowaca..
2. Sloka yang mana dari gitamahatmyam yang anda simpulkan : maka anda akan paham kalau satu sloka atau bahkan setengah sloka saja dari Bhg. Gita yang dibaca terus menerus akan membawa kesempurnaan. Bahkan hewan pun bisa sempurna karena mendengar pembacaan satu sloka Bhg. Gita.
3. Menurut bli kenapa gitamahatmyam diawali dengan doa Om sri ganesaya namah?
4. Mudah-mudahan artikel di bawah ini sedikit memberikan pencerahan buat kita semua:
Brahman – Dvaita and Advaita Concepts
By Jayaram V
The Advaita Concept
The universe is not just conscious, but it is consciousness, and this consciousness is Brahman. Human consciousness has forgotten its identity, that of Brahman, as if a drop of water from a vast ocean thought itself separate, and that the only path to merge back into that Brahman or supreme consciousness is through the paths of devotion, moral living, following the eight-fold path of Ashtanga Yoga meditation, often expressed in various systems of spiritual practices known as yogas.
If one seeks Brahman via true knowledge, Atman seeks truth and accepts it no matter what it is. Atman accepts all truths of the self/ego, and thus is able to accept the fact that it is not separate from its surroundings. Then Atman is permanently absorbed into Brahman and become one and the same with it. This is how one forever escapes rebirth.
In Advaita Vedanta, Brahman is without attributes and strictly impersonal. It can be best described as infinite Being, infinite Consciousness and infinite Bliss. It is pure knowledge itself, similar to a source of infinite radiance. Since the Advaitins regard Brahman to be the Ultimate Truth, so in comparison to Brahman, every other thing, including the material world, its distinctness, the individuality of the living creatures and even Ishvara (the Supreme Lord) itself are all untrue.
When man tries to know the attributeless Brahman with his mind, under the influence of an illusionary power of Brahman called Maya, Brahman becomes God (Ishvara). God is Brahman under Maya. The material world also appears as such due to Maya. God is Saguna Brahman, or Brahman with attributes. He is omniscient, omnipresent, incorporeal, independent, Creator of the world, its ruler and also destroyer. He is eternal and unchangeable. He is both immanent and transcendent, as well as full of love and justice. He may be even regarded to have a personality. He is the subject of worship. He is the basis of morality and giver of the fruits of one’s Karma. He rules the world with his Maya. However, while God is the Lord of Maya and she (ie, Maya) is always under his control, living beings (jiva, in the sense of humans) are the servants of Maya (in the form of ignorance). This ignorance is the cause of all material experiences in the mortal world. While God is Infinite Bliss, humans, under the influence of Maya consider themselves limited by the body and the material, observable world. This misperception of Brahman as the observed Universe results in human emotions such as happiness, sadness, anger and fear. The Ultimate reality remains Brahman and nothing else. The Advaita equation is simple. It is due to Maya that the one single Atman (the individual soul) appears to the people as many Atmans, each in a single body. Once the curtain of maya is lifted, the Atman is exactly equal to the Brahman. Thus, due to true knowledge, an individual loses the sense of ego (Aham-kara) and achieves liberation, or Moksha. Also see Advaita Vedanta.
The Dvaita Concept
Dvaita (Vaishnava) concept Vedanta Sutra 3.2.23 states, tat avyaktam aha – ‘The form of Brahman is unmanifest, so the scriptures say’. The next sutra adds, api samradhane pratyaksa anumanabhyam: ‘But even the form of Brahman becomes directly visible to one who worships devoutly – so teach the scriptures’ (api – but, samradhane – intense worship, pratyaksa – as directly visible, anumanabhyam – as inferred from scripture).
Dvaita schools argue against the Advaita idea that upon attaining liberation one realizes that God is formless since this idea is contradicted by Vedanta Sutra 3.2.16 – aha ca tanmatram: ‘The scriptures declare that the form of the Supreme consists of the very essence of His Self’. And furthermore Vedanta Sutra 3.3.36 asserts that within the realm of Brahman the devotees see other divine manifestations which appear even as physical objects in a city (antara bhuta gramavat svatmanah: antara – inside, bhuta – physical, gramavat – like a city, svatmanah – to His own, i.e. to His devotees).
They identify the personal form of God indicated here as the transcendental form of Vishnu or Krishna (see Vaishnavism). The brahma-pura (city within Brahman) is identified as the divine realm of Vishnu known as Vaikuntha. This conclusion is corroborated by the Bhagavata Purana, written by Vyasa as his own ‘natural commentary’ on Vedanta-sutra. The first verse of Bhagavata Purana begins with the phrase om namo bhagavate vasudevaya janmadyasya yatah, which means, ‘I offer my respectful obeisances to Bhagavan Vasudeva, the source of everything’. Vyasa employs the words janmadyasya yatah, which comprise the second sutra of the Vedanta Sutra, in the first verse of the Bhagavata Purana to establish that Krishna is Brahman, the Absolute Truth. This is clear testimony of the author’s own conclusion about the ultimate goal of all Vedic knowledge.
Suksma
@Putra
Gita Mahatmya (Dewa Siva Mengagungkan Bhagavad-Gita). Dewa Siva bercakap-cakap dengan Parvati tentang Bhagavad Gita. Kumpulan kisah mengenai keagungan Bhagavad-gita ini dikutip dari Padma Purana. menguatkan keyakinan kita mengenai betapa perlu dan pentingnya bagi kita untuk menyelami ajaran-ajaran abadi Bhagavad-gita. Manfaat-manfaat yang bisa diperoleh, baik secara material maupun spiritual, tak terbilang banyaknya. Karena berbentuk cerita-cerita klasik dari kitab-kitab Purana, Gita Mahatmya cocok untuk diperdengarkan kepada anak-anak, sebagai pengimbang cerita-cerita khayalan tanpa manfaat yang marak di berbagai media dewasa ini. Terbitan BBT. Bukunya tipis, harganya cuma 25.000. Silakan kalau mau untuk menambah wawasan.
Trims copas artikelnya Jayaram V. Di beberapa buku tentang sistem filsafat Hindu juga memuat hal yang sama.
Dandavat.
Om Swastyastu Bli putratridharma
Bli Gita Mahatmya yang saya punya bukan berisi percakapan antara Shiva dengan Parwati tapi antara Dhara (ibu bumi dengan Wisnu).
om sri ganesaya namah
om sri radharamanaya namah
Sloka 1
Dharowaca
bhagavan paramasena bhaktir awyabhicarini, prarabdham bhujyam anasya katham bhawati he prabho.
Sloka 2
sri Wisnur Uwaca
prarabdham bhujyamano higitabhyasaratah sada, sa muktah sa sukhi loke karmana nopalipyate
..dst
Gita mahatmya yang saya kutip di atas berasal dari Waraha Purana. isinya adalah ajaran dari Visnu kepada Dhara (ibu Bumi), tetapi Gita mahatmya yang bli punya adalah ajaran dari Shiva kepada Parvati. Kalau Shiva dan Visnu itu berbeda (seperti pemahaman bli selama ini) artinya salah satu dari waraha purana atau padma purana itu isinya adalah salah.
Di dalam gita mahatmya yang saya punya dari sloka 1 sampai sloka 23 tidak ada sloka yang bisa disimpulkan seperti yang bli simpulkan bahwa : maka anda akan paham kalau satu sloka atau bahkan setengah sloka saja dari Bhg. Gita yang dibaca terus menerus akan membawa kesempurnaan. Bahkan hewan pun bisa sempurna karena mendengar pembacaan satu sloka Bhg. Gita.
makanya sebelumnya saya bertanya sloka mana dari gitamahatmya yang bli artikan seperti kesimpulan bli ini, tetapi tidak bli jawab.
Terakhir, dan yang menambah saya bingung bli bilang bahwa:
……Gita Mahatmya…. Kumpulan kisah mengenai keagungan Bhagavad-gita ini dikutip dari Padma Purana. menguatkan keyakinan kita mengenai betapa perlu dan pentingnya bagi kita untuk menyelami ajaran-ajaran abadi Bhagavad-gita. Manfaat-manfaat yang bisa diperoleh, baik secara material maupun spiritual, tak terbilang banyaknya. Karena berbentuk cerita-cerita klasik dari kitab-kitab Purana, Gita Mahatmya cocok untuk diperdengarkan kepada anak-anak, sebagai pengimbang cerita-cerita khayalan tanpa manfaat yang marak di berbagai media dewasa ini…..
Pertanyaan saya, apakah memang betul begitu seperti pemahaman bli bahwa Gita Mahatmya itu isinya adalah kumpulan cerita-cerita klasik????????
Suksma
@putratridharma
sekarang anda merasa dikroyok?? itu kan cuman anda saja yg merasa, saya sendiri tidak merasa mengeroyok. ternyata selain anda yg terlalu subjektif, tidak konsisten, anda jg tipe orang yg memiliki khayalan tingkat tinggi, kenapa ? nanti saya jelasin deh….
td anda jg sempet bilang kalau sebenarnya anda tidak berselera membahas kesimpulan saya, nah katanya debat, tuh anda sendiri uda tak berselera dan menutup debat kita tempo hari,sebenarnya itu bukan kesimpulan akhir saya, cuman ingin memancing tanggapan anda tapi syukurlah anda `sudi` jg membalasnya disini.
dari apa yg saya paparkan diatas, apakah ada point saya yg salah ?? kan saya terus menyampaikan bahwa ajaran vaishnava menyarankan untuk menggunakan bhagavad gita dan kesadaran akan krishna adalah tuhan, sedangkan sebaliknya merupakan mayavadi. kan inti point2 yg saya buat seperti itu kan? lalu apa ada yg aneh ??
saya tidak melihat anda menyangkal setiap point saya diatas. lalu kenapa anda menjudge saya, dengan menyampaikan pertanyaan2 seperti :
“Kalau menyatu berarti anda tidak berbeda dengan Tuhan. Maka anda juga Tuhan. Atau bagai mana menurut Anda?”
kalau saya jawab seperti ini bagaimana : saya tidak berbeda dengan Tuhan? tentu saja saya berbeda, ketika akan ada proses penyatuan itu (meski terlahir berkali2) baru saya sama dengan tuhan, jadi untuk sekarang saya sama dengan anda, badan materi yg mirip dengan Tuhan, ehehehe…… eh katanya semua yg dari Tuhan, akhirnya akan kembali ke Tuhan jg itu bagaimana ??
anda bilang: Tidak ada sinar kalau tidak ada matahari.
saya tanya : apakah ada matahari kalau tidak ada sinar ?
“…Sekarang saya tanya ke anda: Apa anda tidak mengakui Vishnu/Krishna sebagai Tuhan? …”
apakah point saya diatas salah mengenai konsep vaishnava?? mana kalimat saya yg menunjukkan saya tidak mengakui visnu adalah tuhan,ini bukan bentuk khayalan anda yg sedang dipengaruhi emosi kan??
“…Yang terbaru ada di buku Merekonstruksi Hindu…”, “baca ya..”
wah untuk yg ini saya sedang kendala di proses transfer, jd buku blom sampai. dan kalaupun saya telah membacanya, saya pun akan mempelajari se objektif mungkin.
“…tapi kalau tidak tunduk hati, memang susah menerima kebenaran seperti ini. …”
untuk masalah ini, saya tanya ke anda, apakah anda bisa menilai hati seseorang tunduk atau tidak dalam menerima suatu kebenaran??
“…Memangnya anda merasa aneh kalau seperti itu? Eh jangan-jangan Anda malah berpikir (walau tidak mengatakannya) kalau ajaran Vaishnava ini tidak benar…:
inilah maksud saya mengatakan kalau anda ini jg memiliki khayalan tingkat tinggi (kaya judul lagu saja), luar biasa……
“…Akal/logika/otak kita seberapa hebat sih? …”
saya sudah mendapatkan dari jawaban anda yg pertama,ndak tau jawaban yg kedua, ketiga, dan seterusnya…. akal/logika/otak kita hebat selama kita menjelaskan Tuhan secara rohani, ya kan?? rohani adalah berbicara tentang krishna, berfikir tentang krishna, dst.. kan itu yg anda katakan?? itu yg saya maksud point no ini.
dan tanggapan anda yg terakhir juga membenarkan kesimpulan saya pada anda kan? bahwa hanya Krishna yg berlian yg paling utama, yg lain murahan. apa lg sih? saya sudah jelas tau jalan pikiran anda, makanya saya cuman `memperingan` anda terhadap comentator2 pendebat anda yg lain, sebelum mereka bertanya yg intinya sama tentang pertanyaan2 saya ke anda, alangkah baiknya saya jabarkan point2 kesimpulan diatas. anda pun tidak menganggap semua itu aneh kan ??
hhmmm… yah kalaupun anda masih ingin tahu, saya cuman pgn share sedikit saja, klo anda jg masih ingin memperdalam ajaran anda, mungkin anda tidak keberatan membaca mesti dalam text english (males nerjemahin saya 😀 )
Major Scriptures
Saivism: Vedas, Saiva Agamas and Saiva Puranas.
Shaktism: Vedas, Shakta Agamas (Tantras) and Puranas.
Vaishnavism: Vedas, Vaishnava Agamas, Puranas and the Itihasas (Ramayana and Mahabharata, especially the Bhagavad Gita).
Smartism: Vedas, Agamas and classical smriti Puranas, Itihasas, especially the Bhagavad Gita, etc.
==========================================================
Spiritual Practice
Saivism: With bhakti as a base, emphasis is placed on sadhana, tapas (austerity) and yoga. Ascetic.
Shaktism: Emphasis is on bhakti and tantra, sometimes occult, practices. Ascetic-occult.
Vaishnavism: Emphasis is on supreme bhakti or surrender, called prapatti. Generally devotional and nonascetic.
Smartism: Preparatory sadhanas are bhakti, karma, raja yoga. The highest path is through knowledge, leading to jnana.
================================================================
selanjutnya saya kesampingkian dulu ajaran(aliran) lain, khusus dua aliran saja :
Paths of Attainment
Saivism:
The path for Saivites is divided into four progressive stages of belief and practice called charya, kriya, yoga and jnana. The soul evolves through karma and reincarnation from the instinctive-intellectual sphere into virtuous and moral living, then into temple worship and devotion, followed by internalized worship, or yoga, and its meditative disciplines. Union with God Siva comes through the grace of the satguru and culminates in the soul’s maturity in the state of jnana, or wisdom. Saivism values both bhakti and yoga, devotional and contemplative sadhanas, or disciplines.
Vaishnavism:
Most Vaishnavites believe that religion is the performance of bhakti sadhanas, devotional disciplines, and that man can communicate with and receive the grace of the Gods and Goddesses through the darshan (sight) of their icons. The paths of karma yoga and jnana yoga lead to bhakti yoga. Among the foremost practices of Vaishnavites is chanting the holy names of the Avataras, Vishnu’s incarnations, especially Rama and Krishna. Through total self-surrender, prapatti, to Vishnu, to Krishna or to His beloved consort Radharani, liberation from samsara (the cycle of reincarnation) is attained.
==========================================
mudah2an saya keliru menebak kalau anda pasti akan malas baca artikel diatas.
yah setidaknya saya disini tidak menunjukkan yg mana berlian utama, yg mana berlian murahan (jujur saya ga bisa mengikuti gaya anda itu).
Salam,-
@ari_bcak
1. Masih “kalau” ya bro, belom bro buktikan sendiri,…..
mungkin ada baiknya bro memahami dahulu sebelumnya trus baru memberikan komentar. TANGGAPAN: baiklah, sebenarnya saya menggunakan kata “kalau” untuk memperhalus saja. Tapi anda minta yang tegas. Swami Dayananda itu menolak segala bentuk pemujaan terhadap arca. Tentu saja karena dia menolak Personal God. Maka saya katakan dia impersonalis. Kelanjutannya? Anda bisa jawab sendiri…
2.Lagi-lagi bro kurang menangkap maksud saya. Apa Sri Krishna tidak pantas dijadikan panutan? Apa Sri Krishna hanya berkata-kata saja? TANGGAPAN: Tentu saja Sri Krishna adalah panutan seluruh alam semesta. Beliau guru pertama untuk semuanya. Teladanilah ajaranNya melalui tiga otoritas. Veda (sastra), sadhu(orang suci), dan Guru (guru kerohanian). Apa anda bisa menunjukkan “perbuatan mulia” Krishna yang tidak dijelaskan dalam Veda?
3. Apa menurut bro isi Upanishad ngaco semua? Apa yang menulis Upanishad adalah orang-orang yang bego? TANGGAPAN: Saya tidak mengatakan seperti itu. Veda begitu luasnya. Untuk mempelajarinya membutuhkankan 3 atau 4 kali umur kita (kalau umur kita 100 tahun). Dan yang juga perlu dimengerti adalah Veda menyediakan alternatif-alternatif jalan untuk ditempuh oleh manusia karena tidak semua manusia sama watak dan karmanya. Tujuannya menekuni spiritual apa sih? Bagi yang ingin menyatu dengan Tuhan, maka tentu saja ia akan menjadi impersonalis. Tapi bagi mereka yang ingin “hanya” berbakti tanpa syarat kepada Tuhan (menjadi pelayan kekal Tuhan), tentunya akan mengakui kalau Tuhan adalah personal.
4. Panthas tu koti-sata-vatsara-sampragamyo
Vayor athapi manaso muni-pungavanam
So ‘pyasti yat prapada-simny avicintya-tattve
Govindam adi-purusam tam aham bhajami
Aku memuja Govinda, Tuhan yang Asli, yang hanya ujung jari kaki Padma–Nyalah yang didekati oleh para yogi yang bercita-cita mengejar kerohanian dan membawa diri mereka ke pranayama dengan melatih pernapasan; atau oleh para jnani yang berusaha mengetahui Brahman yang tak-terbedakan melalui proses penyisihan keduniawian, melampaui lebih dari ribuan juta tahun.
Isi Veda (samhita) masih kalah dibandingkan ini ya bro?
katanya Veda itu adalah kebenaran abadi yang selalu diwariskan turun temurun, dibandingkan dengan “lila” Sri Krishna yang berusia ribuan tahun jadi masih kalah Veda (samhita) ya bro yang katanya ada sejak Rsi Manu pertama kali ada? TANGGAPAN: Lila Krishna yang baru adalah ribuan tahun, dan lila Krishna yang paling baru adalah 500 tahun yang lalu (lila Sri Krishna Chaitanya Mahaprabhu). Tapi anda harus memahami siklus yuga, kalpa, siang dan malam hari Brahma. Dengan begitu anda akan mengerti kalau Krishna sudah pernah menyampaikan ajaranNya (Bhagavad Gita) jauh sebelum itu. Ini bukan soal kalah atau menang, juga bukan soal mana yang duluan atau mana yang belakangan. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempelajari kitab suci itu untuk berkesadaran Tuhan. Tidak sekedar membaca artinya. Yang terpenting adalah penjelasan yang otentik tentang apa yang dimaksudkan dalam sloka tersebut. Para acarya penyembah personalitas Tuhanlah yang memiliki kualifikasi untuk hal tersebut.
5. Jadi alasannya karena Sri Krishna adalah Tuhan, klo tidak Tuhan tidak dicintai ya bro? TANGGAPAN: Justru bagi penyembah Krishna nomor 1 (penyembah murni) mereka tidak perlu alasan untuk mencintai Tuhan. Tolong baca pelan-pelan komentar saya di atas. Kalau saya sih seperti yang anda katakan tadi. Setelah tahu kalau Krishna itu Tuhan, barulah menyembahnya. Mungkin saya tergolong penyembah nomor 11, tapi itupun saya sudah merasa beruntung .
6. Sejak kapan disebutkan kalau Sri Krishna itu Tuhan bro? TANGGAPAN: Pertanyaan anda sama dengan ini: Sejak kapan disebutkan kalau Tuhan itu Tuhan? Kita tidak mengenal rentangan yuga yang satu kali seperti ajaran agama-agama rumpun abrahamik. Coba baca “Brahma Samhita”, bagaimana Dewa Brahma setelah bertapa begitu lama baru menyadari kalau Krishna adalah Tuhan. Di sana dijelaskan bagaimana Dewa Brahma memuji dan berdoa utk Tuhan Sri Krishna.
Salam
@Putratridharma
Seseorang menganggap miliknya yang paling benar dan menganggap yang lain kualitasnya dibawah itu biasa, Sivaism(blog yang dikasi ari_bcak sivaism kan?) memandang krishna lebih rendah dari siva, sedangan bro2 dari HK malah memandang siva lebih rendah dari Krishna.
Get use to it.
kurang jelaskah kalau tidak ada alasan untuk tidak saling menghargai?
pandangan saya disini teman2 yang lain tidak mencari pengakuan bahwa nama tuhannya paling hebat, tetapi menuntut rasa saling menghormati. Walaupun anda sudah pasti menghormati dalam hati.
Kalau saya sejauh ini sih oke2 aja, tuhan saya dianggap no.2(atau bahkan bukan tuhan). Saya juga berpikir kalau tuhan saya dipromosikan berlebihan sampai merendah2kan nama tuhan lain, saya malah tidak suka. nanti muncul orang2 seperti kidz, ari_bcak, Jon dekir, nonametruth, dll.
Sedangkan dalam ajaran saya (Sivaism) prinsip “ekam sat viprah bahuda vadanti”, dan “bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” itu sudah jelas.
kalau anda saya pandang wajar, karena guru2 besar aliran anda pun merasa prinsip2 diatas akan sedikit berbenturan dengan filsafat2 utama aliran anda(tidak bisa dijalankan).
selamat melanjutkan.
kalau anda tanya saya, saya menghormati kepercayaan anda dan saya pun memuliakan krishna setinggi anda, tapi tentu prinsipnya berbeda.
@Putra
TANGGAPAN: Maaf saya lupa menaggapi pertanyaan Anda. Tidak ada Veda yang salah. Yang ada adalah salah dalam memahami Veda. Supaya tidak salah, maka kita dianjurkan meminta penjelasan kepada orang yang paham kesimpulan Veda (guru). Tanpa penjelasan guru, kita hanya akan mendapatkan arti kata belaka, yang juga belum tentu benar. Anda pasti sudah paham kalau banyak sloka yang “tampaknya” bertentangan satu dengan yang lain. Hal seperti inilah yang harus ditanyakan kepada otoritas (guru).
=====Di dalam gita mahatmya yang saya punya dari sloka 1 sampai sloka 23 tidak ada sloka yang bisa disimpulkan seperti yang bli simpulkan bahwa : maka anda akan paham kalau satu sloka atau bahkan setengah sloka saja dari Bhg. Gita yang dibaca terus menerus akan membawa kesempurnaan. Bahkan hewan pun bisa sempurna karena mendengar pembacaan satu sloka Bhg. Gita. makanya sebelumnya saya bertanya sloka mana dari gitamahatmya yang bli artikan seperti kesimpulan bli ini, tetapi tidak bli jawab.
TANGGAPAN: Iya dalam Gita Mahatmya yang saya maksudkan ini Bhagavad Gita diagungkan oleh Siva setiap bab dengan bercerita tentang kisah-kisah mahluk/entitas hidup yang sudah mencapai kesempurnaan melalui membaca atau mendengar pembacaan Bhg. Gita. Jadi ini benar berisi kisah-kisah “klasik” tapi kata klasik ini tidak saya setarakan atau disejajarkan dengan kisah-kisah klasik atau musik klasik yang berupa karya material.
Salam hormat
@Kidz
===Vaishnavism: Emphasis is on supreme bhakti or surrender, called prapatti. Generally devotional and nonascetic.
Tidak asketis? Justru para Vaisnavalah yang paling asketis. Contoh yang paling mudah adalah: Para Vaishnava vegetarian, vegetariannyapun tidak asal vegetarian. Kalau hanya sekedar vegetarian, apa bedanya kami dengan kambing? Kambing kan vegetarian juga. Vaishnava hanya makan makanan vegetarian yang sudah dipersembahkan kepada Sri Krishna (Prasadam). Selain itu, pantangan-pantangan dan etika-etika diajarkan. Kami dianjurkan melakukan puasa (mungkin)lebih sering dari yang lain. Bukankah ini asketis?
@Sutha
Sepanas apapun debat atau diskusi yang kita lakukan, kita memang tidak boleh melupakan satu hal: kita adalah bersaudara. Persoalan pilihan jalan yang ditempuh, itu bebas. Veda sendiri tidak pernah memaksakan harus menggunakan satu jalan. Saya (dan mungkin teman Hare Krishna yang lain) tentu tidak bermaksud memaksakan lawan debat saya untuk ikut seperti saya. Salam hormat
@putratrudharma
wah senang sekali saya, karena anda setidaknya mau membaca dan `mungkin` sudah mencerna semua komentar saya diatas dengan kepala dingin.
sama seperti saudara @putra, sebenarnya saya jg menjadi tergelitik ingin terus diskusi dengan anda. dari apa yg saya share td cuman sebagian kecil pengetahuan di luar Vaishnava yg seharusnya diketahui oleh semua umat yg mengikuti `Sect` yg berbeda-beda, bahwa tak satupun `sect` yg paling sempurna (saya menduga, kalau anda tidak sependapat dengan ini, karna hanya Vaishnava yg sempurna, ya…ya..ya… lagu lama) sama halnya dengan ribuan kitab suci Veda, tak satupun bisa menunjukkan kebenaran yg mutlak, karena Veda bukanlah satu buku/kitab, dan semua pecahan Veda adalah kebenaran.
ok lah, anda pasti bilang, Bhagavad Gita, Bhagavatam, dan Scripture ug bernafaskan Vaishnava saja yg benar, yg lain lagi-lagi anda sebut susu racun (mayavadi), ini maksud saya menyampaikan betapa anda hebat sekali mempersempit Veda menjadi seperti itu.
lalu anda pun akan berkelit seperti ini: “apa mungkin kita mempelajari Veda yg jumlahnya ribuan meski umur kita terbatas ??”
kalau saya tanggapi : apa boleh karena keterbatasan umur kita belajar Veda, kita hanya pilih satu kitab suci(yg mengarah ke aliran tertentu) dan bilang itu saja yg paling hebat dan lengkap ??
anda pun akan bilang seperti ini : “tapi kalau tidak tunduk hati, memang susah menerima kebenaran seperti ini”
saya jadi ga ngerti karena ini berbicara masalah `tunduk hati` siapa yg tinggi hati? dan siapa rendah hati ya ??
kemudian untuk masalah `ascetic` –> tapa, ya mungkin ini lah perbedaan pemahaman kita tentang tapa. tapa dimaksudkan adalah mengendalikan energi agar terpusat sehingga dapat digunakan untuk suatu tujuan (semadi/meditasi), saya sendiri masih bingung antara tapa dan japa.
lalu yg masih menggelitik saya adalah dengan anda menggunakan konsep analogi matahari dan sinarnya sebagai konsep aspek ketuhanan. saya akui kedua aspek itu beda, saya ngerti kok. cuma saya tidak berbicara bentuk disini, namun sumber dan keterkaitannya.
anda bilang: Tidak ada sinar kalau tidak ada matahari.
saya tanya : apakah ada matahari kalau tidak ada sinar ?
disini letak perbedaan kita dalam konsep ketuhanan (mungkin ada jg beberapa hal yg sama)
bagaimana dengan konsep yg saya sempat paparkan antara Api dengan Panasnya. wujudnya beda kan? tapi apakah aspek itu sepenuhnya terpisah??
yah..saya sih berharap anda dan mungkin teman2 Vaishnava lainnya untuk lebih dewasa (meski sekarang sudah dewasa sih, ehehe) lebih bijak (meski uda bijak) lagi.
saya sih ingin share sedikit ya, hal yg guru saya sampaikan : “kalau kamu ingin besar, caranya hanya satu, besarkan orang lain”
“jika kamu ingin tinggi, jangan meninggikan diri dengan `menginjak` kepala orang lain”
baru saya mengerti kenapa lebih banyak blog, web, atau apapun yg didominasi oleh Vaishnava, sebab seperti yg saudara ary_bcak katakan “… yang mengerti biasanya diam dan yang kurang mengerti banyak mencari, nah mungkin kita2 ini yang kurang mengerti :D…”
Salam,-
@putratridharma
sorry…sorry… salah ketik nick anda diatas, emang kibord saya uda ancur ni….ehehe 😉 tp yah paling ga saya ga ada nambah predikat apa2 pada nick anda ….. hihihi…
Om Swastyastu
Rg Veda 5.7.4
“sah sma krnoti ketum
A nakam chit dure a sate/
Pavakah yat
Vanaspatin pra sma minati ajarah.
The Truth of things cannot be found by the logical intellect of the mind which is an imperfect groping instrument , It can be perceived, however, by intuition, a faculty that grasps the truth without effort; it is in fact an arrow of truth that strikes the human consciousness. It works in the mind, but with a handicap; the intellect seizes the flash of intuition and colours it with its own movements and in the process its infallibility is lost.
…the intuition in the heart sees the truth as it is…’
Isha Upanisad: 5
“Tad ejati tan naijati tad dure tadvantike.
Tad antar asya sarvasya
Tad u sarvasyasya bahyatah.
The Supreme Consciousness moves and It moves not. It is far and it is near. It is within all, immanent, and also outside all this, transcendent.
Rig Veda 5.59.5
Asva ivet arushasah sabanshavah shura iva prayudhah
Pra uta yuyudhu/ Marya iva suvrdho vavrdhur narah suryasya chakshu narah Pra minanti vrshtibhih.
Maruts give each person the knowledge he can understand. Not everyone has the highest knowledge.
Rig Veda 5.7.5
Ava sma yasya veshane Sevedam pathishu juhvati
Abhi im aha svajenyam Bhuma prshtha iva Ruruhuh.
Man, in service of his own ego from personal desire, is certain to be in bondage.However, if he makes an attempt to climb upwards, this action is like a ladder.
Bhavada Gita, 7.19
“Bahunaam janmanaam ante
Jnaanavaan maam prapadyate
Vaasudevah sarvam iti
Sa mahaatmaa su-surlabhah”
Mandukya Upanishad sloka 1
All this is the letter Om. A vivid explanation of this (is begun). All that is past, present, and future is but Om. Whatever transcends the three periods of time, too, is Om.
Saudaraku, kalau kita yakin atas sloka-sloka di atas, semestinya tidak ada lagi yang harus kita perdebatkan.
Suksma
@putra
adem sekali membaca petikan Veda yg anda paparkan.
saya sempat juga memaparkan hal yg intinya sama seperti yg anda paparkan.
“….The Truth of things cannot be found by the logical intellect of the mind which is an imperfect groping instrument , It can be perceived, however, by intuition, a faculty that grasps the truth without effort; it is in fact an arrow of truth that strikes the human consciousness. …”
ketika saya debat kemarin, dengan menyampaikan hal yg seperti diatas, saya dicap “mengkhayal/ imanjinasi/angan2”.
petikan anda dari Rg. Veda yg merupakan bagian dari Struti (utama),
pernah jg saya disangkal kalau sruti masih di bawah Bhagavad Gita yg utama, sehingga `mungkin` Rg Veda tidak menunjukkan konsep kebenaran yg mutlak.
lalu saya pernah jg menyatakan aspek tertinggi tuhan adalah tidak bisa disampaikan dengan bentuk logika apapun (Acintya). tapi saya malah di cap “menghina” tuhan.
ya saya sih terima2 saja, karena pada dasarnya kan saya ingin belajar dari teman2 semua.
Salam,-
@Kidz
===anda bilang: Tidak ada sinar kalau tidak ada matahari.
saya tanya : apakah ada matahari kalau tidak ada sinar?
KOMENTAR: Dari mana asal (sumber) sinar matahari? Bagaimana kalau Matahari (Bhagavan) tidak mau mengeluarkan sinarNya? Ini tentu bisa kan? Beliau kan maha kuasa dan bebas berkehendak.
===bagaimana dengan konsep yg saya sempat paparkan antara Api dengan Panasnya. wujudnya beda kan? tapi apakah aspek itu sepenuhnya terpisah?
KOMENTAR: Saya kan sudah menjelaskan di komentar yang lalu. Mungkin anda tidak mau membaca atau apa? Saya katakan kalau analogi anda tentang “api dan panasnya” itu hanya tepat untuk menjelaskan potensi ketuhanan, yaitu antara sumber potensi dan aliran potensi . Para Jiva adalah percikan-percikan api yang sangat kecil dan terpisah dari sumbernya yakni api abadi yang maha panas dan maha dahyat. Jadi ketika mencapai Mukti pun para Jiva tidak akan menjadi Tuhan.
Masih analogi api dan panasnya, tapi sudah menjadi berbeda. Panas (maha) adalah sifat dari api (Tuhan). Andaikan panas ini adalah: maha kuasa, maha agung, maha mengetahui, maha sakti, maha besar, maha pencipta, maha pemelihara… (entah berapa maha lagi…) inilah sifat Tuhan. Sekarang saya tanya apa mungkin memisahkan sifat Tuhan dengan sifatNya?
===yah..saya sih berharap anda dan mungkin teman2 Vaishnava lainnya untuk lebih dewasa (meski sekarang sudah dewasa sih, ehehe) lebih bijak (meski uda bijak) lagi.
KOMENTAR: Terimakasih, semoga saya nanti lebih dewasa dan bijak ya… mohon bimbingannya.
===saya sih ingin share sedikit ya, hal yg guru saya sampaikan : “kalau kamu ingin besar, caranya hanya satu, besarkan orang lain”. “Jika kamu ingin tinggi, jangan meninggikan diri dengan `menginjak` kepala orang lain”.
KOMENTAR: Saya perpanjang: Jika ingin menyundul bola, jangan sundul kepala lawan. Jika ingin menendang bola, jangan tendang betis lawan. Tapi kalau tackling yang halus boleh ya? He he he… nasihat yang bijak. Saya sih nggak kepingin besar dan tinggi. Biarlah saya tetap kecil dan rendah. Sebab kata guru saya he… he… he… seperti ini: Karunia itu akan mengalir dan bisa kita terima kalau kita rendah. Karunia itu seperti hujan, walau jatuhnya di gunung, tapi yang menerima dan menampung air itu adalah daerah rendah di bawah gunung itu. Salam hormat…
@putratridharma
“…Bagaimana kalau Matahari (Bhagavan) tidak mau mengeluarkan sinarNya? Ini tentu bisa kan? Beliau kan maha kuasa dan bebas berkehendak…”
nah itu dia, kan saya bilang analogi matahari ini kontroversi sekali kalau diterapkan ke konsep ketuhanan, masalahnya matahari(secara harfiah) kan bukan Tuhan ? karena tidak mungkin ada matahari (secara harfiah) yg tidak mengeluarkan sinar. saya mengerti maksud anda bahwa Tuhan dan Dewa roh itu beda, tapi coba kita renungkan apakah semua itu benar2 terpisah? atau tidak kah semua itu satu ? sebab (lagi2 konsep matahari dan sinar) matahari dam sinar wujudnya beda, namun mereka saling terkait satu sama lain = satu, dimana salahnya logika saya ini? mohon diluruskan dengan sabar ya….;)
“…Sekarang saya tanya apa mungkin memisahkan sifat Tuhan dengan sifatNya? …”
jadi menurut logika saya, kalimat anda menyatakan kalau sifat tuhan tidak bs dipisahkan dengan tuhan itu sendiri… so ..? dewa tidak punya sifat tuhan ? roh tidak punya sifat tuhan? manusia tidak punya sifat tuhan ? ini hanya pertanyaan brur..jd langsung di judge ini pemikiran jadi, mari bahas bersama.
“…Terimakasih, semoga saya nanti lebih dewasa dan bijak ya… mohon bimbingannya…”
untuk yg satu ini saya tidak mampu, saya bukan pembimbing disini untuk siapa saja, justru saya yg butuh bimbingan dari semua teman2 disini. dan saya sendiri blum bisa bimbing diri sendiri.
“…Jika ingin menyundul bola, jangan sundul kepala lawan. Jika ingin menendang bola, jangan tendang betis lawan. Tapi kalau tackling yang halus boleh ya? …”
itu kata2 siapa brur …?? dapat dari mana? mudah2an bukan dari guru anda, sebab yang diajarin cuman jadi tukang `tackling` aja…ahahahaha……
“…Saya sih nggak kepingin besar dan tinggi. Biarlah saya tetap kecil dan rendah….”
katanya Mukti….katanya terlepas dari `penjara` material….katanya mau ke planet rohani….. trus apakah mukti/alam diluar alam material/planet rohani itu menurut anda tujuan akhir anda yg posisinya kecil dan rendah???
“…Karunia itu akan mengalir dan bisa kita terima kalau kita rendah. Karunia itu seperti hujan, walau jatuhnya di gunung, tapi yang menerima dan menampung air itu adalah daerah rendah di bawah gunung itu…”
sungguh kalimat yg luar biasa yg datang dari guru anda, saya sangat hormati kalimat itu.
dan ini bentuk lanjutan saya (bole kan saya perpanjang juga) : karena jika sudah menerima karunia, karunia itu akan membesarkan(rohani) kita, dan sama halnya dengan masalah hidup=karunia, yg diberikanNYA untuk membuat kita `besar`.
Salam,-
@ Kidz
Ibu kunti berdoa kepada Sri Krishna agar selalu diberikan penderitaan. Karena dengan penderitaan, beliau akan mengingat Krishna. Jadi penderitaan adalah karunia bagi penyembah Tuhan, tetapi bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan dan jahat, penderitaan tetap hanyalah penderitaan.
@putratridharma
yeah komentar anda tidak terlalu jauh dengan komentar saya sebelumnya : “…dan sama halnya dengan masalah hidup=karunia, yg diberikanNYA untuk membuat kita `besar`….”
masalah hidup…penderitaan….ato apalah menurut komentar saya = karunia.
dan saya tidak mengerti arah debat anda yg satu ini.
Salam,-
@Kidz
===masalah hidup=karunia, yg diberikanNYA untuk membuat kita `besar`….”
Bukan membuat kita besar. Ukuran roh tetap segitu. Kecil sekali dibandingkan Tuhan. Roh tetaplah individual, jika mukti (moksa) pun tidak akan menjadi Tuhan. Inilah bedanya.
@putratridharma
ooohhh….ternyata anda masih gregetan dengan konsep roh…penyatuan…dll, hmm…. oohh `besar` yg anda interpretasikan dari kalimat saya adalah membahas konsep itu ya? lagi2 bahas konsep matahari…ehehehe…yg itu aja blom anda jawab koment saya sebelum2nya.
anda pernah dengar orang bilang ini ga : “semoga anda berjiwa `besar`” maka akan anda artikan ” semoga jiva anda menyatu dengan tuhan” begitu ya…??
nah masalah sekecil ini saja kita udah ga sepaham, jauh sekali bahkan, apalagi masalah yg prinsipil ya….. kalau `besar` yg saya maksud disini adalah mengacu pada individu untuk bagaimana ia menjadi manusia yg `benar`, tidak ada kaitannya dengan penyatuan tuhan (doh). jangan2 anda pikir menjadi `besar` yg saya maksud adalah sombong, pangkat tinggi, angkuh, picik, egois, dll. itu ya…?? waduh gawat nih..
Salam,-
@ Kidz
Sambil denger kirtannya Krishna Das. http://www.youtube.com/watch?v=Ps3iZ4nwg6o&feature=related
http://www.youtube.com/watch?v=rE9UVlAUios&NR=1
http://www.youtube.com/watch?v=s0xo4TIfiOY&feature=related
===jangan2 anda pikir menjadi `besar` yg saya maksud adalah sombong, pangkat tinggi, angkuh, picik, egois, dll. itu ya…?? waduh gawat nih..
KOMENTAR: Saya bukan tidak paham maksud anda dengan “besar” itu. Tapi saya ingin mengaitkan kata besar itu dengan konsep individualitas Roh. Karena justru ini adalah topik yang prinsipal. Karena dari pemahaman ini orang akan salah klaim tentang eksistensi dirinya.
@ Kidz
Coba klik link yang saya beri yang terakhir itu ada Kirtan Om Nama Sivaya
@putratridharma
“…..Tapi saya ingin mengaitkan kata besar itu dengan konsep individualitas Roh. Karena justru ini adalah topik yang prinsipal. Karena dari pemahaman ini orang akan salah klaim tentang eksistensi dirinya…..”
ok boleh saja anda ingin mengaitkan, tapi sebentar ya, saya luruskan, maksud kalimat guru saya : “kalau kamu ingin besar, caranya hanya satu, besarkan orang lain”
lalu coba bandingkan dengan kalimat yg sering terpapar di artikel2 di web ini : “yg mengaku bhaktaKu bukan lah yg sebenarnya, yg menjadi bhakta dari bhaktaKu adalah yg sebenarnya”
coba renungkan….apakah ada kaitannya dengan konsep analogi matahari anda??
mudah2an saja tidak ada sesuatu yg disebut “Tuhan” sangat ingin harus disebut “Tuhan” oleh yg lainya.
“…Coba klik link yang saya beri yang terakhir itu ada Kirtan Om Nama Sivaya…”
ok nanti saya klik, karena kendala di koneksi saya yg lelet, namun sebelumnya saya tanya, untuk apa anda sarankan saya klik link itu? apa yg anda harapkan stelah saya klik? kenapa anda tidak sarankan saya Kirtan Hare Krishna ?
Salam,-
@putratridharma
sebagai rasa terima kasih saya atas link yg anda berikan ke saya, ini saya jg bagi link untuk anda klik ya ….
http://www.youtube.com/watch?v=G0_tFX-pG-A
terutama pada bait yg pertama yg kurang lebih isinya ;
Jai Shiv Omkāra
aum jai shiv omkārā svāmī jai shiv omkārā
brahmā vishnu sadāshiv ardhāngī dhārā
aum jai shiv omkārā.
Salam,-
@Kidz
Walau berbeda sudut pandang dengan Anda tentang siapa Deva Siva, tapi saya sangat menghormati Siva. Kalau ada lagu atau cerita tentang Beliau, saya sangat senang mendengarkannya. Tidak ada maksud apa2 kok, hanya ingin berbagi untuk mengagungkan Siva.
@putratridharma
iya anda benar, kita memang berbeda sudut pandang dalam menilai hal yang satu ini, dimana anda akan memandang strukturisasi dalam ketuhanan (kerajaan Tuhan).
kalau saya mengagungkan Beliau dalam seluruh bentuk aspek Beliau tanpa pernah memisahkan. salah satunya bisa anda lihat pada link yg saya share diatas, kurang lebih artinya sepert ini :
aum jai shiv omkārā svāmī jai shiv omkārā
brahmā vishnu sadāshiv ardhāngī dhārā
aum jai shiv omkārā.
Om, kemenangan pada Siva-Omkara, kemenangan pada Siva
kemenangan pada Brahma, Visnu, SadaSiva sebagai bagian dalam kesatuan.
Om kemenangan pada Siva
sungguh indah rasanya…..
Salam,-
John dekir menyerah, dekirpun ingin menjadi penyembah nomor wahid untuk Beliau. Terima kasih teman atas penjelasanya. Dekir mengajak yang lain untuk menerima ajakan penyatuan nama ini. Apa sih sulitnya kalian menerima nama Beliau sebagai Khrisna.Marilah kita tutup buku dan diskusi topik yang lain.
suksma, damai selalu.
@Dekir
awalnya ketika baca web ini, saya hanya baca2 saja, baik itu artikel2nya ataupun komentar2 teman2 untuk saya jadikan bahan pembelajaran, awalnya saya tidak ada niat komentar disini, namun ternyata semakin saya tidak ikut komentar, semakin saya `gerah` melihat kata2 `oknum` aliran yg memiliki fikiran dogmatis dan fanatik sempit.
dan saya jg tidak mempersalahkan masalah nama. nama apapun boleh kita pakai untuk menyembahNYA asal kesadaran kita tentang keagungan beliau. siva sembah tuhan krishna, atau krishna sembah tuhan siva …. komentar saya : whatever…..
anda sempat bilang seperti ini : “…Dekir mengajak yang lain untuk menerima ajakan penyatuan nama ini. Apa sih sulitnya kalian menerima nama Beliau sebagai Khrisna…”
ahahahaha…..tutup diskusi ini?? kalau dari saya jawabannya pasti “iya mari kita tutup saja” (setuju). tapi coba cek apakah kalimat anda jg memancing perdebatan baru masalah nama ??bagaimana kalau nanti ada orang aliran lain yg fanatik sempit bilang gini :
“saya mengajak yang lain untuk menerima ajakan penyatuan nama ini. Apa sih sulitnya kalian menerima nama Beliau sebagai Siva…”
ehehehehehe……… mungkin situs ini memang khusus dibuat sebagai tempat berdebat mungkin, terlihat dari judul2 artikelnya yg debateable.
disini hanyalah tempat kita belajar dengan “perang” argumentasi, bukan mencari kesimpulan/kebenaran.
Salam,-
@Kidz
===disini hanyalah tempat kita belajar dengan “perang” argumentasi, bukan mencari kesimpulan/kebenaran.
Kalau cuma perang argumentasi buat apa? Saya pikir situs ini sudah jelas visinya yaitu: Because of You Alone Try to be Krishna’s Devotee.
@putratridharma
oh iya maaf kan komentar saya yang satu ini, saya betul2 lupa, karena keasikan berdebat sampai lupa visi web ini yg sesungguhnya.
tapi menurut saya selama ini diantara diskusi yg ada, tidak ada yg berakhir dengan kata sepakat atas salah satu pemikiran pendebat.
sekali lg maaf ya karena telah melupakan visi web ini yg sudah jelas: because of you alone, try to be krishna’s devotee.
ya semoga yg sedang `alone` bisa mendapatkan pencerahan di web ini.
Salam,-
@putratridharma
akhirnya ada yang kenal krishna das! apakah beliau masuk ISKCON / HK atau hanya penyembah krishna general?
Lagu2 beliau menghiasi Ipod saya.
@kidz
apakah anda Sai baktha?
nah karena momennya pas, ini saya juga kasi link “penengah” antara kalian
http://www.4shared.com/audio/9vnVegMG/Krishna_Das_-_05_-_Jai_Jagadis.htm
klik play
@s
ehehe nick yg `imut`
Sai Bhakta? pengikut sai baba maksudnya ya? hhmmm…
tidak. saya tidak mengikuti aliran tersebut.
saya tidak tau apa nama aliran saya ini, tolong anda namai ya 😉
mungkin anda bisa mengatakan apa nama ajaran saya, dengan penyampaian saya ini, bahwa saya mengikuti ajaran yg sering dijabarkan oleh Swami Sivananda yg saya kolaborasikan dengan ajaran leluhur saya di Bali.
Salam,-
@s
Saya tidak tahu persis latar belakang beliau. Kalau dari namanya yang menggunakan “das”, beliau sepertinya adalah penyembah Krishna. Ini adalah seperti nama-nama diksa di Hare Krishna yang sebagian menggunakan “das” yang artinya pelayan. Begitu juga dengan lagunya yang mengagungkan Sri Radha (pasangan Krishna). Tapi kalau melihat penampilannya, kayaknya tidak. Saya tidak melihat kantimala di lehernya. Begitu juga saya tidak melihat tilak yang seperti huruf U.
Tapi kalau Aindra Das, ini jelas Hare Krishna. Beliau adalah penyanyi Kirta yang sangat dikenal di Hare Krishna. Kalau ada waktu, silakan buka link ini. Banyak Kirtannya yang ada di Youtube
http://www.youtube.com/watch?v=8ZwGuCJ26_o&feature=related
Trims for all
Sori masalah salah ketik namanya
link dari saya udah dicek juga belum?
ayo sma2 kita play
@sutha
lalu anda pengikut ajaran apa?
😉
salam,-
@Kidz
Cuma ashram kecil di pedesaan terpencil di tabanan.
tidak banyak yang bisa saya jelaskan secara general karena ashram itu bukan cabang(secara organisasi) HK, ananda marga, ataupun Sai Baba. Karena kekhususannya ini jadi mustahil dijelaskan secara sederhana tapi jelas.
Saya pernah bertanya pada Guru saya, bagaimana menjelaskan ashram kami dan Pujaan kami(Shiva) kalau ada yang bertanya?
jawabannya sederhana sekali:
Shiva adalah tuhan kami dan ashram adalah tempat untuk kami belajar.
@Sutha
wow saya tidak tahu di Tabanan ada ashram Sivaism. padahal saya sering ke tabanan (family),kalau anda berkenan share, apa nama ashram itu? ada diderah mana? , siapa tahu di lain hari saya sempatkan mampir untuk belajar dan mendalami ajaran yg mulia ini.
Salam,-
Om Swastyastu,
udah adem rupanya 😀
@putratridharma;
melihat ke-ngotot-an bro dalam memberikan komentar makanya saya tertarik bertanya kepada bro, saya lama di web ini bro sejak bro Ngarayana mulai membuat web ini bahkan dari tulisan bro Ngarayana di tempat lain saya ikuti, dan juga mungkin udah beberapa kali web ini berganti wajah……
dari diskusi saya dengan bro Ngarayana saya dapati bahwa saya ‘memandang’ dari sudut yang berbeda walaupun kita sama2 memakai Veda sebagai acuan yang akhirnya akan terjadi depat kusir pada ujungnya makanya saya lebih baik menyimak aja di web ini karena jelas sesuai tujuan pembuatan dan pemilik web ini menyatakan sebagai Vaisnawa, sedangkan saya jelas berbeda 🙂
klo tentang Swami Dayananda, sepertinya hanya beliau sendiri yang memahami dirinya dan kita tidak berhak memberikan label apapun apakah impersonalis atau apa 🙂
@Sutha;
link diatas itu dari Arya Samad dan sepertinya bukan Sivaisme, dan merupakan salah satu ‘kelompok’ yang sangat keras tuk memurnikan ajaran Veda (samhita) dan bukan ditambahkan dengan pemahaman yang lain baik dari Purana, malah kitab Brahmana aja mungkin dikesampingkan (kemungkinan lho), saya juga kurang tau hanya memberikan dari sudut pandang yang lain lagi, belom lagi dari ‘sudut’ Shakti, malah tambah runyam 😀
Suksma,
@ari_bcak
KOMENTAR:
Ya, sudut pandang filsafat yang berbeda. Tapi sudut yang satu di Veda sangat lapang untuk “melihat” (personal: ini, begini, begitu: jelas dalam Veda), sedangkan sudut yang lain tidak melihat apa-apa (impersonal: bukan ini, bukan itu, dan bukan-bukan yang lain: Apa?). he he he
===klo tentang Swami Dayananda, sepertinya hanya beliau sendiri yang memahami dirinya dan kita tidak berhak memberikan label apapun apakah impersonalis atau apa.
KOMENTAR: Wah, kok bisa begitu? Kan secara umum ada dua Personalis dan Impersonalis. Ya, kalau tidak mengakui Tuhan berwujud sudah pasti impersonalis kan? Ribet banget sih mencari alasan….
@putratridharma
Om Swastyastu
Kalimat ini sangat menginspirasi “impersonal: bukan ini, bukan itu, dan bukan-bukan yang lain: Apa?”..
Mari kita mulai belajar dengan mencoba menjawab pertanyaan ini:
BUkan ini, bukan itu, terus apa?????
Suksma
Om Swastyastu;
@putratridharma;
senang memberikan label seseorang ya bro??? 😀
bukan mencari alasan bro, saya memakai pembanding pada diri sendiri bro, saya mengakui bahwa Tuhan impersonal karena sifat Beliau adalah ‘acintya’, tapi tuk memudahkan maka saya memilih satu sosok, jadi saya ini 50:50 ya bro, jika dikatakan personalis bukan, impersonalis juga bukan… 😀
nah sama dengan Swami Dayananda, menurut saya hanya beliau yang tau 🙂
@Putra;
mungkin bro putratridharma tidak tertarik bli…. 😉
suksma,
mulai lagi deh…. ehehehe…. 😀
Personalis vs Impersonalis
kali ini saya nyimak aja dah…..tar gara2 comment bodoh saya, malah bikin `gerah` teman2. malah debat kusir dah jadinya.
eh btw, ada captcha code sekarang ya? emang ada bot di web ini ya?
Ini Sangat Bagus, karena penjelasannya berdasarkan sastra2 dan literatur2 Veda. Bukan angan2 filsafat bukan persepsi pribadi. Umat Hindu masih bingung tentang kedudukan2, baik brahma visnu siva dan krishna… ini bukan teologi, ini adalah teosofis… sygx umat hindu mash berbicara konteks teosofis.. pada dalam literatur2 Veda theologix jelas. sebagai tambahan, hendakx kita tunduk pada aturan2 kitab suci, bukan angan2 filsafat karena bs saja itu bertentangan dengan kebenaran veda itu sendiri
check this out https://guntycoons.com