Veda menyatakan,”Dvau bhuta sargau loke’smin daivasura eva ca, di alam material ini ada dua golongan makhluk hidup. Satu golongan disebut Deva (Sura) dan golongan lainnya disebut Asura” (Bhagavad Gita 16.6 dan Padma Purana sebagaimana dikutip dalam CC Adi-Lila 3.91).
Penjelasan umum Veda tentang dua golongan makhluk ini dapat diringkas sebagai berikut.
Detail sifat-sifat Sura/kedewataan sebagaimana dijelaskan dalam Bhagavad Gita 16.1-3 adalah sebagai berikut:
- Ketidak-khawatiran (abhayam).
- Hidup suci (sattva-samsuddhih).
- Mantap dalam pengetahuan spiritual (jnana-yoga vyavasthitih).
- Dermawan (danam).
- Mampu mengendalikan diri (damas).
- Melakukan kurban suci (yajna).
- Mempelajari Veda (svadhyayas).
- Melakukan pertapaan (tapa).
- Hidup sederhana (arjavam).
- Tidak melakukan tindak kekerasan (ahimsa).
- Berpegang pada kebenaran (satyam).
- Tidak pemarah (akrodhah).
- Tidak melekat pada hal-hal material (tyagah).
- Berhati damai (santih).
- Tidak suka mencari-cari kesalahan orang lain (apaisunam).
- Berkasih sayang kepada semua makhluk (daya-bhutesu).
- Tidak serakah (aloluptvam).
- Lemah lembut (mardavam).
- Bersusila (hrih).
- Teguh hati (acapalam).
- Bersemangat (tejah).
- Pengampun (ksama).
- Tahan uji (dhrtih).
- Bersih/suci (saucam).
- Tidak iri-hati (adrodah) dan
- Tidak mendambakan pujian (natimanita).
Sifat-sifat kedewataan (daivi-sampad) tersebut di atas pada umumnya ternyata amat berlawanan dengan prilaku kebanyakan manusia Kali-Yuga masa kini yang disebut orang-orang modern.
Peradaban dewani yang berpondasi daivi-sampad (watak kedewataan) adalah sebagai berikut.
- Hidup manusia diarahkan pada kegiatan spiritual pensucian diri (sattvasamsuddhih) agar insyaf diri sebagai jiva rohani abadi dengan kedudukan dasar sebagai abdi/pelayan kekal Tuhan.
- Orang-orang mantap dalam pengetahuan spiritual (jnana-yoga vyavasthitih) dengan tekun mempelajari Veda (svadhyayas).
- Sejak kecil manusia sudah diajarkan mengendalikan diri (damas) dengan hidup sebagai brahmacari. Dalam kehidupan berkeluarga sebagai grhastha, manusia diwajibkan melakukan yajna secara teratur. Dalam kehidupan sebagai vanaprastha, manusia berdisiplin diri dalam kehidupan sederhana dan bersahaja (tapasya). Dan dalam kehidupan sebagai sannyasi, manusia tidak lagi terikat pada urusan duniawi dan sepenuhnya mengabdikan diri dalam pelayanan cinta kasih (bhakti) kepada Tuhan.
- Pendidikan diarahkan pada pengembangan sifat-sifat bajik seperti kedermawanan (danam), hidup sederhana (arjavam), berkasih sayang kepada semua makhluk (daya-bhutesu), lemah-lembut (mardavam), pengampun (ksama), berpegang pada kebenaran (satyam), tidak pemarah (akrodhah), tidak serakah (aloluptvam) dan berhati suci (saucam).
- Manusia dengan penuh disiplin melaksanakan tugas kewajibannya masing-masing (sebagai brahmana,kshatriya, vaisya dan sudra), hidup tenang dan damai (santih) tanpa kekhawatiran (abhayam), tidak melakukan tindak kekerasan (ahimsa), tidak melekat pada kekayaan material (tyagah), bersusila (hrih), tidak suka mencari-cari kesalahan orang lain (apaisunam), teguh hati (acapalam), bersemangat (tejah), tahan uji (dhrtih) dan bebas dari rasa iri (adrodah).
- Penduduk hidup aman, damai dan sejahtera dibawah bimbingan para rohaniwan suci yaitu brahmana, muni, kavi, yogi, acarya, sannyasi, guru kerohanian dan pandita.
Bhagavad Gita 16.4, 7,16,17 & 18 menguaraikan detail sifat-sifat Asurik adalah sebagai berikut.
- Congkak (dambhah).
- Sombong (darpah).
- Angkuh (abhimanah).
- Pemarah (krodhah).
- Keras (parusyam).
- Bodoh (ajnanam).
- Tidak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan (pravrttim ca nivrttim ca).
- Hidup kotor (na saucam).
- Tidak bersusila (napi cacarah).
- Licik (na satyam).
- Dibingungkan oleh bermacam-macam rasa cemas (aneka citta vibran tah).
- Diikat oleh jaring khayalan (moha-jala-samavrtah).
- Amat melekat pada kenikmatan indriya jasmani (prasaktah kama bhogesu).
- Berwatak takabur (atma-sambhavitah).
- Bertindak sembrono (stabdhah)
- Dikhayalkan oleh kekayaan material dan harga diri palsu (dhana-mana madanvitah).
- Disesatkan oleh keakuan palsu kekuatan pisik, kebanggaan diri, nafsu dan kemarahan (ahankaram balam darpam kamam krodha ca samsritah).
Beberapa pandangan orang-orang yang berwatak asurik yaitu antara lain;
- Alam material ini palsu, tidak ada tuhan dan segala makhluk muncul dari hasil hubungan badan (sex) belaka. Orang-orang Asura berkata, “Asatyam apratistham te jagad ahur anisvaram, alam material ini tidak nyata dan tidak berdasar, dan tidak ada Tuhan yang mengendalikannya. Aparasparas sambhutam kim anyat kama haitukam, segala makhluk penghuninya muncul dari hasil hubungan badan (sex) dan tidak ada penyebab lain selain nafsu” (Bhagavad Gita 16.8).
- Tujuan hidup manusia beradab adalah memuaskan indriya jasmani agar hidup bahagia di alam material. Orang-orang Asura berkata, “Pralayantam upasritah kamopabhoga paramah, memuaskan indriya badan jasmani sampai akhir hayat adalah tujuah hidup manusia beradab” (Bhagavad Gita 16,11). Dengan kata lain, menurut mereka, pemuasan indriya jasmani adalah pondasi kebahagiaan.
- Kekayaan material (uang) adalah ukuran keberhasilan hidup seseorang. Orang-orang Asura berkata,”Idam adya maya labdham imam prapsye manoratham idam astidam api me bhavisyati punar dhanam, sekarang aku telah memiliki banyak kekayaan (uang) dan aku akan memperoleh lebih banyak lagi sesuai dengan rencanaku. Yah, begitu banyak harta kekayaanku sekarang dan ini akan bertambah-tambah dimasa datang” (Bhagavad Gita 16.13).
- “Aku adalah penguasa dan tidak boleh ada orang lain yang menyaingi diriku”. Orang-orang Asura ber-kata, “Asau maya hatah satrur hanisye caparan api isvaro’ham aham bhogi siddho’ham balavan sukhi, dia adalah musuhku dan aku telah membunuhnya. Aku akan bunuh pula musuhku yang lain. Aku adalah penguasa segala sesuatu dan juga penikmatnya. Aku sempurna, kuasa dan bahagia” (Bhagavad Gita 16.14).
- “Aku adalah manusia paling kaya, berderajat paling tinggi dan paling bahagia”. Orang-orang Asura berkata, “Adhyo’ bhijanavan asmi ko’nyo’sti sadrso maya yaksye dasyami modisya, aku adalah orang paling kaya yang dikelilingi sanak keluarga berdarah bangsawan. Tidak ada orang lain sekuasa dan sebahagia diriku. Aku akan melaksanakan yajna, membagikan amal den dengan berbuat ini aku akan bersenang-senang” (Bhagavad Gita 16.15).
Perbuatan Asurik berarti perbuatan merugikan/merusak/menyengsarakan.
- Berpikir bodoh dan sesat, sibuk melakukan berbagai kegiatan jahat yang pada akhirnya merusakkan Bumi tempat tinggalnya sendiri. Veda berkata,”Dengan berpendapat bahwa alam material ini tidak nyata, tidak berdasar dan tidak ada Tuhan sebagai pengendalinya, dan kehidupan muncul dari hasil hubungan sex belaka (Bhagavad Gita 16.8), maka mereka yang tergolong Asura sesungguhnya nastatmo’lpa-buddhayah, berpikir bodoh dan sesat. Akibatnya mereka menjadi prabhavanty ugra karmanah, sibuk melakukan bermacam-macam kegiatan jahat yang ksayaya jagato’ hitah, merusak dan menghancurkan alam dunia yang menjadi tempat tinggalnya sendiri” (Bhagavad Gita 16.9).
- Berlindung pada nafsu dan kebanggaan palsu, dikhayalkan oleh kekayaan material dan memendam beraneka-ragam keinginanberdosa. Veda berkata, “Dengan berpendapat bahwa tujuan hidup manusia adalah memuaskan indriya badan jasmani sampai akhir hayat (Bhagavad Gita 16.11), mereka yang tergolong Asura kamam asritya duspuram dambha mana madanvitah, berlindung pada nafsu yang tidak pernah terpuaskan, berlindung pada kebanggaan diri dan harga diri palsu. Sehingga mereka menjadi mohad grhitvasad grahan dihkhayalkan oleh kekayaan material sementara. Dan untuk memiliki kekeyaan tersebut,mereka pravartante’suci vratah, memendam didalam pikirannya berbagai keinginan kotor/berdosa” (Bhagavad Gita 16.10).
- Mengumpulkan kekayaan (uang) dengan cara curang (korup) untuk memuaskan indriya jasmani. Veda berkata,”Dengan berpendapat bahwa kekayaan (uang) adalah ukuran berhasilan hidup (Bhagavad Gita 16.13), mereka yang tergolong Asura menjadi asapasa satair baddhah kama krodha parayanah, diikat oleh berratus-ratus keinginan dan dibakar oleh nafsu dan kemarahan. Sehingga mereka anyayenartha sancayan, mengumpulkan kekayaan (uang) dengan cara curang atau korup untuk ihante kama-bhogartam, tujuan memuaskan indriya badan jasmani” (Bhagavad Gita 16.12).
- Melaksanakan yajna (ritual) dengan nama saja tanpa menuruti petunjuk veda. Veda berkata, “Dengan berpendapat bahwa dirinya adalah penguasa yang tidak boleh tersaingi (Bhagavad Gita 16.14), mereka yang berwatak Asura yajante nama yajnais te dambhenavidhi purvakam, melaksanakan yajna dengan nama saja tanpa menuruti petunjuk kitab suci Veda (Bhagavad Gita 16.17)”.Dengan kata lain, karena merasa berkuasa, mereka berbuat seenaknya sendiri.
- Dengki kepada tuhan dan menentang kekuasaannya. Veda berkata,”Dengan berpendapat bahwa dirinya adalah makhluk paling kaya, berderajat paling tinggi dan paling bahagia (Bhagavad Gita 16.15), mereka yang disebut Asura menjadi mam atma para dehesu pradvisanto’ bhyasuyakah, iri dengki kepada Tuhan yang bersemayan dihatinya sendiri dan dihati segala makhluk lain dan menghina agama yang sebenarnya” (Bhagavad Gita 16.18).
Akibat-akibat perbuatan Asurik bagi si pelaku adalah sebagai berikut.
- Mereka yang tergolong Asura (sebagai jiva yg rohani abadi) diseret ke neraka setelah ajal. Sebab dikatakan, “Patanti narake’ sucau, karena melakukan perbuatanperbuatan kotor alias berdosa, mereka jatuh ke neraka setelah ajal” (Bhagavad Gita 161.16).
- Setelah menjalani hukuman di neraka, brahmanjano’dyapi na veda kascana, mereka melanjutkan pengembaraannya di dalam hutan kehidupan material tanpa mengetahui tujuan hidup sejati sampai saat ajal berikutnya (Bhagavata Purana 5.13.14).
- Mereka mengembara lagi di dunia fana dengan punas punah carvita carvananam, mengunyah lagi apa yang telah dikunyah sebelumnya. Maksudnya, mereka mengulangi lagi segala kegiatan material yang telah pernah dilakukannya dalam masa penjelmaan sebelumnya.
Alam lingkungan rusak oleh pencemaran berbagai limbah beracun dan kehidupan rusak oleh keserakahan sang manusia itu sendiri.
Adapun ciri-ciri peradaban Asurik adalah sebagai berikut.
- Hidup manusia diarahkan pada kegiatan material untuk memuaskan beraneka macam keinginan indriyawi badan jasmani yang kotor nafsu agar hidup bahagia di dunia fana dalam kenikmatan indriya.
- Orang-orang mantap dalam pengetahuan material (maya-tattva) dengan mempelajari ke lima unsur materi kasar (pancamaha bhuta) alam fana yang dapat dilihat dan dianalisa secara kimiawi, seraya mencampakkan keberadaan dan peranan Tuhan sebagai penguasa dan pengendali alam semesta material beserta segala makhluk penghuninya.
- Sejak kecil manusia sudah diajarkan bahwa kekayaan materi (uang) adalah pondasi kehidupan bahagia. Dan kekayaan itu bisa dimiliki dengan bermacam-macam cara tanpa perlu menuruti petunjuk Veda yang memuat ajaran tentang etika, moralitas, siapa Tuhan, apa itu jiva (roh), reaksi/akibat setiap perbuatan (karma-phala), tumimbal-lahir (punarbhava), sorga atau neraka.
- Pendidikan diarahkan pada cara-cara memuaskan indriya jasmani secara lebih mudah, lebih murah, lebih canggih dan lebih nikmat sampai akhir hayat.
- Pendidikan juga diarahkan pada cara-cara bersaing mengumpulkan kekayaan material dan memperebutkan kedudukan/jabatan duniawi agar menjadi manusia kaya dan terhormat.
- Manusia hidup cemas, khawatir, tidak aman, tidak damai, tidak sejahtera dan tidak bahagia. Sebab, sifat-sifat Asurik yang menyelimuti dirinya, mendorong timbulnya beraneka-macam perbuatan dan kegiatan jahat yang menyengsarakan belaka.
- Penduduk hidup dalam kedengkian, ketidak-puasan, permusuhan dan kesengsaraan dibawah bimbingan mereka yang disebut para sarjana duniawi penuh nafsu dengan bermacam-macam gelar akademik dan diyakini sebagai manusia-manusia yang sungguh bijaksana dan berpengetahuan.
Manusia yang menhuni planet Bumi (Bhu-loka) secara umum tergolong Asura. Fakta ini ditunjukkan oleh sloka-sloka Veda berikut.
- Dikatakan,”Madhye tisthanti rajasah, mereka yang meninggal dalam sifat alam rajas (kenafsuan) lahir lagi disusunan planet bagian tengah alam semesta material” (Bhagavad Gita 14.18). Bumi termasuk dalam susunan planet bagian tengah alam semesta material. Ini berarti penduduk Bumi secara tebal diliputi sifat alam rajas yang melahirkan watak Asurik.
- Sri Krishna berkata,”Manusyanam sahasresu kas-cid yatati siddhaye yatatam api siddhanam kascin mam vetti tattvatah, diantara berribu-ribu manusia, barang kali satu orang berusaha mencapai kesempurnaan hidup. Dan diantara mereka yang telah mencapai kesempurnaan hidup, hampir tidak ada satu pun yang mengenal diriKu dengan sebenarnya” (Bhagavad Gita 7.3). Ini berarti mayoritas besar umat manusia di Bumi tidak sungguh-sungguh tertarik menekuni jalan kehidupan spiritual keinsyafan diri dengan mengendalikan indriya-indriya jasmani untuk mengembangkan sifat-sifat bajik, luhur dan mulia (daivi-sampad).
- Dalam Manu Smrti dinyatakan,”Manusyatvan ca rajasah, bilamana orang meninggal dalam sifat alam rajas (kenafsuan), maka dia kelak memperoleh kehidupan sebagai manusia” (Manu Smrti 12.40). Sloka ini menunjukkan bahwa makhluk manusia pada umumnya berperangai Asurik.
- Menurut Veda, Bumi sekarang berada dalam masa Kali-Yuga atau jaman Kali. Tentang jaman ini, dikatakan,”Sa kaler tamasa smrtah, Kali-Yuga disebut jaman kegelapan spiritual” (Bhagavata Purana 12.3.30). Sebab pada jaman ini sifat alam tamas (kegelapan/kebodohan) begitu pekat menggelapkan kesadaran umat manusia, sehingga mereka selalu cendrung berbuat adharma yan merupakan kegiatan Asurik.
Seseorang tergolong Sura (Deva) atau Asura (Demon) bukan ditentukan oleh tingkat pendidikan material, gelar akademik, pangkat/jabatan/kedudukan/kekuasaan duniawi, kekayaan material ataupun jumlah pengikut yang di miliki.
Seseorang tergolong Sura atau Asura ditentukan oleh karma (perbuatan/kegiatan/prilaku)-nya. Dan karma yang dilakukan, ditentukan oleh unsur-unsur Tri Guna (sattvam, rajas dan tamas) yang paling dominan menyelimuti dirinya.
Bila seseorang hidup berdasarkan prinsip-prinsip dharma yaitu; Satyam (kejujuran), Saucam (kesucian diri), Tapasya (hidup sederhana dan bersahaja) dan Daya (kasih-sayang kepada semua makhluk) maka dia tergolong Sura (Deva).
Bila seseorang hidup berdasarkan prinsip-prinsip adharma yaitu; Dyutam (berjudi dengan beraneka-ragam cara), Striyah (berjinah), Panam (mabuk-mabukan yaitu mabuk minuman, harta, pangkat dan kedudukan material), dan Suna (tindak kekerasan yaitu menyiksa/membunuh makhluk hidup lain), maka dia tergolong Asura (Demon).
Peradaban Asurik yang menguasai Bumi pada masa Kali-Yuga sekarang adalah peradaban salah arah. Sebabnya adalah:
- Hampir semua kegiatan/perbuatan manusia berlawanan dengan petunjuk dan aturan kitab suci Veda.
- Segala kreasi/barang-barang ciptaan manusia hanya dipakai semata-mata untuk memuaskan indriya jasmani, bukan untuk memuaskan dan menyenangkan Tuhan.
- Dengan berbuat/berkegiatan menyimpang dari petunjuk Veda dan hanya sibuk dalam urusan memuaskan indriya jasmani, manusia tetap dan terus terjerat dalam lingkaran samsara, derita kehidupan material dunia fana.
Ciri-ciri peradaban salah arah yaitu;
- Paham atheistik, hedonistik, sekularistik dan materialistik menyebar luas di masyarakat.
- Memuaskan indriya jasmani menjadi tujuan hidup masyarakat manusia.
- Kekayaan material dianggap sumber kebahagiaan.
- Manusia berlomba-lomba menjadi pejabat/penguasa/pemimpin negara.
- Manusia terjerat dalam khayalan (yaitu: (a) Badan jasmani dianggap dirinya sendiri. (b) Ia merasa bebas berbuat/bertindak, (c) Kesenangan material semu dianggap kebahagiaan sejati, dan (d) Pengetahuan material dianggap pengetahuan sesungguhnya).
- Alam semakim rusak.
- Mata pencaharian yang berdosa berkembang subur.
- Terperangkap dalam kebodohan.
- Tindak kekerasan meluas.
- Manusia berkegiatan seperti binatang (yakni hanya sibuk dengan urusan makan, tidur, berketurunan dan bertahan diri).
- Diperbudak oleh kenikmatan hubungan badan (sex), dan
- Amat bangga dengan prestasi dan ketenaran material.
terkadang manusia memiliki perpaduan kedua sifat tersebut…..
ada yang dermawan, sederhana, namun pemarah. kombinasi.
dia tergolong apa prabu???
apakah sifat dewa juga dipengaruhi sifat rajas dan tamas ya???
Saat ini kita rata-rata adalah seorang sudra bli dino… hampir tidak ada yang bisa menjalankan ajaran dharma dengan baik. jadi lebih ke asura kali ya… menurut bli sendiri?
dari asura lah kita akan tau arah menuju sura itu sendiri…
bukan begitu, Bli?
dan lalu, bukankah sulit memberi nilai sura dan asura terhadap diri sendiri? kurang objektif gtu…
so how?