Tri Guna brasal dari kata Tri = tiga, dan Guna = tali. Jadi Tri Guna berarti tiga tali pengikat yaitu sattvam, rajas dan tamas. Ketiga tali ini mengikat segala makhluk sehingga mereka betah tinggal di alam material.
Secara umum, guna berarti sifat,ciri, keadaan atau suasana alam material. Karena itu, Tri Guna berarti tiga sifat, suasana atau keadaan alam material yang mengikat segala makhluk sehingga mereka merasa enak dan senang tinggal di dunia fana.
Dalam hubungan ini, Sri Krishna berkata, “Sattvam rajas tama iti guna prakrti-sambhavah nibadhnanti maha-baho dehe dehinam avyayam, alam material diselimuti oleh sifat sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan). Begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material, dia di-ikat kuat oleh ketiga sifat alam tersebut”(Bhagavad Gita 14.5).
Disini kata “mengikat” berarti mengkhayalkan, menggelapkan, menyebabkan lupa, menyesatkan, membingungkan dan menipu. Sebab, dengan diikat oleh Tri Guna:
- Sang makhluk hidup lupa pada hakekat dirinya sebagai jiva rohani-abadi dan menganggap badan jasmani yang dihuni/dipakai/dikendarainya sebagai dirinya sendiri.
- Sang makhluk hidup (jiva) menganggap dirinya produk alam material dan alam material adalah tempat tinggalnya sejati.
Dalam Bhagavad-Gita, Sri Krishna berkata,”Pengetahuan (tentang Tri Guna) ini adalah jnanam jnananam uttamam, paling utama dari semua pengetahuan (Veda). Yaj jnatva munayah sarve param siddhim ito gatah, dengan meng insyafi dan mempraktekkan pengetahuan ini, para Muni (orang suci) dimasa lalu mencapai kesempurnaan hidup” (Bhagavad Gita 14.1).
Mengapa dikatakan bahwa pengetahuan tentang TrI Guna ini adalah pondasi pengetahuan Veda? Sebab;
- Penderitaan saya dan anda di dunia fana ini adalah karena kita di-ikat oleh ke-tiga sifat alam tersebut.
- Dengan lepas dari ikatan Tri Guna, kita bisa kembali pada kedudukan dasar sebagai abdi/pelayan Tuhan di dunia rohani dan tinggal disana dalam hubungan bhakti (cinta-kasih) timbal-balik yang selamanya membahagiakan dengan Beliau.
Karena itu, Sri Krishna berkata lebih lanjut,”Idam jnanam upasritya, dengan mantap dalam pengetahuan spiritual ini, mama sadharmyamagatah,seseorang kembali pada hakekat dirinya yang spiritual seperti hakekat diriKu. Dan, sarge’pi nopajayante pralaye na vyathanti ca, dia tidak akan lahir lagi
Sesuai dengan Bhagavad Gita 14.4-9 Sifat alam sattvam (kebaikan) mensucikan diri seseorang (dengan berbagai perbuatan bajik), melahirkan pengetahuan dan kesenangan, tetapi pengetaan dan kesenangan itu mengikat pula sang makhluk hidup di alam fana.
Sifat alam rajas (kenafsuan) melahirkan bermacam-macam keinginan, memaksa sang makhluk hidup bekerja secara pamerih dan menyebabkan dirinya amat terikat pada hasil kerja (yang pasti mengakibatkan lahir lagi di dunia fana).
Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan sang makhluk hidup mengkhayal, ber-pikir tidak waras, malas dan banyak tidur(sehingga dia bisa merosot kedalam kehidupan yang le bih rendah dalam kelahiran berikutnya).
Dikatakan bahwa ke-tiga unsur Tri Guna tersebut selalu bergejolak dan berusaha mengatasi satu dengan yang lain agar menjadi yang paling dominan (Bhagavad Gita 14.10).
Dalam hubungan ini, Veda menyatakan,”Karyate hy avasan karma sarva pra krti-jair gunah, semua makhluk tak berdaya dipaksa berbuat sesuai dengan dorongan sifat-sifat alam material (Tri Guna) yang menyelimui badan jasmaninya” (Bhagavad Gita 3.5). Mengapa dikatakan demikian? Sebab,”Guna bhavyena karmanah, kegiatan terjadi karena interaksi Tri Guna didalam badan jasmani (Bhagavata Purana 11.11.10). Gunaih karmani sarvasah, segala kegiatan badan jasmani timbul karena interaksi Tri Guna (Bhagavad Gita 3.27)”.
Para Deva pun tidak berdaya di-ikat oleh Tri Guna. Sebab dikatakan,”Na tad asti prthivyam va divi devesu va punah sattvam prakrtir-jair muktam yad ebhih syat tribhir gunaih, tidak ada makhluk apapun disini (di Bumi) ataupun yang hidup sebagai Deva di susunan planet bagian atas alam semesta, bebas dari ikatan Tri Guna, tiga sifat alam material” (Bhagavad Gita 18.40).
Akibat-akibat ikatan tri guna terhadap sangmakhluk hidup (jiva) yaitu;
- Sang jiva mengembangkan jenis sraddha (kepercayaan) tertentu selain kepada Tuhan. Dikatakan,”Tri vidha bhavati sraddha dehinam sa svabhavaja sattviki rajasi caiva tamasi ceti, sesuai dengan unsur-unsur Tri Guna yang menyelimuti diri seseorang, maka sraddha kepercayaan) kepada Tuhan dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam sifat rajas (kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan). Selanjutnya dikatakan,”Yajante sattvika devan, mereka yang diikat oleh sifat alam sattvam, menyembah para Deva. Yaksa raksamsi rajasah, mereka yang diikat oleh sifat alam rajas, memuja Yaksha dan Rakshasa (yang tergolong Demon atau Asura). Dan, pretan bhuta ganams canye yajan te tamasa janah, mereka yang diikat oleh sifat alam tamas, memuja hantu dan roh-roh halus” (Bhagavad Gita 17.4).
- Sang jiva secara keliru menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya. Dikatakan,”Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimudhatma kartaham iti manyate, karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup jadi terkhayalkan dan menganggap dirinyalah menjadi pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak sana oleh alam material” (Bhagavad Gita 3.27).
- Sang jiva jadi sibuk dalam kegiatan material memuaskan indriya jasmani di alam material. Dikatakan,”Prakrteh guna sammudhah sajjante guna karmasu, diikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam berbagai kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu” (Bhagavad Gita 3.29).
- 4. Sang jiva dipaksa berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan hanyut dalam samudra kehidupan material dunia fana. Dikatakan,”Purusah prakrti-stho hi bhunkte prakrti jan gunan, begitulah sang makhluk hidup (jiva) yang tinggal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan material dalam ikatan Tri Guna. Karanam guna sango’sya sad asad yoni janmasu,karena di-ikat oleh Tri Guna,maka ia merasakan suka dan duka dalam berbagai jenis kehidupan material yang dialaminya” (Bhagavad Gita 13.22).
- 5. Sang jiva tidak tahu bahwa sri krishna adalah bhagavan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan,”Tribhir gunamayair bhavaih ebhih sarvam idam jagat mohitam nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikhayalkan oleh Tri Guna, seluruh dunia tidak mengenal diriKu (sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) yang mengatasi ketiga sifat alam material itu dan kekal abadi” (Bhagavad Gita 7.13).
Guna sangam vinirdhuya mam bhajanti vicaksanah, orang cerdas dapat melepaskan diri dari ikatan Tri-Guna dengan melakukan pelayanan bhakti kepadaKu (Bhagavata Purana 11.25.33).
Mam ca yo’ vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, orang yang tekun dalam pelayanan bhakti kepadaKu dan tak pernah gagal dalam keadaan apapun, seketika mengatasi Tri Guna (Bhagavad Gita 14.26).
Daivi hi esa gunamayi mama maya duratyaya, tenaga materialKu maya nan halus ini yang terdiri dari unsur-unsur Tri Guna, sungguh sulit diaatasi. Tetapi, mam eva ye prapadyante mayam etam taranti te, orang yang berserah diri kepadaKu, akan dengan mudah mengatasinya (Bhagavad Gita 7.14).
Manfaat lepas dari ikatan tri guna adalah;
- 1. Sang jiva mengerti bahwa sri krishna adalah bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan, “Nanyam gunebhyah kartaram yada drstanupasyati gunebhyas ca para vetti mad bhavam so’digacchati, bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi adalah tidak lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan mengatasi ketiga sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti hakekat spiritual diriKu” (Bhagavad Gita 14.19).
- Sang jiva mencapai tingkat spiritual Brahma-bhuta yang menjadi prasyarat untuk kembali ke dunia rohani. Dikatakan,”Sa gunan samatityaitan brahma bhuyaya kalpate, jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia mencapai kedudukan spiritual brahma-bhuta (Bhagavad Gita 14.26). Brahma-bhuta prasannatma, pada tingkat spiritual Brahma-bhuta, seseorang senantiasa berbahagia (Bhagavad Gita 18.54).
- Sang jiva mencapai kebahagiaan abadi di dunia rohani vaikunthaloka. Dikatakan,”Gunan etan atitya trin dehi deha samudbhavan janma mrtyu jara duhkhair vimukto’ mrtam asnute, kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia bebas dari kelahiran, kematian, usia tua dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai kebahagiaan sejati bahkan dalam masa hidup nya ini juga” (Bhagavad Gita 14.20).
Adapun ciri-ciri orang yang telah terlepas dari Tri Guna adalah sebagai berikut,“Dia tidak membenci pencerahan spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material) ataupun khayalan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkannya jika hal-hal itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa keprihatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh unsur-unsur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun), sebab dia sadar bahwa hanya unsur-unsur Tri Guna itu saja yang aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah sama sama saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, melihat segumpal tanah, sebiji batu dan sekeping emas dengan pandangan (dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa terganggu meski dihina atau pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh dengan cara sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun” (Bhagavad Gita 14.22- 25).
Bagaimana kedudukan Sri Krishna yang menyabdakan Bhagavad Gita dan juga merupakan avatara ke-7 dalam dasa Avatara? Apakah Beliau lepas dari Tri Guna?
Sri Krishna berkata,”Ye caiva sattvika bhava rajasas tama sas ca ye matta eveti tan viddhi na tu aham tesu te mayi, jenis kehidupan apapun, baik dalam sifat alam sattvam, rajas ataupun tamas, itu semua terwujud dari tenaga-Ku. Dalam satu pengertian, Aku adalah segala sesuatu, namun Aku bebas merdeka dan Aku tidak pernah dipengaruhi oleh sifat-sifat alam material tersebut” (Bhagavad Gita 7.12).
Selanjutnya Sri Krishna berkata,”Nirguna guna bhoktr ca, Aku (dalam aspek-Ku sebagai Paramatma) selalu mengatasi Tri Guna dan pada saat yang sama menjadi pengendalinya (Bhagavad Gita 13.15).
Sloka-sloka Gita yang telah di kutip yaitu Bhagavad Gita 7.13-14, 14.19 dan 14.26 membuktikan pula bahwa Sri Krishna selama nya bebas dari pengaruh Tri Guna.
Beliau juga berkata, “Sattvam rajas tamah iti guna jivasya naiva me, ketiga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas ini meng-ikat sang jiva di dunia fana, tetapi tidak mengikat diriKu” (Bhagavata Purana 11.25.12).
Berikut disajikan ringkasan tentang unsur-unsur Tri Guna yang dikutip dari Bhagavad Gita dan Srimad Bhagavatam.
Berikut adalah ringkasan Tri Guna berdasarkan kitab Srimad Bhagavatam.
Wah terima kasih pencerahannya, terima kasih 🙏