Gambar atau lukisan Dewa Siva pasti memberikan kesan tersediri bagi siapapun yang mau merenung. Beliau adalah Deva yang paling agung sehingga nama lainnya adalah Mahadewa. Tetapi penampilannya sungguh tidak mencerminkan keagungannya. Dewa Siva mengolesi seluruh tubuhnya dengan abu mayat, bercelana kulit binatang, berkalung dan bergelang ular cobra, menghias tubuhnya dengan tulang belulang dan kadang kala untaian tengkorak manusiaĀ melingkar dilehernya. Dengan kata lain, Dewa Siva berpenampilan sungguh nyentrik. Mengapa demikian? Padma Purana Uttara-Khanda Bab 235-236 menjawab dengan penuturan ceritra dialog antara Dewa Siva sendiri dengan istrinya, Dewi Parwati.
Dewi Parwati berkata, Junjunganku, anda pernah memberitahu saya agar seseorang menghindar bicara dengan pasandi, orang asurik yang atheistic. Jika bicara dengannya, maka itu akan lebih buruk daripada berbicara dengan orang candala, orang buangan amat kotor dan hina, Mohon beritahu hamba, bagaimana tanda-tanda orang pasandi dan cirri-ciri pisik yang nampak pada dirinya.
Dewa Siva menjawab, orang-orang yang diliputi kebodohan menyatakan devw lain siapapun lebih tinggi kedudukannya dari Visnu, sang penguasa jagat, mereka inilah disebut pasandi, orang orang brahmana yang tidak mengenakan tanda dan simbul seperti sanka, cakra dan tilaka pada dahinya, mereka inilah disebut pasandi. Orang brahmana yang tidak menuruti sastra, tidak memiliki bakti kepada Tuhan, orang yang berperilaku menurut kemauannya sendiri, dan menghaturkan persembahan ke dalam apiĀ korban suci (yajna) untuk memuja dewa-dewa selain Tuhan Yang Maha Agung, Sri Visnu, juga disebut pasandi. Sebab Sri Visnu lah penikmat segala persembahan yajna dan pujaan para brahmana.
Mereka yang menganggap Sri Visnu setingkat dengan dewa-dewa lain seperti Brahma dan saya sendiri Rudra, harus selamanya dianggap pasandi.
Dewi Parvati berkata, Junjunganku, oh dewa terbaik, hamba ingin bertanya sesuatu yang rahasia. Atas dasar cinta kepadaku, mohon jawab pertanyaan hamba, hamba sangat ragu, sastra mencela memakai tengkorak manusia, menghias badan dengan abu mayat dan mengenakan kulit binatang. Tapi anda sendiri melakukan semua itu, anda belum pernah menjelaskan semua ini kepda hamba, karena itu, oh junjungan hamba, maafkan pertanyaan hamba.
Ditanya seperti itu, Dewa Siva menjelaskan kepada sang istri rahasia besar tentang perilakunya sendiri.Ā Dahulu kala pada masa pemerintahan Syayambhu Manu, hidup banyak asura perkasa seperti Mamuci, musuh para dewa (Bhagavata Purana 8.11.23-40). Mereka gagah perkasa, semua memuja Sri Visnu, dan melakukan penebusan dosa. Melihat kenyataan ini, para dewa yang dipimpin oleh deva IndraĀ menjadi frustasi dan ketakutan, lalu mendatangi Sri Visnu dan berlindung kepada-Nya.
Para Dewa berkata, oh Kesava, hanya andalah yang mampu menaklukkan para asura yang perkasa ini. Mereka tidak bisa dikalahkan oleh para Dewa, dan mereka telah menghapus dosa-dosanya melalui pertapaan.
Dewa Siva lanjut berkata, mendengar kata-kata para dewa yang ketakutan, Sri Visnu, Purusotama, memenangkan mereka. Lalu Beliau berkata kepadaku sebagai berikut, oh Rudra yang berlengan perkasa, oh Dewa yang terbaik, untuk membingungkan musuh-musuh para dewa, mohon dirancang perilaku untuk diikuti oleh para pasandi. Tuturkan kepada mereka kitab-kitab purana gelap (purana dalam sifat tamas) yang akan menyesatkan mereka, Oh anda yang cerdas, anda hendaknya ciptakan kitab-kitab agama yang akan menyebabkan para asura kebingungan.
Melalui kebhaktianĀ kepada-Ku dan demi kebaikan seluruh jagat, anda hendaknya mendekati para rishi yang perperangai atheistic seperti Kanada, Gautama, Sakti, Upamanyu, Jaimini, Kapila (bukan Kapila putra Devahuti), Durvasa, Mrikiandu, Brhaspati, Bhargava dan Jamadagni. Masukan kedalam pikiran mereka tenagamu yang mengandung kemauanmu. Dengan dimasuki oleh tenagamu, mereka akan menjadi para pasandi besar. Dengan diberikan kekuatan olehmu, orang-orang brahmana ini akan menuturkan keseluruh tiga dunia kitab-kitab purana dan ajaran-ajaran rohani dalam sifat kegelapan (tamasa-guna) Oh Siva, pada dirimu sendiri, anda hendaklah mengenakan hiasan berupa tulang-tulang dan tengkorak manusia, abu mayat dan kulit binatang. Dengan penampilan demikian, bingungkan semua di seluruh tiga dunia. Anda juga hendaklah meresmikan ajaran kehidupan Pasupata beserta bagian-bagian kelompoknya seperti Kankala, Saiva, Pasanda, dan Mahasaiva. Melalui orang-orang ini hendaknya anda ajarkan satu doktrin yang para pengikutnya tidak mengenakan pengenal khusus dan mereka hidup diluar ajaran veda. Berhiaskan tulang-tulang dan abu mayat,mereka akan kehilangan kesadaran yang lebih tinggi dan akan menganggap anda sebagai Tuhan.
Dengan menuruti doktrin demikian, semua asura dalam sekejap akan menjadi tidak peduli kepada-Ku, tidak ada keraguan tentang hal ini, oh Rudra nan perkasa, dalam setiap jaman, dalam reinkarnasi-Ku yang berbeda-beda, Aku juga akan memuja dirimu untuk menipu para asura. dengan menuruti doktrin-doktrin demikian, pasti mereka akan jatuh.
Dewa Siva lanjut berkata kepada Devi Parvati, oh anda nancantik, setelah mendengar kata-kata Sri Visnu, meskipun saya berbicara fasih, saya jadi tak berdaya dan diam. Kemudian setelah sujud kepada Beliau, saya berkata, oh Tuhan ku, jika hamba laksanakan apa yang anda telah katakana, itu pasti akan menuntun diri hamba menuju kehancuran spriritual. Tidaklah mungkin bagi hamba melaksanakan perintah-Mu. Tetapi perintah-Mu harus dilaksanakan, ini sungguh menyakitkan.
Oh, Dewi, mendengar kata-kataku, Sri Visnu bicara begitu rupa untuk mengembalikan kebahagiaanku, Beliau berkata ini tidak akanĀ menyebabkan kehancuranmu. Lakukan seperti apa yang saya perintahkan demi kebaikan para Dewa. Saya juga akan memberi anda cara-cara mempertahankan diriĀ sementara anda sibuk mengajarkan filsafat asurik ini.
Lalu dengan penuh kasih Sri Visnu memberikan doa-doa pujian yang dikenal dengan nama Visnu-sahasra-nama kepadaku. Beliau berkata dengan menempatkan diri-Ku dihatimu, ucapkan mantra-Ku yang abadi ini. Mantra nan perkasa yang terdiri dari enam baris kataĀ ini, berhakekat spiritual dan menganugrahkan pembebasan bagi mereka yang memuja-Ku dengan bhakti. Tidak ada keraguan akan hal ini.
Indivara-dala syamam padma patra-vilocanam
sankhanga-sarngesu-dharam sarvabharana-bhusitam
pita-vastram catur bahum janaki-priya vallabham
sri ramaya nama ity evam uccaryam mantram-uttamam
sarva duhkha haram caitat papinam api mukyi-dam
imam mantram japan nityam amalas tvam bhavisyasi
Hamba sujud kepada Beliau yang berwarna gelap bagaikan bunga padma biru, yang bermata seindah bunga padma, memegang sanka, cakra dan busur sranga, berdandankan berbagaiĀ macam perhiasan, mengenakan jubah kuning, bertangan empat dan pujaan tercinta sita devi. Mantra paling utama sriramaya namah hendaklah diucapkan. Mantra ini meniadakan segala kesedihan dan bahkan memberikan pembebasan kepada orang-orang berdosa.OrangĀ yang secara teratur mengucapkan mantra ini, akan bebas dari segala dosa. (Padma purana 235.44-46)
Segala reaksi dosa akibat memoleskan abu mayat dan mengenakan tulang-tulang orang mati sebagai hiasan pada badan akan hapus dan segala sesuatu jadi bertuah dengan mengucapkan mantra-Ku ini. Oh Dewa yang paling baik, atas karunia-Ku, bhakti hanya kepada-Ku akan timbul. Pujalah diri-Ku, didalam hatimu, turuti perintah-Ku, karena cinta kasih (bhakti) kepada-Ku, maka segala sesuatu akan menjadi bertuah bagimu.
Setelah memberi perintah demikian kepadaku, oh Dewi, lalu Beliau meninggalkan para dewa yang berkumpul itu, kembali ketempat tinggalnya masing-masing. Para dewa yang dipimpin oleh Indra itu memohon kepadaku, oh Mahadeva, Siva segeralah laksanakan kegiatan kegiatan yang menguntungkan ini, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Sri Visnu.
Mahadeva lanjut berkata kepada Dewi Parvati, oh anda nan suci, demi kebaikan para dewa, maka saya berperilaku seperti pasandi. Semenjak itu saya mulai mengenakan untaian kalung tengkorak dan tulang-tulang, memoleskan abu mayat dan mengenakan kulit binatang pada badanku. oh anda nan suci, sebagaimana diperintahkan oleh Sri Visnu, kemudian saya menyebarkan kitab-kitab purana tamasik (purana dalam sifat tamas, kegelapan) dan ajaran-ajaran saivaisme yang pasandi, atheistik.
Oh, anda yang tak berdosa, dengan memasuki Gautama dan para brahmana lain melalui tenagaku, saya menyebarkan ayat-ayatĀ agama diluar ajaran veda. Dengan menuruti sistim pemujaan yang saya berikan, maka semua asura jahat menjadi tak perduli kepada Sri Visnu, dan mereka diliputi kebodohan. Dengan mengoleskan abu mayat ketubuhnya dan melaksanakan pertapaan keras, mereka berhenti memuja Sri Visnu dan hanya memujaku dengan mempersembahkan daging, darah dan pasta cendana.
Dengan mendapar berkah dariku, orang-orang asura itu menjadi mabuk dengan kekuatan dan kebanggan. Mereka amat melekat pada objek-objek indriya, penuh nafsu dan kemarahan. Dalam keadaan seperti itu, tanpa sifat baik apapun, mereka akhirnya dikalahkan oleh para deva. Tanpa pengetahuan tentang jalan kehidupan yang benar, mereka yang menuruti ajaranku ini pasti masuk neraka.
Oh Dewi, demikianlah perilaku ini hanya untuk diriku saja demi kebaikan para dewa. Dengan menuruti perintah Sri Visnu, maka saya menghias diriku dengan abu mayat dan tulang tulang orang mati. Ciri-ciri jasmani ini hanya dimaksudkan untuk menipu orang-orang asurik. Didalam hatiku saya selalu bermeditasi kepada Tuhan, Sri Visnu dan senatiasa mengucapkan mantra-Nya. Dengan mengucapkan mantra utama yang terdiri dari enam suku kata (om ramaya namah) ini, kita senantiasa merasakan gairah amrita kekal kebahagiaan. Oh wanita mulia berwajah indah, saya telah jawab semuaĀ yang anda tanyakan. Dengan penuh kasih, saya bertanya kepadamu, apa lagi yang anda ingin dengar ?.
Dewi Parvati berkata, Oh anda nan suci, beritahulah saya tentang kitab-kitab suci tamasik bikinan para brahmana yang tidak memiliki bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oh penguasa para dewa, mohon beritahu nama-namanya secara berurutan.
Deva Siva menjawab, Oh Devi, dengarlah. secara berurutan saya akan sebutkan kepadamu tentang ayat-ayat agama tamasik. Hanya dengan mengingat ayat-ayat agama tamasik ini, bahkan orang bijaksana sekalipun akan tertipu. Pertama, saya sendiri menyebarkan ajaran saiva, pasupata dan ayat-ayat agama serupa. Setelah tenagaku memasuki dirinya, lalu Rishi Kanada menyebarkan filsafat vaisesika. Begitu pula Gautama mengajarkan filsafat nyaya, dan Kapila mengajarkan pilsafat samkhya yang atheistik. Brhaspati mengajarkan doktrin Carvaka yang banyak dicela, dan Visnu sendiri dalam wujud sang Buddha menyebarkan ajaran palsu buddhisme untuk menghancurkan para asura.
Filsafat mayavada ini adalah kepercayaan kotor dan jahat.Pilsafat ini adalah ajaran Buddhisme terselubung. Parwati tercinta, pada masa Kali-Yuga saya lahir dalam wujud seorang brahmana dan mengajarkan pilsafat rekayasa ini. (Padma Purana 6.236.7).
Filsafat mayavada ini menyebabkan kata-kata dari ayat-ayat kitab suci kehilangan makna sebenarnya, sehingga filsafat ini dicela di dunia. Filsafat ini menganjurkan supaya orang meninggalkan tugas-kewajibannya, sebab orang yang telah jatuh dari tugas dan kewajibannya berkata bahwa meninggalkan tugas dan kewajiban adalah ajaranĀ agama yang sebenarnya. Saya juga mengajarkanĀ bahwa Tuhan dan roh individual adalah sama. (Padma Purana 6.236.8-9).
Dengan maksud untuk membingungkan orang-orang atheistik pada masa Kali-Yuga, saya jelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tanpa wujudĀ dan tanpa sifat serta ciri apapun (Padma Purana 6.236.10).
Begitu pula dalam menjelaskan Vedanta-sutra, saya ajarkan pilsafat mayavada yang sama dengan maksudĀ untuk menyesatkan seluruh penduduk ke arah atheisme dengan menolak adanya wujud pribadi Tuhan Yang Maha Esa. (Padma Purana 6.236.11).
Demikian dewa Siva menjelaskan tentang diri dan ajarannya kepada sang istri dewi Parvati.
Sloka-sloka Padma-Purana diatas dikutip dalam Caitanya-Caritamrta Adi ā Lila Bab VII. Sri Caitanya mengutip sloka-sloka ini ketika berdiskusi dengan Prakasananda Sarasvati dan para sannyasi mayavadi di Benares. Beliau berkehendak menunjukkan kepada mereka bagaimana Deva Siva telah muncul pada masa Kali-Yuga sebagai Sripada Sankaracarya untuk mengajarkan pilsafat monisme ( yaitu Tuhan dan makhluk hidup adalah satu dan sama).
Artikel ini diterjemahkan dari majalah Sri Krishna Kathamrta oleh IGN Heka Wikana dan disadur ulang oleh Nyoman Kama Jaya.
Sumber bacaan terkait:
- Padma Purana, Krishna Dvaipayana Vyasa, terjemahan dalam bahasa Inggris, Penerbit Motilal Banarshidas 1990 Delhi.
- Padma Purana, Krishna Dvaipayana Vyasa. Penerbit Nag Publisher 2003 Delhi, dalam bahasa Sanskerta.
Om Swastyastu
Lord Shiva represents the aspect of the Supreme Being (Brahman of the Upanishads) that continuously dissolves to recreate in the cyclic process of creation, preservation, dissolution and recreation of the universe. As stated earlier, Lord Shiva is the third member of the Hindu Trinity, the other two being Lord Brahma and Lord Vishnu.
Owing to His cosmic activity of dissolution and recreation, the words destroyer and destruction have been erroneously associated with Lord Shiva. This difficulty arises when people fail to grasp the true significance of His cosmic role. The creation sustains itself by a delicate balance between the opposing forces of good and evil. When this balance is disturbed and sustenance of life becomes impossible, Lord Shiva dissolves the universe for creation of the next cycle so that the unliberated souls will have another opportunity to liberate themselves from bondage with the physical world. Thus, Lord Shiva protects the souls from pain and suffering that would be caused by a dysfunctional universe. In analogous cyclic processes, winter is essential for spring to appear and the night is necessary for the morning to follow. To further illustrate, a goldsmith does not destroy gold when he melts old irreparable golden jewelry to create beautiful new ornaments.
Lord Shiva is the Lord of mercy and compassion. He protects devotees from evil forces such as lust, greed, and anger. He grants boons, bestows grace and awakens wisdom in His devotees. The symbolism discussed below includes major symbols that are common to all pictures and images of Shiva venerated by Hindus. Since the tasks of Lord Shiva are numerous, He cannot be symbolized in one form. For this reason the images of Shiva vary significantly in their symbolism.
The unclad body covered with ashes: the unclad body symbolizes the transcendental aspect of the Lord. Since most things reduce to ashes when burned, ashes symbolize the physical universe. The ashes on the unclad body of the Lord signify that Shiva is the source of the entire universe which emanates from Him, but He transcends the physical phenomena and is not affected by it.
Matted locks: Lord Shiva is the Master of yoga. The three matted locks on the head of the Lord convey the idea that integration of the physical, mental and spiritual energies is the ideal of yoga.
Ganga: Ganga (river Ganges) is associated with Hindu mythology and is the most sacred river of Hindus. According to tradition, one who bathes in Ganga (revered as Mother Ganga) in accordance with traditional rites and ceremonies on religious occasions in combination with certain astrological events, is freed from sin and attains knowledge, purity and peace. Ganga, symbolically represented on the head of the Lord by a female (Mother Ganga) with a jet of water emanating from her mouth and falling on the ground, signifies that the Lord destroys sin, removes ignorance, and bestows knowledge, purity and peace on the devotees.
The crescent moon: is shown on the side of the Lord’s head as an ornament, and not as an integral part of His countenance. The waxing and waning phenomenon of the moon symbolizes the time cycle through which creation evolves from the beginning to the end. Since the Lord is the Eternal Reality, He is beyond time. Thus, the crescent moon is only one of His ornaments, and not an integral part of Him.
Three eyes: Lord Shiva, also called Tryambaka Deva (literally, “three-eyed Lord”), is depicted as having three eyes: the sun is His right eye, the moon the left eye and fire the third eye. The two eyes on the right and left indicate His activity in the physical world. The third eye in the center of the forehead symbolizes spiritual knowledge and power, and is thus called the eye of wisdom or knowledge. Like fire, the powerful gaze of Shiva’s third eye annihilates evil, and thus the evil-doers fear His third eye.
Half-open eyes: when the Lord opens His eyes, a new cycle of creation emerges and when He closes them, the universe dissolves for creation of the next cycle. The half-open eyes convey the idea that creation is going through cyclic process, with no beginning and no end. Lord Shiva is the Master of Yoga, as He uses His yogic power to project the universe from Himself. The half-open eyes also symbolize His yogic posture.
Kundalas (two ear rings): two Kundalas, Alakshya (meaning “which cannot be shown by any sign”) and Niranjan (meaning “which cannot be seen by mortal eyes”) in the ears of the Lord signify that He is beyond ordinary perception. Since the kundala in the left ear of the Lord is of the type used by women and the one in His right ear is of the type used by men, these Kundalas also symbolize the Shiva and Shakti (male and female) principle of creation.
Snake around the neck: sages have used snakes to symbolize the yogic power of Lord Shiva with which He dissolves and recreates the universe. Like a yogi, a snake hoards nothing, carries nothing, builds nothing, lives on air alone for a long time, and lives in mountains and forests. The venom of a snake, therefore, symbolizes the yogic power.
A snake (Vasuki Naga): is shown curled three times around the neck of the Lord and is looking towards His right side. The three coils of the snake symbolize the past, present and future – time in cycles. The Lord wearing the curled snake like an ornament signifies that creation proceeds in cycles and is time dependent, but the Lord Himself transcends time. The right side of the body symbolizes the human activities based upon knowledge, reason and logic. The snake looking towards the right side of the Lord signifies that the Lord’s eternal laws of reason and justice preserve natural order in the universe.
Rudraksha necklace: Rudra is another name of Shiva. Rudra also means “strict or uncompromising” and aksha means “eye.” Rudraksha necklace worn by the Lord illustrates that He uses His cosmic laws firmly – without compromise – to maintain law and order in the universe. The necklace has 108 beads which symbolize the elements used in the creation of the world.
Varda Mudra: the Lord’s right hand is shown in a boon- bestowing and blessing pose. As stated earlier, Lord Shiva annihilates evil, grants boons, bestows grace, destroys ignorance, and awakens wisdom in His devotees.
Trident (Trisula): a three-pronged trident shown adjacent to the Lord symbolizes His three fundamental powers (shakti) of will (iccha), action (kriya) and knowledge (jnana). The trident also symbolizes the Lord’s power to destroy evil and ignorance.
Damaru (drum): a small drum with two sides separated from each other by a thin neck-like structure symbolizes the two utterly dissimilar states of existence, unmanifest and manifest. When a damaru is vibrated, it produces dissimilar sounds which are fused together by resonance to create one sound. The sound thus produced symbolizes Nada, the cosmic sound of AUM, which can be heard during deep meditation. According to Hindu scriptures, Nada is the source of creation.
Kamandalu: a water pot (Kamandalu) made from a dry pumpkin contains nectar and is shown on the ground next to Shiva. The process of making Kamandalu has deep spiritual significance. A ripe pumpkin is plucked from a plant, its fruit is removed and the shell is cleaned for containing the nectar. In the same way, an individual must break away from attachment to the physical world and clean his inner self of egoistic desires in order to experience the bliss of the Self, symbolized by the nectar in the Kamandalu.
Nandi: the bull is associated with Shiva and is said to be His vehicle. The bull symbolizes both power and ignorance. Lord Shiva’s use of the bull as a vehicle conveys the idea that He removes ignorance and bestows power of wisdom on His devotees. The bull is called Vrisha in Sanskrit. Vrisha also means dharma (righteousness). Thus a bull shown next to Shiva also indicates that He is the etemal companion of righteousness.
Tiger skin: a tiger skin symbolizes potential energy. Lord Shiva, sitting on or wearing a tiger skin, illustrates the idea that He is the source of the creative energy that remains in potential form during the dissolution state of the universe. Of His own Divine Will, the Lord activates the potential form of the creative energy to project the universe in endless cycles.
Cremation ground: Shiva sitting in
the cremation ground signifies that He is the controller of death in the physical world. Since birth and death are cyclic, controlling one implies controlling the other. Thus, Lord Shiva is revered as the ultimate controller of birth and death in the phenomenal world.
kita masih manusia…jangan terlalu berat bicara dewa dan tuhan …salah sedikit bisa gila..hehehehe…santai aja…nikmati hidup kita … yg penting jangan recoki rumah tangga orang dan rajin bekerja biar dapat uang…setelah itu gunakan untuk bersenang senag dalam hidup…iseng ingin tau cerita rakyat sampai nyasar kesini…ehh ramai juga
Om Swastyastu
Terus di Bali,yg mayoritas saiva sidhanta,apakah menurut anda trmasuk orang2 yg trjerumus/asurik???
Satyam Shivam Sundaram
Om Shantih3x Om
hehehehe tergugah saya bacanya, kok hindu yang katanya ‘universal’ mendadak menjadi sempit yaaa….ya udah biar tidak debat kusir menggunakan dalil2 tertentu yang awang-awang mending pake ‘rasa’ aja deh dalam beragama…yang penting tat twam asi
bukan bermaksud untuk mendebat dan saya gak berani berdebat (ilmunya gak cukup) dan karena saya memang hindu “milu2 tuwung”, karena orang tua dan leluhur saya hindu (siwa sidhanta) jadi merasa berhak untuk ikut sumbang saran kalo ada manfaatnya ya syukur kalo gak ya minta maaf….
1. mengenai sumber anda baghavata purana, wah serem ya pake purana, ni biar jelas dulu purana itu apa….ni saya baca di blog tetangga (jadi blog dilawan sama blog)….
“Pada literatur religius Hindu India, kisah-kisah yang ada, digolongkan menjadi:
-Kavya, (isinya bisa jadi tidak benar namun dituliskan dengan cara yang sungguh Indah),
-Purana, (Cerita-cerita yang tidak sungguh-sungguh terjadi namun memiliki nilai pendidikan, tujuannya agar orang mengerti bahwa dengan berbuat baik akan mendapat pahala baik),
-Itikatha, merupakan kejadian-kejadian yang disusun secara kronologis ataupun kejadian-kejadian yang berbeda-beda dan
-Itihasa, berasal dari kata āhasatiā = tertawa, merupakan bagian Itikata yang mempunyai nilai pendidikan”
jadi jelas kan purana itu apa..
2. tentang baghavata purana…
“Tidak semua purana ada di sebelum tahun Masehi, salah satunya adalah Bhagavata purana atau yang dikenal sebagai Srimad Bhagavata, yang dibuat sekitar tahun 13 Masehi oleh Bopadeva [abad ke 13, Jaman raja Ramachandra, the Yadava king of Devagiri [1271 M – 1309 M]. Perdana mentrinya adalah Hemadri, dalam satu bukunya Bopadeva menuliskan sang perdana mentri itu:
srimadbhagavata-skandhadhyayarthadi nirupyate
vidusha bopadevena mantrihemadritushtaye
Itulah mengapa tahun penyusunan Srimad Bhagavatam/Bhagavata Purana disebutkan di abad ke 13, namun Al-Beruni yang pernah datang ke india abad ke 10 Masehi dalam Tahqiq-i-Hind menyebutkan Bhagavata yang dihubungkan dengan Vasudeva. VyasaDeva di nyatakan menyelesaikan canto ke 12 Srimad bhagavatam pada tahun 900 Masehi. Para ahli sejarah berpendapat bahwa penulisan Srimad Bhagavatam dituliskan antara 650 – 1000 Masehi”
you decided it..?
3. Ini ada artikel menarik tentang aliran anda…
“Hare Krishna (ISCKON) bukan aliran hindu!
Sekilas mengenal aliran Hare kresna [Kutipan dari: iloveblue]:
A.C. Bhaktivedanta Swami Prabupadha, dalam kesempatan lain mengatakan bahwa Hare kresna itu bukan Hindu dan bahkan bukan agama apapun. Dalam ceramah dan wawancaranya Prabupadha bahkan menghujat Hindu sebagai sumber keruntuhan moral. Berikut ini adalah pernyataan Srila Prabupada mengenai Hare Krishna dan hubungannya dengan agama Hindu. Tulisan di bawah ini bersumber dari “Can it Be That the Hare Krishnas Are Not Hindu? ISKCON’s Srila Prabhupada’s edicts on religion are clear” yang dimuat dalam majalah Hinduism Today edisi Oktober 1998.
“Ada satu salah pengertian,” tulis His Divine Grace A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada tahun 1977 dalam Science of Self Realization, “bahwa gerakan kesadaran Krishna ( the Krishna consciousness movement) mewakili agama Hindu. Sering kali orang-orang India baik di dalam maupun di luar India mengira bahwa kita mengajarkan agama Hindu, tapi sesunguhnya kita tidak mengajarkan agama Hindu.”
Srila Prabhupada seringkali dengan tegas menolak eksistensi dari satu agama yang disebut “Hinduisme.” Dia mengasalkan nama yang tidak pantas ini kepada “foreign invaders (para penyerbu asing).”
Pada kesempatan lain ia mengakui keberadaan agama Hindu, tapi menganggapnya sebagai kemerosotan yang tak tertolongkan dari bentuk asli Sanatana Dharma Veda. Pada ceramah-ceramahnya tahun 1967, di New York dia berkata, “Sekalipun memunculkan para sarjana, sanyasin, grihasta dan swami besar, apa yang disebut pengikut agama Hindu semuanya tidak berguna, cabang-cabang kering dari agama Veda.” Hare Krisnha, katanya, adalah satu-satunya eksponen dari agama Veda dewasa ini. Dalam satu wawancara yang diberikan untuk Bhavan’s Journal tanggal 28 Juni, 1976, dia berkata, “India, mereka telah membuang sistem agama yang sesungguhnya, Sanatana Dharma. Secara takhyul, mereka menerima satu agama campur aduk (a hodgepodge thing) yang disebut Hinduisme. Karena itulah muncul kekacauan.”
Sang Guru sering menjelaskan sikapnya, dan bertindak berdasarkan keyakinannya dalam membangun organisasinya yang dinamis. Pada kuliah 1974 di Mumbai (Bombai), dia menyatakan, “Kita tidak mengkotbahkan agama Hindu. Ketika mendaftarkan assosiasi ini, saya dengan sengaja memakai nama ini, ‘Krishna Consciousness,’ bukan agama Hindu bukan Kristen bukan Buddha.”
Srila Prabhupada menyadari bahwa masyarakat India memiliki kesan yang keliru mengenai kehinduannya. Dalam satu surat tahun 1970 kepada pengurus sebuah pura di Los Angeles, dia menulis, “Masyarakat Hindu di Barat mendapat perasaan baik untuk saya karena secara dangkal mereka melihat bahwa saya menyebarkan agama Hindu, tapi nyatanya gerakan Kesadaran Krishna ini bukan agama Hindu bukan pula agama apapun.” Hal itu tetap berlaku sampai dewasa ini, karena Srila Prabhupada tidak meninggalkan pengganti dengan wewenang untuk mengubah āedictā atau bhisama spiritual ini.
Jadi kenapa masyarakat Hindu umumnya secara keliru percaya bahwa Hare Krishna adalah sebuah organisasi Hindu, ketika mereka tidak pernah menyatakan dirinya sebagai Hindu?
Kadang-kadang mereka sengaja menimbulkan kesan itu. Selama pembukaan temple mereka di New Delhi dan Bangalore, di mana berita-berita surat kabar sering mengidentifikasikan temple-temple besar ini sebagai Hindu, siaran press dari Hare Krishna, seperti yang dikeluarkan pada tanggal 15 April 1998, tidak pernah menggunakan kata Hindu. Namun, ketika para pengikut mereka dari India yang melayani kedua temple ini ditanya oleh wartawan pada akhir bulan Juli untuk tulisan ini, mereka bilang ini adalah pura Hindu.
Ketimpangan antara persepsi publik dengan kebijakan internal mereka lebih dibingungkan lagi dengan pengecualian resmi dari kelompok ini berkaitan dengan posisi mereka terhadap non-Hindu. Bila menghadapi kesulitan, para pemimpin Hare Krishna memohon kepada masyarakat Hindu untuk membantu mereka, misalnya ketika menghadapi perkara atas gedung āBhaktivedanta Manorā di Inggris atau ketika dituntut oleh orang Kristen di Russia dan Polandia (yang menganggap Hare Krishna hanyalah gerakan ācultā dan meminta agar pemerintah melarang mereka). Dalam permohonan kepada hakim dan pemerintah, kata Hindu dipergunakan secara terbuka. Dalam kasus-kasus hukum yang lain, termasuk kasus di Mahkamah Agung Amerika Serikat, Hare Krishna berusaha menangkis label “cult” dengan menyatakan dirinya sebagai satu sampradaya Hindu tradisional, dan meminta orang-orang Hindu yang lain untuk menguatkan hal ini di pengadilan. Organisasi-organisasi lain yang berpisah dari agama Hindu, seperti Transcendental Meditation dan Brahma Kumaris, tidak pernah mengkompromikan sikap mereka dalam keadaan apapun.
Yang juga memisahkan Hare Krishna adalah penolakan dan kritiknya terhadap agama Hindu, khususnya di antara anggota mereka sendiri. Ada banyak laporan mengenai orang-orang Hindu yang bergabung dengan Hare Krishna yang hanya diajarkan untuk menolak agama keluarga mereka. “Sebelumnya kita adalah Hindu. Sekarang kita adalah Hare Krishna,” demikian dikatakan oleh beberapa orang. Pada saat yang sama, organisasi ini sering mengajukan permohonan kepada masyarakat dan pengusaha Hindu untuk bantuan keuangan bagi program sosial dan politik mereka untuk melidungi Hare Krishna dari pelecehan dan tuntutan.
Melihat pada penampilan Hare Krishna — pakaian para anggota, nama, bhajana, perayaan, pemujaan, kitab suci, ziarah, bentuk bangunan temple dan lain-lain ā tidaklah mengherankan banyak orang menganggap mereka adalah Hindu. Bahwa nyata mereka bukan Hindu tentu akan mengagetkan banyak orang ā baik Hindu maupun non-Hindu.”
Untuk lebih lengkapnya baca di wirajhana-eka.blogspot.com/2009/03/bhagavad-gita-bukan-pancama-veda.html dengan sumber literatur yang jelas.
4. Kesimpulannya… Seperti tercantum dalam kekawin sutasoma “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa”
@Kadek Adhi Gunawan
Komentar anda sangat menarik saudara kadek,sebelum saya mengomentari lebih lanjut terlebih dahulu saya bertanya pada anda.Menurut anda Hindu yang mana/yg bagaimana bisa kita jadikan sebagai acuan/pedoman untuk menyebut suatu kelompok/orang sbgai Hindu atau bukan???mohon pencerahannya?
jangan terlalu pusing cari acuan, nikmati saja hidup ini biar kita jadi lebih santai dan tenang, selanjutnya biarkan para dewa bekerja untuk kita, mumpung mereka semua sakti. kita tinggal nikmati aja pak.
@ wawan: saya hanya mengcopy paste dari blog orang (link di atas), bukan wewenang saya untuk menentukan mana yang hindu mana yang bukan, ini saya mencoba untuk mempelajari/memahami ‘hindu’ yang saya anut selama ini (hindu yang berdasarkan panca sradha), biar ada pembanding (kebenaran itu hanya Tuhan). bukan untuk menyalahkan melainkan mencari suatu perbandingan, sebagai suatu proses pembelajaran…
@kadek adhi gunawan
ampure niki pak kadek,blognya wirajhana lebih banyak propagandanya dibanding untuk pencerahan,tyang luruskan pengertian purana dan itihasa.
Purana artinya jaman kuno,bisa benar2 trjadi,ataupun tidak,sedangkan itihasa artinya,memang begitu adanya,atau kisah nyata yang tanpa tedeng aling-aling..sayapun shiva shidanta,belajar buat nmbh pngetahuan apa salahnya coba,blog ini bagus kan,bwt pncerahan kita yg notabene mngkin ‘cetek’ pngetahuan..
Om Shantih
@kadek adhi gunawan
ampure niki pak kadek,blognya wirajhana lebih banyak propagandanya dibanding untuk pencerahan,,bnyak kontradiksi malahan,beliau lbh cndong ke buddha,tyang luruskan pengertian purana dan itihasa.
Purana artinya jaman kuno,bisa benar2 trjadi,ataupun tidak,sedangkan itihasa artinya,memang begitu adanya,atau kisah nyata yang tanpa tedeng aling-aling..sayapun shiva shidanta,belajar buat nmbh pngetahuan apa salahnya coba,blog ini bagus kan,bwt pncerahan kita yg notabene mngkin ‘cetek’ pngetahuan..
Om Shantih
@kadek Adhi Gunawan
Sayang ya anda hanya mengkopi paste pendapat orang yg kebenarannya masih diragukan.Kalao anda saja sbg orang Hindu meragukan kebenaran purana maka tdk heran kalo orang non hindu tdk mempercayai purana,spt ramalan2 yg tdp dlm beberapa purana.
Mengenai Hare Krisna,Hindu/bukan memang sudah lama diperdebatkan,dulu dimajalah Raditya perdebatkan terjadi antara NP Putra dg IM Amir,dan tdk mendapatkan kesimpulan apapun.Karena itulah kalo ada yg mengatakan kelompok Hare Krisna bukan Hindu, oleh karena pendiri Hare Krisna, Prabhupada mengatakan demikian,maka sebagai orang awam saya bertanya,seperti pertanyaan saya kepada anda, Hindu yang mana/hindu yang bagaimana yg dijadikan acuan,patokan,landasan untuk menyebut kelompok/orang sabagai penganut Hindu/Veda.Jika ini belum terjawab maka perdebatan akan sia2.
Kembali ke Bhagawata Purana,banyak orang yg mengaku sbg orang Hindu/penganut Veda yg tdk mempercayai purana ini sbg suatu kebenaran oleh karna ada bagian2 tertentu dari purana ini yg tdk bisa diterima akal/tdk masuk akal bagi mereka (apalagi non hindu). Karena itu di analogikan orang2 seperti itu sebagai seorang peternak ayam petelur.Seorang peternak ayam petelur akan senang sekali dg pantat ayam itu karna telur keluar dari pantatnya,tapi sebaliknya peternak ini tdk suka dg kepala ayam petelur karna dia harus memberi makan.Kemudian peternak ayam petelur ini memotong kepala ayam petelur ini dg harapan telur masih keluar dari pantatnya. Apakah ini mungkin???? Terlebih lg peternak ini tdk tahu bahwa tahi ayam jg keluar dr pantatnya.Jadi tdk heran kalo banyak orang Hindu (apalagi non Hindu) yg tdk percaya dg purana2.
suksme
@kadek loncos…hehehehe saya juga membaca blog ini (sangat bagus)untuk mendapatkan pengetahuan tentang beragama Hindu, juga dengan blog2 hindu yang lain….masalahnya artikel ini tersirat menyebutkan penganut aliran siwa sidhanta/siwa budha (seperti yang dilakukan di Bali) adalah asurik atau notabene salah arah..jadi saya ingin kejelasan saja dengan membandingkan dengan tulisan di blog lain..kalo wirajhana dibilang propaganda terang2an, mungkin blog yang bagus ini juga bisa dikatakan propaganda terselubung mengenai suatu aliran (no offense)
@wawan…hehehhe saya hanya membaca wacana “pelopor”aliran hare krishna, dan dia sendiri menyatakan demikian bahwa aliran hare krishna bukan hindu, mungkin maksudnya hare krishna merupakan salah satu bentuk dari agama sanatana dharma veda, bukan “hindu” yang terkesan barat (istilah hindu berasal dari kata “shindu” menurut lafat bule), jadi hanya perbedaan istilah aja. (kok ngelantur ngebahas hare krishna itu hindu/bukan sih) hehehehe
Tidak Mempercayai purana? saya tidak pernah menyatakan demikian..apakah purana itu sebuah kebenaran mutlak juga belum ada yang dapat memastikannya, karena berdasarkan keyakinan individu. Itulah gunanya kita beragama agar seumur hidup mencari kebenaran Tuhan lewat pesan2nya pada kitab-kitab suci, dan digunakan dalam kehidupan kita (dengan bhakti tentunya).
bukankah di salah atu artikel di blog ini juga menyatakan:
“Walau 1000 Veda Menyatakan Api Itu Dingin, Janganlah Pernah Langsung Kau Percaya”
Mohon maaf jika ada salah2 kata
wah…..kok dadine miyegan ne?
tiyang nak nu melajah, dan liu mase ane lakar pelajahin. menurut tiyang, agama itu ibarat baju. hanya demi kesopanan karena hampir semua orang memakai baju maka kita ikut mengenakan baju yg menurut kita paling baik. padahal gak pake baju-pun gak apa2, toh bukan bajunya yg akan kita bawa menghadap tuhan nantinya.
capailah kesadaran tertinggi atman dengan jalan kepercayaan yg anda anggap terbaik. š
Om Swastiastu
Hare Krishna
Namaskara
Namaste…
Dear All…
Thanks sudah berdiskusi cukup hangat dalam artikel ini….
Sebagai seorang yang masih junior dalam Gaudya Vaisnava atau yang di Indonesia sering disebut sebagai aliran Hare Krishna saya juga ingin memberikan sedikit pandangan.
1. Kenapa Srila Prabhupada, pendiri ISKCON dan merupakan salah satu guru kerohanian dari parampara Vaisnava sering kali mengkritik pedas dan bahkan tidak tanggung-tanggung mengatakan bahwa Hindu yang berkembang saat ini kacau?
Semua ini tidak lepas dari kondisi masyarakat yang dihadapinya. Prabhupada menyebarkan ajaran Veda di dunia Barat dimana budaya mereka adalah budaya blak-blakan dan ditambah lagi pengertian akan Hindu/ Veda di barat sudah benar-benar menyimpang jauh karena buah kerja keras Max Muller, seorang indologis Jerman yang paling berbahaya dan menghancurkan pemahaman Hindu di dunia (sayangnya buku-buku hasil karya Max Muller ini juga masih sering dikutip dalam banyak buku agama kita baik diIndonesia dan bahkan dijadikan bahan acuan di beberapa sekolah Hindu). Jika Prabhupada melakukan penyebaran Veda dengan mengatakan bahwa dia menyebarkan Hindu sebagaimana yang dipahami oleh orang Barat waktu itu, maka mungkin beliau akan gagal. Tetapi dengan metode dan gaya penyampaian beliau yang seperti itulah jumlah penganut Veda dalam garis perguruan Gaudya Vaisnava membludak di seluruh dunia…. Bahakan tercatat di keluarga kerajaan Inggris juga menjadi penganut Veda.
Jika kita mendengarkan penjelasan Prabhupada dengan tunduk hati dan menghayati maksudnya tanpa emosi, maka kita juga akan sadar bahwa kita yang saat ini mengaku sebagai Hindu dan ber-KTP-kan Hindu sebenarnya sudah melenceng jauh dari ajaran Hindu. Sikap kita melakukan sambung ayam, meceki di pura dengan dalih mekemit, melakukan upacara-upacara agama hanya atas dasar pamer… sama sekali tidak mencerminkan kehinduan kita. Cobalah kita belajar dari sejarah… India mampu dikuasi oleh penjajah muslim karena raja-raja India waktu itu sibuk dengan perang saudara, masyarakatnya sibuk dengan kegiatan yang melenceng dari ajaran Dharma/Veda/Hindu… Di Indonesia sendiri Hindu runtuh karena para penganut Hindu juga tidak melaksanakan ajaran Dharma. Masih ingat perang bubat yang dilakukan oleh Majapahit yang terhormat? Banyak kasus penjudian dan penyimpangan ajaran Varna yang menyebabkan invasi Muslim dengan mudahnya meruntuhkan Hindu. Dan saat ini di Balipun terjadi hal serupa.. Orang-orang kita sibuk mencari gelar wangsa dan mengajegkan sistem kasta. Tempat-tempat suci dijadikan pembenaran melakukan perjudian, MBE dan pengguguran kandungan merejarela, perang banjar, ngecharge HP ke Kafe dan mabuk-mabukan merajarela… Jika hal ini tetap terjadi maka bersiaplah menyongsong runtuhnya budaya Bali. Karena Ajeg Bali tanpa adanya ajeg Hindu / Ajeg Veda adalah nonsense…
Oleh karena itu sekali lagi saya harapkan mari kita memandang apa yang disampaikan oleh Prabhupada dari sudut pandang yang positif…
2. Kenapa Hare Krishna dicap sesat di Indonesia?
Hal ini juga tidak lepas dari sikap egosentris dan merasa paling benar dari beberapa pengikut Hare Krishna tempo dulu….
Bagaikan seseorang yang baru belajar silat, orang tersebut mencak-mencak dan nantang orang berkelahi karena menganggap dirinya adalah jagoan hanya dengan mengandalkan label “perguruannya”. padahal apa yang sudah dia tahu tentang persilatan? Dia tidak lebih baru belajar prihal gerakan dasar. Tapi bagaimana halnya untuk seseorang yang sudah menguasai pencak silat dan falsafahnya? Orang tersebut selalu akan terlihat sejuk dan sebisa mungkin selalu berusaha menghindari perkelahian.
Demikian juga dengan kasus yang menimpa garis perguruan Gaudya Vaisnava/Hare Krishna. Ada beberapa oknum waktu itu yang merasa sudah hebat dan mengikuti ajaran yang paling benar… sehingga tidak ragu-ragu dia menyatakan diri bukan Hindu, beberapa diantaranya malahan ada yang menghancurkan padmasana yang ada di rumahnya (padahal apakah dia tahu bahwa padmasana itu adalah simbol Sri Hari itu sendiri?). Tindakan orang-orang yang masih dangkal filsafatnya tetapi merasa diri paling hebat dan mengerti ajaran gaudya vaisnava inilah yang menyebabkan “aliran hare krishna” dikatakan sesat…..
3. Purana adalah dongeng?
Anggapan ini tidak lepas dari para sarjana barat yang berusaha mengaburkan pemahaman umat Hindu sehingga lambat laun akan pindah keyakinan. Bagaimana bisa kita menjadikan dongeng sebagai kitab suci? Apakah itu artinya buku si kancil mencuri ketimun dapat kita jadikan sebagai kitab suci juga?
Purana memang banyak menceritakan suatu hal diluar nalar manusia… namun jangan kawatir… perkembangan IPTEK saat ini sudah memberikan titik terang pembenaran cerita-cerita di dalam purana kita. Mari kita coba kaji perlahan-lahan…
4. Apa artikel ini mengadu domba dan kontra poduktif?
Sekali lagi mari kita berpikir jernih… Apa yang disampaikan dalam artikel ini ada sumber-sumber tertulisnya, yaitu kitab suci Padma Purana. Sekarang semuanya tergantung bagaimana cara kita mengambil sudut pandang. Jika kita masih mengikuti versi Max Muller dan para Indologis lainnya yang mengatakan bahwa Purana adalah dongeng, maka tentu kita bisa abaikan saja sloka-sloka Padma Purana ini. Tetapi jika mengakui kebenaran Purana, maka cobalah memetik “nilai positif” dari apa yang disampaikan disini. Dalam 3 artikel sebelumnya prihal sejarah Bali sudah sedikit dipaparkan bagaimana budaya adan agama kita saat ini terbentuk, yaitu berdasarkan samuan tiga yang menggabungkan beberapa sekte di Bali dan termasuk penggabungan agama Buddha juga. Tentunya para leluhur kita melakukan ini bukan tanpa alasan. Saya yakin mereka memiliki maksud tersembunyi dibalik semua ini dan yang pasti sejarah membuktikan bahwa hal ini berdampak positif terhadap resistensi Bali terhadap gempuran muslim waktu itu.
Sekarang dengan adanya artikel ini, saya harapkan teman-teman sekalian bersedia berargumentasi positif dan mari sama-sama belajar agar kita bisa menemukan “kebenaran” yang sesungguhnya dari filsafat Veda.
Berdebat dan berargumen dalam budaya Hindu sangatlah biasa dan karena budaya inilah Hindu masih ada sampai saat ini… coba deh simak link yang diberikan saudara rama di sini
Jadi mari sama-sama belajar dan mengasah kemampuan kita di forum ini…
Salam kompak semuanya..
Santhi…..
aq bingung kedudukan Siwa Siddhanta thdp 4 jalan sah (sampradaya) yg dikatakan olh Tuhan Sri Krishna d Bhagavadgita.. coz, Hindu Indonesia (Siwa Siddhanta) bnyk yg mnganggap adlh Hindu yg pas n sbenarnya.. N ad yg ngomong jgn ikut sampradaya2 kyk gtuan ayo salamatkan budaya Bali, nah loh.. menolak sampradaya??? menolak perintah Krishna donk???? pdhl aq tdk mnemukan kata Siwa Siddhanta d Veda.. mohon penjelasannya prabu..
memahami sesuatu yg maha besar sangatlah sulit bro… Hal ini hampir sama dengan orang yang bernalar panjang banget, sampai panjangnya akhirnya dia gak bisa mencapai goalnya.
Ada cerita yg menarik dari ananda krisna, Katanya ada seorang pembantu disuruh oleh juragannya u/ beli obat flu, karena juragannya sakit demam. Lalu pembantu itu pergi ke apotek, tapi ditengah2 jalan dia berpikir bagaimana klo tuannya sakit demam berdarah. maka dia berbelok arah jalan untuk beli jambu merah sebagai obat demam berdarah. kemudian dia berpikir lagi, bagaimana klo tuannya sakit demam berdarah terus muntah2 darah/mimisan… maka sang pembantu itu berinisiatif membeli tisu yang banyak.
kemudian dia berpikir lagi, bagaimana klo tuannya sakit demam berdarah terus muntah2 darah/mimisan…Shg sampai meninggal maka sang pembantu itu berinisiatif lagi u/ memesan peti jenasah.
Banyangkan sikap pembantu itu, dari perintah hanya u/ beli obat flu, tapi dia bisa beli jambu merah, tisu, peti jenasah. Mengapa ini terjadi? Karena sang pembantu terlalu panjang berpikir.
Jd kembalilah ke misi kita awal, Bila kelompok siva adalah kelompok yg sengaja dibuat salah…….ya gak masalah… karena itu tugas kita. Karena klo kita kembali siklus kali, maka jelas kita akan semakin jd brutal. dan akhirnya dikembalikan ke awal sama avatar kalki. Dari situ terlihat memang begitulah proses Tuhan. Sekarang kita bayangkan,bila kita semua di dunia ini satu visi & misi, kira2 apa yg terjadi? Siklus kali akan terhenti, dan timbullah kekacauan lainnya.
Dah gampang2annya gini, klo maling tak ada maka polisi gak punya kerjaan. Terus klo polisi gak punya kerjaan,terus polisi ngapain dong? Apa mau diam aja? Padahal atman bersifat aktif……akhirnya……..tambah kacau kan?
Tapi yang saya ingin tekankan, janganlah saling menyakiti lah… wong kita sama2 kerja kok.
om swastyastu
om namah siwaya
heheheheheeh ikutan ahhh
@adi kusuma…manteeeebbbbbbbbbb argumena bagus bgt….
ya itulah tuhan..dia melampaui dualitas bukan hanya mewujudkan salah satu dalil (kebaikan)
siwa tuhan yang paling sempurna, satu sisi dipuja sebagai penguasa para detya beliau diwujudkan sebagai sosok yang menakutan. sebagai guru semesta beliau diwujudkan sbg maha rsi yang agung.bahkan sebagai yogi yang mengajarkan teknik hubungan bercinta (kamasutra)…
itulah tuhan…
wah di Purana lain dewa wisnupun pernah mencongkel matana demi dewa siwa..dewa siwapun menghadiahkan cakra sudharsan karena kesetiaana..cakra inipun masih dipinjam oleh krisna pada saat jaman mahabharata..
wah bro ngara ni kayana udah terlalu fanatik sempit…
tapi umumna orang2 kaya gini to MUNAFIK abiessssssssssssssssss
jagan2 pemahan agamana sebatas argumen kitab suci…
gak makan daging tapi makan temen..heheheeheheh
@B
@bhaskoro
kok anda mulai menyentuh pribadi seseorang, kalau ingin debat tolong tampilan data data yang mendukung sesuai dengan kitab suci, jangan kayak @ adi wira kusuma seneng ngutip cerita yang belum tentu benar, kayaknya anda-anda ini ketakutan,ya begitulah ciri-ciri kaliyuga banyak orang cemas,gelisah termasuk lihat orang tidak makan daging aja bhaskoro sewot.Gitu aja kok bingung. tks.
Dear All
Om Swastiastu
Thanks sudah meramaikan… dan thanks juga buat saudara baskoro sudah mengingatkan saya… mohon bimbing saya agar tetap ada di jalan Dharma dan tidak berpikiran sempit. Maklum saya baru belajar…
Tentunya apa yang disampaikan dalam artikel ini dan juga artikel yang lain ada kutipan slokanya yang jelas… jadi mari kita pecahkan dan bantah kutipan-kutipan tersebut dengan mengutip sumber-sumber yang lain juga… dan saya harapkan tidak ada debat kusir atau argumen pribadi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sekali lagi mari berdiskusi dengan kepala dingin dan dewasa.
Suksma,-
waaah…..kalo gini terus, sebentar lagi “Mpu Kuturan” akan datang…..
hehehehehe………………
ereka inilah disebut pasandi. Orang brahmana yang tidak menuruti sastra, tidak memiliki bakti kepada Tuhan, orang yang berperilaku menurut kemauannya sendiri, dan menghaturkan persembahan ke dalam api korban suci (yajna) untuk memuja dewa-dewa selain Tuhan Yang Maha Agung, Sri Visnu, juga disebut pasandi. Sebab Sri Visnu lah penikmat segala…
tidak memiliki bakti kepada tuhan berarti selin dewa siva ada juga tuhan yang paling tinggi?truzh ada berapa dewa sich dalam agam hindu mhn maaf pertanyaan saya…
karena saya orang non hindu yang tertarik dengan artikel yang anda tulis anda mohon di blz
@ Ribas
Ada berapa Tuhan dalam Hindu? Sudah pasti hanya ada 1 sebagaimana disampaikan oleh saudara toshiya dalam artikel yang lain “āekam evan adityam brahman, Tuhan hanya satu tetapi para cerdik pandai memnyebutnya dengan banyak nama”.
Lalu apa hubungan dewa-dewa dengan Tuhan? mohon simak artikel “Tuhan orang Hindu banyak?”
Dikatakan ada 330 juta Dewa di alam semesta ini… lho kok banyak? Iya memang banyak, bahkan tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi karena Dewa bisa menikah dan punya anak… kenapa? Karena Dewa adalah mahluk hidup juga….
Lalu siapakah Tuhan dalam Hindu? Sebaiknya anda ikuti dulu diskusi dalam artikel-artikel di sini…
Hanya kalau boleh saran, mohon membaca artikel di web ini mulain dari bagian “Hindu menjawab”, “Antar Agama”, “Tradisi”, “Vedic Science” dan yang terakhir baru menginjak ke “filsafat Veda”. Karena mempelajari filsafat Veda memang cukup berat…
Selamat bergabung bro…
Semoga kami di sini bisa membantu menjelaskan mengenai filsafat dan ajaran Hindu ke anda…
Salam,-
š
truzh kenapa yang saya perhatikan kok orang hindu banyak memuja dewa bukan tuhan?
heheheeh
@ dede narayana behhhh gitu ja ko marahhhh, benarkan wisnu pernah mencongkel matana demi siwa…
sekedar mengingatkan
waisnawaisme dengan saiwaisme udah pastilah beda…baik dari segi konsep ketuhanan atupun etika ibadahna…
tingkat kesadaran seseorang bukan dinilai dari hafal atau tidakna sloka..vegetarian atau bukan..argumen saling menyalahkan..
tapi bagamana kelakuan sehari-hari, sebetapa dia bisa membantu orang lain, mengasihi orang laen, menjaga hati orang laen..termasuk yang orang yang punya pemahaman laen..web ini kayana memprofokasi bgt..krna udh jelas2 menjelekan keyakinan orang laen..INGAT PEMAHAMAN OARANG LAEN JUGA PUNYA KEBENARAN…
WAH ADU ARGUMEN SUMBER SASTRA????? heheheeh
agama bukan hanya argumen..religion is an action..
wah2…
@all
om swastyastu om
maaf kalo menyinggung..
ampura…
om shanti shanti shanti om
@ribas
anda benar orang hindu memang banyak yg memuja Dewa, dan ini tdk masalah karena konsekwensinya di tanggung oleh masing2 orang tsb. Memuja Dewa dan memuja Tuhan mendapatkan hasil yg tdk sama, ini menurut Bhagawadgita.Beri kebebasan kepada semua orang untuk memuja “siapa” karna tingkat spiritual/kesadaran seseorang itu berbeda-beda.Justru kalo dipaksakan untuk memuja yg sama tar malah gak nyambung,karna cuma ikut2an aja.
@bhaskoro
Saya rasa web ini tdk mempropokasi,tapi kita diberi wawasan tentang perbedaan yg harus terjadi dan harus kita telaah dg hati yg lapang. Anda benar agama memang bukan hanya argumen,tapi argumen jg penting dalam kita beragama,karna dg argumen kita bisa mempertahankan keyakinan yg kita miliki,bisa mendapatkan kebenaran yg lain (supaya tdk mule keto), tentunya harus bersumber pada sastra/kitab suci agar tdk menyimpang terlalu jauh.
makasih
Mau tanya dulu, apakah sumber-sumber yang digunakan valid? purana tersebut ditulisnya kapan? sedang kan resi-resi seperti kanada, jamadagni dll, kapan munculnya? dari kalimat-kalimatnya, kok purana itu ditulis setelah kelahiran resi-resi ‘passandi tersebut.jadi betulkan valid purana itu? trus purana itu yang menulis sapa? kok bisa tahu percakapan dewa? yang memberitahukan ke penulis purana tersbut dewa sapa/dewi sapa? ku jadi bngung, atau terjemahan bahasanya yang membingungkan?? soale dari segi bahasa kok seolah-olah tulisan itu muncul setelah kejadian ada…thanks, mohon dijawab
OSA. . .
Apa benar, dewa(siwa khususnya) adalah hanya nama dr Tuhan? Kalau bnar, knapa di purana2, diceritakan bahwa dewa siwa melakukan kgiatan yg sangat duniawi (maaf, spt senggama dgan dewi parwati dalam bntuk gajah yg akhrnya trlahir Ganesha). Untuk umat awam, Berkesan bhwa Tuhan itu memiliki kama(nafsu birahi, misalnya) seperti cerita-cerita di purana2. Suksma
@Ibks
eh bro,drimana ke tw klo shiva brbh jd gajah,purana apa jdulnya bro???
setahu gua,ank dri para deva ga lhr dri hubungan badan,tp ada dgn sndirinya,ganesha sndr d cptkan sndr oleh Ibu Parvati,bwt ngjagain saat bliau mandi,dan bla bla bla,gua saranin,baca2 lge euy,jngan brpkran dangkal gitu bro,hny dgn mlht bntk gnesha sprt gajah,kq bsa2ny mngtkn siva brubh jd gjah,snggama lge,wkwkwkwk…..
@ siwaisme dan waisnawaisme :
hehehe…..kalau gini hanya yg bersangkutan yg bisa jawab.
mari kita tanyakan kepada dewa siwa dan wisnu….gak usah bertengkar…..:D
mnrt saya web ini cukup informatif, bahkan membantu mencerahkan… bro ngarayana telah membuat sesuatu yg berguna bagi para pelajar pemula seperti saya. terimakasih
Dear All..
Salam kompak..
Debat filsafat antara perguruna/sampradaya atau aliran filsafat di Hindu sangat biasa terjadi… dan itulah yang menumbuhkan Hindu sehingga bisa sangat toleran dan siap untuk dipertanyakan oelh siapapun seperti saat ini…. Hindu adalah agama tertua dan peradaban paling kuno yang masih bisa bertahan di dunia modern dimana peradaban-peradaban seenis sudah musnah…
Jadi mari berargumen secara sehat dan mengasah pemahaman kita di forum ini… Saya senang dengan hidupnya diskusi di blog ini dan terus terang saya banyak belajar dari apa yang temen-temen semua sampaikan di blog ini… Terimakasih buat semuanya.
Pemuja Shiva/Siva menjadi Sivaism, lalu kenapa pemuja Krishna, Rama, Nrasimha, Radha menjadi Vaisnavaism? Tentunya berkaitan dengan Visnusahasranama dimana semua nama-nama suci tersebut yang dipuja pada dasarnya sama, yaitu Visnu, sehingga disebut Vaisnava, atau pemuja Visnu.
Setiap mahluk hidup bebas melakukan apa saja dan menyembah apa saja.. tentang hal ini sudah disampaikan oleh Sri Krishna dalam Bhagavad Gita 9.25: “Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku”.
Jadi sudah ada “hukum” yang mengatur itu semua dan setiap orang memiliki kebebasan memilih….. Tuhan adalah yang memiliki segala sesuatu di dunia ini, Beliau Maha Kuasa, jadi apa alasan Tuhan cemburu terhadap mahluk lain yang adalah “bawahan”-Nya sendiri? Sama halnya jika saya punya anak dan anak saya punya anak lagi… Saya sayang kepada anak dan cucu saya tersebut.. tetapi cucu saya lebih hormat kepada bapak/ibunya yang meruapakan anak saya.. apakah saya harus cemburu dan mengatakan; “kamu itu anaknya anakku, jadi aku harus lebih kamu hormati..!!!” Tidak kan?
Mungkin Tuhan ketawa dan tersenyum melihat orang yang memuja “mahluk lain” atau yang sedang “kebingungan” dan lambat laun Dia akan mengarahkannya menuju kebenaran sesuai dengan karma-nya masing-masing….
Oh ya… untuk konsep susunan pemerintahan alam semesta mngkin dapat dibaca di link ini.
Mari sama-sama belajar dengan sabar dan semoga Tuhan mengarahkan kita menuju kebenaran..
Salam,-
Rg.Veda X. 129.6 āSetelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa ituā
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa dewa-dewa diciptakan setelah alam semesta material tercipta, berarti dewa adalah ciptaan Tuhan dan berbeda dengan Tuhan kan?
nah maaf pertanyaan saya…maklum orang non hindu…..
di tulisan itu di jelaskan bahwa dewa ciptaan tuhan dan berbeda dengan ciptaan tuhan.
berarti dewa mahluk tuhan kok tuhan nga marah,manusia juga kan ciptaan tuhan masa ciptaan tuhan menyembah ciptahan tuhan,
manknya tuhan nga marah.
3. Bagavad gita 9,23 āOrang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kuntiā
nah dari ayat diatas itu khan ada didalam kitap umat hindu,sebenarnya umat hindu udah bisa memahami kesalahanya tapi kok seakan akan yang saya liht ( maaf )mereka masih tetap menyembah dewa
Kenapa ya ceritra dewa-dewa seperti itu (sakti, turun kebumi, ikut perang, kawin, punya anak dan cucu karena dewa2 tidak wafat tentu jumlah mereka secara rasional lebih banyak dari kita) adanya tahun dulu kala saja namun saya perihatin kenapa sejak dunia informasi ini canggih dewa-dewa itu sperti hilang nggak nongol-nongol
membantu kita. sperti kehilangan kesaktian.
Padahal dulu sgb contoh cuman sengketa dua keluarga (Prang Baratayuda), datang dan memihak, sementara sudah banyak kejadian yang lebih besar dari itu diam saja.
mohon pencerahanya
Damai selalu lebih baik
Terima kasih
wah mas ngara, kalo begini caranya mungkin Tuhan tertawa…hehehe.
mas aku mau tanya simple aja :
Shiva >> nama denominasinya Saivate..(siva)
knp namanya Vaishnaism ?
knp ga Krsnaism..??
The supreme is Visnu or The supreme is Krsna..
Or They Are The Same,,
Masalahnya cuman sudut pandang saja,, dari sudut pandang ini merupakan urusan personal…dengan membandingkannya saja kita sudah terkena pengaruh Ego.. Yang mana yang lebih utama, Yang mana yang paling benar, sadarkah kita perdebatan semacam ini penghambat spiritual kita..
Begitulah jika Sang Kebenaran Sejati didekati dengan Pikiran..Bisa bermacam2 persepsinya..
lha, ditinggal sebentar dah rame, bahagia saya melihat “diskusi” ini, salut buat bro ngara….”gara”2 artikel ini saya jadi lebih mendalami agama “hindu”….ya udah saya cantumkan ajaran kitab suci ini…
Bhaktivedanta VedaBase: Bhagavad-gÄ«tÄ As It Is 3.3
ÅrÄ«-bhagavÄn uvÄca
loke ‘smin dvi-vidhÄ niį¹£į¹hÄ
purÄ proktÄ mayÄnagha
jƱÄna-yogena sÄÅkhyÄnÄįøæ
karma-yogena yoginÄm
SYNONYMS
ÅrÄ«-bhagavÄn uvÄca ā the Supreme Personality of Godhead said; loke ā in the world; asmin ā this; dvi-vidhÄ ā two kinds of; niį¹£į¹hÄ ā faith; purÄ ā formerly; proktÄ ā were said; mayÄ ā by Me; anagha ā O sinless one; jƱÄna-yogena ā by the linking process of knowledge; sÄÅkhyÄnÄm ā of the empiric philosophers; karma-yogena ā by the linking process of devotion; yoginÄm ā of the devotees.
TRANSLATION
The Supreme Personality of Godhead said: O sinless Arjuna, I have already explained that there are two classes of men who try to realize the self. Some are inclined to understand it by empirical, philosophical speculation, and others by devotional service.
Terjemahan bebasnya (bah sok bisa bahasa inggris mode on:)
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa mengatakan: O Arjuna yang suci, Aku telah menjelaskan bahwa ada dua kelas dari manusia yang mencoba untuk untuk menyadari “Sang Diri”. Satu dengan cenderung untuk mengerti dengan pengalaman empiris, spekulasi filosofi, dan satunya lagi dengan persembahan Bhakti dengan tulus…”
semoga jadi perenungan…
@ribas
di tulisan itu di jelaskan bahwa dewa ciptaan tuhan dan berbeda dengan ciptaan tuhan.
berarti dewa mahluk tuhan kok tuhan nga marah,manusia juga kan ciptaan tuhan masa ciptaan tuhan menyembah ciptahan tuhan,
manknya tuhan nga marah.
kawan, itulah beda sifatnya tuhan dlm hindu dg tuhan dlm pengertian agama2 ibrahim.tuhan dlm hindu bukan tuhan pencemburu dan bukan tuhan pemarah.tuhan tidak pernah iri dan cemburu dg sesembahan lain. kalau ada “tuhan” yg pencemburu dan iri jelas itu bukan tuhan tapi hantu hehe…
nah dari ayat diatas itu khan ada didalam kitap umat hindu,sebenarnya umat hindu udah bisa memahami kesalahanya tapi kok seakan akan yang saya liht ( maaf )mereka masih tetap menyembah dewa
bro, ente kudu pahami tata pemerintahan alam semesta
.tuhan tidak pernah iri dan cemburu dg sesembahan lain. kalau ada ātuhanā yg pencemburu dan iri jelas itu bukan tuhan tapi hantu heheā¦
nah di sini yang jadi pertanyaan saya berarti orang hindu bebas meyembah apa saja…
apapun yang mereka mau…
berarti,menyembah arwah leluhur pun bisa…
bukannya tuhan lebih berkehendak dari pada dewa….
kayak nga rasional penjelasan saudara mohon lebih di perjelas…
jadi bingung saya hehehe
bro, ente kudu pahami tata pemerintahan alam semesta
apa itu tata pemerintahan alam semesta……
berarti tuhan mempunyai semacam parlement donk
mohon di balas kalau boleh mas ngarayana yang membalasnya agar lebih jelas
tapi…
duch aneh baru kali ini saya melihat dan mengetahui bahwa ada agama yang tuhannya membiarkan umatnya mempercayai selain dia yang maha kuasa tentunya…
bukanya tujuan tuhan menciptakan mahluknya terutama manusia yang mempunyai akal adalah menyembah hanya kepada dia….
seakan akan tuhan itu membiarkan mahluk ciptaannya meyembah mahluk
ciptaannya….
nga aneh tuch…
(maaf)
“Setiap mahluk hidup bebas melakukan apa saja dan menyembah apa saja.. tentang hal ini sudah disampaikan oleh Sri Krishna dalam Bhagavad Gita 9.25: āOrang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk-makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Kuā.”
nah loh kalu didalam kitap suci sudah dikatakana begitu kok aneh umat hindu masih banyak menyembah dewa, roh halus dan lain lain.bukannya umat hindu pasti mempunyai tujuan agar bisa hidup dehan tuhan mereka?
“ama halnya jika saya punya anak dan anak saya punya anak lagiā¦ Saya sayang kepada anak dan cucu saya tersebut.. tetapi cucu saya lebih hormat kepada bapak/ibunya yang meruapakan anak saya.. apakah saya harus cemburu dan mengatakan; ākamu itu anaknya anakku, jadi aku harus lebih kamu hormati..!!!ā Tidak kan?”
untuk konteks yang diatas masuk akal karena dia adalah anak dari anaknya maksudnya cucu…
itu jelas…
kalu anda mengatakan dengan konteks yang seperti itu berari seakan akan anda mengatakan dewa adalah anak tuhan nah loh…
mohon jangan pake pemisalan karena ini bicara tentang fakta….
kalu anda menggunakan pemisalan yang diatas lebih cocok anda menggunakna pemisalan untuk agama kristen…
pertanyaan berikut tentang artikel susunan pemerintahan asura itu apa?
“Sedangkan Manvantara-avatara adalah inkarnasi Tuhan dan merupakan svamsa, perbanyakan pribadi-Nya sendiri.”
Svamsa itu apa?
“Para Raja perkasa dari Bumi seperti Pururava, Nahusa, san sebagainya di masa silam pernah ditunjuk sebagai Indra ketika Purandara terjebak dalam kesulitan besar karena kesalahannya membunuh brahmana Visvarupa dan berbuat kesalahan kepada Guru kerohaniannya Bhrhaspati.”
pertanyaan berikutnya
brahma dan brahmana sama?
@ dribas:
maaf ikut nimbrung (yg ini tanpa ada dasar pustakanya). mempelajari agama bisa diibaratkan seperti belajar ilmu di sekolah2. ilmu2 diajarkan secara bebas dan umum, akan tetapi toh masih ada juga yg ga ngerti2 bahkan ada juga yg ga lulus/naik kelas.
hidup ini adalah permainan tuhan, klo gak…ngapain tuhan membuat dunia dan kehidupan ini? nah… tugas kita adalah menemukan jalan kembali kepada-NYA.
walaupun beberapa ajaran agama menyarankan untuk menyembah TUHAN yg ini dan bukan TUHAN atau DEWA yg itu….apakah bisa dijamin anda naik kelas/lulus?????
menarik bukan?
mengapa anda berpandangan seolah2 tidak boleh menyembah mahluk ciptaan tuhan? klo anda mau, saya bisa ‘menyembah’ anda…..karena saya percaya TUHAN itu ada dimana2 termasuk didalam setiap mahluk. jadi bukan “raga” anda yg saya ‘sembah’….tapi TUHAN itu sendiri……walaupun misalnya raga saya terlihat sujud di kaki anda…
kebanyakan orang mencari tuhan melalui gambaran2 di bhuana agung (makrokosmos)dan itu sah2 saja, akhirnya akan timbul perdebatan panjang tentang klaim2 terhadap tuhan.
sebagian orang yg lain mencarinya didalam bhuana alit (mikrokosmos), yg ini akan menemukan tuhan-nya secara pribadi….karena toh hubungan kita dgn tuhan bukan berdasarkan pengakuan dari orang lain termasuk agama lain…..
maaf kalau ada kata2 yg salah.
terimakasih
Namaste : i bow to the divine within you..
Aum Shantih3x Aum
hidup ini adalah permainan tuhan, klo gakā¦ngapain tuhan membuat dunia dan kehidupan ini? nahā¦ tugas kita adalah menemukan jalan kembali kepada-NYA.
nah anda mengatakan kalau tugas kita kembali ke padanyakan!
disinilah yang menjadi pertanyaan saya?
Tuhan meberikan kita tugas untuk kembali ke jalannya…
pasti dengan berbagai cara khan salah satunya dengan adanya kitap suci…
padahal di dalam kitap suci umat hindu jelas jelas mengatakan
kuramg lebih seperti ini “Bagavad gita 9,23 āOrang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kuntiā”
nah loh bukannya itu tuhan telah meberikan sebuah petunjuk jelas kalau mereka salah menyembah?
@ Ribas
Sorry bro… maklum lagi sibuk ga banyak bisa kasih comment..
Hidup permaian Tuhan? Tidak.. kenapa harus ada kehidupan? nah anda perlu baca dan komentari artikel “Mahluk Hidup” dulu… disana sudah ada jawabannya. Kenapa harus kembali? jawabannya di sana juga..
Maaf bro ribas… artikel di blog ini memang saling mengait satu sama lain.. karena itulah saya sarankan untuk yang tidak pernah membaca dan mendalami Veda agar memulainya dari bagian “Hindu menjawab” dan “antar agama” baru berikutnya ke bagian “Tradisi” dan “Vedic Science” dan setelah itu barulah ke “Filsafat Veda”. Karena ajaran Veda memang begitu luas dan tidak bisa dipahami hanya dengan 1-2 artikel dan comment…
Okay bro… pertanyaan anda saya tunggu di artikel tersebut ya..
Salam,-
@ atas:
bhagavad gita yah bro….hehe, perbincangan antara sri krisna dengan arjuna. klo itu sih jelas2 sdr ngarayana lebih menguasainya. saya tidak akan mengomentari sloka diatas, karena akan terjadi perdebatan seperti diawal.
masing2 sampradaya menganggap salah satu dewa tertinggi/tuhan, tapi bagi bagi saya tetap Shang Hyang Widhi.
penyimpangan pasti terjadi dimana2 diantara milyaran umat manusia, karena ini adalah permainan. walaupun dimulut kita menyebut menyembah dewa ini atau itu….cuma hati yg tau kebenarannya. seperti halnya analogi saya menyembah anda.
maaf….walaupun kitab suci katanya diwahyukan oleh tuhan, tetap saja ditulis oleh manusia. apalagi yg kita warisi sekarang ini, siapa yg berani menjamin keotentikannya?
saya mempercayai kitab suci sejati ada didalam ‘diri sejati’. untuk mengetahuinya harus mencapai kesadaran atman, mari kita capai itu dulu…..
maaf kalau anda belum puas, pengetahuan saya masih teramat sangat dangkal bahkan tanpa dasar sama sekali.
Yang jelas,Tuhan menurut Hindu itu,ekam sat vipraha bahuda wadanti,Beliau cuma satu,tpi para bijak mnybutnya dgn berbagai nama..udh jelas kan?!bg tyang ga masalah,baik nama Tuhan itu siva,visnu dll,yg jlz Tuhan,cuma dy, Hyang Acintya (Hyang Widhi/Brahman) yang Esa.Hindu itu universal,Hindu bukanlah agama yg brasal dri dogma2 ga etis kya agama tetangga yg scra ga tahu malu,mnybt driny scr sepihak agama samawi!!(maav yg ngrasa agama’tetangga’)
@ribas
jngan kutip ayat Bhagavad Gita setengah2 bro,tp bca dari awal Kitab ini,tp inget,bca dgn hati yg trbuka,maka anda akan mengerti mksd dri ayat yg anda kutip!!!!!
eh,apanya yg aneh bro,kami umat hindu bknny nymbh para deva dan leluhur,tapi menghormatinya,karena brkat beliau juga qt ada di dunia ini,ngerti ga??
Smw ini d kenal dgn knsep tri hita karana,atau tiga pnybab kharmonisan,1.prahyangan(hub.manusia dgn Tuhan dgn smw manifestasinya),2.pawongan(hub.mnsia dgn mansia),3,palemhan(hub.dgn alam lngkungan)..inilah knsep univrsal hinduism bro!!udh jelas!!
Yg jelas,Tuhan dlm agama hindu ga pernh men_cap umat lain dgn embel2 ‘kafir’ dan ‘mengharamkan’ ciptaannya tetapi ‘vasudhaiva khutumbakam’ smw mahkluk adalah saudara,jelas!!
Satyam Eva Jayate,Kebenaran Selalu Menang!!
saudara dhr
membaca koment anda rasa saya ingin tertawa…
soalnya penjelasan anda tidak terlalu jelas dan kurang masuk akal…
hehehe
maav soalnya orang di luar hindu…
tolong pertanyaan saya yang menjawab ngarayana
@Ribas
kurang jelas gmn bro,mw ktwa ya,sikahkan!siapa yg mlarang!!who care!!itu kan hak anda.
peace bro
@dhr hahahaha
tolong dijawab donk
pertanyaan saya yang dari atas
om swastyastu
halo master-master spiritual…. ikutan `nimbrug` donk. asik googling eh tiba2 nyampe disini :). niatnya mau belajar jg nie….
btw, klo saya ikutin cerita diskusinya `rada2` serem yah…ehe. ada yg pake petikan sloka, purana, veda, vaisnava, saiva, krishna,dll. wweew..sip. saya ingin tanya nie sama ngarayana :
1. saya lahir di lingkungan ajaran siva sidanta, dan menurut artikel2 yg anda tulis, di zaman kali yuga ini, kami pengikut ajaran siva adalah `pasandi` ato apalah istilahnya yg jelas yg saya tangkap kami adalah korban filsafat yg salah…(gt ya kurang lebih), nah `anggap` aja saya mulai sadar dan ingin kembali ke filsafat `benar` yg anda sampaikan, yg jd pertanyaan saya, coba jabarkan bentuk kesalahan dari kegiatan kami yg telah mengikuti ajaran filsafat `salah` ini ?
mungkin dari wejangan anda saya bisa menjadi lebih terinspirasi. trims
Om shanti shanti shanti Om
Om swastyastu
salam kenal
sudah lama saya mengikuti blog ini, tapi saya masih bingung dan mohon pencerahannya
saya sendiri adalah seorang hindu(siwa sidhanta), yang ingin saya tanyakan kepada bli Ngarayana adalah berikut :
pada paragraf diatas disebutkan
“Dengan mendapar berkah dariku(dewa siwa), orang-orang asura itu menjadi mabuk dengan kekuatan dan kebanggan. Mereka amat melekat pada objek-objek indriya, penuh nafsu dan kemarahan. Dalam keadaan seperti itu, tanpa sifat baik apapun, mereka akhirnya dikalahkan oleh para deva. Tanpa pengetahuan tentang jalan kehidupan yang benar, mereka yang menuruti ajaranku ini pasti masuk neraka.”
nah berarti kan penyembah siwa pasti masuk neraka, sedangkan pada artikel yang lain yaitu pada https://narayanasmrti.com/2010/01/danghyang-nirartha-dan-sejarah-wangsa-di-bali/ disebutkan bahwa Dang Hyang Nirartha adalah seorang pendeta Siwa dan mencapai Moksa di pura Ulu Watu, itu kan berarti penganut siwa kan juga bisa Moksa,,
jadi mana yang benar apakah penganut siwa pasti masuk neraka atau juga bisa moksa??
seandainya jika memang ajaran siwa itu salah, mengapa Dang Hyang Nirartha yang nota bena adalah seorang pendeta Siwa(yang pastinya penganut ajaran siwa) faktanya bisa Moksa??
Mohon pencerahannya, mohon maaf jika terdapat kesalahan, maklum baru belajar,,
Om Santi Santi Santi Om
@ gede & Kidz
Om Swastiastu dan salam kenal juga bli gede and bli Kidz..
Senang dapat berdiskusi dengan anda.
Penyembah Dewa Siva tidak semuanya bersifat Asurik dan/atau Pasandi. Mereka yang dikategorikan asurik adalah mereka yang menyembah dan mengikuti dewa Siva yang didasarkan atas ego dan kesenangan pribadi mereka sendiri sehingga mereka terjerat dalam filsafat palsu dan dipastikan jatuh ke susunan alam yang rendah.
Dewa Siva sendiri menurunkan ajaran Veda yang murni dalam garis perguruan Rudra Sampradaya yang juga dikenal dengan sebutan Vallaba Sampradaya sebagaimana disampaikan dalam Bhagavata Purana 4.24.18. Siva adalah salah satu dari 12 Mahajana yang mengetahui dan memahami Veda secara lengkap dan juga merupakan penyembah Tuhan yang paling agung, āVaisnavanam yatha sambhuh, diantara semua penyembah (bhakta) Visnu, Sambhu (Siva) adalah yang paling utamaā (Bhagavata Purana 12.13.6). Lebih lanjut dalam Adi-Purana dkatakan, āYe me bhakta janah partha na me bhaktas ca te janah, wahai Partha, orang yang berkata dirinya adalah bhakta Ku, sesungguhnya bukan bhaktaKu. Mad bhaktanam ca ye bhakta te me bhaktata mamatah, tetapi orang yang berkata bahwa dirinya adalah bhakta dari bhakta-Ku, dia lah bhaktaKu yang sebenarnyaā.
jadi pemuja Siva yang menempatkan dirinya sebagai Bhakta Siva dengan menyadari Siva sebagai Guru dan penyembah Tuhan yang paling agung dimana Sri Hari sebagai Tuhan YME adalah sangat utama dan Bhakta seperti itu adalah Bhakta yang sangat maju dalam spiritual dan pasti mencapai Moksa / Alam Rohani.
Sankarya Acharya sendiri, Avatara Dewa Siva yang dikenal sebagai guru utama paham Mayavadi mebuat sebuah Bhajan Govinda yang sajaknya sebagai berikut;
āBhaja govindam bhaja govindam bhaja govindam mudhamate sampprapte sanihite kale nahi nahi raksatu dukrn karane, sembahlah Govinda, sembahlah Govinda, sembahlah Govinda, wahai orang-orang intelektual tolol. Permainan kata-kata yang terucapkan karena pengetahuan tata bahasa luas, tidak akan menyelamatkan kalian ketika ajal tibaā
āBhaja govindam bhaja govindam bhaja govindam mudhamate nama smarana danya mupayam nahi pasyamo bhavatarane, sembahlah Govinda, sembahlah Govinda, sembahlah Govinda, wahai orang-orang intelektual tolol. Selain dari pada mengingat dan mengumandangkan nama-nama suci-Nya, tidak ada cara lain lagi untuk menyeberangi samudra kehidupan materialā
āTvayi mayi sarvatraiko visnur. Sri Visnu ada didalam hati saya dan di dalam hati anda, dan juga didalam segala sesuatuā
āBhagavad-gita kincidadhita gangajala lava kanika pita sakrdapi yena murari samarca kriyate tena yamena nacarcaā¦ā¦ā¦ā¦., biarlah seseorang hanya membaca Bhagavad-Gita saja. Biarlah dia hanya minum air sungai Ganga walaupun hanya setetes. Biarlah dia hanya memuja Krishna, sang Pembunuh asura Mura. Dengan cara itu, dia akan merasa damai selamanya. Dan segala ketakutannya kepada Yama, deva kematian, jadi sirnaā
āGeyam gita-nama sahasram dhyeyam sripati rupa majasram neyam sajjana sange cittam deyam dina janaya ca vittam, nyanyikanlah sloka-sloka Bhagavad-Gita setiap hari, kumandangkanlah nama-nama Sri Visnu yang berjumlah seribu. Dengan senantiasa mengingat Beliau di dalam hatimu, bersuka-citalah dalam pergaulan dengan oran-orang suci, dan dermakan kekayaanmu kepada mereka yang miskinā
Mengenai ajaran Hindu yang berkembang di Bali, pada dasarnya tidak murni Siva Sidhanta. Kata Siva Sidhanta mengacu kepada pengertian “Kelompok orang yang memuja dan menempatkan dewa Siva pada tempat yang utama” (Drs. Gde Sara Sastra, M.Si, 2008;192). Namun pada kenyataannya saat ini, prosesi upacara dan ritual pemujaan yang kita lakukan di Bali tidak menempatkan Siva sebagai yang tertinggi. Melainkan kebanyakan mantra-mantra pujaan yang dikutip dari lontar-lontar lebih mengarahkan kesetaraan antara Siva, Visnu, Brahma dan dewa-dewa lainnya.. Dan mungkin karena itulah muncul istilah lain dalam penyebutan Tuhan yang dianggap di atas dewa-dewa tersebut, yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.
Di dunia, dikenal ada 3 jenis aliran Siva Sidhanta, yaitu Siva Sidhanta yang berkembang di Kasmir, India Utara, di tamil di India selatan dan di Indonesia. Namun masing-masing dari ketiga masab ini memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri. Ajaran Siva Sidhanta di Indonesia sendiri merupakan penggabungan berbagai masab dan mendasarkan ajarannya pada lontar-lontar lokal, yaitu antara lain dari;
1. Bhuwana Kosa
2. Wrhaspati Tattwa
3. Ganapati Tattwa
4. Sanghyang Mahajnana
5. Tattwajnana
6. Jnanasiddhanta
Lebih fokus pada agama yang berkembang di Bali, mengacu kepada penemuan beberapa benda arkeologi, peneliti sejarah seperti Dr. W.F. Stutterheim menyatakan bahwa ajaran Hindu yang berkembang di Bali adalah merupakan sinkritisme dari beberapa sekte dan bahkan agamaā¦ yaitu antara ajaran Sivaisme, Vaisnava, Tantrayana, Saktha, Buddha Mahayana, Bhuwana Kosa, Wrespati tattwa, Ganapati, Mahajnana dan lain sebagainya. Dan yang berjasa menyatukan aliran-aliran ini adalah Mpu Kuturan dalam Samuhan Tiga. Sehingga setelah itu sebagaimana disampaikan dalam banyak lontar, seperti pada lontar Iti Siva Lingga, Lontar Purwa Bhumi tuwa, Lontar Bhumi Kemulan menyebutkan akan adanya sang trini, yaitu 3 jenis orang suci yang memiliki kewenangan masing-masing dalam memuput suatu upacara, yaitu Ida brahmana Siwa, Ida Bhujangga Waisnawa dan Ida Pedanda Bodha (keturunan Buddha Mahayana).
Dalam berbagi macam lontar acuan inipun sebenarnya nama agama kita adalah Agama Tirtha, contohnya dalam lontar Iti Siwa Lingga 1 yang terjemahannya sebagai berikut;
“ā¦.demikianlah yang dimaksud Siwa Lingga, namanya, kelanjutan dari yang didepan, dan sampai sekarang, tidak boleh dilaksanakan itu, oleh karena itu penjelmaan dari sabda, bayu, idep, dan tutur yang nyata. Siwa Lingga itu hendaknya dihormati oleh orang-orang yang ada di bali yang beragama Tirtha, sudah sepatutnya menghormati keturunan Buddha mahayana, Siwa Pasupati, Ida Waisnawa, beliau semua berkedudukan sebagai Siwa trini, dan memiliki kewenangan dalam hal ngaskara, dewa, ngentas pitra, termasuk juga mrayascita bumi.”
Mudah-mudahan suatu saat kita bisa diskusikan prihal Agama yang berkembang di Bali jika kita kaitkan dengan lontar-lontar dan penemuan arkeologi yang ada dalam sebuah topik baru.
Jika pandangan saya keliru, mohon teman-teman meluruskannya..
Suksma,-
sangat mencerahkan, terima kasih bli Ngarayana, saya jadi makin tertarik mengikuti blog ini,,
om Swastyastu
@ngarayana
terima kasih telah memberikan informasi yg memperkaya wawasan saya dibidang ini. dari petikan informasi diatas,karena keterbatasan saya, yang dapat saya tangkap dari petikan :
“Penyembah Dewa Siva tidak semuanya bersifat Asurik dan/atau Pasandi. Mereka yang dikategorikan asurik adalah mereka yang menyembah dan mengikuti dewa Siva yang didasarkan atas ego dan kesenangan pribadi mereka sendiri sehingga mereka terjerat dalam filsafat palsu dan dipastikan jatuh ke susunan alam yang rendah.”
*saya setuju bgt sama `statement` itu, berarti pengikut ajaran siva sidanta tidak 100% salah, tergantung individu yg menginterpretasikan ajaran tersebut. seperti yg selama ini yg saya ketahui (kurang lebih, ehehe maklum newbie), dalam ajaran ini memang benar adanya istilah `mayavada` atau filsafat sesat, namun hal tersebut memang `sengaja` ada, dikaitkan dgn konsep `rwa bineda`. seperti halnya ada Durga/Parvati, Siva Mahaguru/Siva Mahakala, yg sebenarnya sama. dan menurut saya itu merupakan konsep yg lengkap dr sebuah ajaran, yg didalamnya menyampaikan hal yg bersifat + dan -, seperti konsep `dewa ya bhuta ya` yg membuat kita lebih `mawas` diri. di ilustrasikan seperti halnya bapak kita yg sedang bersimbah peluh dan lumpur membajak sawah (bhuta) dibandingkan dgn bapak kita yg setelah mandi(bersih) memakai pakaian yg bagus (dewa), penampilan dan rupa mereka berbeda, tetapi dia satu. dan menurut saya
kalau kita hanya tau keadaan ayah pas sedang bersih saja, kita salah bahwa beliau jg memiliki keadaan saat berkotor-kotor (ga lengkap pengetahuan kita), dan jika kita bandingkan ayah kita yg sedang bersih dengan petani lain, jelas kita bilang ayah kita paling bersih (tergantung individu lg yg menilai…).
Nah bagaimana menurut anda?
maaf saya ini sedang proses belajar(awam amat sangat, ehehe), jd kalau ada yg harus diluruskan dari `statement` saya, mohon pencerahannya.
trim š
Om Santih Santih Santih Om
@ngarayana
oh ya, ada pertanyaan yg ketinggalan buat bli ngarayana, saya pernah baca (lupa judul bukunya, karna awalnya cuman sekedar aja, ehehe) penelitian dari Prof.Dr.IB Mantra, yg salah satunya menyebutkan ditemukannya arca siwa nataraja di lembah sungai shindu pada tanah lapisan ke tujuh, dan diperkirakan arca tersebut ada sebelum veda turun. nah bagaimana menurut anda ? dan agama hindu itu sendiri merupakan agama yg lahir di lembah sungai shindu, dan pengikutnya adalah bangsa dravida yg pemuja Siva. Selanjutnya bangsa arya tidak memuja Siva sebagai dewa utama , namun menamai kepercayaan mereka dengan nama yang sama: Agama Hindu, dan baru mulailah zaman diwahyukannya veda dan keturunannya.
Menurut anda, ini sekedar HOAX ato gmn ya (lumayan membingungkan)? mohon pencerahannya.
Kidz
Om Swastiastu
Saya juga new bee bli… dalam diskusi ini jangan pandang dari sudut guru menggurui, tapi mari kita coba untuk sharing dan sama-sama belajar.
Iya, memang benar, di dunia material ini antara baik dan buruk, suka duka, susah senang, dharma dan adharma atau yang biasa kita sebut ruabhineda akan selalu dan tetap ada.. Karena itu kearifan kita dengan dibantu oleh tuntunan Guru, Sastara dan Sadhu sangat kita perlukan.
Mengenai penemuan arca Siva Nataraja dan terkait dengan hipotesa-hipotesa sejarah yang banyak beredar saat ini perlu kita cermati dan pertanyakan lagi. Bukan pada masalah penemuan arca Siva nataraja-nya, tetapi pada alur sejarahnya. Sebagaimana sudah sering saya katakan, kebanyakan alur sejarah Hindu dibuat atas hipotesa orang-orang non-Hindu dimana mereka memiliki motif tersembunyi di balik semua itu. Nama Arya, yang menelurkan teori penyerangan Bangsa Indo-Arya dari Jerman atas dravida di India dan dikatakan bahwa Indo-Arya-lah yang membawa Rg.Veda ke India sangat menyesatkan. Teori ini dicetuskan oleh kaum Indologis Jerman, Max Muller.
Max Muller sendiri sudah mengakui kekeliruan dan rekayasa yang di sengaja ini dalam surat-suratnya kepada istrinya di Oxford tanggal 9 Desember 1867, Max Muller menulis sbb : āā¦.Aku merasa yakin, sekalipun aku tidak akan hidup untuk melihatnya, bahwa edisi saya dan terjemahan dari Veda ini akan pada akhirnya menceritakan secara luas tentang nasib India, dan atas pertumbuhan dari jutaan dari jiwa-jiwa di negeri ini. Ini adalah akar dari agama mereka, dan untuk menunjukkan kepada mereka apa akar itu, aku merasa yakin, bahwa satu-satunya cara untuk mencabut semua yang muncul dari padanya sejak 3000 tahun terakhir.ā
Dalam suratnya kepada Dean (Dekan) ST Paulās (Dr Milman), Stanton House, Bournemouth (Inggris) 26 Feb 1867, Max Muller menulis : āAku memiliki keyakinan yang kuat akan pertumbuhan agama Kristen di India. Tidak ada negeri yang sematang India untuk agama Kristen, namun kesulitannya juga tampak sangat besar.ā
Dalam suratnya kepada Duke of Argyll, Oxford, 16 Desember 1868 Max Muller menulis : āAgama kuno India telah dikutuk untuk hancur, dan bila agama Kristen tidak melangkah masuk, kesalahan siapa ini?ā
Dalam āPhysical Religionā ia menulis : āAda bagian-bagian tertentu dari Bible yang , saya percaya kebanyakan orang Kristen tidak akan sedih untuk mengabaikannya. Tapi ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kisah-kisah absurd dan menjijikan yang terdapat dalam buku-suku Sanskrit yang disebut suci. Dalam hal ini sungguh benar bahwa tidak ada bandingannya kitab suci kita Perjanjian Baru, dengan Kitab-kitab suci dari Timur. ā
Karena itu teori akan adanya bangsa Arya sudah mulai tergoyahkan… Berkenaan dengan ini, sempat ada sejenis seminar 2 hari pada tanggal 21-22 Februari di Los Angles, US untuk memecahkan masalah ini. Berita tentang ini bisa di baca di link ini.
Kalau kita mengacu kepada kitab Jyotisastra, maka Veda sudah diturunkan kepada Dewa Brahma 155,52 triliun tahun yang lalu… dan memang dibenarkan bahwa Veda baru di kodifikasi sekitar 6000-an tahun yang lalu oleh Maha Rsi Vyasa, namun demikian apakah artinya sebelum Veda dikodifikasi beluam ada ajaran Hindu? Tidak kan?
Mengenai sejarah kapan ajaran Veda pecah menjadi 2 masab besar, Sivaism dan Visnuism memang susah di tebak… saat ini saya pribadi masih meyakini bahwa Sivaism pecah dari garis pergurunan Ludra Sampradaya sehingga melahirkan sampradaya yang masih memegang teguh Siva sebagai guru dan yang satunya menganggap Siva sebagai Tuhan. (mungkin kisah akan hal ini bisa kita analogikan pada kejadian yang menimpa Yesus, dimana beberapa aliran tetap mengatakan bahwa Yesus adalah nabi/guru dan beberapa masab lain mengatakan Yesus sebagai Tuhan).
Jika ada pandangan dari temen-temen yang lain, silahkan…
Mohon bimbingannya juga
Salam,-
Wah, perjalanannya sudah panjang.
[ketut
Posted February 4, 2010 at 2:38 PM
@ siwaisme dan waisnawaisme :
heheheā¦..kalau gini hanya yg bersangkutan yg bisa jawab.
mari kita tanyakan kepada dewa siwa dan wisnuā¦.gak usah bertengkarā¦..:D]
Entah sudah pernah di kutip atau belum, coba cek: http://www.kaskus.us/blog.php?b=20571
Blog saya sendiri, sekalian juga kutipan itu menjawab, “mengapa kaum brahmana identik dengan kemiskinan?”
Kalau ternyata kutipan itu pernah ada di sini, saya mohon maaf, baru-baru gabung soalnya…
PAMHO…
Saya langsung paste ke sini aja, sekali lagi maaf kalau sudah pernah dikutip di sini.
SIAPAKAH YANG TERTINGGI
(DIKUTIP DARI KITAB PADMA PURANA)
Pada suatu ketika, sekelompok para rsi melakukan suatu korban suci veda di tepi sungai Sarasvati. Timbullah perbedaan diantara mereka mengenai siapa yang tertinggi diantara tiga kepribadian yang mulia yaitu : Dewa Brahma, Sri Visnu dan Dewa Siva. Mereka ingin sekali mengetahui jawaban dari pertanyaan ini sehingga mereka mengirim putra dewa Brahma yaitu Rsi Brghu untuk menyelesaikan masalah ini. Pertama-tama Rsi Brghu pergi ke Brahmaloka, tempat tinggal ayahnya. Brghu mengetes sejauh mana Brahma berada dalam sifat kebaikan, sehingga begitu dia tiba dihadapan ayahnya dia tidak bersujud atau memuji Brahma dengan doa-doa pujian. Dewa Brahma menjadi sangat marah karena dipengaruhi oleh sifat rajas atau sifat nafsu. Walaupun rasa marah melonjak dihatinya, Brahma dapat menahan dengan kecerdasannya, karena dia masih ingat bahwa Brghu adalah putranya sendiri.
Lalu Brghu pergi ke Kailasa. Disana dewa Siva berdiri dan dengan bahagia bergegas mau memeluk saudaranya. Menurut peradaban veda, anak yang baik hendaknya menghormati ayahnya, adik menghormati kakaknya dan kakak kasih sayang kepada adiknya. Akan tetapi Brghu menolak dipeluk oleh dewa Siva dan dia berkata, “jangan sentuh saya, kau begitu kotor. Kau pakai ular dilehermu dan kau mengolesi badanmu dengan abu kuburan, jauhi saya”.
Dewa Siva marah sekali, matanya merah menyala. Dia mengangkat trisulanya dan mau membunuh Brghu namun dewi Parvati datang dan bersujud di kaki suaminya dan menyampaikan kata-kata yang lembut untuk menenangkannya. Brghu pun akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dan pergi ke Vaikuntha, tempat bersemayamnya Narayana. Dikatakan bahwa adalah suatu kesalahan dapat dilakukan baik dengan badan, pikiran dan kata-kata. Kesalahan Brghu yang pertama kepada Dewa Brahma adalah kesalahan dengan pikiran. Kesalahannya yang kedua kepada Dewa Siva yaitu kesalahan dengan kata-kata, karena sifat kebodohan menonjol pada dewa Siva maka ketika Brghu menghinanya dia menjadi marah dengan mata yang merah.
Pada waktu itu di Vaikuntha Sri Visnu sedang berbaring dengan kepalaNya di pangkuan permaisuriNya, Dewi Sri. Tiba-tiba Brghu datang langsung menendang dada Sri Visnu. Segera Sri Visnu turun dari tempat pembaringannya dan sujud dilantai kepada Brghu dan bersabda, “Selamat datang Brahmana, silahkan duduk dan beristirahatlah sejenak, maafkan saya karena tidak menyadari kedatangan anda.” Pada waktu itu, Brghu bukan seorang Vaisnava murni, kalau tidak dia tidak akan bertindak kasar seperti itu. Sri Visnu melanjutkan, “Sucikanlah Aku dengan air cucian kaki padma anda. O Rsi yang mulia, apakah kaki anda sakit karena telah menyentuh dadaku yang keras? ijinkanlah Aku memijitnya”.
Brghu merasa puas dan bahagia mendengar sabda Penguasa Vaikuntha. Dia tergugah kebahagiaan rohani, air mata menghias matanya sehingga dia tak sanggup untuk menyampaikan sembah sujud kepada Sri Visnu. Tak lama kemudian Brghu mohon pamit dan kembali ke tempat korban suci dan menceritakan semua pengalamannya kepada para Rsi yang berkumpul disana. Mereka semua merasa heran dan kagum dan yakin bahwa Sri Visnu adalah kepribadian yang tertinggi.
Akan tetapi sebagai akibat dari tindakan Brghu yang telah menendang dada Sri Visnu, Dewi Laksmi tidak dapat mentoleransinya. Beliau berkata, “Aku tidak bisa mentoleransi penghinaan terhadap suamiku. Oleh karena itu, O Brghu, aku mengutukmu, bahwa sejak hari ini semua brahmin seperti dirimu akan menjadi miskin”. Karena kutukan ini maka pada umumnya para Brahmana itu menjadi miskin. Namun Brghu menerima kutukan ini sebagai karunia karena ia telah insyaf bahwa tujuan hidup adalah untuk memuaskan Sri Visnu. Dia mengetahui bahwa cinta kepada uang sering menjadi akar kehancuran.
suadra ngrayana?
tolong berikan jawaban yang baik donk?
jawaban anda kalu menrut saya sangat sangat tidak jelas!
terutama pertanyaan saya
pertanyaan berikut tentang artikel susunan pemerintahan asura itu apa?
āSedangkan Manvantara-avatara adalah inkarnasi Tuhan dan merupakan svamsa, perbanyakan pribadi-Nya sendiri.ā
Svamsa itu apa?
āPara Raja perkasa dari Bumi seperti Pururava, Nahusa, san sebagainya di masa silam pernah ditunjuk sebagai Indra ketika Purandara terjebak dalam kesulitan besar karena kesalahannya membunuh brahmana Visvarupa dan berbuat kesalahan kepada Guru kerohaniannya Bhrhaspati.ā
pertanyaan berikutnya
brahma dan brahmana sama?
@dribas
wele…..anda mengartikan apa yang anda baca secara “harafiah sekali”
yaaa bisa di maklumi karna anda tidak mengerti veda…
ha ha ha
@para sesepuhh mohon sabar dalam memberi pengertian…tingkat kecerdasan umat berbeda….
@ gue ndiri…..puja Gayatri daahhh,,
ha ha ha
@Pemuja Gayatri
nah karena nga ngerti itulah saya minta tolong untuk dijelaskan?
hahahahah antusias me anda besar sekali sodara ribazzz….
ane nyimak dahhh petuah dare sesepuh aja….
wkwkwkwwkwkkwwkwk
ya iyalah saya antusias soalnya penjelasan soal agama hindu masih sangat kuranng
@ ribas
he..he.. yang sabar ya saudara ribas…
Kalau begitu mulai dari pengenalan istilah dulu… coz istilah yang digunakan sudah bahasa sansekerta semua.. ;D
Saya coba jawab ya bro..
svamsa = perbanyakan pribadi.. kayak yang disebut shadow clon sama ngarayana itu lho…
Brahma = dewa = mahluk hidup pertama yang berfungsi sebagai second creation…
Brahmana = orang suci yang memiliki karakter dan tugas kewajiban dalam bidang agama jadi beda jauh bro..
Ada istilah lain lagi yang bisa saya bantu š
Baca Sastra Shiva sma dlu..
Maaf, bli Ngarayana lagi sibuk, belum sempat online.
Hare Krsna. Om Swastyastu.
Om Swastiastu
Dear all and specially for Bro ribas
Maaf pertanyaanya tidak sempat saya tanggapi, sudah saya baca kok.. cuman sudah dijelaskan oleh saudara made…
dan saya yakin temen-temen Hindu di web ini juga memiliki kualifikasi yang jauh lebih hebat dari saya, jadi tidak harus saya yang menjawab kan…
Salam kompak,-
Om swastyastu
salam kenal
@ribas
saya saran kan anda mmbaca artikel ini scara brurutan,sperti yg d katakn mas ngara…
Karena jk hnya brpatokn 1,2 artikel akan sulit d mngerti(gx nyambung)…
Trimaksih
Om santhix3 Om
SIAPA YANG MENGATAKANKAN HINDU ? ORANG LUARLAH YANG MENGATAKAN KITA PENGANUT VEDA ADALAH AGAMA HINDU ! YANG SEBENARNYA BUKANLAH AGAMA SEPERTI EMBEL2 AGAMA2LAINNYA. TAPI ADALAH AJARAN DALAM PENCARIAN TUHAN, DI VEDA SENDIRI TIDAK ADA SAMA SEKALI TERCANTUM KATA2 HINDU TIDAK SEPERTI AGAMA2 LAINNYA !!!! JADI KITA PENGANUT VEDA ADALAH SANATTHANA DHARMA [ JALAN KEBAJIKAN ] JADI STOP BILANG AGAMA HINDU SAY….SANATHANA DHARMA……………….SANATHANA DHARMA