Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, atau Afrika-Eurasia. Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut Mediterania dan Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia, Jazirah Arab dan Semenanjung Sinai. Wilayah tersebut mencakup beberapa kelompok suku dan budaya termasuk suku Iran, suku Arab, suku Yunani, suku Yahudi, suku Berber, suku Assyria, suku Kurdi dan suku Turki.
Yang unik dari daerah timur tengah yang kaya akan minyak bumi ini adalah adanya konflik berdarah yang tiada berkesudahan sejak jaman dahulu kala. Peperangan demi peperangan terus terjadi dan masih berlangsung sampai saat ini antara suku bangsa dan antara agama-agama serumpun yang berkiblat pada moyang yang sama, yaitu nabi Abraham/Ibrahim.
Dalam kitab suci Yahudi, yaitu Taurat atau sering juga disebut Torah terdapat ayat yang menjelaskan adanya perjanjian antara Tuhan dengan tiga patriark Yahudi mengenai suatu daerah suci yang dijanjikan untuk kaum Yahudi. Tanah suci yang dijanjikan Tuhan tersebut selanjutnya dikenal sebagai Eretz Yisrael (tanah Israel), Zion, atau Judea. Setelah itu diperkirakan pada abad ke-11 SM sudah berdiri beberapa kerajaan bangsa Yahudi di tanah suci yang dijanjikan tersebut. Hanya saja setelah kegagalan dalam perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132 Masehi, kerajaan-kerajaan Yahudi ini mengalami kehancuran. Sampai abad ke-7 terjadi peperangan dan penguasaan silih berganti atas wilayah tersebut. Secara berurutan wilayah tersebut sempat dikuasai oleh pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Sassania dan Bizantium. Pada masa pemerintahan Bizantium, Kaisar Heraklius memerintahkan pembantaian besar-besaran atas orang-orang Yahudi sehingga menyebabkan mobilitas pengungsian besar-besaran orang Yahudi meninggalkan tanah kelahirannya. Pada tahun 636 Masehi pemerintahan Bizantium berhasil ditaklukkan oleh para tentara muslim. Mereka berhasil menguasai daerah itu selama hampir sekitar 6 abad dibawah kontrol Umayyah dan Abbasiyah sebelum akhirnya jatuh lagi ke tangan Tentara Salib di bawah Kesulatanan Mameluk pada tahun 1260. Pada tahun 1516, Tanah Israel ini kembali jatuh dan menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah yang memerintah wilayah tersebut sampai awal abad ke-20.
Orang-orang keturunan Yahudi yang telah berdiaspora di berbagai belahan dunia masih menyimpan cita-cita yang kuat untuk dapat kembali ke tanah yang dijanjikan sebagaimana yang tertulisan dalam kitab suci agama mereka. Uniknya, harapan dan kerinduan untuk kembali ke tanah Zion yang dijanjikan itu juga tertulis dalam Alkitab, kitab suci Kristiani. Akibat adanya penindasan orang-orang Yahudi oleh katolik pada abad ke-12 mendorong perpindahan orang-orang Yahudi Eropa kembali ke tanah suci yang dijanjikan. Sehingga secara bertahap jumlah mereka di tanah leluhurnya tersebut semakin meningkat. Sampai pada abad ke-16, komunitas-komunitas besar Yahudi kebanyakan berpusat pada Empat Kota Suci Yahudi, yaitu Yerusalem, Hebron, Tiberias, dan Safed. Pada pertengahan kedua abad ke-18, keseluruhan komunitas Hasidut yang berasal dari Eropa Timur telah berpindah ke Tanah Suci. Periode imigrasi besar-besaran mulai terjadi lagi pada 1881 yakni pada saat orang-orang Yahudi melarikan diri dari pogrom di Eropa Timur dan dikenal dengan sebutan Aliyah pertama.
Theodor Herzl adalah orang Yahudi pertama yang mendirikan gerakan Zionisme yang mendorong terbentuknya Negara Yahudi dari sisi politik. Pada tahun 1896, Herzl menerbitkan buku Der Judenstaat (Negara Yahudi). Ia memaparkan visinya tentang negara masa depan Yahudi. Dan pada tahun berikutnya ia kemudian mengetuai Kongres Zionis Dunia pertama.
Kesuksesan gerakan politik Zionisme ini mendorong terjadinya migrasi besar-besaran selanjutnya ke wilayah tanah penjanjian yang saat itu sudah diduduki oleh pemerintahan Arab-Palestina. Dan berkat politik balas budi pemerintahan Britania Raya/Inggris terhadap jasa Dr. Chaim Weizmann, kimiawan Yahudi yang bekerja untuk Inggris yang berhasil mensintesiskan aseton melalui fermentasi yang sangat penting dalam teknologi persenjataan membuat Inggris melalui mentri luar negerinya, Arthur James Balfour mengeluarkan pernyataan yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour, yaitu deklarasi yang mendukung pendirian negara Yahudi di tanah Palestina. Legiun Yahudi, sekelompok batalion yang terdiri dari sukarelawan-sukarelawan Zionis, kemudian membantu Britania menaklukkan Palestina. Oposisi Arab terhadap rencana ini berujung pada Kerusuhan Palestina 1920 dan pembentukan organisasi Yahudi yang dikenal sebagai Haganah (dalam Bahasa Ibrani yang artinya “Pertahanan”). Setelah itu dan didorong oleh adanya gerakan Nazi mendorong terjadinya kembali imigrasi besar-besaran Yahudi ke daerah Palestina tersebut sehingga otomatis populasi Yahudi yang awalnya hanya 11% meningkat menjadi 33%.
Melalui Resolusi Majelis Umum PBB nomor 18 pada 29 November 1947 menetapkan daerah Palestina dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagian untuk orang-orang Yahudi dan sebagian lagi menjadi bagian dari Negara Arab. Sedangkan kota Yerusalem yang merupakan kota suci yang diyakini oleh ketiga agama serumpun dijadikan daerah Internasional. Komunitas Yahudi menerima rencana tersebut, tetapi Liga Arab dan Komite Tinggi Arab menolaknya atas alasan kaum Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30% dari seluruh penduduk di daerah itu. Pada tanggal 1 Desember 1947, Komite Tinggi Arab mendeklarasikan pemogokan selama 3 hari, dan kelompok-kelompok Arab mulai menyerang target-target Yahudi. Perang saudara dimulai ketika kaum Yahudi yang mula-mulanya bersifat defensif perlahan-lahan menjadi ofensif. Ekonomi warga Arab-Palestina runtuh dan sekitar 250.000 warga Arab-Palestina diusir ataupun melarikan diri.
Pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum akhir Mandat Britania, Agensi Yahudi memproklamasikan kemerdekaan dan menamakan negara yang didirikan tersebut sebagai “Israel”. Sehari kemudian, gabungan lima negara Arab – Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak –menyerang Israel, menimbulkan Perang Arab-Israel 1948. Maroko, Sudan, Yemen dan Arab Saudi juga membantu mengirimkan pasukan. Setelah satu tahun pertempuran, genjatan senjata dideklarasikan dan batas wilayah sementara yang dikenal sebagai Garis Hijau ditentukan. Yordania kemudian menganeksasi wilayah yang dikenal sebagai Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sedangkan Mesir mengontrol Jalur Gaza. Selama konflik ini, diperkirakan sekitar 711.000 orang Arab Palestina (80% populasi Arab) mengungsi keluar Palestina.
Pada masa-masa awal kemerdekannya, gerakan Zionisme buruh yang dipimpin oleh Perdana Menteri David Ben-Gurion mendominasi politik Israel. Tahun-tahun ini ditandai dengan imigrasi masal para korban yang selamat dari Holocaust dan orang-orang Yahudi yang diusir dari tanah Arab menyebabkan populasi Israel meningkat dari 800.000 menjadi 2.000.000 dalam jangka waktu sepuluh tahun antara 1948 sampai dengan 1958.
Mulai sekitar tahun 1950-an, Israel terus menerus diserang oleh militan Palestina yang kebanyakan berasal dari Jalur Gaza yang diduduki oleh Mesir. Meski berbagai macam perjanjian dan mediasi damai sudah dilakukan, namun peperangan ini masih tetap berlanjut sampai saat ini dan telah merenggut ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak. Terdapat motif-motif politis, kekuasaan dan keagamaan yang saling bercampur aduk dalam konflik ini yang menyebabkannya bagaikan benang kusut yang sangat susah diurai.
Kitab taurat mengklaim orang-orang Yahudi berhak atas tanah yang dijanjikan tersebut. Mereka juga mengklaim bahwa mereka adalah “anak emas” Tuhan di bumi ini. Umat Kristiani menganggap bahwa hanya melalui Yesus satu-satunya jalan keselamatan dan Yesus datang untuk menggenapi Taurat sehingga otomatis orang Kristiani mengklaim dirinya lebih benar dari orang Yahudi. Demikian juga Al-Qur’an menyatakan bahwa Islam adalah penyempurna agama-agama sebelumnya. Islam menyempurnakan agama Yahudi dan juga Kristen sehingga mereka mengklaim Islam adalah agama yang paling di ridhoi Allah. Dengan sikap egoisme beragama ini dan didorong oleh perebutan daerah yang sama-sama mereka klaim sebagai daerah suci mereka memperkeruh suasana yang juga tidak lepas dari kepentingan politik dan kekuasaan di Timur Tengah.
Kebanyakan penganut Islam, Kristen maupun Yahudi meyakini bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah adalah konflik yang tidak akan pernah ada habisnya sampai akhir jaman nanti. Mereka yakin jika sampai terjadi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai, maka itu artinya dunia ini sudah mendekati hari kiamat. Sebuah keyakinan unik dan menyedihkan, tetapi sudah sangat mendarah daging.
Konflik yang tidak berujung di daerah Timur Tengah ini ternyata memiliki korelasi yang erat dengan apa yang disampaikan dalam kitab suci Itihasa dalam Veda, yaitu dalam kitab Mahabharata. Pada bagian Sauptika Parva yang merupakan kitab ke-10 dari 18 bagian Mahabharata (Asta Dasa Parva) menceritakan tiga kesatria dari pihak Korawa yang melakukan serangan membabi buta pada malam harinya saat para tentara pihak Pandawa tertidur pulas. Mereka adalah Aswatama, Kripacharya dan Kritawarma. Mereka membantai kelima orang putra pandawa (pancawala, anak pancali/drupadi dengan pandawa), membunuh seluruh pasukan Panchala, Drestadyumna dan juga Srikandi di dalam kemahnya. Padahal pada saat itu peperangan dapat dikatakan sudah usai karena putra mahkota korawa, Duryodana telah tewas di tangan Bhima. Namun setelah kejadian itu Aswatama menyadari perbuatannya yang sangat jauh menyimpang dari Dharma dan memaksanya pergi ke tengah hutan dan mencoba berlindung di pertapaan Rsi Vyasa.
Drupadi yang sangat sedih dengan kejadian tersebut duduk bersimpuh di depan kelima putra-putranya tersebut dan berjanji tidak akan pergi sampai mayat Aswatama dibawa dibawa ke hadapannya. Sri Krishna yang maha mengetahui menjelaskan kepada Drupadi bahwa Aswatama telah mendapatkan anugrah berupa kehidupan yang kekal sampai akhir jaman dan tidak mungkin dibunuh sebelum waktunya tiba. Sehingga satu-satunya yang dapat dilakukan hanyalah menghukum Aswatama, bukan membunuhnya.
Pandawa yang marah dengan perbuatan bejat Aswatama tersebut dengan ditemani oleh Sri Krishna berusaha mengejarnya. Di depan pertapaan Rsi Vyasa, Arjuna terlibat pertarungan dengan Aswatama. Aswatama mengeluarkan senjata Brahmastra yang memiliki kesaktian luar biasa dan dengan daya ledak sangat tinggi yang mungkin saat ini hanya bisa ditandingi oleh senjata nuklir. Melihat kejadian tersebut Arjuna juga mengeluarkan senjata yang sama. Rsi Vyasa mengetahui kehebatan dari senjata tersebut, dia takut jika kedua senjata tersebut beradu akan mengakibatkan malapetaka hebat di atas bumi ini. Karena itulah ia menyuruh kedua kesatria tersebut menarik kembali senjata Brahmastranya masing-masing. Arjuna mampu menarik kembali senjata tersebut, tetapi Aswatama tidak memiliki kemampu menariknya dan memaksa Rsi Vyasa memerintahkan Aswatama yang haus darah untuk mengarahkan senjatanya tersebut ke dirinya sendiri. Dengan rasa dendam, Aswatama mengatakan bahwa meskipun dia tidak mampu membunuh para Pandawa, tetapi setidaknya dia akan memusnahkan keturunan para Pandawa. Dan setelah itu dia mengarahkan senjata Brahmastra tersebut menuju rahim Dewi Utari/Utara, menantu Arjuna dari anaknya Abimayu yang sedang mengandung satu-satunya keturunan terakhir Pandawa.
Senjata itu berhasil membakar janin Utari. Sri Krishna yang mengetahui kelakuan bejat Aswatama tersebut langsung berteriak pada Aswatama. Sri Krishna mengingatkan bahwa Aswatama yang bertabiat buruk dan berperilaku ceroboh tidak akan berhasil memutus keturunan Pandawa. Sri Krishna yang merupakan Tuhan Yang Maha Esa sendiri akan menghidupkan janin yang telah terbakar oleh senjata Brahmastra tersebut. Aswatama dikutuk untuk tetap mengembara dan merana dalam kepedihan, tanpa rasa cinta, kekerasan yang tiada habisnya sebagai akibat dari kejahatannya sampai akhir Kali Yuga ke daerah Barat dimana di daerah tersebut terdapat banyak kuda. Sri Krishna juga memerintahkan permata berharga yang bersinar terang di kening Aswatama yang membuatnya tidak memiliki rasa takut terhadap segala jenis senjata, penyakit, para dewa, asura dan juga manusia dilepaskan dan digantikan dengan sebuah luka yang akan membuat Aswatama menjadi sangat menderita. Dengan kesadaran sendiri akhirnya Aswatama mencongkel permata berharga tersebut, menyerahkannya seraya memohon kepada Sri Krishna agar mencabut kutukan tersebut. Sri Krishna kembali menjelaskan bahwa hal tersebut bukanlah kutukan, tetapi akibat dari penyalahgunaan kesaktian, perbuatan jahat, bejat dan kecerobohan dari Aswatama sendiri. Aswatamapun akhirnya harus mengembara ke Barat, yaitu ke daerah Timur Tengah guna menjalani hukumannya.
Beberapa kalangan seperti contohnya yang disampaikan dalam jejaring sosial Facebook oleh Dharma Sasanka, memperkirakan bahwa Aswatama yang merupakan seorang Kesatria Brahmana yang kehilangan kebrahmanaannya akibat kutukan tersebut mendapat panggilan baru sebagai seorang yang bukan Brahmana. Dalam bahasa Sansekerta kata bukan atau tidak disebut sebagai “A” sehingga otomatis panggilannya menjadi “Abrahmana”. Apakah kata “Abrahmana” ini akhirnya mengalami perubahan ejaan menjadi “Abraham” yang merupakan asal muasal ketiga agama rumpun Semitik? Apakah itu artinya ada kaitan yang sangat erat antara kutukan Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna dengan kekerasan, kepedihan dan penderitaan berkepanjangan yang terjadi di daerah Timur Tangah? Bukankah sebagian penganut agama Abrahamik juga meyakini bahwa kekerasan yang berlangsung di sana hanya akan berakhir pada akhir jaman?
Sumber acuan:
- www.wikipedia.org
- www.ladangtuhan.com
- www.wikimu.com
aku pernah membaca beberapa cerita versi tentang Aswatama, menurut salah satu cerita yang saya baca, aswatama mengembara,aswatama berjanji akan mengakiri hidupnya jika dia sudah bisa menghilangkan rasa benci dan marah dalam dirinya. beberapa cerita tentang great man di pegunungan himalaya dihubungkan dengan aswatama.
tentang asal mula nama Abraham… sepertinya ada pernah menyinggung di artikel-artikel sebelumnya…dan agaknya jauh berbeda dengan pendapat anda satunya di artikel ini. thanks, n mohon dipertegas pendapat anda yang mana sebetulnya
@ dwi
Yup… pernah saya singgung dan memang benar mengenai kaitan Hindu dengan agama timur tengah memiliki banyak versi dan terus terang saya tidak tahu mana versi yang benar, karena semuanya kelihatan masuk akal. Sehingga disini saya hanya menyajikan hipotesi-hipotesis semata tanpa berani mengatakan ini salah dan itu benar.
Jadi saya harapkan teman-temen sudi memberi masukan dan sanggahan untuk mengembangkan hipotesa ini dan tentunya dengan alasan-alasan yang lebih kuat.
tambahan, anda membahas beberapa pendapat tentang awal kata abraham dalam artikel ” awal semua agama adalah weda’.
@ngarayana
Ironis dgn tulisan anda sebelumnya bahwa Aswatama akan mendapat kehidupan yg KEKAL HINGGA AKHIR JAMAN, dan itu dikatakan sendiri oleh Sri Krisna (yg katanya adalah penjelamaan dari Tuhan sendiri)
Jika kemudian Aswatama dikaitkan dgn Abraham / Ibrahim, maka itu akan menjadikan Tuhan anda TIDAK KONSISTEN dalam sabdanya.
sebagaimana telah diketahui dgn teramat jelas oleh semua orang, Abraham TELAH MENINGGAL DUNIA jauh sebelum terbentuknya agama Yahudi, Kristen dan Islam yg anda katakan selalu berselisih satu sama lain.
dalam kaidah bahasa yg saya pahami, KEKAL HINGGA AKHIR JAMAN itu tidak sama dengan TELAH MENINGGAL DUNIA, apalagi meninggalnya pada saat jaman belum berakhir.
entah kaidah bahasa seperti apa yg anda anut, sehingga mampu membuat teori yg seperti itu ?
Padahal jika anda mau baca al kitab Perjanjian lama maupun Quran, Abraham (nama Aslinya dalam perjanjian lama adalah Abram) punya orang tua, setidaknya ayah kandung, yg dikatakan penyembah berhala / patung-patung dewa (hampir-hampir serupa dengan kepercayaan Hindu)
Abraham terusir dari kampung halamannya dan bermusuhan dengan seluruh orang kampungnya karena dia memporak porandakan kepercayaan mereka dgn menghancurkan seluruh patung2 yg mereka sembah dengan menyisakan sebuah patung yg paling besar, dan dikatakan pada orang2 itu bahwa patung yg paling besarlah yg menghancurkan patung2 kecil itu, bukan dirinya.
Itu sangat aneh, bagaimana seorang veteran parang Mahabarata yg memperoleh hidup kekal bisa dilahirkan seorang ibu dan mempunyai ayah kandung dijaman ribuan tahun setelah perang itu berakhir ?
Apakah hidup kekal dalam kitab anda itu berarti bisa hidup, mati, reinkarnasi dan mati lagi ?
jika Abraham yg dimaksud ini adalah Aswatama putra guru Dorna, tentulah Abraham ini juga para pemuja dewa2 seperti umumnya orang Hindu, dan tidak mungkin akan menghancurkan seluruh patung2 untuk membawa kaumnya menyembah HANYA pada satu Tuhan yg tidak kelihatan, yg jelas sangat tidak masuk akal bagi teologi Hindu.
Apakah Aswatama tidak takut dgn Sri Krisna yg pernah ditemuinya secara langsung ?
dan ingin membuat Sri Krisna itu semakin marah dengan perbuatan2 yg dilakukannya ?
menurut saya, anda terlalau tendensius dalam mengkait-kaitkan sesuatu berdasarkan nama2 yg terdengar semata-mata.
kalau orang jawa bilang “gothak gathuk mathuk”
yg ujung2nya berusaha merendahkan agama2 orang lain, dan menonjolkan agama sendiri sebagai yg paling benar.
BTW, jika kitab Veda anda percayai sebagai kitab terlengkap yg pernah ada, dan berisi segala peristiwa di jagad raya ini, apakah tidak disebutkan didalamnya bagaimana kesudahan nasib Aswatama yg telah dikutuk hidup kekal itu ?
Bukankah sebaiknya anda mencari akhir kisah itu disana saja, daripada anda mengeluarkan teori fitnah yg tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya seperti diatas ?
Salam
@ ardhani
mbak ardani, kalo saya mengamati dari artikel teman saya ini bukan kesimpulan, dia hanya mengutip dari beberapa artikel yang ada dan bukan karangan semata. mungkn mbak juga harus memperhatikan dengan baik. dari artikel lain dituangkan diweb ini untuk kita bahas bersama. tolong diamati dulu ya…
mengenai kitab Weda yang lengkap. menurut pendapat saya sebagai orang hindu dengan apa yang saya pahanmi bahwa tidak akan menceritakan semua orang yang ada di dunia ini. secara garis besar bahwa kebenaran akan selalu menang dari pada kejahatan. seperti aswatama yang diceritakan bersifat jahat kalah akan kebenaran.
ternyata anda sedikit tersinggung juga ( maaf) mendengar kita lain lebih lengkap dari kitab anda. padahal sebaliknya ada kitab yang mengaku paling sempurna tetapi kesempurnaanya dimana ya ?
salam
Bro Ardani
Kan sudah disampaikan di atas bahwa ini hanya hipotesis.. apakah Abraham itu adalah Aswatama atau Brahma atau siapa, kita juga tidak tahu karena memang tidak ada bukti empiris yang menguatkan itu semua. Semuanya hanya HIPOTESA. Sama dengan artikel bro Ngarayana ini, ini hanya hipotesa dan perlu diskusi panjang lebih lanjut dan dengan dibuktikan secara empiris.
Masalah hidup kekal, jika anda adalah penekun tenaga dalam reiki tumo, maka anda akan mengenal maha guru babaji nagarat. Beliau sudah berumur 2000 tahun dan hidup di gunung himalaya hanya dengan badan astral-nya sehingga tidak tampak oleh manusia biasa seperti kita. Kemana badan kasarnya yang tampak ini? ya sudha hancur lah bro, udah mati. Tapi yang hidup adalah badan astralnya.
Bro Ardhani, jangan lupa kalau dalam teologi Hindu sangat luas. Ada yang sembahyang dengan media arca (yang anda sebut patung), ada yang dengan perantara cahaya, ada yang sembahyang tanpa perantara apapun karena menginsyafi Tuhan sebagai tidak berwujud. Lalu apakah Aswatama adalah penganut paham yang berwujud atau tidak berwujud? I don’t know.
Coba perhatikan paragraf yang terakhir;
“Beberapa kalangan memperkirakan bahwa Aswatama yang merupakan seorang Kesatria Brahmana yang kehilangan kebrahmanaannya akibat kutukan tersebut mendapat panggilan baru sebagai seorang yang bukan Brahmana. Dalam bahasa Sansekerta kata bukan atau tidak disebut sebagai “A” sehingga otomatis panggilannya menjadi “Abrahmana”. Apakah kata “Abrahmana” ini akhirnya mengalami perubahan ejaan menjadi “Abraham” yang merupakan asal muasal ketiga agama rumpun Semitik?”
Apakah ini namanya klaim??? Saya rasa Ngarayana hanya ingin mengatakan bahwa ada yang menganggap aswatama itu ada kaitannya dengan Abraham. Kayaknya ini saya baca di FB-nya Damar Sashangka. Ya ga bro Ngarayana?
Tanpa paragraf terakhir ini saja saya rasa kaitan antara perang di timur tengah yang tidak ada akhirnya sudah bisa membenarkan kutukan yang diterima oleh aswatama oleh Sri Krishna dimana Aswatama masih hidup di daerah tersebut sampai sekarang tetapi dengan badan astralnya sebagaimana kehidupan guru reiki babaji nagarat.
Sebagaimana disampaikan saudara Srid, Veda adalah kitab yang paling lengkap. Apakah menjelaskan segala hal sedetil-detilnya??? Anda jangan salah mengerti. Veda memang paling lengkap dibandingkan kitab suci anda. Tapi bukan berarti menjelaskan semuanya karena jika semua hal di dunia ini ditulis maka andaikan air laut ini dijadikan tinta dan semua pohon dijadikan kertas, tidak akan habis menuliskan semua hal tentang alam material dan spiritual. Karena tujuan Veda hanya satu, mengerti dan tidak lupa pada Tuhan. Baca deh Bhagavad Gita 15.15.
Bro Ardhani
Dalam Bhagavad Gita dengan jelas dikatakan: “Orang yang menyembah para dewa akan dilahirkan ke alam para dewa………………. namun mereka yang memuja-KU akan hidup di tempat tinggal-Ku yang kekal”.
Jadi berdasarkan sloka itu orang Hindu harus memuja Tuhan yang esa. Apakah dewa perlu kita indahkan? Sama seperti kita mau menghadap presiden, kita harus minta ijin dah bersikap hormat juga pada ajudan, pesuruh, para mentri dan lain-lain kan? Kan ga lucu kalau anda menghormati presiden tetapi sampai di depan istana negara anda tidak peduli dengan Polisi militernya, tidak peduli dengan sekretarisnya dan asal nyelonong saja masuk ke dalam ruangan pak presiden. Sama halnya dengan memuja Tuhan. Kita memuja Tuhan yang satu, tetapi kita tetap menghormati ciptaannya, menghormati para dewa dan sebagainya. Bayangkan jika anda punya anak kecil dimana anak itu memiliki mainan boneka. Anda mengatakan sayang pada anak anda tetapi tidak peduli dan malah menghancurkan bonekanya sehingga membuat anak anda menangis terus. Apakah tindakan anda itu bisa dikatakan benar? Jika anda orang waras, maka anda juga akan memperlakukan mainan anak anda dengan baik kan?
Islam tidak mengenal dewa-dewi, tetapi anda mengenal malaikat. Apa fungsi malaikat bagi anda? saya rasa jawaban anda akan sama dengan konsep Hindu.. he..he..he..
Mengenai nama-nama suci Allah, sepertinya anda harus membaca lebih banyak lagi deh. Coba anda perhatikan artikel “mencari nama Allah yang ke seratus” di sini: http://maktabah-difda.blogspot.com/2007/11/mencari-nama-allah-yang-keseratus.html
Apakah kebaikan Allah hanya 99 saja? bukankah Allah maha mutlak? hayooo
Bro.. emang dalam Qur’an ada kata sorga ya???
Yang ada itu hanya Jannah. Jangan asal klaim dunk.
@Srid :
Srid Say :
mbak ardani, kalo saya mengamati dari artikel teman saya ini bukan kesimpulan, dia hanya mengutip dari beberapa artikel yang ada dan bukan karangan semata. mungkn mbak juga harus memperhatikan dengan baik. dari artikel lain dituangkan diweb ini untuk kita bahas bersama. tolong diamati dulu ya…
********
Komen Ardhani :
Saudara, kalau begitu saya bisa mematahkan dengan mudah apa yg tertulis dalam artikel2 itu. Lihat kembali apa yg saya tulis tentang Abraham dan bapaknya.
Setahu saya Aswatama bapaknya adalah resi Drona yg telah gugur dalam perang mahabarata, maka sejak kapan Aswatama yg dikekalkan hidupnya oleh Krisna bisa mendapat bapak kandung baru ?
Apakah kata “hidup kekal” itu tidak membawa makna apa2 ?
========
Srid say :
mengenai kitab Weda yang lengkap. menurut pendapat saya sebagai orang hindu dengan apa yang saya pahanmi bahwa tidak akan menceritakan semua orang yang ada di dunia ini. secara garis besar bahwa kebenaran akan selalu menang dari pada kejahatan. seperti aswatama yang diceritakan bersifat jahat kalah akan kebenaran.
ternyata anda sedikit tersinggung juga ( maaf) mendengar kita lain lebih lengkap dari kitab anda. padahal sebaliknya ada kitab yang mengaku paling sempurna tetapi kesempurnaanya dimana ya ?
salam
*******
Komen Ardhani :
Maaf saudara Srid, tidak ada korelasi antara kelengkapan & kesempurnaan dengan banyak sedikitnya jumlah halaman2 pada kitab suci
Kesempurnaan itu terletak pada seberapa besar pengaruh isi suatu kitab untuk menjadi PEDOMAN HIDUP pembacanya dalam mengikuti perkembangan jaman yg semakin maju.
Saya Tanya kepada anda,
Apakah anda punya akses menyeluruh untuk membaca, mengetahui dan mengerti seluruh bagian2 veda yg jumlahnya luar biasa banyaknya itu ?
Apakah seluruh orang Hindu punya akses untuk mempelajari Veda dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari2 mereka ?
Saya rasa tidak.
Kalau begitu buat apa Tuhan menurunkan sebegitu banyak bait2 dalam veda kalau tidak untuk diketahui dengan mudah oleh umatNya ?
Darimana anda mengetahui kesempurnaan veda jika anda tidak punya akses untuk membaca seluruhnya ?
jadi kelengkapan tidak menjamin kesempurnaan pembacanya, apalagi jika kelengkapan itu malah makin mempersulit calon pembaca untuk mendapatkannya secara utuh
Beruntunglah kitab kami tidak selengkap veda (yg begitu lengkapnya hingga sangat sulit diakses manusia seluruhnya), tipis2 saja dibanding ketebalan Veda, hanya berisi pokok2 ajaran penting untuk menuntun kehidupan pembacanya, tidak berisi catatan2 sejarah yg tidak terlalu dibutuhkan seperti Veda, Perjanjian lama, dan Injil.
Bisa dibaca sewaktu2 dari awal hingga akhirnya oleh segala tingkatan manusia, dan segala umur.
Segala intisari dari kitab agama2 (termasuk veda) yg berhubungan dgn apa yg dituntut Tuhan untuk dilakukan manusia dalam relasinya dengan Tuhan dan sesama, tersari dalam Al Quran.
Kita tidak perlu kemana2 membawa puluhan text book setebal2 bantal, jika ada buku kecil yg berisi himpunan rumus2 yg diperlukan untuk menyelesaikan soal2 ujian.
Itulah letak kesempurnaannya.
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat , tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
(QS 5:48)
Mohon maaf, saya tidak tersinggung kok
Salam
@Made :
=====
Made say :
Bro Ardani
Kan sudah disampaikan di atas bahwa ini hanya hipotesis.. apakah Abraham itu adalah Aswatama atau Brahma atau siapa, kita juga tidak tahu karena memang tidak ada bukti empiris yang menguatkan itu semua. Semuanya hanya HIPOTESA. Sama dengan artikel bro Ngarayana ini, ini hanya hipotesa dan perlu diskusi panjang lebih lanjut dan dengan dibuktikan secara empiris.
***
Komen Ardhani :
Ok. Sekedar Hipotesa saja, saya sudah membuktikan dengan mudah hipotesa tersebut tidak benar.
Kalau begitu saya juga punya hipotesa sendiri,
Orang Hindu percaya Veda sudah diturunkan Tuhan milyaran tahun yg lalu, sedang agama2 semitik jika ditelusuri dari sejarahnya mungkin baru berumur ribuan tahun yg lalu.
Jika dihubung2kan dengan keberadaan Adam, yg dipertanyakan juga oleh Sdr Ngarayana ditempat ini, apakah Adam adalah manusia pertama ?
Ini hipotesa saya,
Mungkin Adam bukan manusia pertama di muka bumi ini. Sebelum Adam telah ada manusia2 lain yg telah menerima veda dari Tuhan pencipta Alam, manusia2 itu banyak yg telah menyimpangkan Dharma mereka, saling berperang, menumpahkan darah sesama mereka, dan membuat kerusakan di muka bumi (ingat perang2 dahsyat ala Ramayana dan Mahabarata yg melibatkan persenjataan pemusnah masal di jaman mereka).
Karena itu Tuhan punya rencana untuk menciptakan tatanan baru bagi planet bumi, Dia akan menciptakan manusia2 yg mampu menjadi pemelihara (khalifah) bumi dengan lebih baik dibanding orang2 sebelumnya.
Dia berfirman pada para malaikat (mungkin setara dgn Dewa2 dalam Hindu) :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS 2:30)
Malaikat tahu dengan pasti bagaimana ulah para manusia (Vedic) yg sedang terjadi di muka bumi saat Tuhan memberi tahu RencanaNya untuk menciptakan “manusia baru” sebagai Khalifah di bumi. Mereka protes, tapi protes mereka diredam Tuhan dengan kata2 bijak : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Singkat cerita, Adam tersandung kasus dengan Iblis, namun Tuhan memberi pengampunan kepadanya dengan pesan yg berlaku buat seluruh keturunannya :
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak mereka bersedih hati”.
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
(QS 2:39)
Di bumi keturunan Adam beriteraksi dengan manusia2 Vedic, sehingga terlahirlah mereka dalam berbagai ras manusai yg seperti sekarang ini.
Jadi keturunan Adam tidak melakukan incest dgn saudara2 kandung mereka sendiri, karena jika itu dilakukan, keturunan Adam akan punah dalam beberapa generasi kedapan, itu fakta ilmu pengetahuan.
Lagipula Agama Islam mengaramkan kawin incest.
Kemudian sejarah dari “manusia pengemban paradigma baru” dimulailah dengan starting point dari Ibrahim / Abraham dan keluarganya.
Seperti kata Al kitab perjanjian lama di kitab Kejadian, Abraham akan menjadi bapak bangsa2, dari benihnya lah semua bangsa akan diberkati Tuhan.
Dari Anaknya Ismail, lahir Islam
Dari anaknya Ishaq, lahir Yahudi dan Kristen
Dunia hampir dirubah total oleh Tuhan pencipta segala alam, dari pemujaan dewa2 yg memperantarai manusia dgn Tuhan, diganti bertahap dengan hubungan para makhluk dengan penciptanya secara langsung dan pribadi tanpa memerlukan perantaraan dari dewa-dewi yg semakin tidak bisa diterima dengan semakin berkembangnya cara berfikir manusia. Kepercayaan dan agama kuno dari semula terpecah belah kepada kultus ribuan dewa2 dikerucutkan kepada pemujaan satu Tuhan yg Esa saja, dimana konsep keesaan itu bisa diterima oleh otak manusia siapa saja sepanjang masih bisa berfikir waras.
Begitu kira2 Hipotesa saya,
Jadi tidak benar tuduhan bahwa agama2 Semitik membelokkan / merekayasa kepercayaan Vedic yg telah dulu ada, namun justru keberadaan agama2 Semitik menjadi selaras dengan sejarah kepercayaan vedic dan tonggak bagi rencana penyelarasan agama2 manusia oleh Tuhan yg telah mengatur segalanya.
.
=========
Made Say :
Masalah hidup kekal, jika anda adalah penekun tenaga dalam reiki tumo, maka anda akan mengenal maha guru babaji nagarat. Beliau sudah berumur 2000 tahun dan hidup di gunung himalaya hanya dengan badan astral-nya sehingga tidak tampak oleh manusia biasa seperti kita. Kemana badan kasarnya yang tampak ini? ya sudha hancur lah bro, udah mati. Tapi yang hidup adalah badan astralnya.
*****
Komen Ardhani :
Di keprcayaan kami ada Nabi Khaidir yg hidup jauh lebih lama dari 2000 tahun, beliau adalah Nabi yg pernah menjadi guru spiritual Nabi Musa. Dan dipercaya masih hidup secara misterius hingga datangnya kimat nanti, dan dikabarkan sering menuntun orang2 yg menjalankan kehidupan spiritual.
Banyak cerita para sufi yg mendapat pengajaran dari Nabi Khaidir ini.
Tapi saya tidak terlalu percaya yg seperti itu,
Hidup secara astral tanpa wujud fisik itu seperti hidupnya bangsa jin.
Mereka juga mampu hidup ribuan tahun.
========
Made say “
Bro Ardhani, jangan lupa kalau dalam teologi Hindu sangat luas. Ada yang sembahyang dengan media arca (yang anda sebut patung), ada yang dengan perantara cahaya, ada yang sembahyang tanpa perantara apapun karena menginsyafi Tuhan sebagai tidak berwujud. Lalu apakah Aswatama adalah penganut paham yang berwujud atau tidak berwujud? I don’t know.
Coba perhatikan paragraf yang terakhir;
“Beberapa kalangan memperkirakan bahwa Aswatama yang merupakan seorang Kesatria Brahmana yang kehilangan kebrahmanaannya akibat kutukan tersebut mendapat panggilan baru sebagai seorang yang bukan Brahmana. Dalam bahasa Sansekerta kata bukan atau tidak disebut sebagai “A” sehingga otomatis panggilannya menjadi “Abrahmana”. Apakah kata “Abrahmana” ini akhirnya mengalami perubahan ejaan menjadi “Abraham” yang merupakan asal muasal ketiga agama rumpun Semitik?”
Apakah ini namanya klaim??? Saya rasa Ngarayana hanya ingin mengatakan bahwa ada yang menganggap aswatama itu ada kaitannya dengan Abraham. Kayaknya ini saya baca di FB-nya Damar Sashangka. Ya ga bro Ngarayana?
Tanpa paragraf terakhir ini saja saya rasa kaitan antara perang di timur tengah yang tidak ada akhirnya sudah bisa membenarkan kutukan yang diterima oleh aswatama oleh Sri Krishna dimana Aswatama masih hidup di daerah tersebut sampai sekarang tetapi dengan badan astralnya sebagaimana kehidupan guru reiki babaji nagarat.
Sebagaimana disampaikan saudara Srid, Veda adalah kitab yang paling lengkap. Apakah menjelaskan segala hal sedetil-detilnya??? Anda jangan salah mengerti. Veda memang paling lengkap dibandingkan kitab suci anda. Tapi bukan berarti menjelaskan semuanya karena jika semua hal di dunia ini ditulis maka andaikan air laut ini dijadikan tinta dan semua pohon dijadikan kertas, tidak akan habis menuliskan semua hal tentang alam material dan spiritual. Karena tujuan Veda hanya satu, mengerti dan tidak lupa pada Tuhan. Baca deh Bhagavad Gita 15.15.
*****
Komen Ardhani :
Saya tidak menyalahkan orang2 berhipotesis dengan sesuka hati mereka sendiri, selama mereka tidak mencoba memaksakan hoptesa meraka itu sebagai kebenaran.
Untuk itulah saya ada disini, mengkritisi hipotesa2 tidak benar, terutama bila hipotesa itu digunakan untuk menyinggung kepercayaan2 orang lain.
Peace deh
Salam
Thanks comment-nya teman-teman..
Memang benar paragraf yang terakhir terinspirasi dari apa yang disampaikan oleh Damar Sashanka di FB dan harus saya akui dasar itu sangat-sangat lemah. Tidak ada pembenaran apapun atas paragraf yang terakhir ini.
Nah sekarang saya minta teman-teman mengkritisi kemungkinan kebenaran kutukan Sri Krishna dan kaitanya dengan konflik timur tengah dengan mengabaikan paragraf yang terakhir. Apakah ada benang merah yang kuat?
Salam peace to all..
Saya tertawa dengan komen komen mereka 🤣padahal intinya itu ego di masing masing yahudi, Kristen dan islam yg akan selalu bermusuhan sampai akhir zaman, eh nyambung nya malah teologi, kofar kafir, neraka surga 🤣.
@ardhani
Apakah anda punya akses menyeluruh untuk membaca, mengetahui dan mengerti seluruh bagian2 veda yg jumlahnya luar biasa banyaknya itu ?
Apakah seluruh orang Hindu punya akses untuk mempelajari Veda dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari2 mereka
komen srid
terima kasih kalo anda tidak tersinggung…
saya senang diskusi dengan anda, seumur hiduppun saya tidak mampu mepelajari semua kitab suci veda. tetapi insti sari didalam Veda telah diturunkan keperibadian Tuhan dalam wujud Sri Krisna mungkin sama tebalnya dalam kitab suci anda. apa yang ada dalam kehidupan ini ada didalam Begawad Gita yang merupakan bagian dari kitab suci Veda tentunya lengkapnya yang lebih detail ada didalam Veda. hal ini tergantung dari kemampuan sepiritual seseorang. buktinya banyak yang hapal kitab suci veda hal itu telah disampaikan dalam artikel ini oleh sdr ngarayana.
kompasnya mempelajari kesempurnaan kitab suci adalah prilaku umatnya. banyak umat lain yang memplesetkan ajaran Hindu mungkin sekali lagi mungkin salah stunya adalah umat muslim dan hal itu telah dibahas dalam artikel ini. sehingga ada web ini untuk menepis /memperjelas ajaran Hindu kepada umat lain. kita lihat kenyataan di alam ini banyaknya keributan yang tejadi timur tengah sepanjang tahun “berpesta dengan peluru” apakah kitab sucinya yang kurang sempurna atau umatnya yang tidak dapat menerima ajaranya? mohon diprjelas ya mbak biar saya gak salah persepsi, thk.
kami pemeluk Hindu merasa perihatin atas kejadian yang memimpa sdr. umat lain berperang dan apa seh yang diperebutkan ?
semoga dunia ini kembali damai….atas lindungan Narayana.
salam damai
Saya ikutan dikit neh,….. 😀
Maaf mbak @ardhani saya mo tanya tentang ini,
Lihat yang saya underline dan bold, trus itu maksud dari perkataan malaikat adalah apa???
kenapa malaikat protes kepada Tuhan???
apa sebelumnya malaikat ini ‘penghuni’ bumi ato apa sehingga merasa bagaimana gitu ketika Tuhan akan menjadikan seorang khalifah di bumi???
dan juga di ayat ini disebutkan “seorang khalifah”, apa ini berarti hanya satu orang ato bagaimana???
Salam,
@hindu&all Mleccha di muka bumi ini
sederhana sj, inilah yg dsebut KARMAPHALA. Dl sktr abad 8 rkyat India dbantai oleh pnyrbuan bgs muslim, sktr 80 jt yg dbantai, anak2 dbantai, brahmana2 dkuliti hdup2, kuil2 dporak porandakan. Skrg trjd prang Palestina-Israel, dblog ttgga sy bc pndudk Palestina yg dh twas dlepskan anjing utk memaknnya. 2 kjadian ini emang sadis, Tetapi Tuhan tdk sgra mghntikan tragedi ini, mgkn Tuhan pnya alasan2 yg tdk kta mgrti
Kitabnya yang tipis dikarang oleh seorang yang haus sex, haus darah, gila hormat, perampok dan phedopil, kenapa harus dibangga-banggakan kemana-mana. Kitab tipis itu ternyata tidak lebih dari sebuah kitab manual tentang bagaimana caranya menggorok leher orang yang tidak seiman, mengawini tawanan perang, memperbanyak istri, memperbudak dan merenggut hak-hak azasi kaum perempuan, memandang wanita sebagi objek syahwat dan manual untuk bunuh diri demi mendapatkan 7 bidadari dan kenikmatan syahwat di surga.
Banggakah anda menjadi penganut ajaran gila ini dan banggakah anda membaca buku tipis yang anda tidak tahu artinya itu? Jawabanya, terserah anda, karena anda yang akan menuai akibatnya.
@ srid
Srid says :
terima kasih kalo anda tidak tersinggung…
saya senang diskusi dengan anda, seumur hiduppun saya tidak mampu mepelajari semua kitab suci veda. tetapi insti sari didalam Veda telah diturunkan keperibadian Tuhan dalam wujud Sri Krisna mungkin sama tebalnya dalam kitab suci anda. apa yang ada dalam kehidupan ini ada didalam Begawad Gita yang merupakan bagian dari kitab suci Veda tentunya lengkapnya yang lebih detail ada didalam Veda. hal ini tergantung dari kemampuan sepiritual seseorang. buktinya banyak yang hapal kitab suci veda hal itu telah disampaikan dalam artikel ini oleh sdr ngarayana.
kompasnya mempelajari kesempurnaan kitab suci adalah prilaku umatnya. banyak umat lain yang memplesetkan ajaran Hindu mungkin sekali lagi mungkin salah stunya adalah umat muslim dan hal itu telah dibahas dalam artikel ini. sehingga ada web ini untuk menepis /memperjelas ajaran Hindu kepada umat lain. kita lihat kenyataan di alam ini banyaknya keributan yang tejadi timur tengah sepanjang tahun “berpesta dengan peluru” apakah kitab sucinya yang kurang sempurna atau umatnya yang tidak dapat menerima ajaranya? mohon diprjelas ya mbak biar saya gak salah persepsi, thk.
kami pemeluk Hindu merasa perihatin atas kejadian yang memimpa sdr. umat lain berperang dan apa seh yang diperebutkan ?
semoga dunia ini kembali damai….atas lindungan Narayana.
salam damai
Komen Ardhani :
Maaf saudara, saya tidak setuju dgn pernyataan anda ini : “kompasnya mempelajari kesempurnaan kitab suci adalah prilaku umatnya”
Kesempurnaan suatu kitab suci tidak bisa dipukul rata berhubungan dengan prilaku umatnya.
Perilaku orang per orang itu hanya sebatas pemahaman dia pribadi atas penafsiran kitab suci. Sedang penafsiran dan pemahamannya orang per orang itu bukanlah kebenaran mutlak, karena penafsiran dan pemahaman pribadi mereka bisa salah atau benar.
Menilai suatu agama tidak bisa hanya melihat prilaku pemeluknya.
Sebab prilaku setiap orang itu bukan hanya dipengaruhi oleh ajaran agamanya saja, tapi ada keterlibatan pengaruh2 lain diluar agamanya, yg bisa jadi bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.
Seberapa besar dominasi pengaruh yg unggul pada diri seseorang itulah yg tercermin dalam prilaku mereka.
Dan itu berlaku untuk agama apapun.
Jadi saya harap anda jangan menghakimi suatu agama apapun dari melihat prilaku pemeluknya.
Kebenaran suatu agama adalah dilihat dari ajarannya
Apakah ajarannya bisa diterima oleh logika dan masih relevan dengan perkembangan jaman, maka disitulah letak kesempurnaan dari suatu ajaran agama.
Saran saya, jika mendiskusikan tentang kebenaran dan kesempurnaan agama, mari kita diskusi tentang ajaran2nya dan penerapannya dalam problematika kehidupan yg kita hadapi di jaman kita ini. Relevan atau tidak relevan lagi.
Jangan sekali2 saling menyerang agama orang lain dengan menunjuk prilaku2 penganut2nya. Itu tidak fair dan tidak pada tempatnya. Yg ujung2nya hanya akan menciptakan suasana permusuhan dan saling olok mengolok saja.
***
Mengenai konflik Palestina,
Saya harap anda tidak memandang konflik yg terjadi itu adalah konflik agama.
Kasus palestina itu murni konflik Politik,
Seperti perang Pandawa melawan bala Kurawa, orang tertindas dan terusir dari tanah airnya melawan para penindas yg merampas tanah air mereka.
Itu sama seperti nenek moyang kita dulu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda.
Bangsa Palestina yg terzhalimi melawan kaum penindas yg benar2 zhalim, yaitu Zionist Israel.
Anda juga harus bisa membedakan antara orang Yahudi dengan kaum Zionist, meskipun sama2 beragama Yahudi, tapi mereka berbeda jauh bagai bumi dan langit.
Orang Yahudi yg jujur menetang gerakan zionisme, apalagi cara kekejian yg dilakukan oleh Zionist
Yahudi yg jujur menolak ide pembentukan negara Israel raya, karena mereka menyadari kenyataan dari kitab mereka sendiri bahwa Tuhan mereka telah membatalkan hak mereka untuk memiliki tanah perjanjian yg dulu dijanjikan kepada mereka, disebabkan karena keingkaran nenek moyang mereka terdahulu terhadap Tuhan.
Mereka menyadari bahwa sekarang ini Tuhan menghendaki mereka untuk hidup dengan patuh dan benar di negara manapun mereka menumpang bernaung, sebagaimana dituntunkan dalam kitab taurat mereka.
Tidak ragu2 mereka menyuarakan dimanapun mereka berada, bahwa Zionisme tidak membawa2 nama Tuhan, tetapi itu tidak lebih dari gerakan iblis saja
Konflik Palestina bukan perang agama antara Yahudi dan Islam, meskipun yg berjuang memakai nama2 organisasi HAMAS dan FATAH
Untuk anda ketahui HAMAS yg dicitrakan sebagai kumpulan pejuang muslim palestina, sebenarnya juga terdiri dari banyak orang2 Kristen palestina sebagai anggota didalamnya, karena palestina bukan hanya terdiri dari orang2 Islam tetapi ada komunitas Kristen juga disana.
Mereka berjuang bersama2 bukan untuk membela agama masing2, tapi demi kemerdekaan tanah air mereka.
Hidup secara merdeka itu adalah hak segala bangsa, maka saya sangat sedih ketika anda berkata, mereka yg di Timur Tengah (tentunya termasuk bangsa palestina) sepanjang tahun “berpesta dengan peluru”
Saudara, mereka (rakyat Palestina) tidak sedang bersenang-senang mengumbar nafsu membunuh mereka dengan menghambur-hamburkan peluru .
Cobalah anda bayangkan diri anda yg sedang ada disana, apakah anda masih akan berkata : “mari kita berpesta dengan peluru !” ???
Mungkin anda akan berkata, mestinya bangsa Palestina bisa mencontoh apa yg dipraktekkan Gandhi dengan ahimsanya untuk menghadapi Zionist Israel.
Saya katakan pada anda,
Andai Mahatma Gandhi masih hidup sekarang dan berada di Palestina untuk mengajar rakyat sana melawan Zionist Israel dengan jalan tanpa kekerasan, ahimsa,
Bisa jadi beliau tidak akan berumur panjang, dirudal rumahnya oleh tentara Zionist..
Zionist bukan seperti Inggris yg menjajah India dulu,
Kalau anda ingin tahu apa itu doktrin Zionist , saya sarankan anda searching di google dengan keyword : “protocol Zionist” atau “The Protocols of the Elders of Zion
Bacalah, saya ingin tahu komentar anda tentang Undang2 Dasar para Zionist itu.
Ari bcak Says :
Saya ikutan dikit neh,…..
Maaf mbak @ardhani saya mo tanya tentang ini,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS 2:30)
Lihat yang saya underline dan bold, trus itu maksud dari perkataan malaikat adalah apa???
kenapa malaikat protes kepada Tuhan???
apa sebelumnya malaikat ini ‘penghuni’ bumi ato apa sehingga merasa bagaimana gitu ketika Tuhan akan menjadikan seorang khalifah di bumi???
dan juga di ayat ini disebutkan “seorang khalifah”, apa ini berarti hanya satu orang ato bagaimana???
Salam,
****
Komen Ardhani :
Dalam bahasa Arab kata “Kami / Nahnu” bisa bermakna jamak, dan bisa juga bentuk single tapi dimaksudkan sebagai pluralis majestatis (menunjukan sikap menghargai lawan bicara).
Padanannya dalam bahasa Indonesia, presiden RI bisa menyebut dirinya sebagai “kami” padahal semua orang tahu bahwa presiden RI hanya satu saja.
Atau ketika kita menulis surat lamaran kerja : “Hormat kami” itu lebih menghargai pembacanya daripada ditulis “Hormat saya’ , padahal yg menulis surat lamaran itu hanya satu bukan lebih dari satu.
Kata nahnu / kami jika dikaitkan dengan Allah bisa juga menunjukkan adanya keterlibatan / keikut sertaan pihak lain selain Allah dalam prosesnya.
Misal : “rezeki yang telah Kami berikan kepadamu”
Rezeki itu yg memberikan kepada manusia adalah Allah, tetapi dalam prosesnya banyak yg terlibat dalam jalannya rezeki itu, semisal dari usaha / kerja keras orang itu sendiri, dari juragannya, dari pembelinya, dari orang lain yg memberinya, dll.
**
Malaikat protes kepada Allah, karena melihat manusia2 vedic yg senantiasa menumpahkan darah dan berbuat kerusakan dimuka bumi sebelum Adam diciptakan Allah.
Mereka mengira Adam akan diciptakan sama saja seperti manusia2 vedic tidak mengerti aturan yg telah ada di bumi itu,.
Itu menurut hipotesa saya lho.
**
Malaikat itu bukan penghuni bumi, mereka mempunyai alam sendiri, yaitu alam malakut, sedangkan manusia tinggal di alam Nasut.
Beda dimensi. Alam Malakut itu diatas alam Nasut. Diatas alam Malakut ada ala Lahut.
Itu kata orang2 sih
Dimensi diatas bisa melihat apa yg terjadi didimensi dibawahnya.
Sama seperti bangsa jin bisa melihat alam kita, tapi kita tidak bisa melihat alam mereka.
Begitu juga yg terjadi pada malaikat
**
“seorang kahlifah” ?
Membaca Al Quran itu lebih jelas maknanya ketika dibaca didalam bahasa Aslinya, yaitu bhs Arab.
Kalau dari terjemahan, kadang2 bisa menimbulkan penafsiran yg salah.
QS 2:30 yg diterjemahkan = “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Dalam teks arabnya adalah : inni ja’il fi al ardhi khalifah
Arti tekstualnya : “sesungguhnya aku akan mengangkat di bumi pengganti / penerus / pewaris”
Kata “khalifah” berakar dari kata “khulafa” yang pada mulanya berarti “di belakang”.
Dari sini, kata khalifah seringkali diartikan sebagai “pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya).
dalam ayat2 lain kata khalifah itu menunjukkan suatu hubungan dengan kekuasaan
Jadi makna khalifah dalam ayat diatas tidak bisa diartikan bahwa hanya akan ada satu orang khalifah, tetapi khalifah disini adalah semacam tugas kekahlifahan (pengelolaan bumi) oleh turunan satu jenis “manusia baru” yg dinamai Adam
Kira-kira begitu artinya
salam
@LIMBAH KALIYUGA
LIMBAH KALIYUGA says
@hindu&all Mleccha di muka bumi ini
sederhana sj, inilah yg dsebut KARMAPHALA. Dl sktr abad 8 rkyat India dbantai oleh pnyrbuan bgs muslim, sktr 80 jt yg dbantai, anak2 dbantai, brahmana2 dkuliti hdup2, kuil2 dporak porandakan. Skrg trjd prang Palestina-Israel, dblog ttgga sy bc pndudk Palestina yg dh twas dlepskan anjing utk memaknnya. 2 kjadian ini emang sadis, Tetapi Tuhan tdk sgra mghntikan tragedi ini, mgkn Tuhan pnya alasan2 yg tdk kta mgrti
======
Komen Ardhani :
Setahu saya, dalam agama saya, seseorang tidak akan dibebani oleh dosa orang lain.
Masing2 orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri2,
perbuatan baiknya akan kembali pada dirinya sendiri, begitu juga perbuatan jahatnya akan kembali hasilnya pada dirinya sendiri.
Entah apa yg berlaku dalam agama anda, sehingga anda bisa berkata seperti diatas.
Jika anda menyatakan itu adalah disebut KARMAPHALA, maka secara tidak langsung anda telah melekatkan sifat tidak adil pada Tuhan anda.
Andapun harus adil dalam menilai, bahwa jika tragedi bagi orang2 muslim Palestina adalah Karmaphala atas akibat perbuatan orang2 Islam ketika menyerbu India di abad 8,
Maka saya seharusnya boleh bertanya kepada anda, KARMAPHALA dari mana yg harus ditanggung oleh sekitar 80 juta orang hindu India yg dibantai tentara muslim ketika menyerbu India di abad 8 itu ?
Bukankah mereka juga harus menanggung karma yg dilakukan oleh leluhur mereka terdahulu, sehingga mereka menuai akibatnya, dibantai oleh tentara muslim ?
karena itu dimana keadilan Tuhan anda ?
@Ngarayana
ngarayana says :
Thanks comment-nya teman-teman..
Memang benar paragraf yang terakhir terinspirasi dari apa yang disampaikan oleh Damar Sashanka di FB dan harus saya akui dasar itu sangat-sangat lemah. Tidak ada pembenaran apapun atas paragraf yang terakhir ini.
Nah sekarang saya minta teman-teman mengkritisi kemungkinan kebenaran kutukan Sri Krishna dan kaitanya dengan konflik timur tengah dengan mengabaikan paragraf yang terakhir. Apakah ada benang merah yang kuat?
Salam peace to all..
============
Komen Ardhani
Saudara Ngarayana, mengapa anda begitu jauh membawa kasus kutukan Krisna pada Aswatama ke negeri2 yg tidak ada hubungannya dengan cerita2 itu ?
kenapa harus dibawa ke timur tengah ? sementara yg berbuat peperangan dan kejahatan yg terjadi di dalam perang dalam kisah itu adalah orang2 India ?
apakah Tuhan anda seburuk itu perangainya, hingga harus membuat orang (bangsa) lain yg tidak ada sangkut pautnya apa2 harus ikut menderita kutukan dalam kekejian abadi, hanya gara2 DOSA SATU ORANG MANUSIA SAJA (ORANG INDIA LAGI !)?
Please mohon gunakan logika anda, apakah itu masuk akal untuk anda benturkan dengan sifat Tuhan yg Maha Adil dan Bijaksana serta Maha pengampun ?
dalam agama saya, tidak ada dosa sebesar apapun yg tidak akan diampuni oleh Allah, jika si pendosa itu benar2 mau bertobat memohon pengampunan padaNya.
Padahal dalam cerita diatas, sudah jelas terlihat penyesalan Aswatama terhadap kesalahan2nya.
mengapa Tuhan krisna anda tidak juga mau mengampuninya ?
seharusnya Aswatama pindah agama jadi Muslim saja, karena disini dia pasti mendapatkan pengampunan bagi dosa2nya.
hehehe….
salam.
Emanuel Jomba Says :
Kitabnya yang tipis dikarang oleh seorang yang haus sex, haus darah, gila hormat, perampok dan phedopil, kenapa harus dibangga-banggakan kemana-mana. Kitab tipis itu ternyata tidak lebih dari sebuah kitab manual tentang bagaimana caranya menggorok leher orang yang tidak seiman, mengawini tawanan perang, memperbanyak istri, memperbudak dan merenggut hak-hak azasi kaum perempuan, memandang wanita sebagi objek syahwat dan manual untuk bunuh diri demi mendapatkan 7 bidadari dan kenikmatan syahwat di surga.
Banggakah anda menjadi penganut ajaran gila ini dan banggakah anda membaca buku tipis yang anda tidak tahu artinya itu? Jawabanya, terserah anda, karena anda yang akan menuai akibatnya.
=======
komen Ardhani
tak kenal maka tak sayang, itu kata pepatah
kenalilah dulu Islam dan kitabnya secara benar, maka anda akan sayang kepadanya.
tapi jika anda tidak mau, silahkan lanjutkan hidup anda dengan kebencian yg menyesakkan hati anda itu.
terserah, itu sepenuhnya urusan anda.
Salam kedamaian
@ Ardhani
Perbedaan pendapat saya maklumi karena hak setiap insan mungkin kesempurnaan suatu agama saya setuju deh tentang ajaran agamanya.. tapi kalo umatnya masih banyak peperangn ataupun melakukan sesuatu diluar nalar masyarakat banyak ya mungkin mereka tidak dapat menerima ajaranya…
kalo Veda walaupun sedemikian luas tetapi terbagi dari beberapa bagian. (lihat bagian2 Veda di artike di web ini) tergantung dari kemampuan seseorang. bagi saya yang ajaran sepirituanya cetek mulai dari kitab suci begawad gita bagi yang udah mahir ya pelajari yeg lebih tinggi.
mbak kalo peperangan mahaberata itu murni peperangan kebenaran melawan kejahatan bukan memperebutkan kerajaan. karena sifat korawa yang sedemikian angkuh, melakukan penipuan dan menindas masyarakatnya dengan pajak yang tinggi dll. maka pandawa terpaksa berperang melawan korawa. sekali lagi bukan intinya karena memperebutkan kerajaan.
terima kasih linknya saya pelajari dulu nanti kalo sempat saya bahas lagi…
salam damai
@mbak ardhani,saya mau nanya kepada anda,kenapa ya Aceh yang notabene disebut serambi mekah justru disana sering terjadi bencana,tempat sarang teroris,dan sebagai pengahsil barang haram(ganja) terbesar,bandingkan dengan dengan Bali pulau yg kecil tapi sangat dipuja dan dipuji oleh orang2 bahkan sampai ke negara2 luar yg ada di dunia ini,kenapa bukan Aceh ya yg dipuja dan dipuji oleh orang2 maupun negara2 luar?????????? tolong dijawab ya mbak! maaf keluar topik sedikit
@Ardhani
ada 3 mcm karmaphala(km) :
1.Sancita KM= Prbuatn yg dlkukan dkhidupn dhlu hsilnya dnikmti dkhidupn skrg
2.Kriyamana KM= Prbuatn yg dlkukan dkhdupn skrg hslnya dnikmti dkhdupn skrg jg
3.Prarabda KM= Prbuatn dkhdupn skrg hsilnya akn dnikmti dkhidupn yg akn dtang.
Dgn prinsip ini mka Tuhan akn mmblas prbuatn Israel senilai ia mmprlakukn Palestina, jika tdk pd khdupn skrg mka akn dblas dkhidupn yg akn dtang.
Anda mnyarankn Aswatama msuk muslim kentara skali anda mmbabi buta comennya, pdhal artikel ini dh mnjlaskn gmn bjatnya Aswatama, byangkan bl sy mmbunuh smua Muslim didunia ini scra sadis lalu sy blng dri tobat lalu msuk islam agr sy bisa diampuni. Apa anda stuju, ayo jwab!!!.
Dgn prinsip Karmaphala apakah kami bs seenaknya mnyakiti seseorg lalu kami akan brkata “ah biarin dia sngsara toh itu sudh karmaphalanya”. Kmi tdk akn sprti itu, bila itu tetap dlakukan mka Tuhan pun akn mmblasnya. Dan mmblasnya tdk msti jika dkehdupan dl ia brnama Aswatama, negrinya India, agmanya Hindu. Bs jd dkhdupan skrg mgkn nmnya Sufferico, agmnya atheis, hdupnya di kutub tp skrglah ia trima hukuman Tuhan atas prbuatan yg ia prnh lakukan
@mbak ardhani di agama hindu tidak ada ayat yg menyatakan bahwa hindu adalah agama yg paling benar yg lain sesat,agama hindu tidak pernah berambisi untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya,bahkan klo menurut saya dimanapun hindu berada disana pasti ada kedamaian,Tuhan anda kenapa pelit sekali untuk menampakkan wujudnya kepada umatnya? kenapa kalo orang islam berbuat kejahatan selalu iblis dan setan selalu anda kambing hitamkan?
Karmaphala intinya adlah mmblas prbuatan baik maupun prbuatan buruk yg prnah ia lakukan, bukan apkh ia seorg manusia, agmnya apa, negrinya apa. Bila Tuhan memang bnar Maha adil lalu apa alasannya knapa ada org yg lahir dgn kondisi BUTA, BUNTUNG, CACAD dll, psti agm anda mnjwb
1. Itu urusan Tuhan, kita cm dkasi pngtahuan mlainkn
sdikit
2.Dia lg diuji sbrapa kuat iman, taqwa, kesalehannya
3.Dll pnjlasn yg tmbh bikn bingung
Pd saat org hbis brbuka puasa kta mgkn sring mndgr iklan sprti ini ” habis mlakukn ibdah puasa kita sprti bayi bru lahir, brsih, suci, tnang, damai, dosa2 trampuni”
pdhal mgkn sblumnya, prnah mmperkosa, mrampok lalu menjagal korban. Sy pun trgiur dgn iming2 iklan ini. Msuk muslim ah.. …..gk ap2 jd prampok toh kalau puasa kta bs brsh suci tnp dosa tp sgra sy brfkir andai sy yg jd korban prampokan lalu sy dijagal……Alangkah sakitnya
Terima kasih mbak Ardhani atas penjelasannya….. 🙂
saya memang tertarik dengan ayat yang mbak sodorkan karena dari penjelasan mbak sebelumnya maka saya menangkap bahwa masyarakat Veda sebelumnya yang ingin diperbaiki oleh Tuhan sehingga menurunkan Adam, jadi saya ingin fokus membahas ayat tsb dulu baru kita mungkin melangkah pada ‘bantahan’ mbak yang lain tentang asumsi ini,
lihat lagi ayat tsb,
coba lihat yang saya tebalkan dan cetak miring, mungkin mbak bisa menjelaskan bahwa kenapa disebutkan “Tuhanmu”, bukankah seharusnya kata ini menjadi “Tuhan kita”???
apa malaikat (Jibril) yang meneruskan wahyu ini kepada Muhammad tidak mengakui Allah sebagai Tuhan juga sehingga cuman dikatakan sebagai “Tuhanmu” (Muhammad)???
ato kata-kata awalnya itu hanya tambahan dan bukan ayat asli yang diteruskan oleh Jibril???
note: ayat ini mbak yang menyodorkan disini, dan saya juga kurang dalam bhs arab, jadi saya hanya membahas apa yang mbak sodorkan saja…… 😀
Salam,
Kita sbnrnya prihatin dgn tragedi Palestina-Israel. Sy sndri bila drekrut mnjd rlwan akn mau ksana.
Mslhnya ongkos pswat ksana gk pnya jgnkan itu, searching(ngenet) aja msh ngebon, mau renang pst dicaplok hiu, walaupun nyampek ksana, mnurut TV swasta indo toh pmrintah Palestina nyuruh balik lg, krna Palestina krepotan ngurus kita jd mayat yg drudal. Krn snjta pmusnah masal Israel amat cnggh tnggl mnghrup udara dr bom yg mldak dgn jarak trtntu tau2 kta mti, apalagi kna bomnya. Sdng kita cm pnya bambu runcing, bahan baku bmbu pun sulit dcari skrg, gr2 kebiasaan kita mmbabat pohon apapun dgn mmbabi buta tdk pduli kelestarian alam (global warming).
Kta hnya bs brdoa smg konflik ini sgra berakhir dgn damai slamnya, tnpa ada kumat ato kmbuh lg
@SRID
Srid says :
@ Ardhani
Perbedaan pendapat saya maklumi karena hak setiap insan mungkin kesempurnaan suatu agama saya setuju deh tentang ajaran agamanya.. tapi kalo umatnya masih banyak peperangn ataupun melakukan sesuatu diluar nalar masyarakat banyak ya mungkin mereka tidak dapat menerima ajaranya…
******
Komen Ardhani
Prilaku seperti yg anda sebutkan itu dikarenakan banyak orang hanya memahami agama mereka secara sepotong-sepotong,
Dan parahnya lagi, yang sepotong-sepotong tersebut belum tentu dipahami dengan penafsiran yg benar.
===========
Srid says :
kalo Veda walaupun sedemikian luas tetapi terbagi dari beberapa bagian. (lihat bagian2 Veda di artike di web ini) tergantung dari kemampuan seseorang. bagi saya yang ajaran sepirituanya cetek mulai dari kitab suci begawad gita bagi yang udah mahir ya pelajari yeg lebih tinggi.
******
Saya nggak tahu bagiamana Veda terbagi2 dan bagiamana kemudahan akses bagi orang Hindu terhadap masing2 bagiannya.
Bagi saya pribadi, sebuah kitab suci harus memberi kesempatan akses yg sama bagi seluruh tingkatan pembacanya, agar mereka semua tahu apa kehendak Tuhan yg dituntut kepada mereka sesuai dgn yg tertulis dalam kitab suci tersebut.
Dari seorang kuli hingga ke seorang kyai dapat membaca materi yg sama dari kitab sucinya
Derajat iman seseorang dihadapan Tuhan ditentukan dari sebaik apa amal perbuatan mereka seperti yg dituntunkan dalam kitab suci,
bukan ditentukan dari sebanyak apa dia membaca bagain2 kitab suci yg tidak mampu dibaca oleh orang yg lain.
========
Srid says :
mbak kalo peperangan mahaberata itu murni peperangan kebenaran melawan kejahatan bukan memperebutkan kerajaan. karena sifat korawa yang sedemikian angkuh, melakukan penipuan dan menindas masyarakatnya dengan pajak yang tinggi dll. maka pandawa terpaksa berperang melawan korawa. sekali lagi bukan intinya karena memperebutkan kerajaan.
terima kasih linknya saya pelajari dulu nanti kalo sempat saya bahas lagi…
salam damai
*****
Komen Ardhani
Saudara, saya kebetulan juga sedikit tahu tentang pewayangan.
Yang paling inti dari perang keluarga Bharata adalah, perebutan hak atas kerajaan Hastinapura, yg diklaim Pandawa sebagai milik bapak mereka, Pandu, yg dititipkan kepada pamannya, Dastarata, untuk dikelola sementara karena anak2 Pandu masih kecil2 ketika ditinggal mati bapaknya.
Kelak kalau anak2nya sudah dewasa, kerajaan itu harus diberikan kembali kepada Pandawa. Tetapi itu ditolak oleh Kurawa, karena mereka merasa kerajaan itu sudah menjadi milik bapaknya.
Yang sangat aneh bagi saya adalah sikap Seorang yg bernama Krisna, yg oleh orang Hindu dianggap sebagai Tuhan yg menitis ke bumi.
Sebagai Tuhan seharusnya dia mendamaikan kedua belah pihak agar jangan sampai terlibat peperangan yg mengakibatkan jatuh korban para prajurit yg notabene adalah rakyat kecil, tapi nyatanya dia malah memihak pada satu pihak, dan ikut ambil bagian dalam medan perang.
Orang Hindu suka ngomel-ngomel ketika dalam agama lain seorang utusan Tuhan berperang karena diperintah Tuhan, tapi mereka berdiam diri ketika dalam agamanya sendiri, sang Tuhan dalam wujud manusia malah terlihat aktif berperang membela satu pihak yg sedang menuntut haknya atas suatu kerajaan (berebut kekuasaan duniawi) .
Gejala2 apakah yg sedang terjadi dalam diri orang Hindu ?
Mungkin hanya orang Hindu sendiri yg bisa menjawabnya.
Salam damai
@Mahardika
Mahardika Says :
@mbak ardhani,saya mau nanya kepada anda,kenapa ya Aceh yang notabene disebut serambi mekah justru disana sering terjadi bencana,tempat sarang teroris,dan sebagai pengahsil barang haram(ganja) terbesar,bandingkan dengan dengan Bali pulau yg kecil tapi sangat dipuja dan dipuji oleh orang2 bahkan sampai ke negara2 luar yg ada di dunia ini,kenapa bukan Aceh ya yg dipuja dan dipuji oleh orang2 maupun negara2 luar?????????? tolong dijawab ya mbak! maaf keluar topik sedikit
*******
Komen ardhani :
Saudara,
Pertama
Ada hukum sebab akibat. Orang yg bekerja keras untuk dunianya, dia akan memetik hasilnya. Seorang jadi kaya bukan karena dia beragama tertentu yg agamanya itu kebetulan disayang sama Tuhan. Tetapi orang jadi kaya karena dia mau bekerja keras mengumpulkan kekayaan dengan sungguh2, tidak peduli dia beragama atau malah seorang penentang Tuhan sekalipun.
Itu untuk pertanyaan kenapa Bali dipuja2 dunia, sedangkan Aceh tidak.
Kenapa Aceh belakangan ini jadi sarang teroris dan terkenal sebagai penghasil ganja, sedangkan Bali tidak ?
Itu juga berlaku hukum sebab akibat diatas, mungkin system penegakkan hukum dan tata pemerintahan di bali lebih baik daripada di Aceh, karena factor stabilitas kawasan, dimana Bali relative lebih stabil stabilitas politiknya daripada Aceh yg selalu diguncang konflik sejak jaman Belanda dulu dan baru reda baru2 ini saja
Namun perbedaan keadaan itu juga menimbulkan efek samping prilaku budaya masing2 yg cukup mencolok, misalnya :
Kenapa di bali yg dipuja2 bangsa lain di dunia ini, generasi mudanya lebih rentan ke arah pergaulan bebas sebagai akibat dari membanjirnya budaya asing yg masuk ke bali ?
Sementara pergaulan remaja di Aceh tidak sebebas di Bali karena adanya hukum syariat yg mereka perlakukan ?
Semua ada sisi positif – negatifnya bukan ?
Kedua,
Bencana alam.
Tidak selalu bencana yg datang pada kita adalah bentuk hukuman dari Tuhan.
Bisa jadi itu memang adalah hukuman bagi orang2 yg setelah berulang kali diberi peringatan oleh Tuhan tapi tetap tidak dihiraukan.
Bisa jadi itu adalah peringataan bagi yg kena musibah maupun bagi yg tidak kena musibah.
Bisa jadi sebab2 dari kedatangan malaikat maut bagi orang2 yg meninggal dalam peristiwa itu.
Bisa jadi itu adalah cobaan / ujian dari Tuhan terhadap kekuatan iman seseorang.
Bisa jadi itu adalah jalan penyucian bagi jiwa seseorang, misal seorang yg selama ini lebih cenderung kepada kehidupan dunia, ketika datang bencana dari Tuhan yg memusnahkan seluruh harta bendanya, lalu dia sadar bahwa kekayaan dunia bukan segalanya dan membuat dia bertobat kembali kepada jalan spiritual menuju Tuhan.
Bisa jadi juga pembuka pintu anugerah bagi orang yg terkena bencana ataupun yg tidak terkena bencana.
Semua itu tergantung persepsi masing2 yg memandang bencana itu datang sebagai apa bagi diri mereka sendiri2.
Tapi mengapa di Aceh ?
Entah, itu hak Tuhan untuk menentukan, dulu di Aceh, pernah di jawa, pernah di Papua, pernah di china, mungkin besok2 bisa di Bali.
Tidak ada yg bisa menghentikan kehendak Tuhan jika Dia memang telah menghendakinya.
jadi kenapa harus di Aceh, maaf saya nggak bisa menjawab selain yg saya sebutkan diatas
salam.
Mahardika Says :
@mbak ardhani di agama hindu tidak ada ayat yg menyatakan bahwa hindu adalah agama yg paling benar yg lain sesat,agama hindu tidak pernah berambisi untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya,bahkan klo menurut saya dimanapun hindu berada disana pasti ada kedamaian,
******
Komen Ardhani :
Karena Hindu dan kitab sucinya datang lebih dulu dibandingkan agama2 lain yg sekarang dikenal.
Tidak mungkin dalam kitabnya menunjukkan kesalahan agama yg lain itu , agama yg mana ? kan belum ada.
Yg datang belakangan merevisi yg lebih ada duluan, yg mungkin telah disalah artikan atau dirusak oleh penganutnya sendiri.
Buddha itu datang lebih belakangan dari Hindu, didalam Buddha mulai ditemukan pengkritisan dari ajaran2 Hindu.
Apakah karena kekritisan ini maka anda mau mengatakan Buddha tidak diturunkan oleh Tuhan yg sama yg menurunkan agama Hindu ?
Itulah yg terjadi dalam agama2 yg datang saling menyusul, yg belakang merevisi dan melengkapi yg didepan.
Agama disisi Tuhan yg Esa hanyalah Islam,
Makna Islam secara bahasa itu adalah Tunduk, ketundukan kepada Tuhan Yg Maha Esa tadi.
Orang yg menundukkan diri pada ketentuan Tuhan yg Esa ini disebut Muslim.
Dalam pemahaman secara bahasa ini, sah2 saja semua penganut agama merasa diri mereka adalah muslim, dan agamanya Islam. Sepanjang mereka benar2 hanya berTuhan pada Tuhan yg Esa, dan tidak mencampur adukkan keimanannya dengan sembahan2 yg lain, lalu berbuat kebaikan sepanjang hidupnya.
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri “.
(QS 3:64)
Bagaimana dengan anda ?
Apakah anda termasuk “orang2 yg berserah diri” / Muslim ?
=======
Mahardika says :
Tuhan anda kenapa pelit sekali untuk menampakkan wujudnya kepada umatnya? kenapa kalo orang islam berbuat kejahatan selalu iblis dan setan selalu anda kambing hitamkan?
*****
Komen Ardhani :
Masalahnya bukan pelit atau tidak, tapi mampu atau tidak manusia melihat WujudNya yg asli ?
Dan tatkala Musa datang untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu , dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
(QS 7:143)
Kan jadi barabe kasusnya kalau Tuhan sekarang ini menampakkan Wujud diriNya kepada kita
Kalau ada yg ngaku2 Tuhan yg datang ke dunia dalam wujud manusia, atau makhluk lainnya sih mesti diusut tuntas,
Apa iya kayak gitu ?
Jangan2 hanya ngaku2 saja tuh.
Emang ada wujud materi rendahan yg bisa menampung wujud Tuhan yg bermulanya segala sesuatu ?
Logikanya, bola lampu 100 watt jika dialiri arus listrik 100 juta Mega Watt, jadinya kayak apa ?
Mungkin langsung jadi abu gosok (persis kayak gunung dlm ayat diatas)
Dan anda yg ingin menyaksikan cahaya 100 juta Mega Watt dan berdiri si sebelah lampu, bisa jadi udah pingsan kaget dan ketakutan karena ledakan lampu tadi, tanpa sempat menyaksikan keindahan cahayanya seperti apa.
Jadi kalau ada cerita lampu 100 Watt bisa kesana-sini memamerkan kemolekan cahaya 100 juta Mega Watt nya, paling2 saya cuma bisa tertawa dan berkata lirih : “wong edan”
Hahahaha….
Joke Saudara, jangan dimasukkan hati.
Salam damai
@LIMBAH KALIYUGA
Limbah Kaliyuga Says :
@Ardhani
ada 3 mcm karmaphala(km) :
1.Sancita KM= Prbuatn yg dlkukan dkhidupn dhlu hsilnya dnikmti dkhidupn skrg
2.Kriyamana KM= Prbuatn yg dlkukan dkhdupn skrg hslnya dnikmti dkhdupn skrg jg
3.Prarabda KM= Prbuatn dkhdupn skrg hsilnya akn dnikmti dkhidupn yg akn dtang.
Dgn prinsip ini mka Tuhan akn mmblas prbuatn Israel senilai ia mmprlakukn Palestina, jika tdk pd khdupn skrg mka akn dblas dkhidupn yg akn dtang.
******
Komen Ardhani :
Berapapun pembagian dari Karmaphala itu prinsipnya tetap sama,
yaitu : karma berlaku pada orang yg bersangkutan itu sendiri,
tidak bisa karma seseorang dibebankan pada orang lain yg tidak ada hubungannya dengan si penanam karma.
Betul ?
Nasib bangsa Palestina jaman sekarang tidak bisa disangkutpautkan dgn karmaphala dari orang2 muslim yg membantai dan menaklukkan India di abad 8, bukan ?
Betul ?
Kharmapala seorang Aswatama tidak layak ditanggungkan oleh jutaan orang Timur Tengah dari jaman dulu hingga akhir jaman, bukan ?.
Betul ?
Kalau karma bisa dibebankan kepada orang2 lain yg tidak tahu apa2, saya tidak tahu, sebegitu jelekkah Tuhan anda mengajari umatnya untuk berbuat tidak adil
Itu hampir sama dengan anggapan orang Kristen yg mengatakan seluruh manusia lahir dalam keadaan berdosa karena dosa yg diwariskan dari Adam dan Hawa, dan hanya bisa ditebus dengan darah yesus saja, tidak cukup dengan pertobatan pada Tuhan.
Sama2 nggak logic
=======
Limbah kaliyuga says :
Anda mnyarankn Aswatama msuk muslim kentara skali anda mmbabi buta comennya, pdhal artikel ini dh mnjlaskn gmn bjatnya Aswatama, byangkan bl sy mmbunuh smua Muslim didunia ini scra sadis lalu sy blng dri tobat lalu msuk islam agr sy bisa diampuni. Apa anda stuju, ayo jwab!!!.
******
Komen Ardhani :
Menyuruh aswatama masuk Islam itu hanya joke dari saya,
Tapi pesannya perlu anda cermati, yaitu :
Mengapa Tuhan anda (Krisna) tidak memberi pengampunan kepada seorang Aswatama yg sudah sadar dan menyesal akan dosa2nya ?
Mengapa malah dikutuk akan mengalami penderitaan yg tak berkesudahan hingga akhir dunia ?
Silahkan jika anda mau membunuh seluruh muslim di dunia secara sadis, lalu setelah itu anda bertobat dan masuk Islam, niscaya Tuhan saya akan mengampuni anda, dengan catatan anda menyesal dan bertobat secara tulus dalam hati, bukan hanya dibibir saja.
Tuhan saya Maha mengetahui isi hati, dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Hanya orang sesat yg berputus asa dari rahmat Allah.
===========
Limbah Kaliyuga says :
Dgn prinsip Karmaphala apakah kami bs seenaknya mnyakiti seseorg lalu kami akan brkata “ah biarin dia sngsara toh itu sudh karmaphalanya”. Kmi tdk akn sprti itu, bila itu tetap dlakukan mka Tuhan pun akn mmblasnya. Dan mmblasnya tdk msti jika dkehdupan dl ia brnama Aswatama, negrinya India, agmanya Hindu. Bs jd dkhdupan skrg mgkn nmnya Sufferico, agmnya atheis, hdupnya di kutub tp skrglah ia trima hukuman Tuhan atas prbuatan yg ia prnh lakukan
******
Komen Ardhani :
Yah , itu sama saja dengan konsep dosa dan pahala dalam Islam.
Dosa atau pahala atas suatu perbuatan yg dilakukan seseorang, pasti dibalas oleh Tuhan kepada orang itu sendiri, sementara waktunya bisa langsung / seketika, bisa ditangguhkan dulu, atau bisa nanti di akherat sana.
Tapi balasan itu tetap ditanggung yg bersangkutan bukan ?
Demikian juga pada aswatama, dia sendiri yg harus menanggung, bukan ditanggung orang2 lain secara berjamaah, yg sebetulnya tidak mengerti apa2 soal Aswatama dan perbuatannya dulu kala.
Saudara pernah lihat film Highlander ?
Itu contoh dari orang yg mendapat kutukan hidup abadi, dirinya akan senantiasa diliputi kesedihan berpisah dengan orang2 yg dicintainya, kesedihan yg sangat dalam, melihat orang2 yg dicintainya dari kecil tumbuh menjadi dewasa, tua renta, lalu mati dalam pelukannya. Kesedihan hidup sebatang kara, ketika semua teman2 yg dikenalnya satu persatu meninggalkan dirinya karena mati dalam ketuaan dan ketidak abadian mereka. Itu terjadi berulang2 di segala jaman.
Itu benar2 menyedihkan perasaan manusiawi terdalam.
Itulah kutukan yg diterima Aswatama, kesedihan yg terus terulang sepanjang jaman, lebih sedih dari tangisan dewi Utari kehilangan anak dalam rahimnya yg dibunuh oleh Aswatama. Karena Dewi Utari hanya menangis sekali, sementara Aswatama akan menangis ribuan kali.
Bukan kutukan aura angkara murka yg menginduksi orang2 sekelilingnya untuk berbuat jahat sebagaimana dirinya. Sehingga bangsa2 Timur Tengah dikambing hitamkan demi seorang terkutuk semacam Aswatama.
==========
Limbah kaliyuga says :
Karmaphala intinya adlah mmblas prbuatan baik maupun prbuatan buruk yg prnah ia lakukan, bukan apkh ia seorg manusia, agmnya apa, negrinya apa. Bila Tuhan memang bnar Maha adil lalu apa alasannya knapa ada org yg lahir dgn kondisi BUTA, BUNTUNG, CACAD dll, psti agm anda mnjwb
1. Itu urusan Tuhan, kita cm dkasi pngtahuan mlainkn
sdikit
2.Dia lg diuji sbrapa kuat iman, taqwa, kesalehannya
3.Dll pnjlasn yg tmbh bikn bingung
******
Komen Ardhani :
Memang kenapa jika dijawab : “itu Urusan Tuhan” ?
Bukankah memang benar itu urusan Tuhan, bukan urusan manusia ?
Belum ada yg bisa membuktikan bahwa orang yg terlahir cacat fisik itu terkait dengan karmaphala nya di masa lalu.
Belum juga ada yg bisa memastikan pada seseorang yg berbuat kejelekan seperti ini maka karmaphala nya akan memastikan besok dia akan terlahir Buta di kehidupan dunia yg akan datang.
Emang benar dalam Quran disebutkan ada orang2 yg ketika didunia bisa melihat, di akherat nanti akan dibangkitkan dalam keadaan buta. Itu memang terkait dengan perbuatan dia ketika hidup. Tapi itu kebangkitan di akherat, bukan reinkarnasi di dunia.
Tapi percayalah, Allah memang Maha Adil. Untuk orang mengalami kebutaan, Allah akan mempertajam indera2 lainnya, untuk menggantikan indera penglihatannya yg hilang.
Untuk orang yg terlahir cacat buta, atau bisu – tuli, atau kedua2nya, bukannya Allah tidak Adil pada orang itu, tetapi sebenarnya Allah mengasihi orang itu dengan menjaganya agar tidak terpengaruh perbuatan2 dosa yg bisa timbul dari mencontoh apa2 yg bisa dilihat dan didengarnya jika dia memiliki indera2 itu secara normal.
Begitu juga bagi orang yg terlahir tidak punya kaki atau tangan, sebenarnya Allah sedang menjaganya dari melangkahkan kaki ke tempat2 maksiat dan berbuat maksiat dengan kedua tangannya.
Kalau anda sebagai orang Hindu memandang semua itu hanya dengan dalil karmaphala, yg intinya hanya menyalahkan orang yg bersangkutan itu sendiri atas perbuatan2nya di masa lalu, kami kaum muslim tidak pernah berfikir sekalipun seperti itu, baik dan buruk keadaan apapun yg kita terima, semua itu membawa hikmah yg menunjukkan kekuasaan dan kasih sayang Allah pada makhlukNya, yg dengan demikian membuat kami akan semakin menunduk bersujud kepada kebesaranNya.
========
Limbah kaliyuda says :
pd saat org hbis brbuka puasa kta mgkn sring mndgr iklan sprti ini ” habis mlakukn ibdah puasa kita sprti bayi bru lahir, brsih, suci, tnang, damai, dosa2 trampuni”
pdhal mgkn sblumnya, prnah mmperkosa, mrampok lalu menjagal korban. Sy pun trgiur dgn iming2 iklan ini. Msuk muslim ah.. …..gk ap2 jd prampok toh kalau puasa kta bs brsh suci tnp dosa tp sgra sy brfkir andai sy yg jd korban prampokan lalu sy dijagal……Alangkah sakitnya
******
Komen Ardhani :
Saran saya, jika anda masih punya pikiran yg sepeti itu, jangan pernah mencoba untuk masuk Islam. Percuma. Keislaman anda tidak akan menyelamatkan anda.
Sedang maksud ucapan diatas adalah,
Jika anda melaukan puasa dan ibadah2 ramadhan dengan benar dalam kebersihan hati, dengan penuh penyesalan dan pertobatan terhadap dosa2 dimasa lalu, maka dosa2 anda akan diampuni dan anda akan lahir baru seperti lahirnya seorang bayi yg bersih.
Ini bentuk reinkarnasi dalam Islam, selama niat dan caranya bersih dan benar, maka seorang Muslim bisa ber-reinkarnasi setiap tahun, yaitu tiap tanggal 1 syawal.
Selanjutnya didorong oleh niat yg baik dan tulus sepanjang tahun kedepan pasca kelahiran kembali muslim itu akan menjadi orang yg lebih baik dari sebelum2nya.
Tapi kalau niatnya dari awal sudah seperti anda, akan berbuat jahat lagi setelah akhir ramadhan, maka selama itu pula anda tidak akan dapat apa2.
Mungkin anda belum pernah mendengar hadist yg seperti ini :
Banyak orang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa2 kecuali lapar dan dahaga saja.
Karena itu saya sarankan pada anda, jangan masuk Islam dulu kalau mental anda belum siap. Karena jadi muslim yg benar itu berat lakunya. Jumlah orang Islam sekedar KTP saja sudah cukup banyak dinegeri ini, jangan anda tambah2i dengan diri anda lagi.
Hehehehe…..joke, nanti dituduh comment membami buta
Soal dosa seseorang ketika dia dulu memperkosa, merampok dan membunuh korbannya, lalu dia bertobat dengan sungguh2 dan tidak mengulangi perbuatannya, Allah pasti akan mengampuni kesalahannya.
Bagimana dengan korbannya ?
apakah tidak sakit hati melihat orang yg dulu membunuh nya diampuni Tuhan ?
Ada beberapa keadaan :
1) jika penjahat bertobat itu sempat tertangkap didunia, maka dia harus menerima hukum dunia, yaitu penjara atau yg laing pahit, hukuman mati
2) Jika si penjahat bertobat tidak sempat tertangkap di dunia, bisa jadi Allah akan menjadikan penderitaan Korban sebagai pencuci dosa2nya, atau jika korban tidak mempunyai dosa2 maka Allah yg Maha Kaya akan menggantinya dengan kenikmatan2 lain yg banyak. Siapakah orangnya yg akan menolak barter yg terbaik dari Allah ini ? Siapakah yg menolak pengampunan dosa dan kenikmatan akhirat untuk membayar penderitaan duniawi yg telah lalu ? Rasanya tidak akan ada manusia bodoh yg menolaknya. .
Salam damai.
Ari back says :
lihat lagi ayat tsb,
Ingatlah ketika b]Tuhanmu[/b] berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS 2:30)
coba lihat yang saya tebalkan dan cetak miring, mungkin mbak bisa menjelaskan bahwa kenapa disebutkan “Tuhanmu”, bukankah seharusnya kata ini menjadi “Tuhan kita”???
apa malaikat (Jibril) yang meneruskan wahyu ini kepada Muhammad tidak mengakui Allah sebagai Tuhan juga sehingga cuman dikatakan sebagai “Tuhanmu” (Muhammad)???
ato kata-kata awalnya itu hanya tambahan dan bukan ayat asli yang diteruskan oleh Jibril???
note: ayat ini mbak yang menyodorkan disini, dan saya juga kurang dalam bhs arab, jadi saya hanya membahas apa yang mbak sodorkan saja……
Salam,
******
Komen Ardhani :
Yg anda cetak tebal itu sesuai dgn teks aslinya : yaitu “Rabbuka” (Tuhanmu) , bukan “Rabbana” (Tuhan kami)
Jibril tidak akan menambahi atau mengurangi apa yg diutus Allah untuk disampaikan kepada nabi.
seperti kaset atau CD, apa yg direkam keluar sama persis pada saat dimainkan kembali
[b] Mereka (para malikat) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”[/b]
(QS 2:32-32)
Lagipula, jika kita (saya dan anda) mengakui bahwa Tuhan itu adalah satu dan Tuhan kita adalah Tuhan yg sama. Ketika saya berkata pada anda : “Tuhanmu” , apakah itu bukan berarti Tuhan saya juga, hanya karena saya tidak mengatakan “Tuhan kita” ?
Salam
Salam untuk semuanya dan terutama buat kaum muslimin
Perkenalkan nama saya Darmawan. Saya terlahir dalam keluarga muslim yang taat. Dibesarkan dengan penuh ketaatan dan menghafalkan Al-Qur’an sejak kecil. Namun setelah saya mulai membuka diri saat saya kuliah di ITB, mata hati saya mulai terbuka dan mencoba mendalami ajaran-ajaran agama diluar Islam. Pada saat saya mulai bekerja akhirnya saya memberanikan diri untuk keluar dari Islam dan menganut agama lain. Bagi saya ada banyak jalan menuju Tuhan. Tetapi diantara itu ada satu jalan yang paling sesat, yaitu Islam.
Saya menulis beberapa buah buku, dan satu buku yang dilarang untuk terbit adalah “Enam jalan menuju Tuhan” karena saya menceritakan secara blak-blakan non sense dari agama Islam yang dulu saya anut. Untuk Ardhani, saya kasihan melihat anda yang hanya terkungkung dalam dogma agama anda. Coba buka mata anda, cobalah merasakan nikmatnya “minuman lain” selain minuman yang selama ini anda minum. Anda akan merasakan ternyata yang selama ini anda sebut nikmat hanyalah kehambaran semata. Saya sudah merasakannya, karena itu saya berani berbicara lewat buku saya ini.
Tujuh kesalahan dasar ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam 6 jalan menuju Tuhan yang saat ini dikatakan sebagai buku yang dilarang adalah:
1. Islam membagi manusia dalam dua golongan, yaitu mukmin dan kafir. Mukmin adalah orang yang mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul Allah sedangkan kafir adalah orang-orang yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah. Perbedaan antara mukmin dan kafir tidak berkaitan sama sekali dengan budi pekerti seseorang.
2. Memerintahkan mukmin memerangi kafir dengan jalan melakukan jihad di jalan Allah padahal memerangi kafir tidak sama dengan memerangi kejahatan. Kalaupun ada mukmin yang baik yang berusaha mengajak kafir yang jahat untuk menjadi mukmin, upaya tersebut belum tentu mengurangi kejahatan, karena tidak ada jaminan bahwa kafir jahat yang menjadi mukmin akan menjadi orang baik.
3. Menghalalkan pembunuhan. Jihad memang dapat dilakukan tanpa kekerasan, tetapi di samping ajaran jihad, islam juga menghalalkan mukmin membunuh kafir jika diperlukan atau dalam rangka mempertahankan diri. Sekali pembunuhan dibenarkan, soal alasan dapat dicari dan orang dapat diprovokasi untuk memulai penyerangan sehingga ada alasan untuk membunuh.
4. Mengajarkan pemuasan nafsu seksual laki-laki. Hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan adalah bagian dari proses evolusi dimana hasil dari hubungan tersebut dapat melahirkan seorang bayi yang merupakan karya ciptaan Tuhan. Hubungan seksual adalah bagian yang sakral yang harus dilakukan oleh pasangan dalam ikatan perkawinan antara seorang laki-laki dengan wanita yang didasari kasih sayang dan bukan nafsu semata.
5. Mengajarkan kiblat. Sembahyang memandang ke arah kiblat mengajarkan bahwa Allah hanya ada di satu tempat. Karena lokasi yang dijadikan kiblat adalah bagian dari satu negara, dampak dari kiblat , bangsa yang memiliki kiblat merasa lebih tinggi derajatnya. Padalah Allah yang maha adil telah memberikan tanah sebagai pusaka kepada semua bangsa agar tanah tersebut dipelihara dan dibanggakan.
6. Bahasa Arab adalah bahasa Allah. Mengajarkan bahwa sembahyang hanya sah jika menggunakan bahasa Arab, mengkerdilkan kemampuan Allah yang dapat memahami semua bahasa, pemaksaan bahasa Arab sebagai bahasa yang dimengerti Allah berarti merendahkan drajat bangsa lain.
7. Isi Al-Qur’an harus dipercaya sebagai kata-kata Allah. Kitab suci yang benar adalah kitab suci yang berisi pesan yang jika diamalkan akan menghantarkan manusia menjadi suci, bukan dengan cara membaca ayat-ayatnyakeras-keras lalu mendapat pahala. Kitab suci berisi kebenaran yang dimengerti manusia yang bersumber dari Tuhan tetapi bukan kata-kata Tuhan yang harus dipercaya kebenarannya.
Bagi yang mau belajar Islam yang benar silahkan klik http://memahamiperbedaanagama.blogspot.com ada bebarapa tulisan menarik.
Darmawan
Hikayat Dunia
Burung gagak akan selalu berkumpul dengan burung gagak, burung kuntul juga akan selalu berkumpul bersama burung kuntul. Demikianlah orang yang satu karakter dan memiliki karma yang serupa akan berkumpul dalam satu keluarga, berkumpul dalam satu masyarakat atau negara. Maka di daerah konflik di timur tengah, di Indonesia dan/atau di negara-negara lainnya akan berkumpul orang-orang yang memiliki kesamaan dalam karma-karma tertentu. Jadi bukan berarti satu karma buruk seseorang akan dilimpahkan pada orang lain. Karma buruk kita sendiri tidak bisa dilimpahkan kepada anak kita atau siapapun juga. Tetapi karena karma kita di masa lalulah yang mengakibatkan akhirnya kita berkumpul dalam suatu masyarakat/keluarga dan menerima sebuah “musibah” atau “keberuntungan” bersama sebagai pahala atas karma kita yang lalu.
Jadi dalam kasus konflik timur tengah, ataupun dalam kasus bencana-bencana yang menimpa masyarakat secara berjamaah adalah karena mereka memiliki beberapa hasil karma yang sama. Mereka terlahir dan dikumpulkan dalam satu tempat karena karma masing-masing. Adilkah hal ini? Jika anda meyakini hukum karma dan reinkarnasi maka hal ini akan sangat logis. Tetapi jika anda tidak meyakini keduanya, atau hanya meyakini salah satunya, maka sudah pasti jawabannya hanya berujung pada “Itu hak prerogative Tuhan”.
Apakah kehadiran agama-agama lain setelah Veda tidak diketahui?
Veda sangat lengkap dan sudah meramalkan berbagai ajaran yang akan muncul setelahnya. Kemunculan agama Buddha tidak lepas dari adanya Avatara Buddha. Kemunculan Nabi Isa ataupun Muhammad juga sudah diramalkan sebelumnya. Jadi jangan heran jika anda menemukan topik-topik seperti ramalan Yesus dan Buddha dan juga Muhammad di Internet dan sepertinya di blog ini juga ada. Apa anda sudah baca?
Tuhan selalu menyempurnakan ajarannya? Apakah Tuhan anda tidak sempurna? Apakah Tuhan anda tidak maha tahu sehingga beliau tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Apakah Tuhan anda bekerja seperti halnya mahasiswa yang mengerjakan skripsinya? Dibuat, direvisi karena tidak sempurna dan direvisi lagi? Kalau memang Tuhan anda demikian, berarti dapat saya katakan Allah itu tidak sama dengan Tuhan yang saya puja. Tuhan saya sudah mengetahui segala hal, sehingga ajaran yang cocok untuk masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang sudah tertulis dengan jelas dalam kitab suci Veda.
Tuch dgr kawan2…..
Mnurut ardhani diatas kta bs bunuh sluruh muslim di sluruh dunia, dosa kita bs diampuni asal kta tobat, tulus iklas dr dlm hti jgn cm dbibir. Ayo tnggu apa lagi………..
Yahudi, kristiani, n islam khan menyembah Tuhan yang sama (misal cerita nabi musa yang ada di yahudi, kristiani, dan islam membuktikan itu) tetapi kenapa banyak umatnya saling membenci, walaupun terkadang hanya tersimpan dalam hati. di kalangan hindu sendiri seperti itu, sesama hindu juga saling curiga….
oh ya, aku mau tanya sama yang muslim, saya pernah baca hadits “yahudi akan menjadi 70 aliran, kristen 71, n islam 71, dan masing -masing hanya satu aliran yang akan masuk surga” maksud sejatinya apa? menurut saya hadits ini bisa menjadi pesan damai…dan semua orang saling menghormati dan hidup dalam damai
Sudahlah tman2, itulah mkanya knapa Yogi2 kta sprti Srila Prabupada, Vivekanda, Satya Sai Baba dll lbh mmilh nyebarin Veda di Barat, krn di sana keLogisan, hal2 yg sejaln dgn ilmu sains adlah yg utama dsana. Alhasil bnyk tokoh2 dunia yg mnrma kbjksanaan Veda sprt Albert Einstein, Bill Gate, Henry Ford, George Harrison(prsnil The Beattle), Stephen Knapp, Frank Morales, dll. Skrang timbul prtanyaan apakh org2 ini tdk brfikir logis/goblok shngga mnerima Veda pdhl bnyk hal2 yg tdk logis dlm Veda sprti apa yg dkatakan ardhani. Skrg sy balik brtanya sjak kapan intelek org Indonesia lbh tnggi dbnding Barat?Sy yakin tak ada media nasional yg meng’Xpose ini dan tmn2 psti tau knp?
Ada lgi bru2 ini yg mmbnggakn. Mr.Erick Domb dr Belgia mmbngun Pura style Bali, gru spirituanya pun dr Bali, mnyusul jg dr Jerman jg mmbuat pura style Bali, alsnnya itu krn ia mnrma kbjksanaan Veda. Hal ini pun gk dliput oleh 1pun media nasional dan tmn2 pun psti tau knapa? Apkh org2 ini gk logis/goblok sprti yg dblng Ardhani……
Sy sndr gk kwtr bl Hindu bnr2 punah di negri bnyk tikus ini krna dh bs subur di Barat.
Utk mnilai ajran Islam adlh DOGMA, kta bs kutip 1 ayat(cukp 1 gk ush bnyk2) yg mnytkn bhwa: BUMI ADLAH HAMPARAN TANAH YG DATAR, MATHRI MNGLILINGI BUMI, MTAHARI TNGGLAM DI KUBANGAN LUMPUR. Pdhal tdk dmikian, apalgi Islam mngaku agma PALING SMPURNA, TNPA CACAT WALAU SDIKITPUN……….
@Ardhani:
@ardhani oh berarti Allah anda kurang maha kuasa ya,sehingga untuk menjelma menjadi manusia aja Allah anda gak mampu,berarti ayat2 yg ada di al qur an anda itu diganti aja kata2 nya yg bilang allah maha kuasa menjadi allah agak berkuasa,allah maha besar menjadi allah agak besar…..dst ok ! Tuhan kami di hindu sangat2 bijak lo mau memperlihatkan wujud pribadi beliau kepada penyembahnya,mau bukti! ingat waktu Sri Krishna memperlihatkan wujudNYA sebagai Tuhan Yang Maha Esa kepada kepada arjuna
di Bhavadgita dijelaskan bagaimana wujud asli SRI KRISHNA sebagai Tuhan Yang Maha Esa “Bagaikan sinar seribu matahari yg terbit seketika bersamaan bercahaya cemerlang diangkasa dan nyalanya itu adalah sinar cahaya Yang Maha Kuasa” bandingkan dengan pengakuan nabi muhammad kepada pengikutnya ketika ditanya apakah nabi muhammad melihat Tuhan, jawab nabi muhammad Allah ditutupi oleh dua puluh ribu tirai cahaya,ini berarti dibalik dua puluh ribu tirai ada wujud pribadi kan!! berarti allah itu punya wujud kan!!
bro Ardhani di hindu informasi tentang Tuhan sangat lengkap dikasi tahu,ini buktinya ada ayatnya: vadanti tattava vidastatvam,yajjnanamadvayam,brahmeti paramatmeti bhagavan iti sabdyate “para rohaniwan yang mengetahui kebenaran mutlak menyebut substansi yang tunggal ini(Tuhan) dengan Brahman (Tuhan yang tanpa wujud),Paramatman (Tuhan diinsafi ada di mana-mana) dan Bhagavan ( Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud personal) sungguh lengkapkan veda kami menginformasikan tentang Tuhan,tidak seperti di al quran
Rekan Mahardika, ada baiknya kalau kita tidak terlalu menjadikan perbedaan itu sebagai sesuatu yang tidak patut kita terima. Biarlah perbedaan itu ada, dan biarkanlah perbedaan itu yang akan memberikan warna perubahan.
Salam
ardhani says:
June 12, 2010 at 4:47 pm
Saudara, saya kebetulan juga sedikit tahu tentang pewayangan.
Yang paling inti dari perang keluarga Bharata adalah, perebutan hak atas kerajaan Hastinapura, yg diklaim Pandawa sebagai milik bapak mereka, Pandu, yg dititipkan kepada pamannya, Dastarata, untuk dikelola sementara karena anak2 Pandu masih kecil2 ketika ditinggal mati bapaknya.
Kelak kalau anak2nya sudah dewasa, kerajaan itu harus diberikan kembali kepada Pandawa. Tetapi itu ditolak oleh Kurawa, karena mereka merasa kerajaan itu sudah menjadi milik bapaknya.
Yang sangat aneh bagi saya adalah sikap Seorang yg bernama Krisna, yg oleh orang Hindu dianggap sebagai Tuhan yg menitis ke bumi.
Sebagai Tuhan seharusnya dia mendamaikan kedua belah pihak agar jangan sampai terlibat peperangan yg mengakibatkan jatuh korban para prajurit yg notabene adalah rakyat kecil, tapi nyatanya dia malah memihak pada satu pihak, dan ikut ambil bagian dalam medan perang.
ksatria batu:
anda mengaku paham kisah wayang, tapi komen anda jelas sekai anda cuma mengaku-ngaku saja. anda tidak memahami tuntas peran Krishna.
Krishna sudah berungkali menjadi juru runding mendamaikan kedua pihak. Nah, suatu ketika Yudistira dan Duryodana bertandang ke istana Krishna. Ttp saat itu Krishna tengah tidur. Lalu mereka menunggu krishan di kamar-Nya. Yudistira berdiri di dekat ujung kaki Krishna, sedangkan Duryodana berada di dekat kepala. Alhasil, ketika krishna membuka mata-Nya, Yudistiralah yang dilihat-Nya lbh dulu. Maka Ia memberi kesempatan Yudistira untuk memilih. Apakah Yudistira memilih seluruh pasukan krishna ataukah hanya Krishna seorang tanpa senjata, hanya sebagai penasihat alias kusir kereta perang. Yudistira memilih Krishna. Mendegnar itu Duryodana sgt riang. dari semula Duryodana mmg hendak meminta bantuan pasukan.
jadi mana yg menunjukkan Krishna juru perang? darimana anda membaca kisah mhabarata itu? apakah dari komik terbitan joger? atau jangan2 komik terbitan dagadu?
semoga ardhani segera mendapat hidayah dan menjalan ajaran sanatana dharma…
tabik,
krishna adalah wujud kepribadian Tuhan yang maha esa, ketika dharma merosot tuhan akan menjelma di setiap zaman. di zaman mahabarata, krishna adalah sbg penasihat arjuna, krishna juga menampakkan wujud wiswarupa sebagai tanda bahwa ia adalah tuhan yang maha esa.
styam eva jayate
kebenaran akan selalu menang…
saudara Wahya bukannya kami(orang2 hindu) tidak mau mengakui perbedaan,tapi karena seringnya kami(orang hindu) dihina dijelek-jelekkan,dibilang pemuja berhala,pemuja setan,dll baik secara langsung maupun tidak langsung(ingat film angling darma yg sangat menghina hindu) karena hal2 itu saudara kami perlu angkat bicara meluruskan semua itu,bila perlu saudara kami ingin adu debat dengan orang2 yg telah menghina hindu,kami ingin membuktikan mana yg paling lengkap ajaran agamanya!!!
saudara mahardika, ingat aj, agama kita agama resmi di Indonesia, salah satu yg diakui oleh pemerintah maka dari itu orang2 yg mengejek agama kita (hindu) merupakan idiot.
resiko hidup dalam perbedaan memang begitu, tapi kl anda ikut2an ngejek,,,, berarti balik lagi ke pernyataan di atas(ga ada maksd menghina)
lengkap atau pun tidak ajaran agama, hanya dengan pengetahuan seadanya dan tidak ada kebijaksanaan dalam hati udah merasa paling benar jg salah kan?
saya tumbuh dan berkembang di lingkungan yg heterogen, karena keluarga kami mengikuti ayah yg kerja di luar bali, kami hidup di daerah minoritas hindu, mayoritas islam dan kristen, saya jg pernh mendengar hal2 yang berusaha memojokkan agama yg saya anut, tapi itu wajar karena itu oknum karena kedangkalan ilmu mereka dan mudah didoktrin, karena itu jg pasti dialami oleh orang2 minoritas ketika berada dalam suatu kelompok mayoritas.
yang penting enjoy aj, toh hindu bukan termasuk kepercayaan terlarang dan suka atw pun tidak dengan hindu, toh agama ini diakui dan dilindungi oleh pemerintah. Lidah bisa lebih tajam dari pd sembilu, tapi kl jiwa bijak ya ga ngaruh.
ya memang benar apa yg saudara sugix katakan,Sri Krishna bersabda dalam Bhagavadgita “manakala dharma(kebenaran) hendak sirna dan adharma(kejahatan) hendak merajalela,pada saat itulah wahai keturunan Bharata Aku sendiri turun menjelma” “demi untuk melindungi kebajikan,demi untuk memusnahkan kejahatan dan demi untuk menegakkan Dharma,Aku lahir ke dunia dari zaman ke zaman”.BANGGALAH MENJADI HINDU
maaf saudara nak bali,jujur saya akui saya adlah manusia yg sangat tidak sempurna,saya masih diliputi oleh kemarahan,ego,dan nafsu,tapi satu hal saudara kalau saya membaca ataupun mendengar hindu dihina dan dijelek-jelekkan saya secara pribadi tidak bisa terima.darah saya sebagai orang muda hindu langsung naik kalau mendengar hindu dihina dan dijelek-jelekkan
hehe yep, itu manusiawi, itu yang disebut dengan “keyakinan” kalo anda yakin trus sesuatu yg anda yakini dan anda bawa sejak lahir sampai kemana2 (di ktp) trus ada yg menghina ‘sesuatu yg anda yakini tersebut’ pastinya anda kesel.
——————————————————————-
bahkan galileo dihukum karena menyatakan bumi itu bulat dan namany baru pulih setelah puluhan tahun kematiannya.
ksatria batu says:
June 13, 2010 at 3:18 pm
“Saudara, saya kebetulan juga sedikit tahu tentang pewayangan”
” saya kebetulan juga sedYang sangat aneh bagi saya adalah sikap Seorang yg bernama Krisna, yg oleh orang Hindu dianggap sebagai Tuhan yg menitis ke bumi.
Sebagai Tuhan seharusnya dia mendamaikan kedua belah pihak agar jangan sampai terlibat peperangan yg mengakibatkan jatuh korban para prajurit yg notabene adalah rakyat kecil, tapi nyatanya dia malah memihak pada satu pihak, dan ikut ambil bagian dalam medan perang”
heheheh mas ksatria kalo baru sedikit itu baru dengar , ini tak kasih masukan , bapakku malah seorang dalang , sedikit banyak saya diajari pengetahuan soal wayang bahkan wayang yang sangat dituakan saya juga banyak kenal.
nah begini sebelum perang barata yuda di mulai , pandawa dinegara wirata tempat pamannya prabu durgandana /prabu matswapati. disna para pandawa berdiskusi termasuk hadir pula prabu kresno dworowati.
langkah pertama untuk mencegah perang maka diputuskan untuk mengirim duta perdamain , dan paling terkahir ada namanya lakon :
“KRESNO DUTO” KEPUTUSANYA :negara ngastina dibagi dua ( sigar semngka) pada mulanya prabu duryudono menerima dan yang lain ,tapi satuorang tidak dan membakar pikiran duryudono untuk menrik kembali agar tidak menyetujui keputusan tersebut, yaitu PATIH SANGKUNI ,
nah dari sinilah awal kesimpulan perang itu harus terjadi , pada saat rapat di kedaton berlangsung rupanya watak kurowo berulah dan menyiapkan rencana pembunuhan terhadap kresno denga mengepung istana, nah pada sat itu raden setiyaki yang berada diluar istana melakukan perlawanan sehingga terjadi keributan , mendengar hal tersebuta prabu kresno murka dan seketika tiwikromo berubah jadi raksasa besar melihat hal tersebut kurowo kabur kocar kacir, atas permohonan para rsi yg berada disitu , luluhlah kemarahan prabu kresna ,dan menyadari posisinya sebagai duta dari pandawa , dan bergegas kembali ke wirata ,untuk melaporkan hasil nya
nah alhasil keputusan perang antara pandawa dan kurawa tetap terjadi dan itu juga sudah menjadi kodrat pula ,
abis kisah ini maka prabu kresna naik kahyangan mengahadap hyang guru untuk meminta petunjuk berlangsung nya perang nanti.
dan dari peristiwa itu maka diambilah pusaka prabu kresna yaitu KEMBANG JAYA KESUMA , yg punya kekuatan bisa menghidupkan kembali yang mati , sebagai gantinya ditukar dengan layang JITHOPRASO yang berisi jalnya perang tentang siapa lwan siapa semua sudah ada .
nah ini hany sebagian cuplikan detik2 sebelum perang tegal kuru terjadi menurut versi pewayangan jawa.
nah gmn kesatria batu mungkin bisa dikit memahami ya ??
shanty rahayu
tambahan untuk hal pewayangan,kenapa perang bisa sampai terjadi dan sri krishna sebagai inkarnasi Tuhan sudah dengan berbagai cara untuk mendamaikan kedua belah pihak,tetapi seratus korawa tetap bersikeras menolak segala macam perundingan yg diajukan oleh sri krishna,disamping itu faktor karma phala yg dilakukan oleh korawa dikehidupannya terdahulu juga berperan sangat penting
perlu diketahui saudara2 sri krishna sebagai inkarnasi Tuhan sudah mengetahui bahwa karma phala yg dilakukan oleh korawa sudah saatnya dipetik,hukum karma phala tidak pandang orang,mengetahui hal itulah sri krishna diam tidak ikut berperang mengangkat senjata,tetapi hanya menjadi kusir arjuna saja.
walaupun aku tahu kalau Hindu itu bersifat ANADI-ANANTA
walaupun kutahu kalau Hindu itu tak kan ditinggalkan oleh umatnya yang mengetahui kebesaran VEDA
walaupun kutahu kalau Hindu itu adalah SANATANA DHARMA kebenaran abadi
walaupun aku tahu kalau Hindu itu tak kan lekang oleh waktu
tapi aku tetap tidak terima kalau ada yang merendahkan agamaku…
kesabaran ada batasnya BROOOOO
mari lawan dengan INTELEKTUAL,,pengetahuan VeDA,,dan jangan melalui FISIK!!!
@ Ardhani
Yang sangat aneh bagi saya adalah sikap Seorang yg bernama Krisna, yg oleh orang Hindu dianggap sebagai Tuhan yg menitis ke bumi.
Sebagai Tuhan seharusnya dia mendamaikan kedua belah pihak agar jangan sampai terlibat peperangan yg mengakibatkan jatuh korban para prajurit yg notabene adalah rakyat kecil, tapi nyatanya dia malah memihak pada satu pihak, dan ikut ambil bagian dalam medan perang.
Orang Hindu suka ngomel-ngomel ketika dalam agama lain seorang utusan Tuhan berperang karena diperintah Tuhan, tapi mereka berdiam diri ketika dalam agamanya sendiri, sang Tuhan dalam wujud manusia malah terlihat aktif berperang membela satu pihak yg sedang menuntut haknya atas suatu kerajaan (berebut kekuasaan duniawi) .
Gejala2 apakah yg sedang terjadi dalam diri orang Hindu ?
Mungkin hanya orang Hindu sendiri yg bisa menjawabnya.
komen:
Mbak mungkin teman teman banyak sudah menjelaskan diatas. sebenarnya cerita mahabrata banyak diplesetkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. dikisahkan kembalilah dalam bahasa jawa atau bahasa lainya. nah celakanya lagi dalam menceritakan ulang tersebut banyak yang salah tafsir atau mungkin ada maksud lainy yang tidak baik. contohnya mbak padahal tahu masalah pewayangan tetapi mbak tidak tahu peran besar Sri Krisna didalamnya.
Seperti halnya mengajarkan kitab suci Veda yang diajarkan dari garis perguruan yang jelas. begitu juga kisah mahaberata harus diambil dari aslinya. dikuru setra pandawa khususnya arjuna maju ditengah kedeua pasukan karena ngelihat semua yang perang adalah saudaranya maka dia tidak mau berperang dengan korawa yang notabena adalah keluarganya. kekenya, pamannya, dan saudaranya. karena berbagai negosiasi telah dilakukan dan kecongkakan korawa tidak bisa dibendung lagi maka oleh Sri Krisna menjelaskan bahwa kamu perang bukan merebut kerajaan, bukan melawan saudara, kakek, guru dll. tetapi kamu berperang menegakkan dharma. nah penyabdaan sri krisna dengan arjuna itu di bukukan dalam kitab suci Begawadgita dan itu ada diweb ini. silakan berkunjung.
Tuhan yang menitis kebumi ysitu Sri Krisna harus dapat menunjukan keagungannya dan hal ini telah dibahaas dalam artikel Awatara. Thk.
@ Ngarayana
” maaf yan ngarayana tolong koreksi kalo salah dan tolong ada gak link yang menunjukan kisah mahabrata sesuai dengan aslinya biar gak salah paham. kita bagi ma teman teman umat lain. saya cari cari belum ketemu. maaf ya
salam damai
Raksha says:
June 14, 2010 at 7:52 am
“mari lawan dengan INTELEKTUAL,,pengetahuan VeDA,,dan jangan melalui FISIK!!!”
weda tak pernah mengajarkan melawan dalm bentuk apapun, tapi menganjurkan lebih pada pemahaman pada hyang atma kita kalau itu udah dicapai maka
” apa itu artinya intelektual,apa itu artinya kepandaian ,apa itu kesaktian semua itubukan milik kita semua itu pinjaman sarana untuk meraih pembebasan bukan untuk perang melawan sesama . ” SEPERTI SETERANG APAPUN SINAR MATAHARI DI SIANG HARI SETERANG APAPUN CAHAYA BULAN BINTANG DIMALAM HARI , SESEJUK APAPUN ANGIN BERDESIR ITU TAK AKAN BERGUNA JIKA HYANG ATMA SUDAH MENYADARI NYA SEBAB JIKA TUHAN SUDAH MENMAPAKKAN DIRINYA SEMUA TADI AKAN TUNDUK SEPERTI MATHARI AKAN REDUP CAHAYANYA ,ANGAIN BERHENTI MENGALIR DIHADAPANYA”
“CIPTA HENING DAN KESABARAN ADALAH LEBIH PENTING DARI SEGALANYA DALAM MERAIH PEMAHAMAN”
SHANTI RAHAYU
Wuih…..udah banyak yang diskusi…… 🙂
saya lanjutkan yach mbak @Ardhani,
apa mbak meyakini Tuhan kita memang sama???
saya sederhanakan dulu aja deh contohnya,
jika kita berbicara dengan rekan satu bangsa maka ketika ketika menyebutkan bpk presiden maka akan disebutkan kata presiden kita dan bukannya presiden anda atau presiden-mu…..
sedangkan jika kita berbicara dengan seseorang dari negara lain maka akan disebutkan presiden saya, atau presiden anda ato presiden-mu dan bukannya presiden kita…..
nah disini ‘sang penyampai’ adalah Jibril yang merupakan utusan dari Tuhan (Allah), jadi akan menjadi sebuah keheranan ketika disebutkan Tuhan-mu,…..
apa Jibril tidak menganggap Allah itu sebagai Tuhannya???
karena dengan menggunakan kata “Tuhanmu” akan terlihat bahwa Jibril menempatkan dirinya dibagian luar dari ‘lingkup’ Allah (lihat contoh saya tentang presiden)….
apa tata bahasa dalam Qur’an itu yang memang sedikit berbeda dengan tata bahasa pada umumnya???
Salam,
yap saya sangat setuju dengan Raksha,kita sebagai manusia biasanya apalagi belum mencapai pencerahan wajarlah klo kita gak tahan klo ada orang yg menjelekkan agama kita,ingat agama hindu menyumbangkan sesuatu yg lebih berharga kpd bangsa indonesia,pulau bali yg menjadi salah satu aset kekayaan terbesar di indonesia,prambanan yg menjadi kebanggaan masyarakat jawa tengah,semboyan negara kita Binneka tunggal ika,itu semua adalah sumbangan terbesar hindu kepada bangsa indonesia,bandingkan dengan agama lain
Mahrdika dan raksha
teman semua janganlah berbuat seperti kita tidak beragama. saya yakin sdr. ngarayana bikin web ini bukan untuk kekerasan tetapi kecerdasan spiritual…sabar teman ingat ada karmapala hidup ini singkat janganlah gampang emosi
maaf sya bukan menggurui tetapi saya hanya mengingatkan saudaraku.
semoga pkirian damai, positif datang dari segala arah.
salam damai
Ardhani comen:
kan jd brabe kasusnya bl Tuhan skrg ini mnmpkkn driNYA kpd kita……dst.
Saya:
itu 100%Triliun bnr,hny insn suci yg tlh insaf thdNYA,pnymbh murninya yg dianugrahi utk mlht wujd mha smpurna/lngkpNYA. Arjuna slh 1 cthnya. Dan wujd yg dpt dlht manusia biasa adlh wujd aslinya yg sbgian kcil.
Analoginya sprt ini: jika anda mngmti sbuah gdung pnckar lngt, mgkn anda hny dpt mlht puncknya, dindngnya, jndla2nya srta taman2nya, mgkn hny itu. Pdhl di atas atp/puncak gdung disana mgkn ada pot, lmpu hias, mja/kursi santai. Blum lg dibagian dalam, smping ato blakng. Kita tdk bisa mlihat semuanya scra lngkap brsamaan dan wktu yg sama. Tp dgn hnya mlh puncak, dnding jndla2nya(sbgian kcil) anda mgkn mmstikan bhwa itu adlh gdung pncakar lngt yg asli
@Mahardika:
Saya sangat senang dengan saudara – saudara yang lebih mengerti tentang agama dan filsafat Hindu ingin menjelaskan kepada mereka yang belum tahu tentang apa sebenarnya Hindu dan membuat mereka mengerti.
Saya juga Hindu dan pernah merantau selama 4 tahun di pulau Jawa dan Anda pasti tahu bagaimana keadaan dan kondisi disana.
Alangkah baiknya kalau kita menjelaskan apa yang belum mereka tahu dengan cara – cara menyadarkan mereka bahwa apa yang kita lakukan itu memiliki logika dasar dan bukan hanya sekedar ritual atau kebiasaan.
Suatu hari saya pernah ditanya, kenapa orang Hindu kok buat banten banyak sekali bikin – jalanan jadi kotor dengan sampah dan menghabiskan uang.
Saya menyadari mereka menanyakan tersebut karena mereka belum tahun filosfi dan logika dasar mengaka Umat Hindu di Bali melakukan itu.
Maka kita harus menjawab semua pertanyaan mereka tersebut dengan memberikan mereka pengertian logika dasar (bukan membandingkannya), sehingga mereka bisa memahami secara logis mengapa kita melakaukan upacara tersebut. Karena manusia saat ini berfikirnya logis, maka kita juga harus menjelaskan secara logis.
Kalau kita selalu membandingkan dan mencari kesalahan, maka lengkaplah sudah kita saat ini berada di jaman kali. Apakah kita mau semua mau ikut terprosok berada di jaman kali?
Ardhani comen:
Logikanya, Bola Lampu 100 watt jika dialiri arus Listrik 100 jt Mega Watt, apa jdnya…..dst.
Saya:
Wujud Tuhan mnmpung kekuatan tak trhngga/tak trbtas bhkn mlbhi 100 jt Mega watt. Tp Tuhan mgkn hnya memamerkan/mggunakan kkuatannya 100 watt sprti yg anda blng. Karena memang sgitulah kekuatan yg dbutuhkan pd wktu itu. Sprti bola lmpu anda drumah dgn mnggunakn 100 watt kmar anda mgkn dh trang, tdk brarti Pembangkit Tenaga Listriknya cm bs mghsilkan 100 watt, pst lbh dri itu. Ato kalau anda mmbunuh nyamuk yg hinggp djidat anda cukup dgn tpukan tangan sblah sj itu sudh bs mti, tdk prlu mnggunakan pistol.
Dear All
Seperti apa yang disampaikan bli Srid, saya ingin menciptakan suasana perdebatan sehat sebagaimana yang secara tradisi Veda sudah berlangsung dengan baik. Dalam tradisi Veda, perdebatan filsafat sangatlah biasa dan itu sangat perlu serta sangat penting diantara perguruan/aliran. Perdebatan sehat seperti itu dapat membuka pola pikir kita dan mengarahkan kita pada suatu ajaran yang benar-benar sesuai dengan watak dan tataran/tingkatan spiritual kita, jadi bukan sekedar ikut-ikutan, hanya karena tradisi leluhur atau mengikuti dogma-dogma semata.
Sama halnya latih tanding antara perguruan pencak silat. Pertandingan itu bukan untuk menimbulkan permusuhan, tetapi dengan adanya pertandingan persahabatan itu, kita akan semakin meningkatkan ilmu kita masing-masing dan tentunya diharapkan dapat mempererat persahabatan.
Karena itu untuk semua teman-teman silahkan berdebat dengan bebas dan kepala dingin, tetapi saya mohon untuk tidak saling membenci karena kebencian adalah salah satu batu sandungan dalam menggapai tataran kerohanian. posting teman-teman sama sekali tidak saya moderate (kecuali filter spam), jadi comment apapun yang masuk akan ditampilkan di sini secara bebas.
Salam,-
@Darmawan
Bung Darmawan, pertama, saya ucapkan selamat atas keluarnya anda dari Islam yg mungkin anda pandang sebagai agama sesat berdasarkan pemahaman anda sendiri.
Tidak ada yg memaksa anda untuk tetap dalam agama Islam jika hati anda sendiri berontak karenanya.
Kedua, sedikit membantah pont2 yg anda sebutkan disini :
=======
Darmawan says:
1. Islam membagi manusia dalam dua golongan, yaitu mukmin dan kafir. Mukmin adalah orang yang mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul Allah sedangkan kafir adalah orang-orang yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah. Perbedaan antara mukmin dan kafir tidak berkaitan sama sekali dengan budi pekerti seseorang.
*****
Komen Ardhani :
Benar kata anda diatas.
Tidak ada kaitan sama sekali antara pembedaan kata mukmin dan kafir dengan budi pekerti seseorang.
Pembedaan itu berhubungan dengan Iman, bukan dengan budi pekerti.
Banyak orang yg berbudi pekerti baik, tetapi dia menolak beriman pada Allah, dengan demikian dia disebut kafir bukan mukmin.
======
Darmawan Says :
2. Memerintahkan mukmin memerangi kafir dengan jalan melakukan jihad di jalan Allah padahal memerangi kafir tidak sama dengan memerangi kejahatan. Kalaupun ada mukmin yang baik yang berusaha mengajak kafir yang jahat untuk menjadi mukmin, upaya tersebut belum tentu mengurangi kejahatan, karena tidak ada jaminan bahwa kafir jahat yang menjadi mukmin akan menjadi orang baik.
********
Komen Ardhani :
Anda salah memahami Quran,
Tidak semua orang kafir boleh diperangi
Pembagian kafir ada dua :
1) Kafir dzimni, yaitu kaum kafir yg tidak memusuhi Islam, dan ingin hidup berdampingan tanpa saling mengganggu.
2) Kafir Harbi, yaitu kaum kafir yg terang2an memusuhi, senantiasa memberi gangguan, dan lebih dulu memerangi muslim.
Terhadap kafir dzimni, muslim dilarang keras untuk memerangi mereka, membunuh salah satu dari mereka akan dikenakan tuntutan hukum yg berlaku secara adil, hak2 mereka mendapat jaminan sebagaimana mestinya dalam suatu negara Islam.
Ada hadist, Nabi Muhammad bersabda : Siapa (maksudnya orang Muslim) yg menyakiti kafir dzimni, dia (muslim itu) sama seperti menyakiti aku.
Terhadap kafir harbi, jelas2 mereka harus diperangi, karena mereka duluan yg menyatakan perang pada Muslim. Kalau kita diserang, maka kita berhak melawan, itu logikanya.
=======
Darmawan says :
3. Menghalalkan pembunuhan. Jihad memang dapat dilakukan tanpa kekerasan, tetapi di samping ajaran jihad, islam juga menghalalkan mukmin membunuh kafir jika diperlukan atau dalam rangka mempertahankan diri. Sekali pembunuhan dibenarkan, soal alasan dapat dicari dan orang dapat diprovokasi untuk memulai penyerangan sehingga ada alasan untuk membunuh.
******
Komen Ardhani :
Jika anda diserang oleh orang lain yg bernafsu membunuh anda, maka anda berhak membela diri, walaupun itu berarti anda membunuh musuh anda itu. Itu prinsipnya.
Pembelaan diri juga diakui dalam hukum2 buatan manusia, misalnya dalam KUHP, orang membunuh karena membela diri maka dia tidak bisa dipersalahkan atas pembunuhan itu.
Tuhan tidak akan mengajarkan manusia yg tidak bersalah untuk pasrah diam saja jika ada orang yg menyerang untuk membunuhnya.
Soal alasan yg bisa dicari2 dan memprovokasi orang untuk memulai penyerangan sehingga ada alasan untuk membunuh, kalaupun itu dilakukan oleh beberapa oknum orang Islam, tetapi perbuatan seperti itu tidak diajarkan oleh Islam.
Perbuatan seperti itu bisa dilakukan siapa saja, tanpa memandang agamanya apa.
Please bijaksana sedikit.
=======
Darmawan says :
4. Mengajarkan pemuasan nafsu seksual laki-laki. Hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan adalah bagian dari proses evolusi dimana hasil dari hubungan tersebut dapat melahirkan seorang bayi yang merupakan karya ciptaan Tuhan. Hubungan seksual adalah bagian yang sakral yang harus dilakukan oleh pasangan dalam ikatan perkawinan antara seorang laki-laki dengan wanita yang didasari kasih sayang dan bukan nafsu semata.
******
Komen Ardhani :
Maksud anda poligami ?
Ya memang poligami bisa disalah gunakan oleh orang yg tidak berpaham benar untuk memuaskan nafsu mereka.
padahal ada sisi positif dalam Poligami, sehingga Tuhan tidak pernah mengharamkan Poligami.
Dalam Islam, pernikahan antara seorang laki2 dan wanita tidak cukup dilandasai kasih sayang saja, tetapi yg lebih utama dari itu adalah tanggung jawab, baik terhadap keluarga, lingkungan, dan kelangsungan hidup generasi penerus yg kuat secara fisik dan moral. Itu yg melandasi diperbolehkannya poligami.
Sedangkan ajaran islam sebenarnya tidak berusaha menumbuh suburkan praktek poligami pada umatnya, tetapi justru MEMBATASI poligami dari semula TIDAK TERBATAS (tidak dilarang dalam al kitab Yahudi – nasrani) menjadi maksimal empat saja, bahkan dengan jelas menyarankan monogami sebagai jalan yg terbaik yg lebih aman, jika orang yg ingin berpoligami merasa takut tidak bisa berbuat adil pada istri2nya.
@Darmawan
=======
Darmawan Says :
5. Mengajarkan kiblat. Sembahyang memandang ke arah kiblat mengajarkan bahwa Allah hanya ada di satu tempat. Karena lokasi yang dijadikan kiblat adalah bagian dari satu negara, dampak dari kiblat , bangsa yang memiliki kiblat merasa lebih tinggi derajatnya. Padalah Allah yang maha adil telah memberikan tanah sebagai pusaka kepada semua bangsa agar tanah tersebut dipelihara dan dibanggakan.
******
Komen Ardhani :
O-O, kesalahan fatal dalam memahami Islam.
Kiblat itu arah, penyeragaman untuk menghadap. Menjaga kekompakan.
Tidak ada ajaran Islam yg mengajarkan Allah bertempat tinggal di Kabah.
Allah memang tinggal di satu tempat, yaitu di arsy, yg jelas bukan di bumi, apalagi di kabah.
Jika ada bangsa yg merasa lebih tinggi karena merasa kiblat umat Islam ada di negaranya, ya silahkan saja berpandangan seperti itu. Tapi saya yakin, semua muslim memahami hakikat kiblat sehingga tidak ada yg berpandangan seperti itu.
Mungkin hanya anda yg berpandangan seperti itu, tapi syukurlah anda sudah keluar dari Islam.
Yang jelas, semua muslim memahami (dan ini memang diajarkan dalam Islam), bahwa derajat seseorang dihadapan Allah ditentukan dari seberapa besar ketakwanya kepada Allah, bukan karena faktor kebangsaan, kesukuan, status social dan ekonominya.
=====
Darmawan Says :
6. Bahasa Arab adalah bahasa Allah. Mengajarkan bahwa sembahyang hanya sah jika menggunakan bahasa Arab, mengkerdilkan kemampuan Allah yang dapat memahami semua bahasa, pemaksaan bahasa Arab sebagai bahasa yang dimengerti Allah berarti merendahkan drajat bangsa lain.
*******
Komen Ardhani :
Penggunaan bahasa Arab dalam ritual sembahyang adalah sebagai lingua franca, agar setiap Muslim bisa bersembahyang bersama2 dengan muslim lainnya dari bangsa dan budaya apa saja di seluruh penjuru bumi, tanpa perlu terkendala perbedaan bahasa.
Untuk menjaga kesetaraan, persatuan dan kekompakan dibutuhkan satu bahasa yg mempersatukan mereka dalam beribadah secara berjemaah dihadapan Allah yg satu.
Mungkin anda bisa bayangkan, betapa kacaunya jika jutaan jemaah haji seluruh dunia yg berkumpul di masjidil haram untuk sholat berjamaah, masing2 boleh menghadap kemana saja dan bersembahyang dengan bahasa mereka sendiri2
Benar2 kacau ! kalah pasar induk kramat jati.
Mulailah berfikir dari situ.
Sholat harus dalam bahasa Arab demi tujuan seperti itu, sedangkan doa2 pribadi bisa anda sampaikan dengan bahasa apa saja.
=======
Darmawan says :
7. Isi Al-Qur’an harus dipercaya sebagai kata-kata Allah. Kitab suci yang benar adalah kitab suci yang berisi pesan yang jika diamalkan akan menghantarkan manusia menjadi suci, bukan dengan cara membaca ayat-ayatnyakeras-keras lalu mendapat pahala. Kitab suci berisi kebenaran yang dimengerti manusia yang bersumber dari Tuhan tetapi bukan kata-kata Tuhan yang harus dipercaya kebenarannya.
Bagi yang mau belajar Islam yang benar silahkan klik http://memahamiperbedaanagama.blogspot.com ada bebarapa tulisan menarik.
********
Soal orang yg hanya membaca Quran keras2 tapi tidak mengamalkan isinya, saya setuju dengan anda bahwa perbuatan itu tidak baik.
Quran memang bukan untuk dibaca saja, tapi yg paling penting adalah diamalkan isinya dalam perbuatan sehari2.
Tapi bagaimana akan mengamalkan, jika Quran tidak / jarang dibaca ?
Bukankah untuk mempelajari agama orang harus membaca kitab sucinya ?
Lalu kenapa orang diganjar pahala agar mau membaca Quran, anda menjadi keberatan ?
Awal yg baik perlu dihargai, bukan untuk dicibir dan dilemahkan, itulah yg dijanjikan Allah kepada manusia.
Dalam Islam, kebaikan itu tidak hanya dihargai dari hasilnya, tapi sejak dari niat dan prosesnyapun sudah dihargai sebagai kebaikan.
Tulisan anda :
“Kitab suci berisi kebenaran yang dimengerti manusia yang bersumber dari Tuhan tetapi bukan kata-kata Tuhan yang harus dipercaya kebenarannya.”
Jika bersumber dari Tuhan harus dipercayai sebagai kebenaran, mengapa yg kata2 Tuhan malah tidak boleh dipercayai sebagai kebenaran ?
Bukankah kata2 Tuhan juga bersumber dari Tuhan ?
Mengapa kata2 Tuhan harus dikalahkan kebenarannya untuk dipercayai dibanding karya tulis manusia yg diyakini diilhami oleh Tuhan ?
Kalau anda tidak bisa yakin dengan kata2 Tuhan, bagaimana anda bisa yakin dgn tulisan manusia yg dikatakan wahyu dari Tuhan ?
Salam
@darmawan….menurut saya ibrahim as.tidak memiliki luka di kening tapi dalam agama saya ada seseorang yang juga musuh agama saya yang memiliki tiga mata yang bernama dajal…
dajal sendiri adalah raja syetan yang terus hidup sampai akhir jaman..jadi menurut saya abraham yang anda ceritakan itu bukan kakek moyang agama kami karena dalam kitab agama kami ibrahim as.tu tidak memiliki ayah atau ibu iya di turunkan dari surga dikarenakan memakan buah quldi adam as memakan 1 dan hawa memakan 2 dan itu sekarang di kaitkan dengan manik pada laki2 dan buah dada pada perempuan..
sekian terima kasih
Trima ksh saudara Ngarayana, atas pringtan ke’alpakaan maupun ke’papaan kmi.
Memang shrusnya kmi brdbat dgn akal sht dan kpla dingin dgn sll brpegang kpd 3/Tri Kaya Parisuda(3 prbuatan yg suci dan bnar yaitu pikiran, prkataan, tingkah laku). Saling asah asih asuh thd smua cptaan Tuhan agr bs trwujud 3 Hita Karana(3 hub./jalinan pnybb keharmonisan. Hubngn dgn Tuhan, hub dgn manusia, hub tumbuh2n/binatng maupun alam bsrta sgl isinya). Buat saudara2 nonHindu maaf ats keALPAAN dan kePAPAAN kami, jg manusia yg gk luput dri smuanya diatas, sdikitpun kami tdk brniat mncri musuh apalgi brfkr utk pnya musuh, krna kami sudah punya musuh yg jauh lbih mngerikan dripda musuh2 yg ada slma ini yaitu:
SADRIPU (6 Musuh yg ada pd diri kami
1.Kroda/kemarahan 2.Mada/kemabukan pd hal2 duniawi 3.Matsarya/irihati, dngki, kbncian 4.Moha/ktdaktahuan,kebingungan 5.Kama/pemuasan nafsu indriya scra brlbihan. 6.Lobha/Rakus,menginginkn ssuatu scra brlbhan.
Dgn ini skali lg kami mohon maaf shrusnya kami ttap brpegang tguh kpd ajaran di atas agar trcptanya Santi/kedamaian bg smua, agar kita bs mwas dri dlm mnjalani hdup djaman Kali(jmn kekalutan) ini. Namun kmi jg brharap agr saudara nonHindu brtnya dgn tunduk hti, dgn rndah hati, bila ada ssuatu yg mggnjal dlm ajarn kami, kami pst dgn sng hati mnjwbnya dan apa bila ssuatu itu kmi ktahui. Krn bgi kami prtnyaan yg tulus yg brtujuan utk pncerahan adalah hal yg wajar. Sekian trima kasih.
Damai damai damai
Waah gila……. hancur bnr kisah Mahabharata di Jawa(versi wayang).
Td pg sy nntn brta gosip Di TV, gosipnya ttg ariel vs luna vs cut tari vs dll. Narasumbernya ngmg kyk gni: Sprti kisah pewayangan, ariel itu ibarat Arjuna, orgnya memang kurus, kcil tp dgandrungi wanita, wanita bnyk yg snng kpdnya” bgtu ktanya.
Yg sy gk trima adlah Arjuna itu sosok yg kekar, perkasa, dan tdk suka ngumbar hawa nafsu apapun apalgi sex. Krna ia adlh ksatria yg tngguh brtarung jg tngguh dlm hal pngndalian diri/tapa brata bhkan ktika ia dianugrahi bidadari Urwasi, ia mlh mnolaknya, smpai2 urwasi mgutuknya gr2 pnolakan itu, memang ia pnya istri Drupadi, ato Subadra. Slain memang di dasari tnggung jwb/cnta ats istrinya, prkawinan inipun mmpunyai makna utk mnjlin sekutu utk mnghadapi pasukan Kaurawa nanti, bukn skedar ngumbr nafsu, sprti yg dbilang narasumber TV td, ato lirik lgunya Dewa 19(Arjuna mncri cinta), seolah2 tujuan utama Arjuna dlm hdup ini adlh brcinta ato ngesex
@Made
Made says :
Burung gagak akan selalu berkumpul dengan burung gagak, burung kuntul juga akan selalu berkumpul bersama burung kuntul. Demikianlah orang yang satu karakter dan memiliki karma yang serupa akan berkumpul dalam satu keluarga, berkumpul dalam satu masyarakat atau negara. Maka di daerah konflik di timur tengah, di Indonesia dan/atau di negara-negara lainnya akan berkumpul orang-orang yang memiliki kesamaan dalam karma-karma tertentu. Jadi bukan berarti satu karma buruk seseorang akan dilimpahkan pada orang lain. Karma buruk kita sendiri tidak bisa dilimpahkan kepada anak kita atau siapapun juga. Tetapi karena karma kita di masa lalulah yang mengakibatkan akhirnya kita berkumpul dalam suatu masyarakat/keluarga dan menerima sebuah “musibah” atau “keberuntungan” bersama sebagai pahala atas karma kita yang lalu.
Jadi dalam kasus konflik timur tengah, ataupun dalam kasus bencana-bencana yang menimpa masyarakat secara berjamaah adalah karena mereka memiliki beberapa hasil karma yang sama. Mereka terlahir dan dikumpulkan dalam satu tempat karena karma masing-masing. Adilkah hal ini? Jika anda meyakini hukum karma dan reinkarnasi maka hal ini akan sangat logis. Tetapi jika anda tidak meyakini keduanya, atau hanya meyakini salah satunya, maka sudah pasti jawabannya hanya berujung pada “Itu hak prerogative Tuhan”.
********
Komen Ardhani :
Itu tidak logis karena tidak sesuai dengan kenyataan sehari2,
Tidak banyak di dunia ini, satu negara yg penduduknya homogen, kenyataannya dalam negara atau komunitas apapun, orang2nya heterogen dalam segala keadaan mereka.
Bahkan dalam satu keluargapun, tidak jarang mereka terbagi dalam berbagai agama dan karakter individu yg berbeda2. apakah factor karma yg menjadikan mereka tersatukan dalam kelurga itu ?
Pendapat anda diatas malah meminggirkan sifat keadilan Tuhan.
Bagaimana satu kelompok bisa berkembang kemajuan mereka, jika dalam satu kelompok tersebut hanyalah berisi orang2 berkarakter dan ber karma yg sama ?
Quran kami menerangkan lebih baik soal ini :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu SALING KENAL MENGENAL. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS 49:13)
======
Made says :
Apakah kehadiran agama-agama lain setelah Veda tidak diketahui?
Veda sangat lengkap dan sudah meramalkan berbagai ajaran yang akan muncul setelahnya. Kemunculan agama Buddha tidak lepas dari adanya Avatara Buddha. Kemunculan Nabi Isa ataupun Muhammad juga sudah diramalkan sebelumnya. Jadi jangan heran jika anda menemukan topik-topik seperti ramalan Yesus dan Buddha dan juga Muhammad di Internet dan sepertinya di blog ini juga ada. Apa anda sudah baca?
Tuhan selalu menyempurnakan ajarannya? Apakah Tuhan anda tidak sempurna? Apakah Tuhan anda tidak maha tahu sehingga beliau tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Apakah Tuhan anda bekerja seperti halnya mahasiswa yang mengerjakan skripsinya? Dibuat, direvisi karena tidak sempurna dan direvisi lagi? Kalau memang Tuhan anda demikian, berarti dapat saya katakan Allah itu tidak sama dengan Tuhan yang saya puja. Tuhan saya sudah mengetahui segala hal, sehingga ajaran yang cocok untuk masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang sudah tertulis dengan jelas dalam kitab suci Veda.
**************
Komen Ardhani :
Bukannya Tuhan yg tidak sempurna hingga Dia harus selalu menyempurnakan agamaNya, tetapi manusia lah yg tidak sempurna sehingga agama2 yg diberikan pada mereka perlu di up grade Tuhan seiring dengan tingkat kemajuan peradaban mereka.
Orang2 suku primitive di pedalaman papua tidak akan merasa bermanfaat apa2 ketika anda beri laptop keluaran tercanggih, yg mereka perlukan adalah ajaran tentang pengetahuan dasar berhitung dan mungkin alat Bantu seperti sempoa sudah cukup bagi tingkat peradaban mereka,
Jika peradaban mereka telah semakin maju, mungkin sudah saatnya mereka diperkenalkan secara berturut2 dengan kalkulator hingga ke computer tercanggih dan internet.
Demikian pula Tuhan memberikan tuntunan kepada manusia proporsional dengan tingkat kemajuan peradaban mereka.
Salam
@Dwi
Dwi says :
oh ya, aku mau tanya sama yang muslim, saya pernah baca hadits “yahudi akan menjadi 70 aliran, kristen 71, n islam 71, dan masing -masing hanya satu aliran yang akan masuk surga” maksud sejatinya apa? menurut saya hadits ini bisa menjadi pesan damai…dan semua orang saling menghormati dan hidup dalam damai
********
Komen Ardhani :
Maksudnya hanya yg setia dengan prinsip2 yg benar (murni) seperti yg dimaksudkan dengan para pembawa agama itu yg akan diterima oleh Tuhan
Selebihnya, kelompok2 yg menyelewengkan agama dengan tafsiran2 mereka sendiri, yg menjadi tidak sesuai dengan ajaran yg benar, akan tertolak.
Salam.
@Ceng blong
Ceng Blong says :
Sudahlah tman2, itulah mkanya knapa Yogi2 kta sprti Srila Prabupada, Vivekanda, Satya Sai Baba dll lbh mmilh nyebarin Veda di Barat, krn di sana keLogisan, hal2 yg sejaln dgn ilmu sains adlah yg utama dsana. Alhasil bnyk tokoh2 dunia yg mnrma kbjksanaan Veda sprt Albert Einstein, Bill Gate, Henry Ford, George Harrison(prsnil The Beattle), Stephen Knapp, Frank Morales, dll. Skrang timbul prtanyaan apakh org2 ini tdk brfikir logis/goblok shngga mnerima Veda pdhl bnyk hal2 yg tdk logis dlm Veda sprti apa yg dkatakan ardhani. Skrg sy balik brtanya sjak kapan intelek org Indonesia lbh tnggi dbnding Barat?Sy yakin tak ada media nasional yg meng’Xpose ini dan tmn2 psti tau knp?
Ada lgi bru2 ini yg mmbnggakn. Mr.Erick Domb dr Belgia mmbngun Pura style Bali, gru spirituanya pun dr Bali, mnyusul jg dr Jerman jg mmbuat pura style Bali, alsnnya itu krn ia mnrma kbjksanaan Veda. Hal ini pun gk dliput oleh 1pun media nasional dan tmn2 pun psti tau knapa? Apkh org2 ini gk logis/goblok sprti yg dblng Ardhani……
********
Menerima Veda tetapi tidak menjadi Hindu
Yang itu namanya menerima sebagai wacana saja Mas, bukan sebagai jalan hidup.
Saya pun bisa menerima apa2 yg baik, meskipun itu diajarkan oleh veda, Taurat, injil atau dharmo gandul sekalipun.
Tapi jalan hidup saya tidak lantas berubah karena menerima beberapa kebenaran dari kitab2 itu.
Itu hanya memperkaya saja, bukan merubah identitas.
=======
Ceng Blog says :
Sy sndr gk kwtr bl Hindu bnr2 punah di negri bnyk tikus ini krna dh bs subur di Barat.
Utk mnilai ajran Islam adlh DOGMA, kta bs kutip 1 ayat(cukp 1 gk ush bnyk2) yg mnytkn bhwa: BUMI ADLAH HAMPARAN TANAH YG DATAR, MATHRI MNGLILINGI BUMI, MTAHARI TNGGLAM DI KUBANGAN LUMPUR. Pdhal tdk dmikian, apalgi Islam mngaku agma PALING SMPURNA, TNPA CACAT WALAU SDIKITPUN……….
******
Komen Ardhani :
Bumi adalah hamparan tanah yg datar ?
Alquran bilang bumi sebagai “dahaha” , itu kata ambigu, artinya bisa dua :
1) Meluaskan (datar), orang Arab abad ke tujuh bisa percaya.
2) Bulat seperti telur (burung onta), ilmu pengetahuan modern membuktikan dilihat dari angkasa, bumi ini bukan benar2 bulat tapi elips mirip2 telur. Fakta Itu tidak diketahui orang Arab abad tujuh.
Matahari mengelilingi bumi ?
Apa ada ayat seperti itu didalam Quran ? jangan mengada2
Yg ada adalah matahari berjalan pada garis edarnya.
Dan kenyataannya memang begitu, sesuai pengetahuan modern, ternyata matahari tidak diam ditempat, tetapi bergerak (berevolusi)dalam orbitnya mengelilingi satu titik di galaksi kita. Fakta itu tidak diketahui orang Arab abad tujuh.
Matahari tenggelam di kubangan Lumpur ?
Di pantai Kuta pun matahari tenggelam ke laut.
Di gurun sahara matahari tengelam di tumpukan pasir
Di kutub matahari tenggelam di hamparan salju
Di daerah saya matahari tenggelam di genteng2 rumah penduduk
Salam
@ ardhani
Saya rasa apa yang disampaikan oleh saudara Made tepat. Kenapa demikian? Coba anda perhatikan kawanan burung gagak, burung kuntul atau kelompok binatang apapun. Apakah mereka yang ada dalam satu kawanan tersebut 100% memiliki nasib yang sama? Tidak kan? Apa maksud dari semua itu? Artinya dalam suatu hal mereka memiliki phala global yang sama, tetapi mereka juga memiliki karma yang sekaligus dalam taraf yang berbeda.
Saya contohkan lagi masalah korupsi berjamaah yang terjadi di sebuah departemen. Semua orang dalam departeman tersebut terlibat korupsi sehingga mereka semua dihadapkan dengan perkara hukum dan mendapat sangsi. Ada yang harus dihukum seumur hidup, ada yang hanya 10 tahun penjara, 2 tahun penjara dan ada juga yang hanya dikenai denda tanpa harus dipenjara. Apa yang menyebabkan perbedaan hukuman ini? tentu kualitas dan kuantitas mereka dalam mencuri. Nah sekarang kita tarik dasar berpikir ini untuk melihat apa yang terjadi di timur tengah. Disana dapat kita katakan semua orang terlibat dalam peperangan. Tetapi meskipun demikian, tidak semuanya memiliki tingkat penderitaan yang sama. Ada yang baru lahir harus mati diterjang peluru, ada yang tersiksa seumur hidupnya, ada yang hanya kehilangan sanak keluarga atau harta benda dan ada juga yang bisa mengungsi dan akhirnya bahagia di tempat lain.
Kenapa akibat yang mereka terima berbeda-beda? Dalam suatu hal mereka memiliki karma yang sama, tetapi di lain hal mereka memiliki karma yang berbeda. Sehingga tidak bisa disama ratakan.
Nah sekarang saya tanya ke anda, jika anda tidak meyakini konsep karma-phala, lalu apa penyebab perbedaan kelahiran di dunia ini? Kenapa harus ada binatang, manusia cacat, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang lahir di golongan/agama A, B dan C? Dimana letak keadilan Tuhan?
Mengenai ayat yang anda kutip sangat bagus… yang memang benar, orang yang paling bertakwa kepada Tuhan adalah yang paling mulia. Hanya saja, apakah orang yang mereka yang suka membenci dan menyakiti mahluk lain yang sebenarnya juga ciptaan Tuhan bisa disebut orang yang bertakwa? Sebagaimana sering saya contohkan, jika anda mencintai pasangan anda, tetapi anda sendiri seringkali merusak barang-barang miliknya sehingga menyakiti hatinya, apakah orang lain bisa mengatakan anda benar-benar sayang pada pasangan anda? 🙂
Saya rasa analogi yang anda ungkapkan tidak tepat saudara Ardhani. Suku primitip dengan laptop canggih. Apakah 500 tahun lalu sudah ada laptop Intel Core i7? Bukankah laptop yang ada sekarang adalah penyempurnaan dari teknologi manusia yang ada pada jaman dulu?
Yang anda katakan primitif apakah tingkatan spiritualitas ataukah materialistiknya? Anda harus membendakan kedua ini. Kenapa? Orang yang canggih dalam bidang teknologi seperti manusia modern sekarang ini belum tentu dekat dengan Tuhan. tetapi mereka yang kelihatannya kuno dan bodoh seperti para petapa malahan lebih memahami hakekat Tuhan. ya ga?
Andaikan anda mengatakan tingkat spiritualitas manusia jaman dulu primitive sehingga ajaran yang diturunkan primitive, apakah menurut anda keprimitivan ajaran tersebut sudah mampu membuat mereka kembali ke sisi Tuhan?
Oh ya.. tolong dunk sebutkan standar keprimitivan dan kemajuan spiritual menurut anda agar kita bisa menilai bagaimana orang jaman dulu lebih rendah dari segi spiritualitas dari pada orang jaman sekarang. Mohon bimbingannya ya saudara Ardhani… 🙂
Jadi menurut anda, ajaran yang paling benar yang mana? Apa anda yakin ajaran anda yang paling tepat dan yang lain salah sementara muslim yang lain juga menyatakan pendapat yang sama?
Mungkin perlu saya tegaskan di sini bahwa pengikut ajaran Veda tidak harus disebut sebagai Hindu, karena itu nama asli dari Hindu adalah Sanatana Dharma (Dharma yang abadi). Artinya apa? Seseorang yang menjalankan prinsip-prinsip Veda tidak harus menuliskan dan berteriak lantang mengatakan dirinya Hindu. Ajaran Veda bukan ajaran yang dibangun di atas suatu kelembagaan, tetapi ajaran yang mengedepankan kesadaran. Dharma sendiri dapat berarti kebajikan, kewajiban dan juga sifat dasar. Seperti contohnya api dharma-nya adalah panas dan membakar, es dharma-nya adalah dingin dan membekukan, gula dharmanya adalah manis dan dengan demikian dharma dari manusia (sebagai Jiva/roh) adalah pelayan abadi dari Tuhan. Maka jika seseorang mempelajari Veda, meskipun dia menulis di KTP-nya sebagai agama A, B, C atau apapun namun dia bisa insaf akan dirinya sebagai pelayan Tuhan yang abadi, maka tujuan dari Veda sudah tercapai. Srila Prabhupada pada saat menyebarkan ajaran Veda di Amerika pernah ditanya oleh pemuka agama Kristen di sana; “Apakah anda kesini ingin menghindukan orang-orang kami (Kristen)?”, Prabhupada menjawab; “Saya kesini bukan untuk merubah agama seseorang, tetapi membangkitkan kesadaran Krishna (kesadaran akan Tuhan) dalam diri seseorang, mengangkat taraf kehidupan mereka yang seperti binatang (suka mabuk, telanjang, sex bebas dan dipenuhi oleh kehidupan material) menjadi lebih spiritualis”.
jadi mohon dibedakan saudara Ardhani, Veda memang tidak menuntut seseorang untuk menjadi agama Hindu, tetapi adalah untuk membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan Tuhan (Baca juga Bhagavad Gita 15.15)
Salam,-
Ngarayana
Bro Ardhani, bagaimana dengan pernyataan ini; (gue kutipkan dari http://wirajhana-eka.blogspot.com/2008/08/versi-agama-bumi-datar-matahari.html)
————————–
Salah seorang genius dari Saudi dikenal dengan nama “Shaikh Abd-al-Aziz Ibn Abd-Allah Ibn Baaz” (artinya – abdi Allah yang Maha Besr atau putera abdi Allah). Singkatnya, ‘Ibn Baz’. Sejak kecil ia sangat suka menghafal Quran dan belajar buku2 religius Islam (Saudi Gazette, 1999). Ia percaya bahwa tidak ada pengetahuan diluar Quran dan Ahadith; dan oleh karena itu tidak perlu belajar hal lain selain kitab-kitab suci Islam.
Pada usia 16, mata Ibn Baaz kena infeksi parah. Pada usia 20 ia menjadi buta total. Namun, ia tidak pernah putus asa. Walau buta, ia berketetapan untuk melanjuntukan studinya dalam Islam dibawah pengarahan pemikir Islam paling ternama jamannya, seperti: Sheikh Shanqeeti dan pakar-pakar Islam lainnya. Sebuah artikel yang diterbuntukan dalam ‘Saudi Gazette’ membeberkan pendidikan lelaki jenius ini:
“Subyek-subyek yang dipelajarinya termasuk bahasa Arab dan sains Islam termasuk penafsiran Qur’an, Sunnah Nabi (saw), Yurisprudensi dan Sejarah Islam. Sebagai visionaries Islam, ia mengerti penuh pengaruh sejarah terhadap umat dan bekerja keras agar pengaruh iblis pada rakyat masa lalu tidak terulang dijaman kini.” (Anon, 1999)
Singkatnya, otak kreatifnya di-Islamisi secara total dan tidak ada satupun kitab Islam yang tidak dipelajarinya dengan demikian ia menjadi pakar besar dan dihormati diseluruh Saudi. Tidak ada sains dalam Quran dan hadis yang tidak ia pelajari. Ibn Baz adalah ‘Quran & hadis Berjalan’.
Selama hidupnya, jenius besar Islam ini mengabdi diri untuk mengerti mukjizat-mukjizat sains Quran dan ia mengeluarkan banyak fataawa (kata jamak “fatwa”) bagi perkembangan peradabpan yang dimulai dari thn 1940 (Wikipedia, 2006). Menurut ‘Arab News’ ( surat kabar ternama Saudi) tgl 15 Mei 1999, Ia mengeluarkan ribuan fatwa tentang masalah-masalah ekonomi & sosial berdasarkan Qur’an dan Sunnah. Fatwa pertamanya adalah:
‘pemberian kerja bagi non-Muslim di Teluk Arab dilarang dalam Islam.’
Setelah beberapa decade, ia mengeluarkan fatwa berikutnya:
‘Tentara Non-Muslim harus ditempatkan di tanah Saudi untuk membela Kerajaan Saudi dari tentara Iraq ’ (Kepel, 2004).
Fatwa ini bukan merupakan kebalikan dari fatwa pertama, orang jenius selalu berpikir berbeda dan setiap saat dapat mengembangkan ide-ide kreatif.
Ia menulis sejumlah buku yang berguna bagi umat manusia. Bukunya selalu menjadi best-seller dalam dunia Muslim. Penemuan paling terkenalnya ditulisnya sesuai dengan judul bukunya, “Bukti bahwa Bumi Tidak Bergerak.” Riset sains ini diterbitkan oleh Islamic University of Medina, Saudi, thn 1974. Pada halaman 23, ia berbicara tentang penemuan yang merujuk pada ayat2 Quran dan hadis. Ia dengan yakin menentang kepercayaan kuno bahwa bumi berputar. Ini kutipannya,
“Kalau bumi berputar (rotasi) seperti yang mereka katakan, maka negara-negara, pegunungan, pohon-pohon, sungai-sungai dan samudera-samudera tidak memiliki dasar dan orang akan melihat negara-negara di timur bergerak ke barat dan negara-negara barat bergerak ke timur.”
Parvez Hoodbhoy menggambarkan konklusi ilmiah berguna Ibn Baz diatas tersebut dalam bukunya “Islam and Science: Religious Orthodoxy and the Battle for Rationality”. Pada halaman 49, ia menulis,
“.. The Sheikh (Abdul Aziz Ibn Baz) menulis … sebuah buku dalam bahasa Arab berjudul Jiryan Al-Shams Wa Al-Qammar Wa-Sukoon Al-Arz. Artinya : Pergerakan Matahari dan Bulan dan Tidak Bergeraknya Bumi … Dalam buku sebelumnya, ia mengancam para penantang dengan fatwa keras atau ‘takfir’ (alias kafir), tetapi tidak mengulanginya dalam versi yang lebih baru.”
Berita tentang penemuan besar Ibn Baz ini tersebar seperti api diseluruh dunia dan Muslim mulai menerima kredibilitas teori ‘tidak bergeraknya bumi’. Namun dunia kafir ragu-ragu menerima pendapatnya ini. Judith Miller, menulis dalam bukunya ‘Tuhan memiliki 99 Nama’, di halaman 114,
“Ketika ia (Sheikh Bin Baz) mengutuk apa yang disebutnya sebagai penghujatan gaya Copernicus dan bersikeras bahwa Quran mengatakan bahwa matahari bergerak, wartawan Mesir, mengolok-olok ulama ternama itu sebagai ‘refleksi primitif Saudi. ”
Tahun 1993, pada suatu pagi hari, otak encer sang jenius membuka Qurannya dan menoleh sejumlah mukjizat ilmiah dan sampai pada penemuan baru bahwa ‘bentuk bumi = ceper’. Ini direkam oleh Carl Sagan dalam bukunya “The Demon-haunted World: Science as a Candle in the Dark”. Sagan menulis,
“Tahun 1993, otoritas religius tertinggi Saudi, Sheik Abdel-Aziz ibn Baaz, mengeluarkan fatwa, menyatakan bahwa bumi adalah ceper. Siapapun yang menolak dianggap tidak percaya Allah dan harus dihukum. ” dan ada sebuah fatwa terkenal yang dikeluarkan oleh Sheik Abdel-Aziz ibn Baaz. Statusnya memberikan bobot pada fatwanya namun pendapat2nya sering membuat rakyat Saudi malu.
Seluruh dunia (kecuali kafir) mulai menerima penemuan ilmiah ini. Contoh; tanggal 12 February, 1995, hal A-14 sebuah artikel diterbitkan dibawah judul “Fatwa-fatwa Muslim Mengambil Kekuatan Baru”, dimana Yousef Mohammad Ibrahim menulis “Bumi adalah datar. Barang siapa yang menyebutnya bulat adalah atheis dan patut dihukum. ” Ada banyak ayat-ayat Quran dan Ahadith, yang menunjukkan bahwa bumi = datar” (Sina, n.d).
Namun Ia membantah bahwa ia pernah menyusun teori Bumi Datar (Kepel, 2004), saat teori ini mulai popular diantara Muslim. Tidak diketahui mengapa ia meninggalkan kesimpulan ilmiah yang hebat itu. Mungkin inilah karakteristik jenius. Namun ia menegaskan kepercayaan yang didasarkan pada Quran bahwa
“keadaan tidak bergerak bumi dan matahari berputar keliling bumi (the motionless state of the earth and sun revolves around the earth)”
masih tetap berlaku bahkan setelah dibantai habis-habisan dalam tulisan wartawan2 Mesir (Kepel, 2004).
Seorang pakar Islam lain, Sheikh Muhammad Tantawi mengatakan “ia (Ibn Baz) tidak takut akan kritik manapun sambil mengekspresikan pandangan-pandangan Islaminya” , (Arab News, 1999). Kegigihannya menunjukkan bahwa ia memang jenius asli.
Pakar besar ini memegang posisi Grand Mufti dari Kerajaan Saudi dan Kepala Dewan Ulama 1993-1999. Ini adalah posisi religius tertinggi dalam sebuah negara Muslim Sunni. Sang Grand Mufti mengeluarkan pendapat-pendapat hukum dan fatwa tentang tafsiran Hukum Islam baik untuk membantu hakim memutuskan kasus dan juga bagi klien-klien privat.
Prestasi-prestasi hebat lainnya termasuk (Saudi Gazette, 1999; Riyadh Daily, 1999; Arab News, 1999),
Wakil Presiden dan kemudian Presiden the Islamic University in Medina, 1960-1970
Ketua departemen Riset Ilmiah dan Ifta (pengarah) dengan jabatan Menteri. 1974-1993
Presiden Komite Permanen bagi Riset Islam dan Fataawa.
Hakim Kharj selama 14 tahun,
Dosen Kehormatan di fakultas Shariah di Riyadh Institute of Science, 1951-1960
1981, ia diberi Hadiah Internasional Raja Faisal bagi Pengabdian kpd Islam.
Sampai kematiannya, ia masih juga menghadiri seminar-seminar dan memberikan ceramah-ceramah dalam berbagai universitas Islam (Riyadh Daily, 1999). Topik paling disukainya adalah ketaatan pada Sunnah Nabi. Kini, hakim-hakim paling top dan ulama, dosen, saintis dan pejabat-pejabat tinggi Saudi adalah siswa-siswanya, termasuk Mendikbud Saudi.
Walau kesuksesannya sangat menakjubkan, ia tidak mendapatkan hadiah apapun dari dunia kafir. Mungkin karena mereka tidak menaruh perhatian serius pada penemuan-penemuannya. Ibn Baz wafat th 1999.
Kematian sang jenius ini bukan saja kehilangan besar bagi Saudi, tetapi bagi seluruh dunia Muslim. “Bobot dan reputasinya” begitu besar sampai pemerintah Saudi dikatakan “sulit menemukan orang yang bisa mengganti posisi Baaz.” (Kepel, 2004). ‘Arab News’ melaporkan (1999), lebih dari 50.000 orang mengantarnya ke pemakamannya di Mekah, sementara jutaan Muslim mendoakannya. Raja Fahd mengatakan bahwa dunia Islam shock atas berita sedih ini (Arab News, 1999). Berita ini begitu berat sampai Muslim bak kehilangan orang tuanya sendiri. Banyak dari mereka sampai membasahi jenggot mereka dengan air mata yang tidak habis2nya. Jenius macam Ibn Baz memang sulit ditemukan,
————————–
Reference list
Anonimous, (1999), Staunch Defender of Islam, An article published in Saudi Gazette on 14 May 1999.
Arab News, (1999), pp. 1, 2; 15 May 1999
Barrious A (1980), 24 Qualities That Geniuses Have in Common; National Enquirer/Transworld Features. URL: link.
Kepel G., (2004); The War for Muslim Minds: Islam and the West,. Belknap Press of Harvard University Press. pp.184, 186
Riyadh Daily Staff Reporter (1999), Sheikh Bin Baz: A life devoted to Islam, Riyadh Daily (Daily newspaper published from Saudi Arabia ) dated, 14 May 1999.
Saudi Gazette staff reporter (1999); Biography of Sheikh Bin Baz, Saudi Gazette (Daily newspaper published from Saudi Arabia ) dated, 14 May 1999
Sina A., (n.d); Absurdities of Hadith and Muslim’s Denial,Faith Freedom International. URL: link.
Wikipedia (2006); Abd-al-Aziz ibn Abd-Allah ibn Baaz (Name). URL: link.
Untuk cross reference, silakan lihat di sunnah.org: ibn_baz:
In his infamous AL-ADILLA AL-NAQLIYYA WA AL-HISSIYYA `ALA JARAYAN AL-SHAMSI WA SUKUNI AL-ARD
[“The Transmitted and Sensory Proofs of the Rotation of the Sun and Stillness of the Earth”], he asserted that
THE EARTh WAS FLAT and DISK-LIKE and that THE SUN REVOLVED AROUND IT
Juga di buku berjudul: “Evidence that the Earth is Standing Still.”, Pengarang: Sheikh Abdul Aziz Ben Baz, Editor: Islamic University of Medina, tahun: 1395AH [1975 Masehi], Kota: Medina, Saudi Arabia, Hal. 23:
“If the earth is rotating as they claim, the countries, the mountains, the trees, the rivers, and the oceans will have no bottom and the people will see the eastern countries move to the west and the western countries move to the east.”
“In The Name Of Allaah, The Most Merciful, The Bestower of Mercy.”
“THE EARTH IS FLAT, and anyone who disputes this claim is an atheist who deserves to be punished.”
————————-
Agar dapat memahami mengapa Abd-al-Aziz ibn Abd-Allah ibn Baaz dapat menyimpulkan BUMI itu DATAR, maka saya sajikan dua hal pada anda yaitu:
Berapa ayat-ayat alqur’an yang menggunakan kata datar, membentangkan dan menghamparkan namun dalam bahasa arab yang berbeda:
wayawma nusayyiru aljibaala wataraa al-ardha baarizatan wahasyarnaahum falam nughaadir minhum ahadaan
[18:47] Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
[Note: Baariza=datar/rata]
wahuwa alladzii madda al-ardha waja’ala fiihaa rawaasiya wa-anhaaran wamin kulli altstsamaraati ja’ala fiihaa zawjayni itsnayni yughsyii allayla alnnahaara inna fii dzaalika laaayaatin liqawmin yatafakkaruuna
[13:3] Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
[Note: [15:19] & [50:7] ..ardha madadnaahaa..; Madda/Madadnaahaa = menarik benda hingga benda itu menjadi datar/pipih..seperti cara membuat martabak ditarik hingga gepeng, sehingga terjemahannya menggunakan kata membentangkan/menghamparkan]
alladzii ja’ala lakumu al-ardha firaasyan waalssamaa-a binaa-an wa-anzala mina alssamaa-i maa-an fa-akhraja bihi mina altstsamaraati rizqan lakum falaa taj’aluu lillaahi andaadan wa-antum ta’lamuuna
[2:22] Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah30, padahal kamu mengetahui.
[Note: [51:48]..:…ardha farasynaahaa, Firaasha/ Farashnaaha = matras/tempat/alas yang datar]
alladzii ja’ala lakumu al-ardha mahdan wasalaka lakum fiihaa subulan wa-anzala mina alssamaa-i maa-an fa-akhrajnaa bihi azwaajan min nabaatin syattaa
[20:53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
[Note: [43:10]..ardha mahdan..; [78:6]..ardha mihaadaan..; Mahada / Mahdan / Mihaadaan = datar ratanya tempat tidur]
waallaahu ja’ala lakumu al-ardha bisaataan
[71:19] Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
[note: Bisata= datar; seperti pada lembaran, karpet]
wa-ilaa al-ardhi kayfa suthihath
[88:20] Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
[Note: Suthi/sateh = datar, suthihath/sutehat = di datarkan/hamparkan)
waal-ardhi wamaa thahaahaa
[91:6] dan bumi serta penghamparannya,
[Note: Tahaha= Datarkan, hamparkan]
Surat Al Maidah, termasuk yang paling belakang diturunkan. Kita lihat ayat-ayat yang membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Surat Al maidah di turunkan disekitar haji Wada, 10 H [632 M], dekat dengan saat meninggalnya Nabi:
[5:68] Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.
[5:46] Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
[5:48] Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
Mengapa kutipkan 3 ayat Al Maidah di atas itu Penting sekali?
Al Qur’an sudah menyatakan ia membenarkan kitab2 sebelumnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur’an [Taurat dan Injil ] juga menyatakan bahwa Bumi itu Datar.
Jadi, potongan ayat-ayat diatas seharusnya sudah lebih dari cukup untuk mendukung pendapat Ibn baaz bahwa BUMI itu DATAR. Namun demikian, mari kita lihat BULAT atau DATARNYA dari ayat-ayat Penciptaan Bumi dan Langit.
Pertama,
Tradisi Islam menyatakan bahwa penciptaan lagit dan bumi memerlukan 6 masa penciptaan [7:54, 10:3, 11:7, 25:59, 32:4, 57:4] dan BUMI-lah yang diciptakan terlebih dahulu.
Surat Al Anbiyaa’ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Tafsir Ibn Kathir atas ayat 21:30:
…Tidakah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan udara diantara bumi dan langit yang terendah..
Saidbin Jubayr mengatakan ‘langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain, Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan pemisahan ini disebut Allah di Al Qur’an’
Al hasan dan Qatadah mengatakan,’Mereka Dulunya bersatu padu, kemudian dipisahkan dengan udara ini’
Berikut detail dan penjelasan Surat [41:9-12]:
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya dalam empat masa. bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir Ibn Kathir untuk ayat-ayat diatas menyatakan bahwa: Allah menciptakan Bumi dahulu karena itu merupakan Fondasinya dan fondasi mesti di buat dahulu baru kemudian atap nya, yang berkaitan dengan ayat [2:29]:
Ia yang menjadikan segala sesuatunya untuk mu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ini berhubungan dengan ayat [79:27-33]:
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia menciptakannya, meninggikannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Jadi, Menurut Ibn Kathir, ayat diatas menyatakan bahwa:
Penghamparan Bumi dilakukan SETELAH penciptaan Langit, NAMUN
Bumi sendiri diciptakan SEBELUM penciptaan langit.
Berikut si bawah ini adalah respon Ibn ‘Abbas, yang direkam Bukkhari dalam tafsir Ibn kathir untuk QS 41:9-12:
Sa’id Bin Jubayr berkata: ‘Seseorang berkata pada Ibn ‘Abbas: Saya menemukan di Qur’an yang membingungkan ku:…Dan Allah berkata:
[Lihat: QS 79:27-30, di atas], Allah menyatakan bahwa Penciptaan Lagit dahulu baru kemudian penciptaan Bumi, kemudian Allah berkata:
[Lihat: QS 41:9-12, di atas], Allah menyatakan Penciptaan BUMI dahulu baru kemudian Penciptaan Langit..
Kemudian Ibn ‘Abbas menjawab:..
Allah menciptakan Bumi dalam dua hari (masa),
kemudian Dia menciptakan Langit, kemudian Dia (Istawa ila) meninggikan langit dan membentuknya dalam dua hari lagi.
Kemudian Dia membentangkan Bumi, ini berarti bahwa Dia membawa, sejak saat itu, air dan makanan. Dan kemudian Dia menciptakan Gunung-gunung, Pasir, benda-benta tak bernyawa, batu-batu dan bukit-bukit dan semuanya dalam waktu dua hari lagi.
Inilah yang Allah katakan (Ia) menghamparkan (Bumi) (79:30) Dan Allah berkata :Ia ciptakan bumi dalam dua hari, jadi Dia menciptakan Bumi dan segala Isi didalamnya dalam empat hari dan Dia menciptakan Langit dalam dua Hari.
Ini Di rekaman oleh Al Bukhari:
Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada Minggu dan Senin [dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya, memberikan yang potensial untuk ditanam dan seterusnya berproduksi
[Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya]yang manusia butuhkan dan tempat tempat untuk bercocoktanam dan memanennya pada Selasa dan Rabu [`Ikrimah dan Mujahid menyatakan menempatkan tanaman yang hanya cocok di tempat-tempat tertentu], jadi dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari [bagi orang-orang yang bertanya; Ibn `Abbas, Qatadah dan As-Suddi menyatakan, “untuk siapapun yang bertanya tentang itu]
Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat
Surat Al Raaf 7:54,
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, [..]
Dalam tafsir Ibn kathir untuk surat AQ 7:54:
Allah menyatakan bahwa Ia menciptakan semesta, Langit dan Bumi dan semua yang ada didalamnya dalam 6 hari. Enam hari yang dimaksud adalah Minggu, Senin, Selasa, rabu, kamis dan Jumat. Di hari Jum’at semua ciptaan telah di susun, Adam diciptakan. Kata “As=Sabt’ artinya Stop.
Imam Ahmad mencatat
Abu Huraira berkata bahwa Nabi berkata padaku Allah menciptakan Debu/Abu pada hari Sabtu, Gunung-gunung pada hari Minggu, Pepohonan pada hari Rabu, Menyebarkan makhluk hidup pada hari Kams dan Menciptakan Adam pada hari Jum’at antara Asr dan Malam.
Di Hadis Muslim, Book 039, Number 6707:
Abu Huraira meriwayatkan bahwa Nabi menggenggam tangan ku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan :
Tanah liat pada hari Sabtu, Gunung pada hari Minggu, Pepohonan pada hari Senin dan Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, menyebarkan Binatang pada hari Kamis dan Adam setelah ashar pada hari Jum’at, ciptaan terakhir pada hari Jum’at antara Sore dan Malam [Di sahih muslim 4.1856, 4.1857, Abu dawud 3.1041, 3.1042 diriwayatkan Abu Huraira bahwa Adam diciptakan pada hari Jum’at]
Laporan-laporan mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, menyimpulkan bahwa Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit, yang permulaannya dalam keadaan bertumpuk satu diatas yang lain dan kemudian langit di angkat ketas, yang semuanya tercipta dalam 6 masa [masa = hari, yang bernilai 1000 tahun, seperti yang dilaporkan Mujahid, Imam Ahmad bin Hanbal, dan dari Ibn Abbas menurut Riwayat Ad-Dahhak’s darinya.]
Kedua,
Tradisi Islam menyatakan bahwa Allah meninggikan Langit, menahan langit agar tidak jatuh ke bumi dengan tiang-tiang yang tidak kelihatan dan menjadikan langit sebagai atap.
[88:18] Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
[31:10] Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
[22:65] Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.
[52:5] dan atap yang ditinggikan (langit),
[21:32] Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.
[2:22] Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Tafsir Ibn kathir berkenaan dengan ayat 2:22,29,
Ayat ini mengindiksikan bahwa Allah memulai penciptaan dengan menciptakan BUMI baru kemudian membuat LANGIT menjadi 7 langit. Ini adalah bagaimana bangunan biasanya di mulai, lantai dulu baru kemudian bagian atapnya [juga dikatakan oleh Mujahid, Ibn Abbas bahwa bumi duluan diciptakan]
[40:64] Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Tafsir Ibn kathir untuk ayat [13:2],
Allah, mengangkat para langit tanpa pilar & mengangkat para langit tinggi jauh diatas Bumi
berkenaan dengan kalimat (menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan) adalah seperti yang Allah maksudkan di surat 36:38 (dan matahari berjalan ditempat peredarannya), Itu juga dikatakn artinya adalah: Hingga mereka selesai/turun [settle] ke bawah kursi Allah [‘arsy] setelah melewati bagian lain bumi. Jadi ketika mereka, dan seluruh planet2 sampai di sana, mereka berada ada di jarak terjaduh dari ‘arsy. Karena menurut pandangan yang benar, yang teks-teks buktikan, ini berbentuk seperti kubah*), dibawahnya yang mana adalah semua ciptaan. tidak berbentuk bundar seperti benda2 langit, karena ini ada pillar bawaannya. Fakta ini adalah jelas bagi mereka yang mengerti jelas ayat dan hadis2 autentik
*) Dalam tafsir Ibn Kathir tertulis kata “domb”, kata tersebut tidak dapat saya temukan artinya di seluruh kamus Ingris-inggris, Inggris-Indonesia; Namun di urban dictionary, domb – whale [paus?]; dalam kamus Hungaria, domb – hill [bukit]. Karena ini berkenaan dengan shape [bentuk] dan juga terjemahan tafsirnya dalam bahasa inggris, maka mungkin ada kesalahan tulis/cetak, jadi itu bukan ‘Domb’ namun ‘dome’ [kubah, canopy]
Pendapat dari Ibn `Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan beberapa ulama lainnya, menyatakan bahwa kalimat ‘meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat’ artinya adalah ada Tiang namun tidak dapat kamu lihat
Namun menurut Iyas bin Mu’awiyah, bahwa Langit itu seperti Kubah yang menutupi Bumi, artinya adalah tanpa tiang.
Ibn Kathir menyatakan bahwa pendapat terakhir [Iyas bin Mu’awiyah] adalah lebih baik mengingat Allah juga menyatakan di ayat lainnya [22:65] yaitu ‘Dia menahan langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya?’
Penjelasan-penjelasan di atas, memberikan kita informasi bahwa menurut tradisi Islam, Bumi diciptakan terlebih dahulu, Langit dinaikkan, langit sebagai atap yang berbentuk Kubah dan allah menahannya agar tidak jatuh ke BUMI serta dibentangkannya BUMI.
Karena Langit berbentuk Kubah, maka bentuk Bumi haruslah datar, dengan bumi yang bulat maka lagit tidak akan pernah berbentuk kubah
Bisa jadi ‘tiang’ merupakan metapora mengingat Allah-lah yang menahan langit tidak jatuh kebumi…tapi langit jatuh??
Sampai sejauh ini, fakta-fakta AQ, tafsir dan hadis yang kita kumpulkan, SANGAT SULIT mengambil kesimpulan bahwa BUMI itu BULAT malah justru sangat MENDUKUNG pendapat bahwa BUMI itu DATAR..
————————
Alasan ‘ardh’ = Bumi atau Tanah
Kata ardh dalam kosakata arab dapat berarti Bumi atau tanah, sehingga salah satu argumennya adalah “bahwa datar tidak dimaksudkan untuk bumi tapi tanah”. Apabila kita lihat baik-baik di Al Quran maka penempatan kata ‘ardh’ apakah artinya menjadi tanah atau bumi adalah tergantung kontex, misalkan untuk konteks istana maka maksud kata ‘ardh’ adalah tanah. Untuk konteks gunung-gunung dan sungai-sungai maka kata ‘ardh’ adalah jelas bahwa yang dimaksudkan adalah bumi. Untuk jelasnya kita ambil 3 contoh penempatan kata ardh:
wayawma nusayyiru aljibaala wataraa al-ardha baarizatan wahasyarnaahum falam nughaadir minhum ahadaan
[18:47] Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
wahuwa alladzii madda al-ardha waja’ala fiihaa rawaasiya wa-anhaaran wamin kulli altstsamaraati ja’ala fiihaa zawjayni itsnayni yughsyii allayla alnnahaara inna fii dzaalika laaayaatin liqawmin yatafakkaruuna
[13:3] Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Penerapan kosa kata arab ardh pada ayat diatas bandingkan dengan surat dibawah ini akan memperjelas maksud bahwa benar yang dimaksudkan adalah BUMI bukan tanah:
waudzkuruu idz ja’alakum khulafaa-a min ba’di ‘aadin wabawwa-akum fii al-ardhi tattakhidzuuna min suhuulihaa qushuuran watanhituuna aljibaala buyuutan faudzkuruu aalaa-a allaahi walaa ta’tsaw fii al-ardhi mufsidiina
[7:74] Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
Jadi jelas, bahwa penterjemah Al Quran sudah sangat memahami kapan harus mengartikan sebagai tanah dan kapan menggunakan kata bumi untuk arti ‘ardh
————————-
Kata ‘dahaha’ Benarkah Artinya berbentuk Telur?
a-antum asyaddu khalqan ami alssamaau banaahaa rafa’a samkahaa fasawwaahaa wa-aghthasya laylahaa wa-akhraja dhuhaahaa
[79:27-29] Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
waal-ardha ba’da dzaalika dahaahaa
[79:30] Dan bumi sesudah itu […………….]-Nya [note: titik didalam kurung akan kita isi nanti]
akhraja minhaa maa-ahaa wamar’aahaa waaljibaala arsaahaa mataa’an lakum wali-an’aamikum
[79:31-33] Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
Waal-arda wadaAAaha lil-anami
[55:10] Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)
Terdapat argumen yang menyatakan bahwa kata ‘dahaha’ pada ayat [79:30] artinya ‘berbentuk telur’ sehingga arti ayat 79:30 seharusnya diartikan Bumi itu berbentuk seperti telur. Secara garis besar argument2 tentang arti ‘Dahaha’ kalangan Muslim berfokus pada dua hal:
Translansi dari kata dahaha berarti berbentuk telur atau seperti telur Unta
Khalifa: Ia buat bumi berbentuk telur.
QXP:And after that He made the earth shoot out from the Cosmic Nebula and made it spread out egg-shaped. (‘Dahaha’ entails all the meanings rendered (21:30), (41:11)).
Quote:
In Noble Verse 79:30, the Arabic word “dahaha” doesn’t mean extended (to a wide expanse). The word literally mean formed in “round shape” or “egg shape”…
Detail, silakan lihat di: Answering-Christianity: Earth in Islam, Islami voice, QH: Dr Zakir Naik dan Islam Awareness: Science
Alasan lain sebagai pembelaan para muslim adalah merujuk pada permainan yang dilakukan oleh penduduk mekkah dan menyatakan bahwa dahaha berhubungan dengan bentuk bulat:
Quote:
In 79:30, Allah says,
[Transliteration] Waal-arda baAAda thalika dahaha [79:30]
The key word in the above verse is “dahaha”. In Arabic, there is a phrase, “iza dahaha” which means “when he throws the stones over the ground to the hole”.
[dalam bahasa arab terdapat frase ‘iza dahaha’ yang berarti ‘ketika ia melempar batu melewati lubang di tanah]
The hole is called “Udhiyatun”. “Almadahi” signify round stones according to the size of which a hole is dug in the ground in which the stones are thrown in a game. “Almadahi” also signify a round thing made of lead by the throwing of which persons contend together.
[Lubangnya disebut Udhiyatun, Almadahi berarti batu bulat seukuran bentuk dari lubang tanah yang digali tempat melempar batu dalam sebuah permainan. ‘Almadahi’ juga berarti sesuatu bulatan dibuat sebagai batas lemparan mereka yang bertanding]
So there is a signification of ROUNDNESS in the root of the word “dahaha”. According to some etymologists, the word for the “egg of an ostrich” also has the same root as “dahaha”. They also take from this that the earth is of the shape of the egg of an ostrich. Latest science findings confirm that the earth is not exactly spherical but the earth is an ellipsoid, i.e. flattened by its poles,[ just like the shape of an egg of an ostrich].
[Jadi ada bundar yang signifikan pada arti kata dahaha. Menurut beberapa etimologis, kata untuk ‘telur unta’ juga memiliki akar kata yang sama dengan ‘dahaha’. Dari hal inilah maka Bumi berbentuk seperti telur Unta. Belakangan para ilmuwan menemukan bentuk bumi tidak sepunuhnya bulat namun ellips mendatar pada kutub2nya [persis seperti bentuk telur unta]
The Arabic words for “flat” or “level” or “straight shaped” are “sawi” and “almustavi”. There is not a single place in Quran where there is any indication of the earth being “flat” or “straight shaped”. The word “faraash” in 2:22, 51:48; the word “wasia” in 4:97, 29:56, 30:10; the word “mahd” in 20:53, 43:10, 78:6; the word “basaat” in 71:19; the word “suttihat” in 88:20; and the word “tahaaha” in 91:6, all may mean, “to spread”, “to expand” or “to extend” with slight differences in their connotations but none signify the earth being straight-shaped or flat.
[Dalam bahasa arab, kata untuk ‘datar’ atau ‘dataran’ atau ‘bentuk lurus’ adalah ‘sawi’ dan ‘lamustavi’. Tidak ada satu tempatpun di Qur’an yang mengindikasikan bahwa bentuk bumi adalah datar. atau berbentuk lurus. Kata ‘Faraash’,’mahd’,‘’basaat’, ‘suttihat’ dan ‘tahaha’. Dapat saja berarti ‘membentangkan, menghamparkan dengan berbeda sedikit konotasinya namun bukan berarti bahwa bumi berbentuk lurus atau datar]
[sumber: Quranic teachings: Earth-shape ]
Benarkah ‘DAHAHA’ artinya berbentuk telur atau telur burung onta atau merujuk pada permainan lempar batu kedalam lubang yang dilakukan masyarakan Mekkah?
Dalam bahasa arab, setiap kata ada akarnya. Akar tersebut biasanya terdiri dari 3 huruf yang apabila ditambahkan vowel, prefik dan suffik dapat menjadi kata berbeda dan mempunyai arti yang berbeda pula
Contoh:
“ka-ta-ba” (menulis) merupakan akar dari banyak kata seperti kitab (buku), maktaba (perpustakaan), katib (Orang yang me- [karang / catat / tulis] / sekretaris), maktoob (tertulis), kitabat (tulisan) dan lain sebagainya.
Kata arab “Duhiya”. bukanlah merupakan akar kata. Ini adalah kata benda yang merupakan turunan dari from “da-ha-wa”, akat yang sama yang berasal dari “dahaha” berasal.
Kata ‘almadahi’ dan ‘udhiyatun’ yang menyatakan ‘bundar’ dihubungkan dengan akar kata dahaha adalah keliru
Kata ‘berbentuk bundar’-nya ‘almadahi’ dan ‘udhiyatun’ merupakan adalah dua dimensi. The almadahi adalah bundar seperti bentuk roti bundar, seperti cakram dan begitu pula dengan ‘udhiyatun.
Lagi pula, arti lainnya dari kata ‘Dahaha’ adalah melempar yang merupakan turunan bentuk kata ‘almadahi’ dan ‘udhiyatun’
Bukti megenai hal itu didapat dari Lane’s leksikon, yang juga dirujuk oleh para ulama2 islam dalam mengambil pengertian/penjelasan di artikel di atas, Namun mereka SENGAJA tidak menyinggung sama sekali adanya bentuk dua dimensi dari permainan orang mekkah tersebut. Dan membelokan arti Dahaha menjadi bukan Melempar, bukan tempat meletakan telur namun malah menjadi telur.
———————
Sekarang jelas sudah bahwa Pendapat Ibnu Hazm, Ibnu Al-Jawzi, Ibnu Taymiya dan Ibnu khaldun justru bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadis. Untuk itu kita perlu ketahui darimana asal muasal pendapat itu muncul di dunia Islam.
Rekam Jejak Sejarah Mengapa Para Cendekiawan Muslim pertengahan seperti Ibnu Hazm, Ibnu Al-Jawzi, Ibnu Taymiya dan Ibnu Khaldun akhirnya Ikut menyatakan bahwa bumi itu bulat
Perubahan pendapat ini mulai berkembang sejak Dinasti Abbasid, di mana banyak naskah kuno Yunani, India dan Persia diterjemahkan ke dalam bahasa arab pada abad ke 9. Zij al-Sindhind, yang berasal dari Surya Siddhanta dan karya-karya dari Brahmagupta, diterjemahkan oleh Muhammad al-Fazari dan Yaqūb ibn Tāriq pada tahun 777. Penterjemahan ini dilakukan setelah Indian astronomer datang mengunjungi pusat tempat Al-Mansur in 770. Naskah kuno persia yang diterjemahkan adalah Zij al-Shah.
Boyer (1991). “The Arabic Hegemony”,P. 226:
Di tahun 766, karya astronomical matematik yang dikenal di Arab sebagai Sindhind, dibawa ke bagdad dari India. Umumnya dikenal sebagai Brahmasputa Siddhanta (Brahmagupta), Ada kemungkinan bahwa itu adalah Surya Sidhanta. Di sekitar tahun 775 Sidhanta ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dan tidak beberapa lama kemudian (780 M) ‘tetrabiblos’ dari Ptolemy diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Brahmagupta, and the influence on Arabia:
Melalui Brahmasphutasiddhanta, bangsa arab mengetahui tentang Astronomi India. Kalifah Abbasid, Al-Mansur (712–775) mendirikan Baghdad di tepi sungai tigris sebagai pusat pengajaran. Khalifah tersebut mengundang pelajar dari Ujjain yang bernama Kankah pada tahun 770. Kankah menggunakan Brahmasphutasiddhanta untuk menerangkan system aretmetic astronomi Hindu. Atas permintaan Khalifah, Muhammad al-Farazi menterjemahkan karya Brahmagupta ke dalam bahasa Arab
Al Basyar Vol. IV th 2005, Ulum al Awail, Ditulis Oleh KH. Husein Muhammad:
..sejarah peradaban Islam abad pertengahan telah memperlihatkan kepada kita bagaimana para khalifah Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap Ulum al Awail. Sejak abad VIII Masehi, Khalifah Harun al Rasyid telah menarik ke istananya para cerdik pandai dan ahli bahasa dari segala bangsa dan agama. Mereka ditugasi menerjemahkan buku-buku Ulum al Awail. Penggantinya, khalifah Makmun, bahkan mendirikan sekolah penerjemah dan perpustakaan besar: “Bait al Hikmah” yang berisi sejuta buku.
Salah seorang penerjemah kenamaan adalah Hunain bin Ishak seorang Kristen. Dialah yang kemudian menterjemahkan karya-karya kedokteran matematika, astronomi, fisika di samping karya-karya filsafat, etika dan politik para sarjana Barat. Sementara Al Fazari menerjemahkan buku astronomi India; Shidanta karangan Brahmagupta.
Dari karya penerjemahan Ulum al Awail ini kemudian lahir para sarjana, ilmuwan dan filosof muslim; Al Farabi, al Razi, al Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, Ibnu Haitsam, Al Biruni, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Mereka kemudian mengulas, mengkritisi dan mengembangkan pikiran-pikiran Ulum al Awail dalam bentuknya yang sangat menakjubkan melalui tulisan-tulisan mereka. Berkat mereka ilmupengetahuan dan peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia modern di Barat.
Adalah menarik bahwa Imam Syafi’i, pendiri mazhab fiqh besar, ternyata pernah mempelajari bahasa Greek, Yunani. Ibnu al Qayyim dalam bukunya “Miftah Dar al Sa’adah” mengutip informasi dari Abu Abdullah al Hakim dalam bukunya “Manaqib al Syafi’i” bahwa al Syafi’i suatu hari pernah mengatakan: “Aku memahami pikiran-pikiran Aristoteles, Mahraris, Porporius Galenus Epicurus dan Asdoples, melalui bahasa mereka”. (Sami Nasyar, Manahij al Bahts ‘Inda Mufakiri al Islam”, 84).
Note:
Ulum al Awail berarti ilmu-ilmu klasik, kuno atau ilmu-ilmu sebelum Islam. Tetapi istilah ini dimaksudkan sebagai ilmu-ilmu yang dihasilkan oleh kebudayaan Yunani melalui para filosofnya, seperti Plato, Aristoteles, Galenus, Hippocritus dan lain-lain. Bahkan mungkin juga yang dihasilkan oleh kebudayaan India atau Cina. Dalam konteks yang lain “Ulum al Awail” juga berarti “Ulum al Ghair”, atau “Ulum al Ajanib”, ilmu-ilmu asing.
David E. Duncan, The Calendar, Fourth Estate, London, 1999, pp.150-210 menulis sebagai berikut:
Pada tahun 773, sekitar 250 tahun setelah kematian Aryabhat (476-550). Suatu delegasi diplomat tiba dari dataran rendah lembah sungai Indus di Ibukota Arab yang baru yaitu Bagdhad. Berpakaian sutra dengan warna cerah, memakai sorban dan dihiasi permata. Tiba di luar gerbang kota Al-Mansur (754-775) yang indah, utusan khusus ini membawa seorang ahli astronomi bersama mereka, Kanaka, seorang ahli menenai gerhana, Ia membawa kumpulan kecil pustaka tentang Astronomi India untuk diberikan kepada sang Khalifah, termasuk didalamnya adalah Surya Siddhanta, karya Brahmagupta dan karya Aryabhata. Tidak banyak yang diketahui tentang Kanaka. Referesi pertama yang diketahui tentang Kanaka ditulis sekitar 500 tahun kemudian oleh seorang sejarahwan Arab yang bernama Al-Qifti
Menurut Al Qifti, sang khalifah begitu terpesonannya dengan pengetahuan yang terdapat di tulisan-tulisan bangsa India. Ia kemudian memerintahkan untuk menterjemahkannya ke dalam bahasa arab dan kemudian dinamakan ‘Sindhind yang besar’ (Sindhind adalah kata Arab untuk kata sangsekertanya Siddhanta).”
Dimana kemudian Mereka (Arabia) pergi ke eropa yang Kristen melalui syria, dan kemudian menduduki spanyol. Pada tahun 1126 Sindhind diterjemahkan kedalam bahasa latin. Ini merupakan satu di antara lusinan document penting yang memberikan kontribusi pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendorong eropa pada era modern” tambah Duncan
… Ketika para penduduk Baghdad mengetahui dari karya Aryabhata bahwa bumi itu Bulat dan berdiameter 8316 mil, berputar pada porosnya. Banyak dari mereka yang kemudian mempercayainya dan berkeinginan juga untuk mengukurnya sendiri. Inspirasi yang sama membawa mereka para penduduk Abbasid untuk mengembangkan eksperimen-eksperimen. Suatu fakta bahwa bangsa Arab yang selalu berusaha untuk memperluas perbatasan mereka memasuki Eropa menjadi tidak lagi menginvasi India setelah kemenangan atas Sind dan di Sind juga, pembantaian dan pemaksaan untuk pindah agama kemudian berhenti dilakukan. Apakah alasannya karena sedikit menghargai India? Kata Matematik dalam bahasa arab adalah ‘hindi’ yang berati ‘seni India’.
Sumber lain juga menyatakan bahwa penterjemahan karya aryabhata ‘aryabhatiya’ dilakukan oleh Al khwarizmi (780-850) di abad ke 8. Penterjemahan dalam bahasa latin dilakukan pada abad ke 13.
Tahun 1030, Al Biruni (973-1048) melakukan diskusi mengenai karya Aryabhata, Brahmagupta dan Varahamihira dalam Ta’rikh al-Hind (Dalam Inggris, Chronicles of India). Beliau sering kali mengutip Brahmagupta’s Brahmasiddhanta untuk bumi berputar pada rotasinya. [Edward Sachau (tr. and ed.), Alberuni’s India, Indialog Publications, New Delhi, ISBN 81-87981-42-3, p.207-8)]
—————————–
Fatwa Matahari mengelilingi Bumi
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: “Apakah Matahari berputar mengelilingi bumi?”.
Jawaban:
“Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya.
Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap yang membantahnya tentang Rabb. “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” [Al Baqarah : 258]
Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim. “Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu terbenam dia berkata : ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.'” [Al-An’am : 78]
Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Allah berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka berada disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.” [Al-Kahfi : 17]
Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata: “gua mereka condong darinya(matahari)”. Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah firmanNya “(condong) dan menjauhi mereka)”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” [Al-Anbiya’ : 33]
Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:”Berputar dalam suatu garis peredaran seperti alat pemintal”. Penjelasan itu terkenal darinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,” [Al-A’raf : 54]
Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang banar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Az Zumar : 5]
FirmanNya: “Menutupkan malam atau siang” artinya memutarkannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata: “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang”.
Dan firmanNya: “matahari dan bulan, semuanya berjalan”, menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya,” [Asy-Syam : 1-2]
Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi matahari dan kadang-kadang matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih tinggi dari pada bulan. Dan untuk menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai tandan yang tua. Tidaklah mugkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa-Siin : 37-40]
Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu).
Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu bukannya untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan malam dan siang.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam berkata kepada Abu Dzar radhiallahu anhu dan matahari telah terbenam. “Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi ?” Dia menjawab: “Allah dan RasulNya lebih tahu”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah arsy, kemudian minta izin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu tidak diijinkan. Kemudian dikatakan kepadanya: “Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya) atau sebagaimana dia bersabda [Muttafaq ‘alaih] (1)
PerkataanNya: “Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya” sangatlah jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.
Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak kepada bumi.”
Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan. Wallahu Muwaffiq.”
[Sumber: Majmu Fatawa Arkanul Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Terbitan Pustaka Arafah]
—————–
Catatan Kaki
(1) Dikeluarkan oleh bukhari, Kitab Bad’ul Khalqi, bab shifat asy syam wal qamar : 3199, dan muslim, kitab Al Iman, bab Bayan az Zaman al Ladzi la yuqbal fihil Iman : 159
Riwayat singkat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Tokoh Ahlus Sunnah dari Unaizah ini Dilahirkan di kota Unaizah tanggal 27 Ramadhan 1347 H (1927)- meninggal 15 Syawal 1421 H (10 Januari 2001) dalam usia 74 tahun. Belajar Al-Qur’an dari kakeknya dari ibunya yaitu Abdurrahman Bin Sulaiman Ali Damigh Rahimahullah. Guru utama beliau yang pertama adalah Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Guru kedua Beliau adalah Abdul Aziz Bin Baaz.
Ketika Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di wafat, beliau menggantikan sebagai imam masjid jami’ di Unaizah dan mengajar di perpustakaan nasional Unaizah disamping tetap mengajar di ma’had Al Ilmi. Kemudian beliau pindah mengajar di fakultas syari’ah dan ushuludin cabang universitas Al Imam Muhammad Bin Su’ud Al Islamiyah di Qasim. Beliau juga termasuk anggota Haiatul Kibarul Ulama di Kerajaan Arab Saudi. Beliau telah menulis 42 Buku.
Apa Kata Hadis Sahih Bukhari dan Muslim: Manakah yang bergerak/mengitari, Matahari ataukah Bumi?
Sahih Bukhari
Volume 4, Book 54, Number 421: Dikisahkan oleh Abu Dhar. Saat matahari terbenam Nabi bertanya pada ku: ”Apakah kau tahu kemana matahari itu pergi? (ketika ia terbenam)”. Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya”. Beliau bersabda: ”Ia pergi hingga ia bersujud di bawah Arsy dan meminta ijin untuk terbit kembali, dan itu diizinkan dan nanti (waktunya akan ditetapkan kapan), ketika ia hampir hendak bersujud tetapi sujudnya tidak akan diterima, dan Ia meminta ijin untuk meneruskan jalurnya tetapi tak akan di ijinkan, tetapi ia diperintahkan untuk kembali ke tempat di mana ia datang dan nantinya ia akan terbit di barat. Dan itulah penjelasan sabda Allah: “dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. [36:38]
[Masih di Hadis2 Bukahri, dikisahkan Abu Dharr]:
Volume 6, Book 60, Number 326: Nabi: kamu tahu kemana Matahari ketika terbenam”. He said, “Ia pergi dan bersujud dibawah arsy Allah dan ini adalah Pernyataan Allah:–
Volume 6, Book 60, Number 327: Aku bertanya pada Nabi mengenai Statement Allah:-‘dan matahari berjalan di jalurnya dalam suatu ketetapan/’ (36.38) Dia Menjawab,”Jalurnya adalah Dibawah Arsy Allah” (Sujudnya Matahari, pohon-pohon, Bintang yang disebutkan di Qur’an dan Hadis tidak seperti sujudnya kita namun benda-benda ini patuh pada penciptanya (allah) dan mereka patuh untuk apa mereka di ciptakan)
Volume 9, Book 93, Number 52: “Ia katakan, ”lintasan tetapnya adalah dibawah Arsy Allah”
Sahih Muslim
Book 001, Number 0297, 0298: Dinarasikan oleh Abu Dharr, Suatu hari Nabi berkata: ‘Tahukah engkau kemana Matahari pergi? Mereka menjawab:’ Allah dan nabinya tahu yang terbaik. Nabi menjawab: ”Matahari meluncur hingga mencapai tempat peristirahatannya dibawah Arsy dan kemudian jatuh bersujud hingga diperintahkan: Terbitlah dan pergi ketempat dimana kamu datang” (diulang dan sisanya mirip dengan Hadis Bukhari)
Book 001, Number 0299: Abu dharr melaporkan: Saya memasuki Mesjid dan UtusanAllah telah duduk di nana. Ketika Matahari menghilang dari pandangan Ia berkata: O Abu Dharr Tahukah kamu kemana Ia pergi? Aku berkata: Allah dan utusannya tahu yang terbaik. Nabi berkata: Sesungguhnya Ia pergi dan memohon Ijin. Bersujud pada Allah dan Ijin itu diberikan. Dan kemudian dikatakan: ‘Kembalilah kamu ketempat di mana kamu datang, dan terbitlah ia dari tempatnya. Nabi menambahkan: ‘ dan itu adalah ketetapannya’
Book 001, Number 0300: Abu Dharr melaporkan, Ia bertanya pada nabi tentang Ucapan Allah yang Agung: Matahari meluncur menuju tempat peristirahannya. Nabi Menjawab: Ia ditetapkan beristirahat di bawah Arsy Allah [Note: ‘Arsy adalah Tahta, Kursi, Tempat Allah]
Pengertian surat 36:38 sebagaimana dijelaskan Hadis sahih Bukhari dan Muslim di atas menegaskan dua hal yaitu:
Penjelasan Hadis sahih di atas, menyatakan Matahari yang bergerak dan kemudian bersujud pada Allah, Jadi terbit/tenggelamnya matahari BUKAN karena perputaran bumi pada porosnya namun atas seijin Allah. [QS 36:38; QS 41:37; QS7:54], Lihat Fatwa: Matahari mengelilingi Bumi dan buku:
“Matahari mengelilingi bumi, sebuah kepastian al-Qur’an dan as-Sunnah serta Bantahan terhadap teori bumi mengelilingi matahari”, Pengarang: ahmad sabiq bin abdul lathif abu yusuf, Penerbit: pustaka al-furqon) sehingga/atau
Dinyatakan bahwa saat matahari “tenggelam” tidak berarti siang di sisi lainnya. Keadaan tersebut hanya dimungkinkan terjadi di sebuah bidang datar dan hanya ada satu sisi permukaan saja yang berisi penghuni.
——————
Kesimpulan
Terdapat beberapa alasan yang sangat mendasar mengapa SULIT untuk TIDAK sepakat dengan Abd-al-Aziz ibn Abd-Allah ibn Baaz yang menfatwakan BUMI itu DATAR:
Abd-al-Aziz ibn Abd-Allah ibn Baaz adalah seorang arab asli yang sehari-harinya berbicara dalam bahasa arab maka bahasa arab merupakan bahasa Ibu sehingga sudahlah pasti bahwa Ia (dan juga Ibn Kathir, serta penafsir2 lainnya) dapat membedakan arti dan maksud ‘ardh’ dan ‘dahaha’ berserta variasi perubahan akar katanya.
Tanggal 20 Juli 1969 adalah pendaratan apolo 11 di bulan. Televisi juga memperlihatkan bahwa Bumi itu Bulat. Itulah BUKTI VISUAL yang tidak mungkin dilihat oleh Abd-al-Aziz ibn Abd-Allah ibn Baaz, yang jauh-jauh tahun sebelum tahun 1940 sudah buta sehingga pendapatnya bahwa BUMI itu DATAR 100% murni berasal dan berdasarkan Al Qur’an dan Hadis.
Ayat Al Quran dibandingkan dengan Ayat Al Quran, serta Ayat Al Qur’an dibandingkan hadis (Sahih Bukhari) sudah menafsirkan dengan jelas. Tidak ada satupun Ayat yang menyatakan Bumi itu Bulat semua ayat yang dikutip di atas telah meyatakan dan mengindikasikan bahwa BUMI itu DATAR.
Ayat Alqur’an, Hadis Sahih Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa Matahari-lah mengelilingi Bumi.
Pendapat Ibnu Hazm, Ibnu Al-Jawzi, Ibnu Taymiya dan Ibnu Khaldun ternyata berasal dari Bangsa KAFIR: India, Yunani dan Mesir.
Walaupun Pendapat itu SEJALAN dengan science saat ini namun BERTENTANGAN dengan Al Quran dan Sunnatullah sehingga Pendapat itu menjadi kafir adanya. Allah SWT adalah MAHA BENAR dengan SEGALA FIRMANNYA.
Hehe…..
Membahas kata “Dahaya” ya? Saya mau tanya , memang ada 1 kata yg punya arti banyak… Seperti kata “bIsa”…bisa diartikan Dapat/mampu, bisa diartikan sbg racun. Arti “bisa” punya 2 fungsi. Namun klo kata “Dahaya” di AQ, bisakah di artikan ganda?
Ada ayat yg mengartikan “Dahaya” sbg kata verb/kerja (artinya: meratakan)
Ada ayat lain yg mengartikan “Dahaya” sbg kata benda.
Nah.. Biasanya suatu bahasa murni (bukan campuran spt bahasa Indonesia), maka bila ada Kata benda yg diimbuhi akan menjadi kata kerja, hal itu akan selalu memiliki arti yg tdk jauh beda.
Sehingga Klo anda bersikeras bahwa “Dahaya” itu burung unta, maka anda harus konsekuen , Dahaya sbg kata verb/kerja juga akan berarti: mebulatkan bukan mratakan dong…
Itu saja…komen saya.
@Ngarayana
Ngarayana says :
Saya rasa apa yang disampaikan oleh saudara Made tepat. Kenapa demikian? Coba anda perhatikan kawanan burung gagak, burung kuntul atau kelompok binatang apapun. Apakah mereka yang ada dalam satu kawanan tersebut 100% memiliki nasib yang sama? Tidak kan? Apa maksud dari semua itu? Artinya dalam suatu hal mereka memiliki phala global yang sama, tetapi mereka juga memiliki karma yang sekaligus dalam taraf yang berbeda.
Saya contohkan lagi masalah korupsi berjamaah yang terjadi di sebuah departemen. Semua orang dalam departeman tersebut terlibat korupsi sehingga mereka semua dihadapkan dengan perkara hukum dan mendapat sangsi. Ada yang harus dihukum seumur hidup, ada yang hanya 10 tahun penjara, 2 tahun penjara dan ada juga yang hanya dikenai denda tanpa harus dipenjara. Apa yang menyebabkan perbedaan hukuman ini? tentu kualitas dan kuantitas mereka dalam mencuri. Nah sekarang kita tarik dasar berpikir ini untuk melihat apa yang terjadi di timur tengah. Disana dapat kita katakan semua orang terlibat dalam peperangan. Tetapi meskipun demikian, tidak semuanya memiliki tingkat penderitaan yang sama. Ada yang baru lahir harus mati diterjang peluru, ada yang tersiksa seumur hidupnya, ada yang hanya kehilangan sanak keluarga atau harta benda dan ada juga yang bisa mengungsi dan akhirnya bahagia di tempat lain.
Kenapa akibat yang mereka terima berbeda-beda? Dalam suatu hal mereka memiliki karma yang sama, tetapi di lain hal mereka memiliki karma yang berbeda. Sehingga tidak bisa disama ratakan.
*****
Komen Ardhani :
Saudara, dengan argument anda ini, secara tidak langsung anda telah menunjukkan identitas anda sebagai seorang rasialis. Dan celakanya anda membawa2 Tuhan dalam hal ini.
Setidaknya anda memegang kepercayaan bahwa sesuatu komunitas / bangsa tertentu lebih baik dari yg lain, dan sesuatu bangsa lebih jelek dari bangsa yg lain,
karena aturan karmaphala lah satu roh manusia diciptakan Tuhan menjadi manusia kembali dan ditentukan rasnya dan ditempatkan di suatu bangsa menurut karma yg telah dia lakukan dimasa lalunya
dan Tuhan pun telah menentukan grade bangsa2 dari yg terbaik hingga yg terjelek berdasarkan kwalitas karma berjemaah orang2 di bangsa2 itu, dimana seseorang calon manusia akan ditempatkan sesuai kwalifikasi dasar karma yg telah diperbuatnya di kehidupan sebelumnya.
Itu yg saya tangkap dari argument anda diatas.
Saya tidak tahu apakah itu merupakan pandangan resmi Hindu terhadap aktifitas Tuhan mereka, atau hanya sekedar pendapat pribadi anda
Yg jelas Islam sangat menolak paham seperti itu,
Tuhan bebas menentukan seorang manusia mau dilahirkan dalam keadaan apa dan dimana saja. Itu hak Tuhan Yg Maha Kuasa.
Justru pesan agungNya dari penciptaan manusia menjadi berbangsa2 adalah agar manusia saling mengenal perbedaan satu dengan yg lain, yang berarti itu akan memperkaya pengetahuan umat manusia itu sendiri.
Selain itu adalah, agar manusia bersyukur terhadap pemberian yg diberikan Allah, dan agar mereka saling berlomba2 dalam berbuat kebaikan.
Itu semua adalah tujuan yg indah.
Bukan tujuan negative seperti yg anda maksudkan diatas.
======
Ngarayana says :
Nah sekarang saya tanya ke anda, jika anda tidak meyakini konsep karma-phala, lalu apa penyebab perbedaan kelahiran di dunia ini? Kenapa harus ada binatang, manusia cacat, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang lahir di golongan/agama A, B dan C? Dimana letak keadilan Tuhan?
*****
Komen Ardhani :
Kata kuncinya adalah : MENGUJI
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.(QS 18:7)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan . Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(QS 21:35)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya , karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.(QS 76:2)
Konsep hidup di dunia sebagai ujian mungkin tidak anda kenal, karena dengan paham karmaphala anda, menjadikan hidup sebagai siklus yg terus menerus, disebabkan karena karma kehidupan terdahulu.
Dalam konsep karmaphala, Ujian dan pertanggung jawaban terhadap Tuhan menjadi tidak terlalu penting, karena semua roh pada dasarnya akan terlepas dari kewajiban kelahiran kembali, yg berbeda hanya masalah hingga ke kelahiran keberapa mereka akan benar2 terbebas, tergantung perbuatan sang roh itu sendiri.
Dalam pemahaman seperti ini pertanggung jawaban, hukuman dan pahala dari Tuhan menjadi tidak terlalu berarti, dan tidak perlu mendapat perhatian serius dari roh2, karena mereka sejatinya tidak perlu takut dan patuh pada Tuhan, tetapi hanya perlu mengkhawatirkan berapa lama mereka harus menjalani siklus inkarnasi.
Karena itu tidak mengherankan jika anda menanyakan dimana keadilan Tuhan terhadap orang2 yg lahir cacat, miskin atau terhadap kelahiran binatang2.
Dalam Islam, lahir cacat, miskin, atau dalam penderitaan lainnya bukan dianggap aib dihadapan Tuhan, namun semuanya adalah cobaan
Sama halnya terhadap orang2 yg terlahir dalam keluarga kaya dan status sosial tinggi, bukan berarti itu adalah kemuliaan yg dianugerahkan pada mereka disebabkan karma dalam kehidupan terdahulunya, melainkan hanya cobaan hidup.
Banyak orang yg lulus ketika dicoba dengan kemiskinan dan tubuh cacat, namun sebagian besar orang tidak lulus ketika diuji dengan kekayaan dan kenikmatan yg berlimpah lainnya.
Jadi sebenarnya hati2lah ketika menerima kekayaan atau kedudukan sosial yg tinggi.
Dalam Islam, kehidupan duniawi dengan segala perhiasannya ini pada dasarnya hanyalah kesenangan yg menipu, sekedar permainan yg bisa melalaikan.
Kehidupan sejati bukan di dunia, tetapi di akherat yg kekal.
Karena itu dalam ajaran Islam, dikatakan surga itu kebanyakan penduduknya adalah orang2 Miskin (ketika hidup didunia), dan orang kaya begitu sulit masuk surga, seperti sulitnya unta masuk lobang jarum.
Bagi saya, Konsep karmaphala tidak masuk akal,
Bagaimana seorang roh manusia bisa terlahir menjadi binatang pada kehidupan sebelum atau sesudahnya ?
Bagimana seekor binatang bisa diminta bertanggung jawab atas perbuatannya ?
Bagaimana seekor binatang bisa berbuat amal yg bernilai baik sehingga bisa meningkat statusnya dengan lahir kembali sebagai manusia ?
Manusia melakukan sesuatu berdasarkan akal pikiran mereka, itu adalah anugerah terbesar dari Tuhan yg tidak diberikan pada dunia binatang
Karena anugerah akal pikiran itulah manusia terikat dengan pertangung jawaban atas segala baik buruk perbuatannya.
Bagi seekor binatang, bagaimana ia akan meningkatkan kebaikan karmaphalanya bagi kehidupan yg akan datang ?
Atau sebuah tumbuh2an ? bagaimana akan meningkatkan statusnya menjadi binatang hingga ke manusia golongan Brahman ?
Dalam Islam, binatang dan tumbuh2an itu diciptakan Allah untuk menunjang kehidupan manusia di muka bumi.
Jadi “dharma” nya (sunatullahnya) binatang dan tumbuh2an adalah untuk mengabdi pada kepentingan alam dan manusia,
bukan untuk saling bersaing menjadi manusia.
Binatang dan tumbuh2an terlepas dari pertanggung jawaban atas segala perbuatan mereka ketika hidup. Mereka hanya dibekali dengan naluri, bukan dibekali akal budi, naluri mereka tidak pernah menyeleweng dari sunatullah
Seekor harimau, sebuas apapun, mereka hanya membunuh untuk makan, atau karena terancam. Tidak pernah mereka membunuh hanya untuk kesenangan dan menyalurkan hobby.
Itu beda dengan manusia yg selain dibekali akal budi juga dibekali nafsu.
======
Ngarayana says
Mengenai ayat yang anda kutip sangat bagus… yang memang benar, orang yang paling bertakwa kepada Tuhan adalah yang paling mulia. Hanya saja, apakah orang yang mereka yang suka membenci dan menyakiti mahluk lain yang sebenarnya juga ciptaan Tuhan bisa disebut orang yang bertakwa? Sebagaimana sering saya contohkan, jika anda mencintai pasangan anda, tetapi anda sendiri seringkali merusak barang-barang miliknya sehingga menyakiti hatinya, apakah orang lain bisa mengatakan anda benar-benar sayang pada pasangan anda?
*****
Komen Ardhani :
Jika orang benar2 bertakwa tentulah dia tidak akan berbuat kerusakan di muka bumi, tanpa alasan yg benar dan diijinkan Tuhan.
Orang yg kelihatan saleh secara ritual ibadah, tetapi akhlaqnya terhadap sesama tidak baik, dia tidak bisa sepenuhnya disebut orang yg benar2 bertakwa.
Karena jika dia benar2 bertakwa kepada Tuhan maka dia akan menjadi orang yg baik dalam hubungannya dengan Tuhan (hubungan vertical) maupun pada sesama (hubungan horizontal)
Di akherat nanti, dia harus mempertanggung jawabkan sampai tuntas perbuatan buruknya pada sesamanya dulu, sebelum dinilai kesalehannya pada Tuhan.
========
Ngarayana says :
Saya rasa analogi yang anda ungkapkan tidak tepat saudara Ardhani. Suku primitip dengan laptop canggih. Apakah 500 tahun lalu sudah ada laptop Intel Core i7? Bukankah laptop yang ada sekarang adalah penyempurnaan dari teknologi manusia yang ada pada jaman dulu?
Yang anda katakan primitif apakah tingkatan spiritualitas ataukah materialistiknya? Anda harus membendakan kedua ini. Kenapa? Orang yang canggih dalam bidang teknologi seperti manusia modern sekarang ini belum tentu dekat dengan Tuhan. tetapi mereka yang kelihatannya kuno dan bodoh seperti para petapa malahan lebih memahami hakekat Tuhan. ya ga?
Andaikan anda mengatakan tingkat spiritualitas manusia jaman dulu primitive sehingga ajaran yang diturunkan primitive, apakah menurut anda keprimitivan ajaran tersebut sudah mampu membuat mereka kembali ke sisi Tuhan?
Oh ya.. tolong dunk sebutkan standar keprimitivan dan kemajuan spiritual menurut anda agar kita bisa menilai bagaimana orang jaman dulu lebih rendah dari segi spiritualitas dari pada orang jaman sekarang. Mohon bimbingannya ya saudara Ardhani…
*******
Komen Ardhani :
Saya tidak bicara tentang laptop sudah ada tau belum 5000 tahun yg lalu,
Saya menganalogikan, jika anda bagian dari dunia canggih sekarang memberikan bantuan berupa laptop tercanggih keluaran baru pada suku primitive di pedalaman papua sana, apa kecanggihan teknologi pemberian anda itu ada manfaatnya bagi mereka ?
Tentu saja tidak bermanfaat, kecuali mereka jual kembali laptop itu untuk dibelikan babi dan ubi.
Kalau anda mau memperkenalkan peradaban modern anda kepada mereka, mungkin mengajari mereka dasar2 perhitungan dalam matematika secara sederhana sudah cukup memadai bagi tingkat pemahaman mereka, jadi tidak perlu anda memberikan laptop tercanggih, karena itu tidak ada gunanya.
Itu yg saya maksud dengan analogi saya.
Begitu juga dalam agama2 terdahulu dan revisi2nya di setiap umat dan jaman.
Secara spiritual manusia2 jaman dulu memang lebih tinggi dibanding generasi2 yg datang berikutnya.
Itu wajar, mengikuti tingkat perkembangan peradaban manusia, dimana semakin “beradab” pemikiran manusia, maka semakin turun tingkat spiritualitas mereka digantikan dengan intelektual yg semakin tinggi.
Kalau dulu orang dengan ilmu spiritual bisa terbang ke udara, maka sekarang semua orang bisa terbang dengan menggunakan teknologi penerbangan.
Dulu perikehidupan manusia cukup sederhana sehingga mereka mempunyai banyak waktu untuk menekuni dunia spiritual tingkat tinggi, makin hari masalah kehidupan makin kompleks, yg membuat manusia semakin tidak mempunyai banyak waktu untuk mempelajari spiritulitas tingkat tinggi.
Karena itulah agama semakin berkembang, jika dulu agama diturunkan dalam versi spiritual yg tinggi, makin hari makin dikurangi porsi spiritulitasnya diganti dengan pedoman2 untuk menyelesaikan masalah2 dalam kehidupan praktis.
Jadi bukan Tuhannya yg tidak sempurna sehingga agamaNya harus direvisi berkali2, tapi memang itulah porsi2 yg diberikan Tuhan menurut tingkat kepentingan hidup manusia dari jaman ke jaman. Dia Maha Tahu.
======
Ngarayana says :
Jadi menurut anda, ajaran yang paling benar yang mana? Apa anda yakin ajaran anda yang paling tepat dan yang lain salah sementara muslim yang lain juga menyatakan pendapat yang sama?
******
Komen Ardhani :
Saya tidak menunjuk ini dan itu.
Standart yg diberikan Nabi kami jelas : “Aku tinggalkan dua perkara yg jika kalian berpegang teguh padanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Al Quran dan sunnah rasul”
Biarlah mereka yg menilai dengan jujur, apakah benar2 telah berpegang teguh pada Quran dan sunnah Rasul.
=======
Ngarayana says :
Mungkin perlu saya tegaskan di sini bahwa pengikut ajaran Veda tidak harus disebut sebagai Hindu, karena itu nama asli dari Hindu adalah Sanatana Dharma (Dharma yang abadi). Artinya apa? Seseorang yang menjalankan prinsip-prinsip Veda tidak harus menuliskan dan berteriak lantang mengatakan dirinya Hindu. Ajaran Veda bukan ajaran yang dibangun di atas suatu kelembagaan, tetapi ajaran yang mengedepankan kesadaran. Dharma sendiri dapat berarti kebajikan, kewajiban dan juga sifat dasar. Seperti contohnya api dharma-nya adalah panas dan membakar, es dharma-nya adalah dingin dan membekukan, gula dharmanya adalah manis dan dengan demikian dharma dari manusia (sebagai Jiva/roh) adalah pelayan abadi dari Tuhan. Maka jika seseorang mempelajari Veda, meskipun dia menulis di KTP-nya sebagai agama A, B, C atau apapun namun dia bisa insaf akan dirinya sebagai pelayan Tuhan yang abadi, maka tujuan dari Veda sudah tercapai. Srila Prabhupada pada saat menyebarkan ajaran Veda di Amerika pernah ditanya oleh pemuka agama Kristen di sana; “Apakah anda kesini ingin menghindukan orang-orang kami (Kristen)?”, Prabhupada menjawab; “Saya kesini bukan untuk merubah agama seseorang, tetapi membangkitkan kesadaran Krishna (kesadaran akan Tuhan) dalam diri seseorang, mengangkat taraf kehidupan mereka yang seperti binatang (suka mabuk, telanjang, sex bebas dan dipenuhi oleh kehidupan material) menjadi lebih spiritualis”.
jadi mohon dibedakan saudara Ardhani, Veda memang tidak menuntut seseorang untuk menjadi agama Hindu, tetapi adalah untuk membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan Tuhan (Baca juga Bhagavad Gita 15.15)
Salam,-
*******
Komen Ardhani :
Kalau begitu sama saja prinsipnya,
Islam itu artinya tunduk kepada Tuhan,
Menjadi muslim itu artinya mau menerima dan menjalankan segala aturan2 Tuhan dalam hidupnya.
Jika anda telah menyatakan Tunduk pada Tuhan yg Esa dan tidak menyekutukanNya dengan yg lain, lalu anda berbuat baik dan menghindarkan apa yg dilarang Tuhan sepanjang hidup anda, sesuai dengan petunjuk2 Tuhan, pada prinsipnya anda boleh disebut muslim juga, walau tidak mesti anda beragama Islam.
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri “.
(QS 3:64)
Salam.
@Made
Al Quran adalah kitab yg menjelaskan tentang pedoaman prilaku bagi umat manusia, dia tidak diturunkan sebagai kitab pengetahuan yg bisa menjelaskan penciptaan alam dengan sempurna secara teknis keilmuan.
Kalaupun Al Quran menyebut sedikit demi sedikit tentang penciptaan, itu dalam konteks menarik perhatian pendengarnya kepada kesadaran atas kekuasaan Tuhan, yg merupakan tujuan utama dari diturunkannya al Quran tersebut. Dan itupun disebutkan dalam kosa kata yg kira2 bisa diterima pendengar dijamannya, yg bisa jadi akan terasa aneh bagi telinga seorang intelektual jaman sekarang.
Itu berlaku juga bagi kitab2 suci yg lainnya, walaupun mereka menyinggung sedikit2 tentang ilmu pengetahuan, namun akan tetap akan kelihatan ketinggalan jaman dibanding kitab2 buatan manusia yg memang dibuat khusus untuk memaparkan pencapaian mereka di bidang ilmu alam yg terus berkembang dari waktu ke waktu.
Yg bisa dilakukan oleh manusia dalam hubungan antara ilmu pengetahuan modern dalam hubungannya dengan keyakinan agama (khususnya kitab sucinya) hanyalah memirip-miripkan apa yg telah berhasil ditemukannya lewat kecanggihan teknologi dgn ayat2 kitab sucinya sebagai pembenaran keilmuan terhadap keyakinannya, atau yg sebaliknya.
Itu berlaku merata di semua kepercayaan, bukan saja di Islam, tapi juga bagi agama2 lain termasuk di Hindu sendiri.
Pemirip-miripan itu menghasilkan penafsiran seseorang terhadap kitab sucinya.
Sedang ilmu tafsir sendiri adalah ilmu yg senantiasa berkembang seiring kemajuan peradaban manusia, dimana penafsiran seseorang diwarnai dengan keadaan2 pribadi yg bersangkutan, semisal kefanatikan pada keyakinan, keluasan ilmu pengetahuannya, penguasaan teknologi, disamping bahasa dan budayanya.
maka tidak heran bila dijumpai penafsiran seorang ulama yg ahli dalam bidang agama bisa jadi berbeda dengan penafsiran seorang ilmuwan, ketika berbicara tentang ayat2 yg menceritakan tentang penciptaan alam. Baik mereka sejaman, atau bahkan yg terpisahkan jaman dalam waktu yg sangat lama.
Itu tidak menjadi masalah, sepanjang tidak menjadi sumber perselisihan yg bisa menimbulkan perpecahan. Justru itu makin membuat kehidupan dan pemikiran dalam beragama menjadi lebih berkembang dinamis, tidak statis yg cenderung menjemukan, atau bahkan membekukan nalar.
Demikian itu yg terjadi dalam kasus syaikh ibn Baz, maupun beberapa tafsiran dari penafsir2 Al Quran jaman dulu yg cukup terkenal dalam kaitannya dengan pihak2 lain yg mempunyai penafsiran berbeda dgn mereka, jaman dulu hingga ke jaman kini.
***
Soal apakah Quran menyatakan bumi DATAR atau justru BULAT, memang tidak ada ayat dalam Quran yg secara terang2an menyatakan bumi bulat. Bahkan semuanya dimaknai dengan kata HAMPARAN, dlm ayat2 ini :
Al Baqarah 22 : Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan (firaasyan) bagimu dan langit sebagai atap,
Al Hijr 19 : Dan Kami telah menghamparkan (madadnaahaa)bumi
Thaahaa 53 : Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan (mahdan)
Qaaf 7 : Dan Kami hamparkan (madadnaahaa) bumi itu
Adz Dzaariiyat 48 : Dan bumi itu Kami hamparkan (farasynaahaa), maka sebaik-baik yang menghamparkan (maahiduuna)(adalah Kami).
Nuh 19 : Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan (bisaatan),
An Naba 6 : Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (mihaadan)?,
An Naazi’at 30 : Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (dahaaha).
Al Ghaasyiyah 20 : Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (sutihat)
Asy Syams 6 : dan bumi serta penghamparannya, (wamaa tahaaha)
Namun yg patut dicatat adalah, tidak ada satupun dari ayat2 diatas yg secara khusus dimaksudkan untuk memberitahukan kepada manusia bahwa BENTUK BUMI = DATAR, walau semuanya dipakai kata2 yg bila diterjemahkan ke dalam bhs Indonesia = MENGHAMPARKAN (kata kerja) dan HAMPARAN (kata sifat)
Ada perbedaan yg tegas antara makna kalimat yg mengingatkan manusia pada SIAPA yg MENGHAMPARKAN bumi bagi kepentingan manusia, dengan kalimat yg bertujuan memberi keterangan tentang BENTUK BUMI pada manusia.
PENGHAMPARAN BUMI dalam ayat2 diatas diturunkan dalam konteks agar pendengarnya menyadari kekuasaan Allah, yg telah memudahkan bumi sebagai tempat tinggal yg dapat ditinggali dengan nyaman, sebagai HAMPARAN yg mereka bisa dengan mudah bercocok tanam diatasnya, memudahkan mereka berjalan2 dijalan2 yg ada diatasnya, yg memudahkan mereka menggembalakan ternaknya, dll yg seperti itu.
Konteks ayat diatas sama sekali tidak mengajak pendengarnya di waktu ayat itu turun, untuk berfikir mengenai bentuk bumi jika dilihat dari angkasa, apakah datar, bulat, lonjong, persegi, atau apapun bentuknya.
Karena yg mereka lihat secara visual dan apa yg mereka rasakan, bumi ini memang TERHAMPAR bagi mereka.
Namun ayat diatas jadi lebih bermakna bagi kita di jaman sekarang ini yg telah diajarkan bagaimana pembentukan bumi dari awal berupa kabut gas panas hingga menjadi tempat yg nyaman seperti ini.
Membaca ayat2 diatas kita mesti bersyukur pada Allah yg telah MENGHAMPARKAN bumi bagi manusia. Bagaimana jika Allah tidak sudi menjadikan DARATAN planet bumi ini sebagai HAMPARAN yg cukup stabil bagi kehidupan manusia diatasnya ? Dengan cara mendinginkan suhu lapisan kulit bumi yg kita injak ini, lalu menjaganya agar tidak timbul tenggelam diatas cairan magma inti bumi
bagaimana jadinya jika DARATAN (BUMI) hingga saat ini masih dibuat sama persis seperti pada awal2 permulaan terbentuknya bumi ? akan tetap nyamankan hidup kita ?
itulah salah satu perbedaan cara berfikir dalam membaca ayat2 yg sama, antara orang2 Arab jaman diturunkan Al Quran, dengan kita di jaman modern ini.
Kesan orang2 jaman sekarang mestinya harus lebih mendalam rasa syukurnya kepada Allah ketika membaca ayat2 tersebut, karena kita yg lebih memahami secara ilmu pengetahuan modern, bagiamana pembentukan bumi yg sebenarnya.
Itu pemahaman sesuai konteks dan tujuannya ayat2 Quran diturunkan.
Orang2 yg berusaha mencari kelemahan dan kesalahan2 Al Quran dengan menggunakan ayat2 tersebut untuk DIBENTURKAN dengan fakta bahwa bentuk bumi adalah bulat, sebenarnya adalah orang2 yg kurang kerjaan dan tidak tahu malu.
Mereka tidak akan menjadi beriman walau diingatkan bahwa Allah lah yg telah MENGHAMPARKAN bumi ini demi kenikmatan & kemudahan hidup manusia, bukan pemberian tuhan yg lain.
Jika untuk pemberian kenikmatan tak ternilai seperti itu saja mereka tidak bersyukur dan tetap tidak beriman, bagaimana jika Allah hanya menerangkan tentang bentuk2 planet bumi ini saja ? Apakah mereka mau beriman ?
Mengetahui bentuk bumi ini bulat, kotak atau kerucut dari Allah secara langsung itu tidak membawa manfaat apa2 bagi umum, mungkin hanya bermanfaat khusus bagi ilmuwan di bidangnya, tapi itu hanya sekelompok kecil dari manusia, sedangkan al Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia.
****
Mengenai hadist Nabi Muhammad tentang terbit dan terbenamnya matahari,
Anda pikirkan lebih mendalam lagi apa makna dari hadist tersebut
Tujuan hadist tersebut bukan untuk menunjukkan bahwa bumi diam dan matahari yg bergerak mengelilingi bumi, tetapi tentang kebesaran Allah yg membuat matahari tunduk pada ketentuanNya.
Matahari terbenam di bawah Arsy Allah, harap anda ketahui Arsy Allah bukan di bumi, segala yg ada di alam ini berada di bawah Arsy Allah.
Alam semesta berada di bawah Arsy Allah, maka wajar jika dikatakan Matahari tenggelam dibawah Arsy Allah. Itu menceritakan tentang ketertundukan (sujudnya) matahari, bukan menceritakan tentang lokasi (alamat / tempat tinggal) matahari
Jadi bagaimana anda bisa menjadikan hadist itu sebagai argument untuk menetapkan pergerakan relative matahari terhadap bumi ?
Salam
@ Ardhani
.
.
Kata anda:
Tuhan bebas menentukan seorang manusia mau dilahirkan dalam keadaan apa dan dimana saja. Itu hak Tuhan Yg Maha Kuasa.
________________________
Jadi, Tuhan menciptakan manusia agar Ia dapat menuntut hak2-Nya. Dengan kata lain, Tuhan memerlukan keberadaan manusia agar hak2-Nya itu dapat terpenuhi. Bukankah begitu??
.
.
Kata anda:
Justru pesan agungNya dari penciptaan manusia menjadi berbangsa2 adalah agar manusia saling mengenal perbedaan satu dengan yg lain, yang berarti itu akan memperkaya pengetahuan umat manusia itu sendiri. Selain itu adalah, agar manusia bersyukur terhadap pemberian yg diberikan Allah, dan agar mereka saling berlomba2 dalam berbuat kebaikan.
_____________________
Bagiku, Tuhan yg berbuat sesuka-Nya adalah sewenang-wenang. Ia telah menyelewengkan kuasa yg dimiliki utk memenuhi keinginan/hak2-Nya. Untuk menutupi sifat buruk-Nya itu, Tuhan kemudian membuat propaganda bahwa semuanya itu bertujuan agar manusia saling mengenal perbedaan dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
.
.
Salam
@ardhani & all
cb baca yg ini…
Penemuan Perkamen Al-quran di Sana’a – Oleh Sujit Das
Share
Yesterday at 4:56pm
“Menghormati iman orang-orang percaya yang tulus seharusnya tidak menyebabkan investigasi yang dilakukan para ahli sejarah dilarang atau dibelokkan….Seseorang harus mempertahankan hak-hak metodologi dasar sejarah.” – Maxime Rodhinson, 1981; p. 57
Seringkali orang-orang Muslim mengatakan bahwa baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru telah dikorupsi dan diubah secara serius. Mereka katakan, supaya sebuah Kitab Suci bisa dikatakan sebagai otoritatif, maka ia harus dipelihara tetap tanpa perubahan sama sekali, dan menunjuk pada Qur’an mereka sebagai kitab suci yang diwahyukan kata demi kata dan surat demi surat kepada Muhamamad oleh Allah. Quran mengklaim, “Tidak boleh ada perubahan dalam firman-firman Allah” (10:64), dan ”Tidak ada yang bisa merubah kata-kata (dan peraturan) Allah” (6:34).
Foto salah satu perkamen Sana’a Qur’an dari Gerd R Puin’s, memperlihatkan lapisan revisi yang dilakukan terhadap Quran. (Photo source: Wikipedia, 2009)
Tetapi betapa anehnya ‘doktrin pembatalan’ ini, dimana wahyu-wahyu yang datang kemudian membatalkan wahyu-wahyu terdahulu, sebagaimana Quran (2:106) menegaskan, ”Wahyu-wahyu…..Kami membatalkan/mencabut atau menyebabkan untuk dilupakan.” Juga, sebuah Hadis (6:558) dari Sahih Bukhari menegaskan bahwa Muhammad melupakan banyak ayat. Disamping itu, Sunaan ibn Majah (3: 1944) mencatat bahwa setelah kematian Muhammad, sejumlah wahyu dimakan oleh seekor kambing. Bagaimana kata-kata Ilahi bisa dimakan, diubah, dibatalkan atau dihapuskan, meskipun ada klaim dari Allah dalam Sura 10:64 dan 6:43?
Tidakkah semua klaim-klaim dari Allah ini berkontradiksi dengan diriNya sendiri? Tetapi ajaibnya; kenyataan ini sama sekali tidak mengganggu pemikiran orang-orang Muslim. Barangkali, jika kita bisa menghadirkan Quran lain yang “otentik”, dan yang berbeda dengan bentuk standar Quran yang ada saat ini, maka Muslim akan mulai menggunakan logika mereka.
Kebenaran yang sangat menghancurkan adalah bahwa sejumlah besar naskah-naskah kuno, berasal dari abad pertama Hijrah ditemukan di Mesjid Agung di Sana’a (Yaman), yang secara signifikan berbeda dengan Quran standar yang ada sekarang. Sistem penanggalan dengan menggunakan Carbon meyakini bahwa naskah-naskah Quran ini tidak dibuat oleh lawan-lawan keagamaan. Disamping itu, naskah-naskah Quran ini ditemukan oleh orang-orang Muslim sendiri, bukan oleh orang-orang kafir.
Barangkali inilah peristiwa yang paling memalukan dalam sejarah Islam yang sudah berlangsung selama 14 Abad.
Mesjid Agung Sana’a adalah salah satu Mesjid tertua dalam sejarah Islam. Gedung ini dibangun pada tahun 6 Hijrah ketika Muhammad mempercayakan salah seorang dari teman-temannya untuk membangun sebuah Mesjid di Yaman, yang diperluas dan diperbesar oleh para pemimpin Islam dari masa ke masa.
Pada tahun 1972, ketika berlangsung restorasi Mesjid Agung ini (hujan deras menyebabkan dinding bagian Barat Mesjid ini rubuh), para tukang yang bekerja dalam sebuah ruangan mahkota diantara struktur bagian dalam dan atap bagian luar, menemukan sebuah kuburan yang menakjubkan, yang pada saat itu, karena ketidaktahuan mereka, mereka tidak menyadari apa yang ada di situ. Biasanya mesjid tidak mengakomodasi kuburan, dan situs ini juga tidak berisi batu nisan, tidak ada sisa-sisa tubuh/tulang manusia dan juga tidak ada barang-barang peninggalan dari pemakaman. Tak ada benda lain di dalamnya kecuali perkamen tua dan dokumen-dokumen surat yang jumlahnya sangat banyak. Juga di dalamnya ditemukan buku-buku yang sudah rusak dan halaman-halaman teks individual dalam bahasa Arab, yang sudah lebur menjadi satu oleh karena hujan dan kelembaban selama lebih dari seribu tahun.
Sejumlah fragmen-fragmen perkamen Qur’anik dalam kondisi ketika mereka ditemukan. (Photo source: Dreibholz, 1999, p. 23)
Para tukang yang tidak mengerti itu kemudian mengumpulkan naskah-naskah tersebut, memasukkannya dengan sembrono ke dalam 20 karung kentang, dan meletakkannya pada tangga di salah satu menara Mesjid, dimana naskah-naskah itu pun kemudian dikunci di situ. Naskah-naskah itu akan kembali dilupakan, jika bukan karena Qadhi Isma’il al-Akwa, Presiden Otoritas Barang-Barang Antik Yaman, yang di kemudian hari menyadari pentingnya penemuan itu. Al-Akwa mencari pertolongan dari dunia Internasional untuk menguji dan mengawetkan fragmen-fragmen itu, sebab tidak ada seorang pun sarjana di negaranya yang sanggup mengerjakan penemuan yang sangat kaya seperti ini. Pada tahun 1997, ia menerima kunjungan dari seorang sarjana Jerman non-Muslim. Orang ini lalu membujuk pemerintah Jerman untuk mengorganisir dan menjalankan sebuah proyek restorasi.
Segera setelah proyek itu dimulai, menjadi jelaslah bahwa “kuburan kertas” itu adalah sebuah tempat untuk menyimpan puluhan ribu fragmen-fragmen dari hampir seribu naskah-naskah kuno Quran, kitab suci Muslim. Otoritas Muslim pada masa-masa awal Islam menganjurkan agar kopian-kopian Quran yang telah rusak disingkirkan dari peredaran dan hanya mengijinkan edisi-edisi kitab suci yang masih baik untuk dipakai. Juga tempat yang aman seperti itu dibutuhkan untuk melindungi kitab-kitab itu dari kebakaran atau kehancuran jika para penyerang datang, dan di sinilah kemudian muncul ide untuk menyimpannya di sebuah ‘kuburan’ dalam Mesjid Agung di Sana’a, yang pada waktu itu merupakan tempat untuk mempelajari Quran. Hal ini sudah berlangsung sejak abad pertama Hijrah.
Restorasi naskah-naskah itu diorganisir dan diawasi oleh Gerd R. Puin dari Saarland University, di Jerman. Puin adalah seorang spesialis terkemuka dalam bidang kaligrafi Arabik (studi mengenai tulisan tangan indah dan artistik), dan merupakan seorang paleografi (studi mengenai dokumen-dokumen dan tulisan kuno) Qur’anik. Selama sepuluh tahun ia secara ekstensif menguji fragmen-fragmen perkamen yang berharga itu. Tahun 1985, rekannya H. C. Graf V. Bothmer bergabung dengannya.
Tes-tes Carbon-14 menunjukkan bahwa sejumlah perkamen itu berasal dari tahun 645-690 AD. Tahun pembuatan mereka yang sebenarnya bisa jadi lebih dini lagi, karena C-14 memperkirakan tahun kematian dari sebuah organisme (perkamen adalah kulit binatang), dan proses itu hingga penulisan akhir pada perkamen mencakup waktu yang tidak bisa diketahui. Tanggal penulisan kaligrafi menunjukkan tahun 710-715 AD. Beberapa perkamen kelihatannya berasal dari abad ke tujuh dan ke sembilan, dan karena itu bisa disebut sebagai Qur’an tertua yang ada saat ini.
Pada tahun 1984, Rumah Naskah (Dar al Makhtutat) didirikan di dekat Mesjid Agung, sebagai bagian dari proyek kerjasama antara otoritas Yaman dan Jerman. Sebuah usaha keras yang sangat besar dimulai untuk merestorasi fragmen-fragmen Qur’anik. Antara tahun 1983 dan 1996, kira-kira 15.000 dari 40.000 halaman telah selesai direstorasi, khususnya 12.000 fragmen-fragmen pada perkamen dan naskah-naskah yang berasal dari abad ke tujuh dan sembilan.
Perpustakaan Dar al-Makhtutat dimana disimpan Naskah-Naskah dan katalog yang baru ditemukan. (Photo source: Dreibholz, 1999. p. 22)
Hingga saat ini, hanya ada tiga kopian kuno Qur’an yang ditemukan. Yang pertama disimpan di Perpustakaan Inggris di London, berasal dari akhir abad ke tujuh dan dianggap sebagai yang paling tua. Tetapi naskah-naskah Sana’a bahkan usianya lebih tua. Lebih dari itu, naskah-naskah ini ditulis dengan huruf yang aslinya berasal dari Hijaz – wilayah Arabia dimana Nabi Muhammad hidup, yang membuatnya tidak hanya sebagai naskah tertua yang berhasil selamat, tetapi kopian otentik Qur’an yang paling tua. Arabik Hijazi adalah tulisan (Mekkah atau Medinah), dan Qur’an mula-mula ditulis dengan huruf ini. Meskipun potongan-potongan ini berasal dari Qur’an paling awal yang pernah ada, mereka juga merupakan palimpsests (naskah-naskah dengan tulisan asli yang telah dipakai ulang).
Gaya tulisan tangan yang indah dan artistik dan jarang dipakai menjadi hal yang menarik perhatian Puin dan temannya Bothmer, tetapi hal yang lebih mengejutkan lagi menanti mereka. Ketika naskah Qur’an ini diperbandingkan dengan naskah Qur’an standard yang ada saat ini, kedua orang ini menjadi terheran-heran. Teks-teks kuno yang ditemukan ini sangat berbeda dengan naskah yang ada sekarang, dan hal ini benar-benar mengganggu. Di sini terdapat ayat-ayat yang disusun secara tidak konvensional, variasi-variasi tekstual yang sedikit namun signifikan, ortografi (pengejaan) yang berbeda dan perbedaan pada pembubuhan (dekorasi) artistik.
Hal ini benar-benar menghantam keyakinan orang-orang Muslim ortodoks bahwa Qur’an yang ada hari ini dapat dikatakan sebagai Firman Allah yang “sempurna, kekal sepanjang masa dan tidak berubah.” Dengan penemuan naskah ini berarti Qur’an telah didistorsi, dinodai, direvisi, dimodifikasi dan dikoreksi, dan perubahan tekstual secara murni telah terjadi selama bertahun-tahun oleh tangan-tangan manusia.
Aura kesakralan disekeliling Kitab Suci Islam ini, yang masih utuh selama lebih dari 14 abad lamanya, menjadi hilang dengan penemuan yang mencengangkan ini, dan keyakinan inti dari semilyar lebih orang-orang Muslim yang meyakini bahwa Qur’an itu kekal, firman Allah yang tidak bisa berubah sekarang tampak jelas hanya sebagai sebuah kebohongan besar. Bukan hanya itu; klaim Qur’anik bahwa tak ada orang yang bisa merubah firman-firman Allah juga merupakan sebuah kepalsuan. Qur’an seharusnya merupakan sebuah, jika kita meminjam kata-kata dari Guillaume (1978, p. 74), yang paling suci dari semua yang suci. Ia tidak boleh ada di bawah kitab yang lain, tetapi selalu berada di atasnya, orang tak boleh minum atau merokok ketika kitab ini dibacakan dengan keras, dan ia harus didengarkan di dalam keheningan. Ini adalah Kitab yang merupakan jimat melawan penyakit dan bencana.” Orang-orang Muslim menyebut Quran sebagai “Ibu dari semua Kitab” dan meyakini tak ada kitab atau wahyu lainnya yang bisa diperbandingkan dengan Qur’an (Caner & Caner, 2002. p.84). Tetapi sekarang, dengan penemuan ini, semua keyakinan itu menjadi lenyap. Hasil akhir dari seluruh perjuangan Islam selama empat belas abad sekarang menjadi nol besar.
Tidak hanya itu, banyak naskah memperlihatkan tanda-tanda dimana naskah-naskah itu menggunakan tulisan asli yang telah dipakai ulang. Misalnya, ayat-ayat yang sangat jelas ditulis di atas ayat-ayat lain yang sudah dihapus. Tentu saja ayat-ayat yang ada di bawah tulisan yang ada sekarang sulit untuk dibaca secara visual, tetapi peralatan-peralatan modern seperti fotografi ultraviolet dapat memperlihatkan dengan jelas tulisan-tulisan itu. Dipercaya bahwa naskah-naskah Sana’a bukan hanya satu-satunya varian, tetapi sebelum itu, teks Qur’anik telah dimodifikasikan dan ditulis ulang pada kertas yang sama. Hal ini berarti, klaim Allah (Sura 56: 77-78; 85:21-22) bahwa teks asli telah disimpan di surga pada lembaran-lembaran emas, yang tak bisa disentuh oleh siapa pun kecuali para malaikat, hanyalah sebuah cerita dongeng.
Setelah mempelajari dengan seksama naskah-naskah ini, Puin sampai pada kesimpulan bahwa teks ini sesungguhnya sebuah teks yang telah dikembangkan, dan bukannya firman Allah sebagaimana yang diwahyukan secara menyeluruh kepada Muhammad (Warraq, 2002, p. 109). Dengan perasaan tergetar ia berkata, ”Begitu banyak Muslim yang memiliki keyakinan ini, bahwa segala sesuatu diantara kedua penutup Qur’an adalah firman Allah yang tak bisa dirubah. Mereka senang mengutip karya tekstual yang memperlihatkan bahwa Alkitab memiliki sebuah sejarah dan bukan sesuatu yang diturunkan langsung dari langit, bahwa hingga saat ini Qur’an berada di luar perdebatan. Satu-satunya cara untuk meruntuhkan dinding ini adalah dengan membuktikan bahwa Qur’an pun memiliki catatan sejarah. Fragmen-fragmen Sana’a akan membantu kita melakukan hal ini.”
Puin bahkan menyimpulkan (mengutip Taher, 2000), ”Tak ada satu pun karya tunggal yang tetap tanpa perubahan selama berabad-abad. Termasuk kisah-kisah yang ditulis sebelum nabi Muhammad memulai pelayanannya dan yang kemudian setelah itu ditulis ulang.”
Selama melakukan riset mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh Puin (Lester, 1999), ”Mereka (otoritas Yaman ingin agar hal ini tidak digembar-gemborkan, sebagaimana yang juga kami lakukan, meski dengan alasan yang berbeda. Mereka tak ingin menarik perhatian pada kenyataan bahwa ada orang-orang Jerman dan lainnya yang melakukan studi terhadap Qur’an. Mereka tidak mau mengumumkannya kepada publik, bahwa ada pekerjaan seperti ini yang sedang dilakukan, oleh karena posisi Islam adalah bahwa semua hal yang perlu dikatakan mengenai sejarah Qur’an telah dikatakan seribu tahun lalu.”
Pada kenyataannya, Puin dan rekannya Bothmer mengetahui untuk beberapa saat ketika mereka melakukan studi mereka, bahwa Qur’an sendiri adalah sebuah teks yang terus berkembang, namun dengan bijaksana mereka memahami implikasi yang mungkin dari penemuan-penemuan mereka dan karena itu mereka tetap berdiam diri. Jika otoritas Yaman mengetahui penemuan ini, sangat besar kemungkinan mereka akan menolak kedua orang ini untuk memperoleh akses lebih jauh. Inilah yang dimaksudkan oleh Puin sebagai “alasan-alasan lain.” Karena itu keduanya tetap diam, dan kedua sarjana ini dapat tetap meneruskan riset mereka.
Penemuan Puin juga mengkonfirmasi asumsi Wansbrough mengenai teks Qur’anik. Pada tahun 1970an, Wansbrough menyimpulkan bahwa Qur’an berkembang secara bertahap pada abad ketujuh dan kedelapan, setelah periode panjang dari transmisi oral, dan sekte-sekte yang berbeda biasanya berdebat dengan keras satu sama lain mengenai wahyu-wahyu mana yang asli. Alasan bahwa tidak ada sumber materi dari permulaan Islam yang pernah selamat adalah karena ia memang tidak pernah ada. Pada kenyataannya, Puin mengakui bahwa ia ‘membaca ulang karya Wansbrough ketika ia menganalisa fragmen-fragmen Yaman itu (Warraq, 2002. p. 122).
Teori Puin lainnya yang radikal adalah bahwa sumber-sumber pra-Islamik telah memasuki Qur’an. Argumentasinya adalah bahwa ada dua suku yang disebut, As-Sahab-ar-Rass (Para sahabat dari Sumur) dan As-Sahab-al-Aiqa (Para Sahabat dari Semak-semak Berduri) yang bukan merupakan bagian dari tradisi Arab, dan orang-orang pada masa Muhammad tentu saja tidak mengenal mereka. Ia juga tidak setuju pandangan yang mengatakan bahwa Qur’an ditulis dalam bahasa Arab yang paling murni. Kata “Qur’an” itu sendiri aslinya berasal dari luar Arab. Kontras dengan keyakinan populer Muslim, ia mengatakan bahwa arti dari “Qur’an” bukanlah pembacaan atau pengajian. Sebenarnya kata “Qur’an” menurutnya berasal dari bahasa Aramaik, “Qariyun”, artinya sebuah leksionari bagian-bagian kitab suci yang ditetapkan untuk dibaca dalam ibadah ilahi. Qur’an kebanyakan berisi cerita-cerita Alkitab tetapi dalam bentuk yang lebih pendek dan merupakan “sebuah ringkasan dari Alkitab untuk dibaca dalam ibadah.”
Bothmer secara seksama telah mengambil lebih dari tiga puluh lima ribu gambar-gambar mikro film dari fragmen-fragmen itu pada tahun 1997 dan membawa gambar-gambar itu ke Jerman (Warraq, 2002, p.109). Artinya bahwa saat ini Bothmer, Puin dan para sarjana lainnya pada akhirnya akan memiliki sebuah kesempatan untuk meneliti kembali dengan lebih cermat teks-teks itu dan mempublikasikan penemuan-penemuan mereka dengan bebas.
Puin tertarik untuk menulis sebuah buku mengenai hal ini pada masa depan, tetapi ia telah menulis beberapa tulisan-tulisan pendek mengenai penemuan mereka di berbagai macam majalah ilmiah, dimana ia memperlihatkan beberapa penyimpangan antara Qur’an kuno dan Qur’an standar sebagaimana yang ada saat ini (Mengutip Warraq, 2002, p.739-44)
Ketika membuktikan bahwa Qur’an sama sekali bukan kitab yang bisa dianggap suci, Puin menulis, ”Pendapat saya adalah bahwa Qur’an sejenis teks-teks gado-gado dimana tidak semuanya dimengerti pada masa Muhammad. Banyak dari teks-teks ini bahkan usianya seratus tahun lebih tua daripada Islam itu sendiri. Klaim-klaim Qur’an untuk dirinya sendiri adalah bahwa ia merupakan sesuatu yang jelas (mubeen). Tetapi (kontras dengan keyakinan populer) jika anda mengamatinya, anda akan menemukan bahwa seperlima dari kalimatnya sama sekali tidak mempunyai makna… Faktanya adalah seperlima dari teks Qur’anik sama sekali tidak bersifat komprehensif. Jika Qur’an itu tidak komprehensif, bahkan jika ia sendiri tidak bisa dimengerti dalam bahasa Arab, maka ia juga tak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun. Itulah sebabnya mengapa Muslim merasa takut. Meskipun berulang-ulang Qur’an mengklaim bahwa ia adalah sesuatu yang jelas, tetapi nyatanya di situ terdapat banyak sekali kontradiksi yang sangat serius. Sesuatu pasti telah terjadi.
Penemuan yang luar biasa dari Puin sangat menarik perhatian Andrew Rippin, seorang Profesor bidang studi agama dan seorang ahli terkemuka dalam bidang studi Qur’an. Rippin (dikutip dari Warraq, 2002, p.110) menyimpulkan, ”Pengaruh dari naskah-naskah Yaman masih bisa dirasakan. Pembacaan-pembacaan mereka yang bervariasi dan susunan ayat-ayat semuanya sangat signifikan. Semua orang setuju dengan hal ini. Naskah-naskah ini memperlihatkan bahwa sejarah awal teks Qur’anik lebih dari sekedar sebuah pertanyaan terbuka sebagaimana yang diduga banyak orang. Teks itu kurang stabil dan karena itu otoritasnya sedikit, daripada yang selalu diklaim.”
Observasi Rippin benar-benar luar biasa. Selama periode Kalifah mula-mula, Islam bertumbuh sebagai gerakan politik dan bukan sebagai sebuah gerakan keagamaan. Sebuah buku seperti Qur’an dibutuhkan untuk menjaga agar orang-orang Muslim tetap bersatu. Qur’an seperti sebuah ‘simbol status’ dari Islam, yang jika bukan karena buku ini maka Islam akan mati bahkan pada masa Muhammad. Qur’an itu murni buatan manusia.
Beberapa hal yang bersifat ilahi dilekatkan pada Qur’an supaya ia bisa memberikan perintah yang bisa dihormati, sebab ia tidak memiliki kuasa dari dirinya sendiri. Inilah caranya, bagaimana ketika mengakui klaim-klaim dari Qur’an sebagai ungkapan langsung dari Yang Ilahi, para manipulator mula-mula telah menyingkirkan semua kritik, yang kemungkinan akan mengeksposnya. Dalam Sura 5:101 dan 5:102 Qur’an sendiri melarang kritik. Kita tidak tahu saat kebutaan religius secara perlahan muncul, tetapi tanpa ragu, Muslim mula-mula setelah Muhammad sebenarnya lebih liberal dibandingkan dengan generasi yang kita lihat saat ini. Otentisitas dari banyak ayat telah dipertanyakan sendiri oleh orang-orang Muslim mula-mula. Banyak Kharijit, yang merupakan pengikut-pengikut Ali dalam sejarah Islam mula-mula, menemukan Sura yang menceritakan cerita yang tidak sopan mengenai Yusuf, sebuah kisah erotis yang tidak mungkin merupakan bagian dari Qur’an (dikutip dari Warraq, 1998, p.17)
Warraq (1998, p. 14) memiliki pandangan yang sama dengan Rippin, ”Para sarjana Muslim pada tahun-tahun awal Islam jauh lebih fleksibel dengan posisi mereka, menyadari bahwa bagian-bagian Qur’an telah hilang, diselewengkan dan bahwa ada ribuan perbedaan yang menyebabkan tidak mungkin bisa berbicara mengenai Qur’an.”
Ada bukti lainnya bahwa pesan-pesan Qur’anik telah diubah pada masa-masa awal Islam dan tidak ada lagi yang eksis yang disebut “Qur’an”. Tulisan dari beberapa ayat Qur’anik menghiasi Mesjid Dome of Rock di Yerusalem, yang barangkali merupakan monumen Islamik pertama dam merupakan sebuah pencapaian artistik mayor, dibangun tahun 691 AD (Whelan, 1998, pp 1-14). Tulisan-tulisan ini secara signifikan berbeda dari teks standar yang ada saat ini (Warraq, 2000, p. 34).
Mingana (mengutip Warraq, 1998. p.80) mengeluhkan, ”Pertanyaan paling penting dalam mempelajari Qur’an adalah otoritasnya yang tidak boleh ditantang” Inilah satu-satunya alasan; investigasi kritikal mengenai teks Qur’an adalah sebuah studi yang masih belum dewasa. Sebagaimana dikatakan oleh Rippin (1991, p. ix) yang mengeluhkan, ”Seringkali saya menemukan individu-individu yang mempelajari Islam dengan latar belakang studi sejarah Alkitab Ibrani atau Kekristenan mula-mula, dan yang mengekspresikan keterkejutan pada kurangnya pemikiran kritis yang muncul dalam teksbook-teksbook pendahuluan Islam. Gagasan bahwa “Islam dilahirkan dalam terang sejarah yang jelas” kelihatannya masih merupakan anggapan dari banyak penulis besar mengenai teks-teks seperti itu.” Cook dan Crone (1977, p. 18) menyimpulkan,”[Qur’an] sangat kurang dalam keseluruhan struktur, seringkali tidak jelas dan tidak merupakan sebuah rangkaian; sementara isinya asal-asalan dan materi-materi yang dibahas berbeda, serta melakukan pengulangan-pengulangan di seluruh pasal dengan versi yang berbeda-beda. Dengan dasar ini, bisa diperdebatkan bahwa kitab ini adalah produk dari sebuah keterlambatan dan pengeditan materi yang tidak sempurna dari sebuah tradisi-tradisi yang bersifat plural.” Crone (mengutip Warraq, 1998, p. 33) juga menuliskan, ”Qur’an telah menurunkan banyak sekali informasi palsu.”
Tetapi dalam kaitan dengan Alkitab, kita menemukan perbedaan, sebagaimana yang diobservasi oleh Rodinson (1980, p. viii),”[Untuk Alkitab] sikap ilmiah dimulai dengan keputusan untuk menerima sesuatu sebagai fakta hanya jika sumber itu telah dibuktikan sebagai sesuatu yang dapat dipercaya.” Orang-orang Muslim secara salah mengintepretasikan kejujuran orang-orang Kristen yang memperlihatkan sejumlah pembacaan Alkitab yang bervariasi sebagai kelemahan (Ali & Spencer; 2003. p. 76-9).
Orang-orang Kristen, seperti halnya orang-orang Hindu, ingin melihat Kitab Suci mereka melalui sudut pandang ilmiah dan sejarah. Ketika naskah-naskah tua Alkitab, perkamen-perkamen atau naskah-naskah Hindu ditemukan, para sarjana Kristen dan Hindu hampir-hampir saling memanjat bahu masing-masing agar bisa terlebih dahulu mendapatkan akses kepada teks-teks itu. Penemuan-penemuan seperti ini membuat mereka merasa sangat tertarik. Tetapi sayangnya, tidak ada hasrat seperti itu dalam Islam. Kristen dan Hindu sangat berkeinginan untuk melihat lebih banyak lagi hal-hal yang bisa disingkapkan mengenai kitab suci mereka, sementara Muslim menolaknya, bahkan seringkali dengan determinasi yang kuat. Kontras ini benar-benar sebuah pukulan. Sementara baik iman Hindu dan Kristen secara kuat didukung oleh bukti-bukti arkeologis dan historis, sejauh ini tidak ada satu pun eksplorasi arkeologis yang diijinkan untuk dilakukan di Mekkah dan Medinah, dan tidak ada kemungkinan untuk melakukannya di masa yang akan datang (Peters, 1986. p. 72-4).
Kritikan Muslim terhadap Qur’an sangat jarang dan hampir-hampir tidak pernah ada sebagaimana yang dikeluhkan oleh Sina (2008, p. 6), ”Orang-orang Muslim pada dasarnya tidak punya kapabilitas untuk mempertanyakan Islam.” Baru-baru ini saja website-website para mantan Muslim yang melakukan sejumlah karya yang luar biasa mengenai hal ini. Tentu saja, orang-orang yang telah mengalami pencerahan seperti mereka akan berhasil membebaskan saudara-saudari Muslim mereka dari penjara Islamik. Jika tidak, apa pun kritikan yang dilakukan terhadap Qur’an, semuanya akan dilakukan oleh para sarjana Kristen. Tetapi orang-orang Muslim seharusnya tidak menganggap kritik dari orang Kristen sebagai sebuah tanda oposisi religius. Para sarjana Kristen telah melakukan lebih banyak lagi kritikan terhadap agama mereka sendiri daripada terhadap Islam (Sproul & Saleeb, 2003. p. 17; Spencer, 2007, p. 1).
Tetapi sekali penemuan-penemuan Sana’a dipublikasikan secara detil, Islam tidak akan pernah sama lagi sebagaimana ia ada selama empat belas abad ini. Islam pasti akan mengambil sebuah posisi yang asing. Banyak Muslim akan menunjukkan keraguan terhadap kesakralan Qur’anik dan konsep yang sangat “romantis” dari Qur’an secara perlahan akan lenyap dan sebuah perkembangan yang sangat menarik akan bisa diobservasi. Pertanyaan pertama yang akan muncul di pikiran mereka adalah – versi yang mana yang paling superior. Tetapi kemudian, tidak mungkin memilih sebuah versi Qur’an dan menolak versi yang lain berdasarkan pilihan. Sebab keyakinan Muslim juga menegaskan bahwa siapa saja yang menolak bahkan satu ayat pun dari Qur’an, sebenarnya mereka telah menolak seluruh pewahyuan. Ini adalah sebuah kemustahilan logis dan karena riset ilmiah telah meneriakkan kebenaran; banyak Muslim akan mencari jalan keluar dari hal yang tidak masuk akal ini dan akan mencoba membebaskan diri mereka dari penindasan tirani yang hidup di sebuah agama yang palsu.
Ketika mendiskusikan apatisme Muslim terhadap sains, hukum logika dan hukum alam, Jaki (mengutip Spencer, 2002, p. 127) menulis, ”Apa yang terjadi dalam dunia Muslim hari ini adalah sebuah konfrontasi, bukan antara Tuhan dan Iblis… Tetapi antara satu Tuhan yang sangat spesifik dan ilmu pengetahuan yang merupakan sebuah antagonis yang sangat spesifik dari Tuhan itu, yaitu Allah dari Qur’an, yang merupakan oknum yang sepenuhnya mendominasi intelektual.” Penemuan Sana’a hanya akan menambahkan bahan bakar untuk api itu. Hari ini dunia Muslim dikelilingi dengan frustasi. Islam seharusnya menjadi wahyu terakhir dan orang-orang Muslim seharusnya menjadi “Manusia terbaik”, tetapi kenyataannya benar-benar bertentangan. Bangsa-bangsa Muslim adalah bangsa-bangsa yang paling miskin di dunia (Ohmyrus, 2006, p. 128). Saatnya akan tiba ketika otoritas keagamaan akan ditanya oleh orang-orang Muslim kebanyakan, dan mereka akan dituntut untuk menyangkali kritikan-kritikan secara logis, ilmiah dan masuk akal, bukan dengan kekuatan brutal atau melalui Fatwa. Sebagaimana yang ditulis oleh Parvez Manzoor, ”Cepat atau lambat [kami orang-orang Muslim] harus mendekati Qur’an dari asumsi-asumsi metodologikal dan parameter-parameter yang secara radikal merupakan hal yang asing dengan hal-hal yang telah disucikan oleh tradisi kami” (Warraq, 2002, p. 123).
Tetapi naskah-naskah Sana’a juga akan memprovokasi pertanyaan lainnya. Jika Qur’an adalah sebuah kebohongan, bagaimana kebohongan ini bisa bertahan selama berabad-abad? Alasannya adalah bahwa Keilahian yang ditempelkan pada Qur’an bukan hanya sebuah “Kebohongan Yang Kecil”, tetapi “Sebuah Kebohongan Yang Besar.” Kebohongan-kebohongan yang besar adalah sesuatu yang sangat ampuh, dan ia selalu memiliki sebuah efek psikologis terhadap para pendengar. Semakin besar kebohongan, semakin ia bisa dipercayai. Adolf Hitler menulis dalam Mein Kamph (1925), ”Massa yang besar dari sebuah bangsa akan menjadi korban oleh sebuah kebohongan besar daripada oleh sebuah kebohongan kecil.” Kebohongan besar sangat meyakinkan karena ia akan menutupi pikiran sehat pendengar, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sina (2008, p. 179), orang-orang biasa tidak akan berani untuk menceritakan sebuah kebohongan besar sebab ia berpikir bahwa hal itu tidak akan dipercayai dan ia akan menjadi bahan olok-olok. Karena tidak ada seorang pun yang pernah menceritakan sebuah kebohongan dalam hidupnya, kebohongan-kebohongan kecil seringkali cepat atau lambat akan bisa dideteksi. Tetapi kebohongan-kebohongan besar benar-benar aneh karena ia seringkali membuat para pendengar menjadi kehilangan akal. Ketika kebohongan itu sangat besar (seumpama raksasa), orang-orang kebanyakan akan bertanya-tanya bagaimana seseorang memiliki keberanian, yaitu dengan lancang mengatakan hal seperti itu.
Kebohongan besar selalu mengejakan keajaiban dalam politik. George Orwill (mengutip Sina, 2008, p. 179) berkata, ”Bahasa politik….didisain untuk membuat kebohongan terdengar sebagai sesuatu yang jujur dan pembunuhan dapat dihargai dan membuat angin terlihat sebagai sesuatu yang padat.” Hari ini, ketika sifat keilahian Qur’an disebarkan oleh naskah-naskah Sana’a, maka natur spiritual Islam juga diekspos. Islam tak lebih dari sebuah gerakan politik Arab. Sifat keilahian ditempelkan pada Qur’an, ketika orang-orang Arab mulai menduduki bangsa-bangsa di sekeliling mereka dan Islam dipaksakan oleh mereka dengan kekerasan. Orang-orang Arab tidak hanya memaksakan Islam pada bangsa-bangsa lain tetapi juga memaksakan keyakinan irasional dari keilahian Qur’anik ini kepada pemikiran-pemikiran para korban mereka, sehingga ketika orang-orang Arab telah pergi, orang-orang yang telah ditaklukkan tidak bisa keluar dari mental perbudakan ini dan kembali kepada iman mereka yang asli. Ini adalah sebuah keahlian politik yang langka. Banyak sahabat-sahabat Muhammad dengan jelas mengetahui bahwa Qur’an adalah sebuah kepalsuan, tetapi mereka tetap tinggal bersama dengan nabi mereka untuk bisa memperoleh barang rampasan dan menikmati para wanita. Kita semua tahu, setelah kematian Muhammad, beberapa suku Arab kembali kepada keyakinan mereka sebelumnya dan penyembahan berhala pun kembali mekar.
Menyebabkan banyak Muslim menjadi syok; studi modern dalam bidang Psikologi telah memperlihatkan kebenaran bahwa Muhammad adalah seorang yang suka memaksa, seorang pria gila yang menderita Kelainan Personalitas Narsisistik (Narcissistic Personality Disorder). Narsisistik adalah orang-orang yang diserap oleh dirinya sendiri dan secara patologis merupakan para pembohong. Artinya, apakah mereka tidak menyadari kebohongan mereka atau merasa sepenuhnya benar dan merasa mudah berbohong pada orang lain. Kondisi mental mereka sedemikian rupa sehingga jarang ada orang yang bahkan memiliki kapasitas untuk mempercayai kebohongan mereka sendiri (Vaknin, 1999, p. 24).
Dan ya, Adolf Hitler, yang mengetahui kekuatan dari sebuah kebohongan besar dan telah menyesatkan jutaan orang Jerman, juga dikenal sebagai seorang Narsisis. Hari ini Hitler adalah figur sejarah yang paling dibenci di Jerman. Seperti sebuah ilmu matematika, pastilah Muhammad juga akan memperoleh nasib yang sama. Tetapi kita benar-benar tidak tahu, berapa juta orang akan mati sebelum kita bisa menaruh Muhammad di keranjang sampah dengan Allahnya, Quran dan Islam bersama-sama. Bagi Hitler, ini adalah Sosialisme Nasionalis (nama lain untuk Naziisme), dan bagi Muhammad ini adalah Islam. Tetapi pada dasarnya, keduanya adalah dua sisi koin yang sama-seorang manipulator yang sukses.
Sina (2008, p. iv, 260) memberikan komentar, ”Islam seumpama sebuah rumah kartu, dipelihara oleh kebohongan-kebohongan. Yang diperlukan adalah menghancurkannya dengan memberikan tantangan kepada salah satu dari kebohongan-kebohongan yang membuatnya tetap berdiri seperti sekarang. Islam adalah sebuah bangunan yang tinggi, didirikan di atas pasir; satu kali saja anda mengekspos pondasinya, maka pasir itu akan tergerus dan gedung besar ini akan jatuh karena berat yang ditanggungnya” dan lagi ”Islam berdiri di atas tanah yang rapuh. Ia hanya berisi kebohongan. Kita hanya perlu mengekspos kebohongan-kebohongan dan bangunan raksasa dari teror dan penipuan ini untuk meruntuhkannya.”
Mari kita lihat, sekali aura kesakralan Qur’an lenyap, kebohongan-kebohongan lain apa yang akan diekspos?
Pertama; jika ada dua atau lebih dari dua versi Qur’an, maka akan ada jumlah Allah yang sama. Jadi, jika hanya ada dua Qur’an yang otentik, apakah Islam masih bisa dianggap sebagai agama monoteisme? Bagaimana memastikannya, Allah mana yang memberikan sebuah versi Qur’an? Jika hanya ada satu Allah, maka Qur’an mana yang otentik?
Kedua; jika kita masih percaya bahwa sebuah Qur’an adalah otentik, maka bagaimana Allah mengijinkan Qur’an lainnya tetap ada?
Ketiga, apakah masih bisa dianggap benar bahwa Qur’an (Sura 10:64) yang berkata bahwa firman-firman Allah tidak akan berubah-ini benar-benar pencapaian yang sangat hebat? Jika ya, sekarang apa lagi yang akan dilakukan oleh lebih dari sebuah Qur’an? Jika tidak, bagaimana wahyu palsu seperti ini dicatat dalam Qur’an? Apakah Setan yang menaruhnya?
Terakhir, Bukhari (4.52.233) mencatat ”Orang-orang tidak beriman tidak akan pernah memahami tanda-tanda dan wahyu-wahyu kami.” Tetapi kita bisa saksikan, untuk memahami Qur’an Sana’a, otoritas Yaman mengundang para sarjana Jerman karena tak ada seorang pun di Yaman yang sanggup mengungkapkan penemuan besar seperti ini.
Tidak heran jika Sina (2008) menyimpulkan, ”Tak peduli bagaimana anda memandang Islam, ia tetap akan terlihat sebagai sebuah agama kebodohan.”
Orang-orang Muslim telah menjual jiwa mereka kepada Muhammad, tetapi bisakah mereka secara logis membersihkan keraguan-keraguan di atas? Episode Sana’a telah menempatkan mereka pada sebuah posisi yang canggung, bahwa bahkan alasan yang berputar-putar atau absurditas logika tak akan bisa menolong mereka. Bukankah inilah saatnya bagi orang-orang Muslim yang bijaksana untuk memikirkan ulang iman mereka? Daripada berusaha keras untuk memberikan alasan terhadap keraguan-keraguan di atas, bukankah lebih bijaksana untuk setuju bahwa satu milyar lebih orang-orang Muslim telah dibodohi oleh seorang pemaksa vulgar yang bernama Nabi Muhammad? Bukankah ini saatnya bagi orang-orang Muslim untuk mencari kebenaran? Sebagaimana penulis puisi Thomas Gray (dikutip dari Sagan, 1997, p. 12) menulis,”….kapankah ketidaktahuan merupakan sebuah kebahagiaan, yaitu ketika kebodohan dianggap sebagai hikmat.”
Untuk melindungi Qur’an dari penghinaan lebih jauh, otoritas Yaman telah menghalangi Puin dan Bothmer mengkaji lebih jauh naskah-naskah itu. Kenyataannya, saat ini mereka tidak mengijinkan siapa pun melihat naskah-naskah itu kecuali fragmen-fragmen non-Qur’anik yang dengan sangat hati-hati telah diseleksi terlebih dahulu, yang bisa dilihat di lantai dasar Perpustakaan Dar al-Makhtutat. Tetapi hal ini sia-sia. Burung sudah keluar dari sangkarnya dan tak ada gunanya menutup pintu sekarang. Lebih dari 35.000 mikrofilm saat ini sudah ada di luar Yaman sebelum otoritas Yaman mengetahuinya dan beberapa duplikat juga sudah dibuat. Pihak otoritas Yaman yakin bahwa saat ini, di beberapa lokasi yang tidak diketahui di Jerman, sekelompok ahli tanpa henti meneliti mikrofilm-mikrofilm itu, dan Puin membakar cukup minyak untuk penerangan malam dalam usaha menyelesaikan bukunya, yang, sekali dipublikasikan, akan memalu paku lainnya pada peti jenazah Islam. Islam hari ini benar-benar dalam bahaya.
Tentu saja, dengan menyadari runtuhnya keilahian di depan mata mereka, banyak orang-orang Muslim merasa terganggu dan merasa diserang. Para fundamentalis tidak akan menerima karya Puin dan Bothmer yang sebenarnya mereka kerjakan dengan obyektifitas akademik, tetapi mereka akan melihatnya sebagai sebuah serangan yang disengaja terhadap integritas teks Qur’anik (Taher, 2000). Secara natural, kedua sarjana Jerman ini akan berada di garis depan menghadapi kemarahan mereka. Puin takut dengan kekerasan yang akan dilakukan oleh orang-orang Muslim ortodoks karena teorinya yang mereka anggap sebagai “hujatan”, yang ia katakan bahwa hal itu tidak bisa ia anggap sebagai hal yang enteng. Dengan mengingat apa yang terjadi pada Salman Rushdie, ia menulis, ”Kesimpulan-kesimpulan saya telah menyebabkan reaksi kemarahan dari orang-orang Muslim ortodoks. Mereka katakan bahwa saya bukan sarjana yang bisa membuat sebuah pernyataan mengenai naskah-naskah ini.” Jika pandangan Puin diambil dan diserukan melalui media, dan jika tidak banyak Muslim yang menanggapinya secara rasional, maka semua neraka akan terlepas. Akan ada sejumlah respon permusuhan dan kerusuhan dan akan menyebabkan banyak kematian dan kehancuran, mungkin akan ada fatwa lainnya dari Khomeini dan tentu saja sejumlah ancaman dari Bin Laden kita yang sangat suka dengan kamera, serta dari saudara-saudara ideologisnya. Tetapi bisakah mereka menghentikan tersebarnya kebenaran?
UNESCO telah menunjukkan ketertarikan yang murni terhadap naskah-naskah Sana’a sejak program the Memory of the World dimulai. Pada tahun 1995, Organisasi ini juga memproduksi sebuah CD-ROM dalam bahasa Arabik, Inggris dan Perancis yang mengilustrasikan sejarah dari pengoleksian materi Qur’anik dan non-Qur’anik. CD-ROM berisi 651 gambar dari 302 fragmen-fragmen Qur’anik, indeks dengan tulisan, bingkai, dan sebagainya, juga sebuah introduksi umum untuk koleksi-koleksi naskah-naskah Yaman dan sebuah deskripsi singkat mengenai perkembangan kaligrafi Arabik (Abid, 1997).
Ursula Dreibholz, seorang ahli pemeliharaan (pengawetan) yang bekerja untuk proyek Sana’a selama delapan tahun sebagai kepala konservator merasa sangat frustasi melihat kekurang perdulian otoritas Yaman untuk melindungi naskah-naskah itu dengan menggunakan teknologi modern (1983, pp. 30-8). Apakah perlengkapan keamanan sudah benar, dan apakah perhatian yang diberikan terhadap naskah-naskah itu sudah memadai untuk mencegah kerusakan lebih jauh (1996, pp 131-45). Kenyataannya, Dreibholz (1999, pp 21-5) mengatakan, bahwa ia sangat peduli untuk menciptakan sebuah sistem penyimpanan permanen yang aman dan dapat dipercaya untuk menyimpan naskah-naskah ini. Juga, penyimpanan yang buruk akan sulit melindungi naskah-naskah itu dari serangga dan air. Yang paling penting lagi, masalah utama adalah kurangnya pencegahan dari kebakaran atau sistem deteksi, dengan mengingat bahwa dalam sejarah banyak perpustakaan-perpustakaan penting yang hancur oleh karena kebakaran. Otoritas Yaman mengatakan bahwa mereka tidak memiliki uang untuk memasang sistem perlindungan dari kebakaran. Ia benar-benar tidak mengerti alasan sebenarnya dibelakang sikap apatis otoritas Yaman.
Di sini, para fundamentalis Muslim bisa melihat sebuah tali perak di awan-awan. Tak seorang pun tahu kapan sebuah kebakaran yang menghancurkan akan terjadi secara ‘insidentil’ dan menghancurkan semua naskah-naskah Qur’anik itu, yang akan menyebabkan naskah-naskah itu terbakar. Di balik semuanya, untuk menyelamatkan Islam, Qur’an harus diselamatkan, dan untuk itu orang-orang Muslim akan melangkah lebih jauh lagi. Jika perlu, mereka sendiri akan membakar Qur’an untuk menyelamatkannya dari analisa-analisa logis. Kesetiaan mereka kepada kebodohan sedemikian tinggi. Barangkali, otoritas Yaman tidak mau memasang sistem pencegah kebakaran adalah sebuah persiapan awal untuk sebuah tindakan seperti itu di masa depan. Jangan pernah menganggap remeh kapasitas destruktif dari orang-orang fanatik tak berotak.
–
REFERENSI
Jurnal:
Abid, Abdelaziz (1997); “Memory of the World”: Preserving Our Documentary Heritage. Museum International, Vol. 49, No. 1, January 1997 issue. Blackwell Publishers, Oxford.
Dreibholz, Ursula (1983); A treasure of early Islamic manuscripts on parchment. Significance of the find and its conservation treatment. AIC Preprints of papers presented at the 11th annual meeting in Baltimore, Maryland, 25-29 May 1983. Washington, DC.
Dreibholz, Ursula (1996); The Treatment of Early Islamic Manuscript Fragments on Parchment in The Conservation and Preservation of Islamic Manuscripts, Al-Furqan Islamic Heritage Foundation, London
Dreibholz, Ursula (1999); Preserving a treasure: the Sana’a manuscripts. Museum International. Islamic collections. Vol. LI, No. 3, July 1999 issue. Blackwell Publishers. Oxford.
Whelan, Estelle (1998); Forgotten Witness: Evidence for the Early Codification of the Qur’an. Published in The Journal of America Oriental Society. January to March Issue, 1998. University of Michigan. USA.
Bibliografi:
Ali, Daniel & Spencer, Robert (2003); Inside Islam: A guide for Catholics. Ascension Press. Pennsylvania.
Caner E. M; Caner E.F (2002); Unveiling Islam. Kregel Publications. Grand Rapids. U.S.A
Cook, Michael; Crone, Patricia (1977); Hagarism: The making of the Islamic world. Cambridge.
(Dr) Vaknin, Sam (1999); Malignant Self Love: Narcissism Revisited. Narcissus Publications, Skopje. Czech Republic.
(Ed.) Warraq, Ibn (1998); The origins of the Koran: Classic Essays on Islam’s holy book. Prometheus Books. NY.
(Ed.) Warraq, Ibn (2000); The Quest for Historical Muhammad. Prometheus books. NY.
(Ed.) Warraq, Ibn (2002); What the Koran really says – Language, Text and Commentary. Prometheus books. NY.
Guillaume, Alfred (1978); Islam. Harmondsworth.
Mein Kampf; a 1939 English translation by Houghton Mifflin and edited of verbosity. Reynal & Hitchcock
Ohmyrus (2006); The Left and Islam: Tweedledum and Tweedledee in Beyond Jihad: Critical voices from the inside by Shienbaum, Kim and Hasan, Jamal. Academia Press, LLC, Bethesda.
Peters, F.E (1986); Jerusalem and Mecca: The topology of the Holy City in the near east. NY
Rippin, Andrew (1991): Muslims: their religious beliefs and practices.London.
Rodhinson, Maxime (1980); Muhammad (Original in French, translated to English by Anne Carter). The New Press. NY
Rodhinson, Maxime (1981); A Critical Survey of Modern Studies on Muhammad in Studies on Islam ed. M. Swartz. Oxford University Press, USA
Sagan, Karl (1997); The Demon-Haunted World. Science as a Candle in the Dark. Ballantine Books. The Random House Publishing group. NY.
Sina, Ali (2008); Understanding Muhammad, A Psychobiography. Felibri.com
Spencer, Robert (2002); Islam Unveiled: Disturbing questions about the world’s fastest growing faith. Encounter Books. San Francisco.
Spencer, Robert (2007); Religion of Peace? Why Christianity is and Islam isn’t. Regnery Publishing, Inc. Washington DC.
Sproul R. C & Saleeb, Abdul (2003); The dark side of Islam. Crossway Books (a division of Good News Publishers). Wheaton. Illinois.
Sumber Internet:
Taher, Abul (2000): Querying the Koran. The Guardian. Guardian News and Media Limited. Published on 8th August, 2000. URL: http://www.guardian.co.uk/Archive/Article/0,4273,4048586,00.html (Last accessed 3rd June / 2009)
Sina, Ali (2008): Probing Islam. An internet based debate between J. A Ghamidi, K. Zaheer and Ali Sina, FFI. URL: http://www.news.faithfreedom.org/downloads/probing-islam.pdf (Last accessed 7th February / 2008).
Lester, Toby (1999); What Is the Koran? Atlantic Monthly January 1999 issue. URL: http://www.theatlantic.com/doc/199901/koran (Last accessed 3rd June / 2009).
Wikipedia (2009); Gerd R. Puin, URL: http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Special:Cite&page=Gerd_R._Puin&id=287605376
aku masih bingung tentang bagaimana sebenarnya Alquran ditulis, apakah saat Nabi Muhammad menyampaikan ke sahabat-sahabatnya, sahabat-sahabatnya itu langsung menulisnya to hanya mengingatnya saja? (soalnya khan ga mungkin Nabi Muhammad yang menulisnya, menurut sejarah beliau tidak bisa membaca n menulis)kalo tidak langsung menulisnya, apakah ingatan mereka sedemikian brilian sehingga setiap detail bisa diingat. (okelah Nabi bisa mengingat semua, tapi para sahabatnya khan hanya manusia biasa. kalo tidak langsung menulis saat nabi menyampaikannya, khan ada kemungkinan apa yang mereka tulis ada yang terlewat, ato mungkin ada kata-kata tambahan… Trus gimana dhonk untuk membuktikan itu benar-benar kata yang disampaikan Nabi tanpa ada penambahan, pengurangan dari penulis atau pengumpul naskah??? thanks. mohon ada yang menjawabnya ya, terutama dari sahabat-sahabatku yang muslim..
@ ardhani
karmaphala itu berkaitan erat dgn reinkarnasi. ketika anda mati nanti mungkin anda akan ber-reinkarnasi menjadi cucu anda……jadi ketika semua dosa yg telah anda perbuat belum lunas terbayar maka akan anda bayar dalam wujud cucu anda.
mungkin anda tidak mempercayai reinkarnasi…..itu semua terserah anda. saya tidak perlu membuktikannya kepada orang banyak termasuk anda, suatu saat pasti anda tau dan mengerti, kalau tidak dalam wujud anda sekarang mungkin dalam wujud cucu anda. 😀
@penganut weda
tlg jgn menjelek2an agama lain. lebih baik mencerdaskan umat se-dharma, agar tidak gampang digoyahkan. “depang anake ngadanin”
suksma,
Karma pala tidak masuk akal? hehehehe…Ya itulah pandangan seseorang yg yakin Tuhan nya berlaku tanpa perhitungan. Jadi sesukanya Alah deh… Pokoknya Allah suka begitu, ya begitu. Terus cemburuan… Melihat hal spt itu, Saya pribadi kok agak sedikit curiga, Jangan2 Allah yg anda maksud hanya selevel dewa.
Sebab begitulah gambaran dewa2 di cerita2 india, senang dipuja2, Bisa ngamuk, sewenang2, dll. Kok hampir mirip ya?
Sedangkan roh saja…apa beliau yg menciptakan? Bumi, apa beliau yg menciptakan? Saya rasa, tidak!
Terus ttg pengertian Bumi itu datar? Sekarang kita coba pikir, apabila pemahaman ttg Bumi itu bulat sdh ada, maka ketika umat islam di bagian timur ka’bah, maka bisa saja mereka mengadap ke timur. Sebab bulat kok? Tp tidak to?
Ok lah, kalo jawaban anda “Kan mencari jarak terdekat..?”. Skrg bagaimana klo umat itu persis ditengah2 (dibagian belakang bumi). kira2 kemana kah mereka menghadap?
UPAYA MENGGUGAT MUSHAFF UTSMANI
Telah berkata Abu Ubayd al-Qasim b. Salam: “Usaha Utsman (r.a.) mengumpul-susun al-Qur’an akan tetap dan senantiasa dijunjung tinggi, karena hal itu merupakan sumbangannya yang paling besar. Memang dikalangan orang-orang yang menyeleweng ada yang mencelanya, namun kecacatan merekalah yang tersingkap, dan maksud buruk merekalah yang terungkap.” Kata-kata ini diucapkan oleh Abu Ubayd (w. 224/838) lebih kurang seribu dua ratus tahun yang lalu dalam menanggapi usaha sia-sia para pembantah yang ingin meruntuhkan otoritas Mushaf Utsmani ketika itu. Beliau yang merupakan salah seorang ulama yang mempunyai wewenang ilmiah dalam berbagai disiplin Islam, termasuklah Ulum al-Qur’an, mengisyaratkan bahwa setiap bantahan terhadap Mushaf Utsmani akan dibalas-jawab oleh para ulama Islam, dan ditunjukkan kecacatan dan kelemahannya. Satu abad kemudian, seorang sarjana al-Qur’an yang bernama Abu Bakr al-Anbari (w. 328/939), dalam pembelaannya terhadap Mushaf Utsmani misalnya pernah menulis buku khusus dengan Judul “al-Radd ala Man Khalafa Mushaf Utsman” (Sanggahan Terhadap Orang yang Menyangkal Mushaf Utsman). Begitu juga di abad ke tujuh Islam, al-Qurtubi (w. 671/1272), seorang ahli tafsir yang terkemuka dan masyhur, dalam mukaddimah kitab tafsirnya menyediakan satu bab khusus mengenai hujah-hujah bagi membalas tuduhan bahwa dalam Mushaf Utsmani terdapat penambahan dan pengurangan. Judul bab itu ialah “Bab Ma Ja’a min al-Hujjah fi al-Radd ‘ala Man Ta‘ana fi al-Qur’an wa Khalafa Mushaf Utsman bi al-Ziyadah wa al-Nuqsan” (Bab Mengandungi Hujah dalam Menyanggah Orang yang Mencela al-Qur’an dan Menyangkal Mushaf Utsmani dengan [tuduhan] adanya Penambahan dan Pengurangan).
Mengapa Mushaf Utsmani ada yang menyangkal? Jawabannya terdapat pada sejarah al-Qur’an itu sendiri dan juga riwayat ataupun berita-berita mengenainya. Diantaranya adalah berita mengenai adanya beberapa mushaf yang dimiliki Sahabat yang tidak sama dengan Mushaf Utsmani, seperti Mushaf Ubayy b. Ka‘b dan Mushaf Ibnu Mas‘ud yang satu sama lain agak berbeda dari segi susunan tertibnya, selain dari tiada terdapatnya beberapa surah misalnya pada Mushaf Ibnu Mas‘ud, dan adanya tambahan pada Mushaf Ubayy b. Ka‘b. Ada juga yang menyusunnya berdasarkan tarikh penurunannya, sehingga diberitakan bahwa Mushaf Saidina Ali bermula dengan “iqra’ bismi rabbika” yaitu awal surah al-‘Alaq. Walaupun begitu semua itu hanyalah riwayat yang bersifat ahad atau berita-berita yang disampaikan oleh segelintir orang yang disebutkan dalam kitab-kitab tertentu, seperti kitab Tafsir, Lughah, dan Qira’at. Sejauh mana kebenaran riwayat itu memang dapat ditentukan melalui Ulum al-Hadits dan hal itu tetap diambil perhatian oleh para ulama Islam. Oleh sebab itu mereka tetap melayan kritikan-kritikan yang ditujukan kepada Mushaf Utsmani, selagi ada dasar periwayatannya.
Sebagai contoh, menurut Ibnu Hajar, riwayat yang mengatakan bahwa Mushaf Ibnu Mas‘ud itu tidak mengandungi Surat al-Falaq dan Surat an-Nas adalah sah, sementara bagi Fakhruddin ar-Razi dan an-Nawawi pula, riwayat itu batil. Ar-Razi diantaranya berargumen bahwa jika benar Mushaf Ibnu Mas‘ud itu tiada mengandungi kedua-dua surah tersebut, maka hanya ada dua kemungkinan; pertama, jika periwayatan al-Qur’an secara mutawatir telah tercapai di zaman Sahabat, maka pengurangan itu membawa kepada kekufuran; dan tidak mungkin Ibnu Mas‘ud berbuat kufur seperti itu; kedua, jika periwayatan secara mutawatir belum terhasil di zaman Sahabat, ini berarti al-Qur’an tidak diriwayatkan secara mutawatir sejak awalnya, maka hal ini tidak dapat diterima. Oleh sebab itu bagi ar-Razi hanya ada satu jawaban yang mungkin, yaitu riwayat yang mengatakan bahwa Mushaf Ibnu Mas‘ud tidak mengandungi al-muawwidhatayn itu adalah riwayat yang tidak sah. Ibnu Hazm juga mengatakan dusta mengenai riwayat itu, serta mengemukakan riwayat lain dari ‘Asim dari Zirr dari Ibnu Mas‘ud sendiri bahwa mushafnya mengandungi kedua-dua surah tersebut. Al-Bazzar pula menambah bahwa tidak ada seorang Sahabat pun yang mengikuti Ibnu Mas‘ud jika benar mushafnya begitu, sedangkan telah sah riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah (s.a.w.) membaca kedua-dua surah itu dalam salat. Ibnu Hajar walau bagaimanapun tetap mempertahankan bahwa riwayat itu sah, dan menurutnya mereka yang mencela riwayat yang sah tanpa sandaran yang kukuh adalah tertolak dan tak bisa diterima. Walaupun begitu, demi mempertahankan Mushaf Utsmani ia menerima takwil. Bagi Ibnu Hajar, yang mengambil takwil Ibnu as-Sabbagh, bahwa kedua-dua surah itu merupakan bagian dari al-Qur’an memang telah tercapai secara mutawatir dikalangan Sahabat, tetapi Ibnu Mas‘ud berseorangan menganggapnya tidak mutawatir, jadi ia tidak memasukkannya dalam mushafnya.
Namun cara mendudukkan kasus Ibn Mas‘ud oleh Ibn al-Sabbagh dan Ibn Hajar ini telah dibantah oleh sarjana hadis modern, Prof. Dr. Mustafa A‘zami. Ia berargumen bahwa Ibn Mas‘ud adalah diantara Sahabat yang sempat membaca al-Qur’an 2 kali dihadapan Nabi sebelum wafatnya, dan Nabi sendiri memujinya dengan kata-kata “laqad ahsanta” (bacaan kamu sangat baik), dan karenanya juga Ibn ‘Abbas menganggap bacaan Ibn Mas‘ud sebagai bacaan yang mu‘tamad. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan al-Qur’an telahpun melekat dalam hafalan Ibn Mas‘ud ketika Rasulullah masih hidup lagi. Ini juga ditandai dengan hafalan keseluruhan surah-surah al-Qur’an oleh murid-murid Ibn Mas‘ud yang utama seperti ‘Alqamah, al-Aswad, Masruq, al-Sulami, Abu Wa’il, al-Syaibani, al-Hamadani dan Zirr yang meriwayatkan bacaan al-Qur’an dari Ibn Mas‘ud dengan 114 surah yang sempurna. Salah satu murid Zirr, ‘Asim, adalah satu-satunya periwayat yang memberitakan ketiadaan surah-surah itu dalam Mushaf Ibn Mas‘ud. Walaupun ‘Asim merupakan perawi yang tsiqah, namun riwayatnya bertentangan dengan riwayat orang lain yang sama tsiqahnya tetapi jauh lebih banyak jumlahnya. Kasus seperti ini disebut syadh dalam ilmu hadis.
Kalaulah benar pada mulanya Ibn Mas‘ud ragu bahwa al-Qur’an itu 114 surah, maka kewajiban Ibn Mas‘ud adalah untuk menghilangkan keraguannya dengan mendatangi para ulama Sahabat di Madinah atau ditempat lainnya. Karena pernah ia berfatwa bahwa lelaki yang kawin dengan wanita lantas menceraikannya sebelum menggaulinya maka lelaki itu boleh mengawini ibu wanita tadi. Namun ketika mengunjungi Madinah dan mendiskusikan lebih lanjut dengan para Sahabat yang lain, ia menyadari telah tersalah dalam memberikan fatwa tersebut. Ia lantas menarik kembali fatwa itu. Apabila kembali ke Kufah, tindakan yang mula-mula ia lakukan adalah mengunjungi orang yang bertanyakan fatwanya itu untuk menyatakan kesalahannya. Jadi kalau dengan isu fikih saja begitu sekali Ibn Mas‘ud berhati-hati, apatah lagi dengan isu al-Qur’an, sudah tentu tidak sepertimana yang diberitakan. Jelas sudah bahwa berita mengenai ketiadaan surah-surah tertentu dalam Mushafnya bukan bersumber darinya, dan bukan juga dari anak-anak muridnya, tetapi dari salah seorang cucu muridnya. Dalam hal ini maka tidak salah apabila Ibn Hazm, ar-Razi, dan an-Nawawi sejak dulu lagi mengatakan bahwa riwayat yang mengatakan bahwa Mushaf Ibn Mas‘ud tidak memiliki surah-surah tertentu adalah riwayat yang batil. Begitulah contoh hujah-hujah para ulama Islam yang mempertahankan tiada apa-apa penambahan pada Mushaf Utsmani dan mereka tetap mengambil perhatian riwayat lain yang bertentangan dengannya.
Mushaf Utsmani, yaitu mushaf yang digunakan oleh seluruh umat Islam pada hari ini, baik Ahlus Sunnah di kebanyakan negri-negri Islam ataupun Syiah di Iran, merupakan mushaf yang disandarkan kepada riwayat yang mutawatir, yaitu suatu jalan periwayatan dari generasi umat Islam terawal kepada generasi umat Islam yang lain yang tiada terputus dari semenjak zaman Khalifah Utsman sampailah ke hari ini. Namun perlu juga disebutkan di sini bahwa Mushaf Utsmani ini pula bukan hanya terdiri dari satu mushaf saja, tetapi ada beberapa mushaf yang disebut sebagai al-Masahif al-Utsmaniyah. Sejarah mengatakan bahwa Khalifah Utsman telah mengantar beberapa naskah mushaf itu ke seluruh kota-kota besar Islam pada ketika itu, yaitu ke Mekah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Kufah, dan satu disimpan di Madinah sendiri. Walaupun ada perbedaan kecil pada mushaf-mushaf tersebut, seperti kewujudan dan ketiadaan huruf-huruf tertentu pada masing-masing mushaf itu, para ulama tetap menerima perbedaan itu, dan tetap mengakuinya sebagai Mushaf Utsmani.
Mengapa pula perbedaan-perbedaan itu dibenarkan wujud? Jawabannya ada pada tafsiran mengenai sabda Rasulullah (s.a.w.) yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu diturunkan di atas tujuh huruf. Para ulama memang berbeda pendapat mengenai tafsir muktamad tujuh huruf itu. Imam as-Suyuti misalnya menyebutkan sekitar empat puluh tafsiran mengenainya. Pada pokoknya, Rasulullah (s.a.w.) sendiri memberi kebenaran dan kelonggaran akan adanya perbedaan bacaan bagi memudahkan umatnya membaca al-Qur’an. Perkataan ‘tujuh’ pada ‘tujuh huruf’ itu menurut para ulama tidak menunjukkan bilangan tertentu, tetapi menunjukkan banyaknya perbedaan itu sendiri. Walaupun begitu perbedaan-perbedaan itu tetap mempunyai batas yang tertentu yang memang dibahas oleh para ulama. Tergantung pada tafsiran ‘tujuh huruf’ itu, sebagian mereka berpendapat bahwa ketujuh-tujuh huruf itu telah terkandung di dalam Mushaf Utsmani, dan sebagian yang lain pula mengatakan bahwa mushaf itu merupakan satu diantara tujuh huruf tersebut. Namun mereka sepakat bahwa Mushaf Utsmani itu bersandarkan kepada bacaan terakhir yang dikemukakan Malaikat Jibril kepada Rasulullah (s.a.w.) sebelum beliau wafat.
Perlu juga dijelaskan di sini bahwa Mushaf Utsmani mengandungi keseluruhan bacaan yang disepakati, karena mushaf ini ditulis mengikut bacaan yang mutawatir. Walaupun begitu ada lagi bacaan-bacaan yang kurang disepakati dan diperselisihkan, dan bergantung pada cara periwayatannya, para ulama telah membagi bacaan (qira’ah) al-Qur’an kepada bacaan mutawatir, bacaan masyhur, bacaan ahad, bacaan syadh, bacaan mawdhu‘, dan bacaan mudraj. Bacaan masyhur dan ahad yang sah periwayatannya pada umumnya diterima oleh para ulama sebagai sebagian dari makna tujuh huruf. Adapun bacaan syadh, mawdhu‘, dan mudraj, semua itu tidak dianggap sebagai bacaan yang sah dan tidak dihitung sebagian dari tujuh huruf al-Qur’an.
Golongan pembantah selalunya mengemukakan riwayat syadh, mawdhu‘ atau mudraj mereka, tetapi umat Islam tidak memperdulikan riwayat tersebut, sehingga tinggallah riwayat itu dalam lipatan buku-buku yang hanya dibaca oleh para sarjana yang memang tahu bagaimana menghadapinya. Berbeda sedikit dengan keadaan dulu kala, yang mana para pengkritik itu terdiri dari orang-orang Islam sendiri, kini golongan pembantah ini dibantu pula oleh para pengkaji dari Barat (Orientalis) yang telah berputus asa terhadap keaselian kitab suci mereka sendiri. Golongan Orientalis itu, baik yang berpegang teguh dengan agama mereka ataupun yang hanya semata-mata bersimpati tetapi tidak iltizam dengan ajaran agama mereka, memang menginginkan agar nasib al-Qur’an itu sama dengan nasib kitab suci mereka. Selain menggunakan riwayat dan berita-berita yang telah kita sebutkan di atas, mereka juga mencari dan menggunakan manuskrip-manuskrip al-Qur’an yang mereka temukan. Kajian dan olahan mereka inilah yang digunakan oleh pengkritik Mushaf Utsmani dari golongan orang Islam untuk mengukuhkan lagi riwayat dan tuduhan mereka. Oleh itu peperangan ilmiah ini masih berlanjut sehingga ke hari ini. Namun di sana ada sedikit perbedaan; yaitu, dulu para ulama kita berada pada kedudukan diatas dengan banyaknya bilangan mereka dan keluhuran peradaban dan budaya Islam yang menguasai kehidupan dalam menghadapi golongan para pembantah dewasa itu. Tetapi hari ini kita kekurangan para ulama yang berwibawa bagi menghadapi golongan penentang modern yang kini semakin bertambah bilangannya dan disokong pula oleh para pengkaji Barat dengan kekuatan peradaban dan budaya mereka yang menguasai kehidupan. Penguasaan peradaban Barat terhadap kehidupan hari ini menjadikan sebagian kaum Muslimin bingung ataupun merasa rendah diri dengan tradisi Islam itu sendiri.
Diantara orang-orang Islam yang lemah imannya dan dangkal ilmunya ada yang terus keluar dari Islam dan dengan serta merta melancarkan serangan terhadap Islam sambil menuduh al-Qur’an yang bukan-bukan. Sebagai contoh, ada seseorang yang menggunakan nama samaran Ibnu Warraq, yang konon asalnya seorang Muslim telah menulis sebuah buku “Why I am not a Muslim” serta mengkritik al-Qur’an dengan mengumpulkan kajian-kajian orientalis yang telah lapuk dalam bukunya “The Origins of the Koran.” Dikalangan pemikir pula, Mohammed Arkoun yang berasal dari Algeria, telah mengkritik, menghakimi dan mengusulkan pembaharuan (tajdid) Mushaf Utsmani , dan dengan bantuan faham deconstruction Derrida, salah seorang pemikir post-modernism, Arkoun berusaha membongkar (deconstruct) al-Qur’an yang ada. Ia menegaskan:
As far as what is commonly called the Qur’an is concerned, it must be said that this term has become so heavily laden by theological inquiry and the practical goals of secular approaches that it must be subjected to a preliminary deconstruction in order to make manifest levels of function and significance that have been side-stepped, suppressed or forgotten by pious tradition as well as by text-oriented philology.
Taufik Adnan Amal, dari Indonesia pula, berusaha mengeluarkan kanonnya “Al-Qur’an Edisi Kritis.” Usaha orang ini sebenarnya terpengaruh dan meniru-niru para Orientalis tua yang dulunya pernah mempunyai “ambitious project” tetapi telahpun gagal, seperti dinyatakan oleh Puin:
The plan of Bergsträsser, Jeffery and later Pretzl to prepare a critical edition of the Qur’an was not realized, and the collection of variants derived from real old codices failed to survive the bombs of World War II.
Kini dari Moroko di Afrika Utara hingga ke Merauke di Indonesia kita menyaksikan secara langsung kemunculan penentang Mushaf Utsmani di kalangan orang-orang Islam sendiri. Mudah-mudahan kata-kata Abu Ubayd di awal tulisan ini akan menjadi realitas sekali lagi pada hari ini, yaitu akan munculnya para ulama pembela Mushaf Utsmani, sepertimana pada masa-masa yang lalu.
Serangan terhadap Mushaf Utsmani datang dari tiga jurusan. Pertama, melalui periwayatan; kedua, melalui penemuan manuskrip lama; dan ketiga, melalui tafsiran dan kekuatan intelektual. Melalui jalan periwayatan, mereka terpaksa menggunakan senjata Ulum al-Hadits agar riwayat-riwayat yang pada asalnya tertolak itu dapat diterima kembali. Ulama Hadits tentu tidak berdiam diri dalam masalah ini, karena sejak dulu lagi mereka memang telah memberi sumbangan besar dalam menjaga keutuhan al-Qur’an. Pengaruh serangan melalui riwayat ini tidak akan mampu merusakkan Mushaf Utsmani, karena mushaf ini disandarkan kepada riwayat mutawatir. Pengaruh paling jauh melalui jalan ini adalah semata-mata naiknya kedudukan riwayat syadh (menyimpang) mereka ke taraf riwayat ahad, itupun mestilah dengan syarat tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur’an Mushaf Utsmani yang lain. Katakanlah usaha ini berhasil, fungsi yang paling tinggi dari riwayat itu hanyalah sebagai pembantu tafsir Mushaf Utsmani, dan belum tentu lagi diterima oleh ijma‘ sebagai salah satu bacaan Mushaf Utsmani. Jadi sebenarnya serangan terhadap Mushaf Utsmani melalui jalan riwayat memakan terlalu banyak tenaga, tetapi pengaruhnya tidak seberapa. Alford T. Welch yang menulis mengenai al-Qur’an dalam Encyclopaedia of Islam menyatakan keputus-asaan para pengkaji Barat itu terhadap berbagai riwayat mengenai bacaan-bacaan yang mereka telah kumpulkan sekian lama tetapi kemudian mereka sendiri tidak mendapat apa-apa manfaat untuk kajian mereka. Ia mengatakan:
Western scholarship has not reached a consensus on what value this mass of allegedly pre-Utsmanic variants has for our knowledge of the history of the Kur’an. Confidence in the variants declined during the 1930s as they were being collected and analysed.
Apabila mereka berputus asa untuk meruntuhkan al-Qur’an melalui jalan riwayat yang dijaga ketat terutama oleh para Ulama Hadis, para Orientalis itu lantas menjadi semakin marah, kemudian dengan serta merta mereka menuduh pula bahwa riwayat-riwayat hadis itulah kesemuanya yang dibuat-buat oleh para ulama Islam. Welch menyatakannya lagi:
Recently J. Burton . . . and J. Wansbrough . . . . have concluded that, not just some, but all of the accounts about Companion codices, metropolitan codices, and individual variants were fabricated by later Muslim jurists and philologers.
Begitulah sikap mereka, apabila gagal menyerang al-Qur’an, maka hadis pulalah yang menjadi sasaran mereka. Apabila gagal menyerang hadis, maka fikih dan ilmu kalam pula yang mereka hantam. Dan apabila mereka gagal menghantam fikih dan kalam, sejarah Islam yang luas dan panjang itu pula yang mereka buru. Kaum Orientalis tidak akan berhenti menyerang sumber-sumber Islam, baik secara halus atau terang-terangan sehingga agama Islam menerima nasib yang sama seperti agama mereka.
Beralih kepada bentuk-bentuk serangan terhadap sumber utama Islam, bentuk serangan kedua yang mereka lancarkan adalah melalui penemuan-penemuan manuskrip, seperti yang dilakukan oleh Gerd R. Puin baru-baru ini. Ia telah menemukan mushaf tua di Yaman yang kononnya mengandungi qira’ah yang lebih awal dari Qira’ah Tujuh yang terkandung dalam Mushaf Utsmani, walaupun mushaf itu tidak lengkap dan sangat berbeda dengan Mushaf Utsmani. Tujuan dari tuduhan itu adalah agar umat Islam yang membaca tulisannya menjadi keliru dan ragu dan seterusnya menganggap bahwa al-Qur’an pada zaman Sahabat itu bertentangan antara satu sama lain. Memang benar bahwa serangan melalui manuskrip lama ini lebih canggih dibandingkan dengan serangan semata-mata melalui riwayat. Oleh sebab itu ketiadaan manuskrip yang mereka inginkan di tangan mereka dianggap sebagai tidak membantu, bahkan menghambat, kepada tujuan kajian mereka. Welch menyatakan hal itu secara jelas:
In addition to the usual difficulties of evaluating Muslim sources that were regulated by the science of hadits, the task of reconstructing the history of the Kur’an is further complicated by the fact that the classical literature records tsousands of textual variants, which, however, are not found in any extant manuscripts known to Western scholars.
Oleh itu Puin, dengan penemuan manuskrip Yaman di atas, kononnya ingin mengemukakan bukti bahwa riwayat-riwayat yang bertentangan dengan Mushaf Utsmani itu bukan sekadar pemberitaan, tetapi ada faktanya. Ia turut mengkritik pernyataan Welch yang mengisyaratkan bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi para pengkaji Barat untuk menolak sumber-sumber hadis, disebabkan apa yang dinyatakan dalam banyak riwayat mengenai isu susunan surah-surah al-Qur’an adalah mendekati susunan Mushaf Utsmani. Welch, yang walaupun tulisannya ini perlu diwaspadai karena selalu mencampur-adukkan pandangan ulama Islam dan Orientalis, mengatakan:
But if most of the suras were written down and put into approximately their final form during Muhammad’s lifetime, then there would be no strong reason for rejecting the validity of these reports outright.
Dengan modal penemuan manuskrip Sana’a di Yaman itu, pernyataan Welch di atas telah disindir dan diterbalikkan oleh Puin dengan kata-katanya:
Now, since we do have examples of different arrangement in San‘a – are we allowed to invert Welch’s argument, concluding from their existence that most of the Surahs were not written down and put into approximately their final form during Muhammad’s lifetime?
Puin merasa bahwa serangannya terhadap Mushaf Utsmani lebih ampuh menggunakan manuskrip berbanding melalui jalan riwayat yang merupakan jalan mati bagi para Orientalis yang menggeluti bidang al-Qur’an. Memang wajar bagi pengkaji Barat yang berlatar-belakangkan tradisi Ahlul Kitab, Yahudi dan Kristen, untuk kini melirik kepada manuskrip sebagai senjata utama mereka, karena memang masalah agama mereka itu bersumber pada kitab suci mereka sendiri. Mereka ingin agar nasib al-Qur’an seperti nasib Taurat dan Injil. Mereka mau agar kita juga masuk dalam kelompok Ahlul Kitab! Maha Benar Allah, dengan firman-Nya dalam al-Qur’an:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah ilmu datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al-Baqarah: 120)
Kita, kaum Muslimin, tidak perlu terlalu bimbang dengan serangan baru melalui manuskrip ini, karena penilaian terhadap manuskrip itu pada dasarnya sama saja dengan penilaian terhadap riwayat-riwayat hadis. Kesahihan manuskrip tentu menjadi isu utama. Sepertimana sebuah hadis yang apabila dari segi isnadnya nampak sah, tetapi pengertian matannya bertentangan dengan hadis-hadis yang lebih kuat derajat kesahihannya, maka hadis tersebut dianggap sebagai syadh (menyimpang), begitulah juga nilai sebuah manuskrip al-Qur’an dan qira’ah-nya yang ditemukan. Puin mengklaim bahwa manuskrip Sana’a itu lebih tua dari sistem qira’ah tujuh atau sepuluh, yang telah diakui mutawatir atau masyhur masing-masingnya oleh para ulama Islam, hanya semata-mata dengan membandingkan bahwa manuskrip itu mengandungi qira’ah yang lebih banyak daripada qira’ah tujuh, sepuluh, atau empat belas seperti mana yang disebutkan dalam Mu‘jam al-Qira’at al-Qur’aniyyah. Ia mengatakan:
By doing this we discovered that ‘our’ manuscripts contain many more Qira’at than are recorded by the old authorities. . . . The system of the seven, ten or 14 Qira’at are, consequently, younger than the variants observed in Sana’a.
Kita ingin mengatakan kepada Puin bahwa banyaknya qira’ah yang terdapat dalam manuskrip itu tidak semestinya sahih. Karena apabila ia telah keluar dari qira’ah 14 yang memuatkan bacaan ahad, bisa jadi bacaan-bacaan yang banyak itu hanyalah merupakan bacaan yang bernilai syadh (ganjil; menyimpang) ataupun mawdhu‘ (palsu). Bacaan-bacaan yang dikategorikan bernilai dha‘if (lemah) seperti itu bisa jadi merupakan suatu kesalahan-kesalahan tulisan dalam manuskrip al-Qur’an yang diistilahkan sebagai ‘tashif’, yang ditulis secara sendirian oleh para penulis manuskrip yang mungkin dalam keadaan mengantuk, letih, tidak profesional, dan lain-lain. Perlu disebutkan bahwa asal al-Qur’an adalah bacaan (qira’ah) yang diperdengarkan, barulah tulisan (rasm) mengikutinya. Prinsip yang disepakati adalah al-rasm tabi‘ li al-riwayah (tulisan teks mengikuti periwayatan). Oleh itu faktor periwayatan dari mulut ke mulut sangatlah penting. Hal itu telah dilakukan oleh para sarjana dan penghafal al-Qur’an yang mempunyai otoritas ilmiah. Tetapi para Orientalis ingin menyodorkan pemikiran mereka yang serong dan menyeleweng dengan mengatakan bahwa bacaan al-Qur’an mestilah mengikuti teks tulisan (rasm), sekalipun tulisan itu salah. Wajarlah apabila nenek moyang mereka yang Ahlul Kitab itu tersesat sejak dulu lagi, karena mereka hanya berpegang dengan teks tulisan dan telah kehilangan isnad dan sandaran yang kukuh dalam periwayatan kitab suci mereka. Mungkin sebab itulah juga mereka dipanggil Ahlul Kitab, karena mereka itu memang, seperti kata Prof. Naquib al-Attas, “bookish.”
Para ulama Islam, pertama-tama, telah membuat perbedaan antara al-Qur’an dengan qira’ah. Al-Qur’an adalah bacaan mutawatir yang diterima oleh keseluruhan umat Islam, dibaca dalam salat, dan menolak bacaan itu adalah kufur. Sedangkan pada qira’ah tidak demikian. Kemudiannya, para ulama pula telah meletakkan syarat-syarat penerimaan qira’ah. Pembagian qira’ah yang kita sebutkan di atas menunjukkan kategori penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu qira’ah. Jadi tidak semua qira’ah dapat diterima. Selanjutnya, kalaupun diterima, belum tentu bacaan itu dibenarkan dibaca dalam salat. Dan hal ini tidak berarti qira’ah tersebut sia-sia, karena fungsi bacaan itu masih bisa membantu dalam ilmu tafsir. Oleh sebab itu penemuan Puin mengenai kononnya terdapat banyak qira’ah dalam manuskrip itu mungkin termasuk sekali qira’ah-qira’ah yang dha’if yang tidak akan diterima para ulama.
Agaknya Puin tidak begitu mengindahkan tiga rukun utama yang mesti dipenuhi agar suatu qira’ah itu bisa diterima. Rukun-rukun yang telah disepakati itu adalah; pertama, qira’ah mestilah sesuai dengan tata bahasa Arab, walaupun itu hanya dari satu pengertian (wajh); kedua, qira’ah mesti juga sesuai dengan salah satu dari Mushaf Utsmani, walaupun itu hanya dari segi kemungkinannya (ihtimal); dan yang ketiga, qira’ah juga mesti sah sanad periwayatannya. Apabila salah satu rukun itu tidak terpenuhi, maka qira’ah tadi dianggap dha‘if (lemah), syadh (ganjil), atau batil. Menurut Ibnu al-Jazari, ketentuan yang sedemikian itu adalah “sahih di sisi para pengesah (tahqiq) baik dikalangan ulama salaf (ulama di kurun awal) ataupun khalaf (ulama yang terkemudian).” Uraian terperinci terhadap ketiga-tiga rukun itu terdapat dalam kajian Ulum al-Qur’an.
Tujuan utama penggunaan manuskrip lama adalah untuk mencabut dan seterusnya menghapuskan ketiga-tiga rukun di atas dan kemudian memberikan alternatif dan definisi baru bagi penerimaan qira’ah. Definisi baru itu adalah: mana-mana bacaan yang ditemukan dalam manuskrip lama adalah bacaan yang diterima. Usulan definisi ini, yang sebenarnya mempunyai dasar pemikirannya yang tersendiri, telah dimulakan oleh Ignaz Goldziher, seorang Orientalis dari Hungaria, yang mengatakan bahwa banyaknya qira’ah itu bersumber dari tulisan al-Qur’an (rasm) yang asalnya tidak mempunyai titik (naqt) dan baris (syakl atau harakah). Jadi menurutnya qira’ah itu dasarnya adalah rasm. Para ulama Islam pula yang tahu persis mengenai sejarah al-Qur’an, yang melalui kitab-kitab merekalah Goldziher mendapat pengetahuan, dari dulu lagi telah bersepakat bahwa qira’ah itu dasarnya adalah riwayat, karena memang begitulah al-Qur’an itu disampaikan dari Rasulullah (SAW) kepada para Sahabat dan seterusnya kepada umat ini. Tetapi Goldziher memang sengaja membelakangi kesepakatan para ulama Islam yang menjadi referensinya karena ingin membuka peluang bagi penemuan-penemuan manuskrip lama yang nantinya akan menjatuhkan otoritas Mushaf Utsmani, dan nyata sekali peluang pemikiran ini telah diambil oleh Puin.
Kalaulah benar tuduhan Goldziher itu, sudahlah tentu tidak ada lagi Qira’ah Tujuh, Sepuluh, atau Empat Belas yang kita sebutkan sebelum ini. Dan sudah tentu terlalu banyak qira’ah yang beredar dan diakui dari dulu hingga kini, termasuklah qira’ah yang tidak sabit dari Rasulullah (s.a.w.). Akan tetapi hakekat yang sebenarnya menyalahi cara melihat sejarah al-Qur’an à la Goldziher. Padahal sejarah al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa hikmah di sebalik Khalifah Utsman meniadakan titik dan baris bagi mushafnya adalah supaya mushaf itu memungkinkan (ihtimal) bacaan-bacaan lain yang bersumber dari Rasulullah (s.a.w.) juga. Jadi apabila ada satu bacaan yang mungkin terkandung dalam, dan sesuai dengan, Mushaf Utsmani tetapi tidak diriwayatkan dari Rasulullah (s.a.w.), maka bacaan itu ditolak oleh para ulama Islam. As-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan ketika memberi penjelasan mengenai ketiga-tiga rukun qira’ah, telah mengutip kata-kata Ibnu al-Jazari:
Ada lagi bagian yang keempat yang juga tertolak, yaitu bacaan yang sesuai dengan tata bahasa Arab dan tulisan al-Qur’an (rasm) tetapi tidak diriwayatkan sama sekali, maka adalah lebih berhak menolak bacaan tersebut, dan melarang bacaan itu menjadi lebih kuat, dan pelakunya (yakni pembacanya) melakukan dosa besar.
Pada tahun 354 Hijriah telah meninggal seorang sarjana yang bernama Ibnu Miqsam. Orang ini pernah mengeluarkan pendapat bahwa setiap bacaan yang sesuai dengan tulisan (rasm) mushaf dan mempunyai sisi kesesuaian dengan tata bahasa Arab, bacaan itu boleh dipakai dalam salat, walaupun bacaan itu tidak diriwayatkan dari Rasulullah (s.a.w.). Seorang ulama Islam, Abu Tahir b. Umar, menceritakan kisah orang ini:
Telah muncul seorang terkemuka di zaman kita yang mengklaim bahwa setiap bacaan yang mempunyai sisi kesesuaian dengan tata bahasa Arab, huruf al-Qur’an, dan sesuai dengan mushaf, maka bacaan itu dibolehkan di dalam atau di luar salat. Orang ini telah membuat bid‘ah yang sesat dari jalan yang benar. . . .Maka kasus ini dibawa kepada Sultan dan orang ini diminta untuk bertaubat di hadapan para fuqaha dan ulama al-Qur’an, lalu kemudian dia mengemukakan taubatnya.
Pemikiran Goldziher yang disambut baik oleh Puin itu tidak lain dari membangkitkan kembali kesesatan lama Ibnu Miqsam yang telah terkubur. Goldziher tahu perkara ini. Ia yang dalam hati kecilnya pernah mengakui kebenaran Islam dan al-Qur’an, telah menutup kembali cahaya yang Allah telah pancarkan dalam dirinya. Saksikanlah pengakuannya sendiri ketika ia menggoreskan pena dan mengungkapkan perasaan hatinya dalam sebuah buku diarinya:
I truly entered into the spirit of Islam to such an extent that ultimately I became inwardly convinced that I myself was a Muslim, and judiciuosly discovered that this was the only religion which, even in its doctrinal and official formulation, can satisfy philosophical minds. My ideal was to elevate Judaism to a similar rational level.
Sayang sekali Goldziher yang kita kenali adalah seorang Orientalis yang sangat keras penentangannya terhadap Islam dan sumber-sumbernya. Kini giliran Puin pula yang melanjutkan pemikirannya dan mengklaim bahwa qira’ah yang ditemukan dalam manuskrip Sana’a itu mempunyai nilai yang tinggi, karena semata-mata hal itu bersumber dari manuskrip lama tanpa mempertimbangkan jalan periwayatannya. Walaupun pada awal tulisannya Puin sendiri telah berputus asa menyerang al-Qur’an melalui jalan periwayatan dengan ungkapannya:
Thus, even if a complete collection of variants could be achieved, it will probably not lead to a breaktsrough in Qur’anic studies.
Namun kini ia mendapat tenaga baru melalui penemuan manuskrip Yaman. Kaum Muslimin tidak akan tersesat oleh tipu daya Puin selagi mana mereka berpegang teguh dengan tradisi yang dipertahankan oleh para ulama Islam yang muktabar. Mushaf Utsmani, teks tulisannya (rasm), bacaannya (qira’ah), susunan ayat dan surahnya, serta kandungan ayat dan surahnya adalah dipersetujui oleh semua Sahabat. Bahkan dalam pertelingkahan politik yang membawa peperangan antara pasukan Muawiyah (r.a.) dan pasukan Saidina ali b. Abi Talib (r.a.), dalam peristiwa Siffin, ketika seorang dari pasukan Muawiyah mengangkat mushaf Utsmani untuk berdamai, Saidina Ali tidak membantah mushaf al-Qur’an itu. Walaupun mereka berbeda dari segi mazhab politik, tetapi mereka masih bersatu dalam perkara dasar agama Islam seperti kesepakatan mereka menerima Mushaf Utsmani.
Puin sendiri mengakui bahwa usahanya itu tidak membuahkan apa-apa yang baru terhadap kajian al-Qur’an yang telah dirintis oleh para Orietalis sebelumnya seperti Nöldeke, Bergsträsser, Pretzl, Deim, Neuwirts, dan Gätje. Oleh itu ia berkata: “My observations do not claim to be either new or unexpected,” walaupun begitu ia sempat juga menyisipkan sedikit harapan dari kajiannya, dengan katanya “except for the last paragraph which discusses the different arrangements of the Surahs.” Apa yang dikatakannya “baru” dan “diluar-dugaan” mengenai susunan surah-surah Mushaf Utsmani itupun sebenarnya adalah isu lama dan telahpun diberi komentar oleh Alford T. Welch di atas. Penemuan manuskrip al-Qur’an yang tidak lengkap dan mempunyai susunan surah-surah yang berbeda dengan Mushaf Utsmani menunjukkan itu bukanlah al-Qur’an yang dipersetujui oleh para Sahabat, dan juga tidak akan dipersetujui oleh para ulama Islam kini. Fakta bahwa tidak ada para penyumbang dana yang ingin melanjutkan projek penerbitan mushaf “Puini” itu, membuktikan bahwa beban sejarah dan tanggung jawab intelektual itu tidak akan terpikul oleh Puin seorang diri. Ia berkata:
Unfortunately, the priorities of neither the German sponsor of the restoration project (Ministry of Foreign Affairs) nor of the Yemeni antiquities’ administration seem to favour the idea.
Maha benar Allah ketika berfirman:
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 23-24).
Kembali kepada bentuk-bentuk serangan terhadap Mushaf Utsmani, bentuk serangan ketiga adalah melalui serangan pemikiran dan intelektual. Serangan ini tidak lagi mempergunakan alternatif kepada Mushaf Utsmani seperti upaya mereka melalui jalan riwayat ataupun manuskrip, tetapi sekedar menanamkan perasaan ragu dalam jiwa kaum Muslimin akan kewibawaan al-Qur’an yang diwakili oleh Mushaf Utsmani. Mereka menginginkan agar sikap kaum Muslimin terhadap al-Qur’an itu sedikit demi sedikit berubah sehingga sama dengan sikap orang-orang Kristen terhadap Bible, ataupun sikap orang-orang Yahudi terhadap Pentateuch, yang tidak menganggap kitab-kitab itu aseli dari Nabi mereka. Hal ini bergantung kepada kekuatan pemikiran dan intelektual para ulama kita pada hari ini pula. Apabila mereka mampu berhujah dengan para Orientalis ini maka keimanan masyarakat awam kaum Muslimin akan tetap terpelihara. Tetapi apabila mereka terpengaruh oleh “bisikan” pemikiran golongan yang “mendatangkan waswas dalam dada manusia” (Surah an-Nas: 5), maka orang awam akan mengikut juga.
Salah seorang dari mereka telah diwaswaskan oleh bisikan itu adalah pemikir Mesir yang bernama Nasr Hamid Abu Zayd dengan karyanya “Mafhum al-Nass.” Apabila gelanggang perdebatan ilmiah tidak berfungsi, padahal cara itu dianjurkan juga oleh al-Qur’an “dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik,” (Surah an-Nahl: 125) maka mahkamah negara Mesir menjatuhkan hukuman murtad terhadap Abu Zayd dan akibatnya ia mesti menceraikan isterinya. Karena takut dibunuh oleh golongan ekstrimis, maka pada tahun 1995 kedua suami isteri ini melarikan diri ke Eropah. Orang yang dianggap murtad oleh pemerintah Mesir ini telah disambut hangat oleh para pengkaji Barat dan diberikan tempat terhormat di University of Leiden, Belanda. Begitulah cara Orientalis memikat hati orang-orang yang bisa bersama dengan mereka. Nasr Abu Zayd masih lagi bebas dan aktif melakukan kajian-kajian al-Qur’an-nya dan bersama-sama dengan Mohammed Arkoun kini menjadi anggota lembaga penasehat proyek serta penyumbang artikel dalam Encyclopaedia of the Qur’an yang berpusat di Leiden, yang telahpun terbit edisi pertamanya, baru dengan entry A-D, pada tahun 2001. Prof. A’zami mengatakan bahwa kedua-dua orang ini dianggap sebagai ahlul bida‘ (heretics) oleh umat Islam.
Serangan pentafsiran juga dilakukan melalui gagasan hermeneutika al-Qur’an yang merelatifkan tafsir yang sudah qat‘i. Hermeneutika yang sejatinya merupakan metodologi pentafsiran Bible, kini oleh orang-orang Islam sendiri ingin diterapkan pada al-Qur’an. Walaupun pada mulanya berangkat dari tafsir, tetapi hermeneutika akan berakhir dengan mempermasalahkan teks al-Qur’an itu sendiri. Orang yang terpengaruh dengan hermeneutika, paling kurang, akan menganggap bahwa al-Qur’an adalah perkataan Allah dan perkataan Nabi Muhammad sekaligus. Padahal ijma‘ umat Islam adalah al-Qur’an itu Kalamullah. Titik. Apabila kita mengatakan al-Qur’an adalah kata-kata Allah dan juga kata-kata Nabi Muhammad, kita sebenarnya mundur lagi kebelakang. Kita mulai deconstruct al-Qur’an. Dan kita sendiri yang menghancurkannya, sehingga sama nasibnya dengan kitab-kitab suci yang lain. Hal ini tidak menguntungkan sama sekali kepada umat Islam. Saya sudah menyentuh isu ini dalam makalah seminar yang diselerenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun lalu. Bagi saya al-Qur’an itu tidak memerlukan hermeneutika seperti kitab-kitab yang lain yang mempunyai masalah keaselian kitab mereka. Jadi harus kita tegaskan bahwa kita tidak mempunyai masalah dengan keaselian al-Qur’an sama sekali.
Mungkin ada manfaatnya kita kemukakan lagi pandangan Hamka, seorang tokoh Muhammadiyah yang terbilang, dalam bukunya “Pelajaran Agama Islam” yang pernah menulis mengenai keaselian al-Qur’an ini serta pengalamannya dengan orientalis:
“Dalam perjalanan saya ke Amerika pada bulan Oktober 1952, sampailah saya menziarahi Yale University di New Haven (Connecticut, U.S.A.). Di sana orang sedang merayakan dan mensykuri selesainya satu pekerjaan besar yang telah dikerjakan selama 15 tahun, dan panitianya terdiri dari 40 gereja. Yaitu menyalin kitab Bible bahasa Inggeris dari salinan yang lama, yaitu dizaman pemerintahan King James di tahun 1612.
Maka sejak tahun itu 1612 itu bahasa Inggeris sudah sangat jauh perkembangannya. Sebab itu haruslah disesuaikan bahwa salinannya yang lama itu dengan bahasa sekarang ini. 15 tahun bekerja 40 gereja membentuk panitia. Di dalam menentukan pemilihan satu-satu bahasa, kadang-kadang memakan waktu berbulan-bulan. Kalau terjadi perselisihan, kadang-kadang terpaksalah diambil hukum system! Padahal haruslah diakui bahwasanya steman suara itu, tidaklah selalu berjalan menurut garis benar dan salah. Tetapi yang nyata ialah menurut garis menang dan kalah. Suara terbanyaklah yang menang!
Dan Yale University di dalam sejarah terkenal bahwa dia termasuk University yang besar jasanya di dalam mempertahankan agama Kristen dan penyiarannya.
Pada waktu itu saya dihantarkan oleh seorang professor muda, Prof. Hendon. Beliaulah yang membawa saya berkeliling melihat-lihat pameran kitab-kitab suci yang ditulis 200 tahun yang lalu, 600 tahun yang lalu, 800 tahun dan seterusnya. Ketika kami membicarakan soal penyalinan itu beliau berkata, “Beruntunglan Tuan orang Islam! Sebab tuan mempunyai Qur’an yang tidak usah diperkomitekan dan dipanitiakan, sebab tuan mempunyai bahasa suci yang asli dan tetap. Bahkan bahasa Arab yang terpakai setiap harilah yang harus disesuaikan kepada Qur’an, bukan Qur’an yang harus disesuaikan kepada perkembangan bahasa.”
Kini setelah satu generasi dari zaman Hamka, para orientalis al-Qur’an semakin gencar menggempur al-Qur’an. Dulu pun memang sudah begitu, dan Hamka tahu akan hal itu:
“Sudah lebih 300 tahun, timbullah penyelidik-penyelidik ilmu ketimuran di Eropa (Orientslisten). Segala pusaka Timur mereka pelajari dengan seksama. Sebahagian terbesar daripada mereka, tidaklah terlepas daripada pengaruh agama yang mereka anut. Dengan dasar ilmu pengetahuan, mencari hakikat kebenaran, mereka mencari kalau-kalau ada yang dapat “ditikam” pada Qur’an itu.”
Tetapi kini serangan terhadap Qur’an semakin gencar, karena bukan saja datang dari kalangan orientalis sendiri, tetapi juga dari kalangan orang-orang muslim ahlul bida‘ yang menjadi corong-corong orientalis di negri-negri Islam. Hari ini yang lebih aneh adalah orang yang mengajar ‘Ulum al-Qur’an di Universitas Islam yang mau mengedit dan menyunting al-Qur’an, kalangan pimpinan organisasi Islam yang mau meruntuhkan tafsir qat‘i seperti pada isu “al-hajju asyhurun ma‘lumat” baru-baru ini, ataupun tokoh Islam yang mengatakan semua agama sama dan lain-lain maqalat yang menyimpang dari usul Islam yang telah disepakati.
Kini para cerdik pandai Islam yang sejati mestilah melipat gandakan usaha ilmiah mereka untuk berdepan dengan tantangan baru hari ini. Persilatan ilmiah mengenai al-Qur’an dan tafsirnya belum berakhir. Yang jelasnya Mushaf Utsmani pada hari ini tetap utuh dan tidak goyah, karena ia mempunyai kedudukan yang luhur dan mempunyai para pembelanya di setiap zaman, seperti kata Abu Ubayd di awal tulisan ini. Pertempuran ilmiah kini lebih kepada pemikiran dan tafsir al-Qur’an, walaupun riwayat dan manuskrip masih lagi digunakan. Meskipun begitu para ulama kita yang berwibawa tetap mempunyai jurus-jurus yang handal dalam menafsirkan al-Qur’an. Kaum Muslimin hanya akan kecundang apabila kita sendiri meninggalkan jurus-jurus itu. Pedang-pedang mereka yang kita pusakai juga mestilah kita tajamkan kembali. Jurus dan pedang baru buatan kita sendiri pada hari ini nampaknya masih kaku dan tumpul juga walaupun telah kita latih dan asah berkali-kali. Oleh itu jangan kita buang warisan mereka, karena warisan mereka adalah warisan pewaris Nabi, dan melalui mereka pula Allah menjaga al-Qur’an ini. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Surat al-Hijr: 9)
Hermeneutika Menolak Tafsir Qat’i
Hermeneutika, yang meminjam perkataan Inggris hermeneutics, dan yang juga berasal dari perkataan Greek hermeneutikos bukan merupakan suatu istilah netral yang tidak bermuatan pandangan hidup (world-view; weltanschauung). Apabila perkataan ini dikaitkan dengan al-Qur’an, ataupun dengan Biblical Studies, arti hermeneutika telah berubah dari pengertian bahasa semata menjadi istilah yang memiliki makna tersendiri. Oleh sebab itu, sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai hermeneutika al-Qur’an, lebih baik kita bahas dahulu perbedaan arti bahasa (linguistic meaning) dan arti istilah (technical meaning) hermeneutika itu sendiri. Dari segi bahasa misalnya Aristotle pernah menggunakan perkataan itu untuk judul karyanya Peri Hermeneias yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Latin sebagai De Interpretatione yang lantas dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai On the Interpretation. Namun, jauh sebelum terjemahan dalam bahasa Latin, al-Farabi (w. 339/950), seaorang ahli filsafat Muslim terkemuka, telah menerjemahkan dan memberi komentar karya Aristotle itu terlebih dahulu ke dalam bahasa Arab dengan judul Fi al-’Ibarah.
Aristotle sendiri ketika menggunakan perkataan hermeneias tidak bermaksud mengemukakan arti istilah seperti yang berkembang di zaman modern kini. Hermeneias yang dia kemukakan, menyusuli karyanya Kategoriai, sekedar membahas peranan ungkapan dalam memahami pemikiran, dan juga pembahasan tentang satuan-satuan bahasa seperti kata benda (noun), kata kerja (verb), kalimat (sentence), ungkapan (proposition), dan lain-lain yang berkait dengan tata bahasa. Ketika Aristotle membicarakan hermeneias, dia tidak mempermasalahkan teks atau membuat kritikan terhadap teks. Jadi topik yang dibahas oleh Aristotle adalah mengenai bidang interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang diinterpretasikan itu. Dari segi bahasa, al-Farabi sangat tepat mengalihbahasakan hermeneuias sebagai ‘ibarah yang memberi konotasi ungkapan bahasa dalam menunjukkan makna-makna tertentu. Begitulah pengertian hermeneutika yang pada asalnya hanya merujuk kepada makna bahasanya semata.
Perpindahan makna hermeneutika dari pengertian bahasa kepada pengetian istilah merupakan satu perkembangan kemudian. Sumber-sumber perkamusan sepakat bahwa peralihan makna istilah itu dimulai dari usaha para ahli teologi Yahudi dan Kristen dalam mengkaji ulang secara kritis teks-teks dalam kitab suci mereka. Sebuah kamus filsafat, misalnya, menyatakan:
Hermeneutics. . . .Originally concerned more narrowly with interpreting sacred texts, the term acquired a much broader significance in its historical development and finally became a philosophical position in twentieth century German philosophy.
Sebuah thesis Ph.D. mengenai hermeneutika juga menyatakan hal itu:
Originally, the term ‘Hermeneutics’ was employed in reference to the field of study concerned with developing rules and methods that can guide biblical exegesis. During the early years of the nineteenth century, ‘Hermeneutics’ became ‘General Hermeneutics’ at the hands of philosopher and Protestant theologian Friedrich Schleiermacher. Schleiermacher transformed Hermeneutics into a philosophical field of study by elevating it from the confines of narrow specialization as a theological field to the higher ground of general philosophical concerns about language and its understanding.
Jadi istilah ‘hermeneutika’ kemudian telah beralih makna dari sekedar makna bahasa, menjadi makna teologi, dan kini menjadi makna filsafat. Menarik untuk menelusuri sedikit latar belakang mengapa hermeneutika digunakan oleh para teolog Yahudi dan Kristen untuk memahami teks-teks Bible. Encyclopaedia Britannica menyatakan dengan jelas bahwa tujuan utama hermeneutika adalah untuk mencari “nilai kebenaran Bible.”
For both Jews and Christians throughout their histories, the primary purpose of hermeneutics, and of the exegetical methods employed in interpretation, has been to discover the truths and values of the Bible.
Mengapa dengan hermeneutika itu para teolog tersebut bertujuan mencari nilai kebenaran Bible? Jawabannya adalah karena mereka memiliki sejumlah masalah dengan teks-teks kitab suci mereka. Mereka mempertanyakan apakah secara harfiah Bible itu bisa dianggap Kalam Tuhan atau perkataan manusia. Aliran yang meyakini bahwa lafaz Bible itu Kalam Tuhan mendapat kritikan keras dan dianggap ekstrim dalam memahami Bible. Encyclopaedia Britannica menyatakan lagi:
Literal interpretation asserts that a biblical text is to be interpreted according to the “plain meaning” conveyed by its grammatical construction and historical context. The literal meaning is held to correspond to the intention of the authors. This type of hermeneutics is often, but not necessarily, associated with belief in the verbal inspiration of the Bible, according to which the individual words of the divine message were divinely chosen. Extreme forms of this view are criticized on the ground that they do not account adequately for the evident individuality of style and vocabulary found in the various biblical authors.
Perhatikan frasa terakhir yang berbunyi “individuality of style and vocabulary found in the various biblical authors” (gaya dan kosakata masing-masing yang ditemukan pada berbagai pengarang mengenai Bible). Adanya perbedaan pengarang itulah yang menyebabkan Bible tidak bisa dikatakan Kalam Tuhan (the Word of God) secara harfiah (literal). Oleh sebab itu para teolog Kristen memerlukan hermeneutika untuk memahami Kalam Tuhan yang sebenarnya. Mereka hampir sepakat bahwa Bible secara harfiahnya bukan Kalam Tuhan. Oleh sebab itu mereka merasa perlu untuk membaca Bible “between the line” demi memahami firman Tuhan yang sebenarnya. Disinilah peranan hermeneutika dalam membantu memahami Bible bagi para teolog Kristen.
Keadaan itu berbeda dengan kaum Muslimin, yang bisa memahami Kalam Tuhan dari al-Qur’an baik “on the line” atau pun “between the line.” Kaum Muslimin sepakat bahwa al-Qur’an itu adalah Kalam Allah yang ditanzilkan kepada Rasulullah Muhammad (s.a.w.). Kaum Muslimin juga sepakat bahwa secara harfiah al-Qur’an itu dari Allah. Juga, kaum Muslimin sepakat, membaca al-Qur’an secara harfiah adalah ibadah dan diberi pahala; menolak bacaan harfiahnya adalah kesalahan; membacanya secara harfiah dalam salat adalah syarat, dan memahami al-Qur’an secara harfiah juga dibenarkan, sementara terjemahan harfiah dan alihbahasanya tidak dikatakan sebagai al-Qur’an. Ibnu Abbas misalnya pernah menyatakan bahwa diantara pemahaman al-Qur’an itu adalah sejenis tafsir yang semua orang dapat memahaminya (la ya’dziru ahad fi fahmihi). Pemahaman yang seperti ini sudah tentu merujuk pada pemahaman lafaz harfiahnya. Oleh sebab itu kaum Muslimin, berbeda dengan Yahudi dan Kristen, tidak pernah merasa bermasalah dengan lafaz-lafaz harfiah al-Qur’an.
Perbedaan selanjutnya adalah, bahwa Bible kini ditulis dan dibaca bukan lagi dengan bahasa asalnya. Bahasa asal Bible adalah Hebrew untuk Perjanjian Lama, Greek untuk Perjanjian Baru, dan Nabi Isa sendiri berbicara dengan bahasa Aramaic. Bible ini kemudian diterjemahkan keseluruhannya dalam bahasa Latin, lantas ke bahasa-bahasa Eropah yang lain seperti Jerman, Inggris, Perancis dan lain-lain, termasuklah bahasa Indonesia yang banyak mengambil dari Bible bahasa Inggris. Teks-teks Hebrew Bible pula mempunyai masalah dengan isu originality, sepertimana dinyatakan oleh seorang pengkaji sejarah Bible:
The Hebrew text now in our possession has one special peculiarity: notwithstanding its considerable age, it comes to us in relatively late manuscripts which are therefore far removed in time from the originals (sometimes by more than a thausand years). . . .none of these manuscripts is earlier than the ninth century C.E.
Begitu juga Kitab Perjanjian Baru, mempunyai masalah yang sama dengan Kitab Perjanjian Lama:
The New Testament scriptures also reflect similar problems as those of the Hebrew Bible. These scriptures, particularly the gospels, were written after the period of Jesus, in the Greek language, that he most probably did not speak. Moreover, it is acknowledged by prominent Christian authorities that the purpose of the gospel writers was not to write objective history but for evangelical purpose, which in part led to the profusion of allegorical commentaries.
Mengenai bahasa Hebrew Bible pula, karena tidak ada seorangpun kini yang native dalam bahasa Hebrew kuno, maka untuk memahami bahasa Hebrew Bible itu para teolog Yahudi dan Kristen memerlukan bantuan bahasa yang serumpun dengan Hebrew (Semitic languages). Dan bahasa yang dapat memberikan harapan untuk dapat mengungkap bahasa Hebrew kuno itu tidak lain adalah bahasa Arab, karena bahasa Arab masih hidup hingga ke hari ini.
. . . the search for the ‘original Semitic language’ was on. . . and Arabic with its ‘primitive’ inflections soon became the firm favourite as the primary witness to what that original language must have looked like.
Kita tahu bahwa bahasa Arab itu hidup karena pengaruh yang dihidupkan oleh al-Qur’an itu sendiri. Jadi al-Qur’an lah yang menyelamatkan bahasa Arab, sedangkan dalam kasus Bible, mereka mesti menyelamatkan dahulu bahasa Hebrew sebelum dapat menyelamatkan Bible. Oleh sebab itu dengan ketiadaan bahasa asal Bible pada hari ini, maka wajarlah kalau para teolog Yahudi dan Kristen mencari jalan dan metodologi untuk memahami kembali Bible melalui hermeneutika. Dalam hal ini hermeneutika kemungkinannya dapat membantu suatu karya terjemahan, lebih-lebih lagi apabila bahasa asalnya sudah tidak ditemukan lagi. Schleiermacher sendiri dikait-kaitkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa diantara tugas hermeneutika itu adalah untuk memahami teks “sebaik atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri,” atau “to understand the author better than he understood himself.” Maka wajarlah apabila Bible yang dikarang oleh banyak orang itu memerlukan hermeneutika untuk memahaminya dengan cara yang lebih baik dari para pengarang Bible itu sendiri.
Adapun al-Qur’an, bagaimana mungkin terfikir oleh kaum Muslimin bahwa mereka dapat memahami al-Qur’an lebih baik dari Allah s.w.t. atau Rasulullah s.a.w.? Oleh sebab itu, dalam upaya pemahaman yang lebih mendalam mengenai al-Qur’an, kaum Muslimin sebenarnya hanya memerlukan tafsir, dan bukan hermeneutika, karena mereka telah menerima kebenaran harfiah al-Qur’an sebagai Kalam Allah. Kalau diperlukan pemahaman yang lebih mendalam lagi, contohnya untuk ayat-ayat yang mutasyabihat, yang diperlukan adalah ta’wil. Perlu ditegaskan bahwa dalam tradisi Islam, ta’wil juga tidak sama dengan hermeneutika, karena ta’wil mestilah berdasarkan dan tidak bertentangan dengan tafsir, dan tafsir berdiri di atas lafaz harfiah al-Qur’an. Jadi sebagai suatu istilah, ta’wil dapat berarti pendalaman makna (intensification of meaning) dari tafsir.
Al-Jurjani (w. 816/1413), misalnya, dalam kamus istilahnya yang terkenal, Kitab al-Ta’rifat, menyatakan hubungan makna tafsir dan ta’wil sebagai berikut:
Ta’wil secara asalnya bermakna kembali. Namun secara syara’ ia bekmakna memalingkan lafaz dari maknanya yang zahir kepada makna yang mungkin terkandung di dalamnya, apabila makna yang mungkin itu sesuai dengan [semangat] Kitab dan Sunnah. Contohnya seperti firman Allah “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati” (al-Anbiya’: 95), apabila yang dimaksudkan disitu adalah mengeluarkan burung dari telur, maka itulah tafsir. Tetapi apabila yang dimaksudkan disitu adalah mengeluarkan orang beriman dari orang kafir, atau orang berilmu dari orang yang bodoh, maka itulah ta’wil.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa ta’wil itu lebih dalam dari tafsir, dan tafsir itu berdasarkan kepada makna zahir lafaz harfiah ayat-ayat al-Qur’an. Walaupun ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama mengenai makna tafsir dan ta’wil, namun mereka tidak pernah mempersoalkan teks al-Qur’an sebagai Kalam Allah. Tegasnya, “textual criticism” untuk al-Qur’an tidak ada dalam tradisi Islam. Oleh sebab itu, dalam hal ini, tetap tidak bisa disamakan antara tafsir ataupun ta’wil dengan hermeneutika yang berangkat dari “textual criticism” pada Bible. Sebuah buku hermeneutika terbitan Kanisius Yogyakarta, misalnya, sempat menyamakan al-Qur’an dengan Bible dan kitab agama yang lain, dan menyatakan bahwa tafsir sama dengan hermeneutika. Penulis buku tersebut mengatakan:
Disiplin ilmu yang pertama yang banyak menggunakan hermeneutik adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab semua karya yang mendapatkan inspirasi Ilahi seperti al-Quran, kitab Taurat, kitab-kitab Veda, dan Upanishad supaya dapat dimengerti memerlukan interpretasi atau hermeneutik.
Pendapatnya yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah “karya yang mendapat inspirasi Ilahi” seperti juga Bible, jelas tidak dapat diterima oleh kaum Muslimin. Orang-orang Islam tidak pernah memahami bahwa al-Qur’an itu sebuah “karya” sehingga memerlukan hermeneutika untuk memahami karya tersebut. Sebaliknya, pemikiran itu datang dari kaum Orientalis yang mengecoh kaum Muslimin agar menganggap bahwa al-Qur’an itu karya Muhammad dan menyatakan bahwa Islam juga agama buatan Muhammad alias Muhammadanism. Padahal orang-orang Kristen sendiripun, yang masih mempunyai masalah dengan teks-teks Bible, tidak pernah mengatakan bahwa Injil itu karya Nabi Isa.
Jadi, tradisi tafsir dalam Islam tidak sama dengan tradisi hermeneutika dalam Kristen. Seorang sarjana Muslim terkemuka, Syed Muhammad Naquib al-Attas, secara jelas menyatakan perbedaan antara tafsir dan hermeneutika:
Indeed, it was because of the scientific nature of the structure of the language that the first science among the Muslims – the science of exegesis and commentary (tafsir) became possible and actualized; and the kind of exegesis and commentary not quite identical with Greek hermeneutics, nor indeed with the hermeneutics of the Christians, nor with any ‘science’ of interpretation of sacred scripture of any other culture and religion.
Singkatnya, hermeneutika yang digunakan dalam teologi Kristen itu mempunyai latar belakang yang tersendiri yang berbeda dengan tafsir dalam tradisi Islam. Boleh jadi penemuan-penemuan melalui hermeneutika Bible itu nantinya akan lebih menunjukkan lagi kebenaran al-Qur’an. Sehingga apa yang hilang pada Bible dapat ditemukan dalam al-Qur’an.
Kembali kepada makna istilah hermeneutika, seperti yang dinyatakan sebelum ini, perpindahan makna hermeneutika dari ruang lingkup teologi kepada ruang lingkup filsafat dibidani oleh filosof berbangsa Jerman, Friedrich Schleiermacher. Filosof yang berfahaman Protestan ini dianggap sebagai pendiri ‘hermeneutika umum’ yang dapat diaplikasikan kepada semua bidang kajian. Namun, seperti dinyatakan oleh Aref Nayed, perpindahan hermeneutika dari teologi ke filsafat itu pun tidak terlepas dari motif teologi Kristen yang dianut oleh Schleiemacher. “He founded general hermeneutics for theological reasons.” Schleiermacher yang Protestan sudah tentu tidak setuju dengan interpretasi-interpretasi Katolik terhadap Bible yang didominasi oleh Gereja dan lembaga kepausannya. Baginya interpretasi Protestan terhadap Bible itu lebih mendekati ajaran Nabi Isa yang sebenarnya.
The theological concerns that made Schleiermacher undertake the project of general hermeneutics are made very clear in his: Brief Outline of the Study of Theology. . . .In his work, General Hermeneutics is supposed to supply the basis for a biblical hermeneutics that would make knowledge of primitive Christianity possible, and vindicate Protestant claims to being more faithful to the original teachings of Christ.
Sudah tentu ketika teks-teks Bible menjadi masalah, maka interpretasi-nya pun akan lebih bermasalah. Tidak mengherankan dalam hal ini jika Werner G. Jeanroad pernah berbicara mengenai “krisis interpretasi Bible” dan berharap bahwa hermeneutika dapat memberikan andil dalam mengatasinya. Dia katakan:
Hermeneutics, the study of proper means of text-interpretation, is not the cause of the current biblical studies, rather it may point indirectly to some ways out of this crisis.
Apabila kemudian hermeneutika menjadi subjek filsafat, maka lahirlah berbagai macam aliran pemikiran. Walaupun Schleiermacher (1768-1834) merupakan sarjana pertama yang membawa hermeneutika dari tataran teologi ke tataran filsafat, namun hermeneutika Schleiermacher pada akhirnya hanyalah menjadi salah satu aliran hermeneutics yang ada. Disana ada Hermeneutics of Betti yang digagaskan oleh Emilio Betti (1890-1968) seorang sarjana hukum Romawi berbangsa Itali; ada Hermeneutics of Hirsch yang digagaskan oleh Eric D. Hirsch (1928- ) seorang pengkritik sastra berbangsa Amerika; ada Hermeneutics of Gadamer yang digagaskan oleh Hans-Georg Gadamer (1900- ) seorang ahli filsafat dan bahasa, dan ada lagi aliran-aliran hermeneutika yang lain seperti aliran Dilthey (m. 1911), Heidegger (m. 1976), dan lain-lain.
Jika hermeneutika-hermeneutika itu ingin diterapkan untuk kajian al-Qur’an, hermeneutika yang mana yang ingin diambil? Lalu, mengapa hanya mengambil hermeneutika tertentu dan menolak yang lain? Kemudian, apa jaminannya hermeneutika yang diambil itu betul-betul menunjukkan pengertian yang sebenarnya mengenai al-Qur’an? Bukankah apabila mengambil hermeneutika tertentu, berarti itu pun sudah masuk dalam “school of thought” tertentu? Kalau begitu dimana objektifitasnya? Dan masih banyak lagi persoalan-persoalan yang lain.
Ambil contoh Fazlur Rahman. Dia lebih setuju kepada hermeneutika Betti ketimbang hermeneutika Gadamer. Namun dia juga tidak setuju dengan Betti yang mengatakan bahwa makna asli suatu teks itu terletak pada akal pengarang teks. Bagi Rahman, makna asli teks itu terletak pada konteks sejarah ketika teks itu ditulis. Kalau begitu, apa pula pendapat Fazlur Rahman mengenai kesimpulan filsafat hermeneutika yang mengesahkan adanya satu problem besar yang disebut “hermeneutic circle”, yaitu sejenis lingkaran setan pemahaman objek-objek sejarah yang mengatakan bahwa “jika interpretasi itu sendiri juga berdasarkan interpretasi, maka lingkaran interpretasi itu tidak dapat dielakkan.” Akibatnya adalah pemahaman seseorang tentang teks-teks dan kasus-kasus sejarah yang tidak akan pernah sampai, karena apabila seseorang dapat memahami konteksnya, maka konteks sejarah itu pun adalah interpretasi juga. Apabila hal ini diterapkan untuk studi al-Qur’an, maka selama-lamanya al-Qur’an tidak akan pernah dapat dimengerti dan difahami.
Hermeneutic circle: The problem in the process of interpretation that arise when one element, for instance in a text, can only be understood in terms of the meanings of others or of the whole text, yet understanding these other elements, or the whole text, in turn presupposes understanding of the original element. Each can only be understood in the light of the others. . . . . The phenomenon has preoccupied German thinkers from Schleiermacher and Dilthey through Heidegger and Gadamer.
Di dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang muhkamat, ada usul ajaran Islam, ada hal-hal yang bersifat tsawabit, semua ayatnya adalah qat’iyy al-tsubut / al-wurud, dan bahagian-bahagiannya ada yang menunjukkan qat’iyy al-dilalah, ada perkara-perkara yang termasuk dalam al-ma’lum min al-din bi al-darurah, ada sesuatu yang ijma’ mengenai al-Qur’an, dan ada yang difahami sebagai al-Qur’an yang disampaikan dengan jalan mutawatir, yang semuanya itu dapat difahami dan dimengerti oleh kaum Muslimin dengan derajat yakin bahwasannya itu adalah ajaran al-Qur’an yang dikehendaki oleh Allah. Apabila filsafat hermeneutika digunakan kepada al-Qur’an maka yang muhkamat akan menjadi mutasyabihat, yang usul menjadi furu’, yang thawabit menjadi mutaghayyirat, yang qat’iyy menjadi zanniyy, yang ma’lum menjadi majhul, yang ijma’ menjadi ikhtilaf, yang mutawatir menjadi ahad, dan yang yaqin akan menjadi zann, bahkan syakk. Alasannya sederhana saja, yaitu filsafat hermeneutika tidak membuat pengecualian terhadap hal-hal yang axiomatic di atas.
Dalam posisi yang lebih ekstrim, filsafat hermeneutika telah memasuki dataran epistemologis yang berakhir pada pemahaman sophist yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam (Islamic weltanschauung). Filsafat hermeneutika berujung pada kesimpulan universal bahwa “all understanding is interpretation” dan karena interpretatsi itu tergantung kepada orangnya, maka hasil pemahaman (understanding, verstehen) itu pun menjadi subjektif. Dengan perkataan lain, tidak ada orang yang dapat memahami apa pun dengan secara objektif.
Aqidah al-Nasafi, misalnya, pada paragraf pertamanya menyatakan: haqa’iq al-asya’ thabitatun wa al-’ilmu biha mutahhaqqiqun, khilafan li al-sufata’iyyah (semua hakikat segala perkara itu tsabit adanya, dan pengetahuan akan dia [adalah yang] sebenarnya, bersalahan dengan [pendapat] kaum sufasta’iyyah). Salah satu golongan sufasta’iyyah (sophist) itu adalah golongan ‘indiyyah (epistemological subjectivist) yang menganut faham bahwa tidak ada kebenaran objektif dalam ilmu; semua ilmu adalah subjektif; dan kebenaran mengenai sesuatu hanyalah semata-mata pendapat seseorang. Apabila semua ini dikaitkan dengan kajian al-Qur’an, maka akibatnya tidak ada kaum Muslimin yang mempunyai pemahaman yang sama mengenai al-Qur’an, karena semua pemahaman itu tergantung pada interpretasi masing-masing. Tentu kaum Muslimin tidak bermaksud begitu apabila manafsir atau mena’wil al-Qur’an.
Surat al-Ikhlas dalam al-Qur’an, misalnya, dapat difahami dengan mudah oleh kaum Muslimin bahwa Allah itu Esa, Allah tidak beranak dan diperanakkan, dan tidak ada yang setanding dengan Dia. Walaupun terdapat perbedaan pendalaman pemahaman mengenai tauhid antara orang awam dan ulama, namun tidak ada seorang Muslim-pun yang mengatakan Allah itu satu di antara yang tiga atau tiga di antara yang satu. Seorang Muslim awam yang memahami keesaan Allah dengan “mathematical oneness” tidak keluar dari aqidah Islam yang benar, walaupun kurang halus pemahamannya. Untuk memperhalusnya, Muslim tidak perlu pada hermeneutika. Sebaliknya, konsep trinity itu memerlukan hermeneutika untuk memahaminya, karena pada tataran lafaz yang zahir sekalipun, trinity itu memang susah difahami.
Sebagai kesimpulan, hermeneutika itu berbeda dengan tafsir atau pun ta’wil dalam tradisi Islam. Hermeneutika tidak sesuai untuk kajian al-Qur’an, baik dalam arti teologis atau filosofis. Dalam arti teologis, hermeneutika akan berakhir dengan mempersoalkan ayat-ayat yang zahir dari al-Qur’an dan menganggapnya sebagai problematik. Diantara kesan hermeneutika teologis in adalah adanya keragu-raguan terhadap Mushaf Utsmani yang telah disepakati oleh seluruh kaum Muslimin, baik oleh Muslim Sunni ataupun Syi’ah, sebagai “textus receptus.” Keinginan Muhammad Arkoun, misalnya, untuk men-”deconstruct” Mushaf Utsmani, adalah pengaruh dari hermeneutika teologis ini, selain dari pengaruh Jacques Derrida. Dalam artinya yang filosofis, hermeneutika akan mementahkan kembali akidah kaum Muslimin yang berpegang bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah. Pendapat almarhum Fazlur Rahman yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah “both the Word of God and the word of Muhammad” adalah kesan dari hermeneutika filosofis ini. Semua itu tidak menguntungkan kaum Muslimin, dan hanya menurunkan derajat validitas al-Qur’an seolah-olah sama dengan kitab yang lain. Sebenarnya memang ada kemungkinannya orang Kristen semakin maju dengan hermeneutika, tetapi kaum Muslimin hampir pasti akan mundur ke belakang dengan hermeneutika itu. Sepertimana bahasa Arab telah menjadi standar bahasa Hebrew dan bahasa-bahasa Semit yang lain, maka al-Qur’an semestinya juga menjadi benchmark bagi kitab suci yang lain, karena al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir dan yang authentic di antara kitab-kitab yang lain. Dengan perkataan lain, kajian al-Qur’an, terutamanya mengenai penafsirannya, tidak memerlukan hermeneutika. Kita khawatir akhir-akhir ini kita begitu bergairah mengimpor istilah hermeneutika untuk kajian al-Qur’an tanpa menyelidiki dahulu latar belakang istilah itu sendiri yang mempunyai m
sambungan dari atas :
Kita khawatir akhir-akhir ini kita begitu bergairah mengimpor istilah hermeneutika untuk kajian al-Qur’an tanpa menyelidiki dahulu latar belakang istilah itu sendiri yang mempunyai muatan pandangan hidup berlainan dengan pandangan hidup Islam. Sebenarnya jika akan digunakan bahasa asing juga, maka istilah exegesis atau pun commentary yang selama ini digunakan sudah cukup memadai untuk al-Qur’an. Kenapa kini exegesis atau commentary mesti ditukar dengan hermeneutics?
Saya akan mengakhiri makalah ini dengan satu peringatan dari Hadis Rasulullah s.a.w. yang berbunyi:
Kamu akan mengikuti jalan-jalan kaum sebelum kamu, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, sehingga apabila mereka masuk lubang biawak sekali pun kamu akan mengikutinya juga. Kemudian Rasulullah s.a.w. ditanya: “Apakah mereka [yang diikuti] itu kaum Yahudi dan Nasara?” Rasulullah menjawab: “Siapa lagi [kalau bukan mereka].” (H.R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad)
(wallahu a’lam bi al-sawab)
Makalah By : Dr. Ugi Suharto
Yahudi, Nasrani ama Islam khan punya Tuhan yang sama, tetapi kok saling bermusuhan… dan menurut kitab-kitab itu seolah Tuhan hanya membela satu kaum… Kalo dari Haditz yang disebutkan terakhir oleh Ardhani kok sepertinya ada kebencian pada kaum-kaum tertentu, benarkah itu???
To Ardhani
pertanyaan Ivod tolong dijawab dhonkkk
Mmbc uraiannya ardini buknnya trcrhkn ato nmbh wwsan mlh tmbh puyeng, mgkn ini yg dbilang darmawan muter2, mnding aku bc si Gajah yg Congkak dan Katak yg Malang, dsana diajarkn moral utk saling tolong mnolong, nah di Quran mlh mghalalkn mmbunuh smua kafir, dh hurf arabnya kaco artinya bikn puyeng……
@Ivod
Ivod says :
aku masih bingung tentang bagaimana sebenarnya Alquran ditulis, apakah saat Nabi Muhammad menyampaikan ke sahabat-sahabatnya, sahabat-sahabatnya itu langsung menulisnya to hanya mengingatnya saja? (soalnya khan ga mungkin Nabi Muhammad yang menulisnya, menurut sejarah beliau tidak bisa membaca n menulis)kalo tidak langsung menulisnya, apakah ingatan mereka sedemikian brilian sehingga setiap detail bisa diingat. (okelah Nabi bisa mengingat semua, tapi para sahabatnya khan hanya manusia biasa. kalo tidak langsung menulis saat nabi menyampaikannya, khan ada kemungkinan apa yang mereka tulis ada yang terlewat, ato mungkin ada kata-kata tambahan… Trus gimana dhonk untuk membuktikan itu benar-benar kata yang disampaikan Nabi tanpa ada penambahan, pengurangan dari penulis atau pengumpul naskah??? thanks. mohon ada yang menjawabnya ya, terutama dari sahabat-sahabatku yang muslim..
******
Komen Ardhani :
Al Quran itu ayat2nya diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan konteks permasalahan umat yg akan dijawab oleh Quran.
beda dengan kitab2 lainnya yg dikarang dan ditulis diatas meja kerja penulisnya dalam jangka waktu tertentu (seperti bikin novel).
misal ada orang yg bertanya tentang suatu hukum dalam masalah perkawinan, maka ayat Quran yg bersangkutan tentang itu akan diturunkan melalui wahyu yg dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW.
misal ada suatu peristiwa tentang kasus rencana orang munafik, maka diturunkan ayat2 Al Quran yg memberitahukan rencana itu kepada Nabi melalui wahyu, yg segera disampaikan saat itu juga oleh nabi kepada audiens.
terhadap suatu ayat Quran yg diturunkan kepada Nabi, Allah melarang Nabi untuk tergesa gesa dalam penghafalannya oleh beliau, karena Allah sendiri yg menjamin keberadaan ayat2 tersebut didalam dada Nabi. Itu kata salah satu ayat Quran (tapi maaf gak bisa menunjukkan surah yg mana, maklum ini di warnet, bukan di komputer saya yg tersedia al Quran digital)
Walau Al Quran diajarkan secara tradisi sebagai ajaran oral dan hafalan, namun demi mengikat hafalan itu Nabi memerintahkan sahabat2nya untuk mencatat ayat2 yg telah diturunkan itu.
Nabi sendiri mempunyai sahabat setia yg bertindak sebagai seorang sekretaris yg selalu mencatat ayat2 yg diwahyukan kepada beliau.
disamping sahabat2 lainnya yg atas inisiatif sendiri melakukan pencatatan ayat2 Quran di media apa saja
Nabi sendiri yg menentukan susunan ayat2 dan surah2 dalam Quran, hingga sempurna seluruh ayat Al Quran diturunkan, dihafal dan ditulis.
Kumpulan Ayat2 Al Quran secara lengkap pertama kali, ketika Nabi masih hidup disimpan di rumah salah seorang istrinya, Hafsah
dengan cara ini, Quran adalah satu2nya kitab suci keagamaan yg telah sempurna tercatat seluruhnya selama pendiri agama itu masih hidup.
jadi jika ada penyimpangan bacaan Quran diantara pengikutnya ketika Nabi masih hidup, itu akan segera dibetulkan oleh Nabi sendiri.
mengenai kekuatan menghafal generasi pertama Islam, itu adalah hal yg wajar.
bangsa Arab saat itu mayoritasnya adalah bangsa nomaden yg hidup selalu berpindah2di gurun pasir yg luas.
dengan demikian mereka tidak mengenal (tepatnya, membutuhkan) seni yg berupa fisik. seni yg berkembang pada mereka adalah seni oral, itu digunakan untuk menghafal syair2 mereka tentang nama besar suku2 moyang mereka, kisah2 kepahlawanan suku2, dan yg lebih penting adalah mengingat / menghafal silsilah kekerabatan diantara suku2 mereka. Kekerabatan adalah hal terpenting dalam masyarakat Arab padang pasir.
dengan demikian kemampuan menghafal otomatis terasah dengan baik dalam budaya orang Arab saat itu.
mereka juga bukan bagsa terpelajar, mayoritas buta huruf. hafalan adalah cara paling mudah bagi mereka untuk mencatat segala sesuatu yg berkaitan dengan kehidupan mereka.
kembali kepada Al Quran.
pembacaan ayat2 Al Quran adalah suatu tradisi yg telah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW masih hidup.
Ayat2 Quran selalu dibaca imam dengan keras2 ketika sholat berjamaah.
Nabi juga sering mengetest kemampuan hafalan Quran sahabat2nya, dengan memerintahkan mereka untuk membaca ayat2 Quran, dan Nabi mendengarkannya. Karena itu kemungkinan penyimpangan dalam hafalan Al Quran sahabat kecil terjadi disini.
pada generasi berikutnya hingga saat ini, secara turun temurun, ayat2 Quran tetap diperdengarkan dalam ibadah2 Muslim.
memalsukan apa yg dihafal oleh orang banyak, dan selalu diperdengarkan dihadapan umum adalah hal yg sangat sulit.
bisa jadi sangat mustahil dilakukan, tanpa bisa terdeteksi kesalahan bacaan itu oleh yg mendengarkan sekaligus yg juga hafal dengan ayat2 tersebut.
itulah hebatnya Al Quran,
di dunia ini, sekarang ini saja, ada ribuan penghafal seluruh Al Quran (hafidz / hafidzah)di seluruh dunia.
atau setidak2nya, setiap muslim dari kanak2 hingga kakek2 masing2 mempunyai hafalan beberapa surah2 Al Quran.
memalsukan yg seperti ini sangat sukar dilakukan oleh siapa saja.
orang bisa saja memalsukan Ayat2 Al Quran secara tertulis, tetapi begitu apa yg tertulis itu dibacakan kedepan umum, maka akan segera ketahuan kepalsuan yg ada didalamnya.
setahu saya tidak ada orang beragama mampu menghafal seluruh kitab sucinya dalam teks asli kitab itu diturunkan, selain hanya di dalam agama Islam saja.
demikian itu cara Allah menjaga kemurnian kitabNya.
Salam
Tambahan :
Karena Al Quran sifatnya diturunkan secara berangsur2 dalam waktu lebih dari 20 tahun, maka menghafalkan satu persatu ayat2 yg diturunkan bukanlah hal yg sulit bagi orang yg punya ingatan kuat.
menghafalkan satu buku Al Quran saja masih bisa dilakukan kok oleh orang2 Jaman sekarang.
apalagi hanya sedikit2. Gampang lah itu.
itu lah Al Quran.
Tuhan memudahkan manusia untuk menghafalkannya.
Alhamdulillah
Salam
Sebagai orang beragama, lebih baik kita masing-masing ngurusin diri sendiri dulu..Bersihkan hati dengan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Jangan malah memusingkan otak dengan perdebatan tiada ujung..Apalagi di tengah masyarakat yang masih bebal dan penuh sentimen seperti di Indonesia ini…
Tak ada gunanya mengutip ini, mengutip itu, kalau ujungnya malah akan menjerumuskan kita ke dalam kesia-siaan pikiran dan permusuhan..
@Santa Klaus :
Santa Klaus says :
Mmbc uraiannya ardini buknnya trcrhkn ato nmbh wwsan mlh tmbh puyeng, mgkn ini yg dbilang darmawan muter2, mnding aku bc si Gajah yg Congkak dan Katak yg Malang, dsana diajarkn moral utk saling tolong mnolong, nah di Quran mlh mghalalkn mmbunuh smua kafir, dh hurf arabnya kaco artinya bikn puyeng……
*****
Komen Ardhani :
kalo anda masih puyeng membaca artikel itu, itu tandanya pengetahuan anda tentang islam masih setinggi dengkul, maka itu jangan sok mengusili kepercayaan Islam kalo modal pengetahuannya cuma segitu.
kalo masih tetap melakukannya itu namanya nekad dan brutal.
soal membunuh semua orang Kafir, itu kan hanya penafsiran anda saja.
buktinya, di Indonesia, dan dinegara2 yg mayoritas muslim, masih membiarkan non muslim untuk tinggal dengan cukup nyaman dinegeri2 itu.
seharusnya tidak dibiarkan semua non muslim itu hidup di negeri2 muslim bukan ? (itu kalau mengikuti kesesatan penafsiran pikiran anda, dan untungnya anda bukan seorang muslim, kalau anda muslim tentulah anda akan menjadi seorang muslim yg biadab dengan modal pemahaman anda itu, yg tidak saja dibenci oleh non muslim, tetapi mungkin juga anda sudah dihukum mati oleh penguasa muslim di negeri anda hidup didalamnya)
salam
@Dwi
Dwi says :
Yahudi, Nasrani ama Islam khan punya Tuhan yang sama, tetapi kok saling bermusuhan… dan menurut kitab-kitab itu seolah Tuhan hanya membela satu kaum… Kalo dari Haditz yang disebutkan terakhir oleh Ardhani kok sepertinya ada kebencian pada kaum-kaum tertentu, benarkah itu???
*******
komen Ardhani :
tidak benar itu
Tuhan bahkan tidak membela seorang Muslim jika dia berbuat kesalahan.
Islam bertikai dengan Yahudi / Kristen / atau agama lainnya, jika mereka mengusili Islam.
Jika tidak usil, tidak ada alasan untuk membuka pertikaian dengan mereka.
Salam
@ardhani
Sudhlah tak ada gunanya koar2 dunia dh tau apa itu islam, bayi dlm kndunganpun tau. Cb klik ini
http://trulyislam.blogspot.com/ atau
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/forum.html
setelah sy membuka http://indonesia.faithfreedom.org/forum/forum.html
sy ngeri mengetahui berita2 tentang muslim.(apakah itu benar ???)
Semoga di Bali tidak terjadi hal2 seperti itu.
Terkait berita pembangunan Masjid di bekas gedung WTC, (Muslim yang gk tau malu).
Kok pertanyaan mengenai mencium batu hajar al awsat belum kejawab yach??? wah muter-muter nih. Awas mabok… he..he..
Setelah sy membaca di http://indonesia.faithfreedom.org/forum/forum.html
jdi Ngeri. Apakah memang benar seperti di beritu itu.????
@ardhani
anda telah menjawab, tapi jawaban anda berbeda dengan jawaban saat anda menjawab pertanyaan teman tentang penemuan alquran di yaman. soalnya kalo kisahnya seperti jawaban anda terhadap pertanyaan saya, seharusnya tidak ada beberapa pandangan
“Mengapa Mushaf Utsmani ada yang menyangkal? Jawabannya terdapat pada sejarah al-Qur’an itu sendiri dan juga riwayat ataupun berita-berita mengenainya. Diantaranya adalah berita mengenai adanya beberapa mushaf yang dimiliki Sahabat yang tidak sama dengan Mushaf Utsmani, seperti Mushaf Ubayy b. Ka‘b dan Mushaf Ibnu Mas‘ud yang satu sama lain agak berbeda dari segi susunan tertibnya, selain dari tiada terdapatnya beberapa surah misalnya pada Mushaf Ibnu Mas‘ud, dan adanya tambahan pada Mushaf Ubayy b. Ka‘b. Ada juga yang menyusunnya berdasarkan tarikh penurunannya, sehingga diberitakan bahwa Mushaf Saidina Ali bermula dengan “iqra’ bismi rabbika” yaitu awal surah al-‘Alaq. Walaupun begitu semua itu hanyalah riwayat yang bersifat ahad atau berita-berita yang disampaikan oleh segelintir orang yang disebutkan dalam kitab-kitab tertentu, seperti kitab Tafsir, Lughah, dan Qira’at. Sejauh mana kebenaran riwayat itu memang dapat ditentukan melalui Ulum al-Hadits dan hal itu tetap diambil perhatian oleh para ulama Islam. Oleh sebab itu mereka tetap melayan kritikan-kritikan yang ditujukan kepada Mushaf Utsmani, selagi ada dasar periwayatannya.
Sebagai contoh, menurut Ibnu Hajar, riwayat yang mengatakan bahwa Mushaf Ibnu Mas‘ud itu tidak mengandungi Surat al-Falaq dan Surat an-Nas adalah sah, sementara bagi Fakhruddin ar-Razi dan an-Nawawi pula, riwayat itu batil. Ar-Razi diantaranya berargumen bahwa jika benar Mushaf Ibnu Mas‘ud itu tiada mengandungi kedua-dua surah tersebut, maka hanya ada dua kemungkinan; pertama, jika periwayatan al-Qur’an secara mutawatir telah tercapai di zaman Sahabat, maka pengurangan itu membawa kepada kekufuran; dan tidak mungkin Ibnu Mas‘ud berbuat kufur seperti itu; kedua, jika periwayatan secara mutawatir belum terhasil di zaman Sahabat, ini berarti al-Qur’an tidak diriwayatkan secara mutawatir sejak awalnya, maka hal ini tidak dapat diterima. Oleh sebab itu bagi ar-Razi hanya ada satu jawaban yang mungkin, yaitu riwayat yang mengatakan bahwa Mushaf Ibnu Mas‘ud tidak mengandungi al-muawwidhatayn itu adalah riwayat yang tidak sah.”
kalo benar seperti yang anda jawab “Nabi sendiri yg menentukan susunan ayat2 dan surah2 dalam Quran, hingga sempurna seluruh ayat Al Quran diturunkan, dihafal dan ditulis.
Kumpulan Ayat2 Al Quran secara lengkap pertama kali, ketika Nabi masih hidup disimpan di rumah salah seorang istrinya, Hafsah”, kan tidak perlu ada usaha musaff utsmani untuk mengumpul susun, tinggal salin aja, ya ga…tapi akan susah jika kenyataannya tidak sesederhana itu
@ IVOD
Ivod says :
kalo benar seperti yang anda jawab “Nabi sendiri yg menentukan susunan ayat2 dan surah2 dalam Quran, hingga sempurna seluruh ayat Al Quran diturunkan, dihafal dan ditulis.
Kumpulan Ayat2 Al Quran secara lengkap pertama kali, ketika Nabi masih hidup disimpan di rumah salah seorang istrinya, Hafsah”, kan tidak perlu ada usaha musaff utsmani untuk mengumpul susun, tinggal salin aja, ya ga…tapi akan susah jika kenyataannya tidak sesederhana itu
*****
Komen Ardhani :
copas ini kiranya dapat menjawab ketidak tahuan anda :
sumber : http://nabimuhammad.info/2010/05/i-sejarah-teks-al-quran-mushaf-uthmani-715/
=============================== >>
Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih oleh masyarakat melalui bai’ah () yang amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan tempur memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad , di luar kemestian, telah mengajar mereka membaca AI-Qur’an dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi [b]sebagai akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur’an mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam masyarakat.[/b]
1. Sikap ‘Uthman terhadap Perselisihan Bacaan
Hudhaifa bin al-Yaman dari perbatasan Azerbaijan dan Armenia, yang telah menyatukan kekuatan perang Irak dengan pasukan perang Suriah, pergi menemui ‘uthman, setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Qur’an-Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. “Oh khalifah, dia menasihati, ‘Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.’ “1
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an sebenarnya bukan barang baru sebab ‘umar (khalifah kedua) sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan mengutus Ibn Mas’ud ke Irak, setelah ‘umar diberitahukan bahwa dia mengajarkan AI-Qur’an dalam dialek Hudhail2 (sebagaimana Ibn Mas’ud mempelajarinya), dan ‘umar tampak naik pitam:
AI-Qur’an telah diturunkan dalam dialek Quraish ( ), maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan menggunakan dialek Hudhail.3
Dalam masalah ini komentar Ibn Hajar dirasa sangat penting. “Bagi kalangan umat Islam bukan Arab yang ingin membaca Al-Qur’an,” katanya. “pilihan bacaan yang paling tepat adalah berdasarkan dialek Quraishi ( ). Sesungguhnya dialek Quraish merupakan pilihan terbaik bagi kalangan Muslim bukan Arab (sebagaimana semua dialek Arab sama susahnya bagi Mereka).4
Hudhaifa bin al-Yaman mengingatkan khalifah pada tahun 25 H dan pada tahun itu juga ‘Uthman menyelesaikan masalah perbedaan yang ada sampai tuntas. Beliau mengumpulkan umat Islam dan menerangkan masalah perbedaan dalam bacaan AI-Qur’an sekaligus meminta pendapat mereka tentang bacaan dalam beberapa dialek, walaupun beliau sadar bahwa beberapa orang akan menganggap bahwa dialek tertentu lebih unggul sesuai dengan afliasi kesukuan.5 Ketika ditanya pendapatnya sendiri beliau menjawab (sebagaimana diceritakan oleh ‘Ali bin Abi Talib),
“Saya tahu bahwa kita ingin menyatukan manusia (umat Islam) pada satu Mushaf (dengan satu dialek) oleh sebab itu tidak akan ada perbedaan dan perselisihan” dan kami menyatakan “sebagai usulan yang sangat baik).”6
Terdapat dua riwayat tentang bagaimana ‘uthman melakukan tugas ini.
Satu di antaranya (yang lebih masyhur) beliau membuat naskah mushaf semata-mata berdasarkan kepada Suhuf yang disimpan di bawah penjagaan Hafsa, bekas istri Nabi Muhammad saw.
riwayat kedua yang tidak begitu terkenal menyatakan, ‘uthman terlebih dahulu memberi wewenang pengumpulan Mushaf dengan menggunakan sumber mana, sebelum membandingkannya dengan Suhuf yang sudah ada. Kedua-dua versi riwayat sepaham bahwa Suhuf yang ada pada Hafsa memainkan peranan penting dalam pembuatan Mushaf ‘Uthmani.
2. ‘Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf dari Hafsa, mempercepat menyusun penulisan, dan memperbanyak naskah. AI-Bara’ meriwayatkan,
Kemudian ‘Uthntan mengirim surat kepada Hafsa yang menyatakan. “Kirimkanlah Suhuf kepada kami agar kami dapat membuat naskah yang sempurna dan kemudian Suhuf akan kami kembalikan kepada anda.” Hafsa lalu mengirimkannya kepada ‘Uthman, yang memerintahkan Zaid bin Thabit, `Abdullah bin az-Zubair, Sa’id bin al-’As, dan ‘AbdurRahman bin al-Harith bin Hisham agar memperbanyak salinan (duplicate) naskah. Beliau memberitahukan kepada tiga orang Quraishi, “Kalau kalian tidak setuju dengan Zaid bin Thabit perihal apa saja mengenai Al-Qur’an, tulislah dalam dialek Quraish sebagaimana AIQur’an telah diturunkan dalam logat mereka.” Kemudian mereka berbuat demikian, dan ketika mereka selesai membuat beberapa salinan naskah `Uthman mengembalikan Suhuf itu kepada Hafsa…7
3. ‘Uthman Membuat Naskah Mushaf Tersendiri
i. Pelantikan Sebuah Panitia yang Terdiri dari Dua belas Orang untuk Mengawasi Tugas Ini
Riwayat kedua adalah pendapat yang agak rumit dan kompleks. Ibn Sirin, (w. 110 H.) meriwayatkan,
Ketika ‘Uthman memutuskan untuk menyatukan ( ) Al-Qur’an, dia mengumpulkan panitia yang terdiri dari dua belas orang dari kedua-dua suku Quraish dan Ansar. Di antara mereka adalah Ubayy bin Ka’b dan Zaid bin Thabit.8
Identitas dua betas orang ini bisa dilacak melalui beberapa sumber. AIMu’arrij as-Sadusi menyatakan, “Mushaf yang baru disiapkan diperlihatkan pada (1) Sa’id bin al-’As bin Sa’id bin al-’As untuk dibaca ulang;”9 dia menambahkan (2) Nafi’ bin Zubair bin `Amr bin Naufal.10 Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka’b, (5) ‘Abdullah bin az-Zubair, (6) ‘Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah.11 Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ‘ Abdullah bin ‘Abbas, dan (10) Malik bin Abi ‘Amir.12 Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) ‘Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin ‘Amr bin al-’As.13
ii. Penyusunan Sebuah Naskah Sendiri (Otonom)
‘Uthman memercayakan pada dua belas orang di atas tadi untuk mengurusi tugas ini dengan mengumpulkan dan menabulasikan AI-Qur’an, yang ditulis di atas kertas kulit pada zaman Nabi Muhammad Sejarawan ulung, Ibn `Asakir (w. 571 H.) menyebutkan dalam bukunya History of Damascus (sejarah Damaskus):
Dalam ceramahnya ‘Uthman mengatakan, “Orang-orang telah berbeda dalam bacaan mereka, dan saya menganjurkan kepada siapa saja yang memiliki ayat-ayat yang dituliskan di hadapan Nabi Muhammad 14 hendaklah diserahkan kepadaku.” Maka orang-orang pun menyerahkan ayat-ayatnya, yang ditulis diatas kertas kulit dan tulang serta daun-daun, dan siapa saja yang menyumbang memperbanyak kertas naskah, mula mula akan ditanya oleh `Uthman, “Apakah kamu belajar ayat-ayat ini (seperti dibacakan) langsung dari Nabi sendiri?” Semua penyumbang menjawab disertai sumpah,15 dan semua bahan yang dikumpulkan telah diberi tanda atau nama satu per satu yang kemudian diserahkan pada Zaid bin Thabit.16
Malik bin AN ‘Amir mengaitkan,
Saya salah seorang dari mereka yang menulis Mushaf (dari sumber yang tertulis), dan jika ada kontroversi mengenai ayat-ayat tertentu mereka akan bertanya, “Dari mana si penulis (di kertas kulit ini)? Bagaimana Nahi Muhammad mengajar dia tentang ayat ini secara tepat?” Dan mereka akan meringkas tulisan, dan meninggalkan sebagian tempat kosong dan mengirimkannya kepada orang itu disertai pertanyaan untuk mengklarifikasi tulisannya.17
Oleh karena itu, naskah Mushaf independen itu muncul secara bertahap, dengan ke dua belas orang itu mengesampingkan semua ayat yang tidak pasti dalam ejaan konvensional, agar supaya ‘Uthman dapat melihatnya secara pribadi.18 Abu `Ubaid mencatat beberapa masalah yang ada. Salah satu yang tidak pasti contohnya dalam hal ejaan at-tabut, di mana menggunakan `t’ terbuka (maftuhah) ( ) atau tertutup (marbutah) (). Hani al-Barbari, seorang langganan ‘Uthman, meriwayatkan:
Saya bersama ‘Uthman tatkala panitia sedang sibuk membanding bandingkan Mushaf. Dia mengutus saya agar menemui Ubayy bin Ka’b dengan tulang balm kambing yang bertulisan tiga kata yang berbeda dari tiga surah yang berbeda-beda (masing-masing dari 2:259, 30:30, dan 86:17), memintanya agar mengecek kembali ejaan-ejaannya. Lalu Ubayy menuliskannya (dengan ejaan yang sudah diubah).
iii. ‘Uthman Mengambil Suhuf dari ‘A’ishah Sebagai Perbandingan
‘Umar bin Shabba, meriwayatkan melalui Sawwar bin Shabib, melaporkan:
Saya masuk ke kelompok kecil untuk bertemu dengan Ibn az-Zubair, lalu saya menanyakan kepadanya kenapa ‘Uthman memusnahkan semua naskah kuno AI-Qur,an…. Dia menjawab, “Pada zaman pemerintahan ‘Umar ada pembual bicara yang telah mendekati Khalifah memberitahukan kepadanya bahwa orang-orang telah berbeda dalam membaca AI-Qur’an. ‘Umar menyelesaikan masalah ini dengan mengumpulknn semua salinan naskah AI-Qur’an dan menyamakan bacaan mereka, tetapi menderita yang sangat fatal akibat tikaman maut sebelum beliau dapat melakukan upaya lebih lanjut.
Pada zaman pemerintahan ‘Uthman orang yang sama datang untuk mengingatkannya masalah yang sama di mana kemudian ‘Uthman memerintahkan untuk membuat Mushaf tersendiri (independent). Lalu dia mengutus saya menemui bekas istri Nabi Muhammad SAW , ‘A’ishah, agar mengambil kertas kulit (suhuf) yang Nabi Muhammad SAW sendiri telah mendiktekan keseluruhan Al-Qur’an. Mushaf yang dikumpulkan secara independent kemudian di dibandingkan dengan Suhuf ini, dan setelah melakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang ada, kemudian ia menyuruh agar semua salinan naskah Al-Qur’an dimusnahkan.23
Walaupun riwayat ini dianggap lemah menurut ukuran para ahli hadith (traditionist), tapi ada gunanya dalam menyebutkan riwayat ini yang menerangkan pengambilan Suhuf yang ada di bawah pengawasan atau penjagaan ‘A’ishah.24 Riwayat di bawah ini bagaimanapun menguatkan riwayat sebelumnya. Ibn Shabba meriwayatkan dari ‘Harun bin ‘Umar, yang mengaitkan bahwa,
Ketika ‘Uthman hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia meminta ‘A’ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit (Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi Muhammad %%%. yang disimpan di rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zaid bin Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada waktu itu beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum sesama mereka.25
Begitu juga [bn Ushta (w. 360 H./ 971 M.) melaporkan di dalam al Masahif, dalam penyelesaian masalah pembuatan naskah AI-Qur an tersendiri dengan menggunakan sumber utama, ‘Uthman mengutus seseorang ke rumah ‘A’ishah agar mengambil Suhuf Dalam usaha ini beberapa kesalahan telah terjadi dalam Mushaf yang kemudian ditashih sebagaimana mestinya.26
Dan riwayat-riwayat ini kita tahu bahwa ‘Uthman menyiapkan salinan Mushaf independent berdasarkan secara keseluruhannya pada sumber-sumber primer termasuk tulisan-tulisan sahabat ditambah dengan Suhuf dari ‘A’ishah.27
iv. ‘Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa Guna Melakukan Verifikasi
Ibn Shabba melaporkan,
Zaid bin Thabit berkata, “Ketika saya melakukan revisi Mushaf ‘Uthmani (Mushaf yang dibuat sendiri) saya temukan kekurangan satu ayat () kemudian saya mencarinya di kalangan kaum Muhajirin dan Ansar (Karena mereka itu yang menulis AI-Qur’an pada zaman Nabi Muhammad saw.), sehingga saya mendapatkannya dari Khuzaimah bin Thabit al-Ansari. Kemudian saya menuliskannya… Lalu saya merevisinya sekali lagi dan tidak menemukan sesuatu (yang meragukan). `Uthman kemudian mengutus menemui Hafsah minta agar meminjamkan Suhuf yang dipercayakan pada dirinya; Hafsah lalu memberikan setelah `Uthman berjanji pasti atau bernazar hendak mengembalikan. Dalam perbandingan kedua ayat ini, saya tidak melihat adanya perbedaan. Kemudian saya kembalikan pada ‘Uthman dan penuh kegembiraan, dia menyuruh orang-orang membuat duplikat naskah dari Mushaf itu.”
Jadi pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen) telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak semula ada pada Hafsah.
Seseorang bisa jadi keheran-heranan mengapa khalifah ‘Uthman bersusah payah mengumpulkan naskah tersendiri (otonom) sedang akhimya juga dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi Suhuf Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan tulisan, naskah ‘Uthman tersendiri (independen) memberi kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang penting ini.
Dalam keterangan di atas, tidak terdapat inkonsistensi di antara Suhuf dan Mushaf tersendiri (independen), dan dari dua kesimpulan yang luas ini terdapat: pertama, sejak awal teks AI-Qur’an sudah benar-benar kukuh dan tidak cair (sebagaimana sementara menuduh) dan rapuh sehingga abad ketiga; dan kedua, Metodologi yang dipakai dalam kompilasi AI-Qur’an pada zaman kedua pemerintahan sangat tepat dan akurat.
1. AI-Bukhari, Sahih, hadith no. 4987; Abu ‘Ubaid, FadA’il, hlm. 282. terdapat banyak lagi laporan tentang masalah ini.
2. Salah satu suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.
3. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: 9, Kutipan Abu Dawud
4. lbid, ix: 27
5. Lihat Abi Dawud, al -Masahif, hlm. 22. Dalam kejadian ini banyak perbedaan pendapar telah diberikan dalam menentukan tahun yang sebenar dari tahun 25-30 Hijrah. Saya mengadopsi pendirian Ibn Hajar. Lihat as Suyuti, al-Itqan, I : 170.
6. Ibn Abi Dawud, al-Magahif, hlm. 22. Lihat juga Ibn Hajar, Farhul Bari, x: 402.
7. Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 4987; Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19-20; Abu ‘Ubaid, Fada’il, hlm. 282
8. Ibn Sa’d, Tabaqat, iii/2:62. perlu dicatat bahwa Ibn Sirin menggunakan kata (mengumpulkan).
9. AI-Mu’arrij as-Sadusi, Kitab Hadhfin min Nasb Quraish, hlm. 35.
10. Ibid,hlm 42.
11. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 20, 25-26.
12. lbn Hajar, Fathur Bari, ix 19.
13. AI-Baqillani, al-Intisar (ringkasan), hlm. 358.
14. Penjelasan yang cukup detail tentang salah satu Mushaf pribadi (lihat hlm. 100-2) yang mengemukakan bahwa kedua belas orang tersebut terbagi kepada Iebih dari satu kelompok, yang setiap dari mereka membaca (mendiktekan) dan bekerja secara independen.
15. Ibn Manzur, Mukhtasr Tarikh Dimashq, xvi: 17l-2; lihat juga Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 23-24.
16. A. Jeffery (Penyunting), Muqaddimatan, hlm. 22. Tanda (seperti nama penulis) mungkin bisa disimpulkan dari pernyataan Malik di kutipan selanjutnya.
17. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 21-22
18. Ibn Abi Dawud, al-Masahif, hlm. 19, 25.
19. Qur’an 2:259.
20. Qur’an 30:30
21. Qur’an 86:17
22. Abu ‘ Ubaid, Fada’il, hlm. 286-7.
23. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 990-991; lihat juga as-Suyuti, al-Itqan, ii:272, Mengutip buku Ibn Ushta, al-Masahif.
24. Salah satu perawi di riwayat ini sangat rendah reputasinya ( %%% : matruk).
25. Hat Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 997
26. As-Suyuti, al-Itqan, ii: 272
27. Ini boleh disimpulkan dalam hadith berikut ini yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,
– Zaid bin Thabit melaporkan bahwa ketika dia mengumpulkan AI-Qur’an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dia tidak dapat mendapatkan dua ayat terakhir surah al-Bara’ah sehingga dia bertemu dengan Abu Khuzaimah al-Ansari, dengan tiada seorang pun yang memiliki salinan utama (tangan pertama). Suhuf yang sudah Iengkap disimpan di bawah penjagaan Abu Bakr sampai dia meninggal … (al-Bukhari, sahih, hadith no. 4986)
– Kharijah bin Zaid bin Thabit meriwayatkan dari bapaknya Zaid bin Thabit, ” ketika kami menulis Mushaf, saya tidak menemukan satu ayat (no. 23 dari surah al-Ahzab) yang selalu saya dengar dari bacaan Rusulullah saw. Kami mencarinya sehingga kami dapatkan dari Khuzaimah bin Thabit al-.Ansari, lalu kami masukkan ke dalam surah yang tepat dalam Mushaf.” (al-Bukhari. Sahih, Hadith no. 4988).
Kedua hadith ini menyebabkan kekeliruan di kalangan ilmuwan, disebabkan kemungkinan besar ada dua nama. Perlu dicatat bahwa dua nama ini berbeda: Khuzaimah dan Abu Khuz.aimah. Sekarang jika kita baca hadith-hadith ini dengan teliti, kita akan melihat bahwa Zaid menggunakan kata Suhuf untuk kompilasi AI-Qur’an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dan kata Mushaf atau Masahif (kata majemuk untuk Mushaf) digunakan di bawah bimbingun `Uthman. Oleh karena itu, kita mungkin bisa menyimpulkan bahwa kedua ini conloh koleksi yang berbeda. (Perlu dicatat hadith nomor 4986 menerangkan bagian kompilasi AI-Qur’an di masa Abu Bakr dan nomor 4989 menerangkan pada zaman ‘Uthman.). Jika kita pertimbangkan kompilasi kedua adalah tugas Zaid dalam mempersiapkan Mushaf independent, maka semuanya jadi jelas. Di satu segi, kalau kita asumsikan bahwa Zaid hanya membuat duplikat salinan untuk ‘ Uthman dari suhuf Abu Bakr, bukan salinan sendiri, maka kita harus berhadapan dengan pertanyaan kenapa Zaid tidak bisa menemukun ayat no. 23 dari surah al-Ahzab- sedangkan semua ayat seharusnya sudah ada di hadapannya. Yang menarik juga bahwa Zaid menggunakan kata ganti single orang pertama (saya) dalam riwayat pertama dan menggunakan kata ganti banyak orang pertama (kami) pada riwayat kedua, yang menunjukkan perbuatan kelompok di dalam riwayat kedua. Semua ini menguatkan pandangan yang berpendapat bahwa kompilasi kedua sesungguhnya menunjukkan usaha yang lain (independen).
28. Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, hlm. 1001-2.
===========================
OK sudah jelas belum ?
anda bisa lihat betapa telitinya tiap2 ayat Quran ditulis ulang dalam penyusunan standarisasi mushaf Al Quran.
seperti contoh kasus yg diterangkan ini :
– Kharijah bin Zaid bin Thabit meriwayatkan dari bapaknya Zaid bin Thabit, ” ketika kami menulis Mushaf, saya tidak menemukan satu ayat (no. 23 dari surah al-Ahzab) yang selalu saya dengar dari bacaan Rusulullah saw. Kami mencarinya sehingga kami dapatkan dari Khuzaimah bin Thabit al-.Ansari, lalu kami masukkan ke dalam surah yang tepat dalam Mushaf.” (al-Bukhari. Sahih, Hadith no. 4988).
bacaan ayat yg pernah didengar dan dihafal oleh anggota tim penyusun (Zaid bin tasbit) tidak semerta-merta ditulis ketika beliau tidak bisa menemukan versi tertulis yg pernah ada dalam tulisan para sahabat yg lain, hingga akhirnya ditemukan bahwa ada tulisan ayat ybs yg benar2 ditulis oleh penulisnya dijaman Nabi Muhammad masih hidup.
hafalan harus diperkuat bukti tulisan, dan juga sebaliknya
sangat teliti dan hati2 bukan ?
apakah kitab2 Hindu ataupun kitab2 lainnya juga disusun dengan cara yg seketat dan seteliti seperti penyusunan standarisasi Al Quran ?
adakah kitab2 suci agama lain yg telah selesai dibuat ketika pendiri agama tersebut masih hidup ?
Adakah ? sehingga mendapat verifikasi dan legalisasi langsung oleh sang pendiri ?
kalau tidak ada, mengapa anda iri dengan kenyataan yg ada dalam kitab suci Islam, al Quran ini. lalu anda tergoda untuk mencoba2 menjatuhkannya ?
apa sebenarnya motivasi anda berbuat itu ?
****
Soal mengapa ada beberapa pandangan tentang Al Quran, seperti yg anda permasalahkan dalam pertanyaan anda diatas.
Jawab saya adalah, karena anda non muslim dan kebetulan pula tidak memahami dengan benar apa dan bagaimana Al Quran, sehingga wajar anda bertanya dalam kebingungan anda seperti diatas.
Perbedaan pandangan itu disebabkan perbedaan penggunaan dialek dalam melafalkan al Quran.
Pada waktu itu, Bangsa Arab terdiri dari bermacam2 suku yg masing2 mempunyai ragam dialek bahasa yg berbeda.
Karena itulah Al Quran sejak mula diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam tujuh huruf (dialek) berbeda, agar masing2 suku dapat memahami al Quran dengan cara yg mudah menurut gaya bahasa sehari2 mereka masing2.
Perbedaan itu belum menjadi masalah sepanjang Nabi masih hidup dan Islam belum tersebar kedaerah yg lebih luas.
Persoalan perbedaan menjadi semakin serius ketika Nabi telah wafat, para sahabat yg sejaman dengan Nabi sudah banyak yg wafat, dan Islam semakin meluas hingga ke negeri2 non Arab.
Karena masing2 orang akan mempunyai anggapan Al Quran dalam dialek yg mereka pelajari adalah yg benar dan yg tidak sesuai dengan apa yg mereka pelajari adalah salah.
Itulah yg melatar belakangi pemikiran untuk menstandartkan penulisan Al Quran (kodefikasi) dalam satu dialek resmi, yaitu dialek Quraisy dimana Nabi sendiri berasal dari suku itu.
Itu sepenuhnya dilandasi tujuan mulia, bukan karena kepentingan2 politik.
Para sahabat Nabi adalah orang2 yg jujur dalam masalah kebenaran, mereka bukan orang2 yg gampang disilaukan oleh godaan jabatan, kekuasaan dan kekayaan duniawi.
Melainkan untuk menghindarkan umat Islam terjatuh dalam kesimpang siuran penulisan kitab suci mereka seperti yg telah terjadi pada umat2 pendahulu mereka, Yahudi dan Kristen.
salam
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&7
@MADE
Made Says :
Kok pertanyaan mengenai mencium batu hajar al awsat belum kejawab yach??? wah muter-muter nih. Awas mabok… he..he..
******
Komen Ardhani :
Sorry bro, saya nggak tahu mengenai pertanyaan anda soal mencium Hajar Aswad,
Mungkin yg anda permasalahkan kenapa Batu hitam, hajar Aswad harus dicium dalam ibadah Haji ?
Jawaban saya :
Memang apa salahnya mencium sebuah batu ?
Apakah mencium berarti mempertuhankan batu tadi ?
Pasti tidak bukan ?
Karena ketuhanan dalam Islam itu sangat jelas.
Tuhan itu hanya satu dan satu2nya, yaitu Allah
Dan diterangkan bahwa Allah tidak sama dengan segala sesuatu.
Jadi sudah pasti, Allah =/= batu
Mungkin anda bisa menyebutkan dimana salahnya mencium sebuah batu dalam pengaruhnya dengan ketuhanan seseorang, yg jawaban anda itu bisa membuat saya berfikir ulang untuk mengkoreksi keyakinan saya selama ini.
Yg pasti Nabi Muhammad SAW mencium batu hajar Aswad bukan karena mempertuhankan batu itu, tetapi sebagai ungkapan penghormatan dan kecintaan terhadap Nabi Ibrahim, dimana batu hitam hajar Aswad itu adalah satu2nya benda (relic) yg tersisa dari peninggalan Nabi Ibrahim.
Sedangkan bangunan Kabah sudah berulang kali dipugar karena rusak dan kebakaran sebelum Nabi Muhammad lahir. Jadi bukan orisinil seperti pada saat pertama dibangun oleh Nabi brahim.
Beliau tidak selalu mencium batu itu, tapi kadang2 hanya menyentuh dengan tongkatnya.
Jika batu itu adalah Allah, apakah sopan dan beradab menyentuh Tuhannya dengan sebuah tongkat ??
Itu sama seperti memukul kepala patung Krisna yg sedang disembah puja di pura Hindu dengan sebuah tongkat. (saya yakin anda tidak akan mau melakukan perbuatan ini)
Memang patung itu bukan tuhan itu sendiri, tetapi tetap saja perbuatan itu adalah perbuatan tidak terpuji dan haram dilakukan orang Hindu, karena bagaimanapun juga patung itu melambangkan perwujudan Tuhan anda.
Tapi menyentuh Hajar Aswad dengan tongkat dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Kaena beliau tahu batu hitam itu hanyalah sebuah batu,
Batu itu menjadi bernilai istimewa hanya karena mendapatkan limpahan kesucian dari kisah kebesaran Nabi Ibrahim.
Mencium, mengusap atau menyentuh batu semata2 demi “merasakan kedekatan” dengan bapak bangsa2, Nabi Ibrahim AS, yg kebetulan juga adalah moyangnya sedarah.
Seperti orang yg menangis ketika mencium bendera negaranya, bukan karena bendera itu adalah benda keramat, tetapi karena bendera itu mengingatkan dan membangkitkan kecintaan, patriotismenya pada negara dimana dia dilahirkan.
Persis seperti itu.
Itu pula yg disadari oleh para sahabat Nabi, dimana Abu Bakar khalifah pertama, pernah secara langsung “mengomeli” sang batu, dengan kata2 : “Jika aku tidak melihat Rasulullah mencium engkau, aku tidak akan sudi mencium engkau” , baru dia menciumnya.
Itupula yg mungkin dirasakan oleh seluruh muslim yg kebetulan sedang menjalankan ibadah haji :
“Jika kami tidak melihat Rasulullah mencium engkau, kami tidak akan sudi mencium engkau”
Salam
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
@PEMBACA FAITHFREEDOM.COM
Situs itu dibangun oleh orang2 yg ingin mendiskreditkan Islam dengan cara2 penyesatan, pemutar balikan fakta dan fitnah yg keji.
Saya pernah melibatkan diri untuk menjawab fitnahan2 di forum itu, tetapi akhirnya saya tinggalkan karena mereka hanya berargumen dan berkomentar berdasar kebencian dan dendam semata, bukan untuk mencari kebenaran secara obyektif dan rasional, yg tampaknya dua hal terakhir ini sudah hilang dari dalam hati mereka.
perbuatan yg sia2, memboroskan tenaga dan pikiran.
Kalau anda2 ingin mengenal Islam dari forum2 seperti itu, anda tidak akan menemukan apa2 selain tergiring kepada perasaan kebencian serupa seperti yg telah diderita oleh mereka.
Dan itu memang tujuan mereka membuat situs seperti itu.
Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.
(QS 9:32)
Alhamdulillah, sekeras apapun usaha mereka menjelek2an Islam, tetap saja mereka tidak bisa menghentikan laju pertumbuhan Islam sebagai agama yg paling pesat pertumbuhannya di muka bumi hingga saat ini.
Semoga suatu saat nanti Allah berkenan memberi hidayah kepada mereka. Amien
Salam.
Terimakasih bro Ardhani sudah menjawab dan jawaban anda juga sudah memberikan gambaran akan konsep pemujaan dalam Hindu. Meski Hindu menjadikan Batu, gambar atau patung sebagai media, tetapi bukan berarti benda itu yang disembah. Tetapi ada sesuatu di balik itu semua, yaitu Tuhan yang kami panggil dengan sebutan Hyang Widhi, Gusti, Krishna dan sebagainya..
🙂
Dear all.. sepertinya topiknya sudah menyimpang lagi deh… 🙂
Tapi saya tertarik dengan penjelasan saudara Ardhani mengenai penuhanan arca yang dari Batu dan analogi dengan batu Hajar Al-Aswat. Okay, memang benar bahwasanya arca / pratima atau hal-hal sakral dalam persembahyangan di Hindu sangat tidak boleh diperlakukan seenaknya. Analoginya begini, jika saya punya ponakan, dan ponakan saya punya baju, mainan atau apalah yang biasa dia pakai. lalu saya datang dan di depan orang tuanya saya mengambil baju ponakan saya dengan kaki atau menunjuk-nunjuk barang-barangnya dengan jari kaki di depan orang tuanya. Kira-kira apa yang terjadi? Ortunya ponakan saya marah atau tersinggung tidak? Disanalah terletak nilai moral yang harus kita sadari.
Sama halnya dengan Al-Qur’an. kitab suci Al-Qur’an hanyalah sebuah kertas dengan berbagai goresan tinta di dalamnya. Padahal kertas dan tinta itu bisa saja diolah ditempat kotor dan najis.. tetapi setelah menjadi sebuah kitab suci Al-Qur’an, kenapa anda memperlakukannya dengan perlakuan khusus? Pernah mendengar kasus seseorang didemo, dipenjara atau dikejar-kejar hanya karena dia membakar sebuah Al-Qur’an? Apakah anda tersinggung jika ada seseorang yang memiliki Al-Qur;an dan memperlakukan Al-Qur’an tersebut dengan tidak layak di depan mata kepala anda sendiri?
Jadi coba kita berpikir out of the box sehingga kita bisa mengerti sesuatu diluar dari apa yang kita saksikan dengan panca indra kita yang terbatas..
Salam,-
Dikristen nyembah patung Yesus di salib entah dri kayu, marmer, besi ato apalah, Buddha juga dmikian. Krna kita memang butuh media perantara utk mghubungkn kita dgn Tuhan dan masing2 mengklaim diri paling bnar sdgkan yg lainnya salah, so knp 1 agm mnuduh agm lain mnymbh berhala
jadi lalu apa masalahnya tooo wong udah jelas manusia itu sama
lapisanya :
raga stula sarira jasad dhindhing jalal aran kijab
sukmo sukma sarira nafs roh ilapi
nyowo atma ruh kaca aran miratul kayai
cahyaning purusha nurun’ala kang nggawe urip
urip (sadshiwa) nuurin
asaling brahman allah urip
urip (paramashiwa)
di kriastiani juga ada hal :
daging = lapisan sthula sarira + sukma sarira
atma = roh kudus
purusha = allah putra
brahman = allah bapa
nah trs apa yg mau didebat lagi kalo udah sampe isi sama to isinya
dan asalnya cuma beda cara mengucapkanya .
nah yg perlu kita waspadai adalah berada pada sifat triguna kita ,jika kita tenggelam dalam sifat satwam maka dua yg lain akan terkendali maka tidak perbedaan yg ada adalah bhakti yg tulus tanpa embel2, tapi jika satwam musnah yg diagungkan adalh ego dan kebencian .
sehingga disni bhakti sudah tidak sebagi misi pemyatuan tapi sebagai alat untuk kedok belaka.
triguna punya kendaraan yaitu panca indra jika panca indara kita ngawur maka triguna akan mulai kerja tinggal yang mana yg kuat.
disitu yg patut kita waspadai . selam kita masih berkedok perbedaan selam itu pulahlah kita akn masuk perangkap ketidak tahuan.
jadi apa yg kita perbuat seutuhnya hanyalah buah dari pikiran kita yg didapat dari kerjanya panca indra tadi .
sebaliknya jika kita sudah bisa membebaskan diri dari perbedaan maka kita akan lurus dan stabil menjalani hidup manuju penyatuan karena kita tidak di atur oleh panca indra yg mengendalikan MANAH,CIITA.AHAMKARA,BUDHI, tapi seutuhnya kita hidup dalam bimbingan atman / ruh atau sudah pasrah pada hukum atmanastuti.
inio tidak gampang dicapai kalau kita ga mulai dari menghapus rasa perbedaan . sedih gembira ,kaya miskin, pintar bodoh dan agama
jika mendapat kemalangan kita harus hatur bhakti jangan larut akan kesedihan dan jika kita mendapat kesenangan kita juga harus hatur bakti bukanya lupa dan larut akan kegembiraan ,
demikian pula agama semua hanya sarana bukan kesejatian ,bentuk kitab adalah sarana untuk mengingat-ingat jika lupa dan kurang paham , tapi jika isi kitab sudah menyatu dalam jiwa kita apakah kita juga masih butuh kitab tadi?
bukankah yg perlu kita cari adalah kesejatian (cahaya hidup)…
daptkah kita temukan dengan berprinsip pada perbedaan ???
agama luhur bukan berada pada banyak sedikit nya pengikut dan bukan pula sedikit pengikut itu agama rendahan???
ingat manusia tidak punya apa2 dari lahir sampe mati dari raga hingga nyawa/atman/ruh semua itu dari asalnya hidup/brahman/allah/allah bapa/urip dan suatu saat harus dikembalikan jika kita tidak bisa mengembalika keasalnya maka kita sama saja pencuri milikNYA
Yang dimiliki manusia hanya satu HANYA PILIHAN tak ada lain ,
manusia hanya diperbolehkan memilih tapi yang menentukan dan memberi hasil bukan manusia tapi kembali kepadaNYA.
JADI adanya agama ini dan itu adalah dariNYA DAN manusia hanya memilih salah satu demikian pula cara mempelajarinya banyak jaln untuk menjadi pilihan tapi hasilnya bukan manusia yg memberi?
jadi masih kah kita berkoar ini agama langit dan itu agama bumi ???
atau menganggap tuhan dilangit dan menusia dibumi ????
kalo kita masih berpegang seperti hal tersebut trs apa yg kita ketahui sebenarnya dari agama kita masing2 ???
kalo udah begitu dimanakah letak salahnya agamanya salahkah atau manusianya yg gak pernah tau??
atau ga pernah tau mana itu hidup dalam belenggu indahnya pikiran yg trs memuja pancaindra??
atau hidup yg menenggelamkan diri dalam samudra perintah atman ??
jika wayang itu jadi dalang bagai manakah sang dalang nasipnya ??
pun demikian jika sang dalang tenggelam dan larut dalam indahnya alunan gamelan dan sorak penonton apakah dalang akan berhasil menyelesaikan cerita sesuai tepat waktu atau trs tenggelam dalam indahnya alunan gamelan????
hayo kupas habis sampaiga bisa jalan lagiii
@Made
Made says :
Terimakasih bro Ardhani sudah menjawab dan jawaban anda juga sudah memberikan gambaran akan konsep pemujaan dalam Hindu. Meski Hindu menjadikan Batu, gambar atau patung sebagai media, tetapi bukan berarti benda itu yang disembah. Tetapi ada sesuatu di balik itu semua, yaitu Tuhan yang kami panggil dengan sebutan Hyang Widhi, Gusti, Krishna dan sebagainya..
********
komen Ardhani :
Bro Made, saya tidak akan memprotes cara penyembahan dalam keyakinan anda,
hanya memberitahukan saja bahwa cara penyembahan Tuhan dengan memvisualkan pada bentuk2 itu dilarang keras dalam agama2 turunan dari Nabi Ibrahim,
kecuali orang2 Kristen yg sering melanggar larangan itu dengan memenuhi gerejanya dengan patung2 Yesus, padahal Yesus sendiri tidak mengajarkan yg demikian.
statusnya dilarang keras, tanpa ada kompromi untuk mengambil esensi / hakikat dibalik cara penyembahan seperti itu, karena mudaratnya lebih besar dibanding manfaatnya.
itu beda agama2 Timur dengan agama2 abrahamic
salam
@ardhani
Orang yang melakukan persembahyangan/pemujaan/berdoa haruslah dilandasi dengan suatu kesadaran pikiran yang mantap. Kesadaran pikiran berarti pikiran itu tidak kosong dan pikiran itu kosong disaat kita dalam keadaan tertidur pulas. Alam pikiran yang begitu dinamis sangat sulit untuk di kontrol walaupun hanya dalam waktu sedetik saja. Dalam melakukan persembahyangan yang kita fokuskan dalam pikiran kita adalah yang maha kuasa yaitu tuhan kita. Sekarang bagaimana bisa orang bersembahyang tidak memikirkan tuhan sedangkan pikiran merupakan visualisasi abstract dari rekaman yang di terima oleh kelima indra kita. Keterbatasan pikiran manusia itu kita sepakat bahwa tuhan pasti mengetahuinya sehingga beliaupun tidak akan marah jika di visualisasikan dalam bentuk apapun yang orang inginkan dan hanya diri pribadi kita yang tahu karena itu merupakan esensi kebebasan menjalin hubungan paling pribadi dengan tuhan dan tidak ada yang bisa mengintervensi.
– Jika bersembahyang dengan pikiran kosong sama halnya dengan tidur nyenyak.
– Jika bersembahyang dengan tidak memikirkan tuhan sama halnya dengan plesiran di dunia maya.
Saya kasih bocoran ya bro..
kalau saya sembahyang saya memikirkan visualisasi seorang wanita yang cantik tiada tara, he he he
dia memiliki empat tangan yang masing masing menbawa lontar, wina, ganitri dan damaru. Dia sangat anggun berdiri diatas bunga teratai, namanya dewi saraswati.
kenapa saya tidak memikirkan visualisasi uang kepeng yang di rajut menjadi arca ? karena uang kepeng sudah lama warnanya buluk, boleh saja kan.
Saya yakin tuhan tidak akan cemburu kalau memvisualisaikan dewi saraswati kalau sembahyang, tidak akan di gantung ataupun dipenggal karena apa ? karena beliau “MAHA KUASA”
Bro ardhani, boleh kasih bocoran gak kalau sembahyang mikirin apa/siapa/bagaimana/dimana/kenapa/berapa etc. atau kosong tidak berfikir?
Peacefull & Cheersss…
Jadi sembahyang tanpa memikirkan tuhan
Sambungan,
Jadi sembahyang tanpa memikirkan/memvisualisasikan tuhan adalah NON SENSE
ardhani said :
Itu pula yg disadari oleh para sahabat Nabi, dimana Abu Bakar khalifah pertama, pernah secara langsung “mengomeli” sang batu, dengan kata2 : “Jika aku tidak melihat Rasulullah mencium engkau, aku tidak akan sudi mencium engkau” , baru dia menciumnya.
Itupula yg mungkin dirasakan oleh seluruh muslim yg kebetulan sedang menjalankan ibadah haji :
“Jika kami tidak melihat Rasulullah mencium engkau, kami tidak akan sudi mencium engkau”
***************
seandainya Sang Nabi tidak mencium batu berarti tidak akan ada acara mencium batu????
logikanya iya….
Nabi mencium batu itu untuk mengingat kebesaran Nabi Ibrahim, namun jika ternyata Nabi tidak mencium batu tersebut, kemudian setelah itu ada orang2 yg mencium batu itu,apakah mereka salah???
ada kemungkinan mereka memiliki perasaan yg sama dengan nabi(mengagungkan kebesaran nabi ibrahim), namun nabi tidak mencium dan orang lain mencium.
sungguh sayang sebenarnya pernyataan seorang sahabat nabi. sepatutnya dia tidak perlu mengomel seperti itu. dia harus menyadari kenapa sang nabi berbuat demikian dan tunduk hati bertanya dan berdiskusi untuk memperoleh pencerahan. sungguh jauh sisi spiritualitas yang diperlihatkan oleh seorang sahat orang suci(dari kata2 diatas)
ditelusur, jika hampir semua sahabat seperti itu (arogan tanpa pemahaman mendalam)maka hampir pasti praktek yg sekiranya nabi sungguh pahami dan insafi namun belum dipraktekkan (waktu terus bergulir)akan di klaim sesat.apalagi menyebarkan sebuah ajaran tentang aspek Ketuhanan.
Yah..ini adalah sebuah Hipotesa juga……
Semoga Kebenaran hadir untuk mencerahkan kita semua dan kita mampu menerimanya dengan tunduk hati dan jiwa besar……
salam untuk semua……
maaf kalau OOT……….
@grehista….
saya kalau sembahyang tidak memikirkan apa2 alias kosong.mengapa? karena dari kekosongan itu saya berharap bisa berinteraksi dgn atman saya sendiri. ketika kesadaran saya telah berubah menjadi kesadaran atman, saat itu saya akan berusaha berkomunikasi dgn sang hyang widhi. oleh karena menurut saya, hanya atman yg bisa berkomunikasi dgn sang hyang widhi………badan “matah”? i don’t think so….
itu kalau menurut saya loh……bukan dari weda atau apalah namanya
Kita ini roh-roh yang jatuh , luar biasa beruntung mendapat badan manusia , kita bisa memuji kebesaran Tuhan , bisa berdoa , bersyukur , kalo nda isa komunikasi , bisa susah urusannya nanti , Tuhan maha megerti kok , dalam badan apa pun , beliau memenuhi segala permohonan kita ^^
@ketut,
Betul yang sdr ketut bilang, ungkapan di atas hanya merupakan isi hati saya sebagai seorang hindu yang hanya bermodalkan kedua orangtua saya hindu dan sebuah buku bhagawat gita sebagai bukti, maaf kalau saya sebut buku karena yang suci adalah maknanya, itupun jarang saya raba.
Kembali kepada pola pikir dalam bersembahyang, seperti sdr ketut katakan dengan mengosongkan pikiran. Dulu saya di ajarkan demikian oleh guru saya di sd dan saya coba melakukannya baik dalam tri sandhya disekolah tiap hari maupun bersembahyang di pura, sudah puluhan tahun saya lakukan dan semakin penasaran akan pikiran kosong yang di maksud karena saat sembahyang pikiran saya tidak bisa di kosongkan. Suatu saat saya masih memikirkan tentang pikiran kosong tersebut hingga saya tidak sadarkan diri hampir kurang lebih 10 menit dan saya terjaga dan menemukan jawabannya, pikiran saya kosong kurang lebih 10 menit tadi, maaf… saat saya tertidur tadi.
Semakin penasaran dengan pola pikir dalam bersembahyang hingga saya mendengar kata “kesadaran” di sebuah acara tvri mimbar agama hindu yang saya tidak tahu topic yang di ulas di acara tersebut, dan kata inilah yang bisa memuaskan perasaan saya, hingga kini saya pakai sebagai dasar dalam memuja kebesaranNya.
Kesadaran akan diri pribadi yang menyatu pada badan ini duduk dengan mantap memuja dan hanya mengagungkan kebesaranNya dengan pikiran/visualisasi saraswati tanpa hayalan dan mimpi.
Million sorry admin ya, forum ini saya rusak dengan keluh kesah si gembala diri
Peacefull & Cheers…
Maaf menjawab borongan :
@LIMBAH KALIYUGA
Limbah kaliyuga says :
Dikristen nyembah patung Yesus di salib entah dri kayu, marmer, besi ato apalah, Buddha juga dmikian. Krna kita memang butuh media perantara utk mghubungkn kita dgn Tuhan dan masing2 mengklaim diri paling bnar sdgkan yg lainnya salah, so knp 1 agm mnuduh agm lain mnymbh berhala
********
Komen Ardhani :
Inilah yg membuat saya benar2 heran dengan agama2 lain.
PERTAMA :
Mereka meyakini tanpa keraguan sedikitpun bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha melihat,
Tetapi mengapa mereka masih juga beranggapan bahwa dibutuhkan media perantara (perwujudan fisik) bagi manusia dalam menyembah Tuhan ?
Dari sisi Tuhan, mediator itu tidak diperlukan sama sekali.
Sedang dari sisi manusia, menyembah Tuhan yg tidak bisa dilihat, cukup digunakan fokus pikiran / batin saja, itu langsung bisa connect kepada Tuhan
Kalau cara ini sudah mampu menghubungkan manusia dengan Tuhan yg Maha mendengar dan Maha melihat, maka apa fungsinya media perantara / patung / berhala ?
Contoh kasus :
Di suatu perjalanan di laut anda mengalami musibah kapal terbakar di tengah samudera, yg membuat anda mengeluhkan kejadian itu pada Tuhan dan memohonkan pertolonganNya.
Untuk itu apakah anda perlu mencari patung Krisna dulu, lalu memanjatkan doa2 anda dengan media patung itu ?
atau langsung saja secara lahir maupun batin mengungkapkan keluh kesah dan harapan anda pada Tuhan atas musibah yg anda alami itu ?
tentu anda memilih cara yg kedua,
karena cara pertama terlalu repot jika harus anda lakukan,
dimana mencari patung Krisna di tengah laut dan dalam keadaan kacau seperti itu ?
kalau dalam keadaan mendesak seperti itu, peran sebuah media perantara / patung / berhala tidak diperlukan sama sekali, lalu bagaimana pula dalam keadaan normal orang bisa dikatakan memerlukan media perantara / patung / berhala dalam menyembah Tuhannya ?
nonsense.bukan ?
KEDUA :
Jika manusia membutuhkan media perantara / patung / berhala untuk bisa mevisualisasikan Tuhan yg tidak bisa dilihat matanya,
Dan hanya itu tujuan dari media2 perantara itu, bukan untuk diberhalakan sebagai pengganti Tuhan.
Mengapa media2 perantara itu harus berhenti dalam bentuk2 tertentu yg diyakini sebagai gambaran wujud Tuhan ?
Mengapa harus bersembahyang hanya dihadapan patung Krisna, bagi orang Hindu ?
Mengapa harus berdoa hanya pada patung Buddha bagi orang Buddha ?
Mengapa harus berdoa hanya pada patung Yesus bagi orang Kristen ?
Mereka hanya menggunakan bentuk2 patung itu untuk memandu focus pikiran mereka kepada Tuhan yg Esa.
Jadi sebenarnya yg terpenting adalah PIKIRANNYA, bukan BENTUK-BENTUK patungnya.
Maka mengapa orang Hindu tidak mau berdoa pada patung Yesus untuk membayangkan Tuhan Krisna nya ? atau pada patung Buddha untuk memvisulkan Tuhan mereka ?
Begitu juga sebaliknya, orang Kristen atau Buddha menyembah dihadapan patung Krisna?
Atau secara ekstrim (maaf ya), mengapa PIKIRAN mereka tidak sanggup untuk menjadikan sebuah patung doraemon atau teletubbies untuk menggantikan patung2 Tuhan mereka, dalam memvisualisasikan Tuhan yg tidak kelihatan?
Padahal mereka tidak menganggap patung2 Tuhan mereka sebagai Tuhan itu sendiri ketika berdoa di hadapannya, maka mengapa pula mereka tidak sanggup menjadikan patung doraemon dan teletubbies itu berperan sama seperti media2 yg umum dipakai dalam persembahyangan ?
Bukan kah yg penting adalah PIKIRANnya yg memvisulkan bukan BENTUK – BENTUK itu sendiri ?
Tetapi mereka tidak mungkin untuk bertukar patung Tuhan mereka, ataupun mengganti patung Tuhan mereka dengan patung doraemon, karena secara sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui, mereka telah terjebak dalam MENTAL PEMBERHALAAN pada BENTUK-BENTUK patung tersebut.
Padahal segala pemberhalaan apapun bentuk dan sifatnya itu adalah perbuatan yg benar2 buruk dihadapan Tuhan.
Kira2 begitulah.
Salam.
========================================================
@ NGARAYANA
Ngarayana says :
Dear all.. sepertinya topiknya sudah menyimpang lagi deh…
Tapi saya tertarik dengan penjelasan saudara Ardhani mengenai penuhanan arca yang dari Batu dan analogi dengan batu Hajar Al-Aswat. Okay, memang benar bahwasanya arca / pratima atau hal-hal sakral dalam persembahyangan di Hindu sangat tidak boleh diperlakukan seenaknya. Analoginya begini, jika saya punya ponakan, dan ponakan saya punya baju, mainan atau apalah yang biasa dia pakai. lalu saya datang dan di depan orang tuanya saya mengambil baju ponakan saya dengan kaki atau menunjuk-nunjuk barang-barangnya dengan jari kaki di depan orang tuanya. Kira-kira apa yang terjadi? Ortunya ponakan saya marah atau tersinggung tidak? Disanalah terletak nilai moral yang harus kita sadari.
Sama halnya dengan Al-Qur’an. kitab suci Al-Qur’an hanyalah sebuah kertas dengan berbagai goresan tinta di dalamnya. Padahal kertas dan tinta itu bisa saja diolah ditempat kotor dan najis.. tetapi setelah menjadi sebuah kitab suci Al-Qur’an, kenapa anda memperlakukannya dengan perlakuan khusus? Pernah mendengar kasus seseorang didemo, dipenjara atau dikejar-kejar hanya karena dia membakar sebuah Al-Qur’an? Apakah anda tersinggung jika ada seseorang yang memiliki Al-Qur;an dan memperlakukan Al-Qur’an tersebut dengan tidak layak di depan mata kepala anda sendiri?
Jadi coba kita berpikir out of the box sehingga kita bisa mengerti sesuatu diluar dari apa yang kita saksikan dengan panca indra kita yang terbatas..
Salam,-
*******
Komen Ardhani :
Ya benar bro, dalam hal2 diatas diperlukan yg namanya etika moral, dalam Islam istilahnya adalah ADAB.
Adab / etika moral terhadap Tuhan
Dalam kasus hajar aswad, maka tidak ada alasan bagi orang yg mengkaitkan batu hitam itu dengan Allah, karena tidak ada kaitan sama sekali antara batu itu dengan Allah.
Terhadap batu hitam itu seorang Muslim boleh menciumnya, boleh hanya menyentuhnya dengan tongkat, boleh hanya melambai dari kejauhan terhadapnya, atau boleh juga tidak memperdulikan sama sekali keberadaannya.
Itu sama sekali tidak berhubungan dengan adab / etika moral degan Tuhan.
Hanya sekedar melakukan apa yg pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad (sunah)
Tapi jika seorang muslim menciumnya demi anggapan bahwa batu itu adalah Allah , atau setidaknya punya kekeramatan khusus (seperti anggapan non muslim yg tidak berilmu), maka itu merusakkan AKIDAH ( keyakinan) Islam nya.
Soal perlakuan pada mushaf Al Quran, itu masuk wilayah Adab, dan persis sama seperti analogi anda dan keponakan anda.
Secarik kertas dan setitik tinta menjadi bermakna ketika dipakai untuk menuliskan Firman2 Allah. Penghormatan diberikan kepada Firman2 Allah itu bukan pada kertas dan tintanya.
Kertas yg bertuliskan ayat2 Al Quran, demi menjaga adab pada Allah, jangan dinistakan dan dibuang di tempat2 najis dan kotor, tetapi jika ingin memusnahkannya diperbolehkan untuk membakarnya.
Soal kesakralan arca / pratima bagi persembahyangan umat Hindu,
Kalo tentang ini saya benar2 tidak habis pikir, darimana datangnya nilai2 kesakralan sebuah arca dalam persembahyangan Hindu sehingga ia harus diperlakukan dengan Adab / etika moral yg tinggi ?
Apa hubungan antara Arca / pratima dengan Tuhan sehingga ia mendapat nilai kesakralan yg sedemikian rupa ?
Hubungan arca dengan Tuhan itu tentu beda jauh dengan hubungan antara kertas, tinta dengan firman2 Allah.
Apakah ada yg bisa menerangkan kepada saya ?
Terima kasih jika berkenan menjelaskan
Salam.
======================================================
@GREHISTA SASTRA
Grehista sastra says :
@ardhani
Orang yang melakukan persembahyangan/pemujaan/berdoa haruslah dilandasi dengan suatu kesadaran pikiran yang mantap. Kesadaran pikiran berarti pikiran itu tidak kosong dan pikiran itu kosong disaat kita dalam keadaan tertidur pulas. Alam pikiran yang begitu dinamis sangat sulit untuk di kontrol walaupun hanya dalam waktu sedetik saja. Dalam melakukan persembahyangan yang kita fokuskan dalam pikiran kita adalah yang maha kuasa yaitu tuhan kita. Sekarang bagaimana bisa orang bersembahyang tidak memikirkan tuhan sedangkan pikiran merupakan visualisasi abstract dari rekaman yang di terima oleh kelima indra kita. Keterbatasan pikiran manusia itu kita sepakat bahwa tuhan pasti mengetahuinya sehingga beliaupun tidak akan marah jika di visualisasikan dalam bentuk apapun yang orang inginkan dan hanya diri pribadi kita yang tahu karena itu merupakan esensi kebebasan menjalin hubungan paling pribadi dengan tuhan dan tidak ada yang bisa mengintervensi.
– Jika bersembahyang dengan pikiran kosong sama halnya dengan tidur nyenyak.
– Jika bersembahyang dengan tidak memikirkan tuhan sama halnya dengan plesiran di dunia maya.
Saya kasih bocoran ya bro..
kalau saya sembahyang saya memikirkan visualisasi seorang wanita yang cantik tiada tara, he he he
dia memiliki empat tangan yang masing masing menbawa lontar, wina, ganitri dan damaru. Dia sangat anggun berdiri diatas bunga teratai, namanya dewi saraswati.
kenapa saya tidak memikirkan visualisasi uang kepeng yang di rajut menjadi arca ? karena uang kepeng sudah lama warnanya buluk, boleh saja kan.
Saya yakin tuhan tidak akan cemburu kalau memvisualisaikan dewi saraswati kalau sembahyang, tidak akan di gantung ataupun dipenggal karena apa ? karena beliau “MAHA KUASA”
Bro ardhani, boleh kasih bocoran gak kalau sembahyang mikirin apa/siapa/bagaimana/dimana/kenapa/berapa etc. atau kosong tidak berfikir?
Peacefull & Cheersss…
Jadi sembahyang tanpa memikirkan /memvisualisasikan tuhan adalah NON SENSE
*******
Komen Ardhani :
Betul, saya setuju pendapat anda bahwa sembahyang tanpa memikirkan Tuhan itu adalah NON SENSE.
Justru sembahyang itu adalah satu kegiatan memfokuskan pikiran pada Tuhan dan berkomunikasi denganNya.
Orang sembahyang tanpa memikirkan Tuhannya itu seperti sembahyangnya orang dalam keadaan mabuk habis minum miras. Mulutnya nyerocos, tapi pikirannya entah kemana.
Orang Islam sholat dengan memikirkan Allah tetapi tidak memvisualisasikan Allah.
Itu berbeda sejauh2nya.
Karena Wujud Allah tidak akan bisa divisualkan dengan otak manusia yg sangat terbatas kemampuannya. Sehebat apapun imajinasi seseorang yg digunakan untuk memvisualisasikan Allah, tetap saja hasil visualisasi tersebut tidak sebanding dgn Wujud Allah yg sesungguhnya. Jadi perbuatan memvisualisasikan Allah adalah pekerjaan yg totally sangat sia2.
Muslim ketika sholat hanya memikirkan tentang kekuasaan dan kebesaran Allah,
merasakan perasaan seorang hamba yg sangat kecil sedang berdiri dihadapan kebesaran Allah yg Maha besar. Tidak pernah lebih jauh dari itu.
anda bisa merasakan yg seperti ini nggak bro ?
kalau anda mendapatkan suatu anugerah, tentunya anda spontan bersyukur pada Tuhan,
apakah ketika anda mengucap kata2 syukur itu sembari pikiran anda memvisulisasikan Tuhan berwujud wanita cantik sedang tersenyum manis kepada anda atas rasa syukur yg anda ucapkan ?
Tentu tidak bukan ?
Anda hanya perlu mengucap saja (atau bahkan membatin), sedangkan pikiran anda tertuju pada Tuhan tanpa perlu ada visualisasi apapun. Dengan itu saja anda cukup merasa bahwa Tuhan mendengar ucapan syukur dan terima kasih anda padaNya. Dan memang, Tuhan Maha mendengar walau itu hanya ucapan dalam hati anda.
Jadi formulanya jelas, lisan mengucapkan kata2 syukur, sambil pikiran berfokus pada Tuhan sebagai hakikat / esensi bukan wujud fisik yg dicoba untuk divisualisasi, sedang hati menjiwai apa yg diucapkan oleh lisan.
Jika anda mampu melakukan kebiasaan sehari2 ini dengan baik dan alami, maka tidak ada alasan bagi anda untuk menolak sembahyang tanpa perlu membuat visualisasi bentuk Tuhan.
Dengan cara seperti itulah seorang Muslim sembahyang menghadap Allah.
Dimulai dengan niat untuk menghadap kepada Allah. Perasaan / ego ditundukan dan merendahkan diri. Menjaga pikiran tetap focus pada Tuhan, tanpa perlu ada visualisasi sepanjang waktu sembahyang. Lisan mengucap doa2. Hati dan pikiran menghayati dan merasapi makna kata2 dari doa yg diucapkan lisan.
Seperti doa2 dalam sholat ini :
Mulut mengucap : “Subhanallah rabbi al ala wa bihamdih” 3X
Bersamaan itu Hati dan pikiran menghayati makna untuk ditanamkan pada jiwa : “Maha Suci Allah, Tuhan yg Maha Tinggi dan bagiNya segala puji” 3X.
Hasilnya pikiran dan jiwa akan penuh dengan pemahaman hakikat ketuhanan, tanpa perlu repot2 mencoba memvisualisasi Wujud Tuhan, itu membuat tensi ego kemanusiaan akan perlahan2 semakin tertunduk kepada pengakuan akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan.
Itu yg disebut kondisi KHUSYUK.
Salam.
@ DINO
Dino says :
seandainya Sang Nabi tidak mencium batu berarti tidak akan ada acara mencium batu????
logikanya iya….
Nabi mencium batu itu untuk mengingat kebesaran Nabi Ibrahim, namun jika ternyata Nabi tidak mencium batu tersebut, kemudian setelah itu ada orang2 yg mencium batu itu,apakah mereka salah???
ada kemungkinan mereka memiliki perasaan yg sama dengan nabi(mengagungkan kebesaran nabi ibrahim), namun nabi tidak mencium dan orang lain mencium.
*******
Komen Ardhani :
Memang tidak salah jika ada orang yg mencium batu meskipun Nabi tidak berbuat yg seperti itu.
Dengan catatan, bahwa orang itu mesti bisa memahami apa makna tindakannya.
Apakah hanya sekedar mengingat kebesaran Nabi Ibrahim, atau malah lebih jauh dari itu, yaitu menganggap itu batu keramat (seperti batu Ponari) sehingga perbuatan itu akan merusak akidah (keyakinan) Islamnya.
Seperti kasus orang yg menziarahi makam,
Tidak apa2 jika si peziarah hanya sekedar mendoakan orang yg berada didalam makam itu.
Tetapi menjadi kesesatan jika ternyata si peziarah malah meminta2 sesuatu pada orang yg berada di dalam makam.
========
DINO Says :
sungguh sayang sebenarnya pernyataan seorang sahabat nabi. sepatutnya dia tidak perlu mengomel seperti itu. dia harus menyadari kenapa sang nabi berbuat demikian dan tunduk hati bertanya dan berdiskusi untuk memperoleh pencerahan. sungguh jauh sisi spiritualitas yang diperlihatkan oleh seorang sahat orang suci(dari kata2 diatas)
ditelusur, jika hampir semua sahabat seperti itu (arogan tanpa pemahaman mendalam)maka hampir pasti praktek yg sekiranya nabi sungguh pahami dan insafi namun belum dipraktekkan (waktu terus bergulir)akan di klaim sesat.apalagi menyebarkan sebuah ajaran tentang aspek Ketuhanan.
Yah..ini adalah sebuah Hipotesa juga……
Semoga Kebenaran hadir untuk mencerahkan kita semua dan kita mampu menerimanya dengan tunduk hati dan jiwa besar……
salam untuk semua……
*******
Sebenarnya tidak, jika anda dapat memahami apa maksud sang sahabat ketika berkata seperti diatas.
Justru ucapan sahabat itu adalah cerminan iman dan akidah yg mantap, dan membuktikan bahwa ajaran sang Nabi terhadap sahabat2 nya dapat diterima dengan sempurna oleh mereka.
Dia bisa membedakan antara keimanan pada Allah dengan pemujaan pada Nabi.
Dia mencium batu karena meneruskan sunnah Nabi yg dulunya melakukan seperti itu, sedang dia tahu pasti bahwa dirinya (sebagaimana juga Nabi) mencium batu tersebut bukan karena mempersekutukan batu dgn Allah.
Lalu dengan tegas dia mendeklarasikan sikapnya secara lisan.
Memang sahabat Abu Bakar ini adalah seorang yg tegas dalam prinsip dan sering menyatakan sikapnya secara terbuka.
Seperti ketika Nabi Muhammad wafat,
Seorang sahabat yg bernama Umar bin Khatab (calon khalifah kedua) yg tidak percaya bahwa Nabi wafat, dia mengancam dengan pedangnya bagi orang2 yg meyakini Nabi Muhammad telah wafat.
Menurut anggapannya Nabi hanya sedang menghadap Allah dan kemudian akan kembali kepada mereka, seperti Nabi Musa meninggalkan bani Israel sementara dan kemudian kembali dengan membawa perintah Allah.
Ketika Abu Bakar tidak berhasil untuk menenangkan Umar bin Khatab, maka dia beralih kepada kerumunan orang dan mulai berpidato untuk mengumumkan :
“Saudara2, barang siapa yg menyembah Muhammad, hari ini Muhammad telah wafat. Tapi barang siapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah tidak pernah mati.”
Lalu dia meneruskan dengan menyitir satu ayat Al Quran :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS 3:144)
Pidato Abu Bakar ini seketika membuat Umar Bin Khatab mencair dan sadar dari sikap kerasnya. Jatuh lemas lunglai seakan2 tak bertenaga lagi.
Jadi, ucapan Abu Bakar terhadap Hajar aswat justru mencerminkan nilai akidah yg sangat tinggi, jauh dari kesan arogan tanpa pemahaman mendalam seperti yg anda tuduhkan.
Salam.
@ KETUT
Ketut Says :
maaf kalau OOT……….
@grehista….
saya kalau sembahyang tidak memikirkan apa2 alias kosong.mengapa? karena dari kekosongan itu saya berharap bisa berinteraksi dgn atman saya sendiri. ketika kesadaran saya telah berubah menjadi kesadaran atman, saat itu saya akan berusaha berkomunikasi dgn sang hyang widhi. oleh karena menurut saya, hanya atman yg bisa berkomunikasi dgn sang hyang widhi………badan “matah”? i don’t think so….
itu kalau menurut saya loh……bukan dari weda atau apalah namanya
*******
Komen Ardhani :
Maaf OOT juga Bro Ketut,
Kalau dengan cara seperti itu anda butuh waktu berapa lama untuk bisa berkomunikasi dengan hyang Widhi ?
Sebelum mampu mengubah kesadaran anda menjadi kesadaran atman, berapa lama hari2 anda yg terlewatkan tanpa berkomunikasi dgn hyang Widhi, menunggu anda belajar berinteraksi dgn atman anda ?
Salam.
@ Ardhani
Maaf saya tidak sempat menjelaskan semuanya, tetapi akan saya coba menjawab apa yang anda pertanyakan saja
Seperti halnya anda mengatakan bahwa dalam secarik kertas yang dituliskan dengan tinta dimana goresan itu memiliki makna, yaitu wujud dari Firman Allah, maka sama halnya dengan Arca. Arca disusun berdasarkan wujud dari firman Tuhan yang tertuang dalam kitab suci Veda. Kita tidak memiliki moral terhadap Arca, maka sama artinya tidak mengikuti perintah kitab suci, tidak mengikuti perintah yang tertuang dalam kitab suci, sama dengan tidak mengikuti firman dari Tuhan.. Sangat jelas kan?
Sekarang penjelasan yang sangat sederhana. Anda punya foto pasangan hidup atau orang dekat anda? Jika suatu saat saya datang ke rumah anda dan merobek foto2 tersebut apa yang anda rasakan? marahkah anda? Saya tidak menyakiti pasangan/orang dekat anda lho…… saya hanya merobek fotonya saja. Atau jika anda berkilah bahwa saya merusak aset pribadi, maka coba bayangkan jika saya adalah teman akrab anda dan saya datang ke rumah anda. Saya memfoto anda dan orang-orang yang anda cintai dan langsung saya cetak di depan anda. Setelah saya tunjukkan, tanpa basa-basi saya mencoret-coret foto itu, membuatnya menjadi karikatur yang memalukan, merobek dan menghancurkannya. Apakah anda tersinggung? padahal yang saya robek bukan anda dan keluarga anda lho…
Atau apa anda berani membakar kain merah putih berbentuk bendera di depan istana presiden atau di depan pihak berwenang? Apa di balik bendera merah putih itu?
Mengenai dasar moral ini, harus saya akui bahwa tidak semua orang akan bisa menerimanya. Hanya mereka yang sudah memiliki “rasa” yang bisa mengerti.
Salam,-
@Ardhani,
Saya rasa ada persamaan pola pikir dalam memuja tuhan antara islam dengan hindu, benang merahnya ada di pikiran yang fokus terhadapNya.
Seperti yang saya ungkapkan di atas PIKIRAN MERUPAKAN VISUALISASI ABSTRACT, baik dari hasil imajinasi maupun hasil rekaman yang di terima oleh panca indra.
Bro Ardhani said “Orang Islam sholat dengan memikirkan Allah tetapi tidak memvisualisasikan Allah”
Saya masih belum bisa menerima logikanya, apalagi “memfokuskan pikiran dengan tanpa memvisualisasikannya”
Maaf jika saya salah, apakah maksudnya : memfokuskan pikiran kepada tuhan dengan pikiran yang yang berwarna putih atau bening sehingga tanpa visualisasi atau pikiran berwarna hitam atau gelap sehingga tidak ada visualisasi apapun ? mohon penerangan pada logika saya yang tidak nyambung dengan hal ini.
Bro Ardhani said “Muslim ketika sholat hanya memikirkan tentang kekuasaan dan kebesaran Allah,merasakan perasaan seorang hamba yg sangat kecil sedang berdiri dihadapan kebesaran Allah yg Maha besar. Tidak pernah lebih jauh dari itu.”
Ini dia kata kuncinya Bro,…
Hindu memuja tuhan dalam bentuk apapun hanya semata mata memuja kebesaran tuhan, visualisasi dalam pikiran hindu ketika bersembahyang merupakan gambaran dari kebesaran tuhan dan sifat sifat kemahakuasaan tuhan. Sifat tuhan yang maha menarik hati, maha lemah lembut, maha pintar, untuk ini saya pribadi memvisualisasikannya dengan dewi saraswati.
Mungkin orang lain mengidolakan bentuk yang gagah berani, ganteng, mungkin saja mereka memvisualisasikannya sebagai arjuna, terserah mereka karena yang tau dan bebas untuk memilih, ataupun berupa arca, patung dari kayu, pemandangan yang indah, swarga, keselamatan, maha pemurah dan sebagainya yang bisa mewakili dari sifat kemahakuasaan tuhan. jadi visualisasi tuhan itu berdasarkan sifat sifat kemahakuasaanya. Kami tidak pernah mendengar dari weda tentang gambaran tuhan seperti apa/siapa, yang baku seperti ini atau itu karena seperti di atas yang kami visualisasikan adalah sifat sifat kemahakuasaanNya.
Bro bilang akan sia sia jika memvisualisasikan tuhan, tapi kalo gak salah pernah saya dengar di kitab islam ada di nyatakan gambaran tuhan seperti apa gitu …, maaf mohon di ralat atau di lengkapi jika salah.
Jadi bedanya hanya satu saja bro, yaitu ada di sifat tuhan kita yang temprament dan tidak temprament.
– Islam menganggap tuhan akan marah dan menghukum manusia jika memvisualisakikanNya. Sehingga pengikutnya ketakutan atau mingkin memang menakutkan ?
– Hindu menganggap tuhan tidak marah, mengijinkan dan tidak berarti apa apa jika memvisualisasikanNya, tidak akan mempengaruhi pengikutnya masuk swarga atau neraka dan tidak akan menduakan cintanya kepada tuhan. Sehingga pengikutnya bebas merdeka memvisualisasikan idolanya, Hmmm cobadeh tuhan akan terasa dekat dalam hati kita. (jangan lupa simpan dalam dalam dalam hati, karena ini hubungan pribadi kita denganNya)
Maaf tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga.
Peacefull & Cheerss…
@Grehista Sastra
Grehista Sastra says :
Bro Ardhani said “Orang Islam sholat dengan memikirkan Allah tetapi tidak memvisualisasikan Allah”
Saya masih belum bisa menerima logikanya, apalagi “memfokuskan pikiran dengan tanpa memvisualisasikannya”
Maaf jika saya salah, apakah maksudnya : memfokuskan pikiran kepada tuhan dengan pikiran yang yang berwarna putih atau bening sehingga tanpa visualisasi atau pikiran berwarna hitam atau gelap sehingga tidak ada visualisasi apapun ? mohon penerangan pada logika saya yang tidak nyambung dengan hal ini.
******
Komen Ardhani :
Sederhana bro,
Logikanya saya analogikan dengan membaca buku
Ketika membaca buku, dimana konsentrasi kita berada ?
pada isi buku yg kita baca ? atau malah sibuk mencoba memvisualisasikan bentuk fisik pengarang buku itu ?
atau ketika membaca buku novel, apakah pikiran anda perlu membuat visualisasi apa yg anda baca itu ? Tentu saja tidak perlu bukan ? dengan menghayati cerita yg anda baca, dengan sendirinya perasaan anda akan terbawa kedalam rasa haru, tawa, tangis, sedih, gembira, persis seperti yg sedang anda baca.
Tapi kalau anda membacanya sambil lalu saja, tentulah emosi2 seperti diatas tidak didapat.
Kuncinya adalah pikiran focus pada yg kita baca, maka perasaan akan mengikuti.
Begitulah kira2.
Saya tidak tahu bagaimana cara sembahyang orang hindu, apakah melakukan gerakan2 tertentu sambil membaca mantra yg diulang2, atau hanya duduk diam dengan mata terpejam seperti orang meditasi, sehingga memerlukan visualisasi untuk mengikat pikiran agar tidak lari kemana2.
Mungkin cara sembahyang seperti meditasi ini yg membuat anda bingung bagaimana muslim bisa memfokuskan fikiran kepada Tuhan namun tidak perlu memvisualisaikan Nya. Karena saya pernah mengikuti pelatihan tenaga dalam, saya paham memang sangat sulit bermeditasi tanpa pikiran diikat oleh visualisasi.
Tapi beruntungnya sholatnya Muslim tidak seperti cara meditasi.
Kami sembahyang dengan melakukan gerak2 tertentu yg disertai puji2an dan doa2 tertentu dalam setiap geraknya.
Kami biasa sholat dengan mata terbuka, jadi tidak perlu membuat visualisasi apapun yg biasanya harus dibuat untuk membantu memfokuskan pikiran ketika mata tertutup.
Ketika sholat, konsentrasi kami sepenuhnya kepada makna2 bacaan kami, tanpa perlu terbagi dengan memvisualisasikan Wujud Tuhan, hitam, putih, bening, atau terang. (persis seperti analogi orang sedang membaca buku)
Apalagi memvisualkan Tuhan (lebih tepatnya = MENDUGA-DUGA WUJUD TUHAN OLEH OTAK KITA) dilarang dalam agama kami, maka klop lah sudah. Kami tidak perlu repot2 untuk membagi konsentrasi antara memahami makna dan visualisasi.
Kekhusukan akan tercapai jika makna2 puji2an dan doa2 itu dirasakan tembus kedalam hati, bukan sekedar dimulut.
Kekhusukan seperti itu akan menciptakan perasaan yg tenang, nyaman dan tentram pada saat sholat, seperti bayi dalam kehangatan pelukan kasih sayang ibunya.
=========
Grehista Sastra says :
Ini dia kata kuncinya Bro,…
Hindu memuja tuhan dalam bentuk apapun hanya semata mata memuja kebesaran tuhan, visualisasi dalam pikiran hindu ketika bersembahyang merupakan gambaran dari kebesaran tuhan dan sifat sifat kemahakuasaan tuhan. Sifat tuhan yang maha menarik hati, maha lemah lembut, maha pintar, untuk ini saya pribadi memvisualisasikannya dengan dewi saraswati.
Mungkin orang lain mengidolakan bentuk yang gagah berani, ganteng, mungkin saja mereka memvisualisasikannya sebagai arjuna, terserah mereka karena yang tau dan bebas untuk memilih, ataupun berupa arca, patung dari kayu, pemandangan yang indah, swarga, keselamatan, maha pemurah dan sebagainya yang bisa mewakili dari sifat kemahakuasaan tuhan. jadi visualisasi tuhan itu berdasarkan sifat sifat kemahakuasaanya. Kami tidak pernah mendengar dari weda tentang gambaran tuhan seperti apa/siapa, yang baku seperti ini atau itu karena seperti di atas yang kami visualisasikan adalah sifat sifat kemahakuasaanNya.
Bro bilang akan sia sia jika memvisualisasikan tuhan, tapi kalo gak salah pernah saya dengar di kitab islam ada di nyatakan gambaran tuhan seperti apa gitu …, maaf mohon di ralat atau di lengkapi jika salah.
Jadi bedanya hanya satu saja bro, yaitu ada di sifat tuhan kita yang temprament dan tidak temprament.
– Islam menganggap tuhan akan marah dan menghukum manusia jika memvisualisakikanNya. Sehingga pengikutnya ketakutan atau mingkin memang menakutkan ?
– Hindu menganggap tuhan tidak marah, mengijinkan dan tidak berarti apa apa jika memvisualisasikanNya, tidak akan mempengaruhi pengikutnya masuk swarga atau neraka dan tidak akan menduakan cintanya kepada tuhan. Sehingga pengikutnya bebas merdeka memvisualisasikan idolanya, Hmmm cobadeh tuhan akan terasa dekat dalam hati kita. (jangan lupa simpan dalam dalam dalam hati, karena ini hubungan pribadi kita denganNya)
Maaf tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga.
Peacefull & Cheerss…
*******
Komen Ardhani :
Tidak begitu bro,
Setahu saya dalam Islampun tidak ada hukuman dari Tuhan pada orang yg mencoba2 memvisualisasikan wujud Tuhan dalam benak mereka masing2 (imajiner).
Yg dilarang dan dihukum itu bila ada orang yg memvisualkan wujud Tuhan dalam bentuk fisik, lalu menyembahnya sebagai Tuhan atau pun sebagai penolong untuk memerantarai antara manusia dgn Tuhan.
Dalam kasus ini baik orang yg membuat maupun yg menyembah bentuk2 itu semuanya mendapat murka dari Tuhan.
Memvisualkan Tuhan secara imajiner dalam alam pikiran itu dalam Islam dikelompokkan kepada perbuatan sia-sia. Tidak ada manfaatnya bahkan cenderung membawa mudharat (keburukan) seperti misalnya, tergoda untuk menuangkan imajinasinya dalam bentuk fisik, lalu menyembahnya.
Tuhan memang menunjukkan diriNya kepada manusia melalui sifat2Nya. Tapi sifat2Nya itu hanya perlu dipahami bukan untuk divisualkan dalam bentuk2.
Sehebat apapun daya khayal manusia untuk memvisualkan sifat2 Tuhan dalam wujud2 fisik, tetaplah itu tidak bisa menggambarkan dengan tepat bagiamana itu Tuhan, bahkan mendekati saja mungkin tidak. Karena otak manusia mempunyai keterbatasan, sedang Tuhan itu tidak terbatas.
Mungkin imajinasi anda suka memvisualkan Tuhan dalam bentuk dewi saraswati karena mewakili sifat2 kelembutan, pengasih, berilmu, menarik, yg anda puja2 dari diri Tuhan.
Tapi bentuk itu segera membuka celah2 kelemahan yg serius.
Tuhan tidaklah bergender wanita atau pria,
selain itu ada sifat2 Tuhan yg tidak terwakili dalam bentuk visual anda, semisal sifat Maha perkasa dan Maha Adil, yg dengan sifat itu Dia menghukum makhluknya yg jahat dengan hukuman yg keras yg sepertinya tidak mungkin seorang dewi cantik tega melakukan hal seperti itu.
Dengan visualisasi yg hanya mewakili sifat2 Tuhan yg sepotong2, membuat anda terkondisikan menerima Tuhan dalam sebagian sifat2 yg anda suka, dan anda cenderung menolak sifat2 lain yg tidak sesuai dengan citra yg anda idam2kan dalam perwujudan rupa seorang dewi cantik jelita.
Padahal Tuhan harus diterima oleh makhluk ciptaan sebagaimana Dia adalah Tuhan dengan segala Sifat yg ada pada DiriNya, bukan untuk dipilih sebagian dan ditolak yg sebagian.
Seperti itulah kira2 salah satunya mudharat dari perbuatan sia2 memikirkan Dzat (Wujud) Tuhan yg dilarang Islam untuk dilakukan oleh seorang muslim.
Tidak ada manfaat apa2 yg bisa dipetik dari memvisualkan Tuhan sebagai Dewi Saraswati, Arjuna, Batman ataupun Superman , karena semuanya mempunyai kelemahan2 yg membawa kepada bibit2 kemudharatan, menciderai cara berfikir kita terhadap kekuasan Tuhan yg mutlak. Sifat2 Tuhan seharusnya kita terima dan hayati secara integral bukan parsial.
Imajinasi otak manusia mana yg bisa memvisualkan Tuhan dengan segala sifatNya secara integral ?
Tentu tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada.
&&& ====
Anda menulis :
Bro bilang akan sia sia jika memvisualisasikan tuhan, tapi kalo gak salah pernah saya dengar di kitab islam ada di nyatakan gambaran tuhan seperti apa gitu …, maaf mohon di ralat atau di lengkapi jika salah.
&&& ====
Komen saya :
Mungkin benar jika anda salah dengar, kitab Islam hanya Al Quran, dan didalamnya nggak ada penggambaran bagaimana bentuk / Wujud Tuhan.
Yg ada malah mengatakan Allah itu tidak sama sengan segala sesuatu.
Atau hanya ada perumpamaan yg menerangkan tentang cahaya Allah
Kalau lah didalamnya ada kata2 “Tangan Allah” atau yg semisal itu, kami muslim hanya menerima bahwa secara tekstual Allah mempunyai tangan, sedangkan bagaimana bentuk tanganNya, apakah sama dengan tangan kita, ataukah kata2 itu bermakna harfiah atau hanya majas, itu bukan urusan kami untuk memikirkannya.
&&& =====
Anda menulis :
– Hindu menganggap tuhan tidak marah, mengijinkan dan tidak berarti apa apa jika memvisualisasikanNya, tidak akan mempengaruhi pengikutnya masuk swarga atau neraka dan tidak akan menduakan cintanya kepada tuhan. Sehingga pengikutnya bebas merdeka memvisualisasikan idolanya
&&& ======
Komen saya :
Saya rasa sebenarnya tidak juga.
Seingat saya (kalau tidak salah) di bhagawad Gita ada ayat2 yg menyatakan, bahwa hanya pemuja Tuhan saja yg akan kembali kepada Tuhan.
Para pemuja dewa hanya akan kembali ke alam2 dewa, dan seterusnya saya tidak ingat
Itu artinya tidak bisa memuja Tuhan sekaligus memuja dewa2, tidak bisa memvisualkan Tuhan dalam rupa dewa-dewi ketika memuja Tuhan, Tidak boleh mempersekutukan Tuhan dengan dewa-dewi.
Intinya Tuhan mempunyai rasa cemburu, Dia tidak ingin diduakan dengan yg lain.
Itu kalo menurut penafsiran saya sebagai muslim sih.
Entah kalau orang Hindu mempunyai penafsiran yg lain.
Salam.
@Grehista Sastra :
tambahan Bro,
PERTAMA :
anda sudah menikah belum ?
jika sudah, bagimana pendapat pasangan anda, jika dia tahu saat anda bercinta dengannya, anda selalu membayangkan / memvisulkan sedang bercinta dengan orang lain yg lebih menarik hati anda ?
apakah pasangan anda tidak marah ?
apakah pasangan anda tidak meragukan kadar cinta anda padanya ?
mungkin anda bisa berkata, pasangan anda pasti marah kalau tahu,
tapi pasangan anda kan manusia yg mempunyai sifat manusiawi tidak ingin diduakan walau hanya sekedar fantasi / visualisasi saja.
sedang Tuhan tidak memiliki sifat buruk manusia, Dia Maha Pengasih dan Pengampun.
Ok ! memang benar, itu perasaan manusiawi.
tapi apakah anda mencintai Tuhan anda dengan memberikan nilai dengan kadar lebih rendah dari nilai2 yg berlaku diantara manusia ?
Bukankah seharusnya, minimal sama nilainya, atau bahkan lebih tinggi lagi ?
Apakah pengakuan cinta kita padaNya membuat kita bisa menginjak2 hak Nya diatas hak2 makhluk ciptaanNya ?
KEDUA :
Apakah Tuhan hanya perlu dicintai dan tidak perlu ditakuti ?
apakah Tuhan hanya perlu menampakkan “wajah” rupawanNya dan tidak perlu menampakkan “wajah” menakutkanNya ?
kalau manusia hanya perlu mencintai Tuhan dan tidak perlu menakutiNya, maka rusaklah semua tatanan kehidupan.
manusia tidak akan mengenal lagi perbedaan2 nilai baik dan buruk dalam hidup,
aslinya, cinta sejati tidak akan ada, tanpa dibangun diatas rasa takut.
salam
Bro Ardhani
Kalau saya bercinta dengan kekasih saya, tentu saya tidak perlu lagi membayangkan dirinya. Tapi kalau saya sedang jauh dari dirinya, maka saya ambil BB saya dan saya perhatikan foto-foto dia dan membayangkannya sedang tersenyum nan jauh di sana.
Tuhan juga sama. Sekarang saya tidak bisa melihat wajah Tuhan, maka saya membayangkannya dengan media visualisai berdasarkan uraian kitab suci. Suatu saat jika saya bisa bersama dengan Beliau, maka saya tidak perlu visualisasi itu lagi kan? 😀
Tuhan memang maha segalanya, Beliau sangat baik, sangat tampan tapi juga sangat menakutkan. Namun saya mencintai Tuhan sebagaimana mungkin seperti saya mencintai kekasih saya, bukan karena saya takut dihukum oleh-Nya (dan juga kekasih saya), tetapi saya mencintai mereka dengan tulus
saudara ardani
apakah anda sudah sampai tataran sholat ditulisan ini:
shalat syareat, shalat tarekat, shalat hakekat, dan shalat ma’rifat.
dan kalau boleh saya tahu sampean dari suku apa bukan saya usil akan golongan biar saya lebih jelas saya bertanya dengan saudara muslim dari bagian mana di nuasantara ini?
ok mudah mudahan jenis shalat yg saya maksud anda sudah mengerti dan tolong dijabarin biar saudara hindu termasuk saya juga mengerti bagaimana anda memahami islam yg anda anut
shanty rahayu
bro ardhani kalau begitu yg anda katakan,gimana kalau kabah yg didalamnya ada seonggok batu yg dicium oleh orang muslim itu saya hancurkan? marahkah anda? kan ka’bah itu hanya tumpukan batu bata aja!
=======Muslim ketika sholat hanya memikirkan tentang kekuasaan dan kebesaran Allah,
merasakan perasaan seorang hamba yg sangat kecil sedang berdiri dihadapan kebesaran Allah yg Maha besar. Tidak pernah lebih jauh dari itu.=======
apakah salah satu kebesaran Tuhan adalah samudera yg luas???hmm…jadi boleh kan bro kita bayangkan itu???
apakah teknik itu tertuang dalam kitab suci alquran yang lengkap tersebut?
sebenarnya bro sudah menjawab apa yg sebenarnya menjadi hakikat, bahwa manusia butuh visualisasi. mungkin dengan analogi membaca kita g butuh visialisasi ya karena mata kita sudah melakukan itu ke buku. dan kalaupun menekankan pada bacaan yg bro maksud (klo dengan mata terbuka bro dah melakukan visualisasi) dengan mata tertutup pasti ada titik/masa pikiran itu akan memvisualisasikan sesuatu. pada tahap mahir mungkin dalam berkas cahaya, tapi itu juga visualisasi.
tentunya kita g sembarang bro memvisualisasi. itu harus sesuai dengan uraian kitab dan petunjuk dari rsi agung (dlm kitab juga)yang telah tercerahkan. jika anda membayangkan wujud mengeriakan Beliau, boleh2 saja. tapi yg kita cari adalah cinta…..dengan wajah mengerikan apa kita bisa dapat cinta…klo patung doraemon kan g ada di kitab juga bro. klo dewi saraswati ada bro dikitab.
Tuhan g cemburu kok klo ternyata kita memvisualisasikan dewa. Beliau dengan cinta memberitahukan ini lo risiko/hasilnya. up to you lah. kenapa??? karena kita punya kebebasan. bahkan kita terjatuh di dunia ini pun karena pilihan akan kebebasan kita dan karma (bukan karena diciptakan).
kata yang sangat ampuh dari bro ngarayan dan tersirat yg disampaikan bro utsukushi : Hanya mereka yang sudah memiliki “rasa” yang bisa mengerti.
Mohon temukanlah “rasa” itu. feel & fill it. sangat2 indah. Para Sufi paham akan ini. Jika mereka bertemu dengan tradisi Weda, yakin mereka tidak akan komplain.- biar g disalahkan, anggap ini hipotesa- termasuk tentang kata2 sahabat nabi ke batu hitam. semoga sahabat nabi dapat merasakan “rasa” seperti sang nabi rasakan.
semoga semua berbahagia……
@ MADE
Made says :
Kalau saya bercinta dengan kekasih saya, tentu saya tidak perlu lagi membayangkan dirinya. Tapi kalau saya sedang jauh dari dirinya, maka saya ambil BB saya dan saya perhatikan foto-foto dia dan membayangkannya sedang tersenyum nan jauh di sana.
Tuhan juga sama. Sekarang saya tidak bisa melihat wajah Tuhan, maka saya membayangkannya dengan media visualisai berdasarkan uraian kitab suci. Suatu saat jika saya bisa bersama dengan Beliau, maka saya tidak perlu visualisasi itu lagi kan?
******
Komen Ardhani :
Maaf bro made, sepertinya jawaban anda tidak sesuai dgn arah pertanyaan saya.
Ok, saya perjelas.
Apakah anda sudah menikah ?
Jika sudah, apalagi usia pernikahan udah memasuki masa beberapa tahun, sering terjadi diantara pasangan timbul kejenuhan dalam berhubungan intim (bercinta) yg hanya itu2 saja.
Dan itu normal.
Untuk menyiasatinya, beberapa orang, tanpa sepengetahuan pasangannya masing2 sering berfantasi seakan2 sedang bercinta dengan orang lain yg dikaguminya, ketika dia sedang bercinta dgn pasangannya sendiri.
Yg jadi pertanyaan adalah, apakah si pasangan itu akan marah ketika mengetahui salah satu pasangannya memfantasikan / mevisualkan dirinya dengan orang lain ?
Apakah tidak timbul kecemburuan karena fantasi seperti itu ?
Itu pertanyaannya.
Bukan masalah anda lupa dengan wajah kekasih anda ketika berjauhan, dan tidak perlu membayangkan wajahnya ketika berdekatan.
Is that clear ?
Ok. Sekarang boleh dijawab, secara normal, pasangan kita itu akan cemburu / marah atau tidak ?
Mengapa saya menggunakan analogi ini untuk menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan dalam sembahyang ?
1) Karena aktivitas sembahyang adalah aktivitas pribadi yg intim antara seorang hamba dengan Tuhannya. Itu bisa disamakan dengan saat kita bercinta dengan pasangan kita.
2) Karena tidak ada seorangpun di muka bumi ini yg pernah tahu / mengabadikan bentuk rupa Tuhannya, seperti anda punya foto wajah kekasih anda yg tersimpan dalam BB anda.
Anda mungkin tidak akan pernah lupa 100% wajah kekasih anda, selupa2nya anda masih bisa memvisualkan keadaannya minimal 60% mirip dalam benak anda.
Tapi tidak demikian halnya dengan Tuhan.
Walau dlm Bhagawad Gita ada sesi ketika Krisna menunjukkan wujud dirinya yg sebenarnya pada Arjuna, namun uraian2 didalamnya begitu abstrak sehingga andaikan anda mencoba membuat visualisasinya berdasarkan itu, tidak akan ada jaminan bahwa yg anda visualkan itu mirip 1% atau bahkan hanya 0.5% dari Wujud sebenarnya dari Tuhan yg serba maha tanpa batas.
Karena itu, menyangkut masalah etika pada Tuhan (sebenarnya masuk wilayah akidah juga), apakah kita lebih menghargai perasaan manusia (pasangan kita) dibanding kita menghargai perasaan Tuhan ?
========
Made says :
Tuhan memang maha segalanya, Beliau sangat baik, sangat tampan tapi juga sangat menakutkan. Namun saya mencintai Tuhan sebagaimana mungkin seperti saya mencintai kekasih saya, bukan karena saya takut dihukum oleh-Nya (dan juga kekasih saya), tetapi saya mencintai mereka dengan tulus
*******
Komen Ardhani :
Kalau saya, saya mencintai Tuhan sekaligus sangat takut dengan murka / hukumanNya
Sebagaimana saya mencintai kekasih saya, sekaligus takut membuatnya marah, apalagi sampai diputuskan hubungan olehnya.
Kekasih saya pasti mempunyai syarat2 yg harus saya patuhi untuk memenangkan cintanya. Jika ada syarat2 itu yg saya langgar maka dia tidak akan segan2 untuk mengakhiri cintanya pada saya.
Karena saya mencintainya maka saya berusaha mematuhi segala syarat2 yg ditetapkannya itu dengan sebaik2nya. Saya begitu takut intuk melanggarnya karena saya betul2 cinta padanya.
Dan perpaduan rasa takut dan cinta itulah yg membuat cinta sejati kami tetap langgeng hingga saat ini.
====================================================================================
@UTSHUKUSHI :
Utsukushi says :
saudara ardani
apakah anda sudah sampai tataran sholat ditulisan ini:
shalat syareat, shalat tarekat, shalat hakekat, dan shalat ma’rifat.
dan kalau boleh saya tahu sampean dari suku apa bukan saya usil akan golongan biar saya lebih jelas saya bertanya dengan saudara muslim dari bagian mana di nuasantara ini?
ok mudah mudahan jenis shalat yg saya maksud anda sudah mengerti dan tolong dijabarin biar saudara hindu termasuk saya juga mengerti bagaimana anda memahami islam yg anda anut
shanty rahayu
********
Komen Ardhani :
Saudara Utsukushi,
Tidak ada pembagian shalat syareat, shalat tarekat, shalat hakekat, dan shalat ma’rifat dalam ajaran Islam.
Istilah2 itu datang belakangan di kalangan para pengikut aliran tasawuf, yg juga merupakan aliran yg datang belakangan dalam ajaran Islam.
Dalam kalangan Islam sendiri masih banyak yg mempertentangkan apakah ajaran tasawuf itu bidah atau tidak.
Kalau menurut saya sepanjang ajaran tasawuf / tarekat2 itu masih berjalan di koridor mengamalkan Al Quran dan hadist, maka sah2 saja mengikuti aliran itu.
Tidak ada perbedaan secara fisik antara sholatnya orang Islam awam, dari yg sekedar Islam KTP hingga ke ustadz, kyai, syech, mursyid yg juga guru tarekat sekalipun, hingga ke wali dan nabi sendiri.
Gerakan, bacaan dan jumlah rakaatnya sama saja, karena itu sudah di standarkan dalam syariat Islam (hukum / tata cara ibadah dalam Islam).
Yg beda mungkin pada pengalaman dan kesadaran para pelaku atas EFEK dari sholat yg selalu dikerjakannya terhadap perilaku dan pandangan hidupnya sehari2.
Ada orang sholat yg tingkat efeknya bisa mencegah pelakunya dari perbuatan2 keji dan munkar serta membawa pelakunya berusaha selalu mengerjakan amal2 shalih, dan semakin mendekatkan diri pada Allah secara tulus .
Namun banyak juga orang yg sholat, yg efek dari sholat terhadap perilaku pelakunya adalah nothing, nol besar, alias nggak ngefek sama sekali. Bahkan lebih parah ada yg malah minus, alias tekor.
Serta berbagai variasi tingkatan yg dialami para pelaku sholat dari keadaan2 diatas.
Dari sinilah mungkin timbulnya pembagian istilah2 shalat syareat, shalat tarekat, shalat hakekat, dan shalat ma’rifat berasal.
Dimana orang yg Islamnya sekedar KTP / awam dilabeli sholatnya dengan sholat syariat, yaitu sholat yg dikerjakan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, sholat jalan, maksiat terus.
Orang Islam yg punya gairah dalam kadar pemula untuk mencari kebenaran dalam agamanya, dilabeli sholat tarekat, yaitu sholatnya orang yg sedang berjalan dijalan pencarian akan kebenaran sejati.
Orang Islam yg mulai paham dengan hikmah2 atas sesuatu, dilabeli dengan sholat hakikat, yaitu sholatnya orang yg dimana Allah mulai menyingkapkan baginya rahasia2 segala sesuatu.
Orang Islam yg lebih tinggi lagi ilmuanya, yg bisa memahami kehidupan bukan dari sisi lahir saja tapi sekaligus sisi batinnya, dilabeli sholat secara makrifat, yaitu sholatnya orang yg lahir batin telah mengenal / mempersaksikan kekuasaan Allah penguasa seluruh alam yg dzahir hingga yg ghaib tanpa ada keraguan sedikitpun.
Itu namanya maqam – maqam (kedudukan2 / pencapaian kondisi seseorang dalam pertumbuhan iman)
Seperti itulah kira2, Intinya bukan cara sholatnya yg beda, tapi bagaimana mutu, pemahaman dan efek dari aktivitas sholatnya itu yg membuat perbedaan terhadap perilaku si pelaku secara mendasar dan keseluruhan.
Sekali lagi itu bukan pembagian resmi dari ajaran Islam, hanya pembagian menurut pendapat2 orang saja.
Allah hanya memerintahkan umatnya untuk menegakkan sholat, nggak pakai diembel-embeli perintah sholat secara syariat, tarikat, hakikat atau makrifat.
Kerjakan saja secara konsisten, bair Allah sendiri yg akan membaguskan amal2 kita.
Oh ya saya orang Jawa, tepatnya dari Timur.
Saya nggak tahu sholat saya sudah masuk ke tataran yg mana, tidak layak menilai diri sendiri.
Tapi saya tidak keberatan sama sekali (bahkan lebih senang) kalo orang lain melabeli saya hanya sholat secara syareat, karena itu mengingatkan saya untuk terus meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik.
Yg pasti saya tetap berusaha menjaga sholat saya secara kontinu dan tetap berusaha meningkatkan kualitasnya ke arah yg lebih baik dalam sisi tata cara pelaksanaannya hingga terhadap implementasinya dalam kehidupan sehari2, walau sering kali terkendala oleh turun naiknya iman dan suasana hati yg bolak balik.
insya Allah istiqomah (konsisten). Amin.
==================================================================================================
@NGARAYANA :
Ngarayana says :
Seperti halnya anda mengatakan bahwa dalam secarik kertas yang dituliskan dengan tinta dimana goresan itu memiliki makna, yaitu wujud dari Firman Allah, maka sama halnya dengan Arca. Arca disusun berdasarkan wujud dari firman Tuhan yang tertuang dalam kitab suci Veda. Kita tidak memiliki moral terhadap Arca, maka sama artinya tidak mengikuti perintah kitab suci, tidak mengikuti perintah yang tertuang dalam kitab suci, sama dengan tidak mengikuti firman dari Tuhan.. Sangat jelas kan?
Sekarang penjelasan yang sangat sederhana. Anda punya foto pasangan hidup atau orang dekat anda? Jika suatu saat saya datang ke rumah anda dan merobek foto2 tersebut apa yang anda rasakan? marahkah anda? Saya tidak menyakiti pasangan/orang dekat anda lho…… saya hanya merobek fotonya saja. Atau jika anda berkilah bahwa saya merusak aset pribadi, maka coba bayangkan jika saya adalah teman akrab anda dan saya datang ke rumah anda. Saya memfoto anda dan orang-orang yang anda cintai dan langsung saya cetak di depan anda. Setelah saya tunjukkan, tanpa basa-basi saya mencoret-coret foto itu, membuatnya menjadi karikatur yang memalukan, merobek dan menghancurkannya. Apakah anda tersinggung? padahal yang saya robek bukan anda dan keluarga anda lho…
Atau apa anda berani membakar kain merah putih berbentuk bendera di depan istana presiden atau di depan pihak berwenang? Apa di balik bendera merah putih itu?
Mengenai dasar moral ini, harus saya akui bahwa tidak semua orang akan bisa menerimanya. Hanya mereka yang sudah memiliki “rasa” yang bisa mengerti.
Salam,-
**********
Komen Ardhani :
Maksud saya bukan begitu Bro,
Kertas, tinta dan Firman Tuhan, Foto dan orang yg difoto, Bendera dan sejarah suatu bangsa, Semuanya mempunyai keterkaitan langsung dan serupa dgn yg diwakili.
Itu berbeda dengan arca yg dikatakan visualisasi dari Wujud Tuhan,
Walaupun arca itu dipahat sesuai dengan petunjuk dari teks2 kitab suci, tetap saja kata2 yg digambarkan teks kitab suci tidak bisa mewakili keadaan dari Tuhan dalam bentuk visual.
Misal : kata “rupaNya sangat menawan”
Maka bagaimana memvisualkan rupa sangat menawan pada sebuah arca yg bisa mendekati 1% saja dari sifat MAHA menawannya Tuhan yg tak terbatas ?
Itu lain dengan foto yg merupakan duplikat dari gambar wajah seseorang,
Beda dengan bendera suatu bangsa yg persis sama dgn bendera2 yg ada dlm rentang sejarah bangsa yg bersangkutan
Beda dgn tulisan Al Quran yg meskipun ditulis hari ini bunyinya tetap sama persis dengan firman Allah yg diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sejak pertama kalinya.
Jadi sebenarnya tidak ada satu bagianpun dari penampilan arca yg mendekati gambaran Wujud Tuhan yg sebenarnya, sehingga sang arca layak untuk disakralkan sebagaimana orang mensucikan Tuhannya.
Dan menambah keheranan saya, dimana hanya arca2 yg berada di pura dan ditempat2 persembahyangan yg disakralkan, sementara arca2 lain, yg serupa, yg juga sama2 dibuat mengikuti diskripsi bentuk dalam kitab suci, diperjual belikan secara bebas dalam bentuk souvenir2 atau sebagai karya seni di galery2, yg tentu saja jauh dari kesan disakralkan.
Mengapa perlakuannya dibeda2kan ?
Apa yg membuat arca2 di pura menjadi disakralkan ?
Benar2 mengherankan bagi seorang muslim yg memang dididik oleh agamanya untuk tidak memiliki “rasa” seperti itu.
Mungkin ada penjelasan kenapa bisa seperti itu ?
===================================================================================================
@MAHARDIKA
Mahardika says :
bro ardhani kalau begitu yg anda katakan,gimana kalau kabah yg didalamnya ada seonggok batu yg dicium oleh orang muslim itu saya hancurkan? marahkah anda? kan ka’bah itu hanya tumpukan batu bata aja!
*****
Komen Ardhani :
Silahkan Bro jika anda mampu melakukannya.
Mungkin saya tidak akan marah, tapi saya tidak menjamin kalo muslim2 lainnya di seluruh pelosok dunia akan bersikap seperti saya.
Yg mereka marahkan bukan atas batu2 kabahnya yg anda rusak, itu hanya sekedar batu, yg bisa diganti kapan saja dengan batu2 dari pegunungan di Tulungagung.
Tapi yg saya khawatirkan adalah anda diamuk umat Islam karena menghina simbol2 agama Islam. Yg artinya anda telah membuka tantangan terbuka pada mereka.
Sama seperti anda merusak mushola yg ada didekat rumah anda,
Anda akan diamuk massa bukan karena perusakan yg anda buat terhadap seonggok bangunan dari batu bata, tetapi karena penistaan tempat ibadah, simbol kedaulatan suatu agama di wilayah itu.
Sedangkan Kabah bukan sekedar masjid, tempat ibadah kepada Allah, yg pertama kali dibangun oleh manusia, tetapi sudah menjadi simbol, icon bagi umat Islam sedunia.
Yang menjadikan Kabah sebagai tempat suci bukanlah seonggok bangunan batu diatasnya, atau batu hitam hajar Aswad yg diciumi jamaah haji, tetapi karena tempat itu telah ditunjuk dan ditetapkan oleh Tuhan sendiri sebagai tempat suci.
Kalau anda mau nekat merusaknya, itu artinya anda bukan sekedar melawan seonggokan batu, atau melawan umat Islam sedunia, tetapi sejatinya anda juga telah melawan Tuhan sendiri yg telah memerintahkan untuk mensucikan tempat itu.
Gimana ? mau ambil resikonya ?
SALAM SEMUANYA.
@ Ardhani
Mengenai Arca dan patung yang banyak dijual para seniman, memiliki perbedaan yang sangat jauh. Mengenai hal ini pernah saya bahas sekilas dalam artikel ini.
Jika dalam membuat patung seni yang dijual di mana-mana, para seniman pembuat patung bebas berkreasi sesuka hati mereka asalkan barang yang mereka hasilkan menarik sesuai dengan selera konsumen. Tetapi para pembuat arca tidak boleh demikian. Veda menjelaskan bahwa orang yang akan membuat arca harus melakukan meditasi dan pantangan-pantangan untuk membunuh emosi, keinginan, dan pemikiran pribadi. Salah satu kitab yang membahas tentang pembuatan arca adalah kitab Aikhanasagama dimana disana diatur mengenai bahan apa saja yang boleh dijadikan arca. Bagaimana teknik pembuatannya, puasa-puasa apa saja dan apa kualifikasi orang yang membuatnya. Bagaimana warna dari arca tersebut, berapa skala tinggi, lebar, panjang jari, bentuk muka, bentuk dan sebagainya yang sangat mendetail.
Arca masing-masing tperwujudan memiliki ukuran yang berbeda-beda. Kitab Matsyapurana menyebutkan ukuran dasatala yang sama dengan 120 angula. Ukuran ini hanya diperbolehkan bagi arca Narayana, Rama, Narasimha, Bali, Indra, Parasurama, dan Arjuna. Ukuran Navatala yang terdiri dari 108 angula diperuntukkan bagi Raksasa, Asura, Yaksa, Apsara, dan Marudagana.
Astatala yang sama dengan 96 angula diperuntukkan bagi arca perwujudan laki-laki. Saptatala yang sama dengan 72 angula diperuntukkan bagi Vetala. Pancatala yang berjumlah 60 angula diperuntukkan bagi Ganesha. Catustala yang sama dengan 48 angula diperuntukkan bagi arca Vamana (orang kerdil). Tritala yang sama dengan 36 angula dipergunakan bagi arca-arca Bhuta dan Kinnara. Dvitala atau 24 angula diperuntukkan bagi arca Kusmandha. Ukuran Ekatala atau 12 angula yang diperuntukkan bagi arca Kabanda.
Bahkan kalaupun bentuk arca ini sudah dibuat sesuai dengan aturan di atas, kalau belum ada proses upacara yang dilalui berupa menstanakan (kurang lebih sama dengan pasupati dan pengurip), maka perwujudan itu belum layak digunakan sebagai medium persembahyangan. Jadi sangat berat dan sangat banyak aturannya kan? Dan sudah barang tentu tidak bisa disamakan dengan patung yang dijual oleh para seniman yang tidak mengikuti sastra Veda.
Salam,-
Setiap orang menyayangi segala hal yang berkaitan dengan dirinya , termasuk pula dalam kaitannya dengan Tuhan , yang merupakan sahabat terbaik stiap mahluk , stiap mahluk/orang berhak mencintai Tuhan , apresiasi dpt dilakukan dlm bentuk apapun , berbeda antara 1 dgn yang lain , tentu hanya sesama penyembah Tuhan yang murni , yang mengerti bahwa semua ini adalah semata2 karena cinta…
@Ardhani,
Ardhani :
Sederhana bro,
Logikanya saya analogikan dengan membaca buku
Ketika membaca buku, dimana konsentrasi kita berada ?
pada isi buku yg kita baca ? atau malah sibuk mencoba memvisualisasikan bentuk fisik pengarang buku itu ?
atau ketika membaca buku novel, apakah pikiran anda perlu membuat visualisasi apa yg anda baca itu ? Tentu saja tidak perlu bukan ? dengan menghayati cerita yg anda baca, dengan sendirinya perasaan anda akan terbawa kedalam rasa haru, tawa, tangis, sedih, gembira, persis seperti yg sedang anda baca.
Tapi kalau anda membacanya sambil lalu saja, tentulah emosi2 seperti diatas tidak didapat.
Kuncinya adalah pikiran focus pada yg kita baca, maka perasaan akan mengikuti.
Begitulah kira2.
// Komen Grehista : Maaf untuk analogi membaca buku/novel sepertinya tidak berlaku untuk sembahyang bagi hindu. Pertama harus di bedakan antara sembahyang dan berdoa, kalau untuk berdoa ok sejalan dengan analogi ini karena berbagai macam rasa hati kita tumpahkan baik itu senang, sedih bahkan menangis.
Namun kalau sembahyang hindu di pura sebaiknya meninggalkan rasa keduniawian tersebut dan hanya focus kepada kemahakuasaan tuhan.//
Ardhani : Saya tidak tahu bagaimana cara sembahyang orang hindu, apakah melakukan gerakan2 tertentu sambil membaca mantra yg diulang2, atau hanya duduk diam dengan mata terpejam seperti orang meditasi, sehingga memerlukan visualisasi untuk mengikat pikiran agar tidak lari kemana2.
Mungkin cara sembahyang seperti meditasi ini yg membuat anda bingung bagaimana muslim bisa memfokuskan fikiran kepada Tuhan namun tidak perlu memvisualisaikan Nya. Karena saya pernah mengikuti pelatihan tenaga dalam, saya paham memang sangat sulit bermeditasi tanpa pikiran diikat oleh visualisasi.
Tapi beruntungnya sholatnya Muslim tidak seperti cara meditasi.
Kami sembahyang dengan melakukan gerak2 tertentu yg disertai puji2an dan doa2 tertentu dalam setiap geraknya.
Kami biasa sholat dengan mata terbuka, jadi tidak perlu membuat visualisasi apapun yg biasanya harus dibuat untuk membantu memfokuskan pikiran ketika mata tertutup.
Ketika sholat, konsentrasi kami sepenuhnya kepada makna2 bacaan kami, tanpa perlu terbagi dengan memvisualisasikan Wujud Tuhan, hitam, putih, bening, atau terang. (persis seperti analogi orang sedang membaca buku)
// Komen grehista : ada beberapa cara hindu bersembahyang, yang paling umum dengan mencakupkan kedua tangan di atas ubun ubun dengan posisi baik itu padasana (berdiri), silasana (duduk bersila), bajrasana (bersimpuh umumnya dilakukan seorang wanbita) dan ada lagi dengan posisi berbaring (saya lupa namanya yang biasa di gunakan untuk orang sakit).
Untuk meditasi sudah merupakan ke tingkat yoga, dan yoga ada tingkatannya juga (maaf saya belum samapi disini)
Memejamkan mata saat sembahyang untuk membantu memfokuskan pikiran (tidak disalahkan kalau sembahyang dengan mata terbuka) //
Ardhani : Apalagi memvisualkan Tuhan (lebih tepatnya = MENDUGA-DUGA WUJUD TUHAN OLEH OTAK KITA) dilarang dalam agama kami, maka klop lah sudah. Kami tidak perlu repot2 untuk membagi konsentrasi antara memahami makna dan visualisasi.
Kekhusukan akan tercapai jika makna2 puji2an dan doa2 itu dirasakan tembus kedalam hati, bukan sekedar dimulut.
Kekhusukan seperti itu akan menciptakan perasaan yg tenang, nyaman dan tentram pada saat sholat, seperti bayi dalam kehangatan pelukan kasih sayang ibunya.
// Komen Grehista : Untuk memvisualisasikan tuhan gak susah ko, hanya butuh 1/sekian detik saja bahkan lebih cepat dari mengucapkannya karena sudah terekam di otak bagian belakang saya. Kami tidak di larang memvisualisasikan dengan berbagai bentuk, bahkan hanya berupa cahayapun kitai pakai, tidak di dominasi visualisasi mahluk hidup saja. Logikanya karena beliau maha kuasa, maha segala galanya termasuk segala wujud dan saya yakin beliau tersenyum mengetahui saya memvisualisasikan sifat kemahakuasaanya sebagai dewi saraswati. Disini bukti kemahakuasaan tuhan. Maka dari itu tidak ada logika menduga duga wujud tuhan.
Akan lebih mantap dan khusuk jika kami visualisasikan. //
Komen Ardhani :
Tidak begitu bro,
Setahu saya dalam Islampun tidak ada hukuman dari Tuhan pada orang yg mencoba2 memvisualisasikan wujud Tuhan dalam benak mereka masing2 (imajiner).
Yg dilarang dan dihukum itu bila ada orang yg memvisualkan wujud Tuhan dalam bentuk fisik, lalu menyembahnya sebagai Tuhan atau pun sebagai penolong untuk memerantarai antara manusia dgn Tuhan.
Dalam kasus ini baik orang yg membuat maupun yg menyembah bentuk2 itu semuanya mendapat murka dari Tuhan.
Memvisualkan Tuhan secara imajiner dalam alam pikiran itu dalam Islam dikelompokkan kepada perbuatan sia-sia. Tidak ada manfaatnya bahkan cenderung membawa mudharat (keburukan) seperti misalnya, tergoda untuk menuangkan imajinasinya dalam bentuk fisik, lalu menyembahnya.
Tuhan memang menunjukkan diriNya kepada manusia melalui sifat2Nya. Tapi sifat2Nya itu hanya perlu dipahami bukan untuk divisualkan dalam bentuk2.
Sehebat apapun daya khayal manusia untuk memvisualkan sifat2 Tuhan dalam wujud2 fisik, tetaplah itu tidak bisa menggambarkan dengan tepat bagiamana itu Tuhan, bahkan mendekati saja mungkin tidak. Karena otak manusia mempunyai keterbatasan, sedang Tuhan itu tidak terbatas.
Mungkin imajinasi anda suka memvisualkan Tuhan dalam bentuk dewi saraswati karena mewakili sifat2 kelembutan, pengasih, berilmu, menarik, yg anda puja2 dari diri Tuhan.
Tapi bentuk itu segera membuka celah2 kelemahan yg serius.
Tuhan tidaklah bergender wanita atau pria,
selain itu ada sifat2 Tuhan yg tidak terwakili dalam bentuk visual anda, semisal sifat Maha perkasa dan Maha Adil, yg dengan sifat itu Dia menghukum makhluknya yg jahat dengan hukuman yg keras yg sepertinya tidak mungkin seorang dewi cantik tega melakukan hal seperti itu.
Dengan visualisasi yg hanya mewakili sifat2 Tuhan yg sepotong2, membuat anda terkondisikan menerima Tuhan dalam sebagian sifat2 yg anda suka, dan anda cenderung menolak sifat2 lain yg tidak sesuai dengan citra yg anda idam2kan dalam perwujudan rupa seorang dewi cantik jelita.
Padahal Tuhan harus diterima oleh makhluk ciptaan sebagaimana Dia adalah Tuhan dengan segala Sifat yg ada pada DiriNya, bukan untuk dipilih sebagian dan ditolak yg sebagian.
Seperti itulah kira2 salah satunya mudharat dari perbuatan sia2 memikirkan Dzat (Wujud) Tuhan yg dilarang Islam untuk dilakukan oleh seorang muslim.
Tidak ada manfaat apa2 yg bisa dipetik dari memvisualkan Tuhan sebagai Dewi Saraswati, Arjuna, Batman ataupun Superman , karena semuanya mempunyai kelemahan2 yg membawa kepada bibit2 kemudharatan, menciderai cara berfikir kita terhadap kekuasan Tuhan yg mutlak. Sifat2 Tuhan seharusnya kita terima dan hayati secara integral bukan parsial.
Imajinasi otak manusia mana yg bisa memvisualkan Tuhan dengan segala sifatNya secara integral ?
Tentu tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada.
// Komen Grehista : Gak sia sia Bro jika memvisualisasikannya, karena kualitas khusuknya persembahyangan bukan dinilai dari bentuk visualisasi tersebut, apakah itu sebagai mahluk maha super, kurang sempurna, sebagai cahaya terang, sebagai lukisan dll tetapi dinilai dari kesadaran akan pengetahuan bersembahyang tersebut.
Tuhan tidak konsisten jika beliau menghukum orang yang memvisualisasikan sedangkan sifat beliau maha segala galanya, termasuk juga segala wujud.
Jikalau ada perkecualian yaitu sifat yang maha segala galanya kecuali segala wujud, ya berarti tidak maha lagi dong…? //
Ardhani :
Saya rasa sebenarnya tidak juga.
Seingat saya (kalau tidak salah) di bhagawad Gita ada ayat2 yg menyatakan, bahwa hanya pemuja Tuhan saja yg akan kembali kepada Tuhan.
Para pemuja dewa hanya akan kembali ke alam2 dewa, dan seterusnya saya tidak ingat
Itu artinya tidak bisa memuja Tuhan sekaligus memuja dewa2, tidak bisa memvisualkan Tuhan dalam rupa dewa-dewi ketika memuja Tuhan, Tidak boleh mempersekutukan Tuhan dengan dewa-dewi.
Intinya Tuhan mempunyai rasa cemburu, Dia tidak ingin diduakan dengan yg lain.
Itu kalo menurut penafsiran saya sebagai muslim sih.
Entah kalau orang Hindu mempunyai penafsiran yg lain.
// Salah bro…itu beda banget. Jika memuja tuhan akan kembali kepada tuhan, jika memuja dewa akan kembali kepada dewa…mungkin jika memuja hantu/setan/demit akan kembali kepadanya. Disini jelas sekali tidak ada tersirat makna tidak boleh apalagi akan mnghukum.
Tuhan kita tidak akan cemburu, apalah arti cinta manusia disbandingkan kemahakuasaanya. Sebalinya manusialah yang cemburu dan harus inerospeksi diri jika tuhan tidak mencintai kita. Tidak ada logika jika tuhan cemburu kepada dewa, hantu, dedemit karena itu semua belaiu yang ciptakan.
Untuk masalah persekutuan tuhan dengan dewa-dewi, trus terang saya sebagai hindu tidak bisa menangkap logikanya, karena logika saya begini, tuhan adalah meliputi dan meresapi semua ciptaanya baik dewa-dewi, manusia, binatang tumbuhan dan semua yang ada di jagat raya ini. Beliaupun berada di segala tempat, segala wujud, dan segala yang maha kuasa.
Jadi apa lagi yang bisa mendalilkan persekutuan tuhan ? gak pernah mungkin kan.
Kecuali sifat tuhan itu terbatas yaitu hanya merupakan satu bentuk, tinggal di suatu tempat dan ada kekuasaan lainnya yang sama atau melebihinya, baru akan mungkin di persekutukan //
Ardhani :
PERTAMA :
anda sudah menikah belum ?
jika sudah, bagimana pendapat pasangan anda, jika dia tahu saat anda bercinta dengannya, anda selalu membayangkan / memvisulkan sedang bercinta dengan orang lain yg lebih menarik hati anda ?
apakah pasangan anda tidak marah ?
apakah pasangan anda tidak meragukan kadar cinta anda padanya ?
mungkin anda bisa berkata, pasangan anda pasti marah kalau tahu,
tapi pasangan anda kan manusia yg mempunyai sifat manusiawi tidak ingin diduakan walau hanya sekedar fantasi / visualisasi saja.
sedang Tuhan tidak memiliki sifat buruk manusia, Dia Maha Pengasih dan Pengampun.
// Grehista : Saya gak akan cemburu bro, karena saya masih punya istri 6 lagi yang lebih cantik di luar kota sana belum lagi lima yang akan tanda tangan kontrak dengan saya, he he he …. gak nyambung lagi logikanya bro //
Ardhani :
Ok ! memang benar, itu perasaan manusiawi.
tapi apakah anda mencintai Tuhan anda dengan memberikan nilai dengan kadar lebih rendah dari nilai2 yg berlaku diantara manusia ?
Bukankah seharusnya, minimal sama nilainya, atau bahkan lebih tinggi lagi ?
Apakah pengakuan cinta kita padaNya membuat kita bisa menginjak2 hak Nya diatas hak2 makhluk ciptaanNya ?
//Grehista : Mencintai tuhan = mencintai manusia, hewan, tumbuhan semua ciptaanya dan sebaliknya. Tuhan tidak membutuhkan pengakuan tapi pengalaman, sudah pasti pengalaman kerja dong… Cinta kepada tuhan akan terbukti jika sudah melakukan/mengalami kegiatan dalam bentuk kerja bukan pasif. Nonsense jika cuman pengakuan atau akan melakukan.
Kadar cinta kepada tuhan berbanding lurus dengan seberapa cinta kasih kita kepada semua mahlik ciptaanya.//
Ardhani :
KEDUA :
Apakah Tuhan hanya perlu dicintai dan tidak perlu ditakuti ?
apakah Tuhan hanya perlu menampakkan “wajah” rupawanNya dan tidak perlu menampakkan “wajah” menakutkanNya ?
kalau manusia hanya perlu mencintai Tuhan dan tidak perlu menakutiNya, maka rusaklah semua tatanan kehidupan.
manusia tidak akan mengenal lagi perbedaan2 nilai baik dan buruk dalam hidup,
aslinya, cinta sejati tidak akan ada, tanpa dibangun diatas rasa takut.
// Tuhan hanya perlu dicintai, tidak perlu di takuti.
Beliau telah memberikan pengetahuan kepada kita tentang dualiats melui wahyu yang divisualisasikan dan dinyatakandalam bentuk fisik yang disebut KITAB SUCI, sebagaimana kita memberlakukan kitab suci demikian juga halnya memberlakukan visualisasi tuhan.
Dengan pengetahuan dualitas dari tuhan, kita bisa membedakan siang dan malam, hitam dan putih, baik dan buruk hinga pada swarga dan neraka. Semua itu adalah ciptraan tuhan, dan tuhan tidak akan memihak kepada satu dari dualitas tersebut. Dengan konsekwensi hokum karma phala yang absolud, yang berlaku kepada siapa saja dan melampaui dimensi ruang dan waktu akan memperlihatkan tatanan kehidupan manusia dengan jelas.
Terlihat jelas yang baik akan menjadi baik dan yang buruk akan menjadi buruk.
Jadi tidak ada alasan untuk takut kepada tuhan.
Kalo saya mencintai tuhan seperti halnya mencintai dewi saraswati,asik koq bro…, gak cemburuan lagi walaupun saya sudah punya istri hmmmm…sungguh beliau maha tahu…, ups… MAHA TAU
Maaf tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga.
Peacefull & Cheerss…
bro ardhani anda kan heran melihat umat hindu memuja Tuhan lewat arca/pratima yg dibenarkan kitab suci veda,saya juga heran bro ardhani dengan anda dan juga umat muslim lainnya kalau ka’bah anda seumpama ada yg ngerusak terus umat muslim marah,padahal semua juga tahu ka’bah adalah sama2 benda mati,lalu apa bedanya bro ardhani
@GREHISTA SASTRA
Grehista says :
// Komen Grehista : Maaf untuk analogi membaca buku/novel sepertinya tidak berlaku untuk sembahyang bagi hindu. Pertama harus di bedakan antara sembahyang dan berdoa, kalau untuk berdoa ok sejalan dengan analogi ini karena berbagai macam rasa hati kita tumpahkan baik itu senang, sedih bahkan menangis.
Namun kalau sembahyang hindu di pura sebaiknya meninggalkan rasa keduniawian tersebut dan hanya focus kepada kemahakuasaan tuhan.//
******
Komen Ardhani :
Nah ini saya menjadi bingung,
Apa beda berdoa dan bersembahyang ?
Kedua2nya mempunyai persamaan, sama2 menghadap kepada Tuhan, untuk mengaturkan sembah puja dan permintaan kita
Perbedaanya hanya terletak pada sembahyang hakikatnya adalah memanjatkan doa yg pelaksanaannya diikat dengan melakukan ritual2 maupun waktu2 khusus.
Sementara doa bebas dilakukan kapan saja tanpa terikat oleh hal2 itu.
Lalu dimana letak kegunaan visualisasi Tuhan yg tidak diperlukan pada doa, tetapi diperlukan dalam sembahyang ?
Apakah sembahyang menjadi tidak sah jika tidak dibarengi dengan visualisasi Tuhan ?
Dan yg lebih heran lagi, mengapa anda bisa memahami berdoa pada Tuhan anda tanpa perlu melakukan visualisasi apapun, sementara anda mempertanyakan pada saya, ketika dijelaskan orang Islam bersembahyang tanpa perlu melakukan visualisasi kepada Wujud Tuhan, sebagai sesuatu yg tidak bisa anda pahami secara logic ?
==========
Grehista says :
// Salah bro…itu beda banget. Jika memuja tuhan akan kembali kepada tuhan, jika memuja dewa akan kembali kepada dewa…mungkin jika memuja hantu/setan/demit akan kembali kepadanya. Disini jelas sekali tidak ada tersirat makna tidak boleh apalagi akan mnghukum.
Tuhan kita tidak akan cemburu, apalah arti cinta manusia disbandingkan kemahakuasaanya. Sebalinya manusialah yang cemburu dan harus inerospeksi diri jika tuhan tidak mencintai kita. Tidak ada logika jika tuhan cemburu kepada dewa, hantu, dedemit karena itu semua belaiu yang ciptakan.
Untuk masalah persekutuan tuhan dengan dewa-dewi, trus terang saya sebagai hindu tidak bisa menangkap logikanya, karena logika saya begini, tuhan adalah meliputi dan meresapi semua ciptaanya baik dewa-dewi, manusia, binatang tumbuhan dan semua yang ada di jagat raya ini. Beliaupun berada di segala tempat, segala wujud, dan segala yang maha kuasa.
Jadi apa lagi yang bisa mendalilkan persekutuan tuhan ? gak pernah mungkin kan.
Kecuali sifat tuhan itu terbatas yaitu hanya merupakan satu bentuk, tinggal di suatu tempat dan ada kekuasaan lainnya yang sama atau melebihinya, baru akan mungkin di persekutukan //
********
Komen Ardhani :
OK. Dari penjelasan anda diatas rasanya saya cukup mengerti mengapa orang Hindu tidak anti kepada memvisulkan Tuhan pada wujud segala sesuatu. Tidak lain karena paham pantheisme yg mempengaruhi pola pikir mereka.
Suatu paham ketuhanan yg tidak bisa diterima oleh Islam.
Walau Islam mengakui ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tetapi Tuhan tidak sama dan terpisah dengan segala sesuatu itu.
Jika paham yg anda anut tentang Tuhan adalah seperti itu, maka tentulah tidak bisa disalahkan jika ada orang yg ketika bersembahyang memuja Tuhan, dengan cara memvisualkan Tuhan dalam rupa, hantu, setan, dedemit, iblis, batu besar, pohon keramat, atau keris.
Karena semua yg disebut diatas pada hakikatnya juga merupakan perwujudan dari Tuhan yg mewujud sebagai segala sesuatu di alam ini ?
Benarkah seperti itu ?
Lalu bagaimana membedakan menyembah pada dewa, setan, dedemit (oknum2 yg dilarang disembah manusia oleh Tuhan) dengan menyembah Tuhan dalam rupa (visualisasi only) bentuk2 seperti itu ?
Bukankah menyembah mereka saja sudah merupakan penyembahan perwujudan Tuhan yg ada dalam segala sesuatu ?
Bukankah dengan pemahaman pantheisme seperti anda sebutkan diatas, menjadikan menyembah dedemit = menyembah Tuhan juga ?
=======
Grehista says :
// Grehista : Saya gak akan cemburu bro, karena saya masih punya istri 6 lagi yang lebih cantik di luar kota sana belum lagi lima yang akan tanda tangan kontrak dengan saya, he he he …. gak nyambung lagi logikanya bro //
*******
Komen Ardhani :
Waduh …. Penganut poligini atau seks bebas nih Bro ?
Asli jawabannya nggak nyambung dengan pertanyaannya
Hehehe
==========
Grehista says :
//Grehista : Mencintai tuhan = mencintai manusia, hewan, tumbuhan semua ciptaanya dan sebaliknya. Tuhan tidak membutuhkan pengakuan tapi pengalaman, sudah pasti pengalaman kerja dong… Cinta kepada tuhan akan terbukti jika sudah melakukan/mengalami kegiatan dalam bentuk kerja bukan pasif. Nonsense jika cuman pengakuan atau akan melakukan.
Kadar cinta kepada tuhan berbanding lurus dengan seberapa cinta kasih kita kepada semua mahlik ciptaanya.//
*******
Komen Ardhani :
Memang benar, pengakuan tidak serta merta membenarkan tanpa dibuktikan dengan perbuatan.
Kalau dalam Islam, iman itu harus ditindak lanjuti dengan amal
Iman tanpa amal itu hanya dilakukan oleh para pemimpi.
Justru dengan pemahaman inilah pertanyaan saya sebelumnya menjadi lebih bermakna lagi,
Apakah kita akan mencintai / memperlakukan Tuhan dalam kadar yg lebih rendah dari cinta / perlakuan kita pada sesama manusia ?
Kalau wajah kita tidak ingin divisualkan dengan wajah orang lain oleh pasangan kita ketika beraktivitas cinta yg sangat intim, apakah kita masih berani mengaku mencintai Tuhan, sementara kita memvisualkan WajahNya dengan yg bukan Dia saat kita beraktivitas cinta yg intim dengan Nya ?
========
Grehista says :
// Tuhan hanya perlu dicintai, tidak perlu di takuti.
Beliau telah memberikan pengetahuan kepada kita tentang dualiats melui wahyu yang divisualisasikan dan dinyatakandalam bentuk fisik yang disebut KITAB SUCI, sebagaimana kita memberlakukan kitab suci demikian juga halnya memberlakukan visualisasi tuhan.
Dengan pengetahuan dualitas dari tuhan, kita bisa membedakan siang dan malam, hitam dan putih, baik dan buruk hinga pada swarga dan neraka. Semua itu adalah ciptraan tuhan, dan tuhan tidak akan memihak kepada satu dari dualitas tersebut. Dengan konsekwensi hokum karma phala yang absolud, yang berlaku kepada siapa saja dan melampaui dimensi ruang dan waktu akan memperlihatkan tatanan kehidupan manusia dengan jelas.
Terlihat jelas yang baik akan menjadi baik dan yang buruk akan menjadi buruk.
Jadi tidak ada alasan untuk takut kepada tuhan.
**********
KomenArdhani :
jika tidak ada alasan untuk takut pada Tuhan
maka orang tidak perlu lagi sungkan2 untuk melakukan segala jenis kemaksiatan yg dilarang oleh Tuhan sendiri.
mau jadi apa dunia kalau kayak begini ??
=============
Grehista says :
Kalo saya mencintai tuhan seperti halnya mencintai dewi saraswati,asik koq bro…, gak cemburuan lagi walaupun saya sudah punya istri hmmmm…sungguh beliau maha tahu…, ups… MAHA TAU
******
Komen Ardhani :
Wah…….. Mungkin juga, Istri2 anda mencintai Tuhan seperti halnya mencintai Arjuna, Bima atau Gatotkaca, asyik, gak cemburuan meskipun mereka sudah punya suami, yaitu anda.
anak anda yg kecil mungkin mencintai Tuhan seperti halnya mencintai sponge bob, atau mickey mouse.
Dan anak anda yg pecinta sepak bola, mungkin akan mencintai Tuhan sebagai Maradona.
Atau yg suka musik rege mencintai Tuhan sebagai Bob Marley
Jadi semuanya tergantung imajinasi sendiri2.
Hahahaha………. Peace bro.
=====================================================================================================
@ NGARAYANA :
Ngarayana says :
Mengenai Arca dan patung yang banyak dijual para seniman, memiliki perbedaan yang sangat jauh. Mengenai hal ini pernah saya bahas sekilas dalam artikel ini.
Jika dalam membuat patung seni yang dijual di mana-mana, para seniman pembuat patung bebas berkreasi sesuka hati mereka asalkan barang yang mereka hasilkan menarik sesuai dengan selera konsumen. Tetapi para pembuat arca tidak boleh demikian. Veda menjelaskan bahwa orang yang akan membuat arca harus melakukan meditasi dan pantangan-pantangan untuk membunuh emosi, keinginan, dan pemikiran pribadi. Salah satu kitab yang membahas tentang pembuatan arca adalah kitab Aikhanasagama dimana disana diatur mengenai bahan apa saja yang boleh dijadikan arca. Bagaimana teknik pembuatannya, puasa-puasa apa saja dan apa kualifikasi orang yang membuatnya. Bagaimana warna dari arca tersebut, berapa skala tinggi, lebar, panjang jari, bentuk muka, bentuk dan sebagainya yang sangat mendetail.
Arca masing-masing tperwujudan memiliki ukuran yang berbeda-beda. Kitab Matsyapurana menyebutkan ukuran dasatala yang sama dengan 120 angula. Ukuran ini hanya diperbolehkan bagi arca Narayana, Rama, Narasimha, Bali, Indra, Parasurama, dan Arjuna. Ukuran Navatala yang terdiri dari 108 angula diperuntukkan bagi Raksasa, Asura, Yaksa, Apsara, dan Marudagana.
Astatala yang sama dengan 96 angula diperuntukkan bagi arca perwujudan laki-laki. Saptatala yang sama dengan 72 angula diperuntukkan bagi Vetala. Pancatala yang berjumlah 60 angula diperuntukkan bagi Ganesha. Catustala yang sama dengan 48 angula diperuntukkan bagi arca Vamana (orang kerdil). Tritala yang sama dengan 36 angula dipergunakan bagi arca-arca Bhuta dan Kinnara. Dvitala atau 24 angula diperuntukkan bagi arca Kusmandha. Ukuran Ekatala atau 12 angula yang diperuntukkan bagi arca Kabanda.
Bahkan kalaupun bentuk arca ini sudah dibuat sesuai dengan aturan di atas, kalau belum ada proses upacara yang dilalui berupa menstanakan (kurang lebih sama dengan pasupati dan pengurip), maka perwujudan itu belum layak digunakan sebagai medium persembahyangan. Jadi sangat berat dan sangat banyak aturannya kan? Dan sudah barang tentu tidak bisa disamakan dengan patung yang dijual oleh para seniman yang tidak mengikuti sastra Veda.
Salam,-
**********
Komen Ardhani :
Melihat begitu ribetnya perlakuan terhadap arca2 yg digunakan dalam persembahyangan, saya jadi bertanya2 Bro Ngarayana :
Apa fungsinya pensucian arca / pratima yg sedemikian ketat itu kalau tujuan sebenarnya dari keberadaan sang arca hanyalah sebagai media visualisasi yg membantu para pelaku sembahyangan untuk dapat memusatkan pikiran mereka pada Tuhan ?
Karena jika tujuannya hanya itu, maka menggunakan arca2 yg dijual murah di pinggir jalan pun sudah mampu memenuhi tugas tersebut, karena yg paling berpengaruh dalam proses persembahyangan itu adalah kekuatan pikaran orang yg bersangkutan untuk bisa focus pada Tuhan, dan bukan karena factor sang arca itu sendiri.
Seperti foto pacar kita yg kita gunakan untuk melepas rindu kita ketika kangen padanya, dengan cara memandanginya.
Yg sakti adalah memori kebersamaan kita dengan sang pacar yg kita putar kembali dalam ingatan kita dgn alat bantu foto untuk membangkitkannya,
bukan foto sang pacar itu sendiri yg harus diruwat dengan kembang setaman agar bisa menjadi media ekatkan kita dgn sang pacar.
(kalau yg seperti ini sih biasanya kerjaan para dukun yg memberikan ilmu pelet untuk memikat orang dalam foto dgn bantuan ilmu sihir)
Atau jangan2 sang Arca tersebut malah “dihidupkan” seolah2 untuk menghadirkan Tuhan ke tempat persembahyangan berlangsung, dimana memuja arca menjadi sama dgn memuja Tuhan itu sendiri ?
Mohon penjelasan lebih lanjut.
===========================================================================================
@MAHARDIKA
Jelas beda banget, baca kembali penjelasan saya sebelumnya.
SALAM SEMUANYA YA
bro Ardhani saya nanya kepada anda kenapa orang muslim pergi ke mekah hanya untuk melihat bangunan yg berbentuk kubus dan didalamnya ada sebuah batu hitam? kenapa harus ke mekah bro? bukankah orang muslim bisa saja kan membuat bangunan seperti itu di indonesia! kenapa anda sangat memuja-muja bangunan kubus itu bro? apa istimewanya bangunan itu bro? darimana anda bisa tahu kalau allah anda itu maha sempurna jika anda sendiri belum pernah melihatnya ataupun diberi gambaran lewat kitab suci anda bro? peace
@Ardhani,
Komen Ardhani :
Nah ini saya menjadi bingung,
Apa beda berdoa dan bersembahyang ?
Kedua2nya mempunyai persamaan, sama2 menghadap kepada Tuhan, untuk mengaturkan sembah puja dan permintaan kita
Perbedaanya hanya terletak pada sembahyang hakikatnya adalah memanjatkan doa yg pelaksanaannya diikat dengan melakukan ritual2 maupun waktu2 khusus.
Sementara doa bebas dilakukan kapan saja tanpa terikat oleh hal2 itu.
Lalu dimana letak kegunaan visualisasi Tuhan yg tidak diperlukan pada doa, tetapi diperlukan dalam sembahyang ?
Apakah sembahyang menjadi tidak sah jika tidak dibarengi dengan visualisasi Tuhan ?
Dan yg lebih heran lagi, mengapa anda bisa memahami berdoa pada Tuhan anda tanpa perlu melakukan visualisasi apapun, sementara anda mempertanyakan pada saya, ketika dijelaskan orang Islam bersembahyang tanpa perlu melakukan visualisasi kepada Wujud Tuhan, sebagai sesuatu yg tidak bisa anda pahami secara logic ?
//Grehista : Piye to, Bro ardhani … sembahyang dan berdoa sama sama membutuhkan visualisasi tuhan.
Berdoa itu sering kita lakukan kapan saja dan dimana saja tanpa ada aturan baik posisi, gerakan dan ucapannya, seperti halnya kita mau berangkat, di mobil, saat kena musibah, saat mendapatkan keberuntungan, dan hal ini tidak bisa di lepaskan dengan rasa senang, sedih bahkan berdoa sambil menangis. nah inilah yang mungkin bro ardahni maksudkan seperti baca novel sehingga terbawa pada emosi kita.
Kalau kami hindu bersembahyang di pura, hanya fokus kepada tuhan dan bukan pada rasa emosi emosi seperti yang di munculkan akibat cerita novel seperti yang bro bilang.
jadi bedanya bukan terletak pada visualisasinya, tapi pada emosionalnya, serta aturan aturannya.
saya gak tau perbedaan dan persamaan antara solat dengan berdoa ?
—————————————————————–
Ardhani :
Lalu bagaimana membedakan menyembah pada dewa, setan, dedemit (oknum2 yg dilarang disembah manusia oleh Tuhan) dengan menyembah Tuhan dalam rupa (visualisasi only) bentuk2 seperti itu ?
Bukankah menyembah mereka saja sudah merupakan penyembahan perwujudan Tuhan yg ada dalam segala sesuatu ?
Bukankah dengan pemahaman pantheisme seperti anda sebutkan diatas, menjadikan menyembah dedemit = menyembah Tuhan juga ?
// Bro, Tuhan maha tau, jadi gak akan cemberut dan ngancam kalo ada orang yang nyembah dedemit.
logikanya ada di KONSEKWENSI. Beliau sudah menunjukan pengetahuannya tentang konsekwensi kalau nyembah dedemit akan kembali kepada dedemit itu sendiri, ya bakalan hidup dengan dedemit, gak tau menurut manusia enak apa gak? mungkin menurut dedemit ya menyenangkan.
Beliau juga tersenyum koq bro, wah… tuhan memang menyenangkan
Bro, kalo tuhan menurut islam ada di swarga atau neraka ya ?
—————————————————————-
Komen Ardhani :
Waduh …. Penganut poligini atau seks bebas nih Bro ?
Asli jawabannya nggak nyambung dengan pertanyaannya
Hehehe
//Grehista : Memang gak nyambung bro, pertanyaanya juga…
Kita kan sama sama pegang konsep TUHAN YANG MAHA ESA/TUNGGAL
jadi beliau cemburu sama apa/siapa ?
Yang cemburu/khawatir itu ya kita manusia kalo tidak di cintai beliau.
Ups … Kalo masalah sek bebas gak deh bro, tapi kalo poligami… kayaknya ajip tuh…kan pendahulu kita juga
——————————————————————
Komen Ardhani :
Justru dengan pemahaman inilah pertanyaan saya sebelumnya menjadi lebih bermakna lagi,
Apakah kita akan mencintai / memperlakukan Tuhan dalam kadar yg lebih rendah dari cinta / perlakuan kita pada sesama manusia ?
Kalau wajah kita tidak ingin divisualkan dengan wajah orang lain oleh pasangan kita ketika beraktivitas cinta yg sangat intim, apakah kita masih berani mengaku mencintai Tuhan, sementara kita memvisualkan WajahNya dengan yg bukan Dia saat kita beraktivitas cinta yg intim dengan Nya ?
//Grehista : Ya memang bukan to bro, memang lukisan saraswati itu sama dengan fotonya tuhan, kan sudah di singgung merupakan visualisasi dari sifat kemahakuasaan tuhan.
Justru rasa cinta kita lebih dalam kalau kita visualisasikan, kalau rasa cinta cuma di angan saja jadinya NOTHINK (no action think only)
—————————————————————–
KomenArdhani :
jika tidak ada alasan untuk takut pada Tuhan
maka orang tidak perlu lagi sungkan2 untuk melakukan segala jenis kemaksiatan yg dilarang oleh Tuhan sendiri.
mau jadi apa dunia kalau kayak begini ??
// kalo guru SD ngajarin anak didiknya ya begitu, di takut takutin. Apalagi gurunya galak, membayangkan saja sudah takut
Orang yang sudah memiliki kedewasaan dalam berfikir, akan bisa memilih jalan hidupnya, pilih yang benar akan menghasilkan kebaikan atau pilih yang salah akan berakibat buruk.
Sudah tau maksiat akan berakibat buruk ngapain di lakukan, hanya orang dungu yang ngelakuinnya tanpa sungkan sungkan.
Jadi apakah kita takut pada tuhan atau akibat perbuatan kita bro ?
——————————————————————
Komen Ardhani :
Wah…….. Mungkin juga, Istri2 anda mencintai Tuhan seperti halnya mencintai Arjuna, Bima atau Gatotkaca, asyik, gak cemburuan meskipun mereka sudah punya suami, yaitu anda.
anak anda yg kecil mungkin mencintai Tuhan seperti halnya mencintai sponge bob, atau mickey mouse.
Dan anak anda yg pecinta sepak bola, mungkin akan mencintai Tuhan sebagai Maradona.
Atau yg suka musik rege mencintai Tuhan sebagai Bob Marley
Jadi semuanya tergantung imajinasi sendiri2.
Hahahaha………. Peace bro.
//Grehista :
Dan anak anda yg pecinta sepak bola, mungkin akan mencintai Tuhan sebagai Maradona.
Atau yg suka musik rege mencintai Tuhan sebagai Bob Marley
Jadi semuanya tergantung imajinasi sendiri2.
Bagian ini salah Bro, “sebagai” di ganti dengan “seperti”
“mencintai tuhan = mencintai segala ciptaan di alam semesta ini”
Jangan diartikan mencintai istri orang ya bro ….hmmm
—————————————————————-
Maaf admin, sudah keluar dari topik
“Tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga”
Peacefull & Cheerss…
teman2 seDharma kalau dilanjutin terus gak akan ada habis2nya,biarkan saja bro Ardhani dan juga yg sepaham dengannya nanti diakhir kaliyuga dibangkitkan dan diadili di gurun pasir yg panas,sementara kita jauh2 sebelumnya sudah bersama Tuhan kita SRI KRISHNA yg wajahNYA jauh sangat menarik di planet BELIAU yg kekal
Coment ardhani ttg aturan pmbuatan arca/murti yg ketat, ribet dsb.
Sy rs msing2 agama pnya aturan ktat, ribet tp cranya sj yg beda. sprt komen ardhani diatas. Andai gk mau ribet2 ato susah2 adlah sgt gampang yaitu jgn mnganut agama apapun/atheis/agnostic.
Cthnya pmbuatan mesjid pst ada aturannya entah itu, msjd hrs kiblatnya ke mekah, hrs ada kubah, tmpt wudhu, blum lg aturn utk mmasuki msjd. Dtmbh lg bl kita mnjlani ajarn islam puasa 30 hri, sholat 5 wkt, yg mn bl sy pikir sgt ribet. Tp bila anda mnjlani dgn iman taqwa tulus iklas hal itu tdk akn mmbuat anda susah maupun ribet. Bgtupun dgn kami jg pnya aturan trsndri, jika anda ttp ngotot mka artinya anda memaksakan cara/aturan anda kpd kami.
saudara limbah kaliyuga
“udah kah kewajibanmu tuntas engkau penuhi ini udah geser berapa bulan masih ingat kah apa itu ,kalau lupa ya lupakan saja “
Betul juga komen bro mahardika diatas.Prinsip bro ardhani adalah pengetahuan dari luar islam hanyalah penambah pengetahuan saja. beliau hanya menerima paham islam apa yg tertulis di alquran dan al-hadist.
yah paling tidak bro ardhani bisa menyebarkan informasi ke rekan2 muslimnya bahwa hindu itu diperbolehkan melakukan visualisasi krn dizinkan dan memang butuh untuk fokus kepada Tuhan sesuai kaedah kitab suci. serta info lain yg bermanfaat sehingga mental rekan2 bro ardhani yg lain tidak salah persepsi. semoga bro ardhani aktif mengembangkan info ini ke rekan2nya.
mohon bantuannya ya bro ardhani, karena realita sungguh berkata berbeda pemeluk agama sekarang penuh dgn kekerasan dan kebencian. kami pun tidak malu untuk berkata ada beberapa oknum hindu yg berbuat tidak pantas yg masih dalam tataran Kanista Adhikari. semoga bro ardhani juga sependapat,mengakui itu dan bersama-sama membangun semesta raya menuju kedamaian walaupun dunia ini sepenuhnya kuasa Beliau.
Hmmm…. Sist Ardhani, memang konsep kami beda, dimana Tuhan kami bisa menjelma apapun bentuknya sesuai kemampuan kita agar bisa bertemu denganNya. Sehingga ini sekali lg memerlukan moralitas yg tinggi. Dan satu lg, Beliau mampu meresap segala penjuru, shg seluruh aktivitas kita sesungguhnya adalah pengabdian kpd Beliau.
Sedangkan diajaran abramik, Terlihat bahwa Tuhan itu dah paten begitu bentuknya dan 1 wujud ungkul. Jadi bila Tuhan ada di Utara, berarti di selatan, tidak ada Tuhan… Gitu kan? Jd ketika anda nolong hewan/orang lain, maka dipikiran anda hanya “Ah semoga Tuhan melihat kebaikanku, Biar dapat poin”. Jd boleh saya bilang, semua ibadah sama saja hanya u/ cari muka sama Tuhan.
Itu poin 1 yg buat kita beda.
Terus Tujuan kita di bumi pun juga beda, Di ajaran anda, hanya sbg ajang test saja, apa bisa surga/neraka. Kalo kami… adalah u/ berexpresi mencintai n berkerja u/ beliau. Shg kami mendifinisikan Sembahyang itu adalah waktu u/ menyatu dengan beliau, bkn meminta2.
Sedangkan di ajaran anda, mungkin hanya untuk ngejar target biar masuk surga. jd bener anda bilang, Umat islam g perlu tau/mencintai tuhan, cukup baca/hafal dengan text, sudah deh…g akan dihukum.
Itu poin ke2 yg buat kita beda.
Terus… Di ajaran kami, Tuhan kami tidak untuk ditakuti…. Biar km berbuat jahat kek, Biar km berbuat baik kek, itu diterimaNya dg tulus kok. Toh Beliau memahami expresi kita. Tapi ingat kita hidup di dunia material, yg mana ada aturan yg mengikat kita, yaitu: Karmapala n Punarbawa. Shg itu butuh kesadaran yg tinggi u/ bertindak. itu saja….
Terus klo anda bilang “Kan bisa nyembah apa saja?”. Pertanyaan yg cerdas… secara logika…memang benar. Tp kita bisa merasakan kok dg logika. Tuhan kami… tidak pernah minta yg aneh2 kok… apalg pake2 nguji kesetiaan sgala. Sehingga klo ada sesuatu yg bertentangan dg itu, maka itu bkn Tuhan kami, melainkan sebatas dewa,atau sesuatu yg masih bersifat material.
Oh ya… Klo anda menyayangi orang lain, maka yg anda cintai itu apanya to? Badannya atau jiwanya. Saya paling takut sekali. kalau hal ini blm anda pahami, akan fatal akibatnya. Shg klo lihat ada orang nyembah batu…jgn2 anda pikir…batu itu yg disembah…bukan esensi yg terkandung dlm/sekitar batu tsb… Klo itu pemikirannya, maka harus dibenahi lagi pengetahuan anda.
Namun di Hindu,bkn berarti setiap sembahyang harus pakai media. Penjelmaan Tuhan saja lah yg boleh dibuat arca, atau Tempat duduk beliau lah yg boleh dibuat media pengkosentrasian.
Memang sungguh beda ya?
Ini sebenarnya OOT kok… arti budak itu apa ya? Apakah hanya sbg pekerja saja? atau orang2 yg berada di dlm naungan seseorang? atau bgm? Sebab byk sekali di AQ yg membahas ttg budak.
Terus bgm caranya Nabi Ibrahim membedakan bisikan itu dr Allah atau Setan? dimana isi bisikan itu u/menggorok anaknya sendiri? Kalo anda dpt bisikan spt itu bgm ya?
Ini link untuk bro Ardhani tentang Arca
https://narayanasmrti.com/?file_id=131
dan
https://narayanasmrti.com/2009/12/arca-vigraha/
Wh kayaknya kalau kecerdasannya masih jongkok, belum bisa memahami yang di sampaikan di sini nih. Hik…hik..hik…
@ NETTERS HINDU
Mungkin ada baiknya kalau saya menjelaskan dulu apa yg mendasari saya untuk menanyakan sedemikian mendetail perihal arca dan kesakralannya dalam tradisi persembahyangan orang Hindu.
Ini bukan masalah memaksakan kehendak/ pemikiran seorang muslim kedalam benak orang Hindu. Tidak, saya sama sekali tidak hendak memaksa atau menjelek2kan keyakinan anda semua.
Secara lahir saya menghargai apapun keyakinan anda dengan segala aturan ritualnya (syareat nya), namun secara batin saya selalu bertanya2 apa yg mendasari perbedaan2 itu. Untuk itulah saya selalu bertanya pada saudara2 untuk mendapat jawaban yg benar2 memuaskan.
Mohon maaf kalau ada yg salah pengertian dan menganggap saya mempunyai maksud yg tidak baik.
Yg mendasari pertanyaan2 saya adalah keterangan dalam kitab2 agama Hindu sendiri.
Sebagaimana diketahui, dalam sebagian kitab2 suci Hindu disebutkan secara jelas tentang Nabi Muhammad SAW, dalam ramalan yg sangat jelas sekali, termasuk menyebut nama beliau secara terang2an.
Dikatakan disana bahwa beliau akan memberikan agama (dharma) bagi penduduk malecha, yaitu orang2 Arab dijaman beliau.
Kitab2 itu mengakui kenabian dan tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW maupun kebenaran risalah yg dibawanya bagi Malecha.
Dari sinilah timbul pertanyaan kritis saya terhadap informasi dari kitab2 Hindu dibandingkan dengan pandangan orang Hindu nya itu sendiri (seperti di forum ini).
Sebagaimana diketahui oleh sejarah, penduduk Arab jaman pra hingga kedatangan Nabi Muhammad SAW, kepercayaan tradisonal mereka adalah menyembah berbagai patung dewa yg jumlahnya ratusan.
Bahkan di situs inipun ada bahasan bahwa kepercayaan mereka saat itu tidak berbeda jauh dengan model kepercayaan2 ala vedic, meskipun ada beberapa pengaruh dari agama abrahamic sebagai moyang mereka, umumnya adalah mereka percaya pada Allah sebagai satu2nya Tuhan semesta alam yg Maha menciptakan segala sesuatu.
Namun mereka juga berkeyakinan ada dewa2 yg menjadi perantara antara manusia dengan Tuhan, yg mana dewa2 tersebut akan memberikan syafaat bagi mereka kepada Allah. Dewa2 tersebut divisualkan oleh mereka dalam bentuk patung2 yg jumlahnya ratusan, bahkan ada patung yg dianggap sebagai visualisasi dari Allah itu sendiri.
Semua patung tersebut diletakkan didalam dan disekeliling Kabah yg menjadi tempat suci mereka secara turun temurun, dan mereka beribadah secara formal dengan mengadakan ritual2 keagamaan di tempat tersebut.
Padahal Kabah dulunya merupakan bangunan tempat ibadah yg dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim untuk beribadah kepada Tuhan yg Esa tanpa memerlukan media patung2 sedikitpun didalamnya.
Keadaan masyarakat Arab dengan kepercayaan kunonya yg penuh dengan mediasi keberhalaan dalam memuja Allah (yg diakui mereka sebagai satu2nya Tuhan pencipta alam) itu sebenarnya hampir sama dengan kepercayaan Vedic
(dan menurut penjelasan saudara2 di forum ini, dalam pemikiran orang Hindu yg menganut paham pantheisme, kepercayaan seperti itu sah2 saja kebenarannya dan tidak ada alasan untuk dipersalahkan)
Tapi mengapa, justru dalam veda sendiri, ketika menyebut nama Muhammad dalam sebagian kitab2nya, justru keadaan masyarakat Arab yg seperti itu malah dianggap sebagai ADHARMA, tidak ada dharma di negeri Malecha.
Dan diberitakan, Mahamad memberikan Dharma bagi penduduk Malecha.
Ini jelas bertentangan dengan patheisme yg mendasari Hindu.
Karena dalam pandangan paham ini, Tuhan bisa mewujud dalam bentuk apa saja, sehingga tidak ada alasan untuk melarang kaum yg memuja benda2 (sbg perwujudan Tuhan) sebagai kepercayaan yg salah.
Tetapi Veda malah berbicara lain sehubungan dengan orang Arab itu, mereka adalah adharma.
Tertulis dari Bhavishya Purana (mohon dikoreksi jika salah, bagi yg tahu Veda) :
“Seorang malechha, seorang guru ruhani akan muncul bersama para sahabatnya. Namanya adalah Muhammad Raja (Bhoj) setelah memberikan ini Mahadewi Arab suatu permandian di “Panchgavya” dan sungai Gangga, setelah memberikan dia kehadirannya yang sepenuh pengabdian dan menunjukkan segenap penghormatan, berkata ‘Saya taat kepadamu’.’Wahai engkau! kebanggaan kemanusiaan, penghuni gurun Arabia, engkau telah mengumpulkan kekuatan yang besar untuk membunuh Iblis dan engkau sendiri telah dilindungi dari musuh-musuh Malechha’ ‘Wahai engkau! bayangan dari Tuhan Yang Maha-suci, Tuhan Yang Maha-besar, akulah budakmu, ambillah aku sebagai orang yang bersimpuh di kakimu”
Tertulis pula :
“Malechhas telah merusakkan tanah Arab yang terkenal. Arya Dharma tidak diketemukan di negeri itu. Sebelumnya juga telah muncul satu setan yang sesat yang telah Aku bunuh; dia sekarang muncul lagi dikirim oleh musuh yang penuh kuasa. Untuk menunjukkan kepada para musuh ini jalan yang benar dan memberi mereka petunjuk, maka Mahammad (Muhammad) yang tenar, yang telah Aku beri kata-kata Brahma, sibuk membawa ‘Pishachas’ (mereka yang sesat) ke jalan yang benar. Wahai Raja! Engkau tak perlu pergi ke tanah jahiliyah Pishachas, engkau akan disucikan melalui kebaikanku bahkan dimanapun engkau berada. Pada waktu malam, dia yang berkekuatan malaikat, lelaki yang berselimut, dalam kostum seorang Pishacha berkata kepada raja Bhoj: “Wahai raja! Arya Dharmamu telah dibuat mengungguli segala agama, tetapi sesuai dengan perintah Ishwar Parmatma, aku akan menekankan dengan kuat kredo pemakan daging. Pengikutku adalah lelaki yang bersunat, tanpa kuncir (di kepalanya), memelihara jenggot, menciptakan revolusi, mengalunkan Adhan (seruan untuk salat) dan akan memakan semua makanan yang halal. Dia akan makan segala jenis binatang kecuali babi. Mereka tidak mencari penyucian melalui semak yang suci, melainkan akan disucikan dengan peperangan. Dalam peperangan mereka melawan bangsa-bangsa yang tak beragama, mereka akan dikenal sebagai muslimin. Aku akan menjadi pencetus dari agama kaum pemakan-daging ini”.
Tertulis pula :
“Kerusakan dan penganiayaan adalah tatanan hari itu di tujuh kota suci Kashi, dan sebagainya. India dihuni oleh Raksasa, Shabar, Bhil dan orang-orang jahil lainnya. Di tanah ‘malechhas’, para pengikut ‘malechhas dharma’ (Islam) adalah orang-orang yang bijak dan berani. Semua sifat yang luhur ini terdapat pada kaum muslimin dan segala jenis kejahatan telah berkumpul di tanah Arya. Islam akan memerintah India dan kepulauannya. Mengetahui kenyataan ini, wahai Muni, terpujilah nama Tuhan”.
Dari tulisan2 dalam veda itu jelas terlihat bahwa Malecha Dharma (Islam) yg dibawa Nabi Muhammad SAW adalah agama yg direstui oleh Tuhan orang Hindu sendiri
Tetapi mengapa jika dibandingkan antara kedua agama itu, justru Islam yg dibawa Nabi Muhammad SAW dimulai dengan penghancuran patung2 berhala disekitar Kabah yg merupakan visualisasi dari Tuhan dan dewa2 oleh orang2 Arab (yg mirip dengan kepercayaan vedic) ?
Mengapa justru Islam yg dengan lantang mensterilkan pengikutnya untuk tidak mencoba memvisualkan Tuhan baik dalam angan2 ataupun dalam benda2 fisik ?.
Itu menciptakan suatu paradoks. Disatu sisi Tuhan melarang pencitraan DiriNya dengan sesuatu, sementara disisi lainnya justru diperbolehkan.
Suatu bentuk yg saling berlawanan dalam satu wadah, Kitab suci Hindu.
Atas dasar inilah saya mempertanyakan ini kepada saudara2 pemeluk Hindu di forum ini, seperti yg ada dalam tulisan2 saya sebelumnya.
Bagaimana sebenarnya jalan cerita yg benar itu.
Mohon penjelasan lebih lanjut.
Demi menciptakan saling pengertian bagi saya khususnya terhadap keyakinan agama Hindu dalam sudut pandang seorang Muslim.
SALAM SEMUANYA.
beruntung aku dilahirkan jadi orang hindu(sanatana dharma),dihindu aku diajarkan cinta kasih kepada semua mahluk(manusia,binatang,tumbuhan,mahluk2 gaib baik yg sifatnya baik maupun buruk,dewa2 dan lain sebagainya),disamping itu agama hindu tidak mengenal yang orang kafir,semua dianggapnya sebagai saudara tanpa kecuali bandingkan dengan yg ngaku agama rahmat semesta alam,intinya apapun yg ada diagama lain akan ada di hindu,tetapi apa yg ada di hindu belum tentu ada di ajaran agama lain.
Bro Ardhani
muhamad dsbtkan dlm Hindu?!memang, mahamada (muhamad?) dsbtkan,d dlm bhavisya purana,tp dktkan sbg reinkarnasi dri iblis tripura sura yg pernah djdkan abu oleh lord Shiva..cek di indiadivine.org,atau search aja di google.
Ardhani.
http://wirajhana-eka.blogspot.com/2007/10/lho-koqmuhammad-ada-di-kitab-hindu-dan_8940.html#please
jok lantang san dadine satuane ah…..
spesial for ardhani
anda sholat harus menghadap ke arah ka’bah, tidak kah itu mencerminkan anda jg menyembah berhala, klo memang agama anda menentang menyembah berhala, bearti anda boleh dan bisa saja sholat tidak sesuai arah kiblat, tapi pada kenyataanya semua masjid tempat umat muslim sholat arah kiblatnya mengarah ke ka’bah.
dalam hal memvisualisasikan Tuhan: bagaimana kita bisa percaya dgn adanya tuhan klo kita tidaak mampu membayangkanNya. agama kami memvisualkan Tuhan dgn tujuan supaya kami senantiasa ingat kepadaNya, Tuhan kami hanya satu yaitu Ida sang Hyang Widhi Wasa, yg berbentuk sinar terang yg senantiasa menyinari seluruh umat manusia dan alam semesta,dari kegelapan, oleh karena itu kami bisa hidup rukun dan damai.
dunia dan alam semesta ini berputar karena adanya 2 hal yg bertolak belakang, baik dan buruk, hitam dan putih, penyembah berhala dan bukan penyembah berhala , mungkin itu tujuan dari Tuhan menciptakan berbagai agama, dgn ajaran berbeda tetapi tetap pada satu keyakinan yaitu keyakinan bahwa tuhan itu satu, sehingga dunia dan alam semesta ini tetap berputar.
Ttg nabi Muhammad… gini…sist Ardhani, Para umat hindu blak2an kok. Karena di ajaran kami itu tidak mengenal adanya ayat pengkoreksian kok. Klo Muhamad seumpamanya Kalki, tentu kami akui kok. Misal: Sang Budha yg mengarah ke Nastika, kami tetap akui kok bahwa dia avatar kami. Tp mengapa kami tidak mengakui Muhamad seumpamanya Kalki??? Mngkin byk faktor yg membuat hal itu.
tp ada yg kisah di Veda, yg lebih mirip sama belia (Nabi Muhamad). Yg ceritanya beliau titisan dr Iblis. Tp apakah betul beliau? kami juga tidak berani.
Namun melihat Jadwal penghancuran alam, maka ini sangat mungkin terjadi adanya suatu gerakan yg bersifat destruktif. Dan bila ini dihubungkan2 maka sangat dimungkinkan bahwa kemunculan Nabi Muhamad adalah sebuah rekayasa dari Tuhan u/ mendestruktifkan alam ini atau esensi dari Tuhan itu sendiri.
Memang penyederhaan-penyederhaan terkesan baik, simple, efisien. Tp dibalik dr penyederhaan-penyederhaan tentu ada sesuatu yg diloncati. sedangkan sesuatu yg diloncati tentu punya suatu esensi. Kemudian bila esensi2 tsb terus kita hilangkan, maka generasi berikutnya…tentu menganggap esensi tsb tidak ada! Inilah yg disebut kemerosotan dari Ritual/Upacara….
Dulu saya ingat…ada teman saya yg berdebat sama guru BK. Dia tidak pakai sepatu dan topi ketika upacara bendera. Terus teman berdalil bahwa teman2 saya di desa pelosok banyak yg g pakai sepatu dan topi, boleh melakukan upacara bendera…toh yg penting cinta tanah air.
Apabila hal ini disahkan oleh gurunya, maka apa yg terjadi? Mungkin pada level teman2 saya tidak masalah, karena kami yg selevelnya tentu akan tau pola pikir teman saya. Tapi ketika ke generasi berikutnya, apa yg terjadi??? Oh…klo upacara tuh bebas kok… yg penting kita cinta tanah air. Namun mereka telah lupa bahwa ada esensi yg terlupakan dari penggunaan sepatu & topi, yaitu sikap kedisiplinan.
Dari cerita diatas, jelas sekali penyederhaan dari upacara/ritual/ibadah… akan merosotkan esensi dari upacara itu sendiri. Dan hal ini sdh terbukti…. upacara/ritual/ibadah apapun pada jaman ini tidak berasa…No sense…Benar kan???
Jadi hati2 dg penyederhaan dari upacara/ritual/ibadah… sebab upacara/ritual/ibadah tentu menyangkut orang banyak, dimana setiap orang mempunyai tingkat moralitas yg beda2… Tp ya jgn sampai upacara/ritual/ibadah justru membuat kita enggan melakukan upacara tsb, karena ribet,mahal,dll… kan semua itu ada desa,kali,patra-nya.
Dear All
Mengenai Nabi Muhammad yang diramalkan dalam Veda, memang benar adanya.
Kitab Bhavisya Purana yang merupakan salah satu dari 18 Purana yang ada dan masuk dalam kategori Rajasik Purana (Purana dalam sifat nafsu) memberikan banyak ramalan-ramalan yang akan terjadi di masa mendatang. Hanya saja, beberapa Bhavisya Purana yang beredar saat ini ternyata sudah banyak mengalami perubahan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab (kabarnya dimulai saat masa penjajahan Inggris di India). Sehingga ada baiknya kita berhati-hati dalam mengutip sloka-sloka dalam Bhavisya Purana. Pastikan bahwa Bhavisya Purana yang kita miliki adalah Bhavisya Purana yang otentik yang masih dipegang oleh garis perguruan / parampara. Dalam perguruan Brahma Gaudya Vaisnava, kitab ini memang hampir tidak pernah dibahas, sehingga juga menyulitkan saya untuk bertanya dan mencari sumbernya lebih lanjut.
Karena ramalan ini diwarnai oleh motif kepentingan, sampai saat ini dapat kita saksikan beberapa kubu.
1. Yang membenarkan Muhammad adalah Avatara
2. Yang membenarkan Muhammad adalah penjelmaan Iblis (sebagaimana disampaikan oleh saudara Ajunk dengan mengutip link blog Pak Eka Wiradjana)
Yang membenarkan Muhammad sebagai Avatara sendiri terpecah menjadi 2;
1. Beberapa pihak Hindu moderat meyakini Muhammad sebagai salah satu dari Shaktyawesa Avatar, yaitu penjelmaan suatu jiva (tergolong jiva-tattva) yang diberikan tugas khusus oleh Tuhan (Visnu-tattva) dalam menjaga perdamaian dunia. Mengenai hal ini mungkin bisa dibaca di sini.
2. Dari pihak muslim yang ingin mengkonversi Hindu menyatakan Muhammad adalah Kalki Avatara yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu
Pernyataan yang kedua sudah pasti tidak dapat diterima, baik dari Islam maupun Hindu sendiri. Andaikan Muhammad dalah Kalki Avatara, dimana dalam kitab Hindu jelas-jelas Kalki Avatara adalah penjelmaan Tuhan, maka umat Muslim harus mengakui bahwa Muhammad dalah Tuhan. Padahal bagaimanapun Al-Qur’an mengakui Muhammad adalah Nabi, seorang manusia yang mendapat wahyu dari Tuhan. Lebih lanjut tentang hal ini sudah saya bahas di artikel ini.
Salam,-
@ All
Berdasar keterangan sdr Ngarayana, adalah BENAR ramalan dalam bhavisya Purana tentang Nabi Muhammad SAW itu.
Bagi saya itu sudah cukup memadai untuk menanyakan keheranan saya terhadap Hindu sehubungan dalam penyembahan Tuhan dengan memvisualkan pada dewa-dewa, seperti yg saya tanyakan kemarin, namun tidak dijawab oleh netters Hindu disini.
Terus terang saya tidak peduli apakah Nabi Muhammad SAW itu adalah Avatar Kalki yg ditunggu orang Hindu atau tidak. Saya juga tidak peduli dan tidak mempunyai kepentingan sama sekali jika orang Hindu mau jadi muslim atau tidak.
Dan saya juga tidak peduli silang pendapat yg terjadi dikalangan orang Hindu terhadap keotentikan kitab Bhavisya Purana yg memuat ramalan atas Nabi Muhammad SAW tsb.
Yg pasti adalah ramalan tentang Nabi Muhammad SAW telah tertulis jelas dalam kitab Bhavisya Purana.
Jika orang Hindu keberatan dan menuduh bahwa ramalan dalam kitab itu adalah palsu yg diselundupkan dengan sengaja, maka mereka harus jujur pula untuk mengakui TIDAK ADA JAMINAN ORISINALITAS dalam kitab2 yg dianggap suci seperti Veda, Upanishad dan Purana mereka, dari intervensi pihak luar.
Karena untuk membuktikan bahwa ramalan2 tentang Nabi Muhammad SAW dalam purana adalah otentik atau tidak, hingga sekarang mereka tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Lalu bagaimana dengan kitab2 lain mereka yg dipercaya otentik sejak jutaan tahun yg lalu ?
OK. Bukan niat saya untuk mempermasalahkan hal itu.
Otentik atau tidak, setidaknya orang Hindu belum bisa membantah keontetikkan ramalan terhadap Nabi Muhammad SAW yg sangat jelas itu dalam kitab mereka.
Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, mereka harus menerimanya.
Hingga tidak ada alasan bagi mereka untuk membenci dan menghina agama Islam sebagai agama yg bertentangan dengan Hindu dan bukan dari Tuhan, baik secara terang2an atau lewat sindiran.
kecuali mereka menolak bhavisya Purana seluruhnya atau sebagiannya.
namun, Kalau toh mereka tidak mengakui kebenaran ramalan itu, tetap saja mereka tidak boleh menghina dan menyindir agama2 lain, jika mereka benar2 memahami makna ayat dalam Bhagawad Gita ini :
Ye yatha mam prapadyante tams tathaiva bhajamy aham, mama vartmanuvartante manusyah partha sarvasah [Bhagavad Gītā, 4.11]
Arti:
Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana – mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta
Yo-yo yam-yam tanum bhaktah sraddhayarcitum icchati, tasya-tasya calam sraddham tam eva vidadhamy aham [Bhagavad Gītā, 7.21]
Arti:
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera
Kembali ke pertanyaan awal saya.
Jika Islam yg dibawa Nabi Muhammad SAW sesuai ramalan Bhavisya Purana adalah agama yg benar dari Tuhan orang Hindu sendiri, mengapa terdapat kontradiksi yg tajam antara Hindu dan Islam dalam hal pemujaan Tuhan lewat media dewa2 dan arca / pratima ?
Karena tidak ada jawaban dari netters Hindu terhadap pertanyaan ini,
Yg ada malah menuduh kalau toh ramalan itu benar, namun sebenarnya Nabi itu hanya titisan Iblis. (mungkin ini jawaban untuk menghibur diri sendiri mereka, namun jelas jawaban itu tidak mendasar sama sekali)
Beruntunglah ada netter yg memberikan link yg cukup bagus meskipun materi pembahasannya singkat dan sederhana, yg dengan itu saya bisa belajar dan menemukan sedikit titik terang dari masalah ini. Thanks for Bro Ajunk
Ini cuplikan ayat dari ayat Bhagawad Gita :
ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitā te ‘pi mām eva kaunteya yajanty avidhi-pūrvakam [Bhagavad Gītā, 9.23]
Arti:
Orang-orang yang menyembah Dewa-Dewa dengan penuh keyakinannya sesungguhnya hanya menyembah-Ku, TETAPI MEREKA MELAKUKANNYA DENGAN CARA YANG KELIRU, wahai putera Kunti
“Orang yang menyembah dewa akan dilahirkan di tengah masyarakat dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah makhluk seperti itu, dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku.” (Bhagavad Gītā, 9.25)
mungkin, ini hipotesa saya :
Kenapa orang Hindu diajarkani reinkarnasi, kelahiran kembali yg terus menerus hingga jiwa tersebut dapat lepas dari lingkaran penderitaan itu ?
sedangkan dalam agama Islam mengapa tidak diajarkan tentang reinkarnasi ?
Jawabannya terletak pada obyek sembahan dari kedua umat beragama itu.
HINDU, sebagai suatu agama berciri pantheistic, mereka merasa boleh2 saja memuja dewa2, kekuatan alam, atau bentuk2 fisik, roh2, dll tanpa merasa bersalah kepada Tuhan sejati dan Tuhan sendiri tidak marah atas perbuatan2 seperti itu. (lihat Bhagavad Gītā, 4.11 dan 7:21 diatas)
Perbuatan seperti ini membawa konsekuesi yg menjadi dasar agama mereka, bahwa mau tidak mau penganut Hindu terikat dengan hukum Karmaphala dan terus menerus berada dalam lingkaran reinkarnasi, tanpa bisa terlepas darinya, hingga suatu saat dalam salah satu kehidupan kembali itu, jiwa2 mereka siap menerima, memahami dan menjalani kebenaran sejati, bahwa hidup sebenarnya adalah pengabdian yg tulus hanya untuk Tuhan semata, dan menyembah Tuhan secara langsung dengan membebaskan diri dari penyekutuan pribadi2 atau bentuk2 lain terhadapNya, maka setelah itu mereka akan terlepas dari putaran reinkarnasi, akan moksha, kembali kepada Tuhan (lihat Bhagavad Gītā, 9.25)
Itu berbeda jauh dengan Islam, sebagai agama yg juga dibenarkan Tuhan dalam kitab suci Hindu.
ISLAM, sebagai suatu agama bercorak monotheistic yg tegas, bertuhan pada satu Tuhan yg tidak sama dengan sesuatu, ajarannya sama sekali tidak mentolerir penyekutuan dalam menyembah Dia dengan yg lain2, bahkan untuk sekedar memvisualkanNya dalam peribadatan.
Jika Bhagavad Gītā, 9.25 adalah benar, bahwa orang yg murni meyembah Tuhan akan hidup bersama Tuhan, maka terjawablah sudah, mengapa tidak ada ajaran reinkarnasi dan karmaphala dalam Islam.
Sejatinya dalam Islam tidak membutuhkan ajaran kelahiran kembali / reinkarnasi, karena jiwa2 mereka yg tulus dalam agama ini akan otomatis segera bersatu dengan Tuhan pasca kematian di dunia, yg oleh orang Islam diistilahkan hidup di surga Allah yg mereka akan tinggal kekal didalamnya.
(rupanya terdapat perbedaan makna antara istilah surga – neraka dalam pengertian Islam dan Hindu)
Karena dalam Bhagavad Gita 9:25 itu jiwa2 yg murni menyembah Tuhan akan langsung kepadaNya, kembali ke alam kekekalan (Baqa) bersama Tuhan, tidak perlu terjebak ke dalam alam2 ketidak kekalan (fana), seperti alam dewa, alam roh leluhur, alam hantu dan roh halus, dan itulah yg terjadi pada seluruh muslim yg saleh.
Terlihat jelas, jika ajaran Hindu demi alasan toleransi dan kedamaian (sesuai dengan kebiasaan jaman yg berlaku dulu, antar kelompok manusia / bangsa / kerajaan sering berperang meski untuk alasan sepele sekalipun), Tuhan mengajarkan kebebasan untuk memuja DiriNya dengan segala cara pemujaan, namun pada akhirnya jalan yg ditempuh jiwa2 manusia menjadi terlalu panjang dan berbelit2 karena terjebak dalam roda reinkarnasi yg berkepanjangan bagi jiwa2 yg tidak kunjung memahami bahwa hanya Tuhan yg harus disembah dalam penyembahan yg murni, itulah jiwa2 yg tertipu dalam cara penyembahan Tuhan seperti yg dikatakan Bhagavad Gita.
Sudah tiba saatnya Tuhan menunjukkan kebenaran sejati yg menjadi semacam “shortcut” bagi jalan berbelit2 yg harus ditempuh jiwa2 itu untuk bersatu denganNya, dengan menyingkapkan kebenaran dalam corak monotheisme agama2 Abrahamic.
Karena itu menjadi sangat gampang dipahami, mengapa cara langkah pertama yg diambil oleh Nabi Muhammad SAW untuk memberikan agama pada kaum Malecha adalah menghancurkan patung2 dewa dan membabat habis segala penyekutuan terhadap Allah, Tuhan yg Esa.
Mungkin pemujaan patung2 itu bisa diterima dalam pemikiran Hindu, tapi bagi Nabi Muhammad SAW yg tercerahkan dengan “diberi kata2 Brahma” (kata Bhavisya Purana) , pemujaan patung2 itu sebagai pemberi syafaat pada Allah adalah biang kerok dari penderitaan kewajiban lahir kembali.
Oleh sebab itu harus dimusnahkan semusnah2nya, dan diganti penyembahan pada Tuhan secara langsung dan murni tanpa bantuan media apapun.
Dalam perspektif Islam, kebebasan cara2 pemujaan Tuhan yg ditolerir Hindu adalah jalan yg terlalu berliku-liku dan berbelit-belit, yg sering banyak jebakan didalamnya (menipu orang), untuk mencapai tujuan hidup yg utama, menyatu dengan Tuhan di dalam kekekalan.
Maka harus dipersingkat menjadi jalan yg mudah, yg langsung to the point pada tujuan, yg diistilahkan oleh Al Quran sebagai SHIRAT AL MUSTAQIM = JALAN YG LURUS.
Mungkin Veda diklaim orang Hindu sbg kitab pengetahuan yg paling lengkap di dunia ataupun di alam raya sekalipun, namun ternyata kelengkapan ilmu itu tidak menjamin pembacanya (yg membaca seluruhnya sekalipun) bisa segera terlepas dari derita reinkarnasi berkepanjangan
Berbeda dari itu, Al Quran jauh lebih tipis dan praktis, namun justru memuat inti sari dari hakikat2 yg paling penting dari kitab2 Veda itu.
Membaca, memahami, mentaati dan mengamalkan Al Quran menjadikan pelakuanya terbebas dari derita reinkarnasi ketika meninggal dunia tanpa memandang dia dari golongan sudra, atau Brahmana.
Ini adalah penyingkapan hakikat dan rahmat yg paling besar dari kebaikan Tuhan kepada umat manusia, bahkan bagi seluruh alam.
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”
(QS 25:1)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam”
(QS 21:107)
Maka tidak heran jika Maharesi Vyasa sendiri berkata dalam Bhavisya Purana :
“Islam akan memerintah India dan kepulauannya. Mengetahui kenyataan ini, wahai Muni, terpujilah nama Tuhan”.
Hmm, rasanya saya sudah mulai dapat mengerti hubungan dan jawabannya.
Memang itu masih sekedar hipotesa saya , mohon maaf jika ternyata salah, hanya Allah yg tahu segala kebenaran.
Bagaimana tanggapan anda sekalian ?
SALAM SEMUANYA
Ardhani
iya,memang benar dsebtkan,tp cma sbg titisan iblis..ga lebih!!!
Sloka yg anda sbtkan diatas,yg dmksdkan bkan agama,tp catur marga,atau 4 jalan yg dpt dtmph untk mndktkan dri ke Tuhan,ada bhakti,karma,jnana dan yoga marga..mngenai sloka kdua yg anda sbtkan,ä bca keseluruhan bab yg ada sloka tsb,dsn mngkn anda akan mengerti,jangan sepotong2 donk..kalau anda menganggap kalo dktb bhavisya purana it mahamada(muhamad?) benar2 nabi anda,jd anda stju kalo muhamad adalah pnjelmaan iblis,nanti sy sertakan linknya,dsn dsertai teks asli ktb bhavisya purana.
Ardhani
Sloka yg anda sbtkan diatas,yg dmksdkan bkan agama,tp catur marga,atau 4 jalan yg dpt dtmph untk mndktkan dri ke Tuhan,ada bhakti,karma,jnana dan yoga marga..mngenai sloka kdua yg anda sbtkan,ä bca keseluruhan bab yg ada sloka tsb,dsn mngkn anda akan mengerti,jangan sepotong2 donk..kalau anda menganggap kalo dktb bhavisya purana it mahamada(muhamad?) benar2 nabi anda,jd anda stju kalo muhamad adalah pnjelmaan iblis,nanti sy sertakan linknya,dsn dsertai teks asli ktb bhavisya purana.
Ardhani
gw aja yg Hindu tmben dnger bhagavan Vyasa ngmong kalo islam it…bktinya mana??anda ga tahu malu,menganggap agama diluar kepercyaan anda dgn sbtan KAFIR,tp knyataanny kq mencri pmbenaran di kitab agama lain,ngakak gw ktawa lho ha300jtx..msh bnyk yg ingn q utarakan,tp mklm,skrng cma lwt hp sja,jd kpn2 sya ladenin pertanyaan sdr suksma…Tuhan kalau memang surga itu hanya untk kenikmatan,bidadari cntik n whateverlah namanya,lbh baik aq di neraka,karena hanya dgn pendritaan dan bkn knkmatan aq slalu dpt mengingat kebesaranMU,astungkara.
benar apa yg dikatakan saudara Ajunk ,kalau disorga isinya cuma orang2 berjilbab yg hanya kelihatan matanya aja(kayak ninja),orang2 yg suka ngebom atas nama jihad dengan jenggot kambingnya serta 72 bidadari pemuas nafsu sex yg terus perawan,mendingan gue ikut saudara Ajunk aja ke neraka,sebab hanya dengan penderitaan kita bisa selalu ingat terus kepada Tuhan SRI KRISHNA. jayalah hindu,jayalah nusantaraku,damailah seluruh alam semesta. OM SANTIH,SANTIH,SANTIH OM
@ Ajunk
iya,memang benar dsebtkan,tp cma sbg titisan iblis..ga lebih!!!
===========
Koment Ardhani :
tolong anda uraikan sehingga anda berkesimpulan seperti itu
=======================================================================================
@Mahardika
hati2 Bro, omongan bisa menjadi kenyataan lho.
tapi orang2 seperti anda kayaknya memang lebih cocok untuk meramaikan neraka
ya, mudah2an keinginan anda itu akan tercapai.
amin. amin. amin
salam
Ardhani
http://zamanku-blogspot.com/2008/08/zamanku-inilah-purana-hindu-yang.html
http://www.indiadivine.org/hinduism/articles/Bhavisya-Purana-The-Prediction-of-Islam
http://zamanku-milis.blogspot.com/2008/08/zamanku-inilah-purana-hindu-yang.html
@Ardhani biarlah waktu yg akan membuktikannya bro,aku lebih senang bersama Tuhanku SRI KRISHNA yg berwajah ganteng dan menarik yg memberikan kesejukan dan kedamaian bagi seluruh alam semesta,ingat bro ardhani penyembah Tuhan yg murni dan yg sejati tidak memikirkan apakah ia nanti dapat sorga ataupun neraka,bagi penyembah Tuhan yg murni sorga neraka sama saja,bahkan kalaupun penyembah murni di taruh di neraka ia dapat mengubah suasana neraka menjadi sorga bro Ardhani
wahai saudara2ku se-Dharma marilah kita nyanyikan maha mantra HARE KRISHNA HARE KRISHNA KRISHANA KRISHNA HARE HARE HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE dimanapun,kapanpun dan disetiap keadaan bagaimanapun walau di neraka sekalipun,semoga dengan dikumandangkannya maha mantra hare krishna ini roh2 yg sengsara di neraka bisa mencapai keinsafan. JAYA SRI RAMA KRISHNA
ardhani says:
July 17, 2010 at 2:49
“p@Mahardika
hati2 Bro, omongan bisa menjadi kenyataan lho.
tapi orang2 seperti anda kayaknya memang lebih cocok untuk meramaikan neraka
ya, mudah2an keinginan anda itu akan tercapai.
amin. amin. amin”
saudara ardani katanya anda mengaku orang jawa tulung agung ya kalau ga salah .
kalau anda menulis seperti hal tersebut betulkah anda orang jawa anda tau jawa itu apa?
JAWA ITU ARTINYA NGERTI TO ,YANG BISA NGERTI JIWA ,JIWA ITU JOWO JADI KALAU JIWA ANDA SAJA GA NGERTI MANA PANTAS ANDA BILANG ANDA ITU ORANG JAWA.
YEN TO MANUNGSO JOWO IKU ORANG SEJATI IKU ORA BAKAL NDUWENI CIPTO LAN PAMIKIR KOYO MANGKONO GAMPANG PARING PANGUNI UNI MARANG LIYAN KAN TANPO DASAR.
PEPUNTONE LAKON IKU DUDU MANUNGSO KANG NENTOK AKE OPO DENE SUWARGA LAN NEROKO KENE OPO SIRO WANI NYUPATANE LIYAN KANTHI TULISAN “#
ardhani says:
July 17, 2010 at 2:49 pm
@ Ajunk
iya,memang benar dsebtkan,tp cma sbg titisan iblis..ga lebih!!!
===========
Koment Ardhani :
tolong anda uraikan sehingga anda berkesimpulan seperti itu
=======================================================================================
@Mahardika
hati2 Bro, omongan bisa menjadi kenyataan lho.
tapi orang2 seperti anda kayaknya memang lebih cocok untuk meramaikan neraka
ya, mudah2an keinginan anda itu akan tercapai.
amin. amin. amin
salam”
IKU DUDU WONG JOWO IKU MEMANG ASLI WONG ARAB .
ARAB IKU AREB .AREB IKU DOYAN .ARAB IKU YO PUSER BUMI ,PUSER IKU UDEL ( PUSER ) . MULO BUMI NE PANAS SAENGGO MLENGO ( BERMINYAK) ILANG MINYAK E DADI BLODO ( SISA MINYAK ) MULO ONO DONGENG BUMI ARAB IKU PANGGONE MANUNGSO REGETING BAWONO NAJAN TO MAKAPING2 TUNTUNANE GUSTI TUMUJU MARANG BUMI ARAB IKU ORA BAKAL ISO GAWE BUMI ARAB IKU ISO TETNTRAM ANANE MUNG PERANG TRS BUKTI LAN NYATANE.
MULO BENER YENTO AMBRUK NUSANTORO IKU GINOWO SOKO WONG ARAB .WONG SENG ORA DUE ROSO BALES BUDI DI WEK I ATI NJALOK REMPELO NUNGKAK KROMO MARANG RATU MOJOPAHIT .
LEK NGONO ENDI MUNGGU LUHURING ISLAM YEN SIRO DEWE KOYO MANGKONO PAMIKIR MU ?
SIRO NGOCEH NGALOR NGIDUL ORA ONO GUNANE NGENDI ONO WONG NGERTI KOK MALAH TUKANG NESU NULIS SAK KAREPE !!!!
BECIK MINGGAT WAE !!!
OPO RUMANGSAMU SENG BABAD NUSANTORO IKI WONG ISLAM OPO RUMANGSAMU SENG GAWE MOJOPAHIT IKU WONG ISLAM !!!
ISLAM IKU TEKO MUNG GAREK MANGAN TURU NENG NUSANTORO GA PERNAH GAWE OPO GAWENE MUNG NGRUSAK.
JAJAL SIRO IKU BALAJAR SEJARAH SENG BENER OJO SUKUR MLONYEH !!!
salam
Sist ardani, Kelihatan anda mulai percaya dg Re-Inkarnasi. Namun dlm logika anda, Islam adlah shortcut, shg klo kita menjalankan jalan islam maka akan langsung moksa (yg anda anggap alam jannah/surga). Ok-Ok aja… tapi kALO Gagal, kemana roh itu berada? menurut ajaran islam? Apa mereka punya kesempatan lg dlm nereka?
Terkadang Para Islam, Kristen, dan kemungkinan para HK, agak mulai mencoba2 mempantenkan bentuk,nama, warna, …dari Tuhan. Menurut saya ,itu tidak masalah, asal keyakinan akan bentuk spt itu tidak dipaksakan ke org lain, dimana tidak bisa disamakan begitu saja.
Mungkin di ajaran Hindu, ada konsep (yg kuanggap sangat absoulut), yaitu Pelayan dr Pelayan Tuhan… mungkin ini sdh byk dibahas di blog ini. Kalo kita pahami itu, maka Tuhan justru mengakui org yg melayani bakta2Nya, sbg Bakta/pelayanNya yg sejati. Mungkin dg konsep ini jelas, mengapa di Hindu, sangat menghormati bahkan seolah2 mati2an melayani semua komponen yg ada di alam ini (Dewa,Rsi,Pitra/Ortu/Leluhur,Manusia,dan alam).
Oh ya…bro Ngarayana, menurut anda Jiva-Tattva itu apa? Apakah tipe atman yg berkelas premiun? atau atman yg berevolusi? Kembali pada pemikiran2 Hindu moderat yg mencoba u/ mendamaikan dg mempersamakan/menyamarkan beberapa hal. Tapi ide baik ini justru yg membuat ketidakjelasan makna veda. Byk sekali…yg dipelintirkan!
Padahal kita tau bahwa setiap kelahiran ,kita diikat oleh tingkat Tri Guna yg beda2, Warna yg beda2, shg menyebabkan jalan Darma yg ditempuh u/ berexepresi/menuju Tuhan pun akhirnya ya beda juga. Namun dengan Veda…hal itu dpt dirangkul semua…
Sesugguhnya penyerapan Darma itu seperti sekolah. Saya ingat ketika saya sekolah, ada bidang Fisika, Kimia, Matematika, Bahasa, Ekonomi, ah…macam2lah…dimana setiap bidang diajarkan oleh seorang guru. Sdh pasti guru bidang tsb akan mati2an u/ menerangkan bidangnya secara baik n prof, Tapi mungkin gak, guru tsb memaksa muridnya “Pokoknya besok kamu harus jd ahli matematika, atau ahli fisika, atau apalah…sesuai bidang yg ia ajarkan.” ???? Saya rasa…tidak ada tu… Nah seprti itulah sebenarnya dakwah/penyebaran agama yg benar. Dan tentang pemilihan kemana murid itu akan memperdalami, maka itulah darma murid tsb.
Oh ya sist ardani, klo boleh tau, ketika Nabi Muhamad kedlm Goa (mendapatkan pencerahan), Beliau ngapain saja sih? Apakah bersemadi? Atau duduk2 biasa,? Atau merenung saja? Atau bgm?
@Ardhani
Kalau anda mengakui bahwa ramalan nabi muhammad dan nabi-nabi lainnya ada dalam Veda, berarti anda mengakui bahwa Veda itu lengkap dunk? ^_^
Mengikuti alur logika pembenaran ramalan nabi muhammad sebagai sakyavesya avatara, maka dapat ditarik penyebab kenapa Muhammad seperti itu. Jangan lupa, orang arab sebelum Muhammad sudah sangat keterlaluan. Masak mereka membuat patung mereka sendiri lalu menyembahnya. Hindu tidak membenarkan hal seperti itu. Sudah jelas bahwa aturan membuat arca sangat ketat kalau tidak ingin dikatakan mleccha. Untuk menghentikan praktek sesat itu, maka wajar jika muhammad bersikap tegas menghancurkan arca di kabah walaupun tidak semuanya. Sama halnya pada jaman Buddha dimana Tuhan menjelma dan mengatakan kepada semua orang untuk tidak mengikuti ajaran Veda. Kenapa bisa demikian? Untuk meluruskan kembali dharma agar tidak menyimpang.
@AJUNK :
OK. Memang beredar dua versi penafsiran atas ramalan pada Nabi Muhammad SAW dlm bhavisya purana, yg kedua2nya ternyata bertolak belakang maknanya..
Belum ada penafsiran yg dinyatakan mutlak benar dari kedua penafsiarn tersebut.
Karena diakui sendiri oleh kalangan Hindu, sloka2 yg bersangkutan itu termasuk sloka2 yg sulit ditafsirkan, sehingga setiap usaha penafsiran terhadapnya selalu diwarnai dengan kepentingan pihak penafsir.
Hal itu terungkap dalam diskusi terhadap ramalan tersebut yg diselenggarakan oleh sebuah institut agama Islam, dengan mengundang narasumber dari pihak Hindu
Baca link ini :
http://singaraja.wordpress.com/2008/12/24/tanggapan-terhadap-buku-ramalantentang-muhammad-saw-dalam-kitab-suci-agama-zoroaster-hindu-buddha-dan-kristen/
Namun yg sudah pasti tanpa bisa diingkari siapa saja adalah, memang ada ramalan terhadap Nabi Muhammad SAW di dalam kitab Hindu, dan dikatakan beliau memberikan agama pada kaum Malecha, sesuai perintah Iswar Parmatma sendiri.
Mengenai penafsiran Nabi Muhammad SAW sebagai jelmaan dari Tripurasura yg membawa agama yg merusak, saya melihat banyak kelemahan2, yaitu antara lain :
1) Jika dikatakan tanah Malecha / Makah pernah di acak2 oleh iblis Tripurasura yg akhirnya binasa karena dibakar oleh Siwa, maka dalam peristiwa apakah hal itu tercatat dalam sejarah ?
Setahu saya, peristiwa2 yg menonjol dalam sejarah kota Makah pra Islam hingga masa nabi Muhammad SAW adalah :
pertama,
usaha penghancuran Kabah di Makah yg dilakukan oleh Abrahah, raja Abasyiah dari Yaman, dengan tentara bergajahnya. Namun gagal total, karena secara “kebetulan”, tentara bergajah tersebut terserang wabah penyakit mematikan yg menyerang sebagian besar anggota pasukan, bahkan raja Abrahah sendiri juga terserang penyakit itu dan tewas dalam perjalanan pulang ke kerajaannya, setelah gagal menyerang kabah.
Peristiwa itu diabadikan oleh al Quran dalam surat Al Fil, dimana Allah menyatakan mengirim pasukan burung ababil yg mengghujani tentara bergajah itu dengan batu2 panas (sijjil) sehingga keadaan pasukan itu seperti daun2 yg dimakan ulat (bolong2).
Itu mempunyai kesamaan dengan cerita iblis tripurasura yg dibinasahkan dengan cara dibakar oleh dewa Siwa
Kedua,
Peristiwa menojol lainnya setelah itu adalah perang2 yg terjadi antara kaum musyrik Makah dengan kaum Muslim, yg diawali dengan perang Badar hingga berakhir pada peristiwa penaklukan kota Makah oleh Muslim.
Mungkin dalam peristiwa2 ini yg diramalkan kitab Hindu sebagai iblis Tripurasura menjelma kembali, namun harus ditentukan dulu pada siapa Iblis itu menjelma, apakah pada diri Nabi Muhammad SAW atau pada tokoh2 Musyrikin Makah penentang agama tauhid, yg dimotori oleh tokoh2 Jahat seperti Abu Lahab, Abu Jahal, dll.
Jika menjelma kedalam diri Nabi, maka ramalan tersebut mempunyai kelemahan sangat serius, yaitu Nabi tidak wafat karena dibakar / dibinasahkan dewa Siwa, tetapi meninggal secara wajar karena usia tua.
Sementara jika iblis itu menjelma pada tokoh2 musyrikin Makah, maka ramalan tersebut memiliki kesesuaian dengan kematian iblis Tripurasura yg akan dibinasahkan oleh dewa Siwa.
Tokoh2 jahat tersebut tewas dalam perang Badar, perang pertama yg terjadi antara kaum musyrik Makkah dengan kaum Muslimin.
Al Quran mencatat dalam perang badar, kaum Muslimin dibantu oleh tentara2 malaikat yg datang berturut2. Sedang secara kasat mata, tentara Muslim diuntungkan dengan datangnya badai padang pasir secara tiba2, yg arahnya menuju tentara Musyrikin Makah sehingga membuat pandangan mereka terganggu debu2 pasir, sementara anak panah tentara muslim bisa melesat semakin jauh kearah musuh terbantu oleh dorongan angin besar.
Dari peristiwa2 ini, bisa diketahui siapa yg dimaksud penjelmaan kedua kalinya dari Iblis Tripurasura oleh bhavisya purana itu.
2) dikatakan dalam tafsir ramalan itu bahwa Tuhan hindu, Siwa, memberi berkat pada iblis Tripurasura untuk merusak dharma di negeri Malecha. Itu sangat aneh, kalau Tuhan memberkati kejahatan, mengapa perbuatan iblis itu dianggap sebagai dosa / kesalahan ? Artinya adalah, dharma di negeri Malecha sebenarnya dirusak oleh Tuhan hindu sendiri, tapi orang Hindu menyalahkan orang lain.
Itu tidak adil dan tidak bermoral.
Tapi jika Tuhan memberi berkat pada Nabi Muhammad SAW untuk membunuh jelmaan iblis Tripurasura, dan memberi tuntunan dharma pada penduduk malecha yg sebelunya rusak / tidak ada dharma, maka itu adalah sesuatu yg patut bagi Tuhan.
Karena sifat Tuhan sejati adalah mencintai kebaikan dan melarang, bahkan menghukum kejahatan. Bukan malah memberkati kejahatan.
Kecuali Tuhan orang Hindu tidak mempunyai sifat seperti itu.
Tuhan yg dikenal muslim tidak seperti itu, Dia mengijinkan kejahatan terjadi, tapi tidak memberkatinya.
3) kata2 ini : “Itu adalah negeri yang sangat rusak dimana tidak ada lagi Dharma” ,
kondisi sangat rusak yg ditunjukkan dalam kata2 itu menunjuk pada keadaan sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai nabi (guru / acarya) bagi orang2 malecha atau sesudahnya ?
jika sebelumnya, maka itu berlebihan, semua orang tahu bahwa jauh sebelum kenabian Muhammad SAW, orang2 Arab telah beragama secara turun temurun dengan menyembah dewa2.
Penyembahan seperti ini tidak bisa disalahkan dalam pandangan Hindu, karena sesuai Bhagavad Gita, para penyembah dewa dgn sepenuh keyakinannya, pada hakikatnya juga menyembah Tuhan sendiri.
Maka penyebutan “sangat rusak / tidak ada dharma lagi” itu menjadi tidak jelas apa maksudnya.
Jika keadaan tanpa dharma yg dimaksud itu adalah setelah Nabi Muhammad SAW menyebarkan dan mengajarkan agama Islam pada orang2 Malecha, serta menghancurkan dan melarang pemujaan patung2 dewa mereka.
Maka itu juga bertentangan dengan bhagawad Gita sendiri, karena disana disebutkan bahwa orang2 yg memuja Tuhan secara langsung, bebas dari penyembahan dewa2 dan yg lainnya selain Tuhan sendiri, sebenarnya itulah penyembahan yg paling benar.
Jika apa yg diajarkan oleh nabi Muhammad SAW itu dianggap “sangat rusak dan tidak ada dharma” maka saya sarankan agar kitab bhagawad Gita nya orang Hindu khususnya bab kesembilan direvisi total terlebih dulu sebelum menghakimi Islam sebagai adharma, karena saya bisa dgn mudah menunjukkan ayat2 Al Quran yg mengajarkan sebanding dengan ajaran Bhagavad Gita bab kesembilan..
Jadi, sebelum atau sesudah kenabian Muhammad SAW, kondisi tidak ada dharma di tanah Malecha itu tidak sesuai dengan perspektif agama Hindu, namun terlihat jelas perbedaannya dalam perspektif agama Ibrahimic
Maka orang2 Hindu harus memperinci dengan jelas, apa yg dimaksud tanpa dharma di negeri malecha tsb, sesuai dengan apa yg dianggap adharma dalam keyakinan mereka.
====
Kemudian menanggapi tuduhan bahwa bait2 tersebut disisipkan oleh pihak2 tertentu demi kepentingan mereka sendiri.
Jika benar itu adalah sisipan, maka jelas itu tidak dilakukan oleh oknum2 muslim.
sangat tidak masuk akal seorang muslim menyisipkan kata2 multi tafsir kedalam kitab suci Hindu, yg membuka peluang bagi orang Hindu menafsirkan Nabi Muhammad SAW secara negatif.
Mungkin justru orang Hindu yg benci dengan Islam yg menyisipkan bait2 seperti itu, atau orang lain diluar Hindu dan Islam yg ingin menciptakan permusuhan antara orang2 Hindu dan Islam.
Begitu tanggapan saya.
Salam.
@UTSUKUSHI :
Sorry Bro, aku gak eruh setan opo sing mlebu nang ndasmu, kok ujug2 mencak2 koyo ngono.
Bro, sampeyan iku wong Jowo, wong bali, opo wong Hindu ?
Lek sampeyan wong hindu, iku artine sampeyan gak sepiro jowo, paling banter setengah jowo setengah india.
Hindu karo Islam iku podho2 barang Impor mlebu nak Jowo, bali, opo nusantoro.
Omongan sampeyan soal Jowo, islam, Arab, cino, londo aslie gak relevant babar blas ndik jaman modern koyok ngene.
Iku mek perasaan sentimentil sampeyan, sing wis gak usum banget.
Lek sampeyan bener2 asli jowo, mestine sampeyan dudu wong Hindu, tapi nyembah akik, keris, apo wit bringin.
Padahal bro, Gusti Allah iku gak ndelok opo suku bongso manungso, tapi mek ndelok opo amal apik e manungso.
Dadi kebanggaan rasa kedaerahan iku gak ono rego e gawe ngagung-agungno diri dewe-dewe.
Opo sampeyan jik mewarisi mental kolonial ta ?
Ngerti gak Bro ?
Sampeyan gak perlu sentiment karo Islam goro2 penduduk tanah jowo ninggalno agama Hindu pindah nak agama Islam.
Iku ngono wis pilihane wong Jowo dewe, dudu dipekso karo kekuatan politik / kekuasaan.
Ibarat pribahasa : becik ketitik olo ketoro, wong sing milih ninggalno Hindu nak tanah jowo ngerti opo sing apik kanggo deweke dewe,
Dadi sampeyan gak usah ribut karepe dewe.
Hindu apo Islam sing diterimo, iku ngono urusan Gusti, dudu urusan sampeyan.
Ngono lho cak !
Sorry, boso jowo ku gak koyok boso jowo sampeyan,
Aku wong suroboyo, dadi gak iso boso jowo sing bener2 jowo.
Salam.
ardani @
“Ibarat pribahasa : becik ketitik olo ketoro, wong sing milih ninggalno Hindu nak tanah jowo ngerti opo sing apik kanggo deweke
dewe”,
hahahah siip kon wes iso ngarani to becik ketitik olo ketoro .
yo wes tak enteni tenan omongane peno ojo nganti lali yo.
@ Adi Wira Kusuma :
ADI says :
Sist ardani, Kelihatan anda mulai percaya dg Re-Inkarnasi.
****
Komen Ardhani :
Jika ditanya apakah saya percaya reinkarnasi atau tidak, jawaban saya :
I don’t know, Islam tidak mengajarkan tentang reinkarnasi.
Tentang masalah roh, Al Quran hanya bilang, pengetahuan tentang itu hanya ada di sisi Tuhan, manusia tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit.
Reinkarnasi itu mungkin saja ada, jika memang Allah menghendaki, sebagaimana Dia kelak akan menghidupkan kembali seluruh makhluk setelah hari kiamat, hal2 seperti itu urusan gampang bagi Tuhan.
Tapi, sepertinya Islam memang secara formal tidak mengakui adanya reinkarnasi. Karena ada perbedaan prinsip yg sangat mendasar antara dua agama tsb.
Hindu mengakui reinkarnasi, Islam mengakui kebangkitan kembali.
Dua hal tersebut secara teknis dan konsekuensi berbeda sangat jauh.
Jika dalam reinkarnasi hindu, roh yg diberi jasad kembali akan menitis pada bentuk2 yg lain, dan roh tersebut lupa sama sekali dengan kejadiannya di masa2 lalu. Hal itu bisa berlangsung berkali2 hingga si roh terbebas dari siklus reinkarnasi.
Sedang kebangkitan kembali dalam Islam, roh kembali lagi dalam wujud semula ketika masih hidup di dunia, untuk menerima penghakiman atas kehidupan selanjutnya. Dalam kehidupan kembali ini, mereka mengingat betul seluruh perbuatan yg telah dikerjakan di dunia semasa masih hidup.
ini gambaran yg diberikan oleh Quran :
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini berada dalam kesesatan yang nyata.
(QS 19:38)
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.
Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.
(QS 41:20-22)
Itu sama sekali tidak bisa diselaraskan dengan pemahaman reinkarnasi Hindu.
itu mengundang pertanyaan : Jika manusia bisa berinkarnasi dalam kehidupan ribuan kali, maka dalam rupa tubuh siapa sang roh akan menghadap Tuhan di hari pengadilan setelah kiamat nanti ?
kebaikan dan kejahatan dlm kehidupan yg mana yg akan dipertanggung jawabkan itu ? kehidupan yg terakhir kali menjelang hari kiamat / pralaya ? atau seluruh perbuatan selama ribuan kelahiran itu ?
Jika setiap kejahatan harus dihukum oleh Tuhan, maka dosa2 yg dibawa menghadap Tuhan oleh seseorang yg berinkarnasi dalam masa ribuan kali hidupnya, jelas ribuan kali lebih banyak dari dosa yg harus ditanggung orang yg tidak bereinkarnasi.
Dan itu jelas sangat amat merugikan sang roh, apa dia sanggup menerima beban seberat itu ?
Terus ada pertanyaan lagi, jika menjelang hari kiamat / pralaya (versi Hindu), orang2 yg hidup menjelang hari itu, yg seharusnya belum siap untuk mokhsa ketika mati, yg masih bergelimang dosa2 setelah mengalami kematian dalam kejadian Kiamat / pralaya itu, nasibnya gimana ?
Apakah kewajiban reinkarnasi kembali jadi ikut hangus begitu saja seiring dengan musnahnya jagad raya ?
Atau di pending hingga diciptakan jagad baru oleh Tuhan ?
atau di transfer ke jagad lainnya ?
Tapi sepertinya orang Hindu tidak perlu repot2 menjawab hal2 seperti itu, karena dalam agama Hindu tidak dikenal pertanggung jawaban manusia kepada Tuhan.
Bagi Hindu, Tuhan hanya mencipta manusia, setelah diciptakan manusia bertanggung jwab atas perbuatannya sendiri, tapi tidak perlu bertanggung jawab lagi pada Tuham.
Sementara menurut Islam, setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan itu juga harus dipertanggung jawabkan pada Tuhan.
Jadi bedanya seperti langit dan bumi.
*
Secara pribadi saya tidak setuju adanya reinkarnasi,
karena pengajaran tentang adanya hal tsb, membuat orang yg sifatnya lebih cinta kehidupan di dunia tidak bersegera menata dirinya untuk bersiap2 kembali kepada Tuhan.
Bagi mereka hidup kembali ribuan kali didunia justru itu yg dicari, karena dunia itu adalah kecintaan mereka.
Bukan hidup bersama Tuhan yg tidak dapat dibayangkan oleh mereka dimana letak kenikmatannya, dibanding kenikmatan dunia yg sudah dirasakan selama ini.
Bukankah Tuhan juga tidak ambil pusing jika mereka tidak kunjung kembali kepadaNya ?
Karena masing2 orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, dan tidak perlu mempertangung jawabkan perbuatan mereka pada Tuhan.
Nah, kalau dunia dipenuhi oleh orang2 semacam itu, maka mau jadi apa dunia kita ini ?
Orang ditakut-takuti dengan ancaman saja tidak seberapa mempan, apalagi jika diumbar tanpa ancaman ?
Wah, itu benar2 bahaya bagi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri.
Kesimpulan saya, ajaran reinkarnasi itu nggak mendidik manusia jadi lebih baik.
Kalau toh reinkarnasi itu betul2 ada, maka kira2 seperti itulah kebijaksanaan yg diambil Islam dengan tidak mengajarkan adanya reinkarnasi secara gamblang, agar manusia tidak terleha-leha dengan kehidupan dunia, dan menunda2 untuk berbakti secara tulus kepada Allah di kehidupan yg lain saja. Nanti saja, Tidak perlu sekarang ketika mereka sedang dalam posisi PW (posisi Wuenak).
Warning Quran :
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
(QS 35:5)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(QS 57:20)
Walahu alam (hanya Allah yg mengetahui)
=======
Adi says :
Namun dlm logika anda, Islam adlah shortcut, shg klo kita menjalankan jalan islam maka akan langsung moksa (yg anda anggap alam jannah/surga). Ok-Ok aja… tapi kALO Gagal, kemana roh itu berada? menurut ajaran islam? Apa mereka punya kesempatan lg dlm nereka?
******
Komen ardhani :
Kalo gagal ya pasti ke neraka dong Bro.
Emang mau kemana lagi ?
Apakah mereka memperoleh kesempatan lagi di dalam neraka ?
Mungkin saja, bukankah Allah Maha Adil tapi sekaligus tetap Maha Pengampun ?
Dan hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya : “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, KECUALI KALAU ALLAH MENGHENDAKI “. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
(QS 6:128)
======
Adi says :
Terkadang Para Islam, Kristen, dan kemungkinan para HK, agak mulai mencoba2 mempantenkan bentuk,nama, warna, …dari Tuhan. Menurut saya ,itu tidak masalah, asal keyakinan akan bentuk spt itu tidak dipaksakan ke org lain, dimana tidak bisa disamakan begitu saja.
Mungkin di ajaran Hindu, ada konsep (yg kuanggap sangat absoulut), yaitu Pelayan dr Pelayan Tuhan… mungkin ini sdh byk dibahas di blog ini. Kalo kita pahami itu, maka Tuhan justru mengakui org yg melayani bakta2Nya, sbg Bakta/pelayanNya yg sejati. Mungkin dg konsep ini jelas, mengapa di Hindu, sangat menghormati bahkan seolah2 mati2an melayani semua komponen yg ada di alam ini (Dewa,Rsi,Pitra/Ortu/Leluhur,Manusia,dan alam).
*******
Komen Ardhani :
Ya bro, itu memang kebenaran yg sangat absolute ada di semua agama, karena Tuhan memang menghendaki setiap manusia bermanfaat bagi makhluk yg lainnya.
=========
Adi says :
Oh ya sist ardani, klo boleh tau, ketika Nabi Muhamad kedlm Goa (mendapatkan pencerahan), Beliau ngapain saja sih? Apakah bersemadi? Atau duduk2 biasa,? Atau merenung saja? Atau bgm?
********
Komen Ardhani :
waduh nggak tahu bro, nggak ada videonya, mungkin anda bisa cari di YouTube, kali2 aja ketemu, beliau sedang ngapain ketika itu
hehehe
Yg jelas aktivitas tersebut dalam Islam disebut tafakur, berawal kata dari fikir, maksudnya merenung secara mendalam terhadap sesuatu.
Kalo anda sedang berfikir, kira2 harus berposisi seperti apa ?
duduk biasa, bersemadi, berdiri, mondar-madir, nungging ato tidur2an sambil ngiler ?
(ini mah namanya kebablasan tidur)
Salam
=================================================================================================================================================================================
@MADE :
Made Says :
Kalau anda mengakui bahwa ramalan nabi muhammad dan nabi-nabi lainnya ada dalam Veda, berarti anda mengakui bahwa Veda itu lengkap dunk? ^_^
********
Komen Ardhani :
Tergantung apa arti lengkap itu Bro,
Dalam ukuran kitab suci agama2 yg ada, memang harus diakui veda itu cukup lengkap
Tapi apa kelengkapan suatu kitab suci menjamin bahwa itu menyelamatkan kehidupan para pembacanya ?
Nggak lah, keselamatan itu terletak dari pengamalan isi kitab suci dalam kehidupan sehari2 seseorang.
Bahkan justru kelengkapan itu malah bisa membingungkan pembacanya sendiri, mau membaca apa dan dari mana ? mana yg paling perlu dibaca lebih dulu sebelum mati nggak keburu membaca semuanya ?
Perpustakaan kampus anda itu koleksi bukunya lengkap, semua ada, tapi kalau mahasiswanya sendiri jarang ke perpustakaan untuk membaca seluruh koleksi yg ada disana, maka kelengkapan pustaka dari pepustakaan itu juga nggak membawa manfaat bagi mereka, paling2 hanya menjadikan kebanggaan bahwa kampus mereka punya perpustakaan yg lengkap.
Lha mereka cari kebanggaan atau cari ilmu yg bermanfaat ?
Nah Bro, anda sudah khatam (tamat) membaca seluruh bagian kitab suci anda belum ?
Udah 100 % atau baru berapa persen yg dibaca ?
Saya sudah khatam al Quran berkali kali, tinggal berproses mengamalkan isi dari apa yg telah dan selalu akan saya baca berkali2 itu sepanjang hidup saya.
======
Made says :
Mengikuti alur logika pembenaran ramalan nabi muhammad sebagai sakyavesya avatara, maka dapat ditarik penyebab kenapa Muhammad seperti itu. Jangan lupa, orang arab sebelum Muhammad sudah sangat keterlaluan. Masak mereka membuat patung mereka sendiri lalu menyembahnya. Hindu tidak membenarkan hal seperti itu. Sudah jelas bahwa aturan membuat arca sangat ketat kalau tidak ingin dikatakan mleccha. Untuk menghentikan praktek sesat itu, maka wajar jika muhammad bersikap tegas menghancurkan arca di kabah walaupun tidak semuanya. Sama halnya pada jaman Buddha dimana Tuhan menjelma dan mengatakan kepada semua orang untuk tidak mengikuti ajaran Veda. Kenapa bisa demikian? Untuk meluruskan kembali dharma agar tidak menyimpang.
******
Komen ardhani :
Yup betul,
Rupanya anda termasuk bagian dari orang2 yg menolak penafsiran bahwa Nabi Muhammad SAW adalah jelmaan dari iblis Tripurasura yg sering dikatakan oleh orang Hindu untuk menolak kebenaran agama Islam yg dibawa beliau.
Emang Tuhan itu kekurangan orang / personel apa ? kok tega2nya menyuruh jelmaan setan untuk mengajarkan orang2 suatu agama yg tujuannya meluruskan agamaNya yg telah diselewengkan oleh pengikut sebelumnya.
itu kayak dagelan saja.
Apa nggak bingung kalau punya Tuhan macam begitu ?
Mungkin satu putaran kehidupan lagi, si setan tersebut bisa berinkarnasi menjadi Dewa.
Lalu dewa sendiri bisa berinkarnasi turun derajat jadi monyet,
Bajing berinkarnasi menjadi presiden,
Petruk berinkarnasi jadi batman,
Brad Pitt berinkarnasi jadi durian montong.
Walah, ora mudeng !
Salam.
saya makin tertarik…pola pikirnya sist ardhani…. Saya ingin tau mengapa anda mulai sibuk dg ramalan2 di Veda? Guna nya u/ apa ya? Dari awal sdh kusampaikan bahwa di Veda, itu Tidak ada istilah pengkoreksian… Shg yg dimungkinkan malah penambahan. Jadi ketika ada aliran Budha atau bersifat Nastika. maka bkn berarti sloka2 yg bersifat astika, gugur! …..
Sedangkan di Abramik, ajarannya bersifat pengkoreksian. Jadi sangat beda sist….
Jadi didalam pikiran anda, bila nabi muhammad sdh diakui oleh umat Hindu, maka apapun ajarannya dpt menggugurkan filsafat2 yg sebelumnya? Jawabannya…Tidak Sist.. Sebab kami berfikir jalan yg diajarkan Nabi Muhamad hanyalah sub kecil dari dari Bhakti Yoga. Dimana seolah2 dg cara berbakti ke Tuhan sajalah yg dpt membawa ke moksa.
Disini…kami malah berfikir… Bgmana sih proses penunjukan nabi di abramik? Apakah memang ada roh2 khusus untuk menjdi Nabi atau bgm? Sebab di ajaran anda tidak mengenal lho Reinkarnasi. Shg apakah menjdi Nabi itu butuh proses pembelajaran dulu atau tidak? Klo butuh, kira2 darimana Beliau belajar? Mungkin kah Malaikat datang tanpa Ritual yg dilakukan Beliau? Terus Ritual spt apakah kok sampai mau Malaikat Jibril Datang? Apa pernah anda tau ttg itu?
Kemudian ttg Veda…apakah itu barang Import? Veda itu sdh ada di alam ini… Tapi dikompilasi di India. Dan saya rasa itu cuma kebetulan saja…. ada sapta Rsi yg lahir di India, terus mendapatkan Veda.
Seperti gini… anda tau kan siapa yg mndeklarasikan Hukum Gravitasi bumi? Kira2 sebelum penemu tsb blm mndeklarasikan Hukum tsb, maka Hukum tidak ada di bumi? Tidak kan???? Tapi knp kita hrs menyebut nama penemu hukum itu bila kita akan membahas Hukum Gravitasi bumi?
Jadi klo anda bilang “Veda barang Import”. Saya rasa kurang tepat. Veda sdh ada di alam ini… Bukti lain…klo veda bkn barang Import…… Anda tau pura di nusantara, Bandingkan dg Kuil di India. Beda gak? Tentu Beda. Cara berpakain? Juga Beda! Bunga2 yg dijadikan persembhan…beda pula. Dan banyak pl yg beda. Tp esensi dari semua…sama. Nafas dari filsafat veda, sama.
Sedangkan di Islam, Berani mesjid bermodel pendopo? Berani klo sholat, pakai adat jawa? Saya rasa Tidak!!! Sebab itu barang Import… yg kemungkinan tidak cocok bagi penduduk lokal.
Sdh jelas…. Sist… Konsepnya beda … Dari penjelasan anda saja. Islam hanya mau menghormati manusia saja…dan Itupun hanya pencarian nilai dari Tuhan. Jadi Malaikat, alam, Leluhur diabaikan begitu saja. Dan Rsi yg saya setarakan dg nabi (padahal bukan secara teorinya), Hanya nabi Muhamad saja yg didoakan… knp tidak nabi musa, isa,adam, dll? Hayo….
Tentang Reinkarnasi… Penentuan wujud berikutnya ditentukan oleh karmapalanya. Jadi jelas… klo nunggu posisi wuenak tanpa kerja…saya rasa g mungkin deh. Bagaimana sdh kiamat? Alam ini (yg bersifat material) tidak akan kiamat total bila masih ada atman yg mau berexpresi thd Tuhan dg alam material. Jadi Tuhan akan membuat alam baru lg. Namun Bumi ya ada batas hancurnya.
Terus…menurut anda…ngapain Alah…mengadakan hari Kiamat? Apa beliau dah bosan dg cara Test di bumi? Atau roh yg ditest sdh habis? Byk pertanyaan sih… Tp mesti jawabanya sll Hanya Tuhan yg Tau. Memang hanya beliau yg tau/memahami. tp masak tidak ada salah 1 gambaran ttg itu? Dah gampang2annya, kenapa ada bayi cacat? Mesti jawabannya, itu cobaan! Shg dosa2nya akan mudah hilang. Sekarang kenapa roh itu mendapatkan kemudahan spt itu (jd cacat)? Namanya klo ujian, tentu semua roh dapat waktu start yg sama, soal yg sama, dan kesempatan yg sama, bukan?
Terus, kira2 kemana roh yg berwujud hewan/tumbuhan?
Dari pengambaran anda … ketika di alam Sana…roh masih berupa wujud yg masih bisa terpikirkan. Sedangkan di ajaran kami, Roh/atman yg masih terwujud suatu bentuk, artinya dia masih berada di alam material. Jangan2…benar… bahwa yg anda tuju masih berupa alam material, dimana masih bisa hancur. Karena diajaran kami, Planet surga,bumi,neraka, dan masih byk lg merupakan alam material. Jadi bkn di bumi saja lho………
ardhani say:
Secara pribadi saya tidak setuju adanya reinkarnasi,
karena pengajaran tentang adanya hal tsb, membuat orang yg sifatnya lebih cinta kehidupan di dunia tidak bersegera menata dirinya untuk bersiap2 kembali kepada Tuhan.
Bagi mereka hidup kembali ribuan kali didunia justru itu yg dicari, karena dunia itu adalah kecintaan mereka.
Bukan hidup bersama Tuhan yg tidak dapat dibayangkan oleh mereka dimana letak kenikmatannya, dibanding kenikmatan dunia yg sudah dirasakan selama ini.
Bukankah Tuhan juga tidak ambil pusing jika mereka tidak kunjung kembali kepadaNya ?
Karena masing2 orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, dan tidak perlu mempertangung jawabkan perbuatan mereka pada Tuhan.
Nah, kalau dunia dipenuhi oleh orang2 semacam itu, maka mau jadi apa dunia kita ini ?
Orang ditakut-takuti dengan ancaman saja tidak seberapa mempan, apalagi jika diumbar tanpa ancaman ?
Wah, itu benar2 bahaya bagi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri.
Kesimpulan saya, ajaran reinkarnasi itu nggak mendidik manusia jadi lebih baik.
Kalau toh reinkarnasi itu betul2 ada, maka kira2 seperti itulah kebijaksanaan yg diambil Islam dengan tidak mengajarkan adanya reinkarnasi secara gamblang, agar manusia tidak terleha-leha dengan kehidupan dunia, dan menunda2 untuk berbakti secara tulus kepada Allah di kehidupan yg lain saja. Nanti saja, Tidak perlu sekarang ketika mereka sedang dalam posisi PW (posisi Wuenak).
to-eka say:
Hmmm..semua pemikiran anda memang tampak tepat sekali dari segi bujuk membujuk, layaknya membujuk anak kecil diberi permen supaya mau melakukan apa yg kita kehendaki.
tapi..ajaran weda khususnya reinkarnasi adalah pengetahuan hukum alam yg didapatkan oleh para Rsi/pertapa melalui proses pertapaan panjang dalam menghayati Tuhan dan esensi alam semesta. Kadangkala hukum alam ini memang tidak sesuai dengan yg kita harapkan seperti misalnya “alangkah baiknya jika tidak ada hukum gravitasi shg kita tidak bisa jatuh dari ketinggian hehehe..”. Tp hukum alam tetaplah harus ada karena itulah kenyataannya yg ada yg telah diciptakan oleh kekuasaan Yang Maha Agung.
Disamping ajaran reinkarnasi, weda jg mengajarkan “sorga dan neraka” klo menurut anda dimaksudkan untuk mendidik manusia spy tidak mengumbar diri tanpa ancaman spt yg anda uraikan diatas.
Intinya terlepas dari ancam mengancam tersebut,reinkarnasi merupakan pengetahuan hukum alam,yg dalam ilmu fisika modern sekarang ini disebut sebagai “hukum kekekalan energi” (mudah2an anda masih ingat pelajaran fisika hehe). Coba anda renungkan..siapakah anda? anda adalah atman/roh/energi yang mendiami badan material tubuh anda. krn energi itulah anda hidup, tumbuh dan bisa beraktifitas. tanpa energi tsb yg ada hanya tubuh mati/mayat anda. Sesuai dengan hukum kekekalan energi yg sudah diakui secara ilmiah bahwa energi tidak dapat diciptaka/dimusnahkan, energi itu akan tetap ada. So…tentunya akan sangat ilmiah klo atman/roh/energi itu akan tetap ada dan mengikat unsur material baru setelah terlepas dari tubuh sebelumnya untuk membentuk/menghidupi tubuh baru sesuai sifat2 yg terikat olehnya karena karma perbuatan dalam kehidupan sebelumnya tersebut.
Karma/perbuatan kita dlm kehidupan ini akan membentuk selubung halus yg melingkupi atma/roh kita yg suci yg disebut “badan halus” (suksma sarira), dengan sederhana dpt dicontohkan misalnya dalam kehidupan sekarang kita bertingkah laku buas layaknya seekor binatang buas maka sifat itu akan menyelubungi atman/roh kita, dan pada saat kita meninggal, roh kita yg telah terselubungi sifat buas tersebut akan terlepas dari mayat kita dan akan mengikat unsur material baru yg sesuai dengan sifat yg dibawa olehnya (sifat buas)membentuk badan material baru, badan material baru yg sesuai dengan sifat itu adalah binatang buas…
salam damai..!!OM shanti3..OM
Ardhani :
Jika ditanya apakah saya percaya reinkarnasi atau tidak, jawaban saya :
I don’t know, Islam tidak mengajarkan tentang reinkarnasi.
//Grehista : kami tau, weda memaparkannya dengan gamblang.
——————————————————————————————————————–
Ardhani :
Tentang masalah roh, Al Quran hanya bilang, pengetahuan tentang itu hanya ada di sisi Tuhan, manusia tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit.
//Grehista : Wah payah pelit nich kog kasih tau sedikit, weda complit bro
——————————————————————————————————————-
Ardhani :
Reinkarnasi itu mungkin saja ada, jika memang Allah menghendaki, sebagaimana Dia kelak akan menghidupkan kembali seluruh makhluk setelah hari kiamat, hal2 seperti itu urusan gampang bagi Tuhan.
//Greahista : Tuhan ngajak main tebak tebak buah manggis. Bukan masalah gampang susahnya, apa sih yang gak bisa olehNya, mungkin gak waktu nerima wahyu lupa nyatet, ups… lupa kasih tau notulennya, atau kali bisikannya terlalu kecil gak kedengeran.
Ardhani :
Tapi, sepertinya Islam memang secara formal tidak mengakui adanya reinkarnasi. Karena ada perbedaan prinsip yg sangat mendasar antara dua agama tsb.
Hindu mengakui reinkarnasi, Islam mengakui kebangkitan kembali.
Dua hal tersebut secara teknis dan konsekuensi berbeda sangat jauh.
Jika dalam reinkarnasi hindu, roh yg diberi jasad kembali akan menitis pada bentuk2 yg lain, dan roh tersebut lupa sama sekali dengan kejadiannya di masa2 lalu. Hal itu bisa berlangsung berkali2 hingga si roh terbebas dari siklus reinkarnasi.
Sedang kebangkitan kembali dalam Islam, roh kembali lagi dalam wujud semula ketika masih hidup di dunia, untuk menerima penghakiman atas kehidupan selanjutnya. Dalam kehidupan kembali ini, mereka mengingat betul seluruh perbuatan yg telah dikerjakan di dunia semasa masih hidup.
ini gambaran yg diberikan oleh Quran :
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini berada dalam kesesatan yang nyata.
(QS 19:38)
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”.
Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.
(QS 41:20-22)
//Grehista : Bro core I7 kalah dong, boleh Tanya gak, bro ardhani berapa kali sudah bilang sialan ke orang lain ? bisa hitung gak
Ardhani :
Itu sama sekali tidak bisa diselaraskan dengan pemahaman reinkarnasi Hindu.
itu mengundang pertanyaan : Jika manusia bisa berinkarnasi dalam kehidupan ribuan kali, maka dalam rupa tubuh siapa sang roh akan menghadap Tuhan di hari pengadilan setelah kiamat nanti ?
//Grehista : Tuhan gak punya rumah dan alamat, menghadap ke mana ya ?
Listen :
“Brahman Atman Aikyam”
Artinya : googling ya bro…
Roh/Atman tidak sama dengan tubuh, jikalau bro ardhani mempertanyakan rupa roh/atman silakan visualisasikan sendiri, hmm konsekwen ya bro
Ardhani :
kebaikan dan kejahatan dlm kehidupan yg mana yg akan dipertanggung jawabkan itu ? kehidupan yg terakhir kali menjelang hari kiamat / pralaya ? atau seluruh perbuatan selama ribuan kelahiran itu ?
Jika setiap kejahatan harus dihukum oleh Tuhan, maka dosa2 yg dibawa menghadap Tuhan oleh seseorang yg berinkarnasi dalam masa ribuan kali hidupnya, jelas ribuan kali lebih banyak dari dosa yg harus ditanggung orang yg tidak bereinkarnasi.
Dan itu jelas sangat amat merugikan sang roh, apa dia sanggup menerima beban seberat itu ?
//Grehista : memangnya rapelan, ya perbuatan yang telah di lakukan lah bro yang sebelum meninggal.
Setelah maha pralaya akan muncul lagi kehidupan yang baru, jangan bawa filsafat hindu menjadi konsep linier ya bro.
Ardhani :
Terus ada pertanyaan lagi, jika menjelang hari kiamat / pralaya (versi Hindu), orang2 yg hidup menjelang hari itu, yg seharusnya belum siap untuk mokhsa ketika mati, yg masih bergelimang dosa2 setelah mengalami kematian dalam kejadian Kiamat / pralaya itu, nasibnya gimana ?
Apakah kewajiban reinkarnasi kembali jadi ikut hangus begitu saja seiring dengan musnahnya jagad raya ?
Atau di pending hingga diciptakan jagad baru oleh Tuhan ?
atau di transfer ke jagad lainnya ?
Tapi sepertinya orang Hindu tidak perlu repot2 menjawab hal2 seperti itu, karena dalam agama Hindu tidak dikenal pertanggung jawaban manusia kepada Tuhan.
Bagi Hindu, Tuhan hanya mencipta manusia, setelah diciptakan manusia bertanggung jwab atas perbuatannya sendiri, tapi tidak perlu bertanggung jawab lagi pada Tuham.
Sementara menurut Islam, setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan itu juga harus dipertanggung jawabkan pada Tuhan.
Jadi bedanya seperti langit dan bumi.
//Grehista :
Orang yang mati karena kiamat kalau tidak moksa ya lahir lagi dong, kan jagat raya akan akan muncul lagi.
Malah yang saya khawatirkan jika orang islam yang telah mencuri bebek satu ekor trus kiamat, nah selamanya akan di neraka jadi satu sama muder, mutilator, psikopath, rapist pemerkosa istri orang/janda janda kesepian/anak akan di bawah umur (pedofilia), waduh payah nich keadilan macam apa trus . . .
Ardhani :
Secara pribadi saya tidak setuju adanya reinkarnasi,
karena pengajaran tentang adanya hal tsb, membuat orang yg sifatnya lebih cinta kehidupan di dunia tidak bersegera menata dirinya untuk bersiap2 kembali kepada Tuhan.
// Gak Setuju silahkan bro, bagi kami hukum alam ini absolud
Ardhani :
Bagi mereka hidup kembali ribuan kali didunia justru itu yg dicari, karena dunia itu adalah kecintaan mereka.
//Grehista : tetot . . . salah lagi salah lagi, kan sudah bilang hukum alam, kita sudah berada di dalamnya, bukan kita yang cari
Ardhani :
Bukan hidup bersama Tuhan yg tidak dapat dibayangkan oleh mereka dimana letak kenikmatannya, dibanding kenikmatan dunia yg sudah dirasakan selama ini.
Bukankah Tuhan juga tidak ambil pusing jika mereka tidak kunjung kembali kepadaNya ?
Karena masing2 orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, dan tidak perlu mempertangung jawabkan perbuatan mereka pada Tuhan.
Nah, kalau dunia dipenuhi oleh orang2 semacam itu, maka mau jadi apa dunia kita ini ?
Orang ditakut-takuti dengan ancaman saja tidak seberapa mempan, apalagi jika diumbar tanpa ancaman ?
Wah, itu benar2 bahaya bagi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri.
//Grehista : saya maklum kalo tuhan menurut anda itu tinggalnya di swarga, kalo di neraka gak bakalan ada. Hindu percaya tuhan ada di mana mana, ya swarga ya neraka, ya di pura, ya di WC, everywhere lah… sekarangpun kita hidup sama tuhan koq.
Kalo ngajarin anak bandel baru di ancam bro, kalo kami gak usah di ancampun sudah tau hukum karma phala yang absolud.
Saya malah khawatir jika ada orang : kerjaannya merampok pagi hari, malam hari mau tidur bertobat minta ampun, merampok lagi trus mau tidur minta ampun lagi, setiap hari begitu hingga dia di tembak mati polisi. mereka lakukan begitu karena percaya dosa bisa di hapuskan, jadi paling tidak terpaut dosa satu kali pagi saja, he he he kalkulasi dosa juga ni penjahat
Ardhani :
Kesimpulan saya, ajaran reinkarnasi itu nggak mendidik manusia jadi lebih baik.
Kalau toh reinkarnasi itu betul2 ada, maka kira2 seperti itulah kebijaksanaan yg diambil Islam dengan tidak mengajarkan adanya reinkarnasi secara gamblang, agar manusia tidak terleha-leha dengan kehidupan dunia, dan menunda2 untuk berbakti secara tulus kepada Allah di kehidupan yg lain saja. Nanti saja, Tidak perlu sekarang ketika mereka sedang dalam posisi PW (posisi Wuenak).
//Grehista : Karma phala itu sudah berlaku saat setelah manusia itu berbuat, di saat bro makan cabe saat itu juga merasa pedas, ada Sancita, Pralabda, Kriyaman Karma Phala (Artinya googling lagi bro)
Ardhani :
Tergantung apa arti lengkap itu Bro,
Dalam ukuran kitab suci agama2 yg ada, memang harus diakui veda itu cukup lengkap
Tapi apa kelengkapan suatu kitab suci menjamin bahwa itu menyelamatkan kehidupan para pembacanya ?
Nggak lah, keselamatan itu terletak dari pengamalan isi kitab suci dalam kehidupan sehari2 seseorang.
/Bahkan justru kelengkapan itu malah bisa membingungkan pembacanya sendiri, mau membaca apa dan dari mana ? mana yg paling perlu dibaca lebih dulu sebelum mati nggak keburu membaca semuanya ?
//Grehista : Bro kalo baca peta gak lengkap bisa sampe tujuan gak, membingungkan gak, jawabannya… paling terjun bebas ke jurang.
Waduh bro ini, gak nyambung chui…
Ardhani :
Perpustakaan kampus anda itu koleksi bukunya lengkap, semua ada, tapi kalau mahasiswanya sendiri jarang ke perpustakaan untuk membaca seluruh koleksi yg ada disana, maka kelengkapan pustaka dari pepustakaan itu juga nggak membawa manfaat bagi mereka, paling2 hanya menjadikan kebanggaan bahwa kampus mereka punya perpustakaan yg lengkap.
Lha mereka cari kebanggaan atau cari ilmu yg bermanfaat ?
//Grehista : jarang ke perpus itu namanya malas, perpustakaan lengkap adalah suatu kebanggaan universitas dan mahasiswanya.
Orang sombong yang ngaku ilmunya banyak tapi gak pernah baca dan lieraturnya sedikit. Kalo skripsi literaturnya kurang sama dengan bodong/nyontek.
Ardhani ;
Nah Bro, anda sudah khatam (tamat) membaca seluruh bagian kitab suci anda belum ?
Udah 100 % atau baru berapa persen yg dibaca ?
Saya sudah khatam al Quran berkali kali, tinggal berproses mengamalkan isi dari apa yg telah dan selalu akan saya baca berkali2 itu sepanjang hidup saya.
//Grehista : pengetahuan sumbernya banyak : mata, telinga, pengalaman
Ardhani :
Yup betul,
Rupanya anda termasuk bagian dari orang2 yg menolak penafsiran bahwa Nabi Muhammad SAW adalah jelmaan dari iblis Tripurasura yg sering dikatakan oleh orang Hindu untuk menolak kebenaran agama Islam yg dibawa beliau.
//Grehista : terlepas dari siapa ramalah tersebut, yang jelas kesaktian weda sudah terbukti.
Lebih sakti mana bro Peramal atau object yang di ramal ?
Ardhani :
Emang Tuhan itu kekurangan orang / personel apa ? kok tega2nya menyuruh jelmaan setan untuk mengajarkan orang2 suatu agama yg tujuannya meluruskan agamaNya yg telah diselewengkan oleh pengikut sebelumnya.
itu kayak dagelan saja.
//Grehista : iya nih payah, ngapain juga pakai oranglah/nabilah kalo tuhan sakti ?
“Maaf Tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga”
Sekali lagi maaf ya bro, bawa ceria saja
Peacefull & Cheerss…
@ ADI WIRA KUSUMA
@ TO – EKA
Bro-bro, sebelumnya saya sudah menyertakan ayat Quran (tolong dibaca lagi dengan jelas) :
Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, KECUALI KALAU ALLAH MENGHENDAKI “. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
(QS 6:128)
Lihat huruf yg saya besarkan itu.
Itu penegasan bahwa ruh yg gagal bersatu kedalam hadirat Tuhan, akan dimasukkan / dihukum ke neraka, mereka kekal didalamnya, KECUALI KALAU ALLAH MENGHENDAKI,
Menghendaki apa ?
Saya nggak tahu, itu terserah Allah.
Mau dimasukkan surga setelah masa hukuman selesai ?
Mungkin,
Islam mengakui tentang hal itu, penghuni neraka bisa masuk surga setelah melewati suatu masa. Itu artinya, sang ruh tidak akan kembali lagi ke alam material / fana.
Atau dikeluarkan dari neraka dan disimpan kembali ke alam ruh, menunggu dipertemukan oleh Allah dengan badan wadagnya yg baru di alam material ?
Mungkin juga,
karena ruh mempunyai alam sendiri, dan ruh itu bersifat kekal.
Atau Allah tetap menghendaki ruh itu selamanya kekal dalam neraka ?
Mungkin juga.
Gak ada yg bisa menghalangi Allah dalam berbuat seperti ini.
Dari semua kemungkinan2 itu, terlihat jelas, bahwa seluruh keputusan mutlak ditangan Allah.
Itu berbeda dengan reinkarnasi dlm Hindu yg hampir tidak melibatkan keputusan pribadi Tuhan, karena semuanya berproses murni dari hasil2 perbuatan jiwa2 yg bersangkutan.
Maka itu saya katakan, orang Hindu sebenarnya tidak membutuhkan Tuhan dalam hidup mereka, melainkan hanya saat penciptaan pertama kali saja.
Kalau semua itu mau disebut reinkarnasi seperti dalam agama Hindu ?
Mungkin iya, mungkin juga tidak.
Bisa iya, karena keadaannya hampir mirip dengan reinkarnasi yg dipahami Hindu.
Bisa tidak, karena sebenarnya berbeda sekali,
dalam Islam, ruh baru akan ditentukan tempatnya yaitu surga atau neraka setelah melewati proses kiamat, diproses bareng2, bukan dicicil satu demi satu seperti yg diyakini Hindu dlm reinkarnasi yg terus berjalan.
Tapi, apa perlunya mengetahui hakikat seperti itu bagi makhluk ?
Itu yg ingin saya tekankan sekali lagi :
apa KEGUNAAN bagi manusia bila mengetahui hal2 itu (reinkarnasi) ?
Nothing ! No Use ! hanya sekedar pengetahuan belaka
Toh kelak juga nggak ingat sama sekali dengan apa yg telah dilakukan dulu.
Manusia pada dasarnya lebih peduli dengan kenikmatan dan kepedihan yg dapat mereka rasakan secara riil.
mereka tidak akan takut untuk sesuatu yg mereka sepenuhnya sudah lupa apa penyebabnya.
Karena itu Islam lebih suka memilih tidak menyinggung2 / mengajarkan hal tersebut kepada manusia.
OK.
Tanpa perlu berpanjang2 dan terjebak dalam pembahasan yg melebar kemana2, saya ingin anda tunjukkan kepada saya, syukur2 jika ada ulasannya :
Menurut anda, apa kebaikan dan kejelekan dari system Reinkarnasi terhadap perilaku manusia secara umum ? (kepercayaan Hindu)
Dan menurut anda pula, apa kebaikan dan kejelekan dari mengetahui bahwa hidup hanyalah cobaan dari Tuhan semata ? (kepercayaan Islam)
Ok bro – Bro berdua ?
Mari berdiskusi secara sehat.
SALAM
@ Ardhani :
lah gmn anda ini..kok bisa mengatakan tdk ada peranan Tuhan dlm proses reinkarnasi. Sebagai suatu sistem tentunya sdh jelas yg menciptakannya adalah Tuhan, berikutnya dlm prosesnya tentunya semuanya dibawah kontrol Tuhan. Malahan disini Tuhan berada pada posisi yg fair krn membuat keputusan berdasarkan karma masing2 bukan karena seenaknya membuat keputusan.
“Tapi, apa perlunya mengetahui hakikat seperti itu bagi makhluk ?
Itu yg ingin saya tekankan sekali lagi :
apa KEGUNAAN bagi manusia bila mengetahui hal2 itu (reinkarnasi) ?
Nothing ! No Use ! hanya sekedar pengetahuan belaka
Toh kelak juga nggak ingat sama sekali dengan apa yg telah dilakukan dulu.Manusia pada dasarnya lebih peduli dengan kenikmatan dan kepedihan yg dapat mereka rasakan secara riil.mereka tidak akan takut untuk sesuatu yg mereka sepenuhnya sudah lupa apa penyebabnya.”
Nah..inilah perbedaan pola pikir kesadaran manusia, manusia dgn pola pikir yg kesadarannya masih kuat diliputi oleh buaian panggung sandiwara dunia materialistik ini akan selalu sibuk memikirkan untung-rugi/suka-duka semu, dan tentunya akan sangat berbeda dgn pola pikir kesadaran spiritual yg dilandasi dengan keikhlasan dan pelepasan diri dari pemikiran untung-rugi. Pola pikir kesadaran spiritual inilah yg memerlukan pengetahuan hakikat hidup sejati tersebut tanpa ada kepentingan embel2 untung-rugi.
“Menurut anda, apa kebaikan dan kejelekan dari system Reinkarnasi terhadap perilaku manusia secara umum ? (kepercayaan Hindu)
Dan menurut anda pula, apa kebaikan dan kejelekan dari mengetahui bahwa hidup hanyalah cobaan dari Tuhan semata ? (kepercayaan Islam)”
Wah saya tidak bias koment tentang kebaikan dan kejelekan deh..itu relative tergantung sudut pandang, klo dah dilandasi negative thinking pasti jelek..
Yg pasti buat saya bukan pada kejelekan/kebaikan..itu sama halnya saya ditanya “apa kebaikan dan kejelekan adanya hukum gravitasi di bumi 😉 “
Dan klo dari segi “cobaan hidup” terus terang saja saya bertanya2 knp setiap individu yg katanya berkedudukan sama di mata tuhan mendapatkan cobaan yg berbeda2?? Maybe the simple answer is…Itulah kekuasaan Tuhan…;)
@ Ardhani
Perhatikan sloka Veda berikut:
“api ced asi päpebhyaù sarvebhyaù päpa-kåt-tamaù sarvaà jïäna-plavenaiva våjinaà santariñyasi yathaidhäàsi samiddho ‘gnir bhasma-sät kurute ‘rjuna jïänägniù sarva-karmäëi bhasma-sät kurute tathä, Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa diantara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada didalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan. Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material sehingga menjadi abu, wahai Arjuna”( Bhagavad Gita 4.36-37).
Krishna berkata,”Mama maya duratyaya mam eva ye prapadyante mayam etan taranti te, tenaga material (maya) Ku ini sungguh sulit diatasi. Tetapi siapapun yang berserah diri kepada-Ku, mudah mengatasinya” (Bhagavad Gita 7.14).
“Mam ca yo’vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, siapapun yang tekun dalam pelayanan bhakti kepada-Ku tanpa pernah gagal, seketika mengatasi (cengkraman tangan maya nan halus yaitu) Tri Guna” (Bhagavad Gita 14.26).
Arti dari sloka itu apa? Tuhan dalam konsep Hindu juga bisa menyelamatkan jiva-jiva/roh-roh yang sudah terlalu banyak berdosa asalkan dia mau berbhakti dan berserah diri kepada Tuhan.
Sist…ardhani… senang berdiskusi ttg anda, mungkin anda adl termasuk duta (salah 1 wakil) dari umat islam yg masih bisa diajak berdiskusi atau tukar pengetahuan ttg Ideologi yg bersebrangan, dengan pikiran yg tetap damai, tenang… Ini sama sprti Bro efendi. Salut u/ kalian.
Anda tanyakan, apa kebaikan dan kejelekannya dari adanya paham ReInkarnasi? Itu tergantung dari taraf spiritualnya seseorang. Klo dilihat dari sains, maka dpt kita terka bahwa Konsep hidup sekali adalah suatu bagian/penggalan dari konsep ReInkarnasi. Apakah anda setuju itu?
Kalo anda setuju, maka harusnya tdk ada masalah to??? Tp klo anda tidak setuju, maka mau tidak mau, anda akan mengatakan “konsep ReInkarnasi itu Salah!”. Namun kalau “konsep ReInkarnasi itu Salah!”, banyak sekali hal2 yg tidak mampu anda terangkan dg Konsep hidup sekali. Shg pada akhirnya…semua jawaban anda “Itu Rahasia Tuhan”.
Maka dari kebaikan dan kejelekannya dari adanya paham ReInkarnasi, Itu tergantung dari taraf spiritualnya seseorang. Ini sprti Halnya anak TK yg tidak butuh pengetahuan yg lebih tinggi, untuk menyelesaikan soal2nya. Namun ketika anak itu menginjak di bangku yg lebih tinggi, maka ia membutuhkan pengetahuan yg lebih dari anak TK. Tapi apakah konsep pengetahuan anak TK itu salah? Jawabannya Tidak. Namun kurang memadai. Itu saja kok.
Tp kira2 bgm menurut anda bila ada anak Tk yg bilang “Ah…Ngitung aja kok pakai Integral sgala…Njilimet tau”? Spt itulah yg sering kami rasakan. Bila ada umat abramik yg mencela konsep kami. Mau diterangkan secara paksa, kok kelihatan nya gila sendiri.. Masak taraf spiritualnya yg blm nyampai…kok kami paksa. Tp klo gak kita tanggapi, malah menjadi2…persis anak TK. yg ngejek “wek.wek… g isok jawab.”. heheheheheh.
Lalu… ttg kata anda dimana Tuhan Hindu hanya pny andil pada penciptaan alam saja. Secara sepintas lalu.. Kesimpulan anda tepat. Tapi boleh saya tanya? Pernahkan anda main game komputer yg jenisnya berpertualangan?
Ketika anda main…maka seolah2 anda bebas bergerak kesana-kesini, dan seolah2 sipembuat game itu dah g ikut campur tangan apapun. Tp tidakkah anda pernah berpikir, mengapa anda g bisa keluar dari Stage Area game itu (bukan exit dari game lho)? Dari situ, dpt disimpulkan…kita mau g mau harus mau menerima campur tangan dari si pembuat game itu. Ya kan?
Rupanya perlu kita bertukar filsafat lebih sering. Karena dakwah Hindu itu bkn u/ menambah umat Hindu. Namun lebih mengajak kita berspiritual yg lebih Tinggi. Itu saja kok… Dengan spiritual yg lebih Tinggi, kita bisa memahami semua yg ada di alam material ini dg lebih bijak.
Kenapa kita butuh pengetahuan reinkarnasi…..????
Dunia material ini adalah tempat yg penuh dengan penderitaan. (kelahiran, kemarian, usia tua, sakit) itulah isinya. plus dikuasai oleh tri guna maya (tiga sifat) sehingga semakin gigih/kuat untuk mempertahankan ego palsu kita. Hanya dengan karunia Beliau melalui penyembahnya (Nabi, guru, orang suci) yg mengajarkan pengetahuan rohani baru kita bisa sedikit tersadarkan. dengan tekun mengikuti petunjuk pengetahuan rohani, secara perlahan kita dapat menuju alam rohani tempat asli kita.
so dapat dikatakan untuk apa pengetahuan reinkarnasi
1. menyadarkan kita tmpt kita bukan disini. jika tidak segera sadar akan esensi kita dan tekun untuk menjalankan pengetahuan rohani maka semakin lama kita berada di alam material yg penuh penderitaan. syukur jadi manusia. (hanya dengan badan manusia saja kita bisa mencapai moksa)
2. memahami tujuan kita. disini bukan tujuan. tujuan asli alam rohani dengan kesadaran rohani(Sat cit ananda). (jika masih berharap seperti kemewahan surga, g nyampe2 deh. jika mampu seperti ini : seandainya g ada surga dan neraka tapi tetap mencintai beliau dengan bhakti dan tulus. atau ini : ditempatkan dimanapun aku/kami bersedia asalkan bisa melayani beliau dengan tulus iklas dan bakti)
3. jiwa itu kekal, yg berganti hanya tubuh. gunanya : agar kita tahu posisi kita. kita Jiva berarti esensi kita adalah pelayan. jika kita belum sadar dan masih sadar akan paham tubuh fisik maka yg kita kejar adalah kenikmatan semu/kenikmatan material karena tidak paham esensi jiva (g butuh yg kaya gitu bro – apalah yg diembel2in yg didapat di surga.
kayanya masih banyak lg deh.
tapi seperti yg bro adi katakan, bagi mereka yg sadar akan keberadaannya hal ini sangat2 penting, namun bagi yg tidak apalah artinya (bagi si anak TK).
Bro ardhani, kok kesan anda jika tahu reinkarnasi kita akan malas2an trus g peduli mau jd apa toh bakal bereinkarnasi……
g lah bro. justru semakin meningkatkan kesadaran kita. bro jadi manusia susah, padahal hanya menjadi manusia ada kesempatan untuk meraih kesadaran yg lebih maju. Di kitab dijelaskan bahwa kesadaran terakhir menjelang kematian, itulah yg akan menjadi kehidupan anda kelak. ada cerita orang bijak yg telah menjalankan banyak kegiatan suci, tapi saat terakhir dianya ingat kijang. nah loh..jadi kijang dianya 9bukan mobil kijang yaaa. itu artinya orang saleh saja sulit jd manusia..apalagi kita yg kerjanya diliputi banyak keduniawian.
bro pasti berpikir “g juga ah toh banyak manusia sekarang”…..ha.ha.ha. (maaf klo salah tebak)…di zaman sekarang seberapa banyak sich yg benar2 sadar akan ketuhanan. paling mereka sembahyg tok trus lagi berbuat keduniawian lg. trus lingkungan sekarang apakah sudah mendukung itu. g kan…..bukannya yg dikejar sekarang adalah ekonomi….bahkan ahli agama pun sekarang rebutan lahan bisnis…he.he. zaman edan.
begitulah bro……..
semoga sedikit membantu…..(g banyak2..lg bikin kerjaan kantor..he.he.)
siip..siip…semoga pengetahuan suci mencerahkan kita semua….
bro Ardhani di kitab anda disebutkan bahwa nabi muhamad isra mi’raj pergi ke langit ke-7 tempat allah anda berdiam,kalau di agama kami(hindu) langit ke-7 itu adalah tempat tinggalnya Dewa Brahma mahluk pertama yg diciptakan oleh Sri Krishna,jangan2 yg anda sebut allah yg esa itu adalah Dewa Brahma! gimana ini bro ardhani??????
@TO- EKA
To-Eka says :
lah gmn anda ini..kok bisa mengatakan tdk ada peranan Tuhan dlm proses reinkarnasi. Sebagai suatu sistem tentunya sdh jelas yg menciptakannya adalah Tuhan, berikutnya dlm prosesnya tentunya semuanya dibawah kontrol Tuhan. Malahan disini Tuhan berada pada posisi yg fair krn membuat keputusan berdasarkan karma masing2 bukan karena seenaknya membuat keputusan.
**** komen ardhani :
Benar, tidak ada sesuatupun yg bisa terjadi tanpa ketetapan dari Tuhan.
Karena itu konsep reinkarnasi menjadi tidak penting untuk dipikirkan lagi.
Semua diciptakan dan ditentukan Tuhan.
Tidak peduli itu di kehidupan pertama, kedua, ketiga, kesepuluh, keseribu kalinya, semuanya diciptakan dengan ketentuan Tuhan yg absolute, bukan didiktekan oleh peraturan karmapala.
.
=====
To – Eka says :
Nah..inilah perbedaan pola pikir kesadaran manusia, manusia dgn pola pikir yg kesadarannya masih kuat diliputi oleh buaian panggung sandiwara dunia materialistik ini akan selalu sibuk memikirkan untung-rugi/suka-duka semu, dan tentunya akan sangat berbeda dgn pola pikir kesadaran spiritual yg dilandasi dengan keikhlasan dan pelepasan diri dari pemikiran untung-rugi. Pola pikir kesadaran spiritual inilah yg memerlukan pengetahuan hakikat hidup sejati tersebut tanpa ada kepentingan embel2 untung-rugi.
****** Komen ardhani :
Justru konsep reinkarnasi membuat orang berfokus pada perbuatan2nya di kehidupan sekarang, agar di kehidupan2 kemudian dapat terlahir dalam posisi yg lebih enak.
Itu bukan kesadaran spiritual, tetapi masih diliputi kesadaran materialistic
Jika anda berkesadaran spiritual, tidak perlu anda berfikir dapat terlahir kembali berulang kali di dunia material, tetapi fokuskan diri menyembah Tuhan dengan benar, sehingga setelah mati anda segera bergabung dalam rahmat Tuhan.
No time for thinking about reinkarnasi lagi.
Itu benar2 spiritual tanpa kecampur materialistic
Salam
===============================================================
@Nak Bagus :
@ Ardhani
Perhatikan sloka Veda berikut:
“api ced asi päpebhyaù sarvebhyaù päpa-kåt-tamaù sarvaà jïäna-plavenaiva våjinaà santariñyasi yathaidhäàsi samiddho ‘gnir bhasma-sät kurute ‘rjuna jïänägniù sarva-karmäëi bhasma-sät kurute tathä, Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa diantara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada didalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan. Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material sehingga menjadi abu, wahai Arjuna”( Bhagavad Gita 4.36-37).
Krishna berkata,”Mama maya duratyaya mam eva ye prapadyante mayam etan taranti te, tenaga material (maya) Ku ini sungguh sulit diatasi. Tetapi siapapun yang berserah diri kepada-Ku, mudah mengatasinya” (Bhagavad Gita 7.14).
“Mam ca yo’vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, siapapun yang tekun dalam pelayanan bhakti kepada-Ku tanpa pernah gagal, seketika mengatasi (cengkraman tangan maya nan halus yaitu) Tri Guna” (Bhagavad Gita 14.26).
Arti dari sloka itu apa? Tuhan dalam konsep Hindu juga bisa menyelamatkan jiva-jiva/roh-roh yang sudah terlalu banyak berdosa asalkan dia mau berbhakti dan berserah diri kepada Tuhan.
****** Komen Ardhani :
Yup, itu sama saja dalam semua agama Bro.
Tuhan Maha pengampun bagi mereka yg benar2 memohon ampunan kepadaNya, walau dosa2nya yg telah lalu lebih gede dari gunung agung.
Salam.
=========================================================
@Adi Wira Kusuma
Sist…ardhani… senang berdiskusi ttg anda, mungkin anda adl termasuk duta (salah 1 wakil) dari umat islam yg masih bisa diajak berdiskusi atau tukar pengetahuan ttg Ideologi yg bersebrangan, dengan pikiran yg tetap damai, tenang… Ini sama sprti Bro efendi. Salut u/ kalian.
Anda tanyakan, apa kebaikan dan kejelekannya dari adanya paham ReInkarnasi? Itu tergantung dari taraf spiritualnya seseorang. Klo dilihat dari sains, maka dpt kita terka bahwa Konsep hidup sekali adalah suatu bagian/penggalan dari konsep ReInkarnasi. Apakah anda setuju itu?
Kalo anda setuju, maka harusnya tdk ada masalah to??? Tp klo anda tidak setuju, maka mau tidak mau, anda akan mengatakan “konsep ReInkarnasi itu Salah!”. Namun kalau “konsep ReInkarnasi itu Salah!”, banyak sekali hal2 yg tidak mampu anda terangkan dg Konsep hidup sekali. Shg pada akhirnya…semua jawaban anda “Itu Rahasia Tuhan”.
**** Komen Ardhani :
Saya tidak mengatakan reinkarnasi itu adalah konsep yg salah.
Karena saya benar2 tidak tahu apakah reinkarnasi itu benar2 ada.
Lagipula jiwa / ruh yg dikatakan telah bereinkarnasi beberapa kali, sejatinya mereka sama sekali tidak mengingat (dijadikan lupa) dengan kehidupan2 sebelumnya.
Dalam keadaan seperti ini, ada atau tidak adanya reinkarnasi itu menjadi sulit untuk dibuktikan keberadaannya.
Secara teori anda mengatakan reinkarnasi itu ada.
Namun dalam prakteknya anda tidak ingat (blank, tidak ada data).
Itu benar2 susah !
Lagipula, andaikan reinkarnasi dan karma itu ada dan berkaitan sangat erat, tetap saja itu tidak bisa menjawab mengapa seseorang dilahirkan seperti ini atau seperti itu.
Misalnya, ada seorang bayi terlahir cacat kakinya, apakah konsep reinkarnasi bisa menjelaskan secara benar, mengapa si bayi lahir cacat ?
Mungkin dengan konsep reinkarnasi, anda bisa bilang, si bayi itu terlahir cacat sebagai karma dalam kehidupan sebelumnya, mungkin sebelumnya ruh tersebut pernah mencelakakan orang lain sehingga cacat, lalu hukum karma membalasnya, ruh itu terlahir sebagai bayi yg cacat.
Tapi apakah jawaban itu merupakan jawaban yg benar ? apakah memang sebelumnya ruh si bayi pernah membuat cacat orang lain dalam kehidupan sebelumnya ?
Belum tentu bukan ? Anda tidak benar2 tahu. Tidak ada data / pengetahuan anda tentang hal itu.
Anda mungkin hanya sekedar menduga2 dan berasumsi.
Anda hanya sedang berteori menjelaskan kecacatan sang bayi dihubungkan dengan konsep karma dan reinkarnasi.
Itu tidak bisa disebut kebenaran.
Yg merupakan kebenaran sesungguhnya adalah, kecacatan bayi tersebut adalah penciptaan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Itu tidak bisa dibantah.
Penciptaan sepenuhnya hak Tuhan, Dia bebas berkehendak apapun terhadap ciptaanNya tanpa bergantung pada siapa dan apapun, serta tidak bisa diintervensi oleh apa dan siapapun (termasuk karmapala, hukum alam ataupun hukum sebab akibat).
Kehendak Tuhan tidak pernah bisa diselami atau diterangkan oleh siapapun, walau oleh orang dengan pengetahuan spiritual tertinggi sekalipun, itu selamanya tetap akan menjadi RAHASIA TUHAN.
Apakah dengan memahami reinkarnasi dalam spiritual tinggi menjadikan orang dapat membongkar rahasia Tuhan ?
Pasti tidak.
Karena itulah saya bertanya tentang apa manfaat dari mengetahui ilmu reinkarnasi.
======
Adi Wira Kusuma says :.
Maka dari kebaikan dan kejelekannya dari adanya paham ReInkarnasi, Itu tergantung dari taraf spiritualnya seseorang. Ini sprti Halnya anak TK yg tidak butuh pengetahuan yg lebih tinggi, untuk menyelesaikan soal2nya. Namun ketika anak itu menginjak di bangku yg lebih tinggi, maka ia membutuhkan pengetahuan yg lebih dari anak TK. Tapi apakah konsep pengetahuan anak TK itu salah? Jawabannya Tidak. Namun kurang memadai. Itu saja kok.
Tp kira2 bgm menurut anda bila ada anak Tk yg bilang “Ah…Ngitung aja kok pakai Integral sgala…Njilimet tau”? Spt itulah yg sering kami rasakan. Bila ada umat abramik yg mencela konsep kami. Mau diterangkan secara paksa, kok kelihatan nya gila sendiri.. Masak taraf spiritualnya yg blm nyampai…kok kami paksa. Tp klo gak kita tanggapi, malah menjadi2…persis anak TK. yg ngejek “wek.wek… g isok jawab.”. heheheheheh.
******* Komen Ardhani :
Saya sebagai orang Muslim tidak sedang menyalahkan keyakinan adanya reinkarnasi.
itu mungkin ada, setidaknya kata Al Quran, di neraka ada orang yg disiksa sampai mati, kemudian dihidupkan lagi untuk disiksa sampai mati lagi, dst.
reinkarnasi kan seperti itu.
Saya hanya menganggap pengetahuan tersebut tidak seberapa diperlukan lagi dalam pembangunan keimanan.
Ilmu Reinkarnasi itu hanya sekedar ilmu pengetahuan teoritis bagi yg memahaminya, meskipun orang tersebut memahami dalam tingkat spiritual tinggi..
Ia bukan ilmu amaliyah / pengamalan.
Bermodal ilmu konsep reinkarnasi dan karmapala, Anda mungkin bisa berusaha melakukan amal kebaikan sepanjang hidup anda dengan harapan akan menciptakan karma yg baik bagi kehidupan anda selanjutnya / reinkarnasi anda.
Namun tetap saja, pengetahuan itu tidak mampu membuat anda bisa memprogram kelahiran kembali anda kelak sama persis atau bahkan mendekati apa yg anda inginkan, sebagai ini atau itu, ditempat ini atau itu, dalam keadaan ini atau itu.
Penentuan itu bukan urusan makhluk, tapi ketentuan itu ditetapkan oleh Tuhan dengan KehendakNya sendiri, bukan mutlak harus ditentukan oleh karma yg anda bawa.
Anda tidak bisa mendikte Tuhan dengan record karma anda.
Nasib anda tidak ditentukan dari hasil perbandingan matematis antara karma baik dan karma buruk anda, namun semata hanya karena Rahmat dan ketentuan Tuhan berdasar IlmuNya yg tidak terbatas.
===========
Adi Wira Kusuma Says :
Lalu… ttg kata anda dimana Tuhan Hindu hanya pny andil pada penciptaan alam saja. Secara sepintas lalu.. Kesimpulan anda tepat. Tapi boleh saya tanya? Pernahkan anda main game komputer yg jenisnya berpertualangan?
Ketika anda main…maka seolah2 anda bebas bergerak kesana-kesini, dan seolah2 sipembuat game itu dah g ikut campur tangan apapun. Tp tidakkah anda pernah berpikir, mengapa anda g bisa keluar dari Stage Area game itu (bukan exit dari game lho)? Dari situ, dpt disimpulkan…kita mau g mau harus mau menerima campur tangan dari si pembuat game itu. Ya kan?
Rupanya perlu kita bertukar filsafat lebih sering. Karena dakwah Hindu itu bkn u/ menambah umat Hindu. Namun lebih mengajak kita berspiritual yg lebih Tinggi. Itu saja kok… Dengan spiritual yg lebih Tinggi, kita bisa memahami semua yg ada di alam material ini dg lebih bijak.
****** Komen Ardhani :
Nah itu anda tahu,
Dalam hal penciptaan dari awal hingga akhir semuanya tidak bisa lepas dari campur tangan Tuhan.
Tidak ada yg namanya kebetulan di alam ini, yg ada semuanya didahului oleh rencana Tuhan.
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya .
(QS 25:2)
Kehendak Tuhan itulah yg disebut Takdir.
Dalam Islam memahami hakikat takdir lebih diutamakan daripada memahami reinkarnasi.
Karena pemahaman akan takdir Tuhan pada makhluk berdampak secara langsung dan nyata kepada pertumbuhan iman seseorang, yaitu membentuk sikap penyerahan diri dan menggantungkan segala harapan kepada Tuhan saja.
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
supaya kamu jangan BERDUKA CITA terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(QS 57:22-23)
Sumber penderitaan itu bukan keinginan,
Keinginan itu sifat manusiawi sekali, manusia tidak bisa mengingkari kodratnya sebagai manusia yg dalam bentuk itulah mereka diciptakan, maka tidak bijaksana jika kemudian mereka harus diajarkan mematikan keinginan.
Sumber penderitaan itu adalah ketidak mampuan memahami dan menerima takdir Tuhan atas diri sendiri.
Selama mereka tidak memahami takdir, selama itu pula keinginan mereka diombang ambingkan oleh rasa TERLALU GEMBIRA dan BERDUKA CITA yg susul menyusul sehingga membuat jiwa mereka tidak pernah tenang.
Itu pentingnya memahami takdir, dan itu yg menjadi dasar utama dalam agama Islam.
Semua datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Sementara itu memiliki pemahaman tentang reinkarnasi belum tentu membawa dampak seperti diatas, karena konsep reinkarnasi justru membuat orang lebih cenderung memikirkan pengaruh dari perbuatannya terhadap kehidupan2 pribadinya yg akan datang, bukan untuk berserah diri dan berharap secara total pada pengaturan dan pemberian Tuhan pada mereka sesuai dengan Kehendak Tuhan sendiri, dalam kehidupan ini, kehidupan sekarang.
Begitulah kira2, perbedaan2 ajaran antara Hindu dgn Islam, yg sebenarnya semuanya telah ada dalam agama Hindu sendiri, namun sering tertutupi kebanggaan atas lengkapnya kitab2 Hindu yg pada akhirnya perasaan seperti itu justu malah menjerat orang Hindu dalam kenjlimetan pengetahuan yg tidak perlu untuk mengabdi kepada Tuhan secara benar dan efisien.
Islam datang membawa jalan yg lurus dan terang, namun orang yg tidak tahu justru lebih suka memusuhi dan menghujatnya sebagai agama yg penuh kekerasan.
Salam
@Mahardika :
bro Ardhani di kitab anda disebutkan bahwa nabi muhamad isra mi’raj pergi ke langit ke-7 tempat allah anda berdiam,kalau di agama kami(hindu) langit ke-7 itu adalah tempat tinggalnya Dewa Brahma mahluk pertama yg diciptakan oleh Sri Krishna,jangan2 yg anda sebut allah yg esa itu adalah Dewa Brahma! gimana ini bro ardhani??????
****** Komen Ardhani :
apakah ada orang Hindu yg pernah kesana, hingga bisa mengatakan bahwa langit ketujuh (tepatnya Sidratul Muntaha) yg dituju Nabi Muhammad SAW adalah tempat tinggal Dewa Brahma mereka ???
yg jelas tidak ada riwayat yg menceritakan, Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan ke langit itu bertemu dengan orang2 Hindu yg telah lebih dulu tinggal disana.
Tapi beliau bertemu dengan nabi2 Adam, Ibrahim, Musa dan Isa.
lalu orang Hindu yg udah mati itu tinggal dimana ya ???
gimana Bro, bisa jawab ?
@DINO
bro, jika anda sadar tujuan hidup anda adalah Tuhan, apa masih perlu anda berfikir terlahir kembali ke dunia materi ?
Nggak kan ?
kalau begitu apa gunanya memahami reinkarnasi ?
selain memboros-boroskan waktu anda di dunia, untuk sesuatu yg tidak berguna bagi tujuan hidup yg benar.
salam
bro Ardhani menurut kitab anda allah anda itu berdiam di langit ke-7 duduk diatas singgasana yg dipikul oleh malaikat,pertanyaan saya bro ardhani kalau allah anda itu tidak berwujud lalu yg duduk diatas singgasana yg dipikul oleh malaikat itu siapa bro??? apa ada yg salah tulis ya bro dikitab anda itu? mengenai pertanyaan anda kemana orang hindu setelah mati,orang hindu setelah mati akan kembali ke alam rohani bro,tempat tinggal asli Tuhan Sri Krishna yg berwajah menarik dan menyejukkan
**** komen ardhani :
Benar, tidak ada sesuatupun yg bisa terjadi tanpa ketetapan dari Tuhan.
Karena itu konsep reinkarnasi menjadi tidak penting untuk dipikirkan lagi.
Semua diciptakan dan ditentukan Tuhan.
Tidak peduli itu di kehidupan pertama, kedua, ketiga, kesepuluh, keseribu kalinya, semuanya diciptakan dengan ketentuan Tuhan yg absolute, bukan didiktekan oleh peraturan karmapala.
Grehista :
Bro, bagi kami penting. Reinkarnasi ibarat anak tangga menuju puncak yang harus di lalui dan bagi kami adalah absolute.
Kharmaphala dan reinkarnasi adalah ciptaan tuhan, siapa bilang beliau gak berperan.
===================================================================
****** Komen ardhani :
Justru konsep reinkarnasi membuat orang berfokus pada perbuatan2nya di kehidupan sekarang, agar di kehidupan2 kemudian dapat terlahir dalam posisi yg lebih enak.
Itu bukan kesadaran spiritual, tetapi masih diliputi kesadaran materialistic
Jika anda berkesadaran spiritual, tidak perlu anda berfikir dapat terlahir kembali berulang kali di dunia material, tetapi fokuskan diri menyembah Tuhan dengan benar, sehingga setelah mati anda segera bergabung dalam rahmat Tuhan.
No time for thinking about reinkarnasi lagi.
Itu benar2 spiritual tanpa kecampur materialistic
Salam
Grehista :
Betul bro, yang kami fokuskan adalah perbuatan saat ini. Bagaimana kita bisa berbuat baik saat ini juga dengan tidak menundanya. Kami tidak menginginkan terlahir lagi, kalaupun itu terlahir lagi dengan posisi yang lebih enak ya logislah bro, masak orang yang berbuat baik hasilnya jelek.
Memang di islam yang di fokuskan perbuatan kapan bro, waduh… keburu kiamat lupa minta ampun, ya sudah masuk neraka abadi deh.
Kalau di islam kan tujuannya sorga juga atau janah dengan tujuh bidadari yang selalu perawan dengan kenikmatan sensualitas yang tiada tara. Mungkin yang di maksud bro Ardhani kesadaran spiritual kelas tinggi ini ya bro…
Listen : “Moksartham Jagadhita Ya Chaiti Dharma” artinya : googling aja ya
ini tu juan kami bro bukan swarga. Swarga dan neraka masih dipengaruhi sifat materialistic, sifat senang dan sedih. Jadi kalo ngomong masalah kesadaran spiritual belajar filsafat dulu jangan dogmatic, awas nyasar …
=====================================================================
****** Komen Ardhani :
Yup, itu sama saja dalam semua agama Bro.
Tuhan Maha pengampun bagi mereka yg benar2 memohon ampunan kepadaNya, walau dosa2nya yg telah lalu lebih gede dari gunung agung.
Grehista :
Beda jauh bro, kata siapa sama…
Kalau di islam, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat sebelum mati orang akan masuk sorga, sekali lagi hanya dengan membuka mulut saja sebelum mati bisa masuk sorga( Wah …ini sich tabungan bagi penjahat…, tinggal ucapkan sebelum tidur tiap hari dosa akan terpaut satu hari saja, betul gak bro…)
Kalau di hindu dosa perbuatan jelek harus di tebus dengan perbuatan baik, bukan minta ampun trus masuk swarga, disinilah peran hokum karma dan reinkarnasi.
===================================================================
**** Komen Ardhani :
Saya tidak mengatakan reinkarnasi itu adalah konsep yg salah.
Karena saya benar2 tidak tahu apakah reinkarnasi itu benar2 ada.
Lagipula jiwa / ruh yg dikatakan telah bereinkarnasi beberapa kali, sejatinya mereka sama sekali tidak mengingat (dijadikan lupa) dengan kehidupan2 sebelumnya.
Dalam keadaan seperti ini, ada atau tidak adanya reinkarnasi itu menjadi sulit untuk dibuktikan keberadaannya.
Secara teori anda mengatakan reinkarnasi itu ada.
Namun dalam prakteknya anda tidak ingat (blank, tidak ada data).
Itu benar2 susah !
Lagipula, andaikan reinkarnasi dan karma itu ada dan berkaitan sangat erat, tetap saja itu tidak bisa menjawab mengapa seseorang dilahirkan seperti ini atau seperti itu.
Grehista :
Itulah batas kemampuan manusia, itu beda tuhan dengan manusia, bukan rahasia tuhan bro. atau ya kali rahasia perusahaan tuhan…hmmmm
Ardhani :
Misalnya, ada seorang bayi terlahir cacat kakinya, apakah konsep reinkarnasi bisa menjelaskan secara benar, mengapa si bayi lahir cacat ?
Mungkin dengan konsep reinkarnasi, anda bisa bilang, si bayi itu terlahir cacat sebagai karma dalam kehidupan sebelumnya, mungkin sebelumnya ruh tersebut pernah mencelakakan orang lain sehingga cacat, lalu hukum karma membalasnya, ruh itu terlahir sebagai bayi yg cacat.
Grehista :
Absolutely benar, itu akibat dari berbuatan atman si bayi bersama badan kasarnya terdahulu, jika berbuat jelek hidup akan jelek, begitu sebaliknya
Ardhani :
Tapi apakah jawaban itu merupakan jawaban yg benar ? apakah memang sebelumnya ruh si bayi pernah membuat cacat orang lain dalam kehidupan sebelumnya ?
Belum tentu bukan ? Anda tidak benar2 tahu. Tidak ada data / pengetahuan anda tentang hal itu.
Anda mungkin hanya sekedar menduga2 dan berasumsi.
Anda hanya sedang berteori menjelaskan kecacatan sang bayi dihubungkan dengan konsep karma dan reinkarnasi.
Itu tidak bisa disebut kebenaran.
Grehista :
Waduh kesadaran spiritual jenis apalagi nih yang dipakai bro Ardhani . . .
Bro Ardhani…saya tanya ya, kalo orang mencuri perhiasan emas terus ketangkep polisi, trus hukumannya apakah polisi mencuri emasnya si pencuri juga . . .saya rasa bro ardhani tau jawabannya.
=====================================================================
Ardhani :
Yg merupakan kebenaran sesungguhnya adalah, kecacatan bayi tersebut adalah penciptaan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Itu tidak bisa dibantah.
Penciptaan sepenuhnya hak Tuhan, Dia bebas berkehendak apapun terhadap ciptaanNya tanpa bergantung pada siapa dan apapun, serta tidak bisa diintervensi oleh apa dan siapapun (termasuk karmapala, hukum alam ataupun hukum sebab akibat).
Grehista :
Kasian ya Bro, orang yang lahir cacat, miskin titambah gizi buruk lagi. Walaupun dia sudah sembahyang tiap hari, hidupnya juga tidak berubah sampai mati. Di bandingkan dengan koruptor penghisap darah rakyat yang suka main perempuan sampai tua sebelum mati dia minta ampun terus masuk sorga.
Cobaan macam apa ini ? kataMu ujian macam apa ini, kenapa harus saya yang di coba dan di uji, Jenis keadilan macam apa ini ? toh juga penjahat itu masuk sorga.
Wih wih wih ….tuhaaaaan tuhan
=====================================================================
Ardhani :
Kehendak Tuhan tidak pernah bisa diselami atau diterangkan oleh siapapun, walau oleh orang dengan pengetahuan spiritual tertinggi sekalipun, itu selamanya tetap akan menjadi RAHASIA TUHAN.
Grehista :
Orang bodoh yang berusaha menyelami kehendak tuhan, ngapain kehendak dan keinginan tuhan berusaha di ketahui, mungkin kebiasaan anda di kantor ABS asal Asal Bapak Senang sehingga berusaha memuaskannya.
Tuhan maha pemurah bro, beliau sudah membeberkan jalan menuju moksa yaitu Sanathana Dharma, terang tanpa rahasia perusahaan tuhan.
=====================================================================
Ardhani :
Apakah dengan memahami reinkarnasi dalam spiritual tinggi menjadikan orang dapat membongkar rahasia Tuhan ?
Pasti tidak.
Grehista :
Mungkin keinginan anda yang berusaha membongkar rahasia tuhan, file file tuhan, supaya bisa tau kesaktianya, bagi kami pengetahuan yang di berikan tuhan sudah terang benderang.
Ardhani :
Karena itulah saya bertanya tentang apa manfaat dari mengetahui ilmu reinkarnasi.
Grehista :
Kharma Phala dan Reinkarnasi tidak bisa di pisahkan, keduanya berlaku absolud dan automatically. Jadi Kharma Phala dan Reinkarnasi adalah HUKUM yang di ciptakan oleh tuhan.
Anda tau manfaatnya hukum bro…?
=====================================================================
******* Komen Ardhani :
Saya sebagai orang Muslim tidak sedang menyalahkan keyakinan adanya reinkarnasi.
itu mungkin ada, setidaknya kata Al Quran, di neraka ada orang yg disiksa sampai mati, kemudian dihidupkan lagi untuk disiksa sampai mati lagi, dst.
reinkarnasi kan seperti itu.
Grehista :
Wah parah ni bro, koq bisa mungkin gak mungkin gitu ya, ni yang plinplan bro ardhani atau skripsinya, ups… maaf, kitab sucinya. Ya deh gak apa apa dan jangan malu malu kalau mau mengakui adanya reinkarnasi, gak menjamin masuk sorga juga dan bukan berarti masuk hindu. Paham Reinkarnasi bukan ciptaan orang hindu tapi tuhan.
Ardhani :
Saya hanya menganggap pengetahuan tersebut tidak seberapa diperlukan lagi dalam pembangunan keimanan.
Ilmu Reinkarnasi itu hanya sekedar ilmu pengetahuan teoritis bagi yg memahaminya, meskipun orang tersebut memahami dalam tingkat spiritual tinggi..
Ia bukan ilmu amaliyah / pengamalan.
Grehista :
Diperlukan atau tidak, memikirkan atau tidak, peduli atau tidak, kita sudah berada di dalamnya, ini hukum alam,
Ardhani :
Bermodal ilmu konsep reinkarnasi dan karmapala, Anda mungkin bisa berusaha melakukan amal kebaikan sepanjang hidup anda dengan harapan akan menciptakan karma yg baik bagi kehidupan anda selanjutnya / reinkarnasi anda.
Namun tetap saja, pengetahuan itu tidak mampu membuat anda bisa memprogram kelahiran kembali anda kelak sama persis atau bahkan mendekati apa yg anda inginkan, sebagai ini atau itu, ditempat ini atau itu, dalam keadaan ini atau itu.
Penentuan itu bukan urusan makhluk, tapi ketentuan itu ditetapkan oleh Tuhan dengan KehendakNya sendiri, bukan mutlak harus ditentukan oleh karma yg anda bawa.
Anda tidak bisa mendikte Tuhan dengan record karma anda.
Nasib anda tidak ditentukan dari hasil perbandingan matematis antara karma baik dan karma buruk anda, namun semata hanya karena Rahmat dan ketentuan Tuhan berdasar IlmuNya yg tidak terbatas.
Grehista :
Modal hindu Weda bro, reinkarnasi dan karmaphala adalah sebagian kecil dari pengetahuan yang kasih tuhan. Jangkauan weda melampaui wawasan pikiran manusia.
Kehidupan seseorang di pengaruhi 100% oleh karmanya ki kehidupan terdahulu
Bro, sudah saya bilang di atas, hukum karma & reinkarnasi adalah ciptaan tuhan/anugrah tuhan. Dengan menciptakan hukum ini apakah tuhan tidak ikut campur/berperan . . .?
Kalau bro ardhani belum paham saya maklum karena menurut kitab suci anda tuhan berada di suatu tempat dan bukan berada dimana mana meresapi setiap atom. Jadi perannya analisa sendiri ya bro…jangan nyasar…
=====================================================================
****** Komen Ardhani :
Nah itu anda tahu,
Dalam hal penciptaan dari awal hingga akhir semuanya tidak bisa lepas dari campur tangan Tuhan.
Tidak ada yg namanya kebetulan di alam ini, yg ada semuanya didahului oleh rencana Tuhan.
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya .
(QS 25:2)
Kehendak Tuhan itulah yg disebut Takdir.
Dalam Islam memahami hakikat takdir lebih diutamakan daripada memahami reinkarnasi.
Karena pemahaman akan takdir Tuhan pada makhluk berdampak secara langsung dan nyata kepada pertumbuhan iman seseorang, yaitu membentuk sikap penyerahan diri dan menggantungkan segala harapan kepada Tuhan saja.
Grehista :
Lebih fair Kharma Phala dari pada takdir, pengertian takdir membuat orang putus asa, tidak mau berusaha.
Kenapa tuhan menakdirkan seseorang hidupnya miskin, karena tidak dapat pekerjaan dia putus asa terus menjadi penjahat, lalu ketembak mati, masuk neraka…apakah tuhan sudah bosan sama manusia di sorga ?
Kenapa mewahyukan agama kalau tuhan bisa sekehendak hati memasukan manusia ke sorga ?
Bro…buat apa belajar agama kalau toh memang tuhan punya kehendak sendiri terhadap manusia ?
Kalau kehendak tuhan hanya untuk mendidik manusia berserah diri, ngapain belajar agama, berapa pun jumlah manusia di bumi ini tidak setitik pun perbandingannya dengan kekuasaan tuhan. Gak perlu berserah pun tuhan akan semena mena ?
Ardhani :
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
supaya kamu jangan BERDUKA CITA terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan TERLALU GEMBIRA terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(QS 57:22-23)
Sumber penderitaan itu bukan keinginan,
Keinginan itu sifat manusiawi sekali, manusia tidak bisa mengingkari kodratnya sebagai manusia yg dalam bentuk itulah mereka diciptakan, maka tidak bijaksana jika kemudian mereka harus diajarkan mematikan keinginan.
Sumber penderitaan itu adalah ketidak mampuan memahami dan menerima takdir Tuhan atas diri sendiri.
Selama mereka tidak memahami takdir, selama itu pula keinginan mereka diombang ambingkan oleh rasa TERLALU GEMBIRA dan BERDUKA CITA yg susul menyusul sehingga membuat jiwa mereka tidak pernah tenang.
Itu pentingnya memahami takdir, dan itu yg menjadi dasar utama dalam agama Islam.
Semua datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Grehista :
Kenapa dikatakan manusia tidak mampu memahami dan menerima kodratnya, karena tuhan semena mena membuat nasib seseorang.
Coba kalau karma phala, manusia pasti memahami keadaannya yang tidak beruntung karena hasil perbuataanya sendiri dan bukan orang lain, tuhan telah memastikan hasilnya.
Jadi manusia menyadari akan kekeliruannya dan bisa interospeksi diri, bukam malah menyalahkan setan/iblis yang mempengaruhi.
Ardhani :
Sementara itu memiliki pemahaman tentang reinkarnasi belum tentu membawa dampak seperti diatas, karena konsep reinkarnasi justru membuat orang lebih cenderung memikirkan pengaruh dari perbuatannya terhadap kehidupan2 pribadinya yg akan datang, bukan untuk berserah diri dan berharap secara total pada pengaturan dan pemberian Tuhan pada mereka sesuai dengan Kehendak Tuhan sendiri, dalam kehidupan ini, kehidupan sekarang.
Grehista :
Betul, karena tidak ada gunanya berserah diri (hanya orang dungu yang putus asa), kemahakuasaan tuhan tidak membutuhkan manusia menyerah/berserah diri, yang di inginkan oleh tuhan adalah supaya manusia bisa berusaha berbuat baik tanpa henti hentinya dengan pengetahuan agama, jadi disini tujuan tuhan menciptakan agama bukan malah menciptakan nasib.
Ardhani :
Begitulah kira2, perbedaan2 ajaran antara Hindu dgn Islam, yg sebenarnya semuanya telah ada dalam agama Hindu sendiri, namun sering tertutupi kebanggaan atas lengkapnya kitab2 Hindu yg pada akhirnya perasaan seperti itu justu malah menjerat orang Hindu dalam kenjlimetan pengetahuan yg tidak perlu untuk mengabdi kepada Tuhan secara benar dan efisien.
Islam datang membawa jalan yg lurus dan terang, namun orang yg tidak tahu justru lebih suka memusuhi dan menghujatnya sebagai agama yg penuh kekerasan.
Grehista :
Ya betul, kami memang bangga dengan wawasan weda yang melebihi jangkauan pikiran manusia, tapi kami tidak pernah menginginkan pemeluk agama lain minder, kalau pun itu terjadi kami tidak merasa senang dan ketawa, malah ingin mengajak membuka wawasan dan menggelembungkan pikiran semampu kita menampungnya.
Mungkin menurut anda efisien adalah hanya mengucapkan kalimat syahadat sebelum meninggal ? dan perbuatan tidak di pentingkan ?
Jika islam membawa satu jalan yang lurus dan terang menuju tuhan, Weda menunjukan banyak jalan menuju tuhan. Secara garis besar : Jnana Yoga, Bhakti Yoga, Karma Yoga, and Raja Yoga.
Cara yang paling sederhana yaitu mencintai semua ciptaan tuhan, swarga akan di jamin. Walaupun tanpa kalimat syahadat, tanpa sesajen, tidak memandang apa yang di sembah, tapi hanya sampai di swarga. Gak susah kan.
Namun untuk mencapai moksa laksanakan ke empat yoga di atas.
Kalau pendapat orang tentang ajaran agama yang penuh kekerasannya saya no coment, anda sendiri yang menilai apakah di kitab sucinya ada kata kata kekerasan, kata pembunuhan, kata pemenggalan kepala, pemotongan tangan, dan yang paling berpengaruh terhadap imej adalah bagaimana tingkah laku pengikutnya di bumi ini, apakah sering melakukan kerusuhan, pembunuhan yang tidak berdosa atas nama agama, anda sendiri yang menilai karena yang paling utama adalah kenyataan perbuatan pengikutnya.
=========================================================
=====================================================================
ardhani says:
July 24, 2010 at 7:55 pm
bro, jika anda sadar tujuan hidup anda adalah Tuhan, apa masih perlu anda berfikir terlahir kembali ke dunia materi ?
Nggak kan ?
kalau begitu apa gunanya memahami reinkarnasi ?
selain memboros-boroskan waktu anda di dunia, untuk sesuatu yg tidak berguna bagi tujuan hidup yg benar.
salam
Grehista :
Tujuan manusia menjalani dharma adalah bukan reinkarnasi, melainkan ”MOKSARTHAM JAGADHITA”
Bro ardhani, buat apa anda belajar agama kalau toh nasib ditentukan oleh tuhan dengan semena mena sekehandak tuhan.
Pembunuh, perampok, pemerkosa, tukang kawin janda janda dan anak anak dibawah umur, pelacur sekalian bisa masuk sorga hanya dengan mengucapkan sebuah kalimat syahadat sebelum mati.
Waaaaaaahhhh, ini menjanjikan sekali… acik acik acik …
Bawa ceria selalu hidup ini brother
“Maaf Tidak menyertakan referensi, karena berdasarkan isi hati yang bersumber dari mata dan telinga”
Peacefull & Cheers…
**** komen ardhani :
Benar, tidak ada sesuatupun yg bisa terjadi tanpa ketetapan dari Tuhan.
Karena itu konsep reinkarnasi menjadi tidak penting untuk dipikirkan lagi.
Semua diciptakan dan ditentukan Tuhan.
Tidak peduli itu di kehidupan pertama, kedua, ketiga, kesepuluh, keseribu kalinya, semuanya diciptakan dengan ketentuan Tuhan yg absolute, bukan didiktekan oleh peraturan karmapala.
komen to-eka:
memang semuanya kekuasaan absolut tuhan, dan tdk ada yg mendikte Tuhan..karmaphala itu sendiri kekuasaan absolut Tuhan. kami hanya mencoba memahami/menyadari dan tdk memikirkan/mengada-adakan konsep reinkarnasi/hukum karma..org suci kami hanya menterjemahkan kekuasaan Tuhan tersebut. Dengan kata lain, di agama anda merasakan kekuasaan tuhan tersebut tetapi tdk memberinya nama/sebutan, sedangkan di weda semuanya diklasifikasikan dan diberi nama. sst..jgn membantah lg “trus apa gunanya diberikan nama” yahhh….hehehe.. 😉 Weda adalah sumber pengetahuan spiritual, tentunya semuanya dijelaskan dgn detil…bukan pengetahuan yg menggampangkan yg dgn simple aja mengatakan smuanya kuasa Tuhan.
****** Komen ardhani :
Justru konsep reinkarnasi membuat orang berfokus pada perbuatan2nya di kehidupan sekarang, agar di kehidupan2 kemudian dapat terlahir dalam posisi yg lebih enak.
komen eka:
Dah tersirat jls pda uraian saya lho….bahwa konsep reinkarnasi bukan untuk embel2 hidup enak/nggk..itu murni pengetahuan spiritual yg menginformasikan kekuasaan Tuhan pada kita. Klopun ada pemikiran yg seperti anda katakan, jgn salahkan pengetahuannya..anda sendiri yg salah masih diliputi kekuatan materialistik…
salam damaii….
biar bagaimanapun bro ardhani dikasi penjelasan tidak akan mengerti saudaraku yg se-Dharma,karena ajaran yg diajarkan dikitabnya bro ardhani baru sampai tingkat material,tuhan yg dipuja bro ardhani aja tinggal di alam material(yaitu langit ke-7 atau satya loka).jadi harap maklum teman2ku seDharma kalau bro ardhani masih gak ngerti dengan ajaran rohani.ajaran kita(hindu) akan dimengerti oleh jiwa yg sudah mencapai kedewasaan spiritual.OM TAT SAT (Tuhan itu kekal)
makin jelas sekali, bahwa ajaran Islam hny mengajarkan orang itu menerima sesuatu tanpa harus dipahami. Konsep Reinkarnasi, adalah orang hidup lagi dengan Blank Memory? Rupanya pengetahuan anda perlu diupdate. Telah diadakan sebuah riset…(RPL)…dan terbukti ada sebuah memory ttg kehidupan masa lalu di setiap manusia. Dan cara terbaik untuk membuka memory kehidupan masa lalu adalah meditasi.
Tar dulu to? Kok kelihatan nya kami yg menghujat islam. Apa g kebalik sist ardhani??? Coba deh…lihat sejarah dong
Bro ardhani :
Ingat Sejarah Mahabharata. Ibu Gangga menghanyutkan putra-putranya yang baru terlahir ke sungai gangga, kecuali putra ke-7, karena hal ini di stop oleh suaminya Raja Santanu. Beliau sedih, marah, heran dan bertanya kenapa ada ibu kejam seperti itu. (Sebelum menikah Ibu gangga meminta syarat tidak boleh dipertanyakan/dihalangi untuk kegiatannya. realitanya ibu gangga menjalankan perannya sebagai istri dgn sangat baik, kecuali satu hal ini yg mengusik ketenangan raja). nah karena ditanya dan distop, makanya Ibu gangga menjelaskan kenapa beliau berbuat seperti ini. singkatnya bahwa ini adalah permintaan jiwa si bayi pada kehidupan dahulu. Ibu Gangga bersedia menjadi Ibu yg melahirkan mereka agar dosa mereka dapat diselesaikan setelah perbuatan berdosa kehidupan terdahulu. (lebih jelasnya bisa dibaca yaaaa)
menjawab pertanyaan, apakah penting tahu reinkarnasi….???? jika kita tidak tahu, tentu saja kita akan terus menghujat Ibu gangga, bahkan jika ini terjadi di negeri yang suka berzinah dengan saudara sendiri maka pasti kejadian ini akan sangat-sangat memalukan. namun tidak.itu adalah salah satu contoh kenapa reinkarnasi sangat penting walau kita sadar bahwa tujuan kita adalah Tuhan.
untuk zaman sekarang (jgn niru ibu Gangga yaaa, karena kemampuan kita tidak seperti itu) jika kita sadar akan reinkarnasi maka kita akan lebih hati2 bertindak. Kita tidak bisa lepas dari dosa (karena kita tinggal di dunia ini. dengan tahu reinkarnasi, sedikit demi sedikit kita melakukan kegiatan suci sehingga jika kita belum mampu melepaskan diri dari ikatan dunia, setidaknya kita berdoa dilahirkan dikeluarga yg saleh, suci misalnya dikeluarga seperti ibu gangga atau keluarga yg sadar bahwa tujuan hidupnya bukan kenikmatan dunia, tapi pelayan Tuhan dimana berada.
lebih banyak lagi jika kita tahu teori reinkarnasi, misal disaat kita ngasi uang pengemis. apakah itu malah mengikat kita di dunia. (jika uangnya ternyata buat rokok, makan g bener,dll). bukankah sebaiknya kita berikan mereka makanan yg telah disucikan sehingga dengan kenyang mereka bisa bekerja bukan meminta-minta.
sangat mendalam jika kita tahu reinkarnasi, karena kita terus bertindak, dan tidak ada kamus habis berbuat terus minta ampun agar dosa dihapus. sekalipun kita minta permohonan maaf, dan itu dimaafkan. karma tetap berjalan karena itulah keadilan hukum karma/sebab akibat. Ingat penjelasan/cerita-cerita sebelumnya bahwa Sri Krsna tidak bisa membatalkan kutukan atas seseorang. sekalipun Sri Krsna mau memaafkan namun hukum haruslah terus berjalan. dan bagi kita, itu harus diterima dengan lapang dada karena disitulah letak kedewasaan, kebesaran hati dan iklas kita. tetap bertanggung jawab terhadap tindakan kita, tidak seperti anak cengeng yg meminta maaf tapi masiiih aja berbuat salah setelah minta maaf.
Demikian celoteh saya, semoga bermanfaat.
semoga pengetahuan suci, dari cahaya suci tubuh Beliau yang maha agung, datang dari segala penjuru mencerahkan kita semua.
Sorry bkn RPL ,tetapi PLR… anda bisa tanya jawab tentang memory kehidupan lampau kepd Brenda@hypnosisforhealing.com, scott@hypnosisforhealing.com
Jd ini masih sebuah riset,namun sdh menunjukkan kebenarannya bhwa ada memory kehidupan lampau.
Tar… kira2 keinginan anda di surga itu mau ngapain aja sih? Karena anda kelihatan bhwa anda sangat mengejar target. Klo kami cuma ingin melepaskan lingkaran karmapala & reinkarnasi. Itu aja kok. Jadi tidak pernah berfikiran bahwa dikelahiran besok aq ingin jd dewa, dikelahiran besok aq ingin jd presiden, dll….. karena setiap wujud kelahiran slalu ada konsekuensi nya.
@Mahardika
bro Ardhani menurut kitab anda allah anda itu berdiam di langit ke-7 duduk diatas singgasana yg dipikul oleh malaikat,pertanyaan saya bro ardhani kalau allah anda itu tidak berwujud lalu yg duduk diatas singgasana yg dipikul oleh malaikat itu siapa bro??? apa ada yg salah tulis ya bro dikitab anda itu? mengenai pertanyaan anda kemana orang hindu setelah mati,orang hindu setelah mati akan kembali ke alam rohani bro,tempat tinggal asli Tuhan Sri Krishna yg berwajah menarik dan menyejukkan
**
biar bagaimanapun bro ardhani dikasi penjelasan tidak akan mengerti saudaraku yg se-Dharma,karena ajaran yg diajarkan dikitabnya bro ardhani baru sampai tingkat material,tuhan yg dipuja bro ardhani aja tinggal di alam material(yaitu langit ke-7 atau satya loka).jadi harap maklum teman2ku seDharma kalau bro ardhani masih gak ngerti dengan ajaran rohani.ajaran kita(hindu) akan dimengerti oleh jiwa yg sudah mencapai kedewasaan spiritual.OM TAT SAT (Tuhan itu kekal)
***** Komen ardhani :
Emang siapa yg bilang Allah Tidak berwujud ?
Gak ada yg bilang.
Yg ada adalah WujudNya berbeda dengan segala sesuatu.
Kalau bagi anda sebuah arca adalah miniatur dari perwujudan Tuhan, maka itu tidak benar, wujud Tuhan berbeda dengan segala sesuatu yg masih bisa anda pikirkan.
Soal malaikat memikul Arsy Allah,
Apa anda pikir kata memikul disitu sama dengan orang memikul padi hasil panen ?
Nggak !
kalimat yg dipakai Al Quran ketika menjelaskan keadaan Allah, adalah kalimat2 yg bisa dimengerti oleh persepsi manusia, namun sejatinya tidak seperti apa yg bisa dibayangkan manusia.
Termasuk ketika menjelaskan surga, neraka, bidadari, dll.
Itu hanya masalah pilihan kata2 dari keterbatasan kemampuan bahasa dalam menjelaskan hal2 yg ghaib.
**
Soal ajaran masih tingkat material atau sudah spiritual,
Saya gak jelas apa definisi dan batasan material – spiritual yg anda maksud.
Menyembah Allah yg tidak tampak itu bercorak spiritual
Menyembah Tuhan dalam wujud arca itu bercorak material
Menyamakan makna langit ke 7 dalam ajaran Islam dengan memakai terminologi langit ke 7 Hindu, itu juga berfikir cara material, bukan spiritual.
Lalu apa perbedaan orang yg masih tahap material (saya)
Dibanding orang yg telah mencapai tahap spiritual (anda)
Jadi mohon diperjelas
Salam
==========================================================================
@Grehista Sastra
===== Grehista :
Bro, bagi kami penting. Reinkarnasi ibarat anak tangga menuju puncak yang harus di lalui dan bagi kami adalah absolute.
Kharmaphala dan reinkarnasi adalah ciptaan tuhan, siapa bilang beliau gak berperan.
***** Komen Ardhani :
Betul, Tuhan berperan di setiap keadaan.
Karena itu memahami “peran Tuhan dalam setiap keadaan” itu menjadi prioritas pertama dibandingkan aturan2 yg lainnya, bukan ?
Itu landasan dasar, yg dalam istilah agama kami adalah : TAKDIR.
semua aturan berikutnya dibangun diatas landasan dasar ini.
Jika Mengingkari landasan dasar ini, pengamalan aturan2 yg dibangun diatasnya akan kehilangan arah tujuan.
Jika anda mengingkari adanya takdir, maka hasil pemahaman anda akan reinkarnasi dan karmapala hanya berorientasi pada kehidupan anda selanjutnya di alam material
======== Grehista :
Betul bro, yang kami fokuskan adalah perbuatan saat ini. Bagaimana kita bisa berbuat baik saat ini juga dengan tidak menundanya. Kami tidak menginginkan terlahir lagi, kalaupun itu terlahir lagi dengan posisi yang lebih enak ya logislah bro, masak orang yang berbuat baik hasilnya jelek.
Memang di islam yang di fokuskan perbuatan kapan bro, waduh… keburu kiamat lupa minta ampun, ya sudah masuk neraka abadi deh.
****** Komen Ardhani :
Islam hanya mengenal dua kehidupan :
1) di dunia
2) di akherat
dunia adalah negeri untuk bekerja,di negeri ini waktu dibagi menjadi tiga :
1) sekarang ==== > untuk beramal kebaikan semampu kita,
2) kemarin ====== > itu masa lalu yg udah lewat tanpa bisa kembali lagi,
3) besok ===== > itu belum tentu kita temui.
akherat itu negeri memetik hasil
====== Grehista :
Kalau di islam kan tujuannya sorga juga atau janah dengan tujuh bidadari yang selalu perawan dengan kenikmatan sensualitas yang tiada tara. Mungkin yang di maksud bro Ardhani kesadaran spiritual kelas tinggi ini ya bro…
Listen : “Moksartham Jagadhita Ya Chaiti Dharma” artinya : googling aja ya
ini tu juan kami bro bukan swarga. Swarga dan neraka masih dipengaruhi sifat materialistic, sifat senang dan sedih. Jadi kalo ngomong masalah kesadaran spiritual belajar filsafat dulu jangan dogmatic, awas nyasar …
******* komen Ardhani :
No, salah besar.
Tujuan hidup orang Islam itu adalah sesuai dengan tujuan penciptaan mereka oleh Allah.
Yaitu :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.”
(QS 51:56)
Surga, bidadari dan kenikmatannya itu hanyalah bonus2 yg diberikan Allah pada para penyembahNya.
Nggak tahu itu spiritulitas atau materialitas menurut pandangan anda.
===== Grehista :
Beda jauh bro, kata siapa sama…
Kalau di islam, hanya dengan mengucapkan kalimat syahadat sebelum mati orang akan masuk sorga, sekali lagi hanya dengan membuka mulut saja sebelum mati bisa masuk sorga( Wah …ini sich tabungan bagi penjahat…, tinggal ucapkan sebelum tidur tiap hari dosa akan terpaut satu hari saja, betul gak bro…)
Kalau di hindu dosa perbuatan jelek harus di tebus dengan perbuatan baik, bukan minta ampun trus masuk swarga, disinilah peran hokum karma dan reinkarnasi.
****** Komen Ardhani :
Haha, mungkin anda bisa baca komen rekan anda DINO ini :
“Di kitab dijelaskan bahwa kesadaran terakhir menjelang kematian, itulah yg akan menjadi kehidupan anda kelak. ada cerita orang bijak yg telah menjalankan banyak kegiatan suci, tapi saat terakhir dianya ingat kijang. nah loh..jadi kijang dianya 9bukan mobil kijang yaaa. itu artinya orang saleh saja sulit jd manusia..apalagi kita yg kerjanya diliputi banyak keduniawian.”
Lho ternyata sama to dgn ajaran Hindu ?
Orang Islam yg mampu mengucapkan kalimat syahadat, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, otomatis akan bergabung kehadirat Allah.
Ingat lho, yang bagi mampu mengucapkan,
Kalau anda sudah berhadapan dengan malaikat maut, jiwa yg tidak sholeh akan merasa ngeri hingga lupa dengan segala2nya. Maka boro2 mengucapkan syahadat, yg ada malah terkencing-kencing ketakutan.
Kecuali hanya jiwa2 yg tenang, yg hanya takut kepada Allah dan tidak takut pada yg lainnya ( termasuk tidak takut pada malaikat maut) saja yg bisa tetap ingat akan kalimat syahadat menjelang ajal. Itu namanya akhir hidup yg baik, chusnul khotimah.
Soal dosa dan ampunan,
Islam mengajarkan :
Allah mengampuni segala dosa makhluk yg telah melanggar HakNya, jika hamba tersebut memohon ampunan kepadaNya. (dosa vertical)
Namun Allah tidak akan menghapus dosa yg terjadi antara manusia, sampai mereka sendiri saling memberi ampunan. (dosa horizontal)
Itu tidak cukup menebus perbuatan jelek dengan perbuatan baik,
Seorang pencuri tidak akan diampuni dosanya meskipun uang hasil curiannya disedekahkan seluruhnya untuk orang miskin.
Sedekahnya tetap dianggap kebaikan, tetapi dosa nya terhadap pemilik uang yg dicuri tetap bolong tidak tertambal, kecuali si pencuri mengaku dan meminta maaf pada si pemilik, sehingga ia dimaafkan atau dijebloskan ke penjara.
Setelah itu baru permohonan ampun atas dosa yg dilakukan mendapat ampunan dari Allah.
Rasanya anda juga gak paham ajaran Islam ya ?
==== Grehista :
Kasian ya Bro, orang yang lahir cacat, miskin titambah gizi buruk lagi. Walaupun dia sudah sembahyang tiap hari, hidupnya juga tidak berubah sampai mati. Di bandingkan dengan koruptor penghisap darah rakyat yang suka main perempuan sampai tua sebelum mati dia minta ampun terus masuk sorga.
Cobaan macam apa ini ? kataMu ujian macam apa ini, kenapa harus saya yang di coba dan di uji, Jenis keadilan macam apa ini ? toh juga penjahat itu masuk sorga.
Wih wih wih ….tuhaaaaan tuhan
******* Komen Ardhani :
Bro, berbahagialah jika keadaan anda miskin, cacat, gizi buruk tapi anda tetap sembahyang setiap hari dengan tulus iklas berbakti pada Allah, itu artinya anda adalah termasuk orang2 kesayangan Allah.
Allah sedang memuliakan anda dengan cara menghindarkan anda dari fitnah kenikmatan dunia yg semu, dengan cara tidak memberi kesempatan anda untuk dapat menyentuhnya sedikitpun.
Dengan terbatasnya akses anda kepada kenikmatan duniawi, maka pikiran anda tidak akan disibukkan dari aktifitas mencari keduniawian dan hanya focus pada mengingat Allah.
Kepentingan anda di dunia hanyalah sebatas mencari sesuap makan sekedar menopang tubuh anda untuk menyembah Allah, atau mencari secarik pakaian untuk menutup aurat saja.
Dalam keadaan seperti itu keadaan anda tidak akan berbeda jauh dengan para SUFI, YOGI ataupun BHIKSU !
Anda tidak mempunyai tanggungan apa2 dari harta anda yg harus dipertanggung jawabkan pada Tuhan di hari pembalasan kelak, selain hanya datang dengan amal2 ibadah anda yg tulus.
Karena itu bergembira dan bersyukurlah bila anda menemui kondisi kemiskinan dan kecacatan seperti itu, itu bukan aib yg memalukan, namun justru itu adalah awal dari kemuliaan Allah yg diberikan pada anda (kalo anda paham akan takdir Allah)
Dan kabar gembiranya, Bro dalam ajaran Islam,
Surga itu penghuninya kebanyakan adalah orang2 yg dulunya hidup miskin (tapi tetap beriman) di dunia,
Sementara orang kaya itu sulitnya masuk surga sesulit seeokor unta masuk lubang jarum (mengutip injil)
tapi sorry ya, orang Hindu yg tidak mempercayai konsep takdir & pertanggung jawaban amal, mungkin tidak akan menerima penjelasan ini.
Bagi mereka kecacatan, kemiskinan, dll itu hanya aib dalam kehidupan, sehingga harus dihindari dengan cara berbuat baik agar di kehidupan selanjutnya terhindar dari hal2 seperti itu.
Maka itu mereka terjebak dalam lingkaran reinkarnasi yg terus menerus, tidak langusng moksa menuju Allah.
.
===== Grehista :
Mungkin keinginan anda yang berusaha membongkar rahasia tuhan, file file tuhan, supaya bisa tau kesaktianya, bagi kami pengetahuan yang di berikan tuhan sudah terang benderang.
***** komen Ardhani :
Boleh saja anda mengaku-aku mempunyai pengetahuan Tuhan yg sudah terang benderang, tetapi menganggap kemiskinan, kecacatan sejak lahir sebagai bawaan dari kehidupan sebelumnya, adalah tanda bahwa anda sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan tentang itu.
===== Grehista :
Kharma Phala dan Reinkarnasi tidak bisa di pisahkan, keduanya berlaku absolud dan automatically. Jadi Kharma Phala dan Reinkarnasi adalah HUKUM yang di ciptakan oleh tuhan.
Anda tau manfaatnya hukum bro…?
****** Komen Ardhani :
Reinkarnasi, terus terang saya tidak tahu manfaatnya, bahkan kayaknya tidak ada manfaatnya mempelajari pengetahuan itu.
Kalau hukum karma, saya tahu, itu juga ada dalam prinsip Islam, bahwa segala perbuatan akan ada balasannya.
Manfaatnya adalah agar manusia menimbang2 dulu baik buruk setiap perbuatan sebelum bertindak.
===== Grehista :
Modal hindu Weda bro, reinkarnasi dan karmaphala adalah sebagian kecil dari pengetahuan yang kasih tuhan. Jangkauan weda melampaui wawasan pikiran manusia.
Kehidupan seseorang di pengaruhi 100% oleh karmanya ki kehidupan terdahulu
Bro, sudah saya bilang di atas, hukum karma & reinkarnasi adalah ciptaan tuhan/anugrah tuhan. Dengan menciptakan hukum ini apakah tuhan tidak ikut campur/berperan . . .?
Kalau bro ardhani belum paham saya maklum karena menurut kitab suci anda tuhan berada di suatu tempat dan bukan berada dimana mana meresapi setiap atom. Jadi perannya analisa sendiri ya bro…jangan nyasar…
****** komen ardhani :
Yap, hanya sebagian kecil bro, jadi tidak dianggap serius juga nggak apa2. Nggak ngaruh lagi. Karena manusia sekarang sudah tahu bahwa tujuan utama adalah menuju Tuhan.
Terlalu mempercayai reinkarnasi, justru mengaburkan tujuan mulia itu, membuat orang malah terkesima dengan misteri reinkarnasinya itu sendiri.
==== Grehista :
Lebih fair Kharma Phala dari pada takdir, pengertian takdir membuat orang putus asa, tidak mau berusaha.
Kenapa tuhan menakdirkan seseorang hidupnya miskin, karena tidak dapat pekerjaan dia putus asa terus menjadi penjahat, lalu ketembak mati, masuk neraka…apakah tuhan sudah bosan sama manusia di sorga ?
Kenapa mewahyukan agama kalau tuhan bisa sekehendak hati memasukan manusia ke sorga ?
Bro…buat apa belajar agama kalau toh memang tuhan punya kehendak sendiri terhadap manusia ?
Kalau kehendak tuhan hanya untuk mendidik manusia berserah diri, ngapain belajar agama, berapa pun jumlah manusia di bumi ini tidak setitik pun perbandingannya dengan kekuasaan tuhan. Gak perlu berserah pun tuhan akan semena mena ?
****** Komen Ardhani :
Lha, ya ini contoh dari orang yg nggak ngerti hakikat Takdir, mereka persis akan bersikap dan berfikir seperti anda.
Mengetahui nasibnya sekarang jelek, Tuhan yg disalahkan. Padahal dia tidak tahu kelak Tuhan akan merencanakan apa dalam perjalanan hidupnya yg membentang ke depan !
Itu namanya su’udzon (buruk sangka) pada Allah.
Jeleknya nasib saat ini, harusnya membuat dia semakin dekat kepada Allah, agar Allah mengubah nasibnya, gak malah cari dalih untuk membenarkan perbuatan jeleknya.
Padahal Allah telah menurunkan aturan (agama) yg menuntun manusia kepada kebaikan.
namun dasar orangnya aja yg nggak mau sadar, merasa benar sendiri, Allah disalahkan.
Dia merasa ilmunya udah lebih tinggi dari Allah, sehingga dia bisa memutuskan sendiri, bahwa Allah telah mentakdirkan dirinya dengan takdir yg negatif.
Padahal Allah sendiri belum membuka seluruh rahasia takdirnya pada orang itu.
Ibarat orang membaca buku, dia baru membaca beberapa halaman tapi udah berani menyimpulkan bahwa akhir dari isi buku itu adalah seperti ini atau itu.
Benar2 orang sok tahu, kan ?
Orang seperti ini, meskipun dia sadar dan yakin bahwa ada ketentuan dan campur tangan Tuhan di dalam setiap penciptaan, meskipun percaya karmapala dan reinkarnasi, tapi sesungguhnya dia tidak benar2 memahami betapa kekuasaan Tuhan itu mutlak menguasai segala sesuatu di setiap kejadian. Dia percaya kekuasaan Tuhan sekaligus rada2 mengingkari kekuasaanNya itu. Jadinya setengah2, nggak total memahami Tuhan.
Kayaknya anda memenuhi syarat jadi orang seperti ini lho Bro,
Awas, itu zona berbahaya.
===== Grehista :
Kenapa dikatakan manusia tidak mampu memahami dan menerima kodratnya, karena tuhan semena mena membuat nasib seseorang.
Coba kalau karma phala, manusia pasti memahami keadaannya yang tidak beruntung karena hasil perbuataanya sendiri dan bukan orang lain, tuhan telah memastikan hasilnya.
Jadi manusia menyadari akan kekeliruannya dan bisa interospeksi diri, bukam malah menyalahkan setan/iblis yang mempengaruhi.
****** komen Ardhani :
Bro, Tuhan itu Maha mengetahui, ilmuNya maha Luas, maka Dia tidak bisa disebut semena-mena dalam perbuatanNya.
Karena setiap perbuatanNya dilandasi oleh IlmuNya ini.
Ketika Dia menciptakan satu ruh / atman, maka dengan IlmuNya Dia telah mengetahui detail dari segala hal yg akan dilakukan oleh si atman, dan bagaimana akhir dari nasib si Atman, mo masuk surga atau neraka, jauh2 hari sebelum si Atman diciptakanNya.
Seperti itu anda bilang semena-mena ?? kok bisa ya ? Sadar nggak sih ?
Rupanya anda mencoba memahami sifat Tuhan dengan standar diri anda sendiri yg serba terbatas.
Kalau anda jadi pak RT lalu membuat peraturan sepihak bagi warga anda, maka sudah pasti anda berlaku semena2 pada mereka, karena anda pasti tidak bisa memahami sepenuhnya problematika warga anda yg bermacam2.
Padahal yg sedang anda bicarakan disini Tuhan lho, yang menciptakan dan mengetahui segala2nya. Yg tahu dan merencanakan kapan selembar daun gugur ke bumi.
Konsep Karmapala meneropong baik buruk perbuatan dari sudut pandang manusia.
Itu tidak salah, karena sebagai manusia orang harus berfikir sebagaimana manusia.
Sedang memahami takdir, orang meneropong hal tersebut dari main frame nya Tuhan, dari sudut ketergantungan manusia terhadap yang MAHA MENGATUR.
===== Grehista :
Betul, karena tidak ada gunanya berserah diri (hanya orang dungu yang putus asa), kemahakuasaan tuhan tidak membutuhkan manusia menyerah/berserah diri, yang di inginkan oleh tuhan adalah supaya manusia bisa berusaha berbuat baik tanpa henti hentinya dengan pengetahuan agama, jadi disini tujuan tuhan menciptakan agama bukan malah menciptakan nasib.
****** Komen Ardhani :
Rupanya orang Hindu tidak diajari membedakan “berserah diri” dengan “Putus asa” ya ?
Karunya atuh !
Bro, mbok eling dikit.
Aturan tetang pebuatan baik dan buruk itu bikinan siapa ?
Yg membedakan nilai2 baik dan buruk itu siapa ?
Tuhan bukan ?
Lha kalo anda tidak mau berserah diri pada Tuhan, bagaimana bisa diharapkan anda akan mengikuti aturan yg dibuatNya ??
Atuh kumaha ie ?
===== Grehista :
Tujuan manusia menjalani dharma adalah bukan reinkarnasi, melainkan ”MOKSARTHAM JAGADHITA”
****** KOmen Ardhani
Nah kalo gitu, apa gunanya mempelajari reinkarnasi yg justru berlawanan arah dgn tujuan diatas ?
====== Grehista :
Bro ardhani, buat apa anda belajar agama kalau toh nasib ditentukan oleh tuhan dengan semena mena sekehandak tuhan.
Pembunuh, perampok, pemerkosa, tukang kawin janda janda dan anak anak dibawah umur, pelacur sekalian bisa masuk sorga hanya dengan mengucapkan sebuah kalimat syahadat sebelum mati.
****** Komen ardhani :
Itu masih jauh lebih bagus, daripada beribadah sepanjang hidup, tapi ketika mati justru teringat kijang, maka dia menjadi kijang beneran di kehidupan selanjutnya.
Kalo ada orang yg ketika mau mati, teringat pada arca yg biasa disembah di pura, maka di kehidupan selanjutnya dia jadi arca juga kali ya ?
Tuhan kok kayak gini ? gak masuk akal !
Salam
=====================================================================================================================
@To – Eka
komen to-eka:
memang semuanya kekuasaan absolut tuhan, dan tdk ada yg mendikte Tuhan..karmaphala itu sendiri kekuasaan absolut Tuhan. kami hanya mencoba memahami/menyadari dan tdk memikirkan/mengada-adakan konsep reinkarnasi/hukum karma..org suci kami hanya menterjemahkan kekuasaan Tuhan tersebut. Dengan kata lain, di agama anda merasakan kekuasaan tuhan tersebut tetapi tdk memberinya nama/sebutan, sedangkan di weda semuanya diklasifikasikan dan diberi nama. sst..jgn membantah lg “trus apa gunanya diberikan nama” yahhh….hehehe.. Weda adalah sumber pengetahuan spiritual, tentunya semuanya dijelaskan dgn detil…bukan pengetahuan yg menggampangkan yg dgn simple aja mengatakan smuanya kuasa Tuhan.
***** Komen Ardhani :
Nggak membantah kok Bro.
Emang benar apa kata anda diatas.
Jadi tidak salah kan kalo Islam merasa nggak perlu mengajarkan konsep reinkarnasi kepada umatnya ?
Karena menyerahkan segalanya pada kekuasaan Tuhan itu lebih diutamakan dalam Islam, daripada mengajarkan pula konsep2 lain yg bisa membuat pemeluknya bingung karena kebanyakan opsi.
===== komen eka:
Dah tersirat jls pda uraian saya lho….bahwa konsep reinkarnasi bukan untuk embel2 hidup enak/nggk..itu murni pengetahuan spiritual yg menginformasikan kekuasaan Tuhan pada kita. Klopun ada pemikiran yg seperti anda katakan, jgn salahkan pengetahuannya..anda sendiri yg salah masih diliputi kekuatan materialistik…
salam damaii….
****** Komen ardhani :
Bagi saya, memahami segalanya diatur oleh Tuhan itu lebih bermanfaat daripada konsep pengetahuan spiritual manapun .
Jalan lebih focus ke tujuan, nggak perlu tengok2 kanan kiri, yg bisa2 bikin kesasar.
Saya tidak membangga-banggakan jalan spiritual diatas jalan materialistik,
Masing2 ada porsinya selama kita masih terikat dengan dunia ini,
spiritual tanpa material menjadi tidak bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Begitu juga materialisme tanpa spiritualisme juga akan membuat tatanan masyarakat semakin kacau.
Islam menempuh jalan tengah dari itu, spiritual – material, dunia – akherat, harus sejalan secara harmonis.
Jalan Spiritual diperlukan bagi masa depan individu masing2 di akherat,
Jalan material diperlukan bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan hidup bermasyarakat di dunia ini.
Dua2nya sama penting.
SALAM
=========================================================================================================
@Adi Wira Kusuma
makin jelas sekali, bahwa ajaran Islam hny mengajarkan orang itu menerima sesuatu tanpa harus dipahami.
****** Komen Ardhani :
NO, Salah besar !
Islam melarang mengikuti secara taklid / buta / tanpa pengetahuan terhadap apa yg diikutinya itu.
===== Adi wira :
Konsep Reinkarnasi, adalah orang hidup lagi dengan Blank Memory? Rupanya pengetahuan anda perlu diupdate. Telah diadakan sebuah riset…(RPL)…dan terbukti ada sebuah memory ttg kehidupan masa lalu di setiap manusia. Dan cara terbaik untuk membuka memory kehidupan masa lalu adalah meditasi.
Tar dulu to? Kok kelihatan nya kami yg menghujat islam. Apa g kebalik sist ardhani??? Coba deh…lihat sejarah dong
Sorry bkn RPL ,tetapi PLR… anda bisa tanya jawab tentang memory kehidupan lampau kepd Brenda@hypnosisforhealing.com, scott@hypnosisforhealing.com
Jd ini masih sebuah riset,namun sdh menunjukkan kebenarannya bhwa ada memory kehidupan lampau.
******* Komen Ardhani :
Trus, kegunaannya apa jika orang tahu akan masa lalu kehidupannya ?
Misal, andai saya tahu masa lalu kehidupan saya adalah charlie chaplin, lalu apa gunanya bagi saya ?
Apakah saya harus menghidupkan kharakter tokoh itu lagi dalam hidup saya sekarang ?
Mengapa harus susah2 bermeditasi untuk menggali lagi masa lalu, yg oleh Tuhan justru ditutup dari ingatan manusia itu ?
===== Adi Wira :
Tar… kira2 keinginan anda di surga itu mau ngapain aja sih? Karena anda kelihatan bhwa anda sangat mengejar target. Klo kami cuma ingin melepaskan lingkaran karmapala & reinkarnasi. Itu aja kok. Jadi tidak pernah berfikiran bahwa dikelahiran besok aq ingin jd dewa, dikelahiran besok aq ingin jd presiden, dll….. karena setiap wujud kelahiran slalu ada konsekuensi nya.
****** Komen Ardhani :
Di surga saya mau ngapain ? senang2 dong, happy gitu lho.
Apakah anda mau mengingkarinya dengan mengatakan mengejar kesenangan itu adalah sifat material bukan spiritual ?
Setahu saya, di semua kepercayaan, baik itu yg resmi dari Tuhan atau sudah diplesetkan oleh keberhalaan, kebahagaian sejati adalah isu sentral yg ingin dicapai oleh pemeluknya.
Mereka semua bilang, Tuhan adalah sumber kebahagiaan.
Nah, kenapa kemudian jawaban mengejar kebahagian jadi dianggap bagian dari sifat material saja ?
*
Saya mengejar target ?
Jelas !
Kalo anda tidak mengejar target, anda hanya akan berputar-putar dalam keyakinan reinkarnasi anda.
Biar lambat keburu kiamat tuh
*
Oh jadi target anda, pingin lepas dari lingkaran karmapala dan reinkarnasi ya ?
Itu mah gak jelas.
Kalo targetnya ingin lepas dari lingkaran itu, paling2 balik lagi ke situ2 juga.
Karena orientasinya memang ke situ, bukan ke yg lain dari situ.
Kenapa nggak dicoba targetnya kembali ke Tuhan saja ?
Persetan dengan reinkarnasi.
Insya Allah, anda akan menuju Tuhan, dan otomatis terlepas dari lingkaran setan itu.
Gimana ? berani mencoba ?
Salam
==========================================================================================================
@Dino
Bro ardhani :
Ingat Sejarah Mahabharata. Ibu Gangga menghanyutkan putra-putranya yang baru terlahir ke sungai gangga, kecuali putra ke-7, karena hal ini di stop oleh suaminya Raja Santanu. Beliau sedih, marah, heran dan bertanya kenapa ada ibu kejam seperti itu. (Sebelum menikah Ibu gangga meminta syarat tidak boleh dipertanyakan/dihalangi untuk kegiatannya. realitanya ibu gangga menjalankan perannya sebagai istri dgn sangat baik, kecuali satu hal ini yg mengusik ketenangan raja). nah karena ditanya dan distop, makanya Ibu gangga menjelaskan kenapa beliau berbuat seperti ini. singkatnya bahwa ini adalah permintaan jiwa si bayi pada kehidupan dahulu. Ibu Gangga bersedia menjadi Ibu yg melahirkan mereka agar dosa mereka dapat diselesaikan setelah perbuatan berdosa kehidupan terdahulu. (lebih jelasnya bisa dibaca yaaaa)
****** komen ardhani :
Kisah itu saya pernah lihat filmnya.
Dulu saya tidak pernah ketinggalan nontonnya, kayaknya di TPI ya ?
Tapi Bagaimana kalo yg saya baca sejarah mitologi Yunani atao romawi ?
Apa kebenarannya se absolut mitologi mahabarata tersebut ?
Kayaknya saya pernah dengar suatu kisah, di akhir kisah mahabarata, para pandawa setelah mati dimasukkan dulu ke neraka untuk penyucian dosa2 mereka, sebaliknya kaum kurawa ditempatkan di surga dulu.
Baru setelah masanya dianggap cukup, posisinya ditukar guling, pandawa masuk surga, kurawa masuk neraka.
Apakah cerita diatas benar ??
Apa itu versi India atau wayang jawa ?
Kalo benar, kok bisa bayi minta dilarung ke sungai gangga untuk penyucian dosa2 mereka dalam kehidupan terdahulu ?
Apa mereka sebelumnya tidak lewat pencucian dosa di surga neraka sebagaiamana kisah pandawa – kurawa diatas ?
Sehingga dosa2 terdahulu masih terbawa di kehidupan berikutnya ?
Mana yg benar ya ?
*
BTW , dalam pandangan Islam, setiap bayi terlahir dalam keadaan suci, bersih dari dosa2. Meski dihasilkan dari hubungan perzinahan sekalipun.
Sepertinya Tuhan saya lebih berlaku manusiawi terhadap bayi2 mungil lucu nan menggemaskan itu.
Sepertinya beda dgn Tuhan anda ?
======= Dino :
menjawab pertanyaan, apakah penting tahu reinkarnasi….???? jika kita tidak tahu, tentu saja kita akan terus menghujat Ibu gangga, bahkan jika ini terjadi di negeri yang suka berzinah dengan saudara sendiri maka pasti kejadian ini akan sangat-sangat memalukan. namun tidak.itu adalah salah satu contoh kenapa reinkarnasi sangat penting walau kita sadar bahwa tujuan kita adalah Tuhan.
untuk zaman sekarang (jgn niru ibu Gangga yaaa, karena kemampuan kita tidak seperti itu) jika kita sadar akan reinkarnasi maka kita akan lebih hati2 bertindak. Kita tidak bisa lepas dari dosa (karena kita tinggal di dunia ini. dengan tahu reinkarnasi, sedikit demi sedikit kita melakukan kegiatan suci sehingga jika kita belum mampu melepaskan diri dari ikatan dunia, setidaknya kita berdoa dilahirkan dikeluarga yg saleh, suci misalnya dikeluarga seperti ibu gangga atau keluarga yg sadar bahwa tujuan hidupnya bukan kenikmatan dunia, tapi pelayan Tuhan dimana berada.
******** KOmen Ardhani :
Waduh Bro, itu ndak konsisten.
Kalau udah tahu “ide dasarnya” adalah setiap manusia tidak bisa lepas dari perbuatan dosa.
Maka meniru perbuatan ibu gangga disegala jaman itu adalah pebuatan benar.
Melepaskan bayi2 mungil dari dosa2 yg dilakukan oleh jiwa2 berdosa di masa lalu, sebagai bagaian pensucian jiwa mereka dalam kehidupannya lagi, adalah perbuatan yg benar2 mulia.
Atau mungkin anda akan berkata :
“nggak benar jika dilakukan oleh sembarang manusia, tapi jadi benar jika dilakukan oleh pendeta suci yg sudah punya kemampuan sekaliber dewi Gangga”
Kok kayaknya sekarang ndak ada lagi ya orang Hindu yg tingkat spiritualnya bisa menyamai dewi Gangga ?
Gak ada beritanya tuh ! kalo ada pasti heboh, pasti udah disorot lembaga HAM PBB.
Atau bisa jadi negara2 mayoritas Hindu akan dibombardir oleh Amerika serikat gara2 dituduh melindungi pelanggar HAM.
Padahal Yesus saja cukup disucikan dengan dicelupkan ke sungai Yordan oleh Yohanes pembabtis, gak perlu ditenggelamkan ke kali sampai mati.
Aya-aya wae.
*
BTW, jika anda berdoa seperti tulisan diatas, siapa tahu anda kelak dilahirkan sebagai seorang muslim, dan itu jadi jalan anda untuk segera lepas dari jerat reinkarnasi.
Atau mungkin saya dulu orang Hindu di kehidupan yg lampau kali ya ?
hwo knows ? Wallahu alam
Keep spirit ya bro ! ayo berjuang !
hehe
======= Dino :
lebih banyak lagi jika kita tahu teori reinkarnasi, misal disaat kita ngasi uang pengemis. apakah itu malah mengikat kita di dunia. (jika uangnya ternyata buat rokok, makan g bener,dll). bukankah sebaiknya kita berikan mereka makanan yg telah disucikan sehingga dengan kenyang mereka bisa bekerja bukan meminta-minta.
******* komen Ardhani :
Waduh ribet banget, kapan kita akan memberi kalo semua perlu dikalkulasi secara detail kayak gitu ?
Kalo dalam Islam, simple saja.
Kita memberi, itu dinilai kebaikan bagi kita.
Soal pemberian kita mau dipakai apa oleh orang yg kita beri, pertanggung jawabannya urusan orang itu sendiri dengan Allah.
Kalau dipergunakan untuk kebaikan oleh orang yg kita beri, maka pahala kebaikannya akan terus mengalir kepada kita yg memberi, selama kebaikan2 tetap dihasilkan oleh orang yg diberi dari pemberian kita itu. (multiplier effect)
Tapi kalau dipergunakan untuk kejahatan, kita hanya mendapat pahala kebaikan satu kali saja saat pemberian pertama, sedang kejahatan yg terjadi dari hasil pemberian kita itu tanggung jawab pelaku itu sendiri.
Bukankah Tuhan juga nggak bisa disalahkan ketika memberi manusia kemampuan menciptakan pisau, yg mana akhirnya pisau itu disalah gunakan untuk membunuh orang yg tidak bersalah.
Kayak itu logikanya.
====== Dino :
sangat mendalam jika kita tahu reinkarnasi, karena kita terus bertindak, dan tidak ada kamus habis berbuat terus minta ampun agar dosa dihapus. sekalipun kita minta permohonan maaf, dan itu dimaafkan. karma tetap berjalan karena itulah keadilan hukum karma/sebab akibat. Ingat penjelasan/cerita-cerita sebelumnya bahwa Sri Krsna tidak bisa membatalkan kutukan atas seseorang. sekalipun Sri Krsna mau memaafkan namun hukum haruslah terus berjalan. dan bagi kita, itu harus diterima dengan lapang dada karena disitulah letak kedewasaan, kebesaran hati dan iklas kita. tetap bertanggung jawab terhadap tindakan kita, tidak seperti anak cengeng yg meminta maaf tapi masiiih aja berbuat salah setelah minta maaf.
****** Komen ardhani :
Ya bro, dalam Islam juga ada konsep seperti itu.
Dimaafkan tetapi hukum tetap jalan.
Misal, pencuri yg bertobat, Tuhan akan memaafkan, namun harta curian harus dikembalikan pada yg punya, atau kalo tidak harus diganti dengan masuk penjara dulu.
Itu baru impas.
Kan enak kalo orang mencuri, dimaafkan saja setelah minta ampun, sedang dia terlanjur jadi kaya raya dari hasil curiannya. Itu nggak adil.
Tapi tidak selamanya berjalan hitam putih seperti itu.
Ada kalanya Allah mengampuni dengan cara menutupi dosa2 seorang hamba, tidak ditampakkan kepada orang lain.
Lalu Dia mengganti pada orang2 yg telah dirugikan itu dengan penggantian yg lebih baik, dengan caraNya sendiri.
Banyak cara yg dapat dilakukan Allah Bro.
Pada intinya Dia Maha Baik dan Maha Bijaksana, dan lagi Maha halus dalam perbuatan2Nya.
Jadi jangan pernah berputus asa pada Rahmat Allah.
SALAM SEMUANYA.
bro ardhani lalu kira2 bentuk allah anda itu seperti apa?(jangan bilang itu rahasia allah atau urusan allah ya bro) kalau itu rahasia allah maupun urusan allah berarti allah anda dalam menyampaikan ajarannya masih belum lengkap bro. contoh ya bro,anda disuruh mencintai seorang lelaki oleh teman anda,tapi saat bro menanyakan tentang ciri2 fisik ataupun fotonya kepada teman anda terus teman anda menjawab itu bukan urusan anda dan hanya teman anda yg tahu,kira2 bro bisa nggak mencintai lelaki itu?????
bro ardhani di ajaran kami(hindu) sangat lengkap dan mendetail dikasi tahu siapa itu tuhan bagaimana wujud rohaninya apa nama tempat tinggal rohani tuhan dan kegiatanNYA,apa itu roh,sifat2 roh,kenapa manusia dilahirkan berbeda di dunia material ini,bagaimana cara menginsafi tuhan,bagaimana cara menuju kepada BELIAU,dan masih banyak lagi bro.saya saran ya bro agar membaca BHAGAVAD GITA menurut aslinya dengan hati yg tulus dan murni agar bro bisa menyerap isi yg terkandung didalamnya!
satu lagi bro ardhani bagaimana anda dan golongan anda bisa bilang allah itu sempurna kalau bro dan kaum anda belum pernah melihatnya??? orang bisa mengatakan gedung itu sempurna karena orang itu pasti pernah melihatnya secara langsung atau setidaknya lewat gambar/foto gedung itu kan bro ardhani!!!!
comment ardani:
Bro, Tuhan itu Maha mengetahui, ilmuNya maha Luas, maka Dia tidak bisa disebut semena-mena dalam perbuatanNya.
Karena setiap perbuatanNya dilandasi oleh IlmuNya ini.
Ketika Dia menciptakan satu ruh / atman, maka dengan IlmuNya Dia telah mengetahui detail dari segala hal yg akan dilakukan oleh si atman, dan bagaimana akhir dari nasib si Atman, mo masuk surga atau neraka, jauh2 hari sebelum si Atman diciptakanNya.
comment to-eka:
Semua agama/ajaran spiritual setuju dengan filsafat kemaha kuasaan Tuhan..tpi ya jangan dipaksaain gitu donk bro…!!!
Sampai memvonis “Dia telah mengetahui detail dari segala hal yg akan dilakukan oleh si atman, dan bagaimana akhir dari nasib si Atman, mo masuk surga atau neraka, jauh2 hari sebelum si Atman diciptakanNya.” berarti semua kehidupan ini hanya robot buatan Tuhan yg hanya mengikuti skenario yg sudah jadi..yah klo begitu kita berbuat amal,baik, mo bunuh diri, mo merampok dan lain-lain dah digariskan Tuhan…So what gitu lho..klo gitu ngapain kita ambil pusing belajar agama, mengharamkan ini itu…khn itu semua dah ditentukan Tuhan. weleh..weleh…..suatu ajaran yg cukup indah sh..tapi kok terkesan muluk-muluk yah…(menurut saya lho…hehehe).
Klo di weda, si atman bersifat pribadi yg aktiv beraktifitas dengan inisiatip kehendaknya sendiri, dan disinilah hukum Tuhan (karma phala & reinkarnasi) berperan sebagai pengontrol sehingga sistem kehidupan berjalan secara fair.
*********************************************
Komen Ardhani :
Nggak membantah kok Bro.
Emang benar apa kata anda diatas.
Jadi tidak salah kan kalo Islam merasa nggak perlu mengajarkan konsep reinkarnasi kepada umatnya ?
Karena menyerahkan segalanya pada kekuasaan Tuhan itu lebih diutamakan dalam Islam, daripada mengajarkan pula konsep2 lain yg bisa membuat pemeluknya bingung karena kebanyakan opsi.
komen to-eka:
memang benar bro…bahkan nggk ada salahnya juga khn klo tdk mempelajari agama yang penting menyadari kebesaran Sang Pencipta dan bakti kpd nya dgn tulus, tdk perlu kebanyakan teori2 dlm agama…tp jgn divonis sesat/kafir lho mereka hehehe 😉 Tp perlu jg disadari setiap individu/atman bersifat spesifik..ada beberapa individu yg memiliki kesadaran yg lebih tinggi ingin mengetahui hakikat hidup.
***********************************************
Komen ardhani :
Bagi saya, memahami segalanya diatur oleh Tuhan itu lebih bermanfaat daripada konsep pengetahuan spiritual manapun .
Jalan lebih focus ke tujuan, nggak perlu tengok2 kanan kiri, yg bisa2 bikin kesasar.
Saya tidak membangga-banggakan jalan spiritual diatas jalan materialistik,
Masing2 ada porsinya selama kita masih terikat dengan dunia ini,
spiritual tanpa material menjadi tidak bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Begitu juga materialisme tanpa spiritualisme juga akan membuat tatanan masyarakat semakin kacau.
Islam menempuh jalan tengah dari itu, spiritual – material, dunia – akherat, harus sejalan secara harmonis.
Jalan Spiritual diperlukan bagi masa depan individu masing2 di akherat,
Jalan material diperlukan bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan hidup bermasyarakat di dunia ini.
Dua2nya sama penting.
komen to-eka:
yang tengok2 siapa mbakk…fokus kpd memahami segalanya diatur oleh Tuhan memang itulah inti semua ajaran spiritual, trus ada dasar pengetahuan apakah nggk bikin tambah mantap mbak..ketimbang penafsiran2 sendiri.
Memang masing2 ada porsinya selama kita masih terikat dengan dunia ini, spiritual tanpa material menjadi tidak bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu salah satunya di weda diajarkan catur asrama dharma 😉
Salam damai…
Rupanya sist ardhani blm muat tingkat spiritualnya, shg berkata “persetan ada reinkarnasi”. Ok. kita bicara scope kecil dulu, kira2 u/ apa orang amnesia (lupa ingatan), dikatakan org yg tidak sempurna? dan harus diingatkan kembali?
Yg kedua, mengapa orang sibuk mencari sejarah?
Dua pertanyaan ini,mungkin bisa membantu , mengapa kita mau memahmi Reinkarnasi? Dan anda juga tidak berani bilang “Reinkarnasi tidak ada”. Apalagi skrg ada riset yg menujukkan memang Reinkarnasi itu ada.
Mengapa dihindu seolah2 tidak mengejar target? Gini sist, Bicara ttg Target itu sama saja bicara karmapala (buah dr aksi). Dan klo itu menjd tujuan, maka di Hindu, berazas… Penantian/pengharapan akan karmapala, akan berujung ke karmapala lg. Karena setiap upaya dlm merasakan karmapala, mesti membutuhkan aksi, dan setiap aksi pasti ada buahnya lagi. Itu dah hukum!!!
Pasti anda makin bingung bagaimana cara umat Hindu lepas dari lingkaran itu? Jawabnya sdh ada di Veda, dimana salah 1 nya dg karma Yoga. Yaitu menjdkan karmapala bkn lah target.
Misal kasusnya dpt kita lihat kok. Coba anda bandingkan, Niat belajar pada anak Kecil dg Niat belajar pada anak dewasa. Kalo anak kecil, selalu diiming2i dulu atau diancam dl agar mau belajar. Sedangkan Kalo anak dewasa, dia mau belajar itu bukan karena iming2 atau ancaman, melainkan anak tsb merasakan bahwa itu dah jd tugasnya,dan bagi dia memang ilmu yg dia pelajari memang bermanfaat. Jd dpt dikatakan dia mau belajar itu karena dia memang ingin tau/paham akan ilmu itu.
Dari situ, mungkin anda bisa memposisikan diri anda di area mana? Dan mengerti arti tingkatan dlm metal/spiritual? Kalo kita kembali ke kasus tsb, maka klo kita dalami akan terlihat semua ada menuju tujuan yg sama. Yaitu kedua anak itu timbul niat belajar. Namun ketika ditanya, U/ apa sih belajar? Maka terlihat jelas, Bukan?
Klo anak kecil pasti bilang, “Biar aku dpt permen”,”Biar aku tdk dimarahi ibu”, “Biar aku dpt Nilai bagus”, dll….. sedangkan anak dewasa, hanya bilang “Biar aq paham dan dpt diterapkan”. Jadi dia kurang peduli thd sanjungan, nilai bagus, apalagi ancaman. Karena itu semua hanya buah/efect dari dia belajar.
Ttg Ibu gangga… Di hindu tidak pernah mengajarkan u/ harus mengikuti tindak tanduk dr seorang sosok/tokoh. Karena kita punya tugas,warna,darma sendiri2. Jadi sangat beda jauh dg Islam, dimana semua orang harus mengikuti tindak tanduk dr Nabi. Akirnya apa? Banyak sekali yg bertentangan. Misal simple: Dia sebenarnya tidak dilakonkan u/ nikah 4 kali, Tp melihat tindak tanduk dr Nabi, akhirnya dia ikut2an.
Ini yg sebenarnya yg kurang tepat. Karena di Islam, pencarian jati diri sangat minim. Bagaimana cara mencari jati diri? Di Veda sdh diterangkan. Shg…dengan salah satu yoga aja… kita dpt kok memahami Jati diri.
Mbulet ya sist? Gpp kok…. kami paham kok. Jd saran kami, ikuti dl ajaran yg dpt anda cerna dulu. Klo sdh agak stabil (dlm artian tidak ego lg), maka baru belajar/Pahami ajaran Veda. Tapi maaf, Di veda…tiap sloka nya tidak mempunyai poin yg dpt ditukar…lho… 😀
Huih… jek apa uyutane ne?
Gini aja deh, mau percaya atau tidak pada reinkarnasi kita lihat bukti konkrit di lapangan.
Di Jawa dipenuhi oleh orang Islam, penjaranya juga dipenuhi oleh orang Islam
Di Sumatra dipenuhi oleh orang Islam, penjaranya juga dipenuhi orang Islam
Di Lombok antara orang Islam dan Hindu hampir seimbang, tapi tetap penjaranya dipenuhi orang Islam
Di Bali nyata-nyata Hindu adalah mayoritas, tetapi tetap saja penjaranya dipenuhi orang Islam
Lha kenapa hayo???????
bro ardhani hukum karma phala itu adalah hukum kausal yaitu hukum sebab akibat,dunia ini diatur oleh hukum karma phala,contoh lagi bro anda menebang habis pohon2 yg ada di hutan maupun di gunung sebagai akibatnya kalau musim kemarau air susah mencarinya dan cuaca sangat panas,dan saat musim hujan banjir dan tanah longsor menyerang desa anda,dari contoh diatas itu akibat ulah siapa bro?? kehendak allah anda atau akibat ulah anda bro?????
@MAHARDIKA :
bro ardhani lalu kira2 bentuk allah anda itu seperti apa?(jangan bilang itu rahasia allah atau urusan allah ya bro) kalau itu rahasia allah maupun urusan allah berarti allah anda dalam menyampaikan ajarannya masih belum lengkap bro. contoh ya bro,anda disuruh mencintai seorang lelaki oleh teman anda,tapi saat bro menanyakan tentang ciri2 fisik ataupun fotonya kepada teman anda terus teman anda menjawab itu bukan urusan anda dan hanya teman anda yg tahu,kira2 bro bisa nggak mencintai lelaki itu?????
******* komen Ardhani :
Bro, saya mau Tanya ya
Apakah anda mencintai Tuhan karena Dia adalah Tuhan ?
Atau mencintai Tuhan karena bentukNya ?
Kalau rasa cinta anda masih terpaku pada penampakan bentuk, maka anda kelasnya masih di sekitar materialisme !
Padahal anda tahu bahwa Tuhan itu bukan bentuk material,
namun anda masih ngotot untuk mematerialkan Tuhan dalam otak anda.
Kalau cinta anda karena ketuhananNya, itu tandanya anda seorang spiritualist.
Karena spiritual itu dari kata spirit yg artinya ruh, bentuk yg tidak dilihat mata material
Lengkap tidak ajaran tidak tergantung pada penggambaran bentukNya.
===== Mahardika :
bro ardhani di ajaran kami(hindu) sangat lengkap dan mendetail dikasi tahu siapa itu tuhan bagaimana wujud rohaninya apa nama tempat tinggal rohani tuhan dan kegiatanNYA,apa itu roh,sifat2 roh,kenapa manusia dilahirkan berbeda di dunia material ini,bagaimana cara menginsafi tuhan,bagaimana cara menuju kepada BELIAU,dan masih banyak lagi bro.saya saran ya bro agar membaca BHAGAVAD GITA menurut aslinya dengan hati yg tulus dan murni agar bro bisa menyerap isi yg terkandung didalamnya!
******* komen Ardhani :
Itu juga ada di Islam, kecuali pengajaran bentuk Tuhan.
Pengajaran bentuk Tuhan itu kalaupun dijelaskan juga tidak berguna bagi manusia, karena otak manusia tidak akan mampu menggambarkannya.
Mau bukti ?
Buka bhagavad Gita anda yg menurut aslinya (terjemahan Prabuphada ya ? saya juga punya)
Buka di bab kresna memberitahukan gambaran wujud fisiknya sebagai Tuhan pada Arjuna.
Adakah pandit / seniman / ilmuwan Hindu yg bisa memvisualisasikan gambaran Tuhan itu dalam bentuk lukisan / animasi grafis yg benar2 sesuai dengan bentuk Tuhan yg sebenarnya ?
Tidak ada !
Bahkan anda sendiripun tidak akan sanggup untuk membuat sketsanya sekalipun !
Karena apa ? Karena otak mereka terbatas bahkan hanya untuk mengkhayalkan hal tersebut !
Lalu apa gunanya penjelasan tentang bentuk Tuhan jika tidak bisa direspon oleh otak manusia dengan tepat ??
Yg ada hanya orang keminter yg sok tahu tentang bentuk Tuhannya, padahal bentuk Tuhan sejatinya tidak seperti yg dibayangkan mereka !
Islam tidak mau terjebak kedalam praduga2 seperti itu.
Pesannya jalas, lakukan kebaikan maka engkau kelak akan melihat wajah Tuhanmu dengan terang.
====== Mahardika :
satu lagi bro ardhani bagaimana anda dan golongan anda bisa bilang allah itu sempurna kalau bro dan kaum anda belum pernah melihatnya??? orang bisa mengatakan gedung itu sempurna karena orang itu pasti pernah melihatnya secara langsung atau setidaknya lewat gambar/foto gedung itu kan bro ardhani!!!!
****** komen Ardhani :
Orang yg takjub dengan kesempurnaan gedung dari penampilan fisiknya, lalu memuji2 gedung dengan selangit adalah orang2 yang gampang tertegun pada keadaan lahiriah semata.
Itu ciri orang bodoh !
Kesempurnaan gedung, itu tanda arsiteknya hebat.
Mengagumi kesempurnaan gedung, dan memuji2 kehebatan arsitek yg menciptakannya, itu tanda orang yg menghargai keprofesionalan sebuah profesi.
Untuk mengatakan sang arsitek adalah orang berkemampuan hebat, tidak perlu harus bertemu muka dengan orangnya, tetapi lewat kesempurnaan karyanya sudah cukup mewakili integritas sang arsitek.
Begitulah seorang muslim, mereka tidak terpukau pada bentuk2 lahiriah, tetapi penciptanya.
Tidak mencari bentuk TuhanNya, tetapi keTuhananNya.
Salam.
======================================================================================
@ TO – EKA
comment to-eka:
Semua agama/ajaran spiritual setuju dengan filsafat kemaha kuasaan Tuhan..tpi ya jangan dipaksaain gitu donk bro…!!!
Sampai memvonis “Dia telah mengetahui detail dari segala hal yg akan dilakukan oleh si atman, dan bagaimana akhir dari nasib si Atman, mo masuk surga atau neraka, jauh2 hari sebelum si Atman diciptakanNya.” berarti semua kehidupan ini hanya robot buatan Tuhan yg hanya mengikuti skenario yg sudah jadi..yah klo begitu kita berbuat amal,baik, mo bunuh diri, mo merampok dan lain-lain dah digariskan Tuhan…So what gitu lho..klo gitu ngapain kita ambil pusing belajar agama, mengharamkan ini itu…khn itu semua dah ditentukan Tuhan. weleh..weleh…..suatu ajaran yg cukup indah sh..tapi kok terkesan muluk-muluk yah…(menurut saya lho…hehehe).
Klo di weda, si atman bersifat pribadi yg aktiv beraktifitas dengan inisiatip kehendaknya sendiri, dan disinilah hukum Tuhan (karma phala & reinkarnasi) berperan sebagai pengontrol sehingga sistem kehidupan berjalan secara fair.
****** Komen Ardhani :
Bukan memvonis Bro, sekedar berfikir logis.
Dalam frameset Tuhan, semua memang berjalan menurut kehendakNya, tanpa melenceng sedikitpun.
Karena memang sifat Tuhan wajib menuntut seperti itu.
Jika Tuhan tidak tahu tentang sesuatu sekecil apapaun, maka Dia tidak Maha Tahu.
Jika ada kejadian yg melenceng dari kehendak Tuhan sekecil apapun, maka Dia tidak Maha Kuasa.
Apakah Tuhan orang Hindu tidak mempunyai sifat mutlak seperti itu ?
Ada yg tidak diketahui oleh Tuhan Hindu ?
Ada yg tidak kuasa dicegah atau dikerjakan Tuhan Hindu ?
Kalau jawabannya “ADA” maka benar, kami tidak bertuhan pada Tuhan seperti itu.
Anda berkomentar diatas karena anda mencoba menyamakan frameset Tuhan dengan frameset makhluk ciptaan.
Jelas saja nggak connect. Terus anda menuduh “semua kehidupan ini hanya robot buatan Tuhan yg hanya mengikuti skenario yg sudah jadi”
Karena itu anda jadi membenarkan perbuatan2 seperti membunuh, merampok, berzina, dll.
Itu terjadi karena anda salah menempatkan diri anda dalam berfikir.
Anda pernah lihat sinetron Cinta Fitri yg ceritanya amburadul gak masuk akal itu ?
Semua pemain, bahkan penontonnya melihat itu sebagai cerita yg sepertinya nyata, ada orang baik dan jahatnya, ceritanya juga njlimet, pemainnya diidolakan karena kebaikan perbuatannya, sementara yg jahat disumpah2i karena kejahatannya.ada nilai2 baik dan buruk yg tidak bisa dilanggar. Semuanya kompleks menjadi semacam dunia tersendiri bagi pemainnya, dan membuat kecanduan bagi penontonnya.
Itu semacam miniatur dari satu episode kehidupan di dunia nyata di benak penonton dan pemain.
Tapi apakah semua yg kelihatan riil itu adalah hasil perbuatan para pemain itu sendiri ?
Pasti nggak kan ?
Itu semua sudah diatur seditail2nya oleh pembuat sinetron itu, baik tokoh2nya, karakternya, jalan cerita, hingga setting panggungnya.
Itu yg saya sebut framesetnya beda,
Frameset pemain dan penonton, gak bisa disamakan dengan frameset pembuat sinetron itu.
Frameset pemain dan penonton larut kedalam cerita sebagai suatu kehidupan yg benar2 riil dengan nilai2nya yg mengikat dan wajib dipatuhi benar salahnya sebagai aturan baku yg memberikan konsekuensi2. Yg seolah2 terlepas dari campur tangan si pembuat sinetron.
Sementara frameset pembuat sinetron yg menciptakan jalan cerita, aturan2, nilai2 yg berlaku secara keseluruhan dari awal hingga akhir, semau dia tanpa bisa dicampuri oleh pemain dan penonton.
Lalu apakah boleh pemain atau penonton menyalahkan pembuat cerita ?
Ya enggaklah ! urusannya lain2 !
Kalau mau jadi penonton yg baik, gunakan frameset anda sebagai penonton, mau jadi pemain yg baik, gunakan frameset pemain, dan ikuti aturan yg berlaku diwilayah itu dengan konsisten.
Jangan sekali2 mengusili hak2 pencipta sinetron dalam mencipta sesuai framesetnya sendiri.
Percuma ! protes anda sekaras apapun gak akan ada pengaruhnya.
Kalau tetap saja anda nggak mau mengakui integritas pembuat sinetron itu, mending matikan aja TV anda atau ganti chanel.
Cara terakhir ini biasanya yg saya pilih
itulah sinetron, candu masyarakat !
Kalo frameset pencipta cerita bisa diintervensi dengan improvisasi pemain, jadilah acara dagelan macam opera van java ala parto dkk. Dimana cerita bisa nggak jelas keluyuran kemana2.
Untuk gila2an, saya lebih suka yg seperti ini.
Apakah jenis cerita kehidupan model begini yg diciptakan Tuhannya orang Hindu, dimana para atman nya bisa berinteraksi aktif secara mandiri tanpa terikat pakem dari Tuhan ?
==== komen to-eka:
memang benar bro…bahkan nggk ada salahnya juga khn klo tdk mempelajari agama yang penting menyadari kebesaran Sang Pencipta dan bakti kpd nya dgn tulus, tdk perlu kebanyakan teori2 dlm agama…tp jgn divonis sesat/kafir lho mereka hehehe Tp perlu jg disadari setiap individu/atman bersifat spesifik..ada beberapa individu yg memiliki kesadaran yg lebih tinggi ingin mengetahui hakikat hidup.
***** komen Ardhani :
Yap betul tapi nggak betul2 amat.
Teori2 agama nggak usah dipelajari banyak2, kalau nggak dipraktekkan percuma.
Mending belajar sedikit tapi praktek.
Bagus lagi jika banyak, dan semua praktek.
Tapi nggak mempelajari teori2 agama yg penting menyadari kebesaran Sang Pencipta itu tidak betul.
Kalau udah sadar tetapi nggak mau ngapa-ngapain itu mo jadi apa ?
Udah sadar traffic light diciptakan polisi untuk mengatur kelancaran lalu lintas, udah tahu kalo lampu merah kudu berhenti, tapi tetep aja diterobos.
Udah sadar pajak untuk membiayai pembangunan negara, tetep saja dikemplang untuk membiayai pembangunan rumah sendiri.
Apa kata dunia ?
Kalau begitu, ya percuma kesadarannya.
Toh akhirnya urusan sama polisi juga.
Kafir dan sesatkah orang macam itu ?
Ya iyalah…. Masak ya iya dong !
Yang nggak mengatakan orang semacam itu sesat dan kafir, mungkin mereka sendiri juga begitu.
=====================================================