Orang Hindu, apa lagi non-Hindu yang pernah membaca kitab suci Veda secara sepenggal-sepenggal sudah pasti pernah menemukan kisah-kisah dan pernyataan-pernyataan yang kadang kala satu dengan yang lainnya dapat dikatakan berbeda 180 drajat.
Dalam Rg. Veda I.64.46 disebutkan; āMereka menyebutnya dengan Indra, Mitra, Varuna dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, Para maharesi (Vipra/orang bijaksana) memberi banyak nama, mereka menyebutnya Indra Yama, MatarisvÄnā. Sloka ini seolah-olah menyatakan bahwa para dewa sama dengan Tuhan. Sehingga tidaklah mengherankan jika buku-buku agama Hindu untuk sekolah formil selama ini selalu mengangkat permasalahan dewa-dewa dengan Tuhan ini dengan menganalogikannya sebagai satu orang yang sama, tetapi karena pada waktu berbeda mereka mengambil tugas kewajiban yang berbeda, akhirnya dipanggil dengan sebutan yang berbeda juga. Sebagai contoh jika seseorang sedang mengajar, maka dia dipanggil guru, tetapi saat dia pulang ke rumah anaknya memanggil bapak/ibu dan pasangannya memanggil suami/istri. Tetapi jika pada waktu yang lain dia pergi ke sawah dan mencangkul, dia akan dipanggil sebagai petani. Analogi ini tampaknya sangat masuk akal untuk membenarkan anggapan bahwa Tuhanpun juga demikian. Tuhan bisa dipanggil Brahma saat Beliau bertugas sebagai pencipta, dapat dipanggil Visnu saat bertugas sebagai pemelihara dan dipanggil Siva saat bertugas sebagai pelebur. Kebingungan akan mulai terjadi jika seseorang mulai membaca kitab suci Veda yang lainnya. Ambillah contoh saat kita membaca sloka Bhagavad gita 9.25 yang mengatakan ā Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Kuā. Tentu saja sloka ini dengan sangat jelas memperlihatkan bahwa dewa dan Tuhan itu berbeda. Melihat perbedaan ini, akhirnya dalam pandangan non Hindu dan bahkan orang Hindu sendiri memilih untuk mengatakan bahwa yang disebut sebagai kitab suci Veda hanyalah Catur Veda, dan Veda-Veda Smrti lainnya dikatakan hanyalah merupakan Veda pelengkap yang tidak harus ada. Lebih jauh juga dikatakan bahwa Veda-Veda Smrti bukanlah wahyu Tuhan, tetapi hanya merupakan karya sastra karangan para Rsi dan hanya berupa dongeng belaka yang mengajarkan manusia baik dan buruk.
Dari sekian banyak kisah-kisah kontradiksi, setidaknya dalam kitab Bhagavata Purana dan kitab Lingga Purana disebutkan sebuah kisah yang sangat bertolak belakang. Dalam kitab Bhagavata Purana, Visnu Purana, Padma Purana, dan juga Mahabharata disebutkan bahwa Narasimha adalah Avatara Tuhan dalam lila-Nya menghancurkan Raksasa Hiranyakasipu. Dalam Bhagavad Gita juga disebutkan bahwa perwujudan rohani Avatara tidak bisa dihancurkan dan akan tetap kekal selamanya. Tetapi secara mengejutkan dalam kitab Lingga Purana disebutkan bahwa Sri Narasimha lari terbirit-birit dan terbunuh secara mengenaskan.
Kontradiksi yang lain juga dapat ditemukan dalam menjalani ritual keagamaan. Beberapa kitab Veda menyebutkan bahwa seorang penekun spiritual harus secara ketat melakukan Panca Yama Bratha dan Panca Nyama Bratha. Seorang penekun spiritual tidak boleh melakukan pembunuhan, tidak boleh mabuk-mabukan, harus jujur, tidak melakukan hubungan seksual yang tidak sah, hidup sederhana, tidak boleh mencuri dan lain sebagainya. Tetapi dalam kitab yang lain, terutama yang masuk dalam kitab Tantra kiri, disana dijelaskan bagaimana seseorang bisa mencapai pembebasan dengan melakukan ritual seks, makan daging, mabuk-mabukan dan juga menggunakan obat-obatan aditif. Yang jelas kedua jalan yang dijelaskan di sini betul-betul saling bertolak belakang.
Melihat kontradiksi-kontradiksi yang sangat jauh ini, bagaimana kita bisa menjelaskan keberadaan kitab suci Veda? Apakah kita harus mengakui bahwa ajaran Veda memang tidak singkron karena ditulis oleh orang yang berbeda yang artinya memang tidak murni wahyu Tuhan? Atau harus diakui bahwa kitab suci Veda hanya merupakan karya sastra manusia yang berkembang dari waktu ke waktu sebagaimana yang dikatakan oleh para peneliti-peneliti Barat dewasa ini? Ataukah ada penjelasan yang lebih masuk akal yang lain?
Beberapa kalangan seperti Max Muller, Alexander Duff, William Carey, James Mill, Sir William Jones, H.H. Wilson, Monier Williams dan juga Moriz Winternitz yang mencoba memahami Veda secara induktif, membagi jaman Veda menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha.Ā Menurut mereka Veda pertama kali dibawa oleh bangsa Arya yang hijrah dari Eropa menuju Punjab di Lembah Sungai Sindhu sekitar 2500 sampai dengan 1500 SM. Mereka adalah kalangan politeisme yang menyembah banyak dewa seperti dewa Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siva dan sebagainya sebagaimana yang tertuang dalam kitab-kitab Catur Veda. Berikutnya pada saat memasuki jaman Brahmana dikatakan bahwa kaum Brahmana berkuasa paling besar atas varna-varna yang lainnya. Sehingga pada saat itu dikatakan lahirlah kitab Brahmana yang menguraikan prihal ritual yang didasarkan pada kitab Sruti, yaitu Catur Veda. Setelah itu dikatakan terjadi perkembangan dalam masyarakat yang mulai mendalami kebatinan, pendalamam filsafat ketuhanan sehingga muncullah kitab Upanisad yang menguraikan filsafat ketuhanan yang sangat mendalam. Sementara itu akibat lahirnya raja putra Sudhodana, yaitu Siddhanta yang menafsirkan Veda dari sudut pandang logika dan menghasilkan sistem Yoga dan Samadhi untuk mencapai Tuhan digolongkan sebagai jaman Buddha.
Teori yang diklaim berdasarkan hasil penelitian ilmiah yang dikemukakan oleh Max Muller dan peneliti-peneliti Indologis inilah yang saat ini diterima secara luas oleh masyarakat dunia. Sepintas teori mereka terlihat sangat meyakinkan karena klaim-klaim ābukti ilmiahā yang sedang digandrungi oleh masyarakat dunia saat ini. Teori bangsa Arya yang dipropagandakan Max Muller, seorang Indologis kelahiran Jerman yang kemudian mengabdikan diri pada Oxford University, Inggris sebagai pengajar bahasa Sansekerta dan penerjemah kitab suci Veda atas perintah kolonial Inggris yang menjajah India waktu itu berawal dari banyaknya kosa kata āaryaā yang dia temukan dalam kitab suci Veda. Untuk mendukung motif tersembunyi kolonial Inggris, tentu saja dia mengarahkan agar masyarakat India percaya bahwa para kolonial Inggris adalah saudara tua mereka mengingat leluhur orang India yang membawa Veda adalah dari Indojerman. Tentu saja teori ini pada dasarnya tidaklah berdasar, karena yang dimaksud dengan kata āaryaā dalam Veda bukanlah ras atau kelompok manusia. Hal ini tersurat dengan jelas dalam Manusmrti (X.43-45): āNamun sebagai akibat kelalaian mereka menjalankan upacara suci, karena mereka mengacuhkan ajaran para resi suci, orang- orang berikut dari kaum yang mulia (ksatriya Arya) telah merosot hingga kedudukan para pelayan : Paundraka, Choda, Dravida, Kamboja, Yawana, Sakha, Paradha, Pahlawa, Cina, Kirata, dan Darada.ā
Belakangan ini para arkeolog telah menemukan banyak sekali benda-benda bersejarah yang membantahkan teori bangsa Arya dan pembagian pewahyuan Veda menjadi empat jaman sebagaimana dicetuskan oleh Max Muller dan koloninya. Dokumen-dokumen berupa surat-surat Max Muller kepada istrinya yang dengan sangat jelas memperlihatkan adanya teori konspirasi bermotif politis dalam pencetusan teorinya tersebut juga telah mulai dipublikasikan ke khalayak umum. Namun sayangnya teori para sarjana barat ini telah mendarah daging dalam buku-buku sejarah dan filsafat dunia. Celakanya, umat Hindu melalui lembaga-lembaga resmi Hindu yang harusnya secara proaktif mempelajari Veda dari Veda itu sendiri juga lebih mempercayai teori-teori para ilmuan Barat kaum Indologis ini. Merekapun dengan bangga menyatakan bahwa Veda merupakan peradaban paling kuno yang selalu berkembang dan berkembang. Mengalami metamorfose dari agama politeisme pada jaman Veda, lalu menjadi agama yang mengedepankan ritual, sampai akhirnya menjadi agama monoteisme pada jaman Upanisad. Apakah orang-orang Hindu ini benar-benar dapat dikatakan sebagai Hindu sementara apa yang mereka yakini lebih mengarah pada pemahaman teori kaum Indologis? Kalau merek benar-benar orang Hindu yang meyakini Veda sebagai kitab suci, kenapa mereka tidak mempercayai kebenaran pemaparan Veda?
Kembali ke topik awal. Untuk menjawab kenapa ajaran Veda bervariasi dan kadang kala seolah-olah seperti beroposisi salah satunya dapat disimak dari sloka Brahma Vaitarta Purana. Brahma Vaitarta Purana mengatakan bahwa kitab-kitab suci Veda [terutama sekali dalam kontek ini Purana] terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kitab-kitab dalam sifat Tamasik (kebodohan), kitab-kitab dalam sifat Tajasik (nafsu) dan kitab-kitab dalam sifat Sattvik (kebaikan). Lebih lanjut dalam sloka-sloka Veda yang lainnya sebagaimana juga sedikit disinggung dalam Bhagavad Gita bab 17 dikatakan bahwa setiap manusia memiliki kecerdasan spiritual yang berbeda. Sehingga tidaklah memungkinkan untuk mengajarkan ajaran spiritual secara sama rata. Harus ada pembagian-pembagian Veda yang diperuntukkan untuk golongan tertentu sesuai dengan kecerdasan spiritualnya. Mereka yang baru berada dalam level tamas (kebodohan) akan cenderung mengikuti kitab-kitab Veda yang tergolong tamasik. Sehingga meskipun secara spiritual tergolong tingkatan yang sangat rendah jika dipandang dari standar yang ditetapkan dalam kitab-kitab sattvik, namun setidaknya dengan mereka menerapkan standar tersebut, mereka tidak akan jatuh ke dalam kehidupan asurik dan berprilaku di luar Dharma. Dengan mereka tekun melakukan ajaran Veda dengan tingkatan spiritual terendah sekalipun, maka secara bertahap mereka akan semakin maju dalam spiritual dan berpindah dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya yang lebih tinggi. Walaupun perkembangan peningkatan spiritual ini mungkin tidak terjadi dalam satu kali penjelmaan.
Lalu alur logika yang mana yang dapat anda gunakan untuk menjawab ketidaksingkronan ajaran Veda yang telah saya paparkan? Jika anda bukan orang Hindu, maka jawaban manapun yang anda katakan, tentunya sah-sah saja. Tetapi kalau anda orang Hindu, tetapi mengesampingkan sloka-sloka Veda yang menjelaskan hal tersebut dan lebih memilih teori-teori mereka yang mengklaim diri āpara ahliā, maka sepertinya ākehinduanā anda perlu dipertanyakan lagi.
Om tat sat
Mohon baca juga artikel: “Pustaka Suci Veda”
===buku-buku agama Hindu untuk sekolah formil selama ini selalu mengangkat permasalahan dewa-dewa dengan Tuhan ini dengan menganalogikannya sebagai satu orang yang sama, tetapi karena pada waktu berbeda mereka mengambil tugas kewajiban yang berbeda, akhirnya dipanggil dengan sebutan yang berbeda juga. Sebagai contoh jika seseorang sedang mengajar, maka dia dipanggil guru, tetapi saat dia pulang ke rumah anaknya memanggil bapak/ibu dan pasangannya memanggil suami/istri. Tetapi jika pada waktu yang lain dia pergi ke sawah dan mencangkul, dia akan dipanggil sebagai petani===.
KOMENTAR: Selain disosialisasikan melalui buku-buku, juga melalui guru-guru agama. Di Sulawesi Tenggara misalnya, saya perkirakan hampir semua guru agama Hindu menggunakan analogi tersebut untuk menjelaskan konsep ketuhanan Hindu.
Lebih memprihatinkan lagi, para dosen di institusi pencetak guru-guru agama saja masih menggunakan analogi itu dan mengagungkan Maxxxx Mullller. Kalau nggak percaya coba lihat buku-buku yang ditulis oleh Prof. Dr. I Made Titib. Jadi, sungguh menjadi pekerjaan yang tidak mudah untuk meluruskan pemahaman sebagian besar umat Hindu tentang konsep ketuhanan tersebut.
yup, betul bli
halo…. eh ada artikel baru neh….saya jd ke-GR an sendiri nih (emang ga tau malu ya..) artikel ini berkaitan dengan isi debat saya sebelum2nya… saya merasa jadi inspirator artikel di web ini ahahah….. kidding guys.
ok saya ijin komentar yg disini. mengacu pada pertanyaan paragraf terakhir :
“….Lalu alur logika yang mana yang dapat anda gunakan untuk menjawab ketidaksingkronan ajaran Veda yang telah saya paparkan?…”
saya sih simple aja jawabnya, ada pada paragraf sebelumnya. :
“… Harus ada pembagian-pembagian Veda yang diperuntukkan untuk golongan tertentu sesuai dengan kecerdasan spiritualnya. Mereka yang baru berada dalam level tamas (kebodohan) akan cenderung mengikuti kitab-kitab Veda yang tergolong tamasik. Sehingga meskipun secara spiritual tergolong tingkatan yang sangat rendah jika dipandang dari standar yang ditetapkan dalam kitab-kitab sattvik, namun setidaknya dengan mereka menerapkan standar tersebut, mereka tidak akan jatuh ke dalam kehidupan asurik dan berprilaku di luar Dharma….”
ga usah dianalisa secara hebat pun (karna memang saya tidak mampu)itu terdengar tidak sinkron bagi saya. dan jangan2 MUNGKIN garis perguruan lain jg memiliki standard kitab satvik,tamasik,dan rajasiknya sendiri2 wah nambah tidak sinkron tuh…apalagi pengelompokkan kitab ini didasarkan oleh “sloka Brahma Vaitarta Purana.” lagi mentok di purana yg notabene Smerti yg notabene tafsiran Rsi (bukan wahyu Tuhan tidak seperti Catur Veda). hmmm…..
ok kalau boleh saya `request` (seperti minta lagu di radio aja)
bagaimana ya kalau suatu hari nanti dibuatkan ulasa artikel dengan judul seperti ini ;
“umat hindu di bali mampu beragama hindu tanpa veda ??”
gmn isi ulasannya ya….. pasti asik tuh….
trims
Salam,-
@Kidz
===MUNGKIN garis perguruan lain jg memiliki standard kitab satvik,tamasik,dan rajasiknya sendiri2 wah nambah tidak sinkron tuhā¦apalagi pengelompokkan kitab ini didasarkan oleh āsloka Brahma Vaitarta Purana.ā lagi mentok di purana yg notabene Smerti yg notabene tafsiran Rsi (bukan wahyu Tuhan tidak seperti Catur Veda).
KOMENTAR: Perguruan mana tuh yang standarnya berbeda? Kalau perguruan merpati putih atau perguruan tapak suci ya tentu kitabnya adalah kitab silat he he he peace men… Bro, Kitab2 Sivais pun ditulis oleh Vyasa. Emangnya catur Veda sehingga tersusun dan terstruktur seperti itu siapa yang menulis Bro? Apa Max Muller?
===ok kalau boleh saya `request` (seperti minta lagu di radio aja)
bagaimana ya kalau suatu hari nanti dibuatkan ulasa artikel dengan judul seperti ini: āumat hindu di bali mampu beragama hindu tanpa veda?ā gmn isi ulasannya yaā¦.. pasti asik tuh.
KOMENTAR: Kalau tanpa banten, tanpa caru, dan tanpa nampah celeng, pasti bisa. Tapi tanpa Veda akan tercebur ke laut. Setelah tercebur ke laut akan diselamatkan dengan menggunakan pelampung Injil atau AlQuran.
Symbolic Significance Of The Vedic Gods and Goddesses
by Jayaram V
The vedic deities are not only forces of nature, but also forces that exist in the physical body and help the individual in his spiritual progress to overcome certain impediments. Symbolic significance of the Vedic deities is discussed in detail by Shri Aurobindo in his book entitled, “The Secret of the Vedas.” The views expressed here are based upon his interpretation.
According to Shri Aurobindo, one should not consider the vedic imagery as mere imagery. The gods, goddesses and the demons mentioned in the Vedas represent various cosmic powers. They play a significant role in the drama of creation not only in the external world but in the inner world of a human being.
When a person is making spiritual progress it is imperative that he has to ensure the development of these godheads in him also so that the required spiritual perfection is attained at all levels. The gods have to be strengthened and the demons have to be slain in order to attain perfection at all levels- “in the wideness of the earth, our physical being and consciousness”
According to the key provided by Shri Aurobindo, the outer form of a Vedic ritual has an inner corresponding ritual. A ritual is a sacrifice, an attempt to fulfill the purpose of creation, to elevate the status of man to that of a godhead or a cosmic man.
In such a ritual at the inner level, Agni is the divine spark in man, the inner soul. The ghee or the clarified butter that is offered to him is the mind. The sacrificial food or annam, consisting of grains, seeds etc, stands for the physical body which is but an altered state of annam or food only.
Once the divine spark (Agni) is invoked, he wakes up the latent energies or divine powers hidden in man, (the various gods and goddesses), to share the fruits of the sacrifice and assist the individual, (the performer of the sacrifice), in his spiritual awakening, transformation, purification and evolution.
The symbolic significance of the Vedic gods is further explained from here on. Indra is the awakened mind or the illumined mind, who in the mythology appears as the lord of the heavens and exists in the body as the Lord of the senses, one who has attained control over his senses. Vrata the snake demon, whom he slays in order to release the waters for the people of earth, is the dark mentality, the mass of negative and ignorant consciousness which hides all the cows( the rays of Truth) in the caves of panis or sense-driven life.
The Rudras and the Maruts are the positive forces which aid Indra in his fight against evil forces. The Ribhus are the seasons, which stand for the various stages or phases through which a person has to undergo the process of spiritual progress.
Once the senses are controlled and the mind is stabilized through slaying of all the dark powers, comes the awakening, the goddess of Usha, who brings along with her Ashwins into the world of inner consciousness. These Ashwins are the horses, the spiritual energies that enable the individual to make a swift progress towards enlightenment.
After Ushas appear Aditi, the Primal Sun, the God of Light, first as Savitr,who represents the Divine grace essential for all spiritual success, and then as Mitra, who as the Divine love is considered as a friend of the illumined mind(Indra)and his associates (the other gods.
After the Sun of Truth, appear Ritha (Truth in Action) and Ritachit (Truth consciousness. The various Goddesses also appear at this stage, Ila (Goddess of Truth vision), Saraswathi (Goddess of knowledge and wisdom), Sarama (the intuitive mind) and Dakshina (goddess of discernment and and ability).
The Vedic Yagna is therefore an act of supreme sacrifice, if performed well at the spiritual level would lead to enlightenment and salvation.
Suggested Further Reading
http://www.yogausa.com/creation.php
Dear All
Maaf teman-teman, lama tidak bisa nimbrung. Maklum akhir tahun, sebaai orang instansi pemerintahan saya disibukkan dengan acara menghabiskan anggaran. Kalau tidak dihabiskan tar raportnya menjadi jelek⦠Makanya beberapa minggu terakhir dan beberapa minggu ke depan masih tetap ber-meeting-meeting ria di beberapa hotel di luar kota š
Saya minta ijin ikut nimbrung ya bentar… tapi cuman untuk menanggapai beberapa comment yang sempat saya baca aja… jadi mohon maaf kalau yang lainnya kelewatan š atau mungkin menyebabkan diskusi yang sebenarnya sudah mengalir kembali lagi ke awal. Jika itu terjadi, mohon abaikan saja comment saya.
Kenapa saya katakan saat ini banyak umat Hindu memiliki pemahaman menyimpang?
Di Bali kita memiliki “Surya”, yaitu Griya dengan Pedanda dan Rsi-nya… sumber otentik kita untuk belajar Agama Hindu harusnya dari mereka, bukan dari para Indologis. Karena itulah saya katakan sangatlah tidak tepat jika kurikulum agama Hindu yang dibuat oleh instansi resmi kita malah mengesampingkan apa yang disampaikan oleh garis perguruan di Grya, tetapi malah memilih mempercayai teori para indologis. Contoh paling nyata adalah prihal pewahyuan Veda. Semua orang Hindu saya yakin pernah mendengar bahwa Veda bersifat “anadi-ananta, tidak berawal dan tidak berakhir”. Veda diwahyukan oleh dewa Brahma. Tetapi kenapa jika ada non Hindu yang bertanya kepada orang Hindu prihal kapan Veda diwahyukan jawabannya malahan merujuk ke teori Max Muller dengan embel-embel Bangsa Arya-nya? Apakah mereka tidak PD dengan apa yang disampaikan oleh sloka-sloka Veda ataukah lebih percaya pada pernyataan Max Muller yang “ilmiah”? Kalaupun pada kenyataannya saat inipun teori yang disampikan Max Muller telah terbantahkan?
Ironis bukan?
Veda memang luas dan sangat sulit memahaminya secara keseluruhan, tetapi jangan lupa kalau kita punya garis perguruan. Dengan mengatakan garis perguruan, tidak berarti saya harus mengarahkan anda ke sampradaya yang saya ikuti. Karena itu saya selalu katakan, pada awalnya ada 4 sumber sampradaya otentik yang tercantum dalam kitab suci Veda. Dalam perkembangannya dari 4 ini lahir sangat banyak cabang dan ranting sampradaya. Dan bukannya tidak mungkin beberapa diantaranya memang sudah ada dan mendarah daging di Bali. Maka carilah sampadaya itu. Di Bali kita punya keturunan-keturunan orang suci yang sangat mungkin meneruskan sampadaya yang otentik. Oleh karena itu, jauh lebih terhormat dan lebih masuk akal jika kita semua yang tidak pernah/sanggup membaca Veda mengikuti “pitutur” orang-orang suci tersebut. Bukankah itu lebih baik dari pada mengikuti angan-angan filsafat sendiri atau mengikuti para tokoh-tokoh non Hindu yang ditunggangi motif tersembunyi?
Jadi inti yang ingin saya katakan, hapuskan teori-teori dan keyakinan yang bersumber dari para Indologis dan sumber non Hindu dari buku pelajaran Agama Hindu. Agama bukan Sains dan tidak bisa diperlaukan hanya secara empiris induktif.
Untuk Abu:
Tuhan tidak dilahirkan sebagai manusia, dan Tuhan juga tidak muncul seperti manusia, tetapi manusialah yang diciptakan menyerupai Tuhan. Dalam salah satu ayat Al-kitab disebutkan; “Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan citra-Nya”. Ya ga? Kalau Tuhan memang maha kuasa, apa susahnya babgi Beliau untuk muncul di manapun dan dalam kondisi apapun? ya ga?
Oh yang lainnya ternyata sudah di comment oleh saudara Kidz… jadi silahkan lanjutkan š
Salam,-
@all
Nah ini yang mmbingungkan, yang sudah tau Weda aja mrasakan kontradiktif, trus bagaimana yang sama sekali blum baca Weda? mungkin mereka menganggap Weda itu isinya bagussss semua … ato ngak perduli sama sekali dan hanya mengikuti ajaran yang turun temurun dari leluhurnya.. Bagi saya menerima sesuatu wlaupun itu dari Weda tetep perlu ada saringannya, cari makna yang terkandung di dalamnya dan pilihan tetep pada hati kita.
Siapa yang bisa disebut orang hindu? bagi saya , dia yang mengucapkan dan meyakini suku kata ‘OM’ sebagai simbulNya dan mngerti maknanya maka saya sebut dia orang hindu.
damai Hindu
@putratridharma
masalah garis perguruan/parampara kan kalian sendiri yg memaparkan ? saya sih tidak tertarik dengan istilah garis perguruan itu, oh ya ngarayana sendiri pernah bilang loh kalau kurang lebih (kalau tidak salah) ada empat garis perguruan yg qualified yg telah menyusun kitab2 veda, coba anda kros cek lg dengan beliaunya mungkin disitu anda menemukan garis perguruan yg lain, lalu coba temukan apa ada garis perguruan merpati putih atau tapak suci disitu ? kalau saya sih mending perguruan napak tilas saja, hahaha…. š
nah untuk masalah umat hindu di Bali, mungkin sering kita dengar istilah Back to Veda, lalu pertanyaan : apakah hindu di bali tidak menggunakan veda? (ini pertanyaan bukan pernyataan saya)
kalau anda cek, hampir 80 persen orang Bali (terutama yg tua) tidak memiliki pemahaman tentang Veda seperti yg anda paparkan. tapi apakah hidup dia menjadi tidak jelas ?? anda pun judge mereka ini Hindu KTP hanya karena mereka tidak memahami Veda.
masalah banten,caru, dll. kenapa sih anda selalu bentrok masalah ini ? ini kan budaya yg mereka ciptakan untuk beragama, orang tidak mungkin beragama tanpa budaya. kalau anda tidak cocok dengan suatu budaya, go out is enough. kita tidak usah usik sistem mereka. seberapa besar efek negatif budaya mereka terhadap kepercayaan anda ?? lalu dengan adanya sistem caru misalkan, apakah anda pernah mendengar adanya kelangkaan hewan (ayam) karena sering di persembahkan ?? lalu setelah berpuluh puluh tahun sistem ini diterapkan. apakah ada indikasi hewan tertentu (yg dijadikan yadnya) mengalami kepunahan ??
inilah kayanya kepercayaam mereka, satvik, rajasik, tamasik, mereka jalankan dengan harmoni. lalu saya tanya, apakah di HK ada penghormatan terhadap bhuta kala ?. orang bali menghormati segala ciptaan Tuhan, dan khusus untuk bhuta, mereka manganggap untuk menghormati seseorang, harus diberikan/disuguhkan segala sesuatu yg menjadi favoritnya, nah banten caru, menurut mereka adalah kesukaan `tamu` itu. ketika melakukan persembahan kesadaran orang bali bukan pada nikmatnya melakukan pembunuhan, tetapi lebih kepada subjek yg akan mereka hormati. malah mereka percaya bahwa mereka menolong hewan tersebut untuk meningkatkan karmanya, dan hanya dengan caru mereka menjadi merasa tenang dalam melakukan bhakti ?? whats the big deal ??
sekali lg ini hanyalah budaya/cara, kalau anda tidak cocok, sepakati bersama dan rubah budaya ini, tidak masalah, ASAL semua pihak sepakat, ini hanya masalah kesepakatan manusia. dan kita tidak lebih pintar dari nenek moyang kita, meski dulu tidak ada sistem web atau blog seperti sekarang ini, namun sistem mereka harmonis sampai sekarang, kecuali oknum tertentu yg merasa sebagai pembaharu yg membenarkan segala cara untuk mencapai keinginannya. saya akui ada banyak distorsi hindu di bali, namun apakah distorsi itu kompak dibuat oleh seluruh umat di bali? sekali lg oknum. apa mungkin kita judge seperti ini `nila setitik merusak susu sebelanga`??
saya yakin HK pun adalah ajaran yg baik, namun kalau seandainya ada oknum yg `membawa` ajaran ini ke arah fanaticism yg membuat orang lain tidak nyaman, lalu apakah bisa kita berkesimpulan HK adalah ajaran yg tidak nyaman hanya karena ditunjukkan oleh oknum itu ??
mudah2an anda tidak membaca komentar saya dengan mind set negatif.
Salam,-
@ Ngarayana/Putra tridarma
1. Jika teori Max Muller adalah salah, lalu bagaimanakah pendapat para sarjana Veda sendiri ?
2. dg alasan Harus ada pembagian-pembagian Veda yang diperuntukkan untuk golongan tertentu sesuai dengan kecerdasan spiritualnya.
adkah slokanya yg menjelaskan tentang hal tsb?
@Kidz
Komentar Anda tidak pas. Tolong baca baik-baik, adakah saya mengatakan bahwa caru itu harus dihapuskan? Saya hanya bilang tanpa itu orang bisa beragama Hindu. Tapi tanpa Veda, pasti tidak tahu arah. Karena tidak tahu arah, maka mungkin akan tercebur ke laut. Karena Veda adalah seperti petunjuk manual bagaimana cara manusia mencapai tujuan hidup.
Saya paham bahwa orang Bali yang Hindu meskipun tidak pernah belajar Veda tetapi sebenarnya sebagian kehidupan beragamanya sudah melaksanakan Veda kok. Mereka dalam keagamaan mereka selalu mengikuti petunjuk dari Suryanya (sulinggih) dalam suatu komunitas banjar, walau masih dalam “karma kanda”.
Anda mengomentari tentang caru hanya dari sudut pandang “kekhawatiran akan kelangkaan atau kepunahan hewan”. Apa anda tidak ingat tentang roh, tentang karmaphala, tentang reinkarnasi, dan tentang ahimsa?
Wah berat nih bacaannya, beratnya seperti sejarah indonesia saja yang katanya banyak dipalsukan. Tapi umat beragama apapun sebaiknya mengerti kitab sucinya, bukan cuma action doang (baca berbudaya) atau sebaliknya mengerti kitab tapi ngga berbudaya….hehe (memang mudah kalo hanya berkata).
Ajaran satvik, rajasik dan tamasik dianggap bertentangan (selain pengkastaan, ini bisa jadi sumber perpecahan) dan itulah tugas generasi muda (hindu terutama) untuk meyakinkan bahwa tiga bagian itu sama2 berasal dari veda sehingga banyak muncul kembali orang2 hindu yang satvik. Tidak seperti sekarang yang kalo saya tanya atau umat beragama lain tanya ini itu jawabannya “ya emang gitu…………:) alias nak muleke to”. Namun meski kurang tau ini itu tetap mengikuti karma kanda (putratridarma says)
Terserah mau ajaran Hindu HK, siwais, anoman, penge-leak-an (maaf) atau apapun yang jelas jangan sampai pecah seperti agama2 besar lainnya :D, karena secara budaya, religi, dan kemanusiaan itu semua adalah kekayaan kita juga terutama umat hindu sendiri.
Kidz say :
………….saya yakin HK pun adalah ajaran yg baik, namun kalau seandainya ada oknum yg `membawa` ajaran ini ke arah fanaticism yg membuat orang lain tidak nyaman………….
Saya setuju dengan ini, jangan sampai fanatik dan terlalu memaksa untuk meyakinkan orang lain seperti agama2 besar lain, bikin semuanya ngga tenang.
@putratridharma
yeah anda benar, komentar saya tidak pas disini, yah saya komentar seperti diatas karena terpengaruh wacana lain di web ini yg menyatakan kita semua harus Back to Veda, seolah2 kita semua itu dianggap Out of Veda, sangat peka sekali wacana2 seperti itu.
dalam Tatva, Susila, Upacara. sebaiknya kita jgn berbicara/mendebatkan pada bagian Upacara, karena itu sudah pasti sangat berbeda.
memang benar tidak ada kalimat anda yang secara langsung menyatakan bahwa caru harus dihapuskan sehingga saya nampak tidak pas ketika berkomentar, tetapi kalau jabaran anda adalah tentang roh, tentang karmaphala, tentang reinkarnasi, dan tentang ahimsa yg berkaitan dengan caru itu sendiri, secara implisit saya menangkapnya sebagai bentuk keinginan untuk melakukan penghapusan sistem itu.
ahimsa? ok benar, itu ajaran yg mulia, namun coba cari tahu apakah ada exception / pengecualiannya ??
sama halnya seperti berbohong itu salah, tp nampak ada saat dimana berbohong dibenarkan.
vegetarian = hanya mengkonsumsi sayuran, jadi tumbuhan jg ada roh, karmaphala, reinkarnasi, dan aspek ahimsa nya kan ?, tapi pasti ada exception nya sehingga kita aman untuk `membunuh` tumbuhan.
“…Kalau tanpa banten, tanpa caru, dan tanpa nampah celeng, pasti bisa….”
saya setuju dengan kalimat anda itu,namun kalau saya panjangkan menjadi : tapi dengan banten,caru,dan dengan nampah celeng orang bali masih dikatakan bisa beragama hindu. sama seperti seorang australi yg baru masuk Hindu bertanya pada saya:
“orang bali sembahyangnya identik dengan canang, lalu apakah saya di australia tidak bisa beragama hindu karena tidak bisa membuat canang ??”
sangat menggilitik, saya pun menyampaikan bahwa hindu bukan/tidak harus dengan canang its so universal, tapi dengan canang orang pun dikatakan beragama hindu.
kalimat anda :
“Tapi tanpa Veda akan tercebur ke laut. ”
dengan pengakuan anda bahwasanya masyarakat hindu di bali masih memiliki esensi Veda, berarti tidak perlu khawatir akan tercebur ke laut kan sekarang ?? š
Salam,-
sy kq lbh stuju sama kidz ya,
sy sih ga ngerti weda, mungkin hindu sy memang perlu dipertanyakan dan hindu penulis tidak perlu dipertanyakan lagi karena sudah paham tentang weda.
dalam beberapa artikel penulis sering mengatakan kurikulum dan ajaran yang berkembang di bali saat ini banyak yang keliru karena anda melihat dari sudut pandang pemahaman anda sendiri. bila max muller memaparpakan dg sangat meyakinkan andapun demikian, memaparkan setiap artikel yg anda tulis dg sgt meyakinkan disertai bukti2 ilmiah yg sangat digandrungi masyarakat sekarang,,hehe.
tp tetap saja sy tidak tau benar atau salahnya karena sy ga ngerti weda dan hindu sy perlu dipertanyakan..hehe lagi.
menurut logika anda, sy harus lebih pcy sama penulis yg tidak kompeten dibidang ini dan cenderung fanatik atau lebih pcy sama ajaran di sekolah selama ini dan lembaga2 resmi yg berkompeten dan disetujui org banyak sejak dulu dan masih sigunakan sampai sekarang dan diakui pemerintah pula sebagai agama yg resmi dan sah.
sy ini org bodoh tidak tau mana yg benar mana yg salah, tp kalo sy ingin belajar agama sy harus pcy sama yg mana?
ya sy tau sih kitab suci org hindu itu weda, tp selama ini dg sangat meyakinkan pendahulu dan guru2 di sekolah telah mengajarkan agama sesuai dg weda itu.
semua meyakinkan dan semua meragukan, pilih mana?
Pembahasan yang bisa dikatakan “saya tunggu2” tetapi sepertinya masih menyisakan misteri yang sama.
Sumber masalah yang banyak jadi perbincangan bukan tuhan/dewa sama atau tidak. tetapi yang mana dewa? yang mana tuhan? siapa yang berhak menilai? (tentu bukan dengan penilaian seperti pada “tuhan setaraf dewa”)
Saya sendiri diajarkan kalau dewa itu seakan2(disini saya tulis seakan2 karena masih bingung) memiliki badan rohani masing2, walaupun tidak seperti gambaran2 di lukisan. jangan kan bentuk, bahkan warna pun tidak ada(sebenarnya sering sekali dewa2 itu disimbolkan sbg cahaya dgn warna2 tertentu, tapi entah itu dapet ajaran dari mana)
Entah teman2 mau menganggap logika “guru, ayah, dan pak tani” itu pas atau tidak, tetapi yang jelas semua mengakui kan kalau dewa itu pancaran tuhan?
Pertanyaannya:
1. katakanlah nama2 yang dipuja orang yang lain itu adalah cuma dewa, sedangkan Krishna sendiri bertubuh manusia, namun tetap dapat mewakili seluruh kemaha kuasaan Tuhan(bagi yang percaya) lalu apakah tuhan tidak bisa melakukan hal yang sama melalui tubuh dewa? apalagi dewa adalah pancaran tuhan secara langsung. lalu apa gunanya tuhan memancarkan sinarnya kalau cahaya yang paling terang justru datang dari (badan)manusia?
2. Perbandingan Tuhan pada Bhg. bab 10 sering dijadikan acuan untuk mengatakan “apakah pohon beringin, dan arjuna itu tuhan? tidak kan?” Kalau begitu bagaimana dengan Krishna? bukankah beliau lahir dan mati? apakah tuhan lahir dan kemudian mati? layaknya yang lain(arjuna, pohon beringin, makara, dll) Saya sendiri berpendapat yang bicara disana adalah sumber dari segala dewa dan semua avatar (vishnu), sedangkan badan material avatarnya tetap tidak kekal.
3. Nah setelah semua jawaban emas untuk pertanyaan2 itu, dan lainnya, akhirnya kita harus kembali pada sloka “[…]Penyembah dari penyembahku adalah penyembahku yang utama” Jadi mungkin penjabarannya menurut pikiran terbatas saya: pemuja dewa siwa, brahma, dan dewa2 lain lebih dekat pada krishna daripada pemuja krishna langsung???? Apakah ini adalah suatu ketidaksingkronan pada bhg.Gita? saya harap tidak.
Mohon tuntunannya
Kena Upanishad
II-1. If you think, āI know Brahman rightlyā, you have known but little of Brahmanās (true) nature. What you know of His form and what form you know among the gods (too is but little). Therefore Brahman is still to be inquired into by you. I think Brahman is known to me.
II-2. I think not I know Brahman rightly, nor do I think It is unknown. I know (and I do not know also). He among us who knows that knows It (Brahman); not that It is not known nor that It is known.
II-3. It is known to him to whom It is unknown; he to whom It is known does not know It. It is unknown to those who know, and known to those who know not.
Mandukya Upanishad
12. That which is without letters (parts) is the Fourth, beyond apprehension through ordinary means, the cessation of the phenomenal world, the auspicious and the non-dual. Thus Om is certainly the Self. He who knows thus enters the Self by the Self.
Om Swastyastu,
saya tertarik dengan apa yang ditulis oleh Ngarayana;
klo begitu jika sruti diadu dengan smerti maka yang dipake acuan adalah smerti??? š
mungkin ‘kehinduan’ saya perlu ditanyakan juga š
benar seperti para tetua Bali mengatakan “de ngaden awak bisa, depang anake ngadanin”….. š
suksma,
bro poglo, mungkin logikanya seperti ini. ada suatu agama, agama X…di teliti oleh orang2 yg bukan beragama X, tapi beragama Y. kemudian hasil penelitian itu diterbitkan, berjudul “hasil penelitian tentang agama X”. kemudian hasil penelitian itulah yang dijadikan referensi utama oleh kaum agama X, padahal mereka sendiri sebenarnya sudah punya panduan sendiri.
terima kasih bro a_a atas tanggapannya.
mungkin yg anda maksud panduan itu adl weda bagi sy yg hindu.
terus terang sy blum pnah melihat weda itu spt apa, apalagi membacanya krn mungkin sy ga akan ngerti bahasanya apalagi memahami maknanya.
sy pnah baca d web ini bahwa weda itu luas bahkan ga habis dipelajari dalam satu siklus kehidupan. lalu gmn sy bs blajar langsung dari panduan itu?
sy jg pnah baca d blog ini bahwa bhagawad gita itu merupakan rangkuman dari semuanya. kalo dg membaca rangkuman aja sdh cukup bwt apa ada penjabarannya? mungkinkan penjabaran itu menjelaskan lebih dalam untuk menghindari ksalahpahaman bila hanya membaca rangkumannya saja? kalo bner bgitu brarti tetap saja harus membaca scara kseluruhan itu harus dilakukan agar kita tidak menjadi sok tau krn pengetahuan yg stengah2 itu.tp lagi2 itu ga mungkin dilakukan krn weda sangat luas.
dan ujung2nya kita kembali pada kurikulum yg dbuat sedemikian rupa dg kata2 yg lbh sederhana dan lebih mudah dipahami dan memilih materi2 yg penting untuk kita pelajari. tp katanya kurikulumpun salah jg, nah gmn ini?
kalo sy harus membaca bhagawad gita, salinan mana yg paling benar? yg ada cuma salinan yg diyakini bs dipertanggungjawabkan, br sebatas diyakini saja kan. nanti ada lagi yg datang dan meyakini salinan versi yg lain yg lebih benar, salah lg sy.
pergi k barat mencari kitab suci lalu mempelajarinya dirumah spertinya sudah tidak mungkin sy lakukan. karena sy harus melalui banyak rintangan dan cobaan bertahun2 blum lagi sy tidak punya murid yg menemani sy.
satu2nya cara ya saya belajar dari org2 yg dianggap lebih ngerti. masalahnya siapa yg harus sy percaya?
kalo mengingat ajaran catur guru dan guru shushrusha waktu SD dulu maka sy harus lebih pcy sama org tua, guru disekolah, pemerintah dan Tuhan itu sendiri.
tp mungkin kurikulum yg itu jg salah ya sy tidak tau. lalu bagimana pula ini?
urutan bentuk penghormatan/pemujaan terhadap Tuhan, diawali dengan jenjang :
1. Matha —> Ibu
2. Pitha —> Bapak
3. Guru —> Guru pembimbing
4. Devam —> Dewa
melakukan penghormatan/bhakti terhadap jenjang aspek tersebut diatas sudah cukup buat kita yg masih kebingungan dengan Veda yg tidak sinkron dan kondradiktif. dan kalau diuji dengan sisi Veda manapun aspek diatas pasti dibenarkan.
Salam,-
@ngarayana
@all Hari krisna
Semoga bli ngarayana mau menjawab unek-unek saya ini, dan yang HK bisa dong jelasin….
Saya bali asli, saya melakukan bakti kpada leluhur, hampir tiap saatlah, saya menghaturkan bakti dngan persembahan canang dan apapun yang tentunya semau saya he h asal ngak mahal biar ngak bangkrut … tapi saya lakukan itu dengan tulus kok.. swear…
Oh ya canang dan sgala perlngkapannya yang saya pakai untuk sembahyang ini saya persembahkan kepada leluhur saya, kepada para dewa yang diistanakan di sanggah/merajan. Itu semua saya lakukan sbagai wujud bakti kepada leluhur. Saya tidak mempersembahkan canang itu kepada Ida Sang Hyang Widhi…. trus apa dong yang saya sembahkan kepada Hyang Widhi ???? Nah yang saya persembahkan kepada Hyang Widhi adalah ‘wujud bakti kepada leluhur’itu!!!! Saya mencintai Tuhan dengan bakti/prbuatan, bagi saya canang dan sgala atributnya itu bukan ditujukan kepada Tuhan tapi pada sifat sifat atau manifestasi bliau. Mudah-mudahan tman-teman HK bisa menangkap maksud saya. Nah yang saya tanyakan : apakah persembahan saya pada Tuhan bersifat satwik, rajasik atau tamasik? apakah menurut BG hal itu salah?
Wah, banyak komentar nih…
@Sutha
=====Sumber masalah yang banyak jadi perbincangan bukan tuhan/dewa sama atau tidak. tetapi yang mana dewa? yang mana tuhan? siapa yang berhak menilai? (tentu bukan dengan penilaian seperti pada ātuhan setaraf dewaā)
KOMENTAR: Kesimpulan dari Veda yang membedakan antara Deva dan Tuhan. Sadhu seperti Mahasri Brhgu yang sudah menilainya. Guru Kerohanian yang sudah menjelaskan. Kita hanya bisa membaca dan mendengar dari ketiga otoritas itu.
======Saya sendiri diajarkan kalau dewa itu seakan2(disini saya tulis seakan2 karena masih bingung) memiliki badan rohani masing2, walaupun tidak seperti gambaran2 di lukisan. jangan kan bentuk, bahkan warna pun tidak ada(sebenarnya sering sekali dewa2 itu disimbolkan sbg cahaya dgn warna2 tertentu, tapi entah itu dapet ajaran dari mana)
KOMENTAR: Badan Deva ya badan deva, masih material, bukan badan Rohani seperti badan Tuhan (kecuali Deva Siva). Sudah saatnya pengetahuan tentang deva adalah sinar langsung Tuhan itu dipikirkan ulang.
Entah teman2 mau menganggap logika āguru, ayah, dan pak taniā itu pas atau tidak, tetapi yang jelas semua mengakui kan kalau dewa itu pancaran tuhan?
KOMENTAR: Nggak semua mengakui. Mereka yang paham 3 aspek Tuhan: Brahman, Paramatman, dan Bhagavan juga akan paham bahwa yang dimaksudkan pancaran langsung sinar badan rohani Tuhan itu adalah Brahmajyoti (tempat kebahagiaan impersonal yang maha luas), bukan deva.
Pertanyaannya:
1. katakanlah nama2 yang dipuja orang yang lain itu adalah cuma dewa, sedangkan Krishna sendiri bertubuh manusia, namun tetap dapat mewakili seluruh kemaha kuasaan Tuhan(bagi yang percaya) lalu apakah tuhan tidak bisa melakukan hal yang sama melalui tubuh dewa? apalagi dewa adalah pancaran tuhan secara langsung. lalu apa gunanya tuhan memancarkan sinarnya kalau cahaya yang paling terang justru datang dari (badan)manusia?
KOMENTAR: Dari mana pengetahuan seperti ini? Siapa yang mengatakan Krishna berbadan sama seperti badan kita yang material? Badan Krishna adalah Rohani sepenuhnya, bahkan sumber kerohanian itu sendiri. Tuhan yang “asli” di Goloka Vrndavan adalah Krishna. Sebenarnya Beliau adalah avatari (sumber avatara) Kesimpulan Veda, Sadhu, dan Guru yang mengatakan itu.
2. Perbandingan Tuhan pada Bhg. bab 10 sering dijadikan acuan untuk mengatakan āapakah pohon beringin, dan arjuna itu tuhan? tidak kan?ā Kalau begitu bagaimana dengan Krishna? bukankah beliau lahir dan mati? apakah tuhan lahir dan kemudian mati? layaknya yang lain(arjuna, pohon beringin, makara, dll) Saya sendiri berpendapat yang bicara disana adalah sumber dari segala dewa dan semua avatar (vishnu), sedangkan badan material avatarnya tetap tidak kekal.
KOMENTAR: Tuhan lahir dan mati? Kelahiran Tuhan tidak seperti kelahiran orok seperti kita. Beliau muncul bukan melalui alat kelamin ibuNya. Masuk ke kandungan pun tidak melalui persetubuhan orang tuaNya. Badan Beliau mati? Badan Beliau adalah sumber kekekalan itu sendiri. Mohon baca Srimad Bhagavatam. Lila Beliau dijelaskan di situ.
3. Nah setelah semua jawaban emas untuk pertanyaan2 itu, dan lainnya, akhirnya kita harus kembali pada sloka ā[…]Penyembah dari penyembahku adalah penyembahku yang utamaā Jadi mungkin penjabarannya menurut pikiran terbatas saya: pemuja dewa siwa, brahma, dan dewa2 lain lebih dekat pada krishna daripada pemuja krishna langsung? Apakah ini adalah suatu ketidaksingkronan pada bhg.Gita? saya harap tidak.
Mohon tuntunannya
KOMENTAR: sloka itu pasti benar. Tapi harus dipahami bahwa yang kita puja adalah pelayan Tuhan, kesadaran kita dalam memuja penyembah murni Tuhan adalah tetap dalam koridor beliau bukan Tuhan, Beliau penyembah agung Tuhan.
Salam
@ari_bcak
===klo begitu jika sruti diadu dengan smerti maka yang dipake acuan adalah smerti?
KOMENTAR: Kok diadu? Memangnya mau cari pemenang? Tanpa Smrti, orang tidak akan bisa memahami Sruti. Smrtilah yang menjelaskan Sruti. Lalu kalau orang mengutip Sruti tanpa pemahaman terhadap Smrti, pasti salah.
===mungkin ākehinduanā saya perlu ditanyakan juga:
KOMENTAR: Kita semua harus sering-sering menanyakan kualitas kehinduan kita. Ini namanya introspeksi dan refleksi, bagus kok.
===benar seperti para tetua Bali mengatakan āde ngaden awak bisa, depang anake ngadaninā.
KOMENTAR: bahasa yang seperti ini bagus dalam tataran tertentu, tapi kalau kelewatan juga jadi jelek. Orang bali menjadi tidak mau tampil di bidang apapun karena takut dianggap sombong. Di kampung saya dan di kampung-kampung tetangga yang mayoritas orang Bali, kepala desanya justru orang dari suku lain, padahal beberapa orang Bali dianggap layak jadi kepala desa, tapi karena āde ngaden awak bisa, depang anake ngadaninā. maka mereka tidak mau tampil.
Salam
@yudana
Ketulusan Anda tidak salah. Kita memang harus tulus dalam menghaturkan sesuatu kepada leluhur. Tapi yang paling baik adalah menyelamatkan leluhur. Caranya tentu tidak dengan memberi persembahan “boga” kepada beliau. Kita sebaiknya memberinya “prasadam”. Dengan prasadam, beliau akan diselamatkan, karena prasadam adalah makanan yang rohani. Jadi persembahkanlah dulu makanan yang anda masak ke Tuhan, setelah itu lungsuran dari Tuhan ini barulah dipersembahkan kepada leluhur. Saya yakin leluhur anda akan berterima kasih dan bangga kepada anda atas kecerdasan anda tersebut. Siapa yang tahu kakek/nenek buyut Anda ada di mana sekarang? Apa tidak mungkin dia belum beruntung sehingga ada di patala loka? Mengirim prasadam ke leluhur adalah sangat baik. Yakinlah.
@ Kidz
Yang masih ingin beragama secara karma kanda, saya tidak mungkin memaksakan supaya tidak mecaru. Model beragama seperti itu adalah pilihan karena kecenderungan manusia berbeda-beda. Dan Veda juga mengatur model beragama karma kanda ini. Hanya saja tujuannya tentu berbeda. Yang masih ingin kesejahteraan material dan menikmati di alam surga, maka mereka akan menyembah deva2 dan nantinya setelah meninggal menuju ke alam deva atau lahir dengan kualitas material yang lebih baik. Jadi konsekuensi dari pelaksanaan karma kanda ini adalah lahir dan mati berulang-ulang.
Akan tetapi, jika orang mulai cerdas, maka dia akan sadar bahwa bukan itu tujuan lahir ke dunia. Mengenai vegetarian, mengkonsumsi tumbuhan pun akan tetap dikenai reaksi dosa. Ini pasti! Akan tetapi, Tuhan memberikan jalan yang mudah untuk menghilangkan reaksi dosa dari memakan tumbuhan itu, yakni dengan meng-offering dulu makanan yang baru dimasak sebelum kita memakannya. Makanan inilah yang disebut prasadam. Ini dijamin oleh Tuhan dalam Bhg Gita.
Kalau makanan dari bahan hewan/binatang, tidak akan pernah menjadi prasadam karena Tuhan tidak makan daging. Jadi makanan yang boleh di-offering kepada Tuhan itu pun ada syaratnya.
XarelX
1. Jika teori Max Muller adalah salah, lalu bagaimanakah pendapat para sarjana Veda sendiri?
KOMENTAR: Veda tidak bergantung pada pendapat para sarjana, apalagi sarjana yang bukan penyembah Tuhan, sehebat apapun dia secara material. Veda sudah menjelaskan dirinya sendiri dalam Veda. Maka yang terbaik adalah dengarkanlah apa yang Veda sendiri katakan dalam Veda juga. Guru suci hanya membaca dan mendengar apa yang Veda sampaikan kemudian meneruskannya kepada muridnya. Inilah parampara.
2. Dengan alasan harus ada pembagian-pembagian Veda yang diperuntukkan untuk golongan tertentu sesuai dengan kecerdasan spiritualnya. adakah slokanya yg menjelaskan tentang hal tsb?
KOMENTAR: https://narayanasmrti.com/2010/03/pustaka-suci-veda
ah sebel saya da tulis banyak2 buat bro poglo..error captcha. ilang deh. g bisa balik ya ketikan yg da di ketik bro ngara….
Putra Tri Darma
Bagian pertama:
Jika anda bertanya kepada org Kristen apa kitab sucimu? Muilai dari anak kecil sampai kakek-kakek mereka menjawab: al-kitab, yang terdiri dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Walopun tebalnya seperti kamus Inggris- Indonesia tapi isnya sangat padat dan mengandung semua pedoman hidup manusia.
Semua pengikut Yesus dan orng luar bias membaca langsung Al-kitab tersebut, karena bahasanya diterjemahkan dg bahasa local, sehingga tdk ada kesulitan bagi pengikutnya untuk belajar sendiri dan kajian pada al-kitab.
Coba anda Tanya pada orang Hindu, apakah kitab suci agamamu? Mereka pun serentak menjawab; Weda. Apakah kalian sering membaca weda? Maka jawabannya adlah weda yg mana? Yang ada adalah kumpulan sloka yang ditulis oleh Bimas Hindu, atau tokoh-tokoh Hindu. Kenapa, jawabannya ada dua:
1. Weda terdiri dari banyak kitab suci
2. Bahasanya sansekerta
Maka tdk aneh jika para pengikut Hindu sendiri banyak yg tidak mengenal kitab sucinya, paling banter dia mengandalkan BG. Itupun bagi penganut Hare krisna. Maka bagaimana akan membaca dan memperdalaminya, jika bahasa sansekserta saja tdk mengusasai. Maka tdk heran dlm agama Hindu baik di India maupun di Indonesia hanya org-org tertentu yang bias menguasai beberapa Weda. Maka bagaimana ummat Hindu mau merujuk ke kitab sucinya utk dijadikan pedoman dan panduan spiritual dalam sehari-hari jika mereka sendiri tdk bisa āmenyentuhā langsung pd kitab sucinya?
Maka sangat aneh sekali jawaban Putra Tri darma āVeda sudah menjelaskan dirinya sendiri dalam Veda. Maka yang terbaik adalah dengarkanlah apa yang Veda sendiri katakan dalam Veda jugaā.
Bagian kedua:
Pertanyaan kedua saya, anda beri jawaban ke Link Ngarayana, pdahal dlm artikel tsb, tdk ada sloka yg dijadikan dsar bahwa pembagain spiritual untuk memahami veda. Lebih aneh lagi pada jawaban pertama anda menulis āVeda tidak bergantung pada pendapat para sarjana, apalagi sarjana yang bukan penyembah Tuhan, sehebat apapun dia secara materialā
Jika sarjana Veda saja, tdk bias dipakai sebuah acuan, apalagi Ngarayana yg bukan sarjana veda lalu mengapa anda jadikan rujukan?. Tolong berikan kepadaku langsung sloka-slokanya yag berkaitan ādg alasan Harus ada pembagian-pembagian Veda yang diperuntukkan untuk golongan tertentu sesuai dengan kecerdasan spiritualnyaā.
@putratridarma
thanks pnjlasannya, tapi kurang ada kepastian tentang yang saya tanyakan…
Dalam penjelasan BGmenurut aslinya ada penjelasan bahwa Tuhan tidak prlu diberikan persembahan, karena apa yang kita smbahkan adalah bagian Tuhan sendiri karena apa yang ada di dunia adalah milik Tuhan, jadi buat apa mempersembahkan yang sudah dimiliki Tuhan sendiri… saya udah lupa sih halaman berapa maklum bacaannya tebel banget…. Yang paling utama dipersembahkan adalah wujud bakti kita pada Tuhan, karena jalan bakti dianggap paling utama…. kalo ngak salah, mohon koreksinya..
@putratridharma
“….Mengenai vegetarian, mengkonsumsi tumbuhan pun akan tetap dikenai reaksi dosa. Ini pasti! Akan tetapi, Tuhan memberikan jalan yang mudah untuk menghilangkan reaksi dosa dari memakan tumbuhan itu….”
bener kan akhirnya anda menyampaikan ada exception untuk `membunuh` !!
“….Kalau makanan dari bahan hewan/binatang, tidak akan pernah menjadi prasadam karena Tuhan tidak makan daging….”
nampaknya ini jg bisa dijadikan judul baru artikel berikutnya : “Tuhan Hindu Vegetarian ??”
tanpa mempelajari Veda yg kontradiktif pun nampaknya kita sudah bisa membayangkan bahwa :
1. Apakah Tuhan makan ??
2. Apakah hanya sayuran makanan favorit beliau ?
nampaknya kita jg harus belajar dari veda yg kontradiktif
Salam,-
@XarelX
====1. Weda terdiri dari banyak kitab suci
====2. Bahasanya sansekerta
KOMENTAR:
1. Iya memang seperti itu. Mempelajari Veda keseluruhan dengan hanya mengandalkan umur kita yang tidak berapa lama ini tentu tidak mungkin. Karena umur kita pendek, maka kita perlu kecerdasan untuk mempelajari Veda yang mana saja yang kita butuhkan dan fisibel untuk kita pelajari. Mengenai Bhagavad Gita? Kitab ini adalah intisari atau kesimpulan dari semua Veda. Jadi inilah yang fisibel untuk dipelajari ditambah Srimad Bhagavatam, Purana2lain, dan juga Upanishad2.
2. Tentang Veda berbahasa sanskerta. Pasca runtuhnya Majapahit, Hindu di Nusantara seperti yatim piatu. Untuk diakui sebagai agama saja tokoh-tokohnya dulu harus berjuang demikian gigih baru bisa diakomodasi. Setelah diakomodasi, tetap diperlakukan sebagai saudara tiri. Inilah yang mengakibatkan Hindu Nusantara sekian lama mati suri. Pembinaannya pun ala kadarnya saja. Begitu juga dana pembinaan dari pemerintah, Hindu dan Budha digabungkan dan hanya diberi serpihan-serpihannya saja. Inilah politik! Kemudian ada inisiatif dari tokoh untuk menerjemahkan dan mencetak kitab-kitab Veda, tapi dengan dana yang sangat minim tentu hasilnya juga minim. Dan yang lebih minim adalah mereka menerjemahkan Veda yang terjemahannya berbahasa Inggris karya Max Muller. Maka menjadi tersesatlah pemahaman umat Hindu tentang ketuhanannya. Dalam hal ini tujuan Max Muller tampaknya berhasil.
Dengan adanya ISKCON di Indonesia, maka perlahan tapi pasti terjemahan Veda-Veda yang otoritatif sudah bisa diperoleh walau dengan cara membeli. Tentu saja, karena mencetaknya tidak didanai oleh pemerintah. Perlahan tapi pasti buku-buku suci yang diterjemahkan oleh Srila Prabhupada akan menghiasi rak-rak buku di setiap rumah tangga Hindu. Gerakan Sankirtan Buku memang semakin ada kemajuan seiring dengan kesadaran akan keberagamaan umat Hindu sendiri.
Iya Veda tidak bergantung kepada para sarjana, tetapi para sarjanalah yang bergantung kepada Veda. Mengenai tulisan saudara Ngarayana, tentu saja otoritas tulisan Beliau tidak terletak pada saudara Ngarayana, karena pengetahuan itu diperoleh dari penjelasan Sadhu, Sastra, dan Guru. Jadi tetap pemegang otoritasnya adalah ketiga subjek itu. Saudara Ngarayana hanya menerima apa yang disampaikan gurunya. Gurunya juga menerima pengetahuan itu dari gurunya. Model transfer pengetahuan Veda seperti inilah yang bisa dijadikan rujukan. Silakan seseorang bergelar Prof. Dr. yang katanya sampai kepalanya botak membedah Veda, tapi kalau dia bukan penyembah, maka apa yang menjadi pendapatnya tentang Veda itu bukanlah otoritas. Jadi tidak layak didengar apalagi dujadikan sumber rujukan.
Sloka-sloka di bawah ini menjelaskan tentang tingkat kecerdasan dari golongan-golongan orang dalam pengaruh tiga sifat alam (satvam, rajas, tamas). Sementara penggolongan Veda (terutama purana) yang juga menjadi purana satvika, purana rajasika, dan purana tamasika dijelaskan dalam Brahma Vaivarta Purana.
BAB 17
Golongan-golongan keyakinan
Bhagavad-gita 17.1
17.1 Arjuna bertanya; o krsna, bagaimana kedudukan orang yang tidak mengikuti prinsip-prinsip kitab suci tetapi sembahyang menurut angan-angan sendiri? Apakah mereka berada dalam kebaikan, nafsu atau dalam kebodohan?
Bhagavad-gita 17.2
17.2 kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; menurut sifat-sifat alam yang diperoleh oleh roh di dalam badan, ada tiga jenis kepercayaan yang dapat dimiliki seseorang-kepercayaan dalam kebaikan, dalam nafsu atau dalam kebodohan. Sekarang dengarlah tentang hal ini.
Bhagavad-gita 17.3
17.3 wahai putera Bharata, menurut kehidupan seseorang di bawah berbagai sifat alam, ia mengembangkan jenis kepercayaan tertentu. Dikatakan bahwa makhluk hidup memiliki kepercayaan tertentu menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya.
Bhagavad-gita 17.4
17.4 Orang dalam sifat kebaikan menyembah para dewa; orang dalam sifat nafsu menyembah para raksasa atau orang jahat; dan orang yang berada dalam sifat kebodohan menyembah hantu-hantu dan roh-roh halus.
Bhagavad-gita 17.5
Bhagavad-gita 17.6
17.5-6 Orang yang menjalani pertapaan dan kesederhanaan yang keras yang tidak dianjurkan dalam kitab suci, dan melakukan kegiatan itu karena rasa bangga dan keakuan palsu didorong oleh nafsu dan ikatan, yang bersifat bodoh dan menyiksa unsur-unsur material di dalam badan dan Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam badan, dikenal sebagai orang jahat.
Bhagavad-gita 17.7
17.7 Makanan yang paling disukai setiap orang juga terdiri dari tiga jenis, menurut tiga sifat alam material. Demikian pula korban suci, pertapaan dan kedermawanan. Sekarang dengarlah perbedaan antara hal-hal itu.
Bhagavad-gita 17.8
17.8 Makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, berlemak, bergizi, dan menyenangkan hati.
Bhagavad-gita 17.9
17.9 Makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras sekali disukai oleh orang dalam sifat nafsu. Makanan seperti itu menyebabkan dukacita, kesengsaraan dan penyakit.
Bhagavad-gita 17.10
17.10 Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang dalam sifat kegelapan.
Bhagavad-gita 17.11
17.11 Di antara korban-korban suci, korban suci yang dilakukan menurut kitab suci, karena kewajiban, oleh orang yang tidak mengharapkan pamrih, adalah korban suci dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.12
17.12 Tetapi hendaknya engkau mengetahui bahwa korban suci yang dilakukan demi suatu keuntungan material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersifat nafsu, wahai yang paling utama di antara para Bharata.
Bhagavad-gita 17.13
17.13 Korban suci apa pun yang dilakukan tanpa mempedulikan petunjuk kitab suci, tanpa membagikan prasadam [makanan rohani], tanpa mengucapkan mantra-mantra veda, tanpa memberi sumbangan kepada para pendeta dan tanpa kepercayaan dianggap korban suci dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.14
17.14 Pertapaan jasmani terdiri dari sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, para brahmana, guru kerohanian dan atasan seperti ayah dan ibu, dan kebersihan, kesederhanaan, berpantang hubungan suami isteri dan tidak melakukan kekerasan.
Bhagavad-gita 17.15
17.15 Pertapaan suara terdiri dari mengeluarkan kata-kata yang jujur, menyenangkan, bermanfaat, dan tidak mengganggu orang lain, dan juga membacakan kesusastraan veda secara teratur.
Bhagavad-gita 17.16
17.16 Kepuasan, kesederhanaan, sikap yang serius, mengendalikan diri dan menyucikan kehidupan adalah pertapaan pikiran.
Bhagavad-gita 17.17
17.17 Tiga jenis pertapaan tersebut, yang dilakukan dengan keyakinan rohani oleh orang yang tidak mengharapkan keuntungan material tetapi tekun hanya demi Yang Mahakuasa, disebut pertapaan dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.18
17.18 Pertapaan yang dilakukan berdasarkan rasa bangga untuk memperoleh pujian, penghormatan dan pujaan disebut pertapaan dalam sifat nafsu. Pertapaan itu tidak mantap atau kekal.
Bhagavad-gita 17.19
17.19 Pertapaan yang dilakukan berdasarkan kebodohan, dan dengan menyiksa diri atau menghancurkan atau menyakiti orang lain dikatakan sebagai pertapaan dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.20
17.20 Kedermawanan yang diberikan karena kewajiban, tanpa mengharapkan pamrih, pada waktu dan tempat yang tepat, kepada orang yang patut menerimanya dianggap bersifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.21
17. 21 Tetapi sumbangan yang diberikan dengan mengharapkan pamrih, atau dengan keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala, atau dengan rasa kesal, dikatakan sebagai kedermawanan dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 17.22
17.22 Sumbangan-sumbangan yang diberikan di tempat yang tidak suci, pada waktu yang tidak suci, kepada orang yang tidak patut menerimanya, atau tanpa perhatian dan rasa hormat yang benar dikatakan sebagai sumbangan dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.23
17.23 Sejak awal ciptaan, tiga kata om tat sat digunakan untuk menunjukkan kebenaran Mutlak yang paling utama. Tiga lambang tersebut digunakan oleh para brahmana sambil mengucapkan mantra-mantra veda dan pada waktu mengaturkan korban suci untuk memuaskan yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 17.24
17.24 Karena itu, para rohaniwan yang melakukan korban suci, kedermawanan dan pertapaan menurut aturan kitab suci selalu mulai dengan āomā untuk mencapai pada yang mahakuasa.
Bhagavad-gita 17.25
17.25 Tanpa menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan berbagai jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ātatā. Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai pembebasan dari ikatan material.
Bhagavad-gita 17.26
Bhagavad-gita 17.27
17.26-27 Kebenaran mutlak adalah tujuan korban suci bhakti. Kebenaran mutlak ditunjukkan dengan kata āsatā. pelaksanaan korban suci seperti itu juga disebut āsatā. segala pekerjaan korban suci, pertapaan dan kedermawanan yang dilaksanakan untuk memuaskan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan setia kepada sifat mutlak juga disebut āsatā. wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 17.28
17.28 Apa pun yang dilakukan sebagai korban suci, kedermawanan maupun pertapaan tanpa keyakinan terhadap Yang Mahakuasa tidak bersifat kekal, wahai putera prtha. Kegiatan itu disebut āasatā dan tidak berguna dalam hidup ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.
@ Kidz
KOMENTAR: Untuk pembunuhan terhadap hewan korban suci, dulu memang para Brahmana berkualifikasi untuk mengantarkan roh binatang ini ke arah kelahiran atau kehidupan yang lebih tinggi derajatnya. Tapi sekarang kualifikasi para brahmana sangatlah merosot. Tidak ada brahmana yang berkualifikasi untuk “nyupat” binatang tersebut. Jangan nyupat mahluk lain, nyupat diri sendiri saja belum bisa. Inilah alasannya mengapa sebaiknya menghindari pembunuhan binatang.
===1. Apakah Tuhan makan?
===2. Apakah hanya sayuran makanan favorit beliau?
KOMENTAR: Jika anda paham kalau Tuhan maha kuasa, kenapa hanya makan saja Beliau tidak bisa? karena Tuhan adalah berwujud, maka Tuhan juga bisa makan kan? Bedanya, kita mungkin makan hanya beberapa piring, tetapi Krishna mampu menelan seluruh alam semesta. Tentu saja Beliau hanya menerima persembahan makanan kalau dilakukan dengan cinta bhakti. Tanpa itu, Beliau tidak akan mau menyentuh dan memberi nektar pada makanan yang kita persembahkan. Coba nonton filmnya atau baca Bhagavatam, Krishna dalam lilaNya di dunia material makan kok. Mengenai makanan apa yang diminta oleh Tuhan silakan lihat penjelasan Srila Prabhupada pada sloka Bhg. Gita 9.26. Bro punya kan kitabnya?
@Yudana
====bahwa Tuhan tidak prlu diberikan persembahan, karena apa yang kita smbahkan adalah bagian Tuhan sendiri karena apa yang ada di dunia adalah milik Tuhan, jadi buat apa mempersembahkan yang sudah dimiliki Tuhan sendiriā¦
KOMENTAR: Anda benar, semua alam semesta termasuk kita sendiri adalah milik Tuhan. Lalu apa yang bisa kita persembahkan kalau sejatinya kita bukan pemilik? Begini, sebenarnya kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan bukan untuk kepentingan Tuhan, tetapi kepentingan kita. Kita inginkan karunia nektar dari bibir padma Tuhan, maka kita mempersembahkan suatu makanan kepadaNya. Tuhan tidak minta makan kepada kita karena Beliau adalah pemilik semua makanan yang ada di alam semesta. Tapi Beliau meminta bhakti kita, cuma itu!
@ Putra tri darma
Trims atas jawabanmu, teutama tentang sloka-slokanya sangat-sangat memuaskan jiwa. Dalam Islam-pun Imam Ja’far Shodiq menjelaskan tentang tipologi org beribadah:
1. Tipologi Budak; takut neraka, murka/adzab
2. Tipologi pedagang ; karena ada keuntungan, dapat pahala dan masuk surga.
3. Tipologi Cinta; menyembah karena cinta.
4. Tipologi penyatuan; moksa
Tentang sedikitnya terjemahan veda, itu bukan tergantung dari dana pemerintah, Kristen dan islam sendiri jika pingin punya kitab sucinya, juga beli ditoko buku. sebetulnya org Hindu sendiri mampu dan bisa jika ada niatan sungguh-sungguh dlm proyek tsb.
Coba anda lihat dech, mereka bisa mengadakan upakare dg dana puluhan-ratusan juta, bisa membangun pura hampir di setiap kota di Jawa dan luar Jawa. maka dg tekhnologi digitalisasi veda berbahasa/terjemahan indonesia bisa terwujud.
Beda dg HK, mereka mempunyai kelebihan dibidang SDM yg didukung oleh org2 barat dan donaturnya juga, sehingga organisasinya sangat rapi dan kuat.
Kenapa dlm HK, hanya memakai BG dan Srimad Bhagavatam, Purana2lain, dan juga Upanishad2.bukankah veda lainnya masih banyak? lalu apakah selain tsb hukum dan penggunaannya sudah tergantikan dg BG dkk.?
@ poglo
Karena komentar saudara a_a yang sudah diketik hilang gara-gara salah kode captcha, maka saya ikut nimbrung nih…
Saudara Poglo, namanya kok Poglo sih? Lucu banget he he he…. Bhagavad Gita adalah merupakan sari pati dari semua Veda. Anda mengkhawatirkan kalau membaca intinya ini tidak akan bisa memperoleh pengetahuan secara benar karena membaca sari pati harus harus dengan penjelasan. Ini benar, makanya Srila Prabhupada menuliskan penjelasan yang sempurna pada sloka-sloka Bhg. Gita tersebut. Penjelasan Beliau bukan atas dasar pemikiran dan angan-angan material, tetapi Belia memperoleh penjelasan tersebut secara parampara. Penjelasan tersebut juga tidak terlepas dari sastra-sastra yang lain. Misalnya di sana akan saudara jumpai kutipan Srimad Bhagavatam. Karena antara Bhagavad Gita dengan Bhagavatam memang terhubung secara mutlak. Jika sapinya adalah Veda, maka Krishna Ibarat pemilik sapi dan sekaligus pemerah susunya, Arjuna sebagai anak sapi yang mau menyusu, dan Bhagavad Gita adalah susunya. Minumlah sepuasnya…
Om Swastyastu,
@putratridharma;
bukan dicari pemenang bro, tapi dicari apakah makna dalam sruti itu yang keliru…..
klo mengutip juga dari smerti yang lain (mungkin diartikel ini dimasukkan dalam tamasik atau rajasik), maka terlihat juga bertentangan dengan smerti yang dari ‘golongan’ Sattvik, nah jika smerti bertolak belakang maka yang mana dijadikan acuan???
bukankah menurut aturan dikembalikan kepada sruti???
masih anggapan ya bro, seseorang yang memahami dirinya tidak akan bertindak gegabah apalagi orang Hindu yang memahami akan hukum karmaphala, jadi akan sangat dipertimbangkan jika mengambil sebuah tugas.
Ini kembali kepada orang yang bersangkutan karena orang itu sendiri yang bisa menilai dirinya apakah mampu atau tidak, contoh aja jika sekarang dia menyatakan mampu tapi kemudian melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan tugasnya maka akan menimbulkan beban yang mesti ditanggungnya, makanya hal itu dipikirkan masak2 dan tidak gegabah š
Suksma,
btw bro Putratridharma yang jadi narasumber nih…..
hampir disemua artikel ada komennya š
@ari_becak
===btw bro Putratridharma yang jadi narasumber nihā¦..
KOMENTAR: Wah, nyindir nih… Aku jadi malu. Dari pada ngobrol ngalor ngidul di bawah pohon kemudian tertawa terbahak-bahak, saya lebih suka ngobrol di sini. Bisa belajar…
Salam
Pandawa dan korawa melihat Tuhan Krisna dengan mata kepala sendiri demikian juga para prajurit di medan kuruksetra, kenapa arjuna harus menggunakan mata rohani untuk melihat bentuk semesta Visvarupa, bukankah Tuhan krishna lebih tinggi kedudukannya?
semoga ada yang memberi pencerahan.
@bodogendeng
Banyak yang melihat Krishna, tapi tidak banyak yang menginsyafi Krishna sebagai Tuhan. Dalam rangka memberi pelajaran kepada Arjuna yang merupakan penyembah agungNya, Tuhan Sri Krishna berkarunia seperti itu, tapi Arjuna justru tidak mendapat “rasa” dari melihat wujud Visvarupa tersebut. Dengan gemetar, Arjuna berdoa supaya wujud itu kembali ke wujud asli Tuhan yang bertangan dua yang maha menawan. Tentu saja demikian sebab perwujudan Visvarupa itu sungguh menakutkan. Para penyembah murni tidak mungkin bisa bercinta dan mendapatkan rasa lila melalui wujud mengerikan seperti itu.
Arjuna ragu, tapi keraguan Arjuna bukan keraguan akan KeKetuhanan Krishna, dia ragu dengan kewajibannya dan keraguan dalam tataran filsafat: yakni tentang Roh dan Tuhan. Oleh karena itulah Tuhan menghapus keraguan tersebut dengan memperlihatkan bahwa semuaNya berada dalam badan Beliau.
Tuhan memperlihatkan dan membuktikan keketuhananNya kepada arjuna sebenarnya diperuntukkan bagi mereka yang belum meyakini Beliau sebagai Tuhan, termasuk manusia-manusia sekarang. Seandainya tidak ada pertunjukkan Visvarupa itu, mereka mungkin akan sulit meyakini Krishna itu Tuhan.
Maaf tanggapan saya sangat minim. Semoga ada penyembah yang bisa menambahkan atau meluruskan. Salam
@bodogendeng
Bentuk Semesta Tuhan
Bhagavad-gita 11.1
11.1 Arjuna berkata; Dengan mendengar wejangan tentang mata pelajaran yang paling rahasia ini yang sudah Anda berikan kepada hamba atas kemurahan hati Anda, khayalan hamba sekarang sudah dihilangkan.
Bhagavad-gita 11.2
11.2 O Krsna yang mempunyai mata seperti bunga padma, hamba sudah mendengar dari Anda secara terperinci tentang muncul dan menghilangnya setiap makhluk hidup dan hamba sudah menginsafi kebesaran Anda yang tidak pernah dibinasakan.
Bhagavad-gita 11.3
11.3 O kepribadian yang paling mulia, bentuk yang paling utama, walaupun hamba melihat Anda berdiri di sini di hadapan hamba dalam kedudukan Anda yang sejati, sesuai dengan uraian Anda tentang Diri Anda, hamba ingin melihat bagaimana Anda masuk dalam manifestasi alam semesta ini. Hamba ingin melihat bentuk Anda tersebut.
Bhagavad-gita 11.4
11.4 Kalau Anda berpikir hamba sanggup memandang bentuk semesta Anda, sudilah kiranya Anda memperlihatkan bentuk semesta Diri Anda yang tidak terhingga itu kepada hamba, o Tuhan yang hamba muliakan, penguasa segala kekuatan batin.
Bhagavad-gita 11.5
11.5 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai Arjuna yang baik hati, wahai putera prtha, sekarang lihatlah kehebatan-Ku, beratus-ratus ribu jenis bentuk rohani yang berwarna-warni.
Bhagavad-gita 11.6
11.6 Wahai yang paling baik di antara para Bharatha, lihatlah di sini berbagai perwujudan para Aditya, vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun sebelumnya.
Bhagavad-gita 11.7
11.7 Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu- baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak-berada di sini secara lengkap, di satu tempat.
Bhagavad-gita 11.8
11.8 Tetapi engkau tidak dapat melihat-Ku dengan mata yang engkau miliki sekarang. Karena itu, Aku memberikan mata rohani kepadamu. Lihatlah kehebatan batin-Ku.
Bhagavad-gita 11.9
11.9 Sanjaya berkata; Wahai paduka Raja, sesudah bersabda demikian, Tuhan Yang Mahakuasa, penguasa segala kekuatan batin, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna.
Bhagavad-gita 11.10
Bhagavad-gita 11.11
11.10-11 Dalam bentuk semesta itu, Arjuna melihat mulut-mulut yang tidak terhingga, mata yang tidak terhingga, dan wahyu-wahyu ajaib yang tidak terhingga. Bentuk tersebut dihiasi dengan banyak perhiasan rohani dan membawa banyak senjata rohani yang diangkat. Beliau memakai kalung rangkaian bunga dan perhiasan rohani, dan banyak jenis minyak wangi rohani dioleskan pada seluruh badan-Nya. Semuanya ajaib, bercahaya, tidak terbatas dan tersebar kemana-mana.
Bhagavad-gita 11.12
11.12 Kalau beratus-ratus ribu matahari terbit di langit pada waktu yang sama, mungkin cahayanya menyerupai cahaya dari kepribadian yang paling utama dalam bentuk semesta itu.
Bhagavad-gita 11.13
11.13 Pada waktu itu, dalam bentuk semesta Tuhan, Arjuna dapat melihat perwujudan-perwujudan alam semesta yang tidak terhingga terletak di satu tempat walaupun dibagi menjadi beribu-ribu.
Bhagavad-gita 11.14
11.14 Kemudian Arjuna kebingungan dan kagum, dan bulu romanya tegak berdiri. Arjuna menundukkan kepalanya untuk bersujud, lalu mencakupkan tangannya dan mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bhagavad-gita 11.15
11.15 Arjuna berkata; Sri Krsna yang hamba muliakan, di dalam badan Anda hamba melihat semua dewa dan berbagai jenis makhluk hidup yang lain. Hamba melihat Brahma duduk di atas bunga padma, bersama Dewa Siva, semua resi dan naga-naga rohani.
Bhagavad-gita 11.16
11.16 O penguasa alam semesta, o bentuk semesta, di dalam badan Anda hamba melihat banyak lengan, perut, mulut dan mata, tersebar ke mana-mana, tanpa batas,. Hamba tidak dapat melihat akhir, pertengahan, maupun awal di dalam Diri Anda.
Bhagavad-gita 11.17
11.17 Bentuk Anda sulit dilihat karena cahaya-Nya yang menyilaukan, tersebar ke segala sisi, seperti api yang menyala atau cahaya matahari yang tidak dapat diukur. Namun hamba melihat bentuk ini yang bernyala di mana-mana dihiasi dengan berbagai jenis mahkota, gada, dan cakra.
Bhagavad-gita 11.18
11.18 Anda adalah tujuan pertama yang paling utama. Andalah sandaran utama seluruh jagat ini. Anda tidak dapat dimusnahkan, dan Andalah yang paling Tua. Andalah pemelihara dharma yang kekal, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Inilah pendapat hamba.
Bhagavad-gita 11.19
11.19 Anda tidak berawal, tidak ada masa pertengahan bagi Anda dan Anda tidak berakhir. Kebesaran Anda tidak terhingga. Jumlah lengan Anda tidak terbilang. Matahari dan bulan adalah mata Anda. Hamba melihat Anda dengan api yang bernyala keluar dari mulut Anda. Anda sedang membakar seluruh jagat ini dengan cahaya pribadi Anda.
Bhagavad-gita 11.20
11.20 Walaupun Anda adalah satu, Anda berada di mana-mana di seluruh angkasa, planet-planet dan antariksa antar planet-planet. O kepribadian yang Mulia dengan melihat bentuk yang mengagumkan dan mengerikan ini, semua susunan planet goyah.
Bhagavad-gita 11.21
11.21 Semua kelompok dewa menyerahkan diri di hadapan Anda dan masuk ke dalam diri Anda. Beberapa di antaranya sangat ketakutan dan mereka mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak resi yang mulia dan makhluk-makhluk yang sempurna yang sedang berseru, āsemoga ada segala kedamaian!ā sedang berdoa kepada Anda dengan menyanyikan mantra-mantra veda.
Bhagavad-gita 11.22
11.22 Segala manifestasi dari Dewa Siva, para Aditya, para vasu, para Sandya, para Visvedeva, dua Asvi, para Marut, para Leluhur, para Gandharva, para Yaksa, para Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang Anda dengan rasa kagum.
Bhagavad-gita 11.23
11.23 O kepribadian yang berlengan perkasa, semua planet dengan dewa-dewanya goyah ketika melihat bentuk Anda yang maha Agung, dengan banyak muka, mata, lengan, paha, kaki, dan perutnya, dan banyak gigi Anda yang mengerikan; karena itu, mereka goyah, dan hamba juga goyah.
Bhagavad-gita 11.24
11.24 O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan berbagai warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut Anda yang terbuka lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap maupun keseimbangan pikiran lagi.
Bhagavad-gita 11.25
11.25 O penguasa para dewa, pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia kepada hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat Anda seperti ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan gigi yang mengerikan. Di segala arah hamba kebingungan.
Bhagavad-gita 11.26
Bhagavad-gita 11.27
11.26-27 Semua putera Dhrtarastra, bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka, Bhisma, Drona, Karna dan ā semua pemimpin kesatria di pihak kita ā lari masuk ke dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hamba melihat beberapa di antaranya tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur di antara gigi-gigi Anda.
Bhagavad-gita 11.28
11.28 Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti itu pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam mulut-mulut Anda.
Bhagavad-gita 11.29
11.29 Hamba melihat semua orang lari dengan kecepatan penuh ke dalam mulut-mulut Anda, bagaikan kupu-kupu yang terbang menuju kehancuran di dalam api yang menyala.
Bhagavad-gita 11.30
11.30 O Visnu, hamba melihat Anda menelan semua orang dari segala sisi dengan mulut-mulut Anda yang mengeluarkan banyak api. Anda menutupi seluruh alam semesta dengan cahaya Anda, Anda terwujud dengan sinar-sinar yang mengerikan dan menganguskan.
Bhagavad-gita 11.31
11.31 O penguasa semua dewa, yang mempunyai bentuk yang begitu ganas, mohon beritahukan kepada hamba siapa Anda? Hamba bersujud kepada Anda; mohon memberi karunia kepada hamba. Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang asli. Hamba ingin mengetahui tentang Anda, sebab hamba tidak mengetahui apa maksud Anda.
Bhagavad-gita 11.32
11.32 Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Aku adalah waktu, penghancur besar dunia-dunia, dan Aku datang ke sini untuk menghancurkan semua orang. Kecuali kalian [para Pandava], semua kesatria di sini dari kedua belah pihak akan terbunuh.
Bhagavad-gita 11.33
11.33 Karena itu, bangunlah. Siap-siap untuk bertempur dan merebut kemasyuran. Kalahkanlah musuhmu dan menikmati kerajaan yang makmur. Mereka sudah dibunuh oleh apa yang telah Ku-atur, dan engkau hanya dapat menjadi alat dalam pertempuran, wahai Savyasaci.
Bhagavad-gita 11.34
11.34 Drona, Bhisma, Jayadratha, Karna, dan kesatria-kesatria besar lainnya sudah Ku-hancurkan. Karena itu, bunuhlah mereka dan jangan merasa goyah. Bertempur saja, dan engkau akan memusnahkan musuh-musuhmu dalam pertempuran.
Bhagavad-gita 11.35
11.35 Sanjaya berkata kepada Dhrtarastra; wahai Baginda Raja, sesudah mendengar kata-kata ini dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna yang sedang gemetar menghaturkan sembah sujud berulang kali dengan mencakupkan tangannya. Hati Arjuna penuh rasa takut dan dia berkata kepada Sri Krsna dengan suara yang tersendat-sendat, sebagai berikut.
Bhagavad-gita 11.36
11.36 Arjuna berkata; O penguasa indria-indria, dunia menjadi riang dengan mendengar nama Anda, dan dengan demikian semua orang menjadi terikat kepada Anda. Kendatipun makhluk-makhluk sempurna bersujud kepada Anda dengan hormat, para raksasa ketakutan sehingga mereka lari ke sana ke mari. Segala hal ini memang patut terjadi.
Bhagavad-gita 11.37
11.37 O Yang Mahabesar, lebih tinggi daripada Brahma, Anda adalah pencipta yang asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada Anda? O kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa, pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab segala sebab, yang melampaui manifestasi alam material ini.
Bhagavad-gita 11.38
11.38 Anda adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang paling tua, pelindung utama alam semesta yang terwujud. Andalah yang Mahatahu, dan Andalah segala sesuatu yang dapat diketahui. Andalah pelindung tertinggi, Anda berada di atas sifat-sifat material. O bentuk yang tidak terhingga Anda berada di mana-mana di seluruh manifestasi alam semesta ini!
Bhagavad-gita 11.39
11.39 Andalah udara, dan Andalah Yang Mahakuasa! Anda adalah api, Anda adalah air, dan Anda adalah bulan! Anda adalah Brahma, makhluk hidup yang pertama, Anda adalah kakek moyang semua makhluk. Karena itu hamba bersujud dengan hormat kepada Anda seribu kali, kemudian berulang kali lagi.
Bhagavad-gita 11.40
11. 40 Hamba bersujud kepada Anda dari depan, dari belakang dan dari segala sisi! O kekuatan yang tidak terbatas, Anda penguasa kewibawaan yang tidak terhingga! Anda berada di mana-mana, karena itu Andalah segala sesuatu!
Bhagavad-gita 11.41
Bhagavad-gita 11.42
11.41-42 Oleh karena hamba menganggap Anda sebagai kawan, hamba terlalu berani dan menyapa kepada Anda āhai krsnaā, āhai yadavaā, āhai kawanku,ā tanpa mengetahui kebesaran Anda. Mohon mengampuni apapun yang sudah hamba lakukan karena kebodohan atau karena cinta kasih. Berulang kali hamba kurang hormat kepada Anda, bercanda pada waktu kita sedang istirahat, berbaring di ranjang yang sama, duduk atau makan bersama-sama kadang-kadang sendirian, dan kadang-kadang di depan banyak kawan. O kepribadian yang tidak pernah gagal, ampunilah segala kesalahan itu yang hamba lakukan.
Bhagavad-gita 11.43
11.43 Anda adalah ayah seluruh manifestasi alam semesta ini, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Anda adalah pemimpin jagat yang patut disembah, guru kerohanian yang paling utama. Tiada seorang pun yang sejajar dengan Anda, dan tidak mungkin seseorang bersatu dengan Anda. Karena itu, bagaimana mungkin ada seseorang yang lebih agung daripada Anda di dalam seluruh tiga dunia ini, o penguasa yang memiliki kekuatan yang tidak terhingga.
Bhagavad-gita 11.44
11 44 Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah oleh setiap makhluk hidup. Karena itu, hamba bersujud dengan hormat kepada Anda dan mohon karunia Anda. Seperti halnya seorang ayah membiarkan keberanian puteranya, seorang kawan membiarkan sikap kurang sopan dari kawannya, atau seorang istri membiarkan sikap akrab suaminya, mohon memaafkan kesalahan yang mungkin hamba lakukan terhadap Anda.
Bhagavad-gita 11.45
11.45 Sesudah melihat bentuk semesta ini yang belum pernah hamba lihat sebelumnya, hamba goyah karena ketakutan. Karena itu, mohon memberi karunia Anda kepada hamba dan sekali lagi memperlihatkan bentuk Anda sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Tuhan yang disembah oleh semua dewa, pelindung alam semesta.
Bhagavad-gita 11.46
11.46. O bentuk semesta, Tuhan Yang Maha Esa yang berlengan seribu, hamba ingin melihat Anda dalam bentuk Anda yang berlengan empat, dengan mahkota pada kepala Anda dan gada, cakra, kerang, dan bunga padma pada tangan-tangan Anda. Hamba ingin melihat Anda dalam bentuk itu.
Bhagavad-gita 11.47
11.47 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, atas kekuatan dalam dari Diri-Ku, dengan senang hati bentuk semesta yang paling utama di dunia material sudah kuperlihatkan kepadamu. Sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk yang abadi ini, yang tidak terhingga dan penuh cahaya yang menyilaukan.
Bhagavad-gita 11.48
11.48 Wahai kesatria kuru yang paling baik, sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta-Ku ini, sebab Aku tidak dapat dilihat dalam bentuk ini di dunia material. Baik melalui cara mempelajari veda, melakukan korban suci, kedermawanan, kegiatan saleh, maupun pertapaan yang keras.
Bhagavad-gita 11.49
11.49 Engkau sudah menjadi goyah dan bingung dengan melihat ciri-Ku yang mengerikan ini. Sekarang itu semua akan berakhir. Penyembah-Ku, sekarang engkau bebas lagi dari segala gangguan. Dengan pikiran yang tenang, sekarang engkau dapat melihat bentuk yang engkau inginkan.
Bhagavad-gita 11.50
11.50 Sanjaya berkata kepada Drtarastra; setelah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krsna bersabda seperti itu kepada Arjuna, Beliau memperlihatkan bentuknya yang sejati yang berlengan empat, dan akhirnya memperlihatkan bentuknya yang berlengan dua. Dengan demikian, Beliau memberi semangat kepada Arjuna yang sedang ketakutan.
Bhagavad-gita 11.51
11.51 Ketika Arjuna melihat Krsna seperti itu dalam bentuk-Nya yang asli, dia berkata; o Janardana, dengan melihat bentuk ini yang seperti manusia dan sangat tampan, pikiran hamba sudah tenang, dan hamba kembali pada sifat hamba yang asli.
Bhagavad-gita 11.52
11.52 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, bentuk-Ku yang sedang engkau lihat sulit sekali dipandang. Para dewa pun senantiasa mencari kesempatan untuk melihat bentuk ini yang sangat tercinta.
Bhagavad-gita 11.53
11.53 Bentuk yang sedang engkau lihat dengan mata rohanimu tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari veda, melakukan pertapaan yang serius, melalui kedermawanan maupun sembahyang. Bukan dengan cara-cara ini seseorang dapat melihat Aku dalam bentuk-Ku yang sebenarnya.
Bhagavad-gita 11.54
11.54 Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, yang sedang berdiri di hadapanmu, dan dengan demikian Aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam rahasia pengertian-Ku.
Bhagavad-gita 11.55
11.55 Arjuna yang baik hati, orang yang menekuni bhakti yang murni kepada-Ku, bebas dari pengaruh kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan pengaruh angan-angan, yang bekerja demi-Ku, menjadikan Aku sebagai tujuan utama dalam hidupnya, dan ramah terhadap semua makhluk-dia pasti datang kepada-Ku.
didalam diri manusia saja ada Tuhan, berarti didalam diri Dewa juga ada Tuhan. selama Tuhan kena pengaruh maya dalam artian Dewa Brahma sebagai pencipta,dewa Wisnu sebagai pemelihara dan dewa Iswara sebagai pelebur dll maka selama itu pula Tuhan dan Dewa berbeda. atau selama Atma/Roh masih memiliki Karmawasana(sisa-sisa karma yg masih melekat) selama itu pula Tuhan dan Atma berbeda. seandainya para dewa tersebut berhenti menjalankan fungsinya dan Atma terbebas dari karmawasana maka semunya itu adlah sama, jadi hanya ada tiga kata yg diucapkan ‘itu adalah Tuhan’ itu yg mana, itu yang tidak terpikirkan.menurut pandangan saya ini sebenarnya konsep Tuhan dlm Hindu.
selama ini saya menebak konsep Tuhan dlm ajaran HK sama persis dengan Islam maupun Kristen yaitu monotheisme sejati semoga saya salah tebak..sebelumnya saya minta maaf..suksma..
Salam kenal saudara semua, Saya orang baru di sini. Meskipun baru kasi comment, sudah sejak lama saya membaca artikel dan comment saudara sekalian di blog ini. Heheheā¦.
Maaf sebelumnya. Maaf juga aga menyimpang dari topik. Untuk yang tidak percaya adanya reinkarnasi (atau apa saja istilahnya). Untuk yang percaya neraka abadi. Saya memiliki sedikit informasi, silahkan kunjungi empat link di bawah.
1. http://sabdalangit.wordpress.com/pengalaman-gaib/reinkarnasi-atau-hukuman-tuhan/
2. http://sabdalangit.wordpress.com/2010/05/09/faq-manitis-jangkung-pamomong-guru-sejati-moksa-ngahiang/
3. http://sabdalangit.wordpress.com/pengalaman-gaib/misteri-bathara-karang-atau-jenglot/
4. http://sabdalangit.wordpress.com/pengalaman-gaib/
Link tersebut merupakan sebuah blog dari seorang Kiai yang sudah sangat termahsyur di tanah jawa, dan tulisan tersebut berdasarkan pengalaman beliau. Untuk link yang ketiga, silahkan baca-baca tulisan beliau yang menanggapi comment tentang kemusrikan (bagaimana musrik menurut pandangan beliau). āKejujuran apa adanya disampaikan, walaupun akibatnya pahit, lebih baik daripada kita membuat semua orang senang, tetapi berpijak pada kebohongan dan kemunafikan belaka,ā āDemikianlah sepotong pengalaman gaib yang pernah saya alami, semoga dapat menjadikan wahana komparasi, tanpa harus mengedepankan emosi dan nalar yang dangkal. Marilah kita kaji bersama, berangkat dari sikap netral, kejernihan hati dan kebeningan jiwa.ā Itulah seklumit kalimat yang saya petik dari artikel beliau.
Berfikirlah luwes dan jangan kaku.
Jika ada saudara sekalian yang merasa tersinggung saya mohon maaf. Terimakasih.
salam kenal buat semua,numpang nanya,siapa yg tau,d mana tempat seorang guru/acarya yg uda mumpuni,tentang weda,kalo ada d daerah jatim,
@panyonk
Dulu pemahaman saya sama seperti anda. Tapi saya kemudian menyadari bahwa jika seperti itu, maka kita semua adalah calon Tuhan. Benar kan? Jika konsep moksa itu diartikan sebagai menyatu dengan Tuhan, berarti semua yang moksa sudah menjadi Tuhan, dan calon moksa juga pasti jadi calon Tuhan.
Begini Bro, Roh atau Atma memang merupakan bagian atau lebih tepatnya “percikan” kekal dari dari Tuhan, tetapi sangatlah kecil dan terpisah dari Tuhan. Walaupun Roh adalah percikanNya dan memiliki potensi ketuhanan, tapi potensi ketuhanan Roh ini sangat kecil dan eksistensinya terpisah dari Tuhan (tetapi sekaligus juga berada dalam Tuhan). Roh ini tetaplah Roh. Dia individual dan kodratnya adalah pelayan kekal Tuhan. Akan tetapi, Dia salah dalam menggunakan kebebasan terbatasnya. Dia nakal, karena ingin menikmati sendiri terpisah dari Tuhan, maka Roh terlempar dari kedudukannya di planet Rohani jatuh ke planet material. Di planet material inilah dia mendapatkan fasilitas untuk menjadi penikmat, walaupun sifatnya semu. Inilah Roh.
Bro, pemahaman anda mungkin dalam diri mahluk hanya ada Atman saja. Tetapi Veda mengatakan bahwa selain Atman, dalam setiap mahluk bersemayam pula Paramatman. Jadi ada dua: seperti induk burung dengan anak burung.
Ada tiga konsep Ketuhanan: Brahman – Paramatman – Bhagavan. Brahman adalah Tuhan (dalam aspek yg tak berwujud) yang diinsyafi oleh para Yogi, Paramatman adalah Tuhan yang masuk ke setiap atom ciptaanNya, Bhagavan adalah aspek teringgi yang diinsyafi sebagai personalitas Tuhan yang Maha Esa tertinggi, diinsyafi melalui bhakti yang murni.
Salam
@Putratridharma
Bagaimana anda menjelaskan moksa versi anda lebih mendetail saudara? benarkah ini tertulis di kitab suci? atau pengalaman anda/perguruan anda?
Kitab veda jugak mengajar tatacara buat seks yang porno, inikah yang dikatakan kitab dari tuhan agak melucukan jugak.. hhampir seluruh pura @ Kuil tempat ibadat hindu di india ditayangkan kan dengan patung bogel, yang kaum perempuan aja dada di pernampakan, dan selain itu juga berbagai teknik seks ditunjukan di kuil hindu. pusing-pusing mikirin pak waduh. patung bogel sana sini inikah dinamakan tempat ibadat yang baik menaikan nafsu orang yang pergi beribadat. selain itu juga kemaluan lingam juga disembah sehinggakan sebuah pura atau kuil dibina khas untuk penyembah kemaluan linggam…sadis pak !!!!!!!!ngeri..
umat hindu penyemabh berhala paling tegar dan sadis..masak patung kok disembah waduh..waduhpatung itu buatan manusia .
@ abu
Saudara Abu, kok anda selalu menggunakan kata :sadis, ngeri, bogel, porno. Anda mengungkapkan sesuatu yang hanya anda dengar dari orang-orang yang munafik. Mohon saudara berdiskusi dengan orang yang paham akan Hindu barulah berkomentar. Coba anda baca perbedaan berhala dengan arca di link ini.
https://narayanasmrti.com/wp-content/plugins/downloads-manager/upload/ARCA%20VIGRAHA.pdf
Salam
@abu
umat hindu penyemabh berhala paling tegar dan sadis..masak patung kok disembah waduh..waduhpatung itu buatan manusia .
koment.
lebih baik menyembah arca Tuhan Maha Esa, karena Tuhan sendiri yang membenarkan. dari pada buang uang dan waktu ke arab hanya yntuk menyembah batu, dan mengusir setannya arab, dan menyembah orang mati di kuburan yang sedang membusuk atau hanya berupa tulang belulang
di indonesia masih banyak setan dan jin yang tidak pernah diusir, makanya mereka mengendalikan para haji untuk menjadi korupsi, teroris dan menyebar maksiat.
bumi ini akan penuh dengan mayat-mayat muslim yang sedang antre menunggu hari penentuan sorga dan neraka termasuk mayatnya abu
nanti kalau bumi udah penuh kuburan, mayatnya bawa aja ke planet lain.
To,
bodogendeng
Tidak ada bukti yang mengatakan bahawa Tuhan turun dan dilahirkan sebagai nmanusia kerana tuhan itu suci dia maha agung dan tinggi kerana dia tidak dapat diserupakan dengan sesuatu benda. Umat islam tidak pernah menyembah Kabbah , Kabbah adalah arah tempat penunjuk sembahyang bagi umat islam. Saudara memang penyembah berhala yang tegar tetapi tidak pernah mengakui kalau saudara itu memang penyembah Setan, ini memang diakui bahawa setiap penyembah setan tidak pernah mengakuinya kan!!!!!
Ingatlah walaupun saudara ingat saudara mati nanti dibakar jadi abu, saudara juga kan turut diperhitungkan kerana semasa hayat saudara bukan menyembah tuhan yang esa tetapi saudara sekalian menyembah setan. Setan itu musuh yang nyata pada manusia. Untuk apa manusia diciptakan kalau bukan sembah Tuhan tetapi kerpercayaan saudara jauh menyimpang dan agama saudara tidak pernah mengajarkan tentang hari kebangkitan kerana setiap manusia akan bertanggungjawab terhadap perbuatannya. Kenapa saudara masih menyembah patung? Patung-patung saudara diperbuat daripada batu. saya cadangkan saudara mengkaji agama saudara sedalamnya nanti akan saudara temui jawapannya berkaitan agama ciptaan setan . Saudara ingat saudara akan dilahirkan semula kan, oleh kalau begitu buat lah jahat semasa hayat kerana nanti akan dilahirkan semula pada kelahiran akan datang. Tidak pernah terjadi bahawa seseorang lahir kembali dalam kelahiran akan datang itu cuma omongan kosong dari pendita anda. Pendita anda tahu kebenaran tetapi dia menyembunyikannya… jangan ingat kamu terlepas dari hukum tuhan nanti di hari pembalasan semua kesalahan kita akan diperhitungkan.. sebelum terlambat baik saudara kaji sedalamnya.
Tamadun hindu bukan tamadun terawal di dunia, tamaduan terawal adalah tamadun Mesir kemudian muncullah tamadun lain. Saudara ingat manusia bermula di Tamadun di India, Saudara sudah tersilap baiknya saudara baca jangan saudara ikut membabi buta segala. dan menganggap bahawa agama anda aja yang benar. kitab anda aja yang benar saudara tidak pernah mengkaji sedalamnya.Agama saudara tidak pernah percaya adam dan Hawa tetapi lebih percaya kepada Mannu yang saudara anggpa sebagai manusia bermula di situ. Pernah saudara terfikir mengapa cuma india dan Bali aja yang terima Hindu? Saudara pernahkah terfikir bahawa agama yang ramai pengikut agama samawi, saudara juga terlalu banyak ritual dan memuja setan maka dengan itulah hati saudara sudah gelap untuk menerima kebenaran.
Dihari pembalasan nanti bagi penyembah berhala , berhala itu tidak dapoat menolong kamu dia akan turut sama hancurkan oleh Tuhan yang esa. samaada kamu percaya atau tidak terpulang bila nyawa sudah berada dipenghujung nantinya maka disitulah kamu akan tahu kebenaranya.
Kamu selalu meengaitkan islam dengan Terrorist? Tetapi pernahkah kamu terfikir mengapa islam bertindak demikian kerana mereka hidup tetindas, dianiya, dihina oleh penganut agama lain di Palestin contohnya mereka teraniya di tanahair sendiri oleh itu mereka melakukan JIHAD mereka bukan terrorist.
Adakah anda Faham jangan menuduh ya fikir duluan deh… Saya bersyukur pada Tuhan Yang Esa saya bukan dilahirkan sebagai penyembah Berhala. syukur sekali amin.
Tapi yang saya mencari jawapanya sampai sekarang mengapa ukiran porno diukir di kuil-kuil hindu di India. Samapi sekarang masih dalam pengkajian oleh para pengkaji Arkelogi masih belum menemui jawapannya. Kalau agama itu benar patung porno tidak akan dipertontonkan di tenpat ibadat. Disini menandakan bahawa agama saudara itu apa layaknya? Kuil Khajuraho penuh patung porno terletak di india dekat selatan New Delhi. ini kah yang dikatakan agama semua patung membirahikan dan menampakan hubungan seks yang tidak baik untuk anaka-anak yang datang beribadat.
inilah efek dari tulisan2 yg menunjukkan/memperlihatkan Hindu ke arah yg dogmatis, dan fanaticism sempit. pandangan umat seagama dan lain agama pun menjadi menganggap hindu jg sama dengan agama lainnya.
ok untuk @abu saya tertarik ingin tanya2 ke anda, karena anda semngat sekali menyampaikan unek-unek anda. ini komentar anda :
“….tidak pernah mengakui kalau saudara itu memang penyembah Setan, ini memang diakui bahawa setiap penyembah setan tidak pernah mengakuinya kan!!!!!….”
saya tanya, apakah anda jg pemuja setan? kalau anda menjawab tidak, berarti memang benar kalimat anda diatas. bahwa termasuk anda pun tidak mengakui kalau anda pemuja setan. hati2 brur….
anda berbicara tentang hari kebangkitan, hukum Tuhan, dll. pernah dengar konsep Karma Phala di Hindu? sepertinya sih tidak, karena nampaknya anda tipe orang yg berfikir dengan perut ketimbang otak..
anda jg bilang : “…Pernah saudara terfikir mengapa cuma india dan Bali aja yang terima Hindu? Saudara pernahkah terfikir bahawa agama yang ramai pengikut agama samawi,…”
Hindu di india dan bali saja ??? anda membuat saya tertawa. inilah samanya antara islam dan HK. tiada tuhan selain Allah, tiada Tuhan selain Krishna….kumpulan orang2 yg bergerumul dan bergelut di batas Rupa, dan nama.
ini lagi : “…Tapi yang saya mencari jawapanya sampai sekarang mengapa ukiran porno diukir di kuil-kuil hindu di India….”
begini aja brur contoh lainnya, di papua dan pedalaman suku tertentu, banyak budaya saudara kita disana yg menggunakan pakaian yg minim, bahkan ada yg bertelanjang dada baik yg perempuan/ laki2, yg jadi pertanyaan….pernahkah anda dengar ada kasus pemerkosaan disana ?? bukankah telanjang dada anda kategorikan porno?? bandingkan dengan perempuan yg diharuskan menutup sekujur tubuhnya dengan kain, tapi kok malah terjadi tindakan kriminal pemerkosaan yg lebih tinggi ketimbang yg lainnya?? ini yg salah objeknya apa subjeknya? makanya kalau berfikir jgn menggunakan perut, nanti isi perut aja yg keluar, jgn malah otak dipakai untuk menilai porno,seks, dll, waduh.
saya tanya, ketika anda menyebut nama Allah, apa/siapa yg anda bayangkan ?
Salam,-
@all
salam,,,
untuk diketahui komentator diatas atas nama “abu” bukanlah saya(abu hanan)….
demikian utk diketahui
salam,,,,
@ ANAK BARU,,
salam kenal
saya sudah kunjungi blog yang anda maksud tetapi tulisan di dalamnya bukanlah cermin dari nafas dan jiwa Islam…..Dan saya pikir bukanlah kyai Islam..Kenapa?Anda bisa baca lebih teliti dan seksama,
salam
@abu hanan
Iya saya juga sudah kunjungi, itu seperti kejawen. Tulisannya penuh pengalaman yang sangat subjektif. Konsepnya tidak menggunakan otoritas (Quran atau yang lain).
To abu hanan,
Jangan jadi munafik dengan mengiakan pendapat umat hindu nanti kamu termasuk golongan itu.
@abu…
tidaklah seseorang akan menjadi munafik jika sependapat dengan umat hindu (dalam kaidah ilmu pengetahuan dan hubungan muamalah lainnya).mohon dicermati lagi…kecuali jika saya setuju dengan akidah/pokok iman umat hindu.bukankah anda juga mengerti bahwa saya wajib melindungi umat hindu selama mereka hidup damai dengan kita dan tidak mengacak-acak islam?.
di weda ada informasi bahwa alam itu berjumlah banyak dan terdiri dari beberapa bagian (mungkin rekan hindu ada yang berkenan menjelaskan).lantas,apakah saya menolak begitu saja?tidak.Islam memiliki Al Quran.Al Hadits dan kebolehan rasio utk mengukur kebenaran/ilmu pengetahuan.3 hal itulah yang menjadi tolok ukur bagi saya dalam belajar dan memandang masalah dari berbagai segi.
salam,,,,,
@P.T.D
awalnya malah saya sempat berpikir tulisan tersebut penuh warna hindu (jujur saja,saya masih kesulitan membedakan ajaran hindu,kejawen dan tradisi bali sendiri,,,,tetapi biarlah itu menjadi khazanah unik bagi saya dan tantangan utk belajar)
salam”’ š
To,
abu hanan
Thanks a lot for your information.
salam
@abu
Komentar ini untuk sdr. chung juga
Kira-kira apa hukumnya jika ada seseorang yang mengaku Islam tetapi suka berbicara kotor? Apa guru Anda mengajarkan bagaimana mencaci maki orang-orang Hindu? Anda tidak paham secuilpun tentang Hindu tapi anda sudah mengeluarkan kata-kata seolah-olah anda paham tentang Hindu. Belajarlah dari teman-teman Muslim yang ikut diskusi di sini. Mereka berpengetahuan luas, tapi tidak omong besar. Yang biasa berkunjung sini ada Abu Hanan, Osamah, XarelX, Samaranji, dan yang lain-lain. Mereka santun semua. Mungkin karena pengetahuannya luas sehingga mereka jadi bijak. Salam
Dimana saya berbicara kotor memang sudah terbukti bahwa kuil tu ada patung porno kenapa saudara masih mempertahankannya.
Masing-masing menurut kepercayaan masing-masing. hormatilah kepercayaan orang lain. terima kasih
SAUDARA ABU,
Sila hormati kepercayaan orang lain.
salam
@Ngarayana
Pas ulangan di SMA saya dikasi pertanyaan:
“apa nama veda yang turun 6000 tahun lalu?”
Saya jawab dengan catur veda, karena menurut saya yang dimagsud 6000 tahun yang lalu itu mungkin zamannya Rsi Vyasa.
Tetapi ternyata jawabannya “Veda Sruti dan Smerti”
Menurut teman2 apakah itu tepat? saya kok merasa kurang masuk akal ya?
@putratridharma
saya bisa tangkap bahwa ajaran HK adalah monotheisme sejati dimana Tuhan tertinggi berwujud dan duduk disuatu tempat tertentu.jika diibaratkan Tuhan tertinggi adalah presiden maka para mentri dan rakyat yg kedudukanya lebih rendah walaupun memilki kemampuan(moksa) maka tidak bisa menjadi presiden(tidak tergantikan) dan hanya bisa seolah-olah menyatu atau persisnya berada disisinya(sama persis dgn ajaran Islam) karena posisi presiden sudah jelas maka mustahil bawahannya bisa menjadi presiden baru. saya bisa terima ajaran monotheisme memang begitu konsep Tuhannya
sedangkan yg saya pelajari di sekolah berbeda, dimana presiden (Tuhan tertinggi) tidak terpikirkan artinya tidak kena pengaruh maya(tidak bergerak,bersih,polos,suci,murni dll) dan ketika mentri dan rakyat memiliki kemampuan(moksa) maka yang ada setelah itu adalah juga hening,sunyi,suci,murni tidak kena pengaruh apapun,karena mereka bersatu dengan sesuatu yg tidak terpikirkan. jadi bersatunya presiden dgn para mentri dan rakyat dalam keadaan seperti ini,sulit dijelaskan dan tidak ada kata-kata yg tepat untuk melukiskanNya. jadi disini tidak ada presiden(Tuhan) baru yg ada hanyalah itu….
maka akan ada pertanyaan mengapa bisa ada alam semesta beserta isinya jika Tuhan dalam keadaan seperti uraian diatas
(Tuhan tidak kena pengaruh maya diibaratkan seperti bayi baru lahir bersih,suci,polos,murni dll)???jawabanya
1.Tuhan kena pengaruh maya menengah(Sadasiwa) artinya Tuhan menjalankan kemahakuasaaNya,kemahatahuanNya dll
artinya Tuhan mengadakan alam semesta beserta isinya.
2.Tuhan kena pengaruh maya lebih besar(Siwa) artinya bisa berwujud seperti Tri Murti,Dewa-dewa,dll jadi kenyakinan ajaran HK bahwa Krisna adlah Tuhan tertinggi masuk pada keadaan ini(Siwa) ini menurut pendapat saya, kenapa?karena Krisna pengaruh mayanya cukup besar salah satunya berwujud manusia(unsur pembentuknya tidak sama dgn unsur manusia biasa),membawa seruling.menegagkan dharma dengan membunuh raja kamsa dan membantu kaum pandawa..mohon dikoreksi jika salah.
@ Panyonk
===sedangkan yg saya pelajari di sekolah berbeda, dimana presiden (Tuhan tertinggi) tidak terpikirkan artinya tidak kena pengaruh maya(tidak bergerak,bersih,polos,suci,murni dll) dan ketika mentri dan rakyat memiliki kemampuan(moksa) maka yang ada setelah itu adalah juga hening,sunyi,suci,murni tidak kena pengaruh apapun,karena mereka bersatu dengan sesuatu yg tidak terpikirkan. jadi bersatunya presiden dgn para mentri dan rakyat dalam keadaan seperti ini,sulit dijelaskan dan tidak ada kata-kata yg tepat untuk melukiskanNya. jadi disini tidak ada presiden(Tuhan) baru yg ada hanyalah itu.===
KOMENTAR: Dulu yang saya pelajari di sekolah juga begitu. Inilah filsafat Veda yang terdistorsi. Konsep menyatu dengan Tuhan yang seperti anda tuliskan itu tentu saja sulit dijelaskan dengan kata-kata, karena itu memang sengaja diciptakan oleh Sankaracharya untuk mengecoh para asura. Itulah filsafat Mayavadi.
Tahukah artinya Tuhan kena pengaruh atau terjerat Maya? Itu artinya Tuhan lupa, Tuhan bingung, Tuhan tidak sadar akan KetuhananNya, Tuhan tak berdaya, dan dengan begitu artinya Tuhan tidak maha kuasa. Apa mungkin Tuhan kayak itu?
Mengenai pendapat Anda bahwa Krishna terpengaruh Maya cukup besar karena berbadan seperti manusia… Silakan Buka Bhg. Gita sloka 7.4, 7.5, 7.6, 7.7, 7.8, 7.9, 7.10, 7.11, 7.12, 7.13, 7.14, 7.15, 7.20, 7.21, 7.22, 7.23, 7.24, 7.25, dan 7.30. Saya berharap Anda punya kitabnya. Tolong baca penjelasan Srila Prabhupada mengenai sloka-sloka tersebut. Semoga Anda beruntung!
Satu pertanyaan saya kepada Anda: Dari manakah Maya yang bisa menjerat dan mempengaruhi Tuhan itu?
Saran tambahan untuk Anda: Kalau bisa beli buku yang berjudul: MEREKONSTRUKSI HINDU Merangkai Kembali Filsafat Veda yang Terdistorsi yang ditulis oleh Ngurah Heka Wikana (Haladhara Prabhu). Buku itu mungkin akan bisa memberi penjelasan kepada Anda dengan lebih rinci dan otoritatif. Bahasanya sederhana dan mudah dipahami. Selamat beraktivitas…. Salam
Wah kayaknya internetnya gangguan nih, saya kirim komenntar berkali-kali gagal. saya kirim ulang…
@ X
Mengimani sang Budha? Ya, tentu saja kami orang-orang Hindu meyakini sang Budha sebagai avatara. Di tempat sembahyang kami (temple)juga ditempatkan arcaNya bersama-sama dengan avatara-avatara yang lain. Setiap sembahnyang, kami parikram mengelilingi arca-arca itu. Mengenai ajaranNya yang tidak sesuai dengan Veda, kami tidak mengikutinya karena sudah dijelaskan apa tujuan utama dari ajaranNya tersebut. Tentu saja banyak juga ajaran-ajaran luhur dari Budha, misalnya himbauan tentang penghentian pembunuhan binatang untuk korban-korban suci, ajaran welas asih yang merupakan aplikasi dari ajaran ahimsa. Tapi ajaran itu sudah ada dalam Veda, walau kami mengikuti ajaran itu tetapi otoritasnya tetaplah Veda.
Iya Hindu pernah mengalami surut, itu wajar saja kok. Tapi sekarang perlahan-lahan sudah pasang kempali. Lihatlah bagaimana Hindu di Amerika, Eropa, dan Australia. Orang-orang hebatnya banyak yang menjadi Hindu. Kalau Anda mau menjelajahi artikel-artikel di web ini, anda akan tercengang dengan fakta perkembangan Hindu di dunia. Silakan anda jelajahi artikel-artikel dan video-video yang ada di web ini.
Anda mengatakan Veda 3000 SM? Veda jauh lebih tua dari itu! Coba anda baca artikel di link ini. Anda bisa download juga posternya supaya jelas Veda itu ada berapa sih?
https://narayanasmrti.com/2009/08/poster-kronologi-pewahyuan-veda
Oh iya, anda menyinggung-nyinggung sains, anda tampaknya sangat antusias terhadap bagaimana ternyata sains cocok dengan kitab suci anda. Anda perlu ingat-ingat tentang cerita ini: Dulu injil mengatakan bumi ini datar, kenyataannya tidak datar kan? Tidak tahu kalau di kitab Anda he he he…
Silakan Anda baca artikel-artikel yang ada di link berikut. Semoga wawasan anda semakin bertambah. Selamat membaca…
https://narayanasmrti.com/2009/08/menepis-kebenaran-teori-big-bang
https://narayanasmrti.com/2009/08/astronomi-veda
https://narayanasmrti.com/2009/10/sains-dalam-veda
https://narayanasmrti.com/2009/05/reinkarnasi-secara-ilmiah
https://narayanasmrti.com/2009/09/berburu-dna-tuhan
Wah malah salah alamat nih…. maaf
Wah Bli putra ampe salah reply…
itu adalah tanda semangat dan kecintaan anda…he.he.
Semoga Sri Krsna berkarunia selalu…..
@ bli Panyonk
ya…itu juga yang saya pelajari di sekolah. kemudian saat kuliah berkenalan dengan Filsafat dvaita dari HK. sungguh pengalaman yang luar biasa….
filsafat ini melengkapi apa yang hilang dari penjelasan dulu saat SMA dan mengoreksi beberapa yang telah terlanjur terdistorsi. jika bli memang yakin dengan filsafat yg bli anut g masalah…jalanilah….namun cobalah mengenal filsafat dvaita ini. saya sangat yakin dan seyakin yakinnya akan bermanfaat dan g rugi….
contoh : tentang moksa yang saya pelajari ternyata dilengkapi oleh moksa yg dijelaskan oleh temen-temen HK. coba lihat poster semesta dari bro ngarayana….dan tentunya masih banyak lagi.
dengan belajar filsafat ini saya tidak merendahkan Deva Siva atau Brahma. malah saya semakin cinta dan lebih menghormati Pribadi Mulia tersebut karena melalui ajaran Beliau yang sejati saya mengenal Beliau Yang Maha Menarik(kita belajar cinta untuk berbhakti melalui tahapan Marga).Dengan belajar ini pula saya g harus berhenti menghaturkan canang, menari Baris atau bantu ibu bikin tumpeng.
dan g mesti kok karakter kita berubah…buktinya saya aja masih pemarah dan terkadang terlihat angker walo setiap hari tertawa …ha.ha. (nie kayanya tampangnya yg salah…wk.wk.wk. becanda…piiiissss)
Cobalah dengan saran bli putra dulu yang diatas. Semoga Beruntung dan Diberkati. Mereka yang serius dan semangat untuk memperdalam dan ingin mengenal Beliau lebih dekat maka Paraatman akan membimbing anda melalui Hati anda……
salam sukses bli….
semoga semua berbahagia…..
Konsep Tuhan : Brahman, Paramaatma dan Bhagawan ini sungguh sangat-sangat penting dan menunjukkan pengetahuan tentang Tuhan yang sangat lengkap tidak samar-samar lagi, seakan akan Tuhan Yang Maha Jauh terasa Maha Dekat, di hati lagi.
Hare Krishna
@ Dino
@ Bodogendeng (yang sebenarnya cerdas waras he he he)
Mohon pergaulannya ya….
Dandavat
@all; Salam
” Setiap ajaran/agama mengajarkan hal-hal yang baik, tergantung tingkat pemahaman penganut/orang yang melaksanakannya saja apakah hasilnya menjadi baik atau tidak”
dengan adanya diskusi ini menjadi bukti konkret dari pernyataan tersebut. Mohon maaf kalau ada yang salah,
Namun saya yakin, umat yang mengetahui “TUJUAN” nya , akan memahami apa yang direncanakan oleh “PENCIPTA” untuk Dunia yang SANTI. (yang ada bukan hujatan tapi sikap saling memahami/toleran)
AUM
karena smua makluk hidup harus kita hormati maka dari itu ciptaan tuhan yg tidak boleh kita konsumsi maka kita diwajibkan kan vegetarian