Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura menulis bahwa, mempersamakan diri secara duniawi menimbulkan tiga jenis dorongan yaitu
- Dorongan untuk berbicara
- Dorongan atau permintaan dari pikiran
- Dorongan atau permintaan dari badan
Sloka dua
ATYAHARAH PRAYASAS CA
PRAJALPO NIYAMAGRAHAH
JANA-SANGAS CA LAULYAM CA
SADBHIR BHAKTIR VINASYATI
Bhakti yang dilakukan seseorang dirusakkan apabila ia menjadi terlalu terlibat dalam enam kegiatan berikut:
- Makan lebih dari kebutuhan atau mengumpulkan dana lebih dari yang dibutuhkan
- Berusaha terlalu keras untuk benda-benda duniawi yang sangat sulit sekali diperoleh
- Berbicara tentang hal-hal duniawi dimana pembicaraan tidak diperlukan
- Mempraktekan aturan dan peraturan dari kitab suci hanya untuk mengikutinya saja dan bukan demi kemajuan rohani, atau menolak aturan dan peraturan dari kitab-kitab suci dan bekerja sendirian atau bekerja sesuai dengan kehendaknya sendiri.
- Bergaul dengan orang yang hatinya duniawi dan tidak tertarik pada Kesadaran Krsna.
- Menjadi kelobaan untuk mencapai sesuatu yang bersifat duniawi
Tiga jenis kesengsaraan terhadap mahluk hidup didunia dibawah pengendalian mahamaya:
- Adhidaivika-klesa (penderitaan yang disebabkan oleh para dewa, misalnya kekurangan hujan, gempa bumi dan badai)
- Adhibhautika-klesa (penderitaan yang disebabkan oleh mahluk hidu yang lain seperti serangga atau musuh)
- Adhyatmika-klesa (penderitaan yang disebabkan oleh badan atau pikiran sendiri, misalnya penyakit mental dan fisik)
Masalah pokok yang harus dihadapi oleh para roh yang terikat adalah kelahiran,usia tua, penyakit dan kematian yang dialami berulang kali.
Para kaum mayavadi yaitu:
- Para bhukti-kami yang hanya tertarik pada kesenangan material
- Para Mukti-kami yang ingin mencapai pembebasan dengan menunggal dalam eksitensi sang mutlak yang tidak berbentuk (Brahman)
- Para Siddhi-kami yang ingin mencapai kesempurnaan dengan mempraktekan yoga mistik
Kebatinan di golongkan sebagai atyahari. Pergaulan dengan orang seperi itu sama sekali tidak diinginkan.
Sloka ketiga
UTSAHAN NISCAYAD DHAIRYAT
TAT-TAT-KARMA-PRAVARTANAT
SANGA-TYAGATCSATO VRTTEH
SABHIR BHAKTIH PRASIDHYATI
Ada enam prinsip yang menguntungkan untuk pelaksanaan bhakti yang murni :
- Menjadi semangat
- Berusaha dengan keyakinan
- Menjadi sabar
- Bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip yang mengatur (seperti misalnya sravanam kirtanam visnoh smaranam– mendengar memuji dan ingat pada krsna)
- Meninggalkan pergaulan dengan orang yang bukan penyembah Tuhan
- Mengikuti langkah-langkah para acarya dari dahulu kala.
Enam prinsip diatas pasti menjamin sukses yang lengkap dalam bakti yang murni.
Sri Prahlada Maharaja mengusulkan:
Sravanam kirtanam visnoh
Smaranam pada-sevanam
Arcanam vandanam dasyam
Sakhyam atma-nivedanam
Sembilan proses bakti ialah sebagai berikut:
- Mendengar nama dan kebesaran Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa
- Memuji kebesaran Tuhan
- Ingat pada Tuhan
- Melayani kaki Tuhan
- Bersembahyang kepada Arca
- Bersujud kepada Tuhan
- Bertindak sebagai hamba Tuhan
- Menjadi sahabat dengan Tuhan
- Menyerahkan diri dengan sepenuhnya kepada Tuhan
Sravanam atau mendengar merupakan langkah pertama dalam mendapatkan pengetahuan rohani.
Karena itu tiada sesuatu pun yang bebas dari hubungan dengan krsna sebagaimana dinyatakan oleh krsna sendiri dalam Bhagavad-gita (9.4):
MAYA TATAM IDAM SARVAM
JAGAD AVYAKTA-MURTINA
MAT-STAHI SARVA-BHUTANI
NA CAHAM TESV AVASTHITAH
Aku berada dimana-mana di seluruh alam semesta ini dalam bentukku yang tidak terwujud. Semua mahluk hidup berada di dalam Diriku, tetapi aku tidak berada di dalam mereka. Di bawah bimbingan sang gru kerohanian yang dapat di percaya, seseorang harus menjadikan seseuatu bermanfaat untuk berbakti kepada krsna.
Empat prinsip yang mengatur dalam perkumpulan kesadaran krsna yaitu:
- Berpantang makan daging,ikan dan telor
- Dilarang main judi
- Dilarang minum-minuman keras atau mabuk-mabukan
- Berpanatang hubungan kelamin yang tidak sah atau berzinah
Adapun prinsip yang bersifat positif (niyama) yaitu mengucapkan maha mantra Hare Krsna sampai 16 putaran dengan menggunakan japa atau tasbih yang biasa disebut japa mala.
Menurut bhagavad-gita (2.69)
Ya nisa sarva-bhutanam
Tasyam jagarti samyami
Yasyam jagrati bhutani
Sa nisa pasyato muneh
Yang menjadi malam hari bagi semua mahluk hidup menjadi waktu siang bagi orang yang mengendalikan dirinya, dan waktu siang bagi semua mahluk hidup adalah malam hari bagi rsi yang mawas diri.
Selanjutnya dinyatakan alam skanda ketujuh srimad bhagavatam:
“Walaupun orang yang berangan-angan pikiran dan melekukan kegiatan yang membuahkan hasil atau pahala mungkin melakukan pertapaan dan kesederhanaan yang hebat, namum mereka masih jatuh karena belum mempunyai keterangan mengenai kaki padma tuhan. Akan tetapi para penyembah tuhan tidak pernah jatuh”.
Dalam bhagavad-gita (9.31) Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa meyakinkan Arjuna, kaunteya pratijanihi na me bhakteh pranasyati : O putra Kunti nyatakanlah dengan berani bahwa penyembahKu tidak akan pernah binasa.
Sekali lagi dalam bhagavad-gita (2.40) Krsna menyatakan :
Nehabhikrama-naso ‘sti
Pratyavayo na vidyate
Svalpam apy asya dharmasya
Trayate mahato bhayat
Dalam usaha ini tiada kerugian ataupun kemunduran, dan kemajuan sedikit saja dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang terhadap jenis rasa takut yang paling berbahaya sekalipun.
Sloka keempat
DADTI PRATIGRHNATI
GUHYAM AKHYATI PRCCHATI
BHUNKTE BHOJAYATE CAIVA
SAD-VIDHAM PRITI-LAKSANAM
MEMBERIKAN HADIAH-HADIAH SEBAGAI SUMBANGAN, MENERIMA HADIAH SEBAGAI SUMBANGAN, MEMBUKA ISI HATI SECARA RAHASIA, BERTANYA SECARA RAHASIA, MENERIMA PRASADA DAN MEMBERIKAN PRASADA ADALAH ENAM TANDA CINTA KASIH ANTARA SESAMA PENYEMBAH TUHAN.
Recent Comments