Belum kering ceceran darah tiga orang anggota Ahmadiyah yang tewas dihakimi ormas tertentu di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang – Banten, Nusantara kembali diguncang oleh tindakan anarkis yang serupa. Di Temanggung, Jawa Tengah, tiga buah rumah ibadah umat Kristiani diobrak-abrik setelah sekelompok masa merasa tidak puas dengan vonis 5 tahun penjara yang dijatuhkan hakim kepada Anthonius Richmord Bawengan yang dituduh melakukan penistaan agama. Apa yang salah dengan bangsa ini sehingga cenderung berbuat anarkis layaknya orang barbar?
Pembunuhan, intimidasi dan perusakan yang mengatasnamakan agama sudah kerap kali terjadi sejak negara ini berdiri. Lucunya, kasus seperti ini selalu menimpa masyarakat minoritas. Baik yang beragama minoritas ataupun yang merupakan aliran minoritas dalam agama tersebut. Sistem kepercayaan-kepercayaan minoritas ini selalu dianggap sesat oleh kaum mayoritas. Seperti contohnya Ahmadiyah, yang meskipun secara garis besar sama dengan Islam lainnya hanya saja berbeda dalam pemahaman nabi terakhir, harus menerima label sesat dari aliran Islam mayoritas. Demikian juga Nahdlatul Ulama (NU) pada Mei 2006 sebagaimana diberitakan dalam NU Online pernah dicap sesat karena melakukan ritual-ritual yang berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Demikian juga dengan Hare Krishna, pengikut aliran kepercayaan Islam Telu di Lombok, Saksi Jehovah dan sebagainya yang juga pernah berlabel sesat. Sepertinya, sampai saat ini hanya pihak minoritaslah yang selalu mendapat label sesat dari mayoritas. Apakah pelabelan sesat hanya berdasaran suara mayoritas? Bisakah kita mendemokratisasi keyakinan individu seseorang berdasarkan suara terbanyak? Bukankah Undang-Undang Dasar Negara kita menjamin sepenuhnya kebebasan beragama dan menjalani ibadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing?
Meski undang-undang sudah dengan sangat jelas menegaskan kebebasan beragama bagi setiap warga negaranya, namun tindakan intimidasi atas nama agama selalu saja terjadi. Apakah masyarakat kita yang terlalu barbar sehingga tidak mau tunduk pada undang-undang? Penganut aliran sesat tersebut melakukan ritual yang sifatnya kriminal? Ataukah pemerintah kita yang cenderung memihak dan tidak mau menerapkan undang-undang yang ada?
Jika seandainya suatu aliran dalam ajarannya melakukan ritual-ritual dan kegiatan yang bersinggungan dengan kriminalitas seperti melakukan pengorbanan manusia, eksploitasi seksual, membenci dan memusuhi orang lain dan sejenisnya yang sudah pasti bertentangan dengan undang-undang yang ada, maka sudah sewajarnya aliran tersebut harus dibekukan dan dibubarkan oleh aparat penegak hukum. Namun bagaimana jika sistem kepercayaan mereka pada dasarnya tidak bersinggungan dengan ranah kriminal, tetapi dalam beberapa hal berbeda dengan keyakinan mayoritas? Apakah mereka bisa dikatakan sesat dan harus dibubarkan? Bercermin pada kasus Ahmadiyah, sepertinya mereka yang duduk dalam aparat pemerintahan dan penegak hukum tidak bisa benar-benar menempatkan diri mereka sebagai aparat pelaksana ketentuan undang-undang yang menjamin kebebasan berkeyakinan. Mereka lebih memilih untuk menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri, yaitu dalam hal ini kelompok mayoritas. Sehingga tidaklah mengherankan jika kebijakan dan statement mereka bukanlah merupakan pengejawantahan undang-undang, tetapi memperlihatkan keberpihakan mereka kepada kelompoknya.
Coba kita perhatikan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri yang pernah diterbitkan dalam upaya meredam kemelut Ahmadiyah. Salah satu butir dalam SKB tersebut menyatakan bahwa kaum Ahmadiyah tidak boleh melakukan penyebaran ajaran dan mengangkat anggota baru bagaimanapun caranya. Tetapi di sisi lain, sehari setelah kasus pemberhangusan warga Ahmadiyah di Cikeusik, saat media masa sedang hangat-hangatnya menyinggung masalah SKB 3 menteri tersebut, beberapa narasumber dengan terang-terangan mengatakan bahwa umat Muslim yang lain harus melakukan dakwah yang intensif untuk mengajak warga Ahmadiyah menjadi bagian dari aliran mayoritas. Di mana letak keadilan 3 menteri yang menelurkan SKB ini? Tidakkah mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan diskriminasi terhadap Ahmadiyah? Bukan hanya mereka telah melanggar kebebasan berkeyakinan setiap warga negara, tetapi mereka juga telah berusaha membunuh Ahmadiyah secara halus dengan siasat seperti mengadu seekor babi hutan tanpa taring dengan seekor anjing pemburu.
Praktek siasat busuk kaum mayoritas yang serupa juga terjadi pada agama-agama minoritas. Di satu sisi dengan sangat gencarnya mereka melakukan penyebaran agama melalui berbagai media masa. Tidak jarang metode penyebaran yang mereka lakukan tidaklah elegan karena berisinggungan langsung dengan agama yang lain. Mereka sangat aktif melakukan dakwah-dakwah ke pelosok-pelosok yang dianggap sebagai masyarakat yang masih kafir. Tetapi disaat ada pihak lain mencoba menyebarkan ajarannya ke komunitas mereka, mereka langsung mencak-mencak dengan mengatakan pihak yang menyebarkan agama ke komunitas mereka telah melanggar undang-undang penistaan agama dan harus diadili dengan seberat-beratnya.
Indonesia sungguh merupakan negara yang sangat aneh. Di satu sisi menyerukan kebebasan beragama, tetapi di sisi lain mengatur warga negaranya dalam beragama. Jika kita bercermin pada Amerika Serikat, meski negara mereka dibangun atas dasar ketuhanan sebagaimana dibuktikan pada tulisan “In God We Trust” di mata uang mereka, namun tetap saja mereka tidak pernah mencampuri urusan keyakinan personal masyarakatnya. Bahkan jika ada indikasi negara mengucurkan dana untuk tujuan keagamaan tertentu, maka tindakan itu bisa dianggap tindakan melanggar hukum. Negara benar-benar netral, sehingga meskipun penduduknya menjadi atheis, politeisme, monoteisme, pemuja leluhur atau mungkin pemuja tokoh komik tidak akan pernah dipermasalahkan dan tetap diayomi. Negara baru akan bertindak jika diindikasikan seseorang atau seseorang melakukan tindakan-tindakan yang berbau kriminal. Seperti kasus komunitas Mormon yang diindikasikan sebagai sebuah aliran poligami. Sejauh penganut Mormon ini melakukan keyakinannya tanpa melanggar hukum, pemerintah masih tetap membebaskannya. Tetapi di saat terjadi tindakan kriminal di mana banyak di antara mereka menikahi anak di bawah umur, memiliki banyak anak dan menelantarkan anak-anak mereka, barulah pemerintah turun tangan dengan membekukan aktivitas mereka.
Jika memang Indonesia menjunjung tinggi kebebasan beragama, maka saya rasa pemerintah harus berani mengambil beberapa langkah konkret seperti menghapuskan seluruh perundang-undangan yang membatasi ruang gerak kebebasan berkeyakinan dan beribadah, menghapuskan kolom agama di KTP, menghapuskan campur tangan pemerintah dalam pemberian sejumlah anggaran pendirian tempat ibadah, melakukan ibadah dan sejenisnya dan mungkin juga menghapuskan Departemen Agama dari jajaran kementrian.
Indonesia harus berani menerapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana secara merata tanpa memandang apapun keyakinan masyarakatnya. Jika terjadi penyerangan seperti kasus di Cikeusik sehingga mengakibatkan rusaknya properti seseorang atau bahkan hilangnya nyawa seseorang, maka adili kasus itu secara pidana. Bukan dengan cara melihat penyerang atau diserang sebagai pengikut aliran sesat atau lurus. Karena sesat dan lurusnya ajaran di sini hanya berdasarkan pendapat sepihak mayoritas.
Dalam banyak kasus, karena fundamentalis berlebih suatu kelompok, sering kali kolom agama di KTP dapat menghambat karir seseorang. Sebagai contoh kasus penerimaan PNS oleh beberapa oknum di beberapa daerah menyebabkan calon PNS yang dari pihak minoritas sangat sulit diterima. Meskipun pada akhirnya mereka masuk ke dalam suatu instansi, maka karir mereka kadang kala dihambat hanya karena mereka tidak beragama mayoritas. Bahkan seorang kepala daerah di salah satu propinsi didemo oleh sekelompok masyarakat karena diindikasikan menganut agama minoritas.
Baik disadari ataupun tidak disadari, pemerintah sebenarnya sudah sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia melalui Departemen Agama. Anggaran Departemen Agama seolah-olah memang lebih difokuskan kepada kepentingan agama mayoritas, dan agama minoritas serta kepercayaan-kepercayaan lokal tidak pernah tersentuh oleh anggaran tersebut. Karena tidak diakuinya beberapa jenis kepercayaan lokal, pemerintah juga sering kali mempersulit mereka dalam urusan birokrasi seperti membuat kartu keluarga, surat nikah, KTP dan akta kelahiran anak. Karena kesulitan ini, banyak di antara penganut keyakinan minoritas ini harus mencantumkan agama tertentu yang tidak dianutnya dalam kepengurusan birokrasi mereka.
Jika Indonesia benar-benar menjamin kebebasan beragama, mari kita cari formulasi kebebasan beragama yang tepat dan berani menumbangkan praktek-praktek busuk oknum penguasa fundamentalis yang hanya ingin mempertahankan dan meluaskan populasi pengikut agamanya melalui kekuasaan dan kekerasan. Demokrasi dalam politik mungkin bagus, tetapi pendemokrasian keyakinan seseorang yang bersifat individu sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Om tat sat
wah ini dia…………
ini artikel yang saya tunggu tunggu dari dulu
akhirnya dikeluarkan juga
yes…………….
hore……………..
kolom agama di KTP dihilangkan?
sangat setuju
Departdement agama dihilangkan?
setuju sekali
“”Anggaran departemen agama seolah-olah memang lebih difokuskan kepada kepentingan agama mayoritas””
bukan seolah olah lagi bro….. tapi fakta
anehnya lagi sudah anggaran mereka paling banyak yang makan masih aja minta sumbangan ke pemukiman minoritas untuk alasan renovasi tempat ibadah mereka, padahal apakah mereka pernah nyumbang untuk tempat ibadah orang lain? tapi mereka paling senang merusak tempat ibadah orang lain betul tidak?
Kalau ngga ada departemen, ngga ada sumber pemasukan, repot donk….heheheheheheheheheheheheheheh :p
Mereka adalah masyarakat Sasak muslim yang mempraktekkan ibadah/sembahyang 3 kali sehari [watu telu (tiga waktu)] karena mereka dipengaruhi oleh ajaran seorang pedanda kita dulu, beliau adalah Dang Hyang Nirarta [Pedanda Rsi Wau Rauh].
Mereka dikecam oleh masyarakat Sasak muslim mayoritas. Akhirnya, masyarakat Sasak Watu Telu menyerahkan diri kepada umat Hindu dalam artian mereka ingin menjadi Hindu agar mereka tetap bisa melaksanakan ritual adat mereka yaitu sembahyang Watu Telu.
Tetapi, umat Hindu di Lombok menolak mereka masuk Hindu dengan alasan “kasta dan sidhi kara”. Kasta dan sidhi kara ini yang menjadi penyakit dalam masyarakat Hindu.
Kalau kita melihat teman muslim, mereka saling mau melaksanakan ibadah di rumah temannya. Sedangkan, dalam masyarakat Hindu, ada yang tidak mau sembahyang di rumah orang lain yang sesama Hindu. Kenapa ya? Apa di sanggah orang lain cuma ada leluhur? Apa di sanggah orang lain tidak ada Tuhan? Apa di Tuhan di sanggah orang lain berbeda dengan di sanggah sendiri? Apa sesajen atau bebantenan di sanggah orang lain dihaturkan kepada dewa atau Tuhan yang berbeda dengan di rumah sehingga tidak mau diterima? Ehm…
Ini adalah fakta, tapi untung keluarga saya tidak pernah alami karena di sini, umat Hindu terbilang mayoritas. Cita-cita saya, ingin membangun LBH Hindu untuk menampung laporan dan menindaklanjuti kasus-kasus umat se-dharma seperti itu secara transparan.
Saya pikir, “PANCASILA” adalah omong kosong.
wah selamat kakek ngarayana akhirnya jadi juga web yang baru
sekarang sudah lebih nyaman
tidak eror lagi
semoga dengan web baru ini debat kusirnya makin mantap ya
“Persamaan hak, yang melindungi hak-hak yang sama, ternyata, sebagaimana diduga, merupakan jaminan terbaik untuk kesetiaan dan kecintaan terhadap tanah air.” -James Madison-
Bisa gawat kalo semua orang punya hak yang sama atas apapun, bro. Semestinya hak itu diberikan secara ADIL.
Bayangkan kalo para PNS menuntut pengawalan di jalan sebagaimana yang didapat oleh presiden.
All Brow
1. di India 3000 orang kristen lari ke hutan, karena dianiaya oleh orang Hindu.http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/90/news/080902144845/limit/0/
2. Gereja-Gereja kristen di India diserang. http://reformata-transtv.blogspot.com/2010/12/4-gereja-india-diserang-ekstrimis.html
3. Serangan terhadap seorang imam Katolik memaksa para pemimpin Gereja di India tengah untuk mencari perlindungan bagi umat dan lembaga-lembaga mereka selama masa Natal.
http://kdanp.multiply.com/reviews/item/1
4. Kelompok Kristen India Diserang, 12 Tewas.
http://berita.kapanlagi.com/hukum-kriminal/kelompok-kristen-india-diserang-12-tewas-tp9tsso.html
5. Tiga Gereja Kristen di India Diserang Fanatik Hindu
http://rol.republika.co.id/berita/4289/Tiga_Gereja_Kristen_di_India_Diserang_Fanatik_Hindu
6. Setelah masjid babri, kini giliran gereja dibakar.
http://forum.detik.com/setelah-masjid-babri-kini-giliran-gereja-dibakar-t10608.html
kalian hanya bisa menuding dan mencomooh orang lain, tapi perilaku kalian sama saja, dalam menghadapi agama lain. di bali saja sering terjadi pembakaran rumah antar ummat hindu gara-gara masalah sepele.
contoh: Buleleng Mencekam, 10 Rumah Dibakar Massa
http://www.inilah.com/read/detail/868871/buleleng-mencekam-10-rumah-dibakar-massa/
Padahal kalian mengklaim ummat yang paling tua kehadirannya di bumi, agama yang mengajarkan spritual, moksa sebagai tujuan hidup.
tetapi kenyataannya sama saja.
setiap anda menuding dengan telunjuk keorang lain, berarti empat jari “keburukan” kamu simpan agar tidak diketahui kelompok lain.
Jangan menjadi ummat sok suci, pendamai dan santun, jika dipusat asal agama Hindu India tenryata malah mempraktekkan “agama kekerasan” kepada pengikut agama lain.
padahal hindu di eropa dan Amerika tidak pernah ditindas dan didholimi, itulah kelebihan bangsa Kristiani dibanding kalaian yang suka menuding orang lain.
Om Svastiastu
Hidup itu siklus. Dan Agama atau Tuhan tidak bisa diminta pertanggungjawaban atas hal itu.
Yang membunuh akan dibunuh. Yang membantai akan dibantai.
Yang mengasihi akan dikasihi. Yang menyayangi akan disayangi.
Tidak membantai di negeri sendiri bukan berarti tidak pernah membantai di negeri orang.
Bersikap baik sekarang bukan berarti baik di masa lalu.
Semua saling terkait.
Yang pendahulu kita rintis akan dituai si penerus.
Yang kita lakukan hari ini juga akan dituai anak cucu nanti.
Yang terpenting adalah putuskan posisi Anda dimana.
Terus mengikuti siklus yang sudah ada atau keluar dan membuat siklus baru?
Om Santih Santih Santih Om
Bro Xarel X, Salam kenal
Mungkin memang benar Bro cerita/link yang anda berikan, tapi justru sifat “Fanatik” yang kita jauhkan dari diri kita. Kadang memang umat Hindu sendiri malah “menghina” sikap orang2 Hindu di bali yang tidak taat Weda.
Saya merasa ada yang kurang dari artikel ini yaitu “Berimbang”, dimana tidak hanya memunculkan “keburukan” umat satu agama saja, tapi lebih kompleks.
Namun keseluruhan, artikel diatas kurasa tidak menghina agama apapun, tapi yang disayangkan adalah TINDAKAN ANARKIS umatnya dan segala ARABISASI yang muncul di negeri ini(sama sekali bukan masalah kebenaran agama).
Dari artikel diatas bagi saya intinya adalah KEBEBASAN BERAGAMA dan ANTI KEKERASAN.
Jika ada orang yang seagama dengan saya berbuat seperti tergambar diatas maka saya pun menjauhi, membenci dan bahkan menghujatnya. Saya tidak akan boro2 koar2 mengumumkan kebenaran agama saya yang paling benar. Lebih baik saya “membersihkan diri” dulu dan buktikan bahwa agama saya pun juga bisa menghukum/meluruskan orang prilakunya yang salah meski sama2 seagama. Itu yang jarang di Indonesia bro…”membersihkan diri” sebelum menyebut kotor orang lain.
Jika ada umat seagama dengan anda berperilaku diatas, maka anda akan bagaimana…? Apa anda akan membuat artikel seperti diatas yang menjelek2an satu agama, atau anda akan memperbanyak daftar link keburukan umat agama lain….?
selamat atas web saudara Ngarayana yg baru! semoga dengan kehadiran web yang baru ini semakin menambah wawasan dan minat tentang Sanathana Dharma di kalangan semua umat beragama dan para atheis…
@Xarel X: Wah pemikiran anda sangat sempit Bung Xarel. Kalau anda mau belajar sejarah, anda akan menemukan daftar yang lebih panjang dan mengerikan lho akan kekejaman orang2 yang mengaku dirinya Kristiani. Mulai dari pembantaian Bangsa Viking sampai pemusnahan Witchcraft di Amerika. Kalau saya mau, saya bisa buat satu ensiklopedia yang isinya kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh orang2 yang mengaku Kristiani. Tapi saya tidak mau, karena bukan itu jawaban untuk mengatasi permasalahan antar umat beragama, alih-alih malah akan menyebabkan perpecahan. Kita beragama bukan untuk menciptakan permusuhan dan pembantaian terhadap makhluk lain.
Bacalah dulu artikel ini dengan baik, yang dikritisi di artikel ini kan bukan agama nya, tapi orang-orang nya dan ketidak mampuan negara untuk menjamin salah satu hak paling azasi dari warganya.
Dengan komentar anda di atas anda telah menutup mata dan pikiran menjadi negatif dan terjebak dengan negativitas anda sendiri.
Bukan Tuhan nya yang salah, tapi manusia yang berpikir bahwa mereka itu Tuhan lah yang salah. Mohon dijadikan pemikiran.
Terimakasih.
Salam,
Wawasan dangkal, main-main dulu ke Rusia di zaman dulu. Liat sendiri bagaimana umat Hindu diperlakukan.
Ada sebab ada akibat. Umat Hindu di India menurut saya sedang balas dendam mengingat bagaimana proses penyebaran agama Kristen dan Islam di India.
mau kasi thumb/like buat GV, tp lum ada fasilitas itu d web yg baru ini ya prb Ngara…di narayanasmrti.com kan ada tuh ya..bole juga klu dimunculin lagi tuh.. pendapat yang drasa cukup bagus dan inspiratif bs memperoleh tanda… hehe
=)
tes p tkut hilang lg
Kawan-kawan aku boleh ikutan yooooo…………………..!!!
Menurut aslinya ajaran agama manapun di muka bumi ini tujuannya adalah untuk mengarahkan umatnya kedalam perdamaian dan kedamaian baik semasih berada di dunia material ini sehingga memenuhi syarat untuk di transfer ke dunia rohani, namun jika kita lihat saat ini malah terbalik seolah ajaran agama merupakan ranking pertama penyebab kekacauan dan kekisruhan di seluruh lini kehidupan manusia di seluruh dunia, itu berarti sudah pasti ada kesalahan besar dalam memahami dan mengaplikasikannya dilapangan, ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pemikir dan orang-orang cerdas sejati untuk segera maju ke depan menunaikan Dharma sejatinya untuk membawa rumusan perdamaian yang ampuh dibuktikan dengan mampu membawa keluar masyarakat manusia dari lumpur kesalahpahaman yang pekat dan kusut ini ke jalan perdamaian dan kedamaian hakiki sejati. Kita sedang menunggu kepribadian mulya ini muncul segera di hadapan kita, tantangan demi tantangan telah menghadangnya di depan mata kita. Ayo siapa berani unjuk gigi secara bijak membuktikan kemampuannya membawa perdamaian dan kedamaian tersebut yang sangat di butuhkan saat ini. Mungkin Dia ada diantara kita, ayo keluar……. Jangan malah ikut terperangkap dalam kubangan kesalahpahaman berkepanjangan yang pekat itu saling berargumen satu samalain atas nama agama apapun hanya memeperkeruh dan saling menjerumuskan saja. Yang di butuhkan sekarang adalah kekuatan Tuhan yang asli yang di terima oleh seseorang atau lebih untuk umat manusia. Siapa gerangan Beliau. Kita tunggu. Yang jelas orang cerdas sejati bukan cerdas material saja dan bukan tiruan karna akan dibuktikan dengan akibat tindakannya sendiri. Kalau dia memang orangnya yang dipilih oleh Tuhan akan terbukti dia mampu menyadarkan masyarakat manusia sampai mampu melihat kebenaran hakiki dan duni a akan mencapai perdamaian dan kedamaian sejati.
test2…Hindu jaya…
Menurut aslinya ajaran agama manapun di muka bumi ini tujuannya adalah untuk mengarahkan umatnya kedalam perdamaian dan kedamaian baik semasih berada di dunia material ini sehingga memenuhi syarat untuk di transfer ke dunia rohani, namun jika kita lihat saat ini malah terbalik seolah ajaran agama merupakan ranking pertama penyebab kekacauan dan kekisruhan di seluruh lini kehidupan manusia di seluruh dunia, itu berarti sudah pasti ada kesalahan besar dalam memahami dan mengaplikasikannya dilapangan, ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pemikir dan orang-orang cerdas sejati untuk segera maju ke depan menunaikan Dharma sejatinya untuk membawa rumusan perdamaian yang ampuh dibuktikan dengan mampu membawa keluar masyarakat manusia dari lumpur kesalahpahaman yang pekat dan kusut ini ke jalan perdamaian dan kedamaian hakiki sejati. Kita sedang menunggu kepribadian mulya ini muncul segera di hadapan kita, tantangan demi tantangan telah menghadangnya di depan mata kita. Ayo siapa berani unjuk gigi secara bijak membuktikan kemampuannya membawa perdamaian dan kedamaian tersebut yang sangat di butuhkan saat ini. Mungkin Dia ada diantara kita, ayo keluar……. Jangan malah ikut terperangkap dalam kubangan kesalahpahaman berkepanjangan yang pekat itu saling berargumen satu samalain atas nama agama apapun hanya memeperkeruh dan saling menjerumuskan saja. Yang di butuhkan sekarang adalah kekuatan Tuhan yang asli yang di terima oleh seseorang atau lebih untuk umat manusia. Siapa gerangan Beliau. Kita tunggu. Yang jelas orang cerdas sejati bukan cerdas material saja dan bukan tiruan karna akan dibuktikan dengan akibat tindakannya sendiri. Kalau dia memang orangnya yang dipilih oleh Tuhan akan terbukti dia mampu menyadarkan masyarakat manusia sampai mampu melihat kebenaran hakiki dan duni a akan mencapai perdamaian dan kedamaian sejati.
wah padahal webnya baru kok ngarayana jarang ngasi reply
sibuk ngujang to kak??????
Lagi sibuk mengatur website baru ini tentunya.
orang baru pindahan, pasti lagi sibuk ngatur-ngatur lemari mau di taruh di mana, kasur di mana, meja di mana…hehehehe
Hadiri temen-temen… 😀
Semua comment saya baca kok.. tapi ngasi comment itu yang belum. Maklum harus admin beberapa site termasuk portalhindu.com dan juga beberapa site yang lain. Untung untuk site yang ini dan yang portal hindu dibantu juga oleh Rama dan Bli Ari..
Kalau ada yang mau bantu lagi, monggo..
Yang jelas saat ini masyarakat umum terperangkap dalam kesalahpahaman pokok yaitu ahamkaro (aku adalah badan ini, termasuk aku adalah islam ,Kristen,hindu ,Buddha, orang amerika ,Indonesia,india dll). Selama tabir pemahaman ini belum terbuka selama itu pula kesalahpahaman lainnya masih akan ikut bersama yang bersangkutan, bahkan atasnama paling ahli dalam bidang agamapun di pastikan masih akan tetap berada dalam perangkap maya tersebut. Karena selama jati dirinya belum di sadari selama itupula dia tidak akan sadarpula apa yang terbaik dan yang buruk untuk dirinya apalagi untuk orang lain itu pasti. Maka bagi orang yang cerdas pasti akan timbullah pertanyaan mendasar , sesungguhnya siapakah sejatinya aku ini………? Apakah aku orang amerika ,Indonesia,india, islam Kristen ,hindu,Buddha dll…? Kenapa aku di sebut lahir disini menjadi anak seseorang manusia, suku,ras,bangsa,agama ini dan itu…….?apa dan siapa sebenarnya manusia itu….?apa tujuan pokok kehidupan manusia seutuhnya….?apasih sebenarnya agama itu…..?kenapa ada agama banyak…..?apa yang seharusnya aku perbuat dan apa seharusnya aku tidak lakukan……?siapakah sebenarnya Tuhan itu…….? Benarkah adaNya Tuhan……? Kenapa Beliau menciptakan dunia material ini….?paling tidak siapapun yang mampu menjawab pertanyan-pertanyaan tertersebut diatas serta bisa mengaplikasikan dalam kehidupannya se-hari2 pasti dia mampu menyadarkan orang lain membawanya keluar dari kesalahpahaman mendasar tersebut diatas dan pasti Tuhan setuju. Ayo siapa mau jawab……….? Tentu akan dibuktikan kebenarannya dari efek jawaban yang tersebut menyebabkan orang akan menjadi damai dan kemudian dunia akan damai pula. Aku tunggu.
Om Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Salam, numpang ikut nimbrung maaf kalau tidak nyambung.
Saya sangat setuju jika site ini dijadikan tempat untuk berdiskusi mencerahkan penafsiran dan pemahaman agama umat sedharma daripada melayani debat kusir yang tidak akan pernah habis. Sejarah panjang konfrontasi antar (umat) beragama sejatinya hanya konflik politik untuk menguasai. Sebagai alasan, maka harus ada pihak yang (salah) yang kebetulan adalah umat beragama lain. (Sebagaimana setan yang selalu dipersalahkan atas perbuatan manusia yang lalai maupun yang memang sengaja berbuat keliru), suksma.