Siapa yang tidak mengenal kubah? Masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim tentunya sudah sangat akrab dengan bentuk bangunan yang satu ini. Hampir semua mesjid dan bahkan musola di Indonesia selalu dihiasi dengan atap berbentuk kubah. Bahkan ada wacana yang mengatakan kalau mesjid belumlah bisa dikatakan islami jika belum memiliki atap kubah di atasnya. Namun benarkah kubah adalah corak arsitektur islami?
Jika kita menengok sejarah Islam yang dimulai sejak jaman Nabi Muhammad, maka dapat kita telusuri bahwa pada masa itu Islam sama sekali belum mengenal arsitektur kubah sebagai ciri khas bangunan tempat sucinya. Bahkan Profesor K.A.C. Cresswell, seorang ahli arsitektur terkemuka mengungkapkan dalam Early Muslim Architecture, bahwa bentuk pertama Masjid Madinah (Masjid Nabawi) belum menggunakan kubah. Desain masjid pertama umat Islam sangatlah sederhana, “hanya berbentuk segi empat dengan dinding pembatas di sekelilingnya,” tulis Cresswell. Arsitektur Islam tertua yang menggunakan arsitektur kubah adalah Kubah Batu (Qubbat as-Shakrah), tempat suci di dalam Masjid al-Aqsa di Yerussalem, yang dibangun Abdul Malik bin Marwan, khalifah Ummaiyyah, pada tahun 691 Masehi. Bangunan ini menjadi monumen Islam tertua yang masih bertahan hingga kini. Phillip K. Hitti dalam bukunya, History Of The Arabs mengatakan: “Pembangunan kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap Gereja Sepulchre Suci yang indah”. Jadi sangat jelas bahwa kubah baru diadopsi menjadi bagian dari tempat suci Islam mulai akhir abad keenam.
Kubah sudah lama menjadi bagian dari arsitektur kuno. Di daerah eropa, kubah biasanya terbuat dari dahan kayu sebagai penyangga yang berikutnya dipadatkan dengan lumpur atau batu. Salah satu bangunan kubah peninggalan Yunani dapat kita temukan pada Kubur Mikene Greeks (Mycenaean Greeks) yang berasal dari abad ke-14 SM. Penggunaan kubah meluas pada abad pertengahan setelah imperium Romawi mulai menggunakan struktur kubah yang diletakkan di atas bangunan berbentuk segiempat. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan Panthenon (kuil) di Kota Roma yang dibangun pada 118 M-128 M oleh Raja Hadria. Honai, rumah adat suku Dani di Papua sudah mengenal bentuk bangunan kubah meskipun hanya dibangun secara sangat sederhana dengan menggunakan rumbai. Orang-orang Inuit di daerah kutub membangun kubah dari salju yang mereka sebut sebagai Igloo. Begitujuga orang Himba di Nabibia membuat bangunan yang juga serupa dengan Igloo yang selanjutnya dikenal sebagai sebutan Igloo padang pasir. Bangunan berbentuk kubah sederhana yang terbuat dari gading dan tulang mammoth yang diperkira berasal dari tahun 19.280-11.700 SM ditemukan di daerah Ukraina pada tahun 1995 ketika seorang petani sedang mencoba menggali sebuah ruangan bawah tanah. Mungkin bangunan di Ukraina inilah bangunan kubah tertua yang masih tersisa sampai saat ini.
Pada abad keenam puluh sebelum masehi, perkembangan arsitektur kubah berkembang dengan sangat pesat di seluruh dunia. Di daerah Susiana-Iran, di situs kuno Chogha mish yang diperkirakan merupakan peninggalan tahun 6800 sampai 3000 SM ditemukan struktur kubah yang telah dibangun menggunakan batu bata dan dilapisi dengan lumpur. Bangunan yang serupa yang juga diperkirakan merupakan peninggalan dari abad yang sama juga ditemukan pada sisa kebudayaan Halaf dan Ubaid di daerah Mesopotamia. Di daerah Sumeria ditemukan struktur kubah modern yang diperkirakan merupakan peninggalan tahun 2500 SM.
Di India sendiri terdapat sangat banyak bangunan-bangunan kuil kuno yang hampir semuanya menggunakan struktur bangunan kubah baik yang menggunakan struktur Corbel Dome, Onion Dome, Oval Dome, Parabolic Dome, Polygonal Dome, Sail, Saucer atau pun Umbrella Dome. Beberapa sumber mengatakan bahwa bangunan-bangunan kuil Hindu di India dengan bentuk dome atau kubah seperti yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini sudah ada setidaknya sejak 520.000 tahun yang lalu. Kuil Aadhi Jeganadha yang terletak di Tamil Nandu diperkirakan sebagai kuil yang tertua yang masih ada sampai saat ini yang menurut manuskrip yang ada merupakan peninggalan dari 26 Catur Yuga yang lalu. Kuil Akshardham yang terletak di Delhi juga diperkirakan telah berumur lebih dari 10.000 tahun meskipun saat ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Akibat struktur bahan bangunan yang kurang baik, terutama sekali yang terbuat dari kayu dan batu bata serta tidak adanya perawatan yang memadai menyebabkan sangat banyak bangunan-bangunan kuil kuno yang sudah tidak berbekas. Apa lagi dengan adanya aksi pemusnahan kuil-kuil Hindu yang pernah terjadi pada masa penjajahan raja-raja Muslim di India. Sangat banyak kuil yang akhirnya diratakan dengan tanah dan/atau diambil alih, dirombak dan diklaim sebagai bangunan mereka seperti contohnya bangunan Taj Mahal yang disabotase dari tempat pemujaan Hindu untuk dewa Siva, Kuil Tejo Himalaya.
Jadi dari uraian di atas, sudah sangat jelas bahwasanya Kubah bukanlah budaya asli Islam, tetapi Kubah telah dikenal sejak lama oleh berbagai suku bangsa di dunia. Di Indonesia, bangunan struktur kubah baru diadopsi oleh mesjid pada masa kekuasaan Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman (1833-1843) yang membangun mesjid Sultan di Riau. Hal ini diungkapkan oleh Taufik Ikram Jamil pada tulisannya dalam “Penggalan Kepala untuk Sultan Melayu”, yang dimuat Kompas, 1 Agustus 2003. Pada awal masuknya Islam ke Indonesia, masjid umumnya beratap tumpang yang meniru bangunan-bangunan tradisional Hindu Nusantara sebelumnya. Pergantian bangunan mesjid berbentuk tumpang menjadi bentuk kubah semakin kelihatan setelah terjadinya Perang Rusia-Turki pada 1877-1878 antara Rusia, Romania, Serbia, Montenegro, dan Bulgaria melawan Kekaisaran Ottoman yang mencuatkan ide revitalisasi Islam dan Pan-Islamisme. Saat itu Kekaisaran Ottoman melancarkan gerakan budaya, termasuk pengenalan jenis masjid baru. Gerakan ini bergema di Asia Tenggara. “Masjid-masjid tradisional beratap tumpang digantikan masjid kubah (qubbah) dengan minaret-minaret gaya Timur Tengah atau India Utara,” tulis Peter J.M. Nas dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia. “Akhirnya lambat-laun kubah menjadi simbol arsitektur Islam paling modern, yang seakan-akan wajib ada pada masjid-masjid baru di Asia Tenggara,” tambah Peter J.M. Nas.
Perubahan itu terlihat pada Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. Setelah dikuasai dan dibakar sebagian untuk meredam perlawanan rakyat Acheh, Belanda membangun kembali pada 1879 dan rampung dua tahun kemudian dengan tambahan sebuah kubah. Arsiteknya adalah kapten Zeni Angkatan Darat Belanda (Genie Marechausse) de Bruijn. Pembangunan kembali itu, menurut Abdul Baqir Zein dalam Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, merupakan strategi Belanda untuk mengambil hati rakyat Acheh.
Kubah kemudian menghiasi masjid-masjid di Nusantara, sebagaimana ditunjukkan Peter J.M. Nas. Dalam lukisan cat air bertahun 1822 karya J.W. van Zanten dan sebuah karya litografi tanpa warna dari Le Moniteur des Indes-Orientalis et Occidentalis (1846-1849), menara masjid Banten yang menyerupai mercusuar digambarkan mempunyai kubah. Pijper dalam Studien over de geschiedenis van de Islam, menduga masjid pertama di Jawa yang menggunakan kubah ada di Tuban, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1894. Masjid Agung Ambon, yang dibangun pada 1837, dihiasi kubah. Di Kudus, sebuah beranda ditambahkan pada Masjid Al-Aqsa pada 1933 dilengkapi kubah yang sangat besar.
Jadi dari pemaparan panjang lebar di atas, masihkah kita beranggapan kubah merupakan arsitektur yang Islami? Ataukah kita akan mengatakan kubah adalah arsitektur yang keindia-indiaan?
Sumber:
Wow, akhirnya artikel yang saya tunggu tunggu akhirnya di publish juga.
kalau tidak salah kita Chatting minggu lalu membahas masalah ini waktu saya makan siang.
selamat ya…..
artikel yang sangat bagus.
artikel yang membongkar salah satu dari begitu banyak kebohongan.
beitu juga halnya mengenai tempat suci hindu di aceh telah disabotase oleh para penyebar islam menjadi mesjid Indra Pura, mereka bisanya cuma meniru-niru karya orang gak kreatif sama sekali, tetapi percayalah agama hindu lambat laun akan bangkit kembali di negeri nusantara ini, ingat sabdo palon telah kembali untuk mengambil hak miliknya yang dulu dirampas oleh para wali songo. jayalah hinduku, jayalah nusantaraku,damailah negeriku tercinta. OM TAT SAT. OM SIDHIRASTU TAT ASTU SVAHA
iya tapi saya ingat mereka masih punya 2 kebudayaan yang sangat terkenal yang sangat saya kagumi dan saya ingin mengikutinya yaitu poligami dan nikah siri.
Dulu katanya ada seseorang yang mengatakan cadi borobudur adalah peninggalan islam, apakah ini bisa dipertanggung jawabkan kebenranya?
lama tak bersua disini,,,
tapi candi hindu (sejauh yang saya tahu di Nusantara) kok gak berbentuk kubah ya?Itupun jika berasumsi Hindu=India.
Saya juga berpikir bahwa kubah tidak bisa dimonopoli oleh Islam.Mengapa?Masjid di daerah saya tidak memiliki struktur kubah.
Tapi,baiklah,,,daripada buang2 waktu membahas klaim (jika diartikan demikian) yang menyangkut masalah budaya/perkembangan arsitektur saya memiliki pertanyaan yang belum dijawab umat hindu di blog saya.
http://isyfatihah.blogspot.com/2010/12/kabahbekas-kuil-hinduboleh-aja.html
salam
wah kasian sekali bapak abu hanan, tidak ada seekor lalatpun yang coment diblognya.
ya ntar saya cariin orang yang mau coment disana doakan saja saya.
Kubah Berasal dari Barat
Kubah terawal kemungkinan besar merupakan atap pondok primitif, yang dibuat dari dahan kayu sebagai rangka dan dipadatkan dengan selut dan lumpur. Ataupun menggunakan batu sebagai sangga. Contoh kubah seperti ini dapat dijumpai di dalam kubur Mikene di Yunani dan dalam arsitektur Sisilia di Italia. Kubah-kubah tersebut hanya digunakan untuk bangunan-bangunan yang kecil.
Abad Pertengahan dan Renaissance
Di Abad Pertengahan semasa pemerintahan kerajaan Romawi, singgah kubah telah diciptakan untuk memungkinkan struktur kubah yang bulat diletakkan di atas bangunan berbentuk segi empat. Ini menjadikan penggunaan kubah semakin meluas.
Kemudian pada zaman Renaissance, orang-orang Eropa telah memperkenalkan ide tanglung di puncak kubah, dan juga meletakkan kubah di atas suatu struktur bulat (seperti silinder) supaya kelihatan lebih tinggi.
Zaman modern
Sedangkan pada zaman modern, bentuk kubah geodesi telah diperkenalkan. Kubah ini berbentuk hemisfer dan menggunakan kekisi sebagai rangka, menjadikannya lebih ringan. Perkembangan teknologi juga memungkinkan penggunaan cermin dan plastik sebagai padatan.
http://wiki.verkata.com/id/wiki/Kubah
orang Hindu bisanya hanya ngaku-ngaku, jika memang kubah berasal dari Hindu mengapa bangunan pura di Indonesia tdk ada yang memakai kubah, baik dari zaman Majapahit sampai sekarang.
Orang hindu sangat kreatif jika sudah banyak yang meniru jadi kita bikin yang baru.
buktinya sekarang aja dah banyak bangunan khas bali yang dibuat di luar negeri gazebo aja dah diexpor.
hey Yohanes kamu orang barat ya?
wah kalau tidak ada si komang yohanes blog ini tidak seru
senang sekali rasanya bertikai dengan dia
ntar kalau bertemu di jalan sekalian kita berantem aja.
wakakakakakakakaka
Di Indonesia, umat Hindu tidak meniru bangunan kuil di India yang menggunakan kubah, tetapi memilih menggunakan atap tumpang. Saya rasa hal ini tidak masalah karena di sini diperlihatkan bahwa Hindu tidak harus tampil dalam wajah yang sama, tetpi bisa menyesuaikan dengan kondisi di mana dia tumbuh.
Dimana kubah pertama di bangun? Saya sendiri tidak terlalu perduli, yang pasti kubah bukanlah bangunan khas islam dan jangan sampai kubah dipatenkan menjadi bangunan islam dan umat lain tidak boleh menggunakannya seperti contohnya penyebutan Tuhan sebagai Allah di Malaysia yang dipatenkan. Umat Kristen dilarang menyebutkan Tuhan mereka dengan sebutan Allah. Lucu kan? 😀
Salam,-
@ orang ganteng
orang Ganteng ?! sayang pikiranmu tidak ganteng, coba dech cek komentarmu di web ini, pasti isinya gak ganteng, apa gk bisa nulis? apalagi cara argumenmu juga tidak ganteng.
sayang sekali orang yang ngaku ganteng luar dalamnya ternyata kurang genteng.
tunjukkan intelektualmu brow…
jika dirimu memang orang ganteng.
@ Ngarayana
klaim terhadap sesuatu bagi sebuah bangsa, golongan dan agama, adalah hal yang lumrah karena itu bagian dari dinamika kehidupan manusia. walopun di Malaysia pemeluk Kristen tidak boleh menyebut kata Allah, itu wajar dan kami tidak masalah. itulah kedewasaan kami.
Kembali ke masalah Kubah, ada beberapa alamat web:
1. http://www.divyadesam.com/hindu-temples.shtml
2. http://www.templesofindia.co.cc
Tidak ada satupun penegasan bahwa bangunan model Kubah awalnya dari Hindu {India).
sebetulnya dalam agama islam mereka mengakui bahwa bangunan masjid adalah gabungan dari beberapa model bangunan Persia Kuno, romawi dan Timur tengah. jadi gak ada yng mengklaim. kamu saja (ngartayan) yg nulis seakan-sekan atau memang kamu khawatir kubah akan di patenku oleh kelompok Muslim.?
yang aneh adalah kalian seering mengklaim bahwa agama Hindu paling lengkap, semua ajaran Hindu ada di agama lain.tetapi fakta yang ada menjelaskan di hindu di Indonesia sering dompleng, meng copy Islam.
contohnya:
1. Dalam agama Hindu tidak ada konsep tempat Ibadah, tetapi kalian membuat Pura, baik tingkat wilayah kecil sampai level pura Agung. apakah ada slokanya? bukankah itu mencontoh Masjid dan Musholla milik muslim?
2. baju waktu beribadah-pun kalian memakai putih-putih dengan songkok khas bali, apakah ada dasar slokanya? bukankah itu mencopi baju taqwa milik islam?
3. Di Islam ada istilah malam Takbiran menjelang hari raya , mereka berkeliling dengan membaca- bacaan tertentu. kalian orang Hindu juga mengikutinya dengan Hari Raya Nyepi, sebelumnya mengarah ogoh-ogoh berkeliling kampung.
wah semakin seru aja bertikai dengan komang yohanes si homosexsual
kamu pakai logika aja
mana duluan ada hindu atau islam
bukannya kebalik mereka yang niru hindu?
kayaknya dalam artikel kubah bekas kuil hindu? sudah dijelaskan sama pekak ngarayana tentang tradisi hindu yang ditiru oleh muslim kamu baca aja lagi termasuk masalah baju brahmana hindu yang sama dengan pakaian muslim juga ada.
Nyepi orang hindu niru islam?
wakakakakakakakkaka.
sebelum mengeluarkan statement yang gak mutu kamu jilatin aja dulu pantat saya biar otak kamu tambah fresh.
orang hindu meniru mesjid atau mushola?
meniru mbahmu….?
tak pantas sekali pura yang bernilai seni tingkat tinggi dibandingkan dengan mushola.
taj mahal aja udah disabotase
sontoloyo.
saya pernah nonton di TV seorang pejabat waktu di wawancarai di gelora bungkarno bilang seharusnya orang2 dijakarta setahun sekali meniru umat hindu di bali melakukan nyepi untuk mengurangi polusi. bahkan dunia secara luas sudah mengakui hanya bali yang punya nyepi. bahkan bule2 sengaja datang kebali pas nyepi untuk menikmati suasana damai setahun sekali tanpa polusi.
@pekak ngarayana
nama allah dipatenkan……………….?
Sekalian nikih siri sama poligami dipatenkan biar ga ada yang niru
wakakakakaka he he…. Komang Yohanes, salam
salam
sayang sekali maunya ikut nimbrung hanya saja saya pikir jadi pemborosan waktu untuk membahas yang emang gak perlu.Masalah kubah hanyalah mode/perkembangan arsitektur saja dan saya pikir tidak akan mungkin dipatenkan.baju siapa meniru siapa?kok rasanya seperti anak2 kecil ya…Celana,etnis mana yang pertama kali gunakan?nyatanya semua orang (hampir) memakai baik cewek/cowok.Penyebutan Allah dipatenkan?Bisa lucu bisa tidak.tergantung dari sisi mana anda melihatnya.Duluan mana hindu atau islam?kok tambah ngawur ya…penyerapan tradisi adalah hal biasa.menjiplak agama?tunggu dulu,,,,
@orang ganteng
sejauh saya baca komen anda di web ini,setidaknya saya tahu kualitas rohani anda
wah abu hanan bisa mengecek kualitas iman seseorang
sakti sekali belajar dimana?
@ Orang Ganteng
Trims kasih atas cacianmu
tetapi agamaku mengajarkan untuk mengampuni.
benar kata Abu Hannan kualitas keimananmu/jiwamu masih TK.
ato jangan-jangan kamu lulusan RSJ..?!
agamamu apa?
apa buktinya agamamu mengajarkan mengampuni?
berikan saya contoh agamamu mengajarkan mengampuni
bila perlu kasi fakta disamping memberikan ayat2 atau teori
jangan sekedar teori yang tidak sesuai apa yang dilakukan umatmu
@ orang ganteng
Kamu minta bukti?!
kamu mencaci aku, tapi aku memafkan dirimu.
bacalah sejarah hidup Yesus, karena beliau adalah tauladan yang nyata untuk manusia.
semoga hatimu diberi percikan iman………..?!
Wahh,, ada tontonan asyiikk…
ilmu arsitektur itu hanya masalah coret mencoret menggunakan garis lurus dan garis lengkung.
kalo ada suatu design yg digandrungi dalam suatu masa, itu namanya trend.
masjid mau dibangun beratap kubah, beratap limasan atau bahkan gak pake atap sama sekali juga gak akan bikin dosa dan gak akan membuat sholat didalamnya menjadi gak sah
jadi artikel ini bisa dibilang gak ada nilainya sama sekali, alias kerjaan orang yg kurang kerjaan
Wassalam
Ardhani: salam
@ Putra 3darma
Salam kembali Putra Tridarma.
semoga dirimu tambah ajeg aja membaca mantra Hare Krisna
Artikel ini akan menjadi berguna jika suatu saat Islam bersikeras melarang non-muslim menggunakan simbol kubah karena dikatakan bercorak islami
@Herwitz
ya ini yang saya suka dari blog ini
ujungnya selalu coment2nya keluar jalur dari topik dan saling hina antar umat beragama
@ardhani
artikel ini tidak bermutu?
berarti anda bisa membuat artikel yang bermutu bisa saya lihat?
@komang yohanes,
berarti dalam kristen hanya ada 2 orang pemaaf yaitu Yesus dan yang kedua kamu
weleh…weleh…. kok malah menjadi seperti ini.
saran buat moderator, komentar yg tidak berbobot di `cut` sajalah. hhmmm…ya paling tidak `cut` komentar yg isinya `blak-blakan` dalam mencaci, ga enak di publish, mengingat mulianya tujuan web ini.
Salam,-
@kidz
wah jangan gitu dong bos saya kan hanya ingin senang senang
emang gak boleh?
@kidz,
salah satu ke khasan dr web sdr ngarayana yang saya lihat adalah komentar yang masuk di biarkan apa adanya. tidak ada “cut-cut”an..mungkin ada buruknya seperti yg anda sampaikan di atas, namun jika dilihat positifnya rasanya juga ada, kita dapat melihat dan menilai kualitas spiritual seseorang dan ajaran agama yang di anutnya, atau pemahamannya akan spiritualitas jika mungkin ybs ternyata memilih tak beragama. salam
@nak_bagus
saya setuju dengan pemikiran anda
saya banyak membaca bhagavad gita dan mengaguminya. indah, dan penuh dengan ajaran moral yang perlu ditiru. salah satunya tentang dharma.
membaca tulisan ini dan komentarnya, persepsi saya tentang ajaran agama anda menjadi berubah. penuh kebencian dan tendensius, termasuk komentar penulis sendiri. sangat jauh dari semangat ajaran shri krishna.
saran saya, jangan pernah merasa benar sendiri. sekali anda merasa diri paling benar dan menyalahkan yang lain, itulah kesalahan terbesar anda. perbaiki lagi pemahaman, perkataan (tulisan) dan perbuatan anda sesuai dengan dharma.
saya seorang muslim.
Abdhee, komentar anda menarik, tapik tunjukkan dunk kesalahan komentar atau persepsi umat hindu yang anda katakan salah. jangan cuman menyerang dan mengkerdilkan pribadi, tapi serang alur logika dan pernyataannya
maaf kalo saya telah ad hominem.
pada dasarnya saya setuju sekali dengan fakta-fakta yang disampaikan, menunjukkan keluasan pengetahuan penulis dan
banyak menambah pengetahuan saya. namun penggunaan kata yang agitatif dan pencampuran opini pribadi, sangat
mengganggu saya. misalnya ‘pemusnahan kuil hindu pada masa penjajahan raja-raja muslim”, ‘taj mahall disabotase dari
tempat pemujaan hindu”.
dan, kesimpulan yang diajukan: “masihkah kita beranggapan kubah merupakan arsitektur yang ISLAMI? Ataukah kita akan
mengatakan kubah adalah arsitektur yang KEINDIA-INDIAAN?” bertentangan dengan pemaparan awal penulis bahwa:
“Jadi dari uraian di atas, sudah sangat jelas bahwasanya Kubah bukanlah budaya asli Islam, tetapi Kubah telah dikenal sejak
lama oleh berbagai suku bangsa di dunia”. apa alasan penulis mempertentangkan kubah sebagai “yang islami’ dengan ‘yang
keindia-indiaan? padahal pemaparannya menyebutkan bahwa kubah dikenal luas di berbagai suku di dunia. mengapa tidak
menyarankan kesimpulan: “masihkah kita beranggapan kubah merupakan arsitektur yang ISLAMI? Ataukah kita akan
mengatakan kubah adalah arsitektur yang KESUKU-SUKUAN?”. jelas ini adalah provokatif.
istana kremlin, teropong bintang Bosscha, bahkan UMM Dome memakai bentuk kubah sebagai bentuk dasar arsitekturnya,
namun tidak pernah sekalipun orang islam mengkaimnya sebagai miliknya.
opini yang agitatif dan provokatif bila disimak oleh orang yang berpengetahuan kurang luas, akan menyebabkan kesalahan
pemahaman dan lalu menimbulkan perkataan dan tindakan yang bersumber dari kesalahan pemahaman tersebut yang
berbentuk cacian, hinaan, olok-olok dan lain-lain. apakah ini yang diinginkan penulis dari para pembacanya? buktinya bisa
dilihat dari komentar para pembaca:
– artikel yang membongkar salah satu dari begitu banyak kebohongan (KEBOHONGAN YANG MANA YANG
DIBONGKAR?)
– mereka bisanya cuma meniru-niru karya orang gak kreatif sama sekali (BENARKAH KAMI HANYA BISA MENIRU2?)
– iya tapi saya ingat mereka masih punya 2 kebudayaan yang sangat terkenal yang sangat saya kagumi dan saya ingin
mengikutinya yaitu poligami dan nikah siri
(ANDA TIDAK MEMBACA SEJARAH? BUKANKAH PRABU SANTANU JUGA BERISTRI DEWI GANGGA DAN
GANDAWATI? BUKANKAH PANDU JUGA BERISTRI KUNTI DAN MADRI? DAN BUKANKAH SHRI KRISHNA
MEMILIKI RIBUAN ISTERI?) mengapa anda memperolok islam dengan poligami, tetapi tidak memperolok Shri Krishna
karena hal yang sama?
– Dulu katanya ada seseorang yang mengatakan cadi borobudur adalah peninggalan islam (KATANYA? KATANYA SIAPA?
saya kira semua komentar di atas dan masih banyak lagi yang lainnya, tidak ada sesuai dengan ajaran mulia shri krishna dan kitab-kitab ajaran lainnya.
dan memang saya melihat penulis memiliki kecenderungan negatif kepada islam, dari jawaban komentarnya: ‘Saya sendiri
tidak terlalu perduli, yang pasti kubah bukanlah bangunan khas islam dan jangan sampai kubah dipatenkan menjadi bangunan
islam dan umat lain tidak boleh menggunakannya seperti contohnya penyebutan Tuhan sebagai Allah di Malaysia yang
dipatenkan. Umat Kristen dilarang menyebutkan Tuhan mereka dengan sebutan Allah. Lucu kan?”
saya juga tidak setuju dengan pelarangan itu, tetapi anda harus memahami kasus itu lewat berbagai sisi. apa komentar anda
bahwa kata ALLAH digunakan menipu dan memurtadkan ORANG-ORANG ISLAM? apa pendapat anda dengan hal ini?
pasti anda senang, sebab anda sudah memihak sebelum menilai.
Ada beberapa pola dalam memaparkan ide kita dalam bentuk tulisan. Kita bisa menggunakan pola perbandingan/ pertentangan, deskriptif, klasifikasi, sebab-akibat, runtut waktu-proses, dan argumentatif.
Dalam membuat sebuah tulisan argumentatif yang baik, seorang penulis harus mampu memperlihatkan posisi dirinya mengenai topik yang ditulis, dan kemudian memberikan argumen untuk mendukung posisinya tersebut.
Maka, tidak salah di sini kalau penulis sudah memihak terlebih dahulu sebelum menilai.
Yang seharusnya kita kritisi kan, apakah kemudian si penulis mampu memberikan argumen-argumen yang menguatkan posisinya mengenai topik tersebut?
Dengan berpikir kritis seperti itulah kemudian pembaca bisa merespon suatu tulisan, yang biasanya dilakukan dengan cara memberikan argumen lain.
Mungkin kemudian yang harus diperhatikan adalah bagaimana caranya supaya kita bisa menyampaikan argumen-argumen kita dan berdiskusi dengan baik, bukankah begitu?
Jadi tidak masalah jika seorang penulis memihak dalam sebuah tulisannya, selama dia bisa memberikan argumen yang dapat menguatkan tulisan tersebut.
“Don’t tell me the moon is shining; show me the glint of light on broken glass.” ~Anton Chekhov
kalau argumennya berdasarkan FAKTA, saya kira tidak masalah. namun, bila argumennya berdasarkan OPINI, ASUMSI, dan KABAR BURUNG, saya kira itulah masalahnya. ditambah lagi dengan bahasa yang provokatif.
Apakah Semua Muslim menganggap kubah budayanya sendiri?
Apakah Semua Muslim setuju pelarangan penggunaan kata Allah?
Apakah fakta sejarah menyatakan bahwa taj Mahall itu menyabotase kuil?
sekali lagi, bahasa yang agitatif dan profokatif bila diterima pembaca yang kurang ilmu akan mengakibatkan kesalahan pemahaman, kemudian menimbulkan tulisan dan tindakan yang penuh cacian dan olok-olok.
apakah ini yang diinginkan penulis?
bukankah membuka jalan orang lain untuk berbuat kesalahan juga merupakan sebuah kesalahan? dan semua kesalahan ada karmanya?
sebagai pecinta kebenaran, saya merasa penulis adalah saudara saya sesama pecinta kebenaran. saya merasa terpanggil untuk mengingatkan beliau, agar semangat mencintai kebenaran ini tidak dikotori dengan niat-niat jahat dan keinginan-keinginan rendah dan buruk, yang kadang menyusup sangat sangat sangat halus sekali dalam sukma kita.
wassalam
@ abdhee
Mengenai kekawatiran anda akan adanya tendensi negatif dari apa yang saya sampaikan ada benarnya. Tentu itu merupakan masukan yang sangat berharga bagi saya dalam menulis artikel kedepannya.
Dalam menulis, awalnya saya memang akan mengajukan hipotesa yang berupa “suatu hal yang saya anggap benar”. Dengan hipotesa ini akhirnya saya mencari bukti-bukti dan melakukan pengkajian. Setelah pengkajian, baru ada kesimpulan. Biasanya, jika kesimpulan yang saya dapatkan bisa dipertanggungjawabkan, maka saya akan langsung membuat kesimpulan pada artikel / makalah yang saya buat. Tetapi jika belum ada jawaban yang jelas maka pada akhir artikel atau pada judul artikel saya akan memberikan tanda tanya sebagai tanda kesimpulan hipotesa saya masih bisa diperdebatkan. Karena itulah saya juga harus membuka ruang diskusi selebar-lebarnya di sini dan sama sekali tidak melakukan moderasi terhadap semua comment yang masuk. Comment hanya akan saya delete jika mengandung content fornografi.
Dengan pola penulisan seperti ini, saya berharap diskusi akan semakin hidup. Bayangkan kalau saya mengkunci semua artikel dengan suatu kebenaran tanpa menimbulkan pro dan kontra di kalangan pembaca, mungkin diskusi akan adem ayem aja…
Berbicara maslah keyakinan dan agama, memang akan selalu terdapat pro dan kontra. Karena setiap orang memang memiliki kecenderungan yang berbeda. Karena itulah di dunia ini ada banyak agama yang tercipta sebagai pilihan setiap manusia. Dalam hal ini masing-masing dari kita tentu datang dan ikut nimbrung dalam diskusi ini dengan dasar pemahaman yang berbeda. dan diskusi disinilah diharapkan bisa menyatukan pendapat kita masing-masing.
Kembali ke permasalahan pada artikel ini. Menurut saya, ketakutan suatu saat Kubah diklaim menjadi budaya Islami dan tidak boleh digunakan lagi di kuil, mandir atau mungkin gereja saya rasa beralasan sebagaimana kasus nama Allah. Untuk orang-orang yang berpendidikan seperti anda, mungkin anda sudah tahu bahwa Allah itu bukanlah ada karena Islam, tetapi sudah ada sejak pra islam. Tapi bagaimana dengan mereka yang fundamentalis?
Menurut artikel di blog sebelah, jauh sebelumnya di Mesopotamia di mana rumpun Semitik bermula, orang-orang sudah mengenal nama El atau Il sebagai nama dewa tertinggi dalam pantheon Babilonia namun bagi sebagian besar keturunan Sem (di mana nama rumpun Semitik berasal) nama itu dimengerti sebagai Tuhan Yang Mahaesa Pencipta Langit dan Bumi.
1) Nama El berkembang ke wilayah utara dan barat menjadi Ela atau Elah dan di daerah Aram-Siria nama itu disebut Elah/Alaha dan di kalangan Ibrani disebut El/Elohim/Eloah.
2) Nama Il berkembang ke wilayah timur dan selatan menjadi Ila atau Ilah dan di kalangan Arab disebut Ilah/Allah.
Catatan tertua pada milenium kedua sebelum zaman Yesus Kristus menyebutkan, keturunan Abraham yang disebut suku-suku Arab, khususnya Ibrahimiyah dan Ismaelliyah yang dikenal sebagai kaum Hanif (jamak: Hunafa) menyebut nama “Allah” sejak berkembangnya bahasa Arab. Ensiklopedia Islam menyebut bahwa: “Gagasan tentang Tuhan yang Esa yang disebut dengan nama Allah, sudah dikenal oleh bangsa Arab kuno…..kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah Hunafa, sebuah kata yang pada asalnya ditunjukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail.” (hal. 50-51).
Inskripsi suku Lihyan mengungkap catatan abad ke-5/6 SM (semasa Ezra) bahwa nama ‘Allah’ sudah digunakan. Ada yang memberi stigmatisasi bahwa “Allah” adalah nama berhala Siria kuno namun kenyataannya inskripsi Lihyan sebagai pusat penyembahan “hlh” sehingga nama ‘Allah’ tidak tertuju untuk “dewa Siria”.
Dengan dasar seperti ini, masihkah umat islam bisa melarang pengunaan kata Allah seperti yang terjadi di Malaysia?
Meskipun alasannya adalah ketakutan pada pemurtadan orang-orang Islam, saya secara pribadi tidak bisa menerima karena islam tidak bisa mematenkan kata Allah. bahkan jika mau mematenkan, harusnya yang berkeberatan dengan nama Allah adalah agama yang pertama kali menggunakan kata Allah untuk menyebut Tuhannya.
Andaikan suatu saat ada umat lain membangun tempat suci menggunakan kubah, yang kebetulan bentuknya seperti kubah-kubah yang digunakan pada masjid-masjid, apakah umat Muslim akan protes karena ketakutan bahwa umat non muslim akan melakukan pemurtadan? Bukankah dakwah yang gencar dilakukan oleh umat Islam dengan berbagai media. Mereka mengajak semua umat lain yang disebut kafir agar mendapat hidayah dan menjadi Islam, tetapi jika umat lain menyebarkan ajarannya dan mengajak umat Islam pindah agama kenapa tidak boleh? Apakah ini suatu keadilan?
Salam,-
tentang asal kata Allah, saya mempunyai pandangan yang lebih simpel. Allah berasal dari kata
‘Ilaah” yang artinya Sembahan. kemudian mendapatkan awalan Alif Lam Ta’rif yang dalam bahasa
Arab berarti Pengkhususan, seperti The dalam bahasa Inggris, jadilah ia Al Ilah. Kemudaian
dua Lam dalam kata Al Ilah ini disatukan untuk kemudahan, jadilah kata Allah yang artinya
“Sang Sembahan”.
http://rumahislam.com/tafsir-ath-thabari/97-qs-001-al-fatihah/299-tafsir-ath-thabari-qs-001
-al-fatihah–1–.html
Memang banyak sekali penelisikan asal kata Allah ditinjau dari sejarahnya, termasuk pendapat
yang mengatakan bahwa Allah itu adalah Dewa Bulan, dan sebagainya. namun lebih adil jika
anda memakai rumusan sarjana muslim dalam menerjemahkan istilah ‘Allah’ dalam agama islam,
sebagaimana saya tidak akan memberikan pengertian kata pipis dalam Bahasa bali denga pipis
dalam bahasa Jawa.
tentang pematenan Kubah, jangan kuatir. dalam agama islam anda pasti paham bahwa sumber
hukum islam adalah Al Qur’an dan hadits. selama disitu tertera tentang hukum sesuatu, maka
umat islam akan memperjuangkan pengamalan hukum tersebut dengan segenap badan, harta,dan
nyawanya. namun, tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan mengenai Kubah ini, jadi
kekhawatiran anda tidak beralasan. berbeda dengan lafadh Allah yang jelas-jelas dalilnya.
analogi yang menyamakan kasus kubah dengan lafadh Allah yang anda bangun kiranya perlu
diluruskan.
Selanjutnya, mengenai dakwah dan misi-misi yang gencar dilakukan, sekali lagi saya tidak ada
masalah, sepanjang itu dilakukan dengan baik, santun, cerdas, jauh dari hal tipu menipu dan
hina menghina. seperti yang anda lakukan dalam sites ini, saya sangat suka dan senang. itulah yang namanya ADIL, berdakwah seluas-luasnya dengan cara yang fair dan tidak melanggar norma yang ada.
sekali. namun saya tidak setuju kalau dakwah/misi dilakukan dengan tipu menipu (menggunakan kata Allah seakan-akan agama Kristen dan Islam Itu tidak ada bedanya, sehingga orang yang tidak berpengetahuan akan terkecoh), dengan memanfaatkan kesusahan dan kelemahan orang (memberi bantuan uang dan bahan pangan kepada orang-orang miskin, membiayai orang yang sakit, sehingga tidak kuasa menolak ketika diajak pindah agama).
yang saya sayangkan bukan orang-orang yang murtad itu, namun penggunaan cara-cara yang tidak agamis oleh orang-orang yang NB berpengetahuan agama. itu sama saja dengan menghina Tuhan. dan, agama yang seharusnya jadi pencerahan, penerang jiwa, dan penunjuk jalan, bagi penganut agama yang direkrut dengan cara demikian agama hanya akan menjadi sarana mendapat kemudahan bendawi.
wallahu a’lam
mungkin komentar @PUTRA TRIDHARMA terhadap @SUTHA di kolom sebelah bisa menggambarkan dengan tepat posisi saya terhadap penggunaan kata ALLAH olh umat kristen:
PUTRATRIDHARMA
@ Sutha
Tuhan Bapak adalah personal (berwujud) bagaimana anda bisa menyamakannya dengan Parama Siva?
Tempatnya Tuhan Bapak di Surga, apa sama dengan tempat Parama Siva?
Kita jangan berspekulasi tentang hal itu karena dengan berspekulasi, maka misi Max Muller dkk akan tercapai. Dampak dari pengetahuan spekulatif ini adalah: adanya toleransi dan pemahaman umat Hindu bahwa ternyata Hindu dan Kristen ketuhananya sama. Pada akhirnya mereka rela masuk Kristen.
====================
@SUTHA
Saya tidak perlu khawatir jika umat Hindu rata-rata kecerdasannya seperti Bro Sutha. Tapi Bro tahu sendiri kan kalau pemahaman tatva masih belum merata dalam umat kita.
Saya tidak takut sama Max Muller dan memang dia tidak perlu ditakuti. Kita hanya perlu waspada kalau kita tidak ingin keluarga terdekat kita berganti nama menjadi Ketut Paulus, Niluh Sisilia, atau Komang Yohanes. Sepak terjang generasi penerus Max Mullerlah yang harus diwaspadai.
Maaf jika Bro Sutha kurang berkenan…
@ Abdhee
Membaca penjelasan anda, saya setuju 100 persen mengenai alasan ketakutan anda. Iya, saya juga tidak suka dan snagat anti pati dengan cara-cara penyebaran agama dengan menyampaikan informasi yang salah atau mendekati orang-orang yang “bodoh” akan ajaran agamanya. Hal yang anda sampaikan sejatinya terjadi di Bali dimana sejumlah misionaris menyebarkan makanan dan berusaha mengajak pindah agama dengan cara mendistorsikan ajaran Hindu dan memberikan tafsir yang keliru sehingga kelihatan jelek. Banyak juga yang membangun tempat suci berbentuk pura tetapi ternyata mereka menyembah “Tuhan Yesus”.
Andaikan mereka menyebarkan agama dengan cara berdiskusi, berdebat di depan umum secara fair, saya juga setuju. lagian sebagaimana sering saya katakan, manusia memang memiliki tingkat spiritual yang berbeda-beda. Orang berspiritualitas tinggi akan masuk dalam kelompok agama yang adi luhur, tapi mereka yang masing sangat rendah akan mengikuti ajaran yang selevel itu juga. Lewat diskusi, debat dan sejenisnya yang berlangsung secara fair, biarlah setiap orang menemukan spiritualitasnya masing-masing tanpa harus dipaksakan.
Masukan yang sangat berharga saudara Abdhee. Terimakasih banyak, saya menemukan sebuah pelajaran dari anda.
Salam,-
Salam hangat saudara @Ngarayana. Semoga Tuhan Selalu menyertai Anda.
Sampai ketemu di Svargaloka, jika Tuhan Menghendaki. buat anda, Ayat Al Qur’an Berikut saya rasa sangat sesuai saya sampaikan.
[Al Baqarah:62] Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin*, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
* Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari’at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/?
Salam
mending ini di close saja….ketimbang nanti ada pertumpahan darah yg tidak perlu TRIMA KASIH