Pernahkah anda berpikir kenapa anda terlahir dan ditakdirkan menjadi mahluk hidup, dalam hal ini manusia sementara di sisi lain harus ada satu entitas agung yang dipuja sebagai Tuhan dan menguasai segala sesuatu? Kenapa sekali-kali tidak dibalik saja agar kita bisa bertindak sebagai Tuhan dan Dia yang sebagai Tuhan saat ini menjadi mahluk hidup? Inilah yang merupakan kodrad, sifat dasar (dharma) yang tidak bisa di switch sesuka hati kita. Sama halnya seperti api yang dharmanya adalah panas, es yang dharmanya adalah dingin dan cahaya yang dharmanya adalah menerangi. Api tidak bisa dirubah menjadi memiliki sifat dingin, es tidak bisa dirubah menjadi bersifat panas dan begitu juga cahaya tidak bisa dirubah menjadi pembawa kegelapan. Kita sebagai Jiva memiliki dharma yang sejati sebagai pelayan Tuhan. Sehingga dikatakan karena salah menggunakan kebebasan terbatas, menyebabkan sang Jiva jatuh kedunia fana dan menderita. Ketika sang Jiva bersifat iccha, ingin menikmati sendiri tanpa bergantung kepada Tuhan. Ia dvesa, tidak suka melayani Tuhan di dunia rohani. Maka ia sarge yanti, di tempatkan di dunia material agar bisa secara palsu merealisir cita-citanya menikmati dan berbahagia sendiri (Bg.7.27). Ia na bhajante, tidak mau mengabdi kepada Tuhan dan avajananti, tidak senang kepada-Nya, dan ingin hidup terpisah dari-Nya. Maka sthanad bhrastah patanti adhah, ia jatuh dari ke dudukannya sebagai pelayan Tuhan di dunia Rohani dan terus masuk ke dunia material (Bhag.11.5 .3). Sementara Tuhan berbeda dengan kita sebagai Jiva. Dikatakan; “ajo ‘pi sann avyayatma bhutanam isvaro pi san prakrtim svam adhistaya sambhavami atma mayaya, Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah me- rosot, dan walaupun Aku Penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli” (Bg.4.6). Jadi dari sini dapat kita lihat bahwa mahluk hidup sebagai jiva dan Yang Maha Kuasa sebagai Tuhan adalah sangat berbeda.
Adanya perbedaan dasar inilah yang dimaksudkan dengan tiga istilah sebagaimana judul artikel ini. Terdapat istilah Jiva-tattva, yaitu istilah yang digunakan untuk menyebutkan para pelayan kekal dari Tuhan, yaitu kita sebagai sang jiva/roh, perbanyakan kecil berbeda dan terpisah (vibhinamsa) dan merupakan tenaga marginal (tatastha sakti) Tuhan sebab ia bisa berada di tingkat material atau pun spiritual. Sementara itu Tuhan sebagai penguasa segala sesuatu dan juga exspansi rohani-Nya (svamsa) disebut sebagai Visnu-tattva. Lalu siapa yang disebut sebagai Siva-tattva? Siva-tattva dalah perwujudan dewa Siva dengan berbagai macam ekspansinya. Siva tidak bisa dikatakan sebagai Jiva-tattva dan tidak pula bisa dikatakan sebagai Visnu-tattva, melainkan dia ada diantara kedua itu.
Dalam Brahma Samhita 5.53 dewa Brahma sendiri berkata; “Brahmadi kita pagava dhayas ca jévah, mulai dari diri saya (Brahma) yang berkedudukan paling tinggi menurun sampai si serangga kecil dan hina, semuanya adalah para Jiva. Veda juga mengatakan; “Sva-dharma nistah sata janmabhih puman virincatam eti”, jika seseorang melakukan tugas kewajibannya (dalam lembaga varnasrama) secara amat sempurna selama 100 kali penjelmaan, maka dia berkualifikasi menduduki jabatan Brahma (Bhag. 4.24.29). Brahma Samhita 5.27 juga kembali menegaskan bahwa Brahma mampu melaksanakan tugasnya mencipta setelah melaksanakan pertapaan keras selama 1.000 tahun dewa dan menerima pengetahuan Veda dari Sri Visnu (Krishna) melalui suara seruling Beliau yang masuk ke telinganya. menyatakan Dalam kedudukannya sebagai pencipta alam material, Brahma mengibaratkan dirinya seperti permata surya-kanta yang bercahaya kemilau karena diterpa oleh sinar matahari (Brahma Samhita 5.49). Hal ini berarti bahwa Brahma mampu menciptakan alam material beserta segala fasilitas kehidupannya atas karunia Sri Visnu. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa dewa Brahma yang berkuasa di alam semesta kita saat ini adalah jiva-tattva yang memiliki sifat dasar tidak ubahnya seperti jiva-jiva / atman yang ada pada mahluk-mahluk hidup lainnya. Hanya karena beliau (Brahma) sudah melakukan sangat banyak perbuatan bajik selama kehidupan masa lalunya menyebabkan dirinya bisa diangkat sampai kepada kedudukan tertinggi sebagai second creation langsung dibawah Tuhan Yang Maha Esa. Lalu bagaimana jika tidak ada jiva/atman yang memiliki kualifikasi dalam menduduki posisi dewa Brahma? Dikatakan, “Tatra brahma tu vijneha purvokta vidhaya hareh”, jika tidak ada makhluk hidup (jiva) yang memenuhi syarat untuk menjabat sebagai Brahma, maka Tuhan Sri Hari sendiri bertindak sebagai Brahma”. Jadi dapat dikatakan bahwa kedudukan Brahma dapat dipegang oleh mereka yang tergolong jiva-tattva, atau mahluk hidup biasa sebagaimana halnya kita, namun memiliki karma bajik yang luar biasa banyak dan juga bisa merupakan perwujudan Tuhan sendiri yang merupakan Visnu-tattva.
Visnu-tattva sendiri mengacu kepada istilah untuk Tuhan Yang Maha Esa beserta semua perwujudan / ekspansi-Nya yang kekal. Mulai dari dasa avatara, tri purusa avatara, perwujudan aspek Brahman, dan Paramatman adalah Visnu-tattva. Dan harus dimengerti bahwa interprestasi Veda mengenai keberadaan Tuhan sangatlah unik. Tuhan dalam Veda tidak bisa dikatakan monoteisme murni, tidak juga bisa dikatakan sebagai politeisme. Jika pada agama lain dikatakan Tuhan hanya satu tiada duanya, maka dalam sistem teologi Veda, Tuhan dikatakan hanya satu, tetapi dapat menjelma dalam sangat banyak perwujudan, bahkan jauh lebih banyak dari seluruh jiva-jiva dan atom-atom yang ada di alam material ini karena dikatakan bahwa Tuhan menemani setiap mahluk hidup sebagai Paramatman dan beliau juga mewujudkan diri dalam setiap atom sebagai spiriton yang menyebabkan atom tersebut dapat tetap aktif. Dan uniknya dikatakan bahwa semua perwujudan dan ekspansi Tuhan tersebut adalah kekal abadi untuk selamanya. Jadi Tuhan orang Hindu adalah maha satu (monoteisme) tetapi juga maha banyak (politeisme). Namun tentu saja maksud dari maha banyak disini bukan tertuju pada Tuhan dalam entitas dan kesadaran yang berbeda. Secara material mungkin dapat kita analogikan seperti seseorang sedang berhadapan dengan seribu cermin, maka bayangan orang tersebut terwujud dalam seribu cermin tersebut. Meski demikian kesadaran orang tersebut tetaplah satu.
Sementara itu yang paling unik dan sangat sulit untuk dipahami adalah Siva-tattva. Apakah Siva adalah Tuhan atau hanya setaraf dewa biasa yang memiliki jiva sebagaimana halnya mahluk hidup biasa seperti kita? Yang pasti, dewa Brahma menyatakan; “Ksiram yatha dadhi vikra visesa-yogat sanjayate na hi tatah prthag asti hetoh yah sambhütam api tatha samupaiti karyad govindam adi puruñam tam aham bhajami, seperti halnya susu berobah menjadi susu asam karena bercampur dengan unsur asam; namun susu asam tidak berbeda dan juga berbeda pada saat yang sama dari sumbernya yaitu susu. Demikianlah saya sembah Govinda (Krishna) Tuhan nan asli asal keberadaan Sambhu (Siva) yang berfungsi sebagai pelebur alam material” (Brahma Samhita 5.45). Jadi sebenarnya Siva juga adalah merupakan perwujudan dari Tuhan itu sendiri, namun dalam satu-satuan waktu juga berbeda dari Tuhan.
Kesamaan Siva dengan Tuhan Sri Hari diperlihatkan dimana Siva tidak akan pernah mengalami kematian dan kehancuran secara fisik meskipun suatu saat terjadi maha pralaya dimana semua unsur alam material hancur dan terserap kembali kepada pori-pori maha visnu karena Siva berkedudukan di alam rohani Kailasa yang kekal abadi. Namun Siva juga memperlihatkan perbedaannya dengan dikatakan “Vaisnavanam yatha sambhuh, diantara semua penyembah (bhakta) Visnu, Sambhu (Siva) adalah yang paling utama” (Bhag. 12.1.36). Kepada Sankarsana, Siva juga berdoa sebagai berikut; “Om namo bhagavate maha puruñaya sarva guëa daukhauy anantasya vyaktaya nama iti …. O Tuhanku, saya sujud kepada-Mu dalam perwujudan-Mu sebagai Sankarsana. Anda adalah sumber segala kekuatan rohani. Meskipun Anda memiliki sifat-sifat tak terbatas, Anda tetap tak dikenal oleh mereka yang bukan penyembah-Mu” (Bhag. 5.17.17). Dalam doa-doa pujian yang diajarkan kepada para Praceta (Bhag.4.24.33- 69), Siva menyatakan bahwa Visnu atau Hari adalah pujaannya. Siva antara lain berdoa, “Tuhan maha pengasih, orang-orang bijaksana sadar bahwa jika mereka tidak memuja diri-Mu, maka seluruh hidupnya akan sia-sia. Mereka tahu bahwa Anda adalah parambrahman dan Paramatmä. “Meskipun seluruh jagat takut kepada diriku Rudra yang memusnahkan segala sesuatu pada hari pralaya (kiamat), namun orang bijaksana menjadikan Anda tujuan yang tidak pantas ditakuti”. Demikian juga pada saat dibingungkan oleh Mohini, inkarnasi Sri Narayana (Visnu) sebagai wanita super cantik, Siva berkata kepada istrinya Parvati, “Wahai dewi, engkau telah lihat tenaga mengkhayalkan Sri Hari yang menjadi Penguasa setiap orang. Meskipun diriku adalah salah satu perbanyakan-Nya, namun aku sendiri dikhayalkan oleh tenaga-Nya. Lalu apa yang harus dikatakan tentang mereka yang selalu bergantung pada tenaga material (maya)-Nya?” (Bhag. 8.12.42).
Salut atas artieklnya yang luar biasa, sukema
Suksma prabhuji, nice artikel.. 🙂
dandavad prbhuji, artikelna bagus banget.!!!
hmmm…sayang sekali anda menjelaskan dari versi Krisna saja, kelihatan sekali emosi anda…biasa seorang murid akan mengagungkan guru atau dewa pujaannya…
@ Sri Ganapati
Trimakasih saudara Sri atas comment anda. Maaf karena pengetahuan saya masih terbatas. Saat ini saya baru membaca sebatas kitab suci-kitab suci sebagaimana sloka-sloka yang saya kutip pada artikel ini. Untuk mendapatkan pengetahuan yang objektif, mohon kiranya anda sudi mengutipkan sloka-sloka suci Veda yang lain sesuai dengan pengetahuan anda agar pembaca yang lain dan saya sendiri bisa membaca dan menyimpulkannya secara objektif.
Salam,-
@Sri Ganapati
ya, mohon kiranya Sri Ganapati berkenan berbagi pengetahuan dengan kami yang masih dalam tahap belajar ini
@ Sri Ganapati
saya orang yang begitu banyak membaca Weda
setelah membaca begawd gita saya menemukan ketenangan disana.
saya yakin memuja Tuhan dengan berbagai cara. salah satunya memuja keperibadian Tuhan dalam wujud Krisna. kalo dengan tulus dan tunduk hati maka semuanya akan sampai kepada belau. sudi kiranya menambah wawasan kami melalui pencerahan anda. siapa tahu dapa kami cerna sehingga membantu kami lebih baik untuk memuaja Hyang Kuasa.
kalo kata2 anda hanya mengendorkan semangat kami untuk ssemakin memperdalami tentang KeTuhanan maka bertobatlah. terima kasih
aku seneng sekali mendengar kalimat terakhir dari Bagus ” Bertobatlah”…apakah aku salah mengatakan kata EMOSI?
Aku tahu kalian pd rindu memeluk sang pencipta, namun aku tak mendengar aktualisasinya..prakteknya..yoganya..bukankah sudah disebutkan oleh sri kresna sendiri? lebih baik bertindak!!! walaupun pengetahuan adalah yadnya tertinggi..aku menyadari seorang jnani akan menemukan Tuhannya dgn pengetahuannya…seorang jnani akan mendapatkan berbagai inspirasi baru…inspirasi yg terus berkembang membuat pembenaran baru
oh ya Bagus saya sangat bersyukur bila anda menemukan ketenangan dgn membaca Gita…tapi ingat ketenagan itu baru sebatas pikiran…belum merasuk ke hati…dan coba sadari dan renungi dgn mendalam apa yg aku tulis diatas, tujuanku bukan untuk mematahkan semangat kalian justru dgn membuat perdebatan yg bertentangan…pikiran dan hati kalian akan berkembang….katakanlah kalian ini adalah cahaya terang dan Aku adalah sisi gelapnya, bila tak ada yg gelap bagaimana mungkin ada yg terang…salam
Ketika sang Jiva bersifat iccha, ingin menikmati sendiri tanpa bergantung kepada Tuhan. Ia dvesa, tidak suka melayani Tuhan di dunia rohani. Maka ia sarge yanti, di tempatkan di dunia material agar bisa secara palsu merealisir cita-citanya menikmati dan berbahagia sendiri (Bg.7.27). Ia na bhajante, tidak mau mengabdi kepada Tuhan dan avajananti, tidak senang kepada-Nya, dan ingin hidup terpisah dari-Nya. Maka sthanad bhrastah patanti adhah, ia jatuh dari ke dudukannya sebagai pelayan Tuhan di dunia Rohani dan terus masuk ke dunia material (Bhag.11.5 .3).
Bhagavad-gita 8.16
Dari planet tertinggi di dunia material sampai dengan planet yang paling rendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulang kali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggal-Ku tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putera Kunti.
banyak skali pengetahuan yg tidak bisa kita pahami dg kecerdasan yg terbatas ini dan umur kita pun terlalu pendek untuk mencoba memahami dg keterbatasan ini. oleh karenanya Sri Krishna telah menjadi Gauranga Mahaprabhu.. badan Sri Krishna (pd gambar atw arca) berlekuk2 tetapi Sri Gauranga mengajarkan kita angkat dua tangan lurus ke atas.. chant holy name brother..
vancakalpa
dandavat,
Bhagavad-gita 8.21
Yang diuraikan sebagai yang tidak terwujud dan tidak pernah gagal oleh para ahli Vedanta, yang dikenal sebagai tujuan tetinggi, dan sesudah mencapai tempat itu, seseorang tidak kembali lagi- itulah tempat tinggal-Ku yang paling tinggi.
Bhagavad-gita 15.6
Tempat tinggal-Ku yang paling utama itu tidak diterangi oleh matahari, bulan, api maupun listrik. Orang yang mencapai tempat tinggal itu tidak pernah kembali lagi ke dunia material ini.
Diantara beribu2 orang, mungkin ada satu yg berusaha untuk mencapai kesempurnaan,dan diantara mereka yg sudah mencapai kesempurnaan,hampir tidak ada satupun yg mengetahui tentang diri-ku dgn sebenarnya….tolong terjemahkan dgn tanpa pengetahuan yg didapat dari luar…biarkan kesadaran diri secara murni menterjemahkannya….
@ Sri Ganapati
Wah sloka-sloka tandingannya ditunggu lho bli…
Untuk sloka yang bli kutip terakhir akan saya copaskan ulang yach..
Bli mengutip sloka Bhagavad Gita 7.3
manuṣyāṇāḿ sahasreṣu
kaścid yatati siddhaye
yatatām api siddhānāḿ
kaścin māḿ vetti tattvataḥ
Artinya:
Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang Diri-Ku dengan sebenarnya.
Penjelasan dari Sila Prabhupada dalam Bhagavad Gita As It Is:
Ada berbagai tingkat manusia, dan di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang cukup tertarik pada keinsafan rohani hingga ia berusaha mengetahui apa itu sang roh, apa itu badan, dan apa itu Kebenaran Mutlak. Pada umumnya manusia hanya sibuk di dalam kegiatan seperti binatang yaitu; makan, tidur, membela diri dan berketurunan, dan hampir tiada seorangpun yang tertarik pada pengetahuan rohani. Enam bab pada awal Bhagavad-gita dimaksudkan untuk orang yang tertarik pada pengetahuan rohani, untuk mengerti tentang sang roh, Roh Yang Utama dan cara keinsafan melalui Jnana-yoga, dhyana-yoga dan cara membedakan antara sang roh dan alam. Akan tetapi, Krishna hanya dapat dikenal oleh orang yang sadar akan Krishna. Rohaniwan lainnya barangkali mencapai keinsafan terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi, sebab keinsafan ini lebih mudah daripada mengerti tentang Krishna. Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama, tetapi pada waktu yang sama Beliau berada di luar jangkauan pengetahuan Brahman dan Parampara. Para yogi dan para jnani bingung dalam usaha-usaha mereka untuk mengerti tentang Krishna. Walaupun yang paling terkemuka di antara orang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, yaitu Śańkarācārya, dalam penafsiran beliau tentang Bhagavad-gita beliau juga mengakui bahwa Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Namun para pengikut Śańkarācārya tidak mengakui Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab sangat sulit mengenal Krishna, walaupun seseorang sudah mencapai keinsafan rohani terhadap Brahman yang tidak berbentuk pribadi. Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, sebab segala sebab, Sri Govinda yang asli. Īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ sac-cid-ānanda-vigrahaḥ/ anādir ādir govindaḥ sarva-kāraṇa-kāraṇam. Orang yang bukan penyembah sulit sekali mengenal Krishna. Walaupun mereka menyatakan bahwa jalan bhakti, atau pengabdian rohani sangat mudah, mereka tidak akan sanggup mempraktekkan cara bhakti. Kalau memang jalan bhakti begitu mudah, seperti yang dikatakan oleh golongan orang yang bukan penyembah, mengapa mereka memilih jalan yang lain dan sulit? Sebenarnya, jalan bhakti tidak mudah. Sesuatu yang hanya namanya saja jalan bhakti yang dipraktekkan oleh orang yang tidak berkualifikasi, karena mereka tanpa pengetahuan tentang bhakti barangkali tampaknya mudah, namun apabila bhakti dipraktekkan secara nyata menurut aturan dan peraturan, mereka para sarjana dan para filosof yang berangan-angan pikiran akan jatuh dari jalan itu. Śrīla Rūpa Gosvāmī menulis di dalam karyanya berjudul Bhakti-rasāmṛta-sindhu (1.2.101):
śruti-smṛti-purāṇādi-
pañcarātra-vidhiḿ vinā
aikāntikī harer bhaktir
utpātāyaiva kalpate
Bhakti kepada Tuhan yang mengabaikan kesusasteraan Veda yang dibenarkan, misalnya Upanisad-upansad, Purana-purana, dan Nārada-pañcarātra, hanya merupakan gangguan yang tidak diperlukan di dalam masyarakat.”
Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan dan sudah menginsafi Brahman atau yogi yang sudah menginsafi Paramatma tidak mungkin mengerti tentang Krishna Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebagai putera ibu Yasoda atau kusir kereta Arjuna. Para dewa yang muliapun kadang- kadang bingung tentang Krishna: Krishna bersabda, (muhyanti yat sūrayaḥ). Māḿ tu veda na kaścana, Tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku dengan sebenarnya.” Kalau seseorang sungguh-sungguh mengenal Krishna, maka sa mahatma sudurlabha. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.” Karena itu, kalau seseorang tidak melakukan latihan bhakti kepada Tuhan, ia tidak dapat mengenal Krishna dengan sebenarnya (tattvata), walaupun ia sarjana yang hebat atau ahli filsafat. Hanya para penyembah yang murni dapat mengetahui sesuatu tentang sifat-sifat rohani yang tidak terhingga di dalam Krishna, di dalam sebab segala sebab, dalam Kemahakuasaan dan kemewahan Beliau, dan di dalam kekayaan, kemashyuran, kekuatan, ketampanan, pengetahuan dan ketidakterikatan Beliau, sebab Krishna bersikap murah hati terhadap para penyembah-Nya. Krishna adalah kata terakhir dalam keinsafan Brahman, dan hanya para penyembah dapat menginsafi Beliau dengan sebenarnya. Karena itu, dinyatakan:
ataḥ śrī-kṛṣṇa-nāmādi
na bhaved grāhyam indriyaiḥ
sevonmukhe hi jihvādau
svayam eva sphuraty adaḥ
Tiada seorangpun yang dapat mengerti tentang sifat rohani, nama, bentuk, sifat dan kegiatan Krishna melalui indria-indrianya yang dicemari secara material. Tetapi Krishna memperlihatkan Diri-Nya kepada para penyembah karena Krishna menyayangi mereka atas cinta-bhakti rohani mereka kepada Beliau.” (Bhakti-rasāmṛta-sindhu1.2.234).
Kalau saya membaca sloka tersebut dengan menerima apa adanya, maka saya sadari bahwa sulit mengerti Krishna yang bersabda dalam Bhagavad Gita adalah Tuhan. Tapi saya bersyukur karena dengan membaca sloka ini saya menjadi semakin yakin bahwa Krishna adalah Tuhan 😀
hoy, hidup kok penuh referensi tow???
dengarkanlah suara hati nurani, bukan malah ribut siapa yang lebih tinggi antara VISNU DAN SHIVA…???
apakah perdebatan ini penting??? toh kita sama sama atman..
MenQ mereka (mr V dan mr S, mrs L, mrs P/D. mrs S) adalah LORD / Manifestasi / Perwujudan murni Tuhan YME beserta semua AVATARnya..
tapi Tuhan tdk bisa dibatasi hanya Krishna saja..
Deal Gag?
V = Visnu
S = Shiva
L = Laksmi
P/D = Parwati / Durga
S = Saraswati..
Thx u gan.. Case Closed
@ cokbin
Satu hal yang harus kita hindari untuk mempertahankan otentikasi dari kitab suci dan ajaran Veda adalah “Spekulasi”. Kita sebagai orang Hindu yang mengakui Veda sebagai kitab suci kita, maka sudah sepatutnyalah kita menjadikan Veda sebagai pegangan dan bertanya kepada Veda tentang bagaimana itu Tuhan. Seperti halnya sebuah mesin yang dilepas ke pasaran dengan buku panduan, maka menurut Veda itu sendiri, Veda juga sudah ada sejak alam material ini diciptakan sebagai panduan bagi sang jiva dalam mengarungi kehidupan material. Jika kita memang benar-benar Hindu, maka jadikanlah Veda sebagai pegangan dalam memahami alam material ini tanpa harus dipenuhi dengan angan-angan filsafat pribadi.
Sekali lagi, Tuhan memang tidak bisa dibatasi dengan satu sebutan, yaitu Krishna. Tuhan bisa disebut dengan berbagai macam nama beliau yang lain sebagaimana contohnya salah satu dari nama-nama dalam Visnusahasranama (1000 nama suci Tuhan), namun mohon dibedakan antara Tuhan dan dewa. Veda sendiri sudah jelas mengatakan beberapa sloka seperti:
1. Rg.Veda X. 129.6 “Setelah diciptakan alam semesta dijadikanlah Dewa-dewa itu“
2. Manawa Dharmasastra 1. 22 “Tuhan yang menciptakan tingkatan Dewa-Dewa yang memiliki sifat hidup dan sifat gerak“
3. Bagavad gita 9,23 “Orang orang yang menyembah dewa dewa dg penuh keyakinan sesungguhnya hanya menyembahku, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang keliru , hai putra Kunti“
4. Bhagavad gita 9.25 ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“
dan masih banyak lagi sloka-sloka yang sejenis…
Jika kita tidak mengindahkan sloka ini dan tidak mengikuti pernyataan Veda, apakah kita bisa mengatakan diri kita adalah Hindu? Padalah yang disebut sebagai Hindu adalah agama yang menggunakan Veda sebagai kitab suci pegangannya bukan?
Salam,-
@ngarayana :
Weda adalah tuhan itu sendiri, makanya dikatakan dia ada bahkan sebelum alam semesta ini diciptakan..
tp weda jg sprti tuhan, kebenaran mutlak. tidak ada org yng berkualifikasi secara sempurna thdp kebenaran mutlak selain tuhan itu sendiri..
hanya serpihan-serpihan kebenaran yng bisa pikiran manusia tangkap kebenarannya..
ya menurut veda org yang memuja dewa sampai ke dewa, memuja leluhur sampai leluhur dllsb..
ya emg bener tow..
leluhurnya leluhur manusia nantinya adalah Tuhan..
dewanya para dewa juga nantinya Tuhan..
apakah bisa manusia scr langsung dpt berhubungan dngn Tuhan tanpa perantara mahluk lain spt dewa, malaikat dsb..>
ya mungkin saja para avatar bisa, tp manusia biasa gimana?
@ cokbin
Memang benar saudara cokbin…. Veda memang merupakan pengejawantahan Tuhan sendiri. Tidak ada manusia jaman Kali-Yuga yang mampu menguasai Veda secara sempurna. Lalu apakah dengan dasar seperti itu kita tidak mau meneripa apa yang disampaikan oleh sloka-sloka Veda dan lebih memilih mengikuti angan-angan filsafat kita sendiri?
Mengenai pernyataan anda “ya menurut veda org yang memuja dewa sampai ke dewa, memuja leluhur sampai leluhur dllsb.. ya emg bener tow.. leluhurnya leluhur manusia nantinya adalah Tuhan.. dewanya para dewa juga nantinya Tuhan..” Apa ada pembenaran dari sloka Veda yang lainnya? Atau setidaknya dari orang suci yang menguasai otoritas Veda yang lainnya?
Terperangkap pada khayalan dan angan-angan filsafat hanya akan menjauhkan kita dari esensi yang ingin disampaikan oleh Veda. Sama seperti menggunakan bensin sebagai bahan bakar mobil. Bensin tersusun atas atom C-O-H… lalu apakah benar kalau kita memasukkan ke dalam tangki mobil kita batang karbon yang mengandung atom C, dan dicampur dengan air yang mengandung atom O dan H? Bisa tidak kira-kira mobil anda berjalan? Bukankah kandungan atomnya sama? Tidak bukan?
Sama dalam hal sloka yang anda counter tidak bisa disamakan seperti itu… kalau memang bisa, buat apa Sri Krishna menyabdakan sloka tersebut? Bukankah Beliau lebih baik mengatakan “Apapun yang kamu sembah adalah merupakan persembahan kepada-KU” Namun kenapa Sri Krishna malah mengatakan ” Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara para dewa, oang yang menyembah leluhur akan pergi ke planet leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan dilahirkan di tengah-tengah mahluk-mahluk seperti itu dan orang yang menyembah-Ku akan hidup bersama-Ku“?
Mohon dicermati..
Salam,-
Krishna agamanya apa mas?
tlg jngn terjebak pd pandangan kebenaran hanya di satu golongan saja..
karena Krishna sbg perwujudan murni, beliau melampaui semua agama…
Sang Bhagawan : Krishna tlg jng dipandang sempit..
hati2 jg bli, jngn terlalu bahagia sm pengetahuan ini. biasa aja. ego km muncul.
terlalu berhayal jg salah, terlalu serius malah terikat..hehe
Gita hnya berarti jika kita mengimplementasikan pd keseharian, di khdupan sehari-hari, jika sebatas wacana..
apalagi wacana itu menimbulkan ke EKSKLUSIFAN pola pikir, ujungnya sma saja..
masih ada seberkas ego dlm diri..
U/ itu ibarat partai,
partai oposisi jg penting, agar partai yang menang tidak bertindak terlalu mabuk dengan kesenangannya..
Yin Yang..Keseimbangan..
apakah bisa manusia scr langsung dpt berhubungan (CONNECTED) dngn Tuhan tanpa perantara mahluk lain spt dewa, malaikat dsb..?
ya mungkin saja para avatar bisa, tp manusia biasa gimana?
aku pake system bensin..tersusun oleh C-O-H => dia(kendaraan) bisa jalan pake bensin (C-O-H).
karakteristik sistem berbeda dngn karakteristik penyusun sitemnya..
Maka jika suatu sistem yang mutlak (ANGGAP COH) dipandang sbg C oleh golongan C, dipandang O oleh Golongan O, Dan dipandang H oleh Golongan H..
jika msg2 itu diadu antara C dan O atau H, maka tidak akan pas..dan tidak akan cocok.
tp bukan berarti paham C salah , O benar.
Semuanya serpihan kecil kebenaran (COH), yang termanifestasikan dalam C, O, dan H.
So manakah yang lebih tinggi ? C atau O atau H?
Dear all and specially for Cokbin
Kalau memang dengan menjawab diskusi dan pertanyaan teman-teman disini dengan mengutip sloka-sloka Veda dan melakukan argumen dianggap sebuah egoisme, saya mohon maaf. Mohon koreksi dan arahkan saya agar saya bisa membunuh egoisme sebagaimana diajarkan dalam Sri Sri Siksastaka. Bukan maksud saya untuk menggurui atau menganggap diri lebih pintar… tidak.. karena saya tahu bahwasanya saya tidak tahu apa-apa, makanya saya mengutip sloka-sloka Veda dengan harapan teman-teman yang lebih mengerti bisa menjabarkan kepada saya maksud dari sloka tersebut dengan sebenar-benarnya. Berbuat baik tanpa pernah membaca Veda itu sangat bagus. Hal ini sudah banyak diterapkan oleh leluhur-leluhur kita di Bali. Mereka melakukan berbagai macam yadja hanya dengan bekal “nak mulo keto”. Namun meski dalam ketidaktahuan, mereka tetap memiliki sradha yang kuat. Akan tetapi bukankah lebih bagus lagi jika kita mendasarkan Sradha dan ketulusan tersebut dengan mengetahui kitab suci? Dalam Bhagavad Gita 17.5-6 disebutkan; “Orang yang menjalani pertapaan dan kesederhanaan yang keras yang tidak dianjurkan dalam Kitab Suci, dan melakukan kegiatan itu karena rasa bangga dan keakuan palsu didorong oleh nafsu dan ikatan, yang bersifat bodoh dan menyiksa unsur-unsur material di dalam badan dan Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam badan, dikenal sebagai orang jahat”. Salah satu pelajaran yang saya petik dari sloka ini adalah prihal masalah kegiatan ritual atau keagamaan yang katanya jika tidak dilakukan berdasarkan kitab suci merupakan kegiatan dalam tingkat kebodohan. Pertanyaan saya, apakah sloka ini salah? Ataukah kita yang salah jika kita melakukan sesuatu kegiatan tanpa didasarkan pada sastra Veda?
Kita coba diskusikan masalah ini dan mari kita tarik kesimpulan; Apakah perlu kita mempelajari dan mendasarkan tingkah laku kita pada Veda? Ataukah cukup kita mendasarkan pada perasaan kita semata? Permasalah yang timbul jika kita hanya mendasarkan pada kata hati adalah mengenai perbuatan baik (subha karma) dan perbuatan buruk (asubha karma). Aturan subha dan ashuba karma sudah barang tentu bersumber dari literatur Veda bukan? Kalau kita tidak pernah atau tidak tahu Veda, lalu apa yang bisa membuat kita yakin bahwa aturan subha dan ashuba karma yang kita yakini benar?
Apa agama Krishna / Tuhan YME?
Sepertinya pandangan saya sudah saya bahas di “Tuhan, Nama-Mu siapa?” Yang intinya saya ingin mengatakan bahwa Tuhan tidak punya agama karena tidak ada Tuhan lain yang beliau sembah… Tuhan juga tidak mutlak disebut dengan satu nama, tetapi sebagai yang maha absolut beliau memiliki jumlah nama yang tidak terbatas.
Manusia “kotor” seperti kita sangat susah berhubungan langsung dengan Tuhan, karena itulah kita memerlukan perantara “Guru, Sastra dan Sadhu”. Sastra di sini sudah barang tentu adalah kitab suci, dan Guru dan Sadhu adalah mereka para Acharya/orang-orang suci, guru-guru spiritual dan juga para dewa. Dengan kita mendasarkan pada 3 dasar ini maka mudah-mudahan kita bisa sedikit-demi sedikit dapat maju dalam bhakti dan mencapai tujuan hidup terakhir.
Maksud saya mencontohkan susunan dasar dari persenyawaan bensin dari atom C-O-H adalah sebagai perumpamaan. Jadi jangan ditangkap secara mentah-mentah. Bukan untuk mempermasalahkan lebih tinggi, lebih penting dan lebih baik yang mana dari ketiga atom tersebut, tetapi yang ingin saya katakan adalah; “Apakah dengan menggunakan ketiga atom dasar tersebut bisa digunakan sebagai pengganti bensin?” Dengan kata lain; “Apakah dengan kita melakukan pemujaan kepada sembarang benda akan mencapai Tuhan?”. Para dewa memang bersumber dari Tuhan, Badan kita juga diciptakan oleh Tuhan, Tanah dan batu juga diciptakan oleh Tuhan, lalu apakah dengan mematungkan badan kita dan menyembah patung tersebut dapat dibenarkan?
Saudara cokbin, mohon ajarkan saya cara dan metode diskusi sehingga saya tidak memiliki egoisme seperti yang anda sampaikan. Bagaimana kira-kira saya dapat memberikan pendapat di sini tanpa anda mengatakan saya dalam kondisi ego? Mohon penerangannya…
Salam,-
gmpng aja deh, skrng kondisinya sudah bercampur sudah Plural lg, semua filsafat mungkin ada yang sama ada yang beda..
dan semua bukan olh angan2 semata.
orng berkeyakinan W memuja W.
orng yang berkeyakinaan S memujaa S.
apakah smua ini mau di purifikasi ke jalan asalnya yang konon kata sastra itulah yang asli, yang paling murni, yang paling benar beribu-ribu thn yang lalu?
toh yng penting smuanya baik, damai, rukun, adem, ayem, rahayu, santosa..
@ ngarayana dan Cokbin
asik juga membacanya… perbedaan pendapat yang sangat mendasar. yang satu pake ajaran Weda dan berusaha menyampaikan kepada teman2 dan membutuhkan sanggahan tentunya berkeinginan dari sumber kitab suci Weda atau kalo saya satu lagi mencerminkan kebebasan yang pening i love you fool… khasnya mbah surip… ya ga bakal nyambung.
kalo saya sebagai pendengar dan ingin mengunakan sebagai pertimbangan keimanan ya sudah pasti tahu memilih yang mana. tergantung yang menangkapnya kalo pandangan cokbin hanya senang secara material dan tidak mencoba menerima dan memahami Weda ya gak balan nyambung. kalo ditanya sumber dari weda mana ?nerangin makenya hanya damai, rukun, damai, rukun, adem, ayem, rahayu, santosa. ya anak baru lahir kematin juga bisa. tapin bo ganti yang lain to brooo
Sdr. ngarayana sabar ya brooo kalo ingin berbuat baik pasti ada cobaan.
@ cokbin
Semua jalan agama ada dasarnya. Orang yang mengaku Hindu mendasari ajarannya pada Veda, Saudara kita yang muslim mendasari ajarannya pada Qur’an, yang Kristen pada Injil, Buddha dengan Tipitaka, dan seterusnya… saya rasa semua dasar kepercayaan ada dasarnya. Bali sendiri dengan kekhasannya memiliki Catur Veda Sirah… Sekarang terserah kita… kalau kita mengakui Hindu, gunakan Veda, kalau mengaku Islam, gunakan Qur’an. Namun mereka yang tidak punya dasar kitab suci biasanya digolongkan kedalam Aliran Kepercayaan/Penghayat kepercayaan kepada Tuhan.
Untuk sekedar mencapai kedamaian dan kesejahtraan secara material sebagaimana dikatakan oleh saudara Bagus, kita tidak perlu agama. Bahkan mungkin masyarakat Atheis lebih baik dari kita secara material. Coba lihat China, lihat juga orang-orang Charvaka (Atheis) di India dan kehidupan Atheis di Barat..
jadi sekali lagi, semua ini pilihan setiap individu, kalau mau menyatakan diri beragama, maka sudah sepatutnya mengikuti kitab suci agama bersangkutan, kalau percaya Tuhan tetapi tidak mau mengikuti aturan salah satu kitab suci, jadilah penghayat aliran kepercayaan dan kalau tidak percaya Tuhan, jadilah Atheis..
@ Bagus
Dalam bidang apapun memang kita tidak bisa selalu mengharapkan pro, tapi kita juga harus berani berhadapan dengan yang kontra dan siap menerima kritikan. ada yang mengatakan; “Karena cengeng maka kita tidak berani melakukan otokritik dan menghadapi kelemahan kita. Keberanian untuk mengakui kelemahan kita, adalah langkah awal utk bisa maju…”. Thanks saudara Bagus atas supportnya, silahkan sampaikan kritikannya dan saya akan terima dengan terbuka..
Salam,-
mendengarkan dan menjalankan ajaran veda bagaikan minum obat yg sangat pahit tapi menyembuhkan,demikianlah orang yg mau mendengarkan dan menjalankan ajaran veda susah diawal bahagia diakhir untuk selama-lamanya
ketika (mereka) berdebat
entah Tuhan sedang apa?
dan jika mereka tahu kebenaran
hendaknya menyampaikan dengan jujur
dan jika mereka belum sampai
hendaknya jangan takabut
omong opo debate ini
Om Swastyastu sdr. Ngarayana,
saya mau tanya tentang ini;
Demikianlah saya sembah Govinda (Krishna) Tuhan nan asli asal keberadaan Sambhu (Siva) yang berfungsi sebagai pelebur alam material” (Brahma Samhita 5.45). Jadi sebenarnya Siva juga adalah merupakan perwujudan dari Tuhan itu sendiri, namun dalam satu-satuan waktu juga berbeda dari Tuhan.
Dalam sloka diatas, apa Govinda dalam wujud Krishna yang ‘melahirkan’ Sambhu (Siva)???
jika tidak trus dalam ‘bentuk’ bagaimana???
Kesamaan Siva dengan Tuhan Sri Hari diperlihatkan dimana Siva tidak akan pernah mengalami kematian dan kehancuran secara fisik meskipun suatu saat terjadi maha pralaya dimana semua unsur alam material hancur dan terserap kembali kepada pori-pori maha visnu karena Siva berkedudukan di alam rohani Kailasa yang kekal abadi.
Berarti seorang penyembah Siva maka akan terlahir di Kailasa dan juga tidak akan mengalami kehancuran ketika maha pralaya, jadi sama dengan moksa donk???
atau jika di Kailasa ini masih terikat dengan “nafsu” sehingga bisa ‘turun’ lagi ke alam yang lain???
Suksma,
@ari_bcak
Om Swastiastu bli…
Ini diskusi yang susah.. masalahnya dewa Brahma sendiri susah membedakan antara Siva dan Sri Hari.. he..he..he..
Kitab Brahma Samhita adalah kitab yang memuat doa-doa pujaan yang diucapkan oleh Dewa Brahma. Jadi dalam sloka tersebut yang bersujud kepada Govinda atau yang disebut Sri Hari, Sri Visnu, Krishna dan sebagainya adalah dewa Brahma sendiri. Nah dalam doa pujaan Brahma tersebut ditambahkan keterangan bahwa Govinda yang dia sembah, adalah merupakan Tuhan asli sumber keberadaan dewa Siva. Pengertian “sumber dari Sambhu (Siva)” tidak berarti bahwa Govinda melahirkan Siva… melainkan Siva adalah perwujudan ekspansi dari Sri Govinda sendiri. Saya rasa pengertiannya sama seperti perwujudan berbagai macam Avatara Tuhan yang muncul dari Bhagavan yang sama, tetapi melihat dari analogi susu dan susu asam dikatakan Siva juga berbeda dengan sumbernya sendiri… saya juga bingung dengan kondisi ini bli… saya pernah tanya ke senior saya, mereka hanya bilang; “Tidak semua hal-hal rohani tentang Tuhan bisa kamu analisis dan logikakan, otakmu sangat terbatas untuk mengerti Beliau yang tidak terbatas”. 😀
Penjelasan yang saya terima waktu menanyakan masalah pemuja Siva kepada senior dan guru, kurang lebih mereka menjawab bahwa ada beberapa kemungkinan;
1. Pemuja Siva yang taat akan diarahkan oleh Siva sendiri untuk memuja Sri Hari karena ekspansi Siva yang berasal dari Govinda adalah perwujudan kepribadian yang bertindak sebagai Bhakta Govinda yang paling agung dan memberikan contoh bagi jiva-jiva yang jatuh yang sedang belajar menekuni bhakti seperti kita.
2. Mereka yang memuja Siva memang akan kembali ke alam Kailasa dan mereka memang hidup kekal secara spiritual di sana.
Pemahaman saya saat ini mengenai perbedaan Siva dan Govinda saat ini baru sebatas ini bli… he..he. ampura nggih. Atau mungkin ada senior-senior atau temen-temen yang lain bisa memberikan tambahan?
Salam,-
wah kok kagak muncul quote-nya….. 😀
mudah-mudahan dimengerti pertanyaan saya oleh sdr. Ngarayana…. 🙂
Om Swatyastu sdr. Ngarayana,
Makasi atas jawabannya, sebenarnya mo nyanya-nanya lagi tapi tak pendam aja dulu 😀
mungkin benar apa yang dikatakan oleh senior sdr. Ngarayana;
“Tidak semua hal-hal rohani tentang Tuhan bisa kamu analisis dan logikakan, otakmu sangat terbatas untuk mengerti Beliau yang tidak terbatas”. 🙂
Suksma,
hehe, iya bli.. sepertinya begitu… ketika sy bingung terhadap hal-hal spiritual yg tak juga bisa sy pahami, kadang sy merenung…ibaratnya semut dan manusia, si semut tak kan pernah bisa mengerti seperti apa yang dipahami manusia, karena kemampuan si semut yg serba terbatas… sy merasa seperti semut yang berusaha memahami isi otak manusia..hehe
om swastiastu
menurut saya semua dewa itu sama karena dewa adalah manifestasi dari Tuhan, kalau memang wisnu adalah tuhan kenapa beliau juga disebut dewa wisnu??kenapa tidak menyebutnya tuhan wisnu??dan saya sarankan agar tidak mngagungkan satu dewa saja dan merendahkan dewa yang lain,karena itu akan mebuat suatu perpecahan dalam satu agama,
saya pernah membaca sebuah buku yang berjudul dewa siwa yang diterbitkan oleh paramita surabaya, dan cerita ini dikutip dari siwa purana, yang menceritakan disaat malamnya brahma ketika semua aktifitas alamnya berhenti maka kedamaian menjelma, brahma melihat wisnu dalam wujud asli beliau yaitu sebagai narayana yang berdiri diatas bunga teratai mengapung diatas lautan air,narayana menanyakan siapa gerangan brahma, narayana memanggilnya dengan sebutan ‘nak’ dan memberi tahukan beliau adalah wisnu, yang merupakan pencipta dari segala semesta, brahma yang mendengarkan hal itu menjadi marah dan mengatakan dirinya adalah pencipta sekaligus pelebur seluruh alam semesta,dan wisnu juga tidak berkenan dengan hal itu lalu berkata bahwa beliau sendiri adalah pencipta,pemelihara,dan pelebur dari seluruh alam semesta dan brahma sendiri terlahir dari tubuh wisnu,maka terjadilah pertengkaran diantara mereka dan tiba-tiba muncullah sebuah kolom cahaya yang tampaknya tanpa ujung pangkal. dalam kekaguman mereka atas pemandangan yang melika lihat itu. mereka pun berhenti bertengkar dan memutuskan untuk mencari dimana ujung pangkal dari benda tersebut,wisnu pergi ke bawah mencari sumbernya dan brahma pergi keatas mencari ujungnya dan kemudian mereka kembali ketengah-tengah dan menceritakan apa yang mereka dapatkan, wisnu berubah menjadi seekor babi hutan dengan bercula putih,dan brahma berubah menjadi angsa putih yang sayapnya sangat kuat sehingga bisa terbang secepat pikiran,namun meskipun setelah mereka berjalan cukup jauh mereka tidak bisa menemukan ujung cahaya horisontal tersebut,namun saat itu juga brahma menunjukan bunga dilangit yang menunjukan tanda keberhasilannyamencapai ujung dari cahaya tersebut yang tiada lain melambangkan lingga siwa,brahma berusaha menunjukan dirinya lebih unggul dari wisnu, namun tanpa menyadari permainan brahma yang curang itu wisnu menerima kekalahan dan bersedia menyentuh kaki brahma, akan tetapi ketika mereka bercakap-cakap tiba-tiba udara dipenuhi oleh suara suci om,siwa yang merupakan dewa tertinggi tidak mau mentoleransi sikap brahma yang telah menipu wisnu demi memenuhi ego pribadinya,
maka beliau menunjukan diri,dan mengatakan tidak satupun dari mereka yang lebih unggul dari yang lainnya. akan tetapi mereka merupakan satu kesatuan dari tuhan yang maha esa,dan setiap aspek memiliki peran yang sama pentingnya bagi yang lainnya,
dan saya harap anda membaca buku yang saya maksd, karena disana banyak cerita-cerita yang mungkin berguna untuk dijadikan perbandingan.
maaf jika artikel saya ini menyinggung perasaan anda, dan tidak setuju kalau ada dewa yang derajatnya lebih tinggi dan ada dewa yang derajatnya lebih rendah, karena itu akan menimbulkan suatu perpecahan dalam agama kita sendiri.
om santhi,santhi,santhi om
Om Swastyastu
saya kira tidak ada maksud saudara ngarayana untuk merendahkan para dewa. Para Dewa kedudukannya lebih tinggi dari kita dan kita patut berterima kasih karena mereka menyediakan/mengatur unsur2 material yg kita butuhkan untuk hidup.
disini hanya menekankan bahwa ada perbedaan antara Tuhan dan Dewa. nah kita harus menghormat kepada dewa. jika kita menganggap dewa sama dgn Tuhan maka sloka BG akan berlaku, jika kita menyembah Dewa maka kita akan pergi ke planet deva. padahal kita bersyukur, hanya menjadi manusia kita bisa mencapai Moksa.
terkait Visnu diberi label Dewa ataupun cerita di atas. saya kira itu adalah bentuk dua mainstream filsafat yg ada, yaitu filsafat Impersonalis dan Filsafat Personal. dua2 nya mengkaji Veda dan ada persinggungan dimana Impersonalis tidak mengakui Aspek Personal Tuhan sehingga personalitas/kepribadian suci merupakan manifestasinya. Brahman lah Tuhan. filsafat personal mengakui bentuk asli kepribadian Tuhan dan Brahman merupakan cahaya badan beliau.
so kita memang ada perbedaan, namun bukan berarti kita merendahkan. itulah perbedaan cara pandang. dengan tetap menjalankan Dharma, semoga kita diberkati.
Salam
BUNGA PADMA TUMBUH DIMANA-MANA TETAPI BUNGA PADMA BUKAN HANYA BERWARNA MERAH MUDA TETAPI ADA PULA YANG BERWARNA PUTIH,KUNING,BIRU DAN LAIN SEBAGAINYA.
(21) adityanam aham vishnur
jyotisham ravir amsumam
marichir marutam asmi
nakshatranam aham sasi
artinya :
diantara Aditaya, Aku adalah Wisnu
diantara cahaya, Aku adalah matahari
diantara angin, Aku adalah Marichi
diantara bintang, Aku adalah rembulan
(23) rudranam samkaras cha ’smi
vitteso yaksharakahm
vasunam pavakas cha ’smi
meruh sikharinam aham
artinya :
diantara Rudra, Aku adalah Sankara
diantara Yaksa dan raksasa, Aku adalah Kubera
diantara para Wasu, Aku adalah Pawaka
diantara semua gunung, Aku adalah Mahameru
wisnu adalah beliau
sankara adalah beliau juga toh ?
kubera juga beliau
mahameru juga beliau
indah sekali permainannya (lila)
kalau dibali ada beliau mpu kuturan yang telah menetapkan dasar agama hindu dibali, saya yakin kemampuan beliau mpu kuturan sangat lebih daripada saya ataupun teman2 yg lain.
Ya iku senguh tanakku sira ta nunggalaken bhuwana ngarania, nihan ta upamanta sira waneh, kalinganya kadyangganing manuk sang manon, mur tan pahelar, meleset tan pacikara, manon ndatanpamata, mangrengo tan patalingan, mangambu tan pagrana, magamelan tan patangan, lumaku tan pasuku, rumasa rasa tan paiden tan paparus ya jana prawriti, tatan panak yaya wrddhi, tan paweteng yaya membekan, tatan pecangkem yaya amangan, tatan pailat yaya mangrasani.
Artinya:
Tuhan bagaikan burung terbang dengan tiada bersayap, kian kemari dengan tiada berkepala, melihat tiada dengan bermata, mendengar dengan tiada bertelinga, membaui dengan tiada berhidung, memegang dengan tiada bertangan, bergerak dengan tiada berkaki, merasakan rasa dengan tiada berperasaan, melahirkan dengan tiada bertanda jantan atau betina, tiada bermulut namun ia dapat menikmati, tidak berlidah tetapi dapat merasakan.
Tuhan, ada satu atau banyak? kalau banyak bisa berantem kalo ga harmonis. ada baiknya kita mengenal Tuhan yang hdup dan benar. bukan hasil pemikiran, filsafat yang turun temurun tapi pengenalan pribadi dengan Tuhan, mngenal Tuhan tidak sekedar keinginan saja, tapi karena Tuhan berkenan menunjukan dirinya. kalau manusia mencari Tuhan, alangkah manusia pasti akan sesat, karena hanya akan mengakui suatu tuhan sesuai keinginannya. Tuhan yang memilih kita, buka kita yang memilih Tuhan!
@ Ale
Bukannya dengan kemunculan Sri Krishna, Sri Rama, dan Avatara Tuhan yang dijelaskan dalam Hindu sudah membuktikan kalau Tuhan yang mencari manusia???
Lalu Tuhan yang hidup menurut anda yang mana? Yesus? Kalau memang Yesus adalah Tuhan, kok Tuhan hanya muncul satu kali dan ga muncul lagi? Padahal saat ini manusia lagi perlu sosok Tuhan lho? Dunia sudah semakin gawat bunk…
Kalau Tuhan Maka Kuasa, Beliau Yang Esa apa susahnya memunculkan dari dalam banyak bentuk dan rupa? Apa anda ingin membatasi kemahakuasaan Tuhan?
Diskusinya lanjut di https://narayanasmrti.com/ aja bro